Sie sind auf Seite 1von 31

Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) kini telah menjadi masalah
kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit
ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang
setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat
ke-12 tertinggi angka kematian. Penyakit Ginjal Kronik merupakan suatu proses
patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4
juta penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di
Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan
pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian
epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di
beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal
kronik masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk (Suwitra, 2006).
Prevalensi penyakit ginjal kronik atau disebut juga Chronic Kidney
Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 1999 hingga
2004, terdapat 16,8 % dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami
Penyakit Ginjal Kronik. Di masa depan penderita Penyakit Ginjal Kronik
digambarkan akan meningkat jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan prediksi
akan terjadi suatu peningkatan luar biasa dari diabetes mellitus dan hipertensi di
dunia ini karena meningkatnya kemakmuran akan disertai dengan bertambahnya
umur manusia, obesitas dan penyakit degeneratif (Roesma, 2008)

Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 2

Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat
meningkat, dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi
Indonesia) pada tahun 2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar
12,5%, yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita
penyakit ginjal kronik (Siallagan,2012)
Dari hasil tersebut penderita penyakit GGK meningkat setiap tahunnya hal
ini menjadikan pelayanan kesehatan harus lebih siap dengan meningkatnya
penderita GGK, hal ini berdampak pada tenaga medis khususnya perawat dimana
mengharuskan perawat mengetahui lebih banyak tentang penyakit GGK baik dari
penyebab hingga patofisiologinya dan ketrampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan GGK dengan baik dan optimal.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis membuat makalah
asuhan keperawatan dengan pasien GGK ini.

B. Rumusan masalah
1. Apakah penyakit GGK (gagal ginjal kronik) itu ?
2. Bagaimana proses terjadinya GGK ?
3. Apa penyebab penyakit GGK ?
4. Apa pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk pasien GGK dan
bagaimana penatalaksanaan medis maupun keperawatanya?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan kasus Pasien GGK ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit GGK
2. Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan tindakan keperawatan pada
pasien dengan GGK
3. Mahasiswa mampu membuat diagnosa dan rencana keperawatan pada pasien
dengan GGK



Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 3

D. Manfaat
1. Diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada
mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang penyakit GGK dan pembuatan
asuhan keperawatanya.
2. Dosen dapat mengukur kemampuan mahasiswa tentang penyakit GGK dan
asuhan keperawatanya

















Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi GGK (Gagal Ginjal Kronis)
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut ( Soeyono dan
waspaad, 2001 ). Sedangkan menurut ( Burnner dan suddarth, 2000 ) gagal ginjal kronik
(GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana terjadi
kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik , cairan
elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. Jadi gagal ginjal kronik bisa
didefinisikan berhentinya fungsi ginjal secara mendadak, menahun dan ditandai dengan
dengan peningkatan konsentrasi urea (azotemia).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut.
Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 ml/menit. Gagal
ginjal kronik sesuai dengan tahapannya dapat ringan, sedang atau berat. Gagal ginjal
tahap akhir (end stage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian
kecuali jika dilakukan terapi pengganti (Balai Penerbit FKUI, 2001).
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).






Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 5

2. Etiologi

Etiologi dari gagal ginjal kronik adalah penumpukan zat toksin, glomerulonefritis,
nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati, diabetik, serta penyebab
lain seperti hipertensi, obstruksi, dan penyebab yang tidak diketahui, seperti Infeksi
misalnya pielonefritis kronik. Selain itu menurut price penyebab GGK adalah :
a. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis dan stenosis arteri
renalis.
c. Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit polikistik ginjal, dan
asidosis tubulus
d. Penyakit metabolik seperti diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme, dan
amiloidosis.
e. Penyakit ginjal obstruktif seperti pembesaran prostat, batu saluran kemih,
dan refluks ureter.
Selain penyebab diatas ada juga penyebab GGK yang lain yaitu diabetes dan
tekanan darah yang tinggi. Diabetes terjadi apabila kadar gula darah melebihi paras
normal, menyebabkan kerusakan organ-organ vital tubuh seperti jantung dan ginjal, serta
pembuluh darah, syaraf dan mata. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, terjadi
apabila tekanan darah pada pembuluh darah meningkat dan jika tidak dikawal, hipertensi
bisa menjadi puncak utama kepada serangan jantung, stroke dan gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik juga bisa menyebabkan hipertensi (NKF, 2010)









Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 6

3. Tanda & Gejala
Manisfestasi klinis menurut (Smeltzer, 2001 :1449) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktifitas sisyem renin angiotensin aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan ) dan perikarditis
(akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,anoreksia,cekungan, kedutan
otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, dan tidak mampu berkonsentrasi).
Sedangkan menurut suyono ( 2001) manifestasi klinis GGK yaitu :
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi,nyeri dada, dan sesak nafas perikarditis, efusi
perikardiac dan gaga jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
2. Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
serta suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anaroksia, nause, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolis protein dalam usus, perdarahan pada seluruh gastrointestinal,
urerasi, dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
4. Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakkan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama
ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot
ekstermitas).
5. Gangguan integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrin
Gangguan sexsual (vibido fertilitas dan ereksi menurun), gangguan
menstruasi dan aminor. Gangguan metabolik gvukosa, gangguan
metabolik lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi air dan garam tetapi dapat juga kehilangan
natrium ( garam ) dan dehidrasi,asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
dan hipokalsemia.


Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 7

8. Sistem hematologi
Anemia akibat berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang, hemovisi akibat
berkurang nya masa hidup nya eritrosit dalam suasana uremia toksik, dan
dapat juaga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

Oleh karena ginjal memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur
keseimbangan homeostasis tubuh, penurunan fungsi organ tersebut akan mengakibatkan
banyak kelainan dan mempengaruhi pada sistem tubuh yang lain. Gejala-gejala klinis
yang timbul pada GGK adalah (Pranay, 2010) :
a. Poliuria, terutama pada malam hari (nokturia)
b. Udem pada tungkai dan mata (karena retensi air).
c. Hipertensi
d. Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi buangan dalam tubuh.
e. Anoreksia, nausea dan vomitus.
f. Gatal pada kulit, kulit yang pucat karena anemia.
g. Sesak nafas dan nafas yang dangkal karena akumulasi cairan di paru.
h. Neuropati perifer. Status mental yang berubah karena ensefalopati akibat akumulasi
bahan buangan atau toksikasi uremia.
i. Nyeri dada karena inflamasi di sekitar jantung penderita.
j. Perdarahan karena mekanisme pembekuan darah yang tidak berfungsi.
k. Libido yang berkurangan dan gangguan seksual.







Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 8

4. Pathway







sintesis Vit D turun


















Infeksi Vaskuler Zat toksin Obstruksi saluran kemih
kemihkemih
Reaksi antigen
antibodi
an


arteriosklerosis
Tertimbun di
ginjal
Retensi
urin
Batu
besar/kasar
Suplai darah
ginjal turun
GFR turun
GGK
Menekan
saraf
perier
Iritasi /
cedera
jaringan
Nyeri
pinggang
Hematuria
Sekresi protein terganggu Retensi Na Sekresi eripoitis turun
Sindrom uremia
Total CES naik
Produksi HB turun
anemia
perpospa
temia
Ggn
asam
basa
Urokrom
teritmbun
di kulit
pruritis
Prodksi
asam
naik
Asam
lambung
naik
Tekanan
kapiler naik
Vol
interstitial
naik
Edema
Preload naik
Beban jantung naik
Hipertrofi
ventrikel kiri
Iritasi
lambung
Infeksi perdarahan
gastritis
Mual,
muntah
Melena
anemia
Ganggu
an
intgritas
kulit
Resiko
gangguan
nutrisi
Oksihemoglobin
turun
Suplai O2 turun
Ggn perfusi
jaringan
Intoleransi
aktivitas
Kelebihan
volume
cairan
Resiko
cedera
Perubah
an warna
kulit
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 9

5. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan lab urin
a. Volume urin : < 400 ml/ 24 jam (oliguria) atau anuria.
b. Warna urin : keruh
c. Berat jenis : < 1,015
d. Osmolalitas : < 350 m osm/ kg
e. Klirens kreatinin : turun
f. Na ++ >40 mEq/ lt
g. Protein : proteinnuria (3-4+)
2. Pemeriksan lab darah
a. BUN:
b. Kreatinin :
c. Darah lengkap : Ht , Hb < 7 8 gr %
d. Eritrosit : waktu hidup
e. GDA, PH : Asidosis metabolik
f. Na ++ serum :
g. K + :
h. Mg ++/ fosfat :
i. Protein ( khusus albumin ):
3. BNO foto : ukuran ginjal/ ureter/ KK dan obstruksi ( batas ).
4. Pielogram retrograd : identifikasi ektravaskuler, massa.
5. Sitourettrogram berkemih : ukuran KK, refluks kedalam ureter, retensi.
6. Ultrasono ginjal : sel. Jaringan untuk diagnosi histologist.
7. EKG : ketidak keseimbangan elektrolit dan asam basa. ( dongoes, 2000 )

Gagal ginjal kronik biasanya tidak menampakkan gejala-gejala pada tahap awal
Penyakit. Untuk menegakkan diagnosa GGK, anamnesis merupakan petunjuk yang
sangat penting untuk mengetahui penyakit yang mendasari. Namun demikian pada
beberapa keadaan memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan khusus seperti cek
laboratorium darah. Dengan hanya melakukan pemeriksaan laboratorium bisa dilihat
kelainan-kelainan yang berlaku. Seseorang yang mempunyai risiko besar untuk
terpajannya penyakit harus melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat penyakit ini.
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada GGK dapat dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium yaitu untuk menentukan derajat kegawatan GGK,
menentukan gangguan sistem dan membantu menegakkan etiologi. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) dilakukan untuk mencari apakah ada batu, atau massa tumor, dan
juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal. Pemeriksaan elektrokardiogram
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 10

(EKG) dilakukan untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit. Pemeriksaan urin termasuk di dalam
pemeriksaan laboratorium.
Antara pemeriksaan urin yang dilakukan adalah urinalisa dan juga kadar filtrasi
glomerulus. Analisis urin dapat mengesan kelainan-kelainan yang berlaku pada ginjal.
Yang pertama dilakukan adalah dipstick test. Tes ini mengguanakan reagen tertentu
untuk mengetahui suabstansi yang normal maupun abnormal termasuk protein dalam
urin. Kemudian urin diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari eritrosit dan leukosit
dan juga apakah adanya kristal dan silinder. Bisanya dijumpai hanya sedikit protein
albumin di dalam urin. Hasil positif pada pemeriksaan dipstick menunjukkan adanya
kelainan. Pemeriksaan yang lebih sensitif bagi menemukan protein adalah pemeriksaan
laboratorium untuk estimasi albumin dan kreatinin dalam urin. Nilai banding atau ratio
antara albumin dan kreatinin dalam urin memberikan gambaran yang bagus mengenai
ekskresi albumin per hari.
Menurut Prodjosudjadi (2001) tahap keparahan penyakit ginjal yang diukur
berdasarkan Tes Klirens Kreatinin (TKK), diklasifikasikan gagal ginjal kronik (chronic
renal failure, CRF) apabila TKK sama atau kurang dari 25 ml/menit. Penurunan fungsi
dari ginjal tersebut akan berterusan dan akhirnya mencapai tahap gagal ginjal terminal
apabila TKK sama atau kurang dari 5 ml/menit
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah penunjuk umum bagi kelainan ginjal.
Dengan bertambah parahnya kerusakan ginjal, LFG akan menurun. Nilai normal LFG
adalah 100-140 mL/min bagi pria dan 85-115 mL/min bagi wanita. Dan ia menurun
dengan bertambahnya usia. LFG ditentukan dengan menentukan jumlah bahan buangan
dalam urin 24 jam atau dengan menggunakan indikator khusus yang dimasukkan secara
intravena (Pranay, 2010) . The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of
the National Kidney Foundation (NKF) menyatakan gagal ginjal kronik terjadi apabila
berlaku kerusakan jaringan ginjal atau menurunnya glomerulus filtration rate (GFR)
kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama 3 bulan atau lebih. Berikut adalah tahap yang
telah ditetapkan menerusi (K/DOQI) pada tahun 2002 (Pranay, 2010):


Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 11

Stage 1: Kidney damage with normal or increased GFR (>90 mL/min/1.73 m2)
Stage 2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
Stage 3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
Stage 4: Severe reduction in GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)
Stage 5: Kidney failure (GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)

Estimated GFR (eGFR) dilakukan dengan menghitung anggaran GFR
menggunakan hasil dari pemeriksaan darah. penting untuk mengetahui nilai estimasi
GFR dan tahap atau stage GGK penderita. Ini adalah untuk melakukan pemeriksaan
tambahan lain dan juga upaya panatalaksanaan. Pemeriksaan darah yang dianjurkan pada
GGK adalah kadar serum kreatinin dan blood urea nitrogen(BUN). Itu adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk monitor kelainan ginjal. Protein kreatinin adalah
hasil degradasi normal otot dan urea adalah hasil akhir metabolisme protein. Hasil
keduanya meningkat dalam darah jika adanya panyakit pada ginjal. Electrolyte levels and
acid-base balance ditentukan karena gagal ginjal akan menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. Terutamanya kalium, fosfor dan kalsium (Pranay, 2010).

6. Penatalaksanaan pada pasien GGK
a. Obat-obatan
Diuretik untuk meningkatkan urinasi, alumunium hidroksida untuk terapi
hiperfosfatemia, anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang
dapat menstimulasi produksi RBC seperti apoetin alfa bila terjadi anemia.
Anemia diatasi dengan pemberian obat yang menstimulasi pembentukan
sel darah merah dan kadang-kadang ditambah suplemen zat besi. Penyakit tulang
dapat terjadi karena kegagalan ginjal untuk menghasilkan vitamin D bentuk aktif
dan ketidakmampuan ginjal untuk membuang zat fosfor. Oleh karena itu dapat
diberikan vitamin D bentuk aktif dan obat yang mengikat fosfor ke usus.




Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 12

b. Hemodialisa
Pada pasien GGK dengan kreatinin < 15 dan masuk pada stadium 5,
Pengertian Hemodialisa, Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan
dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan
darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh
suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh
air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses
berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeable.
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana
terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
Tujuan Hemodialisa Sebagai terapi pengganti, kegiatan
hemodialisa mempunyai tujuan :
- Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
asam urat
- Membuang kelebihan air.
- Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
- Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
- Memperbaiki status kesehatan penderita.
Proses Hemodialisa, Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses
utama seperti berikut :
a. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan
kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi
perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang
dipindahkan ke dalam dialisat.
b. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut
karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 13

c. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia,
yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat.
Frekuensi Hemodialisa. Frekuensi, tergantung kepada banyaknya
fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani
dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
a. Penderita kembali menjalani hidup normal
b. Penderita kembali menjalani diet yang normal
c. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
d. Tekanan darah normal.
e. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal
kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan
ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau
beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
c. Peritoneal dialysis


Peritoneal dialisis merupakan tehnik dialisis yang menggunakan
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 14

peritoneum sebagai membran semi permeabel. Akses terhadap rongga
peritoneal menggunakan kateter tenchoff yang lunak. Ada 4 macam dialisis
peritoneal yang sering digunakan, yaitu (Sylvia A. Price ):
a. Manual intermittent peritoneal dialysis
b. Continous Cycler-assited Peritoneal Dialysis (CPPD)
c. Automated Intermittenty Peritoneal Dialysis (IPD)
d. Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Merupakan tehnik dialisis mandiri dengan menggunakan 2 lt
dialisat penukar empat kali sehari, dimana pertukaran terakhir dilakukan
pada jam tidur sehingga cairan dibiarkan diam dalam rongga peritoneal
semalaman.
- Kelebihan penggunaan CAPD adalah :
a. Mempermudah pasien karena dapat dilakukan dimana saja
b. Tidak terjadi penigkatan atau penurunan yang drastis pada kadar
kimia darah
c. Sederhana, mudah dipelajari, dan biaya rendah
- Kerugian penggunaan CAPD adalah :
a. Resiko terjadinya peritonitis yang terjadi sekali dalam 40 minggu
b. Infeksi saluran kateter
c. Kehilangan cukup banyak protein
d. Hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, obesitas
e. Hernia inguinalis dan abdominalis


d. Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi mayoritas pasien
dengan panyakit renal tahap akhir. Pasien memilih transplantasi ginjal dengan
berbagai alasan, seperti keinginan untuk menghindari dialisis atau untuk
memperbaiki perasaan sejahtera, dan harapan untuk hidup secara lebih normal.
Selain itu, biaya transplantasi ginjal yang sukses dibandingkan dialisis adalah
sepertiganya
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 15



e. Diet GGK
Pada CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis)/ DPMB (Dialisis
Peritoneal Mandiri Berkesinambungan), terjadi:
- Kehilangan protein (terutama albumin 50%, imunoglobulin 15,6%)
sebanyak 5-15 gram/ 24 jam atau 1,5-3 gram asam amino.
- Kehilangan protein ini akan mengakibatkan cadangan protein tubuh
berkurang.

A. Terapi Diet
1. Tujuan:
- Mencukupi kebutuhan protein untuk menggantikan protein yang
hilang dalam dialisis dan menjaga keseimbangan nitrogen.
- Mengatur asupan kalium
- Membatasi asupan fosfor untuk mengontrol hiperfosfstemia dan
osteodistrofi renal.
2. Syarat:
- Energi 35 kkal/ Kg BB
- Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60% dari total kalori
- Protein 1,2-1,4: 1,5 Perironitis (50% berasal dari protein bernilai
biologis tinggi)
- Lemak 30% diutamakan lemak tidak jenuh
- Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah pengeluaran cairan elalui pernafasan dan keringat 500 ml.
- Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan
cairan dalam tubuh, pembatasan garam berkisar 1-3 g/ hari.
- Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70
mEq/ hari apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 16

- Fosfor yang dianjurkan 400-900 mg/ hari.
- Kalsium 1000-1400 mg/ hari
- Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen B6: 10-15 mg,
- asam folat: 0,5-1 mg, Vit C: 100-200 mg, Vit B1: 30-40 mg/ hari.

B. Makanan untuk pasien GGK
1. Bahan makanan yang dianjurkan:
- Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie makaroni, jagung, roti,
kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
- Sumber protein hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.
- Sumber lemak: minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedele,
minyak kacang tanah, margarin tendah garam, mentega.
- Sumber vitamin dan mineral: Semua sayur dan buah, kecuali jika
pasien mengalami perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium
dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan
buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang,
sayur/ buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah
dapat dimasak menjadi setup buah/ cocktail buah.
2. Bahan makanan yang dihindari
- Sumber Protein: Kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe
dan tahu.
- Sumber lemak: kelapa, santan, minyak kelapa, margarin, mentega
biasa dan lemak hewan.
- Sumber vitamin dan mineral: sayuran dan buah tinggi kalium pada
pasien dengan hiperkalemia. (Isnawati, M. 2011)






Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 17



7. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi.
a. Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi
asidosis metabolic, Perikardistis efusi pericardial dan temponade
jantung.
b. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta
malfungsi system renin angioaldosteron.
c. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang
usia sel darah merah, dan pendarahan gastrointestinal akibat iritasi.
d. Penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat kadar kalium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D, abnormal, dan
peningkatan kadar aluminium.
e. Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada
lengan dan kaki, tekanan darah tinggi, atau cairan di paru-paru
(edema paru)
f. Kerusakan permanen pada ginjal (stadium akhir penyakit ginjal),
akhirnya ginjal membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal
untuk bertahan hidup







Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 18


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GGK
A. Kasus
Tn. S 50 tahun BB 50 kg masuk ke Rumah Sakit AA dengan keluhan sakit
pinggang pasien mengatakan BAK sedikit dan terdapat udem di ekstermitas bawah
dengan pitting udem +3, saat diauskultasi terdengar bunyi krekels pada aorta
abdomenalisnya, serta tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 50 x/menit, suhu 36,6
0
C,
saturasi O2 : 90 % , RR 30 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Ureum
300 mg/ dl, Na 150 mEq/lt, albumin 2,5 gr/dl, Kreatinin 3, Ht 14,0% dan Hb 6,2 mg/dl.
Setelah dilakukan pemeriksaan TKK (total kretinin clearence) didapatkan hasil 2,08
ml/menit dan terjadi penurunan GFR 10 ml/mnt/1,73m2 selain itu pada pemeriksaan
USG pada kedua ginjal didapatkan kedua ginjal tampak mengecil. Saat ini klien
mengeluh mual sehingga tidak nafsu makan dan juga sering mengalami muntah, tubuh
klien terlihat lemah, pucat, kulit kering dan bersisik, klien sering menggaruk bagian
tubuhnya karena rasa gatal (pruritus) dan dengan kesadaran kompos mentis. Pasien hanya
dapat menghabiskan makan porsi makanan.
Keluarga klien mengatakan klien mengalami hal ini sejak 3 tahun yang lalu, klien
awalnya mengira hanya penyakit biasa saja sehingga klien hanya membeli obat
diwarung/ jamu untuk mengurangi rasa sakit terhadap penyakitnya tersebut, klien juga
tidak pernah memeriksakan keadaannya ke rumah sakit. Keluarga juga mengatakan klien
mempunyai riwayat hipertensi yang sudah lama dideritanya. Kondisi klien semakin lama
semakin memburuk sehingga keluarga membawa klien ke rumah sakit. Selain itu
keluarga juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini pasien BAK dengan jumlah yang
sedikit.




Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 19

B. Analisis Masalah
Pasien mengalami pengecilan di kedua ginjalnya, kemudian pasien mempunyai
riwayat hipertensi sebelumnya, sakit pinggang, BAK sedikit dan terdapat udem di
ekstermitas bawah dengan pitting udem +3, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 50
x/menit, suhu 36,6
0
C, pernafasan 19 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan Ureum naik 300 mg/ dl, Kreatinin naik 3 dan Hb turun 6,2 mg/dl, Ht turun
14,0% pasien mual, muntah serta nafsu makan menurun dan hanya menghabiskan
porsi tiap makan. Ketika dilakukan tes TKK (total kreatinin clearence) didapatkan hasil
2,08 ml/menit dan terjadi penurunan GFR 10 ml/mnt/1,73m2
Dari uraian masalah pasien diatas , hipertensi adalah salah 1 penyebab munculnya
penyakit GGK menurut NKF (2010) Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, terjadi
apabila tekanan darah pada pembuluh darah meningkat dan jika tidak dikawal, hipertensi
bisa menjadi puncak utama kepada serangan jantung, stroke dan gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik juga bisa menyebabkan hipertensi.
Sedangkan dilihat dari Manisfestasi klinis pasien dari kasus diatas ada beberapa
persamaan dari manifestasi klinis pasien GGK menurut (Smeltzer, 2001 :1449) antara
lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktifitas sistem renin
angiotensin aldosteron), udem (akibat cairan berlebihan ) dan pruritis,anoreksia.
Jadi dilihat dari etiologi dan manifestasi klinis pasien diatas berdasarkan teori
yang ada,adanya peningkatan kadar ureum, kadar kreatinin dan penurunan Hb dan Ht
dengan TKK hanya 2,08 ml/menit dan GFR < 15 ml/mnt/1,73m2 dapat dianalisis bahwa
penyakit pada pasien ini menjurus pada penyakit GGK.

C. Asuhan Keperawatan
1. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1.


DO :
TD : 160/90 mmHg,
nadi 50 x/menit,

Penurunan suplai darah ke
ginjal
Resiko
ketidakefektifan
perfusi ginjal
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 20





























2.


Hasil pemeriksaan
laboratorium
didapatkan Ureum
300 mg/ dl, Na 150
mEq/lt, albumin 2,5
gr/dl, Kreatinin 5, Ht
14,0% dan Hb 6,2
mg/dl
TKK (total kretinin
clearence) didapatkan
hasil 2,08 ml/menit
dan terjadi penurunan
GFR 10
ml/mnt/1,73m2
Hasil USG didapat
bagian kedua ginjal
mengecil

DS :
Pasien mengatakan
mempunyai riwayat
hipertensi sudah lama,
dan mengatakan pegal
pada bagian
pinggangnya, dan
BAK sedikit


DO:
udem ekstermitas
bagian bawah ,





























Gangguan mekanisme
regulasi





























Kelebihan volume
cairan
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 21























3.








pitting udem +3
Hasil laboratorium
menunjukkan ureum
300 mg/ dl
- Kreatinin 5
CRT : > 2 dt
albumin 2,5 gr/dl,
Kreatinin 5, Ht 14,0%
dan Hb 6,2 mg/dl
TKK (total kretinin
clearence) didapatkan
hasil 2,08 ml/menit
dan terjadi penurunan
GFR 10
ml/mnt/1,73m2

DS:
pasien mengatakan
terjadi pembengkakan
di bagian ekstermitas
bawahnya

- DO:
Pasien terlihat lemah
dan pucat, sesak nafas
- TD: 160/90 mmHg
- Nadi : 50x/menit
RR : 30 x/ menit
- Hb: 6,2 mg/dl
Ht : 14,0 %
Saturasi O2 : 90 %























Ketidakseimbangan suplai
O2





























Intoleransi aktivitas







Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 22












4.


















5.


DS:
Pasien mengatakan
lemas, dan pegal pada
pinggang bagian
belakangnya dan
pasien mengatakan
sedikit sesak nafas


DO:
Klien terlihat lemah,
mual dan muntah
TD: 160/90 mmHg
- Nadi : 50x/menit
RR : 30 x/ menit

-
DS:
- pasien mengatakan
tidak nafsu makan dan
hanya menghabiskan
makan porsi setiap
makan.





DO:












Mual, muntah






























Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
















Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 23
















6.

Kulit klien terlihat
kering dan bersisik.
Klien terlihat sering
manggaruk bagian
tubuhnya.
Ureum 300 mg/ dl
(naik)

DS:
Klien mengatakan
sering mengalami
gatal-gatal pada
bagian tubuh tertentu.


DO :
Pasien tampak tidak
mengetahui tentang
penyakit GGK, pasien
menanyakan tentang
penyakitnya

DS :
Keluarga klien
mengatakan klien
mengalami hal ini
sejak 3 tahun lalu,
klien hanya
mengkonsumsi obat
warung dan
Pasien mengatakan
Gangguan metabolic
















Kurang pajanan
Kerusakan integritas
kulit















Kurang pengetahuan
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 24

mempunyai riwayat
hipertensi , pasien
tidak sadar dan tidak
paham tentang
penyakitnya

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal b/d hipertensi
b. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai O2
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,muntah
e. Kerusakan integritas kulit b/d gangguan metabolic
f. Kurang pengetahuan b/d kurang pajanan

3. NCP ( Nursing Care Plan )
NO Dx NOC NIC
1. Resiko ketidakefektifan
perfusi ginjal b/d
hipertensi
Kidney function

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, masalah ketidakefektifan
perfusi ginjal dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1. TD dalam rentang
normal
2. Na, kreatinin, ureum
dalam batas normal
3. Intake output
seimbang
Acid base
management
Nutrition
Management
- Cek TTV
- Monitor Ht, Na,
Creatinin, ureum
- Observasi tanda tanda
cairan
berlebih/retensi
- Hitung balance cairan
- Pertahankan intake &
output secara akurat
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 25

4. Hematokrit dalam
batas normal
5. Tidak ada edema
perifer
6. Haluaran urin normal
7. Menerapkan diet yang
sesuai dengan masalah
pasien

- Berikan diet sesuai
masalah pasien untuk
penyakit GGK
kolaborasi dengan
ahli gizi
- Kolaborasikan
dengan dokter
pemberian obat-
obatan yang
dibutuhkan
Hemodialysis
Therapy
- Observasi terhadap
dehidrasi
- Monitor TTV
- Monitor BUN,
kreatinin, Ht dan
elektrolit
- Kaji temperature, TD,
RR, BB

2. Kelebihan volume cairan
b/d gangguan mekanisme
regulasi

Elektrolit and acid
base balance
Fluid balance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, masalah kelebihan cairan
dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Terbebas dari edema
2. Terbebas dari efusi
Fluid Management
- Kaji TTV
- Monitor hasil Hb
sesuai dengan retensi
cairan (BUN, Hmt,
Osmolalitas urin)
- Hitung balance cairan
- Pertahankan intake
output yang akurat
- Batasi masukan
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 26

pleura

cairan pada keadaan
hiponatremi dengan
serum Na >130
mEq/l
- Kolaborasi
pemberian diuretik
sesuai anjuran dokter
- Kolaborasi dengan
dokter jika tanda
kelebihan cairan
memburuk

3. Intoleransi aktivitas b/d
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan O2

Energy conservation
Activity tolerance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, dapat melakukan
aktivitas secara toleran
dengan kriteria hasil :
1. Dapat berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan tekanan
darah, nadi, RR
2. TTV dalam batas
normal
3. Mampu beraktifitas
secara bertahap
Activity therapy
- Cek TTV
- Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktifitas
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
- Fokuskan pada
aktifitas yang biasa
dilakukan pasien
- Anjurkan keluarga
untuk membantu
memenuhi kebutuhan
pasien.
- Kolaborasi dengan
terapis dalam latihan
pemenuhan aktifitas
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 27


4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
mual,muntah

Nutritional status :
food and fluid intake
Nutritional status :
nutrient intake
Weight control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, masalah nutrisi pasien
dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1. Mempertahankan BB
ideal
2. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
3. Tidak ada mual,
muntah
4. Pasien mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

Nutrition
management
- Kaji adanya alergi
makanan
- Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Timbang BB pasien
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
- Kolaborasi dengan
dokter pemberian
obat anti emetik
5.






Kerusakan integritas kulit
b/d gangguan metabolik

Tissue integrity :
skin mucous
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam, masalah integritas kulit
dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
Pressure
management
- Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian yang longgar
- Jaga kebersihan kulit
- Mobilisasi pasien
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 28










1. Tidak ada luka/lesi
2. Perfusi jaringan baik
3. Pasien mampu
memahami proses
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cedera berulang
setiap 2 jam sekali
- Monitor kulit akan
adanya kemerahan
- Oleskan lotion pada
daerah yang tertekan
- Edukasi pasien
tentang kerusakan
kulit
- Kolaborasikan
dengan dokter
pemberian obat gatal



6. Kurang pengetahuan b/d
kurang pajanan
Knowledge : disease
process
Knowledge : health
behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24
jam, masalah kurang
pengetahuan pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga
mampu memahami
tentang penyakit ,
kondisi, prognosis,
dan program
pengobatan
2. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
Teaching : disease
process
- Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
mengenai penyakit
secara spesifik
- Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi, fisiologi
secara tepat
- Gambarkan tanda dan
gejala dari penyakit
- Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisinya dengan
Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 29

dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
telah diketahuinya

tepat
- Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
lebih lanjut
- Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan dengan
pasien














Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 30

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dimana terjadi kegagalan
kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik , cairan elektrolit
yang mengakibatkan uremia atau azotemia. Jadi gagal ginjal kronik bisa didefinisikan
berhentinya fungsi ginjal secara mendadak, menahun dan ditandai dengan dengan
peningkatan konsentrasi urea (azotemia).
Etiologi dari gagal ginjal kronik adalah penumpukan zat toksin,
glomerulonefritik, nefropati analgesik, nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati,
diabetik, serta penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, dan penyebab yang tidak
diketahui.
Manisfestasi klinis pada GGK antara lain : hipertensi, gagal jantung kongestif dan
udem pulmoner dan perikarditis. Selain itu terjadi gangguan pada sistem gastrointestinal,
integument, musculoskeletal, endokrin dan sistem tubuh lainnya.
Gagal ginjal kronik biasanya tidak menampakkan gejala-gejala pada tahap awal
Penyakit. Untuk menegakkan diagnosa GGK, anamnesis merupakan petunjuk yang
sangat penting untuk mengetahui penyakit yang mendasari. Namun demikian pada
beberapa keadaan memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan khusus. Dengan hanya
melakukan pemeriksaan laboratorium bisa terlihat kelainan-kelainan yang berlaku.
Seseorang yang mempunyai risiko besar untuk terpajannya penyakit harus melakukan
pemeriksaan rutin untuk melihat penyakit ini. Pemeriksaanya antara lain : USG, EKG,
Tes Lab dan lain-lain.
Komplikasi pada penyakit GGK ini antara lain : Hiperkalemia,Hipertensi, Anemia
,Penyakit tulang, Retensi cairan, Kerusakan permanen pada ginjal (stadium akhir
penyakit ginjal).
Untuk itu perlu ditegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan pathway atau
patofisiologi dari penyakit GGK ini dengan melihat kasus pada pasien.

Asuhan Keperawatan pada Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronis) Page 31

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi Penyakit GGK (Gagal
Ginjal Kronik) yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya

Das könnte Ihnen auch gefallen