Sie sind auf Seite 1von 9

Alkohol

Alkohol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus OH yang terkait pada
atom C dari rangkaian alifatis atau siklik. Sebagaian alkohol digunakan sebagai pelarut,
mempunyai sifat asam lemah, mudah menguap dan mudah terbakar. Alkohol dengan jumlah
1. Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada satu
gugus alkil.
2. Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung
dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda.
3. Alkohol tersier
Pada alkohol tersier (3), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan
tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda.
Contoh:
CH
3
CH
3


CH
3
C CH
3
CH
3
C CH
2
CH
3


Br Cl

alkohol diproduksi dengan beberapa cara:
1. Dengan fermentasi menggunakan glukosa dari gula dihasilkan dari hidrolisis dari pati , di
hadapan ragi dan suhu kurang dari 37 C untuk menghasilkan etanol. Misalnya konversi
invertase untuk glukosa dan fruktosa atau konversi glukosa untuk Zimase dan etanol .
2. Dengan langsung hidrasi menggunakan etilen ( hidrasi etilena ) atau alkena lain dari
cracking dari fraksi sulingan minyak mentah .
Etanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil alcohol, adalah cairan yang bening,
tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan
karakteristik bau spiritus dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa asap.
Campur dengan air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir semua pelarut organic lainnya.
Penyimpanan pada suhu 8-15C, jauh dari api dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari
cahaya. Metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar etanol antara lain metode berat
jenis yang merupakan metode konvensional dan kromatografi gas yang merupakan metode
instrumental. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu,
dilakukan perbandingan validitas kedua metode, apakah validitas kedua metode berbeda
bermakna atau tidak.
Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan
senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa yang dapat ditetapkan dengan
kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasan-batasannya. Senyawa-senyawa tersebut
harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 300C. Jika
senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa
tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas. Berat jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat
terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4 C atau temperatur lain yang
tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25 C / 25 C, 25 C / 4
C, dan 4 C / 4 C. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara saat zat ditimbang,
angka yang berikutnya menunjukkan temperatur air yang digunakan (Martin dkk., 1983).
Berat jenis larutan etanol dapat diukur dengan piknometer. Berat jenis larutan etanol
semakin kecil, maka kadar etanol di dalam larutan tersebut semakin besar. Hal ini dikarenakan
etanol mempunyai berat jenis lebih kecil daripada air sehingga semakin kecil berat jenis larutan
berarti jumlah / kadar etanol semakin banyak. Konversi berat jenis menjadi kadar etanol (v/v)
disajikan pada tabel I dibawah ini:
Tabel I. Konversi berat jenis kadar etanol (v/v)
Berat jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

Berat jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

Berat jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

1,000
0,9999
0,9998
0,00
0,07
0,13
0,9978
0,9977
0,9976
1,48
1,54
1,61
0,9956
0,9955
0,9954
2,98
3,05
3,12
0,9997
0,9996
0,9995
0,9994
0,9993
0,9992
0,9991
0,9990
0,9989
0,9988
0,9987
0,9986
0,9985
0,9984
0,9983
0,9982
0,9981
0,9980
0,9979

0,20
0,26
0,33
0,40
0,46
0,53
0,60
0,66
0,73
0,80
0,87
0,93
1,00
1,07
1,14
1,20
1,27
1,34
1,41


0,9975
0,9974
0,9973
0,9972
0,9971
0,9970
0,9969
0,9968
0,9967
0,9966
0,9965
0,9964
0,9963
0,9962
0,9961
0,9960
0,9959
0,9958
0,9957

1,68
1,75
1,81
1,88
1,95
2,02
2,09
2,15
2,22
2,29
2,37
2,43
2,50
2,57
2,64
2,70
2,77
2,84
2,91

0,9953
0,9952
0,9951
0,9950
0,9949
0,9948
0,9947
0,9946
0,9945
0,9944
0,9943
0,9942
0,9941
0,9940
0,9939
0,9938
0,9937
0,9936
0,9935

3,19
3,26
3,33
3,40
3,47
3,54
3,61
3,68
3,76
3,83
3,90
3,97
4,04
4,11
4,18
4,26
4,33
4,40
4,48

Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini
didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoultdan Hukum Dalton.
Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam macam
destilasi, yaitu :
1. Destilasi sederhana
2. Destilasi bertingkat ( fraksional )
3. Destilasi azeotrop
4. Destilasi vakum
5. Refluks / destruksi
6. Destilasi kering
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan
dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat
dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa senyawa
yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing masing.

Gambar : Alat Destilasi Sederhana

Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari
thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat.
Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama
proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar
dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu
campuran zat cair yang akan didestilasi. Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas
yang akan masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher
yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah
keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin
yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar
bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih
sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung destilat bisa berupa
erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat
menggunakan penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada
destilator.

Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa
dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam
permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik
sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan
mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik
didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai
titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan
komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen
dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan
terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu
dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat
yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
(Atmojo Susilo , 2011)

Sifat Bahan
Secara fisik :
1. Semua alkohol berwujud cair pada suhu biasa atau kamar, serta bercampur baik dengan air.
Jika alkohol dilarutkan dalam air, gugus OH tidak terionisasi.
2. Antara molekul molekul alkohol terdapat ikatan hidrogen, sehingga alkohol memiliki titik
didih yang tinggi (mendekati titik didih air).
3. Alkohol merupakan khamar, yaitu zat zat yang dapat memabukkan jika diminum. Bahkan
ada alkohol yang bersifat racun, misalnya metanol.
4. Alkohol dapat bereaksi dengan logam natrium, menghasilkan senyawa Na-alkanoat (Na-
alkoksida). Pada reaksi ini, atom H pada gugus OH disubstitusi oleh atom Na.
2C
2
H
5
OH + 2Na 2C
2
H
5
ONa + H
2

Etanol Na-etanoat
(Na-etoksida)
5. Alkohol dapat bereaksi dengan fosfor trihalida (PX
3
), menghasilkan senyawa alkilhalida,
pada reaksi ini, gugus OH akan disubstitusi oleh atom halogen.
3CH
3
OH + PCl
3
3CH
3
Cl + H
3
PO
3

Metanol Metil klorida

Secara kimia
1. Pembuatan metanol dan etanol
Metanol dalam industri dibuat dari reaksi gas gas CO dan H
2
pada tekanan 200
atm dan suhu 400
o
C. Dengan bantuan katalis Cr
2
O
3
dan ZnO.
CO + 2H
2
CH
3
OH
Metanol
Metanol digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan pernis dan lak, serta sebagai
pembersih karat pada logam logam. Titik beku yang rendah menyebabkan metanol dipakai
sebagai cairan anti beku pada otomobil. Metanol sering ditambahkan pada etanol dengan
anjuran tidak boleh diminum, karena metanol sangat beracun dan merusak saraf optik
sehingga dapat membutakan mata. Campuran metanol dan etanol dikenal dengan nama
spiritus. Spiritus dibubuhi warna biru.
Etanol dibuat dari reaksi fermentasi (peragian) karbohidrat seperti beras, kentang,
terigu (gandum), tapioka (singkong), atau maizena (jagung). Ragi mengandung enzim
enzim diastose, maltase, dan zimase yang mampu menguraikan amilum (tepung, pati).
diastase
2(C
6
H
10
O
5
)
n
+ n H
2
O n C
12
H
22
C
11

Amilum maltosa
maltase
C
12
H
22
O
11
+ H
2
O 2C
6
H
12
O
6

Maltosa glukosa
zimase
C
6
H
12
O
6
2C
2
H
5
OH + 2CO
2

Glukosa etanol

Etanol (78
o
C) dipisahkan dari campuran dengan cara destilasi. Etanol ini biasanya
masih mengandung air. Dengan menambahkan kapur tohor, CaO, untuk mengikat air, kita
dapat memperoleh alkohol pekat (96%) atau alkohol absolut (100% etanol).
Selain digunakan dalam pembuatan minuman keras seperti bir, atau wiski, etanol
digunakan dalam pembuatan berbagai barang industri, zat zat warna, seluloid, rayon dan
sebagainya. Etanol juga digunakan sebagai pelarut. Larutan suatu zat dalam etanol disebut
tingtur (tincture), misalnya tingtur iodium yang sering dipakai sebagai obat antiseptik pada
luka luka.
2. Pembuatan alkohol polihidroksi
Alkohol polihidroksi (disebut juga alkohol polivalen) adalah senyawa senyawa
yang mengandung gugus OH lebih dari sebuah.
CH
2
CH
2
CH
2
OH

OH OH CH OH
Etanadiol
(etilen glikol) CH
2
OH
Oropanatriol (gliserol,gliserin)

Dalam industri, etanadiol (etilen glikol) dibuat dengan mengoksidasi etena dengan
O2 dan dilanjutkan dengan hidrolisa. Reaksi dilakukan pada suhu 250oC dengan bantuan
logam perak sebagai katalis.
CH
2
= CH
2
+ O2 CH
2
CH
2

Etena O
Etilen oksida
CH
2
CH
2
+ H
2
O CH
2
CH
2

O
OH OH
Etilen glikol
Etilen glikol adalah bahan baku pembuat serat serat sintatik poliester, misalnya
tetoran. Etilen glikol sering digunakan sebagai penurun titik beku air pada negara negara
bermusim dingin (winter).
Gliserol dihasilkan pada reaksi pembuatan sabun. Gliserol banyak digunakan sebagai
pelarut obat obatan dan kosmetik, seperti obat batuk, body lotion, dan sebagainya. Gliserol
juga merupakan bahan baku pembuat bahan peledak dinamit yang mengandung gliseril
trinitrat ( nitrogliserin).
CH
2
OH CH
2
O NO
2


CH OH + 3HNO
3
CH O NO
2
+ 3H
2
O

CH
2
OH CH
2
O NO
2

Gliserol nitrogliserin

Jika dinamit meledak, akan dihasilkan gas gas yang menimbulkan energi cukup dahsyat:
CH
2
O NO
2


CH
2
O NO
2
3CO
2
+ 3N + O
2
+ 2H
2
O

CH
2
O NO
2

Das könnte Ihnen auch gefallen