Sie sind auf Seite 1von 122

0

DAFTAR ISI
Diabetes Melitus 1
Hemorrhoid 3
Anemia Defisiensi Besi. 5
Disentri Basiler 6
Dengue Syok Sindrom.. 12
Tetanus. 14
Faringitis... 25
Infeksi Saluran Kemih. 29
Urtikaria... 33
Syok Anafilaktik. 38
Typus Abdominalis. 41
Dengue Hemorrhagic Fever. 46
Steven Johnson Syndrome. 50
Anemia Pernisiosa. 53
Batuk Rejan. 55
Glaukoma... 57
Otitis Media Akut. 60
Sinusitis... 63
Preeklampsia. 66
Shigellosis. 69
Asma.. 71
Ekzema... 72
Skizofrenia... 75
Epilepsi.. 79
Fluor Albus.. 83
Uretritis Gonorrhea. 88
Shigellosis/Disentri Basiler. 93
Pulpitis... 95
Combustio.. 96
TBC... 99
Konjungtivitis. 101
Stomatitis... 101
Hipertensi... 103
Migrain.. 112
Vertigo.. 115

1

1. DIABETES MELITUS
A. Definisi
Menurut American Diabetes Association 2005, diabetes melitus adalah suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
B. Gejala Klinis
1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebelumnya
2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria
dan pruritus vulva pada wanita
Algoritma diagnosis DM

C. Pengobatan dan Resep
Diabetes melitus secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. DM tipe 1
DM tipe 1 merupakan DM yang terjadi karena sel beta pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin, sehingga terapi pada DM tipe 1 ini adalah pemberian insulin.
Contoh resep:
R/ Insulin regular inj 100 IU
Cum spuit cc 1 No. I
2

imm

Pro: Ny. B (50 th)
2. DM tipe 2
DM tipe 2 merupakan DM yang terjadi karena adanya resistensi insulin pada tubuh.
DM tipe 2 diterapi dengan obat hipoglikemik oral sebagai berikut:
a. Pemicu sekresi insulin (insulin sekretagok): sulfonilurea dan glinid
b. Penambah sensitivitas insulin: metformin, tazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis: metformin
d. Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Contoh resep:
R/ Glibenklamid tab mg 5 No. VII
1 dd tab I mane h a.c

Pro: Ny. B (50 th)

R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
3 dd tab I

Pro: Ny. A (50 th)
D. Keterangan Obat
1. Insulin
Insulin merupakan terapi utama pada DM tipe 1 karena ketiadaan insulin pada
penyakit ini. Insulin ini dibuat secara semisintetis (dari insulin babi) dan biosintetis
(dari rekombinan DNA). Insulin tidak dapat digunakan per oral karena terurai oleh
pepsin lambung sehingga selalu diberikan sebagai injeksi subkutan setengah jam
sebelum makan. Insulin berfungsi untuk memasukkan glukosa ke dalam sel-sel
tubuh agar dapat digunakan sebagai energi.
Berdasarkan lama kerjanya, terdapat insulin kerja singkat (sebagai contoh actrapid,
humulin regular), long acting (contohnya insulin isofan, humulin zinc), dan medium
acting (contohnya mixtard 30 human).Dosis insulin sangat individual, begitupula
lama kerja yang tergantung dari diet dan gaya hidup pasien.
2. Glibenklamid
- Golongan sulfonilurea
3

- Sediaan: 5 mg
- Nama paten: glukonic, glyamid, tiabet
- Dosis: dosis awal 2,5-5 mg, bila perlu dinakikkan setiap minggu sampai
maksimal 20 mg/hari
- Mekanisme kerja: merangsang sekresi insulin dari granul sel beta pankreas.
Terapi efektif diberikan 30 menit sebelum makan, dimaksudkan untuk
mencegah hipoglikemia dan mempercepat absorbsi
- Resorbsinya di usus dan diekskresi lewat urine dan feses
- Efek samping: gangguan saluran cerna dan alergi kulit
3. Metformin
- Golongan biguanid
- Sediaan: 500 mg, 850 mg
- Nama paten: gliformin, glikos, glucofor
- Dosis: dosis awal 2x500 mg, maintanance 3x500 mg, dosis maksimal 2,5-3
g/hari
Mekanisme kerja: menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan
sensitivitas insulin di jaringan. Efektif diminum pada waktu makan untuk
mengurangi efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman di
perut
- Absorbsi di usus dan ekskresi melalui ginjal

2.HEMOROID
A. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis
B. Gejala Klinis
Gejala utama berupa :
- Perdarahan melalui anus sehingga feses dapat mengandung darah.
- Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
- Nyeri sebagai akibat permukaan hemoroid mengalami gesekan atau adanya
trombus.
- Iritasi kronis sekitar anus.
- Anemia yang mungkin menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
C. Pengobatan dan Resep
4

Prinsip pengobatan hemoroid adalah:
1. Memperbaiki defekasi
Contoh: dulcolax, microlax
2. Pengobatan simtomatis (gatal, nyeri, luka)
Contoh: anusol
3. Menghentikan perdarahan
Contoh: daflon
4. Mencegah serangan hemoroid
Contoh: radium

Contoh resep:
R/ Dulcolax tab No.VI
1 dd tab II h.s

R/ Anusol supp mg 500 No. VI
uc

R/ Daflon tab mg 500 No. XII
3 dd tab I

Pro: Ny. B (50 th)
D. Keterangan Obat
1. Dulcolax
- Sediaan : 5 mg/tab
10 mg/supp dewasa; 5 mg/supp anak-anak
- Kandungan: bisakodil
- Mekanisme kerja: merangsang gerakan peristaltik usus besar dan
meningkatkan akumulasi air dan elektrolit di dalam lumen usus besar
- Indikasi: sembelit/konstipasi
- Kontraindikasi: operasi abdomen akut
- Efek samping: rasa tidak enak di perut, kram, sakit perut, diare
- Efek pemberian oral muncul 6-12 jam setelah pemberian, sedangkan efek
pemberian suppositoria muncul -1 jam setelah pemberian.
- Dosis: sebelum tidur 1-2 tablet 5 mg, suppositoria 10 mg pada pagi hari.
5

2. Anusol
- Indikasi: meringankan ketidaknyamanan pada hemoroid
- Dosis: suppositoria 1 kali pada pagi dan malam hari setiap kali sehabis BAB,
maksimal 6 kali/hari
- Mekanisme: meredakan gejala
3. Daflon
- Kandungan: micronized purified flavonoid fraction 500 mg (diosmin 90%
dan hesperidin 10%)
- Dosis: kronik 2x1 tab pagi dan malam hari saat makan;
akut 3-4 tab
- Indikasi: hemoroid kronik, serangan hemoroid akut
- Mekanisme: meningkatkan resistensi dan tonus pembuluh darah vena
3.ANEMIA DEFISIENSI BESI
A. Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan
besi tubuh (depleted iron store), sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin
berkurang. Kelainan ini ditandai dengan anemia hipokromik mikrositik, besi
serum menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin menurun, feritin serum
menurun, pengecatan besi sumsum tulang negatif, dan adanya respons terhadap
pengobatan dengan preparat besi.
B. Gejala Klinis
- Gejala umum anemia:
Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga mendenging
- Gejala khas akibat defisiesi besi: koilonikia (kuku sendok), atrofi papil lidah,
stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster
C. Pengobatan dan Resep
Pengobatan pada anemia defisiensi besi sebagai berikut:
1. Terapi kausal
Terapi kausal tergantung penyebabnya, sebagai contoh pengobatan cacing
tambang, hemoroid, atau menoragia

2. Pemberian preparat besi
- Besi per oral
6

Preparat yang tersedia seperti sulfas ferosus. Dosisnya adalah 3x200 mg.
Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong. Pengobatan
diberikan sampai 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi
cadangan besi tubuh
- Besi parenteral
Preparat yang tersedia iron dextran complex, iron sorbitol citric acid
complex. Dapat diberikan secara intramuskular atau intravena
3. Pengobatan lain
- Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama
berasal dari protein hewani
- Vitamin C: vitamin C diberikan 3x100 mg per hari untuk meningkatkan
absorbsi besi.
Contoh resep:
R/ Sulfas ferosus tab mg 200 No. XXI
3 dd tab I

R/ Vitamin C tab mg 100 No. XXI
3 dd tab I

Pro: Ny. B (50 th)
D. Keterangan Obat
1. Sulfas ferosus
Sulfas ferosus bersifat sangat merangsang karena reaksi asamnya dan lebih
sering menimbulkan mual dan muntah. Dosis oral 2 dd 325 mg atau 1 dd tablet
retard 525 mg sesudah makan pagi.
2. Vitamin C
- Sediaan: tablet 50 mg, tablet 100 mg
- Fungsi vitamin C pada pengobatan anemia defisiensi besi adalah untuk
meningkatkan absrobsi besi
4. DISENTRI BASILER
A. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
7

besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar
dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2)
berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir.
B. Gejala Klinis
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari
sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai
demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih
mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran
tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating
cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat,
berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah,
suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal
bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor
kulit berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas
dingin dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya
tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan.
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma
uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka
ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan.
Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan tetapi
memerlukan waktu penyembuhan yang lama.
Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih
berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus
yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang
menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara menahun. Kejadian ini jarang
sekali bila mendapat pengobatan yang baik.
8

C. Pengobatan
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah atau
memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika.
Cairan dan elektrolit
Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral.
Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan
penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk
menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan
dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita
berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan.
Diet
Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5 kali/hari,
kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.


Pengobatan spesifik
Antibiotik. Keputusan disesuaikan dengan ringan beratnya gejala disentri
ampisilin 4 x 500 mg/hari
kotrimoksazol 2 x tab 2/hari
tetrasiklin 4 x 500 mg/hari
penggunaan antibiotic golongan kuinolon dan sefalosporin generasi 3 pada
pasien resisten dan gejala klinik berat
D. Mekanisme Obat
1. Ampisilin
a. Bentuk sediaan obat
- Serbuk injeksi im, iv 0,5/ 1g/ vial ; sirup kering 125mg/5ml
b. Nama paten
- Amcilin, vicilin
c. Dosis
- 500mg/tab, 125mg/5ml sirup, 250mg/ml sirup
d. Mekanisme kerja
9

- Jumlah ampicilin yang diabsorbsi pada pemberian oral dipengaruhi
besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Adanya
makanan dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi obat.
e. Metabolisme
- Absorpsi
Jumlah ampisilin yang diabsorpsi pada pemberian oral dipengaruhi
besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Dengan
dosis lebih kecil persentasi yang diabsorpsi relative lebih besar.
Absorpsi ampisilin oral tidak lebih baik dari penisilin V atau
fenetisilin. Adanya makanan dalam saluran cerna akan menghambat
absorpsi obat.
- Distribusi
Ampisilin didistribusi luas di dalam tubuh dan pengikatannya oleh
protein plasma hanya 20%. Ampisilin yang masuk ke dalam empedu
mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresi bersama tinja
jumlahnya cukup tinggi. Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang
efektif pada keadaan peradangan meningen. Pada bronchitis, atau
pneumonia, ampisilin disekresi ke dalam sputum sekitar 10% kadar serum.
Bila diberikan sesaat sebelum persalinan, dalam satu jam kadar obat dalam
darah fetus menyamai kadar obat dalam darah fetus menyamai kadar obat
dalam darah ibunya. Pada bayi premature dan neonatus, pemberian
ampisilin menghasilkan kadar dalam darah yang lebih tinggi dan bertahan
lebih lama dalam darah.
- Biotransformasi dan Ekskresi
Biotransformasi ampisilin umumnya dilakukan oleh mikroba
berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase. Proses
biotransformasi oleh hospestidak bermakna. Akibat pengaruh penisilinase
terjadi pemecahan cincin betalaktam, dengan kehilangan seluruh aktivitas
antimikroba. Amidase memecah rantai samping, dengan akibat penurunan
potensi antimikroba.
Ampisilin diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat
dihambat oleh probenesid. Masa paruh eliminasi ampisilin dalam darah
menjadi 2-3 kali lebih lama. Kegagalan fungsi ginjal sangat memperlambat
ekskresi ampisilin. Sebagai contoh, masa paruh eliminasi karbenisilin yang
10

pada ginjal sehat sekitar satu jam dapat memanjang menjadi 15 jam.
Akumulasi umumnya tidak terjadi karena peningkatan biotransformasi di
hepar.


f. Indikasi
- Ispa, ispb, isk, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringan lunak,
infeksi gonococal
g. Efek samping
- Mual, diare, ruam, kadang kolitis
2. Kotrimoksazol
a. Bentuk sediaan obat
- Kotrimoksazol sirup 50ml
- Primsulfon sirup
- Kotrimoksazol tab 480mg ; 960mg
- Primsulfon F tab
b. Dosis
- 2 x 10ml/hari
- 2 x 1 tab/hari
c. Mekanisme kerja
- Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk trimetropim dan 4
jam untuk sulfametoksazol
- Waktu paruh 11 jam untuk trimetropim dan 10jam untuk sulfametoksazol
d. Indikasi
- ISK, bronchitis kronis, pneumonia, diare
e. Efek samping
- Gangguan pencernaan : mual, muntah, anorexia
- Reaksi dermatologi : rash atau urticaria
3. Tetrasiklin
a. Bentuk sediaan obat
- Kapsul 250mg, 500mg
b. Dosis
- Oral 50mg/kgBB/hari
11


c. Mekanisme kerja
- Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus bagian
atas. Dapat menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam
kadar yang relatif tinggi. Diekskresi melalui urin dengan filtrasi
glomerulus dan melalui empedu. Masa paruh 6-12 jam.
d. Indikasi
- Infeksi pernapasan, saluran kemih dan kulit. Infeksi uretritis non
gonococcal, rocky mountain spoted fever, tifus, chancroid, kolera,
brucellosis, anthrax, sifilis
e. Efek samping
- Fotosensitif, vertigo, perubahan warna gigi dan anak-anak, teratogenik
4. Metaklopramid
a. Sediaan :
- 10mg/tab ;
- 10mg/2ml (injeksi)
b. Indikasi :
- antiemetik, dispepsia pasca gastreknomi
c. Mekanisme :
- Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreseptor triggerzone)
- memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung
d. Efek samping
- Sedasi dan gelisah
e. Dosis
- Dewasa 10 mg 3x/hari
5. Oralit (200ml)
a. Komposisi
- Kalium klorida 0,3 gr (1,5gr)
- NaCl 0,7 gr (3,5gr)
- Na bikarbonat 0,5gr (2,5gr)
- Glukosa anhidrat 4gr(20gr)
b. Indikasi
- Rehidrasi muntaber, diare, kolera
c. Dosis
12

- Dewasa 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB
- Anak <1th : 2 jam pertama 2 gelas larutan gelas
- Anak 1-5 th : 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas
E. Tulisan Resep
R/ Kotrimoksazol tab No. XX
2 dd tab II
________________________
R/ Metochlopramid tab mg 10 No.X
prn (1-3) dd tab I
________________________
R/ Oralit sachet granul No.X
ad libitum solve in aqua cc 200
________________________
Pro : Tn L (25 tahun)

5. DENGUE SYOK SYNDROM
A. Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4
jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di
daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di
Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa
rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
B. Gejala Klinis
13

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatis atau dapat
berupa demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan
kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau sindroma syok dengue (SSD).


14


C. Pengobatan
- Ringer lactate (Na lactate 3,1 gram; KCl 0,3 gram; CaCl
2
0,2 gram; air)
o Merupakan cairan kristaloid mengganti volume plasma segera
- Dievaluasi 30 menit. Jika teratasi berikan 10 ml/kgBB/jam. Jika tidak teratasi
berikan 15-20 ml.kgBB/jam.
D. Mekanisme Obat
Ringer Laktat (RL)
Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar
di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na
+
(130 mEq/L), Cl
-
(109 mEq/L), Ca
+
(3
mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L
Metabolisme
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada
kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai replacement
therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar.
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati
menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis
metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-
hari, apalagi untuk kasus defisit kalium.
Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai
cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinya
ketosis.
E. Tulisan Resep
R/ Ringer lactate inf flab No. IV
Cum infuse set No. 1
Abbocath no.22 No. 1
imm
_________________________
Pro : Ny. J (29 tahun)

6.TETANUS
A. Definisi
15

Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh
melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan
pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan
menghasilkan eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum menyebabkan
kekakuan, spasme dari otot bergaris.




B. Gejala Klinis
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 321 hari, namun dapat singkat hanya
12 hari dan kadangkadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin
jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani
dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana
16

makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang.Secara klinis tetanus ada 3
macam :
a. Tetanus umum:
Bentuk ini merupakan gambaran tetanus yang paling sering dijumpai.
Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti
luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi,
ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis.
Biasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan otot baik
bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot. Kekakuan otot terutama
pada rahang (trismus) dan leher (kuduk kaku). Lima puluh persen penderita
tetanus umum akan menuunjukkan trismus.
Dalam 2448 jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke
ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama masseter menyebabkan mulut
sukar dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut 'Lock Jaw'. Selain kekakuan
otot masseter, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka
menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis
tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi), akibat kekakuan otototot leher bagian belakang menyebabkan
nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala
kuduk kaku sampai opisthotonus.
Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik
baik secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar
dan bunyi). Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan
mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi.
Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta
ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah
terangsang. Spasme otototot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan
gangguan menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering terjadi karena
spasme sphincter kandung kemih.
Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai
panas yang tinggi sehingga harus hatihati terhadap komplikasi atau toksin
menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
17

Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa
takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan
ariunia jantung.
Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas:
i. Tetanus ringan : trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang
umum walaupun dirangsang.
ii. Tetanus sedang : trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang
umum bila dirangsang.
iii. Tetanus berat : trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang
umum yang spontan.
Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas:
i. Grade 1: ringan
- Masa inkubasi lebih dari 14 hari
- Period of onset > 6 hari
- Trismus positif tetapi tidak berat
- Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
- Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme
disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam
atau hari.
ii. Grade II: sedang
- Masa inkubasi 1014 hari
- Period of onset 3 had atau kurang
- Trismus ada dan disfagia ada.
- Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe
dan sianosis tidak ada.
iii. Grade III: berat
- Masa inkubasi < 10 hari
- Period of onset 3 hari atau kurang
- Trismus berat
- Disfagia berat.
- Kekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia,
ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
b. Tetanus lokal
18

Bentuk ini sebenarnya banyak akan tetapi kurang dipertimbangkan
karena gambaran klinis tidak khas.
Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otototot pada bagian
proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka
kematian 1%, kadangkadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus
umum.
c. Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila
luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media
kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial
antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendirisendiri
maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulanbulan.
Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada
umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
C. Pengobatan
1. Anti Tetanus toksin
Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk:
i. Toksin bebas dalam darah;
ii. Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf.
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas
dalam darah. Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf
tidak dapat dinetralisir oleh antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin
harus dilakukan:
- Anamnesa apakah ada riwayat alergi;
- Tes kulit dan mata;
- Harus selalu sedia Adrenalin 1:1.000.
Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang ber-
sifat heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaksis.
Tes mata. Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan 1 tetes
larutan antitoksin tetanus 1:10 dalam larutan garam faali, sedang pada
mata yang lain hanya ditetesi garam faali. Positif bila dalam 20 menit,
tampak kemerahan dan bengkak pada konjungtiva.
19

Tes kulit. Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam
larutan faali secara intrakutan. Reaksi positif bila dalam 20 menit pada
tempat suntikan terjadi kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm.
Bila tes mata dan kulit keduanya positif, maka antitoksin diberikan
secara bertahap (Besredka).
2. Dosis
Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987) dan
Grossman (1987) menganjurkan dosis 50.000100.000 u yang diberikan setengah
lewat intravena dan setengahnya intramuskuler. Pemberian lewat intravena
diberikan dengan cara melarutkannya dalam 100200 cc glukosa 5% dan
diberikan selama 12 jam. Di FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama
2 hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis 10.000 i.m, sekali pemberian.
3. Antikonvulsan dan sedatif
Obatobat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi kepekaan
jaringan saraf terhadap rangsangan. Obat yang ideal dalam penanganan tetanus
ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa
mengganggu pernapasan, gerakangerakan volunter atau kesadaran.
Obatobat yang lazim digunakan ialah:
i. Diazepam
Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan
dosis 0,5 mg/kg.bb/kali i.v. perlahanlahan dengan dosis optimum 10
mg/kali diulangi setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian
diazepam peroral(sonde lambung) dengan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali
sehari diberikan 6 kali.
ii. Fenobarbital
Dosis awal: 1 tahun 50 mg intramuskuler; 1 tahun 75 mg
intramuskuler. Dilanjutkan dengan dosis oral 59 mg/kg.bb/hari dibagi
dalam 3 dosis.
iii. Largactil
Dosis yang dianjurkan 4 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 6 dosis.
4. Antibiotik.
i. Penisilin Prokain
Digunakan untuk membasmi bentuk vegetatif Clostridium Tetani.
20

Dosis: 50.000 u/kg.bb/hari i.m selama 10 hari atau 3 hari setelah panas turun.
Dosis optimal 600.000 u/hari.
ii. Tetrasiklin dan Eritromisin
Diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin.
Tetrasiklin : 3050 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis.
Eritromisin : 50 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
5. Oksigen: Bila terjadi asfiksia dan sianosis.
6. Trakeostomi
Dilakukan pada penderita tetanus jika terjadi:
i. Spasme berkepanjangan dari otot respirasi
ii. Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan
iii. Obstruksi larings; dan
iv. Koma.
7. Hiperbarik
Diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atmosfer.
D. Mekanisme Obat
1. ATS (anti tetanus serum)
Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu anti tetanus serum (ATS) dan vaksin
tetanustoxoid. ATS sebanyak 1500 IU merupakan serum yang dapat langsung
mencegah timbulnya tetanus. Sementara itu, vaksin tetanus toxoid 0,5 ml tidak
untuk mencegahtetanus saat itu, namun untuk membentuk kekebalan tubuh
terhadap tetanus, sehinggamencegah terjadinya tetanus di kemudian hari bila
ternyata luka tersebut masihmengandung kuman, juga mencegah tetanus pada
kejadian lain dalam jangka waktukira-kira 6 bulan bila tanpa booster. Indikasi
suntikan ATS (Anti Tetanus Serum):
- Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm)
- Luka berbentuk bintang
- Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat
- Luka gigitan hewan dan manusia
- Luka tembak dan luka bakar
- Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani, atau
luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka
21

kurangdari 6 jam namun timbul karena kekuatan yang cukup besar (misalnya
lukatembak atau terjepit mesin)
- Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak mend
apat booster selama 5 tahun atau lebih
2. Diazepam
a. Bentuk Sediaan Obat
- Tablet : 2mg; 5mg
- Lar rectal : 5mg/2,5ml
- Injeksi : 5mg/ml
b. Nama Paten
- Valium, Stesolid rectal tube
c. Dosis
- 3x/hari, 2-5 minggu
d. Mekanisme Kerja
- tmax = 1,5-2jam
- t = 20-50 jam
- volum distribusi = 0,95-2 l/kg
e. Metabolisme
- Diazepam dimetabolisme di hati dan teriikat pada reseptor di daerah spinal
cord, serebelum, sistem limbik dan korteks serebral.
f. Indikasi
- Obat anti cemas, sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang, ansietas atau
insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang
demam, spasme otot


g. Efek Samping
- Rasa kantuk, kelelahan dan ataksia, trombosis vena dan flebitis pada
tempat penyuntikan
- SSP : kebingungan, depresi, disarthria, sakit kepala, hipoaktiviti, melantur
berbicara, sinkop, tremor, vertigo, mual, inkontinensia, perubahan libido,
retensi urin
- Kardiovaskuler : bradikardia, kolaps kardiovaskuler, hipotensi
- Kulit : urtikaria, ruam kulit
22

3. Fenobarbital
a. Bentuk Sediaan Obat
- Kapsul
b. Nama Paten
- Ditalin
c. Dosis
- Awal : 1-3x/hari, 1 tab
d. Mekanisme Kerja
- tmax = 6-18 jam
- t = 80-120 jam
- volum distribusi = 0,6 l/kg
e. Metabolisme
- Susunan saraf pusat
Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat
dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anastesi, koma,
sampai kematian. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu,
misalnya adanya rasa sakit, barbiturat tidak menyebabkan sedasi,
melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya depresi pusat penghambatan.
- Efek pada tingkatan tidur
Efek hipnotik barbiturat meningkatkan total lama tidur dan
mempenaruhi tingkatan tidur yang bergantung kepada dosis. Barbiturat
mengurangi masa tidur laten, jumlah terbangun, dan lama toleransi.
Toleransi farmakodinamik lebih berperan dalam penurunan efek dan
berlangsung lebih lama daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi
terhadap efek sedasi dan hipnosis terjadi lebih segera dan lebih kuat
daripada efek anti konvulsi. Toleransi terhadap barbiturat dapat terjadi
toleransi silang terhadap senyawa dengan efek farmakologi yang berbeda
seperti opioid dan fensiklidin.
- Tempat dan mekanisme kerja pada SSP
Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat
tidak sama kuatnya. Dosis nonanastesi terutama menekan respon pasca
sinaps. Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Barbiturat
23

memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi
transmisi sinaptik.
- Pernapasan
Barbiturat menyebabkan depresi napas yang sebanding dengan
besarnya dosis. Barbiturat dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan
frekuensi dan amplitudo napas, ventilasi alveolus sedikit berkurang, sesuai
dengan keadaan tidur fisiologis.
- Sistem kardiovaskuler
Pemberian barbiturat dosis terapi IV secara cepat dapat menyebabkan
tekanan darah turun secara mendadak, meskipun hanya selintas efek
kardiovaskuler pada intoksikasi barbituratsebagian besar disebabkan oleh
hipoksia sekunder akibat depresi napas. Selain itu, dosis tinggi barbiturat
menyebabkan depresi pusat vasomotor diikuti pusat vasidolatasi perifer
sehingga terjadi hipotensi. Barbiturat dosis sangat tinggi berpengaruh
langsung terhadap kalpiler sehingga menyebabkan syok kardiovaskuler.
- Hati
Efek barbiturat terhadap hati yang paling dikenal ialah efeknya
terhadap sistem metabolisme obat di mikrosom. Barbiturat bersama-sama
dengan sitokrom P450 secara kompetitif mempengaruhi biotransformasi
obat serta zat endogen dalam tubuh, misalnya hormon steroid. Pemberian
barbiturat secara kronik menaikkan jumlah protein dan lemak pada
retikulo-endoplasmik hati, serta menaikkan aktivitas glukoronil transferase
dan enzim oksidase sitokrom P450. Induksi enzim ini menaikkan
kecepatan metabolisme beberapa obat dan senyawa endogen termasuk
hormon steroid, kolesterol, garam empedu, vitamin K dan D. Toleransi
terhadap barbiturat antara lain disebabkan karena barbiturat merangsang
aktivitas enzim yang merusak barbiturat sendiri. Efek induksi ini tidak
terbatas hanya pada enzim mikrosomal saja, tetapi juga terjadi pada enzim
mitokondria, yaitu -Amino Levulanic Acid (ALA) sintetase dan enzim
sitoplasma yaitu aldehid dehidrogenase.
f. Indikasi
- Epilepsi umum, parsial, epilepsi karena tumor, kejang pascabedah,
sindrom ekstrapiramidal, neuralgia trigeminal, aritmia kordis rekuren
(overdosis digitalis)
24

g. Kontraindikasi
- Porfiria, kejang tipe absence
h. Efek Samping
- SSP : Agitasi, kebingungan, hiperkinesia, ataksia, depresi SSP, mimpi
buruk, somnolen, gelisah, ggn kejiwaan, halusinasi, insomnia, gelisah,
pusing, berpikir kelainan
- Sistem pernapasan : hipoventilasi, apnea
- Sistem kardiovaskuler : bradikardia, hipotensi, sinkop
- Sistem pencernaan : mual, muntah, sembelit
- Reaksi lain : sakit kepala, reaksi di tempat suntikan, reaksi
hipersensitivitas, demam, kerusakan hati, anemia megaloblastik dalam
penggunaan fenobarbital yang lama.
4. Penisilin Procain
a. Bentuk sediaan obat
- Injeksi 3 juta iu/vial
b. Dosis
- Dewasa : 300.000-900.000 u perhari dibagi menjadi 1-2 kali pemberian
dalam sehari
- Anak : 1000u/kgBB/hari
c. Mekanisme kerja
- Resorpsinya tidak tahan asam. Ppnya +/- 60%. Plasma t nya sangat
singkat, hanya 30 menit. Ekskresinya sebagian besar melalui transport
aktif tubuler ginjal. Distribusinya ke jaringan dan cairan intraseluler baik.
d. Indikasi
- Infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif yang
rentan terhadap benzilpenisilin
e. Efek samping
- Diare, urtikaria,nausea dan superinfeksi dari candidiasis






25




E. Tulisan Resep
R/ ATS inj IU 20.000 vial No.V
Cum disposable syringe cc 5 No.I
imm
__________________________
R/ Penisilin Procain inj IU 3.3 juta vial No.I
Cum disposable syringe cc 5 No.I
imm
___________________________
R/ Diazepam inj amp No.I
Cum disposable syringe cc 3 No.I
prn (bila kejang)
___________________________

7. FARINGITIS
A. Definisi
Faringitis adalah suatu radang pada tenggorokan (faring) yang biasanya disebabkan oleh
infeksi akut.
B. Gejala klinis
Keluhan yang sering timbul adalah nyeri telan, mual, dan muntah. Gejala-gejala ini juga
biasa disertai dengan demam setinggi 40
0
C. Nyeri faring dapat terjadi ringan sampai berat,
sehingga penderita susah menelan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil, eksudasi, dan eritema faring. Pada
tonsil tampak kemerahan difus dan bintik-bintik petakie palatum lunak dan limfadenitis
atau eksudasi anterior. Ingus hidung mukoserous. Selain itu, ditemukan pembesaran getah
bening di leher.
Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di
tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
26

Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau agak
meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan
sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit
membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada
kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil
negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil
positif
untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh
bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

C. Pengobatan
Tujuan pengobatan faringitis adalah untuk menghilangkan tanda klinis dan gejala,
meminimalkan reaksi obat yang merugikan, mencegah penularan kontak dekat dan demam
rematik akut, serta mencegah komplikasi.
Tujuan pengobatan faringitis adalah untuk menghilangkan tanda klinis dan gejala,
meminimalkan reaksi obat yang merugikan, mencegah penularan kontak dekat dan demam
rematik akut, serta mencegah komplikasi.
Terapi Faringitis oleh Streptococcus Group A (Depkes, 2005)
D. Lini Pertama Penisilin G (untuk pasien yang tidak dapat
menyelesaikan terapi oral selama 10 hari)
Penisilin VK

Amoksisilin (Klavulanat) 3x500 mg selama 10
hari
1 x 1,2 juta U i.m.



Anak : 2-3 kali 250 mg
Dewasa : 2-3 kali500 mg
Anak : 3 x 250 mg
Dewasa : 3 x 500 mg
1 dosis



10 hari

10 hari
Lini Kedua Eritromisin (untuk pasien alergi Penisilin)
atau Klaritromisin
Cefalosporin generasi satu atau dua
Levofloxasin (hindari pada anak amupun wanita
hamil)
Anak : 4 x 250 mg
Dewasa : 4 x 500 mg

Bervariasi sesuai agen
10 hari

5 hari
10 hari


27


Amoxycilin
Antibiotik beta
laktam
Kapsul atau tablet :
250mg; 500mg
Sirup kering:
125mg/ 5ml
Pengobatan infeksi
yang disebabkan
organism yang
sesuai; termasuk
infeksi saluran
pernafasan; infeksi
saluran kemih;
infeksi klamidia;
sinusitis; eradikasi
Helicobacter pylori.
Pola resistensi
antibiotik setempat/
daerah perlu
dipertimbangkan
Antibiotik penisilin
spektrum luas.
Menggantikan
ampisilin karena
penyerapan yang
lebih baik, efek
samping lebih
sedikit.

Indikasi obat : infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas atas, bronchitis, pneumonia, otitis
media, abses gigi, dan infeksi rongga mulut lainnya, osteomielitis, endokarditis, profilaksis
paska splenektomi, infeksi ginekologis, gonorrhea, eradikasi Helicobacter pylori, antrax
Mekanisme Kerja : menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba. Obat bergabung dengan penisilin-binding protein (PBP
3
) pada kuman.
Hal ini menyebabkan terjadinya hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses
transpeptidase antar rantai peptidoglikan terganggu. Kemudian terjadi aktivasi enzim
proteolitik pada dinding sel.
Kontraindikasi Obat: hipersensitif terhadap penisilin
Farmakokinetik : Absorpsi amoksisilin di saluran cerna lebih baik dari ampisilin. Dengan
dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali
lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin. Sedang masa paruh eliminasi kedua obat
ini hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung,
sedangkan amoksisilin tidak.
28

Efek samping : Pada hipersensitifitas terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, pruritus,
angioedema, dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis, stomatitis.
Paracetamol
Nama paten : Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium
Bentuk sediaan: dropp, inf, sirup 120mg/5ml, tablet 500mg, rectal tube
Penggunaan :
a. Sirup : 3-4x/hari
< 1 th : 2,5ml
2-6 th : 5ml
7-12 th : 10ml
b. Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab
Mekanisme Kerja : menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat
menjadi PGG
2
terganggu. Pada paracetamol, hambatan biosintesis
prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid
seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak
peroksid yang dihasilkan oleh leukosit, sehingga efek anti inflamasi
paracetamol tidak ada.
Indikasi : Nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat arthritis dan nyeri rematik
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat
Farmakokinetik :
- Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna
- Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam
- Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami hidroksilasi
- Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol, dan sebagian besar
dalam bentuk terkonjugasi
Efek samping : Reaksi hematologis, reaksi kulit, dan reaksi alergi
Tulisan resep :
R/ Amoxycilin tab mg 500 No. XV
3 dd tab 1


R/ Paracetamol tab mg 500 No X
prn (1-3) dd tab I agrediente febre
29


Pro : Tn. B (29 th)
8. INFEKSI SALURAN KEMIH
A. Definisi
Merupakan infeksi yang melibatkan struktur saluran kemih yaitu dari epitel glomerulus
tempat mulai dibentuk urin sampai dengan muara urin di meatus urethra externa. Secara
mikrobiologi, definisi infeksi saluran kemih (ISK) adalah terdapatnya mikroorganisme
pada struktur saluran kemih dan baru dapat dipastikan setelah didapatkannya bukti
adanya koloni mikroorganisme dalam pemeriksaan kultur urin. ISK pada usia lanjut
dapoat timbul sebagai akibat dari inkontinensia urin dan hipertrofi prostat yang
memerlukan pemakaian kateter menetap, imobilisasi, dan menurunnya fungsi imunitas
baik non spesifik maupun spesifik.
B. Gejala Klinis
- Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas
di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di
daerah suprapubik
- Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,
demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang
Penegakkan diagnosis : ISK dikatakan positif apabila didapatkan bakteri sejumlah
10
5
bakteri/ml urin (bakteriuria bermakna).
C. Pengobatan
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan
antibiotika.
Tujuan pengobatan :
Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.
Menanggulangi keluhan (gejala).
Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama
didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi.
Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta
perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan
30

toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta
spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen.
a. Antibiotik
- Antibiotik yang diberikan berdasarkan tes resistensi kuman, bila belum ada
berikan antibiotik berdasarkan pola kuman yang ada, biasanya mencakup
Escherichia coli dan gram negative lainnya.
- Antibiotik oral hanya direkomendasikan untuk ISK tak berkomplikasi dengan
lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan 10-14 hari pada laki-laki.
- Antibiotik parenteral untuk ISK berkomplikasi dengan lama pemberian tidak
kurang dari 14 hari.
- Jika belum tahu jenis bakterinya, dapat digunakan Bactrim. Bactrim merupakan
pilihan pertama pada ISK tanpa komplikasi.
Terapi Empirik untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih (Coyle dan Prince,
2005)
Diagnosis Kuman Penyebab Penatalaksanaan
Sistitis akut tanpa
Komplikasi

Pyelonefritis akut


Komplikasi




Prostatitis
E. coli, S.
saprophyticus


E. coli


E. coli, Proteus
mirabilis,
K. pneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa, E. faecalis

E. coli, Proteus spp., K.
pneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa, E. faecalis
Trimetoprim-
sulfametoksazol,
kuinolon

Trimetoprim-
sulfametoksazol,
Kuinolon

Kuinolon,
penisilin+aminoglikosida



Trimetoprimsulfametoksazol,
Kuinolon

31

Cotrimoksazol
merupakan kombinasi sulfametosazole (400mg) dan trimetoprim (50mg).
Nama paten : Bactrim

(Roche), Kaftrim

(Kimia Farma), Inatrim

(Indo Farma),
Primadex

(Dexa Medica), Sanprima

(Sanbe), Triminex

(Konimex)
Bentuk sediaan :
Tablet ( 80 mg Trimethoprim 400 mg Sulfamethoxazole
Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim 800 mg Sulfamethoxazole )
Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim 200 mg
Sulfamethoxazole)
Penggunaan:
Dosis yang digunakan untuk dewasa yaitu 2 tablet biasa (trimetoprim 80 mg +
sulfametoksazol 400 mg) tiap 12 jam atau 1 tablet forte (trimetoprim 160 mg +
sulfametoksazol 800 mg) tiap 12 jam.
Pada anak-anak digunakan bentuk sirup 2 x sehari 6mg, dan diberikan segera setelah
makan.
- 5 bln 2,5 ml
- 6 bln-5th 5ml
- 6th-12th 5-10ml
Mekanisme Kerja : menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap berurutan pada
mikroba, sehingga kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim memberikan
efek energi. Sulfonamid (sulfametoksazol) menghambat masuknya molekul
PABA ke dalam molekul asam folat. Trimetoprim menghambat terjadinya
reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat, yang penying untuk
pemindahan satu atom C seperti pada pembentukan basa purin (adenin,
guanin, timidin) dan beberapa asam amino (metionin, glisin).
Indikasi : ISK tanpa komplikasi, efektif untuk gram positif dan negative, bronchitis
kronis, pneumonia, diare
Kontraindikasi : kerusakan parenkim hati, gagal ginjal berat, hamil, hipersensitifitas.

Farmakokinetik :
- Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk trimetoprim dan 4 jam
untuk sulfametoksazol.
- Waktu paruh 11jam untuk trimetoprim dan 10 jam untuk sulfametoksazol
32

- Distribusi cepat ke seluruh jaringan, termasuk SSP, saliva, dan empedu yang
kadarnya cukup tinggi
- Ekskresi terutama melalui urin, dan perlu perhatian kerusakan ginjal.
Efek samping:
- Gangguan pencernaan (mual, muntah, anoreksia)
- Reaksi dermatologi (rash atau urtikaria)
Paracetamol
Digunakan sebagai analgetik
Nama paten : Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium
Bentuk sediaan: dropp, inf, sirup 120mg/5ml, tablet 500mg, rectal tube
Penggunaan :
- Sirup : 3-4x/hari
< 1 th : 2,5ml
2-6 th : 5ml
7-12 h : 10ml
- Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab
Mekanisme Kerja : menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat
menjadi PGG
2
terganggu. Pada paracetamol, hambatan biosintesis
prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid
seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak
peroksid yang dihasilkan oleh leukosit, sehingga efek anti inflamasi
paracetamol tidak ada.
Indikasi : Nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat arthritis dan nyeri rematik
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat
Farmakokinetik :
- Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna
- Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam
- Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami hidroksilasi
- Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol, dan sebagian besar
dalam bentuk terkonjugasi
Efek samping : Reaksi hematologis, reaksi kulit, dan reaksi alergi
Tulisan resep :
R/ Bactrim tab mg 480 No. X
33

2 dd tab 1

R/ Paracetamol tab mg 500 No X
prn

Pro : Tn. A (35 th)

9.URTIKARIA
A. Definisi dan Gejala Klinis
Suatu reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan
edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Umumnya,
ukuran lesi dan bentuknya bervariasi dari beberapa millimeter sampai plakat. Lesi dapat
timbul pada kulit atau membrane mukosa. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat
atau tertusuk.



B. Pengobatan



34

Terdapat tiga jenis obat yang cukup baik untuk mengontrol gejala pada urtikaria, yaitu
golongan simpatomimetik, antihistamin, dan kortikosteroid.
a. Simpatomimetik, seperti epinefrin dan efedrin.
Epinefrin (adrenalin HCl/ bitartrat), (adrenalin, epinefrin)
Sediaan : injeksi : s.k/i.m/i.v 0,1%
Dosis dewasa : Dosis dewasa : 0,2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larutan 1:1000
Indikasi : pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi asthma
yang berat, selain itu, bisa digunakan pada urtikaria akut dan dikombinasikan dengan
histamine
Mekanisme kerja : epinefrin mempunyai efek yang berlawanan dengan histamin,
yaitu menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah kulit superfisial dan permukaan
mukosa.
Kontraindikasi : Glukoma sudut tertutup, penyuntikan ke dalam jari tangan, ibu jari,
hidung, dan genetalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi
vasokonstriksi pembuluh kapiler, syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner
jantung, penyakit arteri koroner.
Farmakokinetik : pada pemberian parenteral subkutan, absorbs lambat karena terjadi
vasokonstriksi local, dapat dipercepat dengan memijat tempat suntikan. Absorbsi
lebih cepat dengan cara penyuntikan intramuscular.
b. Antihistamin
Diklasifikasikan menjadi H1, H2, H3 berdasarkan kemampuan menghambat aksi
spesifik reseptor histamine dalam jaringan. Urtikaria disebabkan oleh terlepasnya
histamin, bradikinin, leukotrien C4, prostaglandin D2, dan substansi vasoaktif lainnya
dari sel mast dan basofil pada dermis. Substansi-substansi tersebut menyebabkan
ekstravasasi cairan ke dalam dermis, menyebabkan terbentuknya lesi urtikaria. Gatal
yang biasanya menyertai urtikaria disebabkan oleh terlepasnya histamin ke dalam
dermis. Histamin merupakan ligand terhadap 2 reseptor membran, yaitu reseptor H1
dan H2, yang terdapat pada berbagai tipe sel. Aktivasi dari reseptor histamin H1 pada
sel endotelial dan pada sel-sel otot polos menyebabkan meningkatnya permeabilitas
kapiler. Aktivasi reseptor histamin H2 menyebabkan vasodilatasi arteriola dan venula.
1. AH1
Hampir semua urtikaria, terutama urtikaria kronik yang penyebabnya sulit
diketahui, pemberian antihistamin H1 merupakan pilihan pertama.
35

a. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 4-8 jam. Bila serangan sering,
tujuannya adalah mencegah serangan melalui pemberian obat yang teratur, bukan
diberikan bilamana perlu.
b. Penghambat H1 non sedatif: Astemizol 10 mg 2-3 kali PO dalam keadaan
lambung kosong; atau terfenadin 60 mg PO setiap 12 jam, atau cetirizin 10 mg PO
/ hari.
c. Bila pengobatan di atas tidak apat mengendalikan urtikaria,
pertimbangkanuntuk menambahkan penghambat H1 dari golongan kimia lainnya,
misalnya:
i. Tablet klemastin fumarat 1,34 mg atau 2,68 mg, tidak melebihi 8,04 mg/hari
atau lebih dari tiga tablet 2,68 mg tiga kali sehari.
ii.Siproheptadin hidroklorida 4 mg PO setiap 8 jam.
iii.Timeprazin tartrat spansul 5 mg, 1 setiap 12 jam, atau tablet 2,5 mg empat
kali sehari.
iv.Klorfeniramin maleat 4 mg tiga kali sehari

Cetirizine (Cetrixal, Histrine, Ryzen)
Sediaan: Tablet 10 mg, sirup 5mg/ 5ml
Dosis :
Anak 1-2 tahun : 250 mikrogram/kg, dua kali sehari
Anak 2-6 tahun : 5 mg satu kali sehari atau 2,5 mg dua kali sehari
Anak 6-18 tahun atau dewasa: 10 mg, 1 kali sehari atau 5 mg dua kali sehari
Indikasi : Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan urtikaria
kronik idiopatik
Mekanisme Kerja: Obat ini bersifat sebagai antagonis reseptor H1 perifer yang
selektif. Cetirizin merupakan metabolit asam karboksilat dari
hidroksizin. Peningkatan sifat polaritas cetirizin dapat menurunkan
distribusi obat ke dalam CNS,sehingga mengurangi potensi efek
samping terhadap CNS dibandingkan dengan antihistamin generasi
pertama (misalnya difenhidramin,hidroksizin).
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen
lain dari formulasi.
Efek samping: sakit kepala, kelelahan, insomnia, somnolen, malaise, sakit perut,
mulut kering, diare, epistaksis, faringitis
36

2. AH2
Dapat cukup berperan bila diberikan kombinasi dengan antihistamin H1.
Antihistamin H1 dan H2 memiliki efek yang sinergis dan sering memberikan
perbaikan yang lebih cepat dari pada bila hanya diberi antihistamin H1.
Antihistamin H2 secara oral dapat efektif pada baik urtikaria akut maupun kronik
yang refrakter dengan hanya pemberian antihistamin H1. Simetidin 300 mg
empat kali sehari, atau ranitidine 150 mg dua kalisehari.
Simetidin (Licomet, Sanmetidin, Ulcusan)
Sediaan : Tablet/Kaplet 200 mg dan 400 mg, Kapsul 200 mg, Ampul 100 mg/ml,
Ampul 200 mg/2 ml
Dosis :
- Tukak Lambung dan Usus 12 jari : 3 kali sehari 200 mg dan 400 mg sebelum
tidur.
a. Kasus berat : 3 kali sehari 400 mg dan 400 mg sebelum tidur.
b. Pencegahan : 400 mg sebelum tidur sebelum tidur.
- Radang Lambung dan usus 12 jari : 3 kali sehari 200 mg dan 400 mg sebelum
tidur selama 4 sampai 6 minggu.
- Pendarahan Saluran Gastro Intestinal bagian atas : 4 kali sehari 400 mg.
Indikasi : Benign gastric, tukak lambung, tukak duodenal, refluks esofagitis,
Zollinger-Ellison syndrome
Mekanisme Kerja : Simetidin merupakan antagonis kompetitif histamin pada
reseptor H2 dari sel parietal sehingga secara efektif dapat
menghambat sekresi asam lambung. Simetidin juga memblok
sekresi asam lambung yang disebabkan oleh rangsangan
makanan, asetilkolin, kafein, dan insulin. Simetidin digunakan
untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan
hipersekresi yang patologis
Metabolisme : Simetidin dapat dicerna secara cepat dalam saluran cerna, kadar
plasma tertinggi dicapai dalam 1 jam bila diberikan dalam
keadaan lambung kosong dan 2 jam bila diberikan bersama
sama dengan makanan
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Simetidine atau komponen lain dalam
produk
Efek Samping : Kemerahan, diare, pusing, sakit kepala, gynaecomastia
37

c. Kortikosteroid
Dalam beberapa kasus urtikaria akut at au kronik, antihistamin mungkin
gagal,bahkan pada dosis tinggi, atau mungkin efek samping bermasalah.
Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya respon dengan
menggunakan kortikosteroid. Jika tidakberespon, maka pertimbangkan
kemungkinan proses penyakit lain (misalnya,keganasan, mastocytosis,
vaskulitis). Kortikosteroid juga dapat digunakan dalam urticarial vasculitis,
yang biasanya tidak respon dengan antihistamin. Kortikos teroid harus
dihindari pada penggunaan jangka panjang pengobatan urtikaria kronis
karenaefek samping kortikosteroid seperti hiperglikemia, osteoporosis,
ulkus peptikum, dan hipertensi. Contoh obat kortikosteroid
adalah prednison, prednisolone, methylprednisolone, dan triamcinolone.
Prednison (Pehacort, Dellacorta)
Sediaan : Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg
Dosis : Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 80 mg per hari, bergantung pada
jenis dan tingkat keparahan penyakit serta respon pasien terhadap terapi. Tetapi
umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20 80 mg per hari. Untuk anak-anak
1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per hari.
Indikasi : Gangguan endokrin (Hiperplasia adrenal kongenital, tiroiditis), penyakit
rheumatoid (rheumatoid arthritis, osteoarthritis), SLE, penyakit-penyakit alergi
(rhinitis alergi, asma bronkhial, dermatitis atopic), penyakit saluran pernafasan,
penyakit hematologis.
Mekanisme Kerja : Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami
(hidrokortison dan kortison), umumnya digunakan dalam terapi
pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi
adrenokortikal. Sedangkan analog sintetiknya (prednison) terutama
digunakan karena efek imunosupresan dan anti radangnya yang kuat.
Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik.
Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor
spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ
sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-
reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi
ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis
protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler
38

organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis,
meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya
reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat
vasoaktif , dan efek anti radang.
Kontraindikasi : infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau
komponen-komponen obat lainnya.
Efek Samping : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (retensi cairan tubuh),
gangguan musculoskeletal (lemah otot,osteoporosis, hilangnya masa
otot), gangguan pencernaan (ulkus peptic, ulcerative esophagitis),
gangguan dermatologis (petechiae, ecchymosis), gangguan
metabolism, gangguan neurologis
Tulisan resep :
R/ Cetirizine tab mg 50 No. V
1 dd tab 1

R/ Simetidin tab mg 300 No XII
4 dd tab I


R/ Prednison tab mg 5 No IX
3 dd tab I

Pro : Tn. B (40 th)
10.SYOK ANAFILATIK
A. Definisi
Anaphylaxis (Yunani; Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis
berarti menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan
efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kulit dan gastro
intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya
alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.
Syok anafilaktik (anaphylactic shock) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi
dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi anafilaksis adalah suatu reaksi
39

anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena
kemiripan gejala dan tanda, biasanya diterapi sebagai anafilaksis.
B. Gejala Klinis
Anafilaksis merupakan reaksi sistemik,
1. Gejala permulaan: sakit kepala, pusing, gatal dan perasaan panas
2. Kulit : eritema, urtikaria, angioedema, konjungtivitis, pucat dan kadang sianosis
3. Respirasi : bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepat dan
pendek, terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang,
wheezing, dan obstruksi komplit.
4. Kardiovaskular : hipotensi, diaforesis, kabur pandangan, sinkope, aritmia dan
hipoksia
5. Gastrointestinal : mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia
6. Inkontinensia urin
7. SSP : parestesia, konvulsi dan arthralgia sendi
8. Haematologi darah : trombositopenia, DIC
C. Pengobatan
1. Adrenalin Intramuskular
Pemberian secara intramuskuler merupakan pilihan pertama dari cara pemberian
adrenalin pada penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang
cepat setelah pemberian intramuskuler dan pada pasien dalam keadaan syok,
absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan.
Pasien dengan alergi berat dianjurkan untuk pemberian sendiri injeksi
intramuskuler adrenalin.
Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1mg/ml) untuk injeksi intramuskuler pada syok
anafilaksis.
Umur - Volume adrenalin 1:1000 (1%)
a) Dibawah 1 tahun - 0,05 ml
b) 1 tahun - 0,1 ml
c) 2 tahun - 0,2 ml
d) 3-4 tahun - 0,3 ml
e) 5 tahun - 0,4 ml
f) 6-12 tahun - 0,5 ml
g) Dewasa - 0,5 1 ml
40

Dosis diatas dapat diulang tiap 10 menit, menurut tekanan darah dan nadi
sampai perbaikan terjadi (mungkin diulangi beberapa kali)
Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam sampai
keadaan fungsi membaik
2. Adrenalin Intravena
Pada saat pasien tampak sangat kesakitan dan benar-benar diragukan kemampuan
sirkulasi dan absorbsi injeksi intramuskuler, adrenalin mungkin diberikan dalam
injeksi intravena lambat dengan dosis 500 g (5ml dari pengenceran injeksi
adrenalin 1:10000) diberikan dengan kecepatan 100 g/menit dan dihentikan jika
respon dapat dipertahankan. Pada anak-anak dapat diberi dosis 10g/kgBB
(0,1ml/kgBB dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000) dengan injeksi
intravena lambat selama beberapa menit.
3. Pemberian Sendiri Adrenalin
Individu yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu
membawa adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan bagaimana
menyuntikkannya. Pada kemasan perlu diberi label pada kasus kolaps yang cepat
orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut.
D. Mekanisme Obat
Adrenalin (Epinefrin)
Sediaan - injeksi (inj) : s.k/i.m/i.v 0,1%
Metabolisme
Absorbsi,
1. Per oral, tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak oleh
enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati.
2. Per parentral subkutan, absorbsi lambat karena terjadi vasokonstriksi local,
dapat dipercepat dengan memijat tempat suntikan.
3. Per parentral intramuskuler, absorbsi lebih cepat.
4. Pemberian local secara inhalasi, efek terbatas terutama saluran nafas,
tetapi efek sistemik dapat terjadi, terutama bila dosis besar.
Distribusi ,
1. Bekerja pada reseptor adrenergik-alfa
1
, beta
2
dan beta
3
. Respon dari
tempat-tempat reseptor ini adalah meningkatkan tekanan darah, dilatasi
pupil, meningkatkan denyut jantung (takikardia) dan bronkodilatasi.
2. Stabil dalam darah
41

Biotransformasi dan Ekskresi
1. Degradasi : dalam hati yang banyak mengandung kedua enzim COMT dan
MAO oksidasi, reduksi menjadi metanefrin, asam 3-metoksi-4-
hidroksimandelat, 3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol dan bentuk
konjugasi : glukoronat dan sulfat.
2. Ekskresi : metabolit dan adrenalin yang tidak diubah dikeluarkan melalui
urin
Indikasi : syok anafilaksis, syok kardiogenik
Kontraindikasi : penyakit jantung berat, hipertensi, kehamilan, hipertiroid
Efek samping : tremor, pusing, gugup, gelisah, palpitasi, aritmia jantung, takikardi,
angina
E. Resep
Cito!
R/ Adrenalin 0,1% inj amp No I
cum disposable syringe cc 3 No I
imm

11. TYPHUS ABDOMINALIS
A. Definisi
Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhosa, Salmonella paratyphi A, B dan C yang menyerang usus halus
khususnya daerah ileum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat
berhubungan erat dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Dapat dengan
mudah berpindah ke orang lain melalui fecal oral, artinya kuman Salmonella yang ada
pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang
sehat.
B. Gejala klinis
1. Demam > 7 hari, terutama pada malam hari, dan tidak spesifik
2. Gangguan saluran pencernaan: nyeri perut, sembelit/diare, muntah
3. Dapat ditemukan: lidah kotor, splenomegali, hepatomegali
4. Gangguan kesadaran : iritabel-delirium, apati sampai semi-koma
5. Bradikardi relatif, Rose-spots, epistaksis (jarang ditemukan)
42

6. Laboratorium : titer Widal 1/200 atau lebih atau 1/320 pada pemeriksaan ulangan
dan klinis. Diagnosa pasti dengan kultur. Titer aglutinin bisa tetap positip setelah
beberapa minggu, bulan bahkan tahun, walau penderita sudah sehat. Kadang
leukositosis, kadang leukopeni
Gejala biasanya diawali dengan rasa tidak enak badan, nyeri yang tidak
jelas, sakit kepala dan bisa juga mimisan, konstipasi, lemas.
Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi kenaikan suhu badan yang
bisa mencapai lebih dari 40C. Pada saat ini, sebuah tanda khas demam
tifoid yang disebut rose spots bintik merah muda bisa terlihat, khususnya
pada bagian perut (abdomen). Tanda yang juga dapat dijumpai pada
daerah dada dan punggung ini akan telihat memudar bila ditekan.
Pada akhir minggu pertama, terjadi gejala-gejala hematopoetik sebagai
pembesaran limpa (splenomegali), lekopeni dan berkurangnya atau
menghilangnya dari darah sel-sek lekosit polinukleus dan eosinofil.
Pada minggu kedua, suhu badan akan mengalami remisi harian. Panas
terutama meningkat pada malam hari dengan perbedaan temperatur lebih
kurang sampai 2C dibanding pagi hari. Bila demam sangat tinggi dapat
terjadi penurunan kesadaran dan penderita mengigau.
Retensi urin cukup sering terjadi.
3. Pengobatan
Infus
Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
dan mengembalikan keseimbangan elektrolit-elektrolit tubuh karena dalam hal ini
pasien mengalami mual dan muntah dimana dapat mengancam terjadinya dehidrasi.
Keadaan dehidrasi ini dapat dicegah karena infus ringer laktat mengandung komposisi
elektrolit dan konsentrasinya sama dengan yang dikandung di dalam cairan
ekstraseluler.Kandungan elektrolitnya antara lain Natrium 130 mEq, Kalium 4 mEq,
Klorida109 mEq, Kalsium 3 mEq, Asetat 28 mEq. Natrium merupakan kation utama
plasma darah dan menentukan tekanan osmotik, klorida merupakan anion utama
plasma darah serta kalium merupakan kation intraseluler sebagai konduksi syaraf dan
otot.
Antibiotik
43

Kloramfenikol 4 x 500 mg, kloramfenikol (dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari
kedua 4 x 500mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 250mg selama 5 hari kemudian)
Anti piretik
Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam dan pusing
4. Mekanisme Obat
Infus
Ringer Laktat (RL)
Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar
di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na
+
(130 mEq/L), Cl
-
(109 mEq/L),
Ca
+
(3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L
Metabolisme
RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan
pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan
sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare,
trauma, dan luka bakar.
Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh
hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti
asidosis metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk
pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. Larutan RL tidak
mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan,
dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis.
Antibiotik
Kloramfenikol
Nama paten - Combisetin (Combiphar), Farsycol (Ifars), Kalmicetine (Kalbe
Farma), Lanacetine (Landson)
Sediaan - Kapsul 250 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/5 ml, sirup 125 ml/5
ml, serbuk injeksi 1g/vail.
Sifat - Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air
(1:400) dan rasanya sangat pahit
Dosis
Dewasa : 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
Anak : 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
44

Bayi < 2 minggu : 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam. Berikan
dosis lebih tinggi untuk infeksi lebih berat. Setelah umur 2 minggu
bayi dapat menerima dosis sampai 50 mg/kgBB/ hari dalam 4 dosis
tiap 6 jam.
Mekanisme kerja
Efek antimikrobaKloramfenikol bekerja pada spektrum luas.
Kloramfenikol berefek bakteriostatik terhadap kuman yang peka seperti
riketsia, klamidia, mikoplasma dan beberapa strain Salmonella serta hampir
semua bakteri gram positif, sejumlah bakteri anaerob dan sejumlah bakteri
gram negatif. Kloramfenikol dapat menjadi bakterisid pada Str. Pneumonia, N.
Meningitides dan H. influenza,namun tidak aktif pada suku Pseudomonas Sp
dan Proteus sp. Obat ini efektif terhadap sebagian besar strain E.coli, K.
Pneumoniae dan P. Mirabilis
Absorbsi,
Peroral, kapsul 250 500 mg dan suspensi 125 mg/5ml
Distribusi,
Difusi kloramfenikol ke jaringan, rongga dan cairan tubuh baik sekali,
kecuali ke dalam empedu. Kadarnya di cairan serebrospinal tinggi sekali
dibandingkan dengan antibiotika lain, meski tanpa meningitis. Kadar
puncak plasma (1 jam setelah pemberian i.v.) 15-25 mg/liter.
Pemberian kloramfenikol secara i.v. menimbulkan kadar yang lebih
rendah dalam darahdibandingkan peroral. Kloramfenikol terikat 50% pada
protein plasma denganwaktu paruh 3 jam
Metabolisme
Kloramfenikol mengalami metabolisme di hepar. Dalam hati, 90% zat ini
dirombak menjadi glukoronida inaktif. Pada penderita gangguan hepar,
dosis harus diturunkan
Ekskresi
Resorpsi kloramfenikol dari usus cepat dan agak lengkap, dengan BA 75-
90%. Pada penggunaan IV dan peroral, Kloramfenikol diekskresi 5
30%melalui urin, terutama sebagai metabolit inaktif.
Kloramfenikol melalui penggunaan peroral saja diekskresi melalui
empedu dan tinja dalam jumlah kecil.
45

Indikasi : demam tifoid dan paratifoid, infeksi berat karena Salmonella sp, H.
influenza (terutama meningitis), rickettzia, limfogranuloma, psitakosis,
gastroenteristis, bruselosis, disentri.
Kontraindikasi : Hipersensitif, anemia, kehamilan, menyusui, pasien porfiria
Efek samping : Kelainan darah reversible dan ireversibel seperti anemia aplastik
anemia (dapat berlanjut menjadi leukemia), mual, muntah, diare, neuritis
perifer, neuritis optic, eritema multiforme, stomatitis, glositis, hemoglobinuria
nocturnal, reaksi hipersensitivitas misalnya anafalitik dan urtikaria, sindrom
grey pada bayi premature dan bayi baru lahir, depresi sumsum tulang
Antipiretik
Paracetamol
Nama paten Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp, Cupaol,
Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Pamol, Panadol biru, Sanmol, Sanmol
tablet, Pyrex, Pyridol.
Sediaan tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup forte 250
mg/ml.
Dosis
Tablet
1. Dewasa dan anak atas 12 tahun 1 tablet (3-4 kali sehari)
2. Anak-anak 6-12 tahun - 1 tablet (3-4 kali sehari)
Sirup 125 mg/5ml
1. Anak 0-1 tahun sendok takar (5ml)
2. Anak 1-2 tahun 1 sendok takar (5ml)
3. Anak 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5ml)
4. Anak 6-9 tahun 2-3 sendok takar (5ml)
5. Anak 9-12 tahun 3-4 sendok takar (5ml)
Mekanisme
Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim
siklooksigenase (COX), dan selektif mengahmbat COX-2. Meskipun
mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan antiinflamasi yang lemah.
Absorbsi ,
Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh sekitar 1-
3 jam.
46

Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga diabsorpsi
secara baik dari membrane mukosa rectum.
Distribusi dan Metabolisme
Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan
mudah
Eksresi
Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresi
oleh ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI) Paracetamol,
aman untuk wanita hamil dan anak-anak.
Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang disebabkan
oleh berbagai hal, post-Immunisation Pyrexia.
Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta
pasien dengan ketergantungan terhadap alcohol.
Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal tubular necrosis,
dyscrasia darah (seperti thrombocytopenia, leucopenia, neutropenia,
agranulocytosis), kerusakan liver
Tulisan resep :
R/ Ringer laktat inf flab No II
cum infuse set No I
IV catheter no 22 No I
imm
R/ Chloramphenicol tab mg 500 No IV
4 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No IV
prn (3-4) dd tab 1
Pro : Nn M (21th)
12. DENGUE HEMORAGIK FEVER (DHF)
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok
B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1,
DEN2, DEN-3, DEN-4.
47


B. Gejala Klinik
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut
yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada
penderita .
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk
C. Pengobatan
Infus
Infus NaCl 0,9 % 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan
mengembalikan keseimbangan elektrolit-elektrolit tubuh karena dalam hal ini pasien
mengalami mual dan muntah dimana dapat mengancam terjadinya dehidrasi.
Antipiretik
Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam dan pusing
D. Mekanisme obat
Infus
NaCl 0,9 %
48

Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid NaCl 0,9% yang
beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na
+
(154 mEq/L) dan Cl
-
(154 mEq/L), dengan osmolaritas sebesar 300 mOsm/L)
Metabolisme
NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai cairan resusitasi
(replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na
+
yang
rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada alkalosis,
retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan untuk kasus trauma
kepala, sebagai pengencer sel darah merah sebelum transfusi. Cairan ini
memiliki beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung HCO3
-
, tidak
mengandung K
+
, dapat menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis
dilusional, dan hipernatremi
Antipiretik
Paracetamol
Nama paten Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp, Cupaol,
Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Pamol, Panadol biru, Sanmol, Sanmol
tablet, Pyrex, Pyridol.
Sediaan tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup forte 250
mg/ml.

Dosis
Tablet
Dewasa dan anak atas 12 tahun 1 tablet (3-4 kali sehari)
Anak-anak 6-12 tahun - 1 tablet (3-4 kali sehari)

Sirup 125 mg/5ml
Anak 0-1 tahun sendok takar (5ml)
Anak 1-2 tahun 1 sendok takar (5ml)
Anak 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5ml)
Anak 6-9 tahun 2-3 sendok takar (5ml)
Anak 9-12 tahun 3-4 sendok takar (5ml)
Mekanisme
49

Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim
siklooksigenase (COX), dan selektif mengahmbat COX-2. Meskipun
mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan antiinflamasi yang lemah.
Absorbsi ,
Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh sekitar 1-
3 jam.
Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga diabsorpsi
secara baik dari membrane mukosa rectum.
Distribusi dan Metabolisme
Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan
mudah
Eksresi
Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresikan oleh
ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI) Paracetamol, aman
untuk wanita hamil dan anak-anak.
Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang disebabkan
oleh berbagai hal, post-Immunisation Pyrexia.
Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta
pasien dengan ketergantungan terhadap alcohol.
Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal tubular necrosis,
dyscrasia darah (seperti thrombocytopenia, leucopenia, neutropenia,
agranulocytosis), kerusakan liver
Tulisan resep :
R/ Infus NaCl 0,9 % flab No III
cum infus set No I
IV catheter No I
imm
R/ Paracetamol tab mg 500 No III
prn (1-3) dd tab I
Pro : Sdr X (21 th)

50

13. STEVEN JOHNSONS`S SYNDROM
A. Definisi
Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom Stevens-Johnson adalah penyakit kulit
akut dan berat yang disebabkan oleh alergi atau infeksi dan dianggap sebagai hipersensitivitas
kompleks yang memengaruhi kulit dan selaput lendir. Sindrom ini mengakibatkan kematian
sel-sel kulit sehingga epidermis mengelupas/memisahkan diri dari dermis, ditandai dengan
adanya erupsi kulit, kelainan mukosa, dan lesi pada mata. Meskipun pada umumnya tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik), biasanya penyebab utama yang paling sering dijumpai
adalah akibat dari alergi obat-obatan tertentu, infeksi virus dan atau keduanya, pada kasus
tertentu yang sangat jarang ditemukan sindrom ini berhubungan dengan kanker.
B. Gejala Klinis
Gejala prodormal tidak spesifik dan dapat berlangsung hingga 2 minggu Biasanya
didahului panas tinggi, sakit tenggorokan, kelelahan, dan nyeri pada persendian. Erupsi
timbul mendadak. Gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa atau erosi eritem,
disusul mukosa mata dan genitalia sehingga terbentuk trias: stomatitis, konjungtivitis, dan
balanitis/ uretritis. Keadaan ini dapat menyembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa, beberapa
penderita mengalami kerusakan mata permanen. Kelainan di sekitar lubang badan (mulut,
alat genital, dan anus) berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan. Kelainan pada selaput lendir,
mulut, dan bibir selalu ditemukan dan dapat meluas ke faring, sehingga pada kasus yang berat
penderita tidak dapat makan dan minum. Pada bibir sering dijumpai krusta hemoragik. Ruam
lesi/melepuhnya kulit muncul sekitar satu inci pada wajah, lengan dan kaki dan juga telapak
tangan, namun biasanya tidak muncul di bagian kulit kepala.
C. Penatalaksanaan
Umum:
1. Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan intravena
2. Jika penderita koma, lakukan tindakan darurat terhadap keseimbangan O2 dan CO2.
Sistemik:
1. Jika keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-
40 mg/ hari.
2. Bila keadaan umum buruk dan lesi menyeluruh, harus diobati secara cepat dan tepat.
Penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life saving. Biasanya digunakan
deksametason injeksi dosis permulaan 4-6 mg/ hari. Pada umumnya masa krisis dapat
diatasi dalam beberapa hari. Setelah itu dosisnya segera diturunkan secara cepat, setelah
dosis mencapai 5 mg/ hari lalu diganti dengan tablet kortikosteroid.
51

3. Antibiotik yang dipilih hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas,
bersifat bakterisidal, dan tidak atau sedikit nefrotoksik. Obat tersebut misalnya
ciprofloxacin 2x400 mg i.v dan klindamisin 2x600 mg i.v sehari. Biasanya digunakan
gentamicin dengan dosis 2x80 mg.
4. Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberikan diet rendah garam dan tinggi
protein.
Topikal:
1. Vesikel dan bula yang pecah diberi bedak salisil 2%
2. Lesi yang basah dikompres dengan asam salisil 1%.
3. Kelainan mulut yang berat diberi kompres asam borat 3%
4. Konjungtivitis diberi salep mata yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
D. Resep
R/ Infus Dextrose 5% flab No.III
Cum infus set No.I
IV catheter no.22 No.I
S imm
R/ Cortidex inj. mg 5 amp No. IV
Cum disposable syringe cc 3 No. IV
S imm
R/ Kenalog in orabase g 5 tube no. I
S ue
R/ Gentamycin inj. mg 80 amp No. II
Cum disposible syringe cc 3 No. II
S imm
Pro: Tn. K (35 th)
E. PEMBAHASAN OBAT

52


DEXTROSE 5% Infus
Infus dextrose 5% termasuk pada kelompok koloid yang memiliki ukuran molekul yang
cukup besar sehingga akan tetap pada pembuluh darah, sehingga sifatnya hipertonik yang
dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan daarah,
meningkatkan produksi urin dan mengurangi edema.
CORTIDEX
FARMAKOLOGI : mengandung Deksametason, suatu glukokortikoid sintetis yang dalam
dosis kecil sudah cukup kuat bekerja sebagai anti-inflamasi dan anti-alergi.
MEKANISME KERJA : menghambat limfosit dan makrofag, menghambat phospholipase
A2 sehingga menghambat pelepasan asam arakidonat.
INDIKASI : Semua penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid secara sistemik.
Sebagai obat anti peradangan misalnya pada artritis, untuk penyakit alergi seperti penyakit
serum dan asma; untuk penyakit gangguan pada darah misalnya leukemia akut; dan penyakit-
penyakit lain yang biasa menggunakan glukokortikoid.
KONTRA-INDIKASI : Pada penderita dengan ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis.
DOSIS : Tablet: dewasa 0,5-9 mg dalam dosis terbagi, anak 6-12 tahun 0,1-0,25 mg,
1-5 tahun 0,25-1 mg, 1 tahun 0,1-0,25 mg. Diberikan 2x/hari.
Ampul : terapi intensif/ darurat 2-4 mg 6-8 mg/ hari (IM/IV) maksimal 50 mg/hari. Syok 1-6
mg/kgBB dosis tunggal.
FARMAKOKINETIK : sebagian besar terikat globulin dan sisanya oleh albumin,
metabolism di liver, ekskresi melalui ginjal.
EFEK SAMPING : Efek samping umumnya terjadi karena pemakaian dosis besar dan terus
menerus, misalnya; ulkus peptikum, osteoporosis dan fraktur vertebra.

KENALOG IN ORA BASE
FARMAKOLOGI : Tiap gramnya mengandung 1 mg (0,1%) triamcinolone acetonide dalam
pasta emolien gusi yang terdiri dari gelatin, pectin dan carboboxymethylcellulose sodium in
Plastibase (Plasticized Hydrocarbol Gel).
INDIKASI : Biasanya digunakan pada lesi di daerah mulut, sebagai terapi adjuvan dan untuk
memperbaiki gejala sementara yang berhubungan dengan inflamasi oral dan lesi ulseratif
pada trauma. Berfungsi untuk mengurangi edema, gatal dan nyeri pada lesi. Obat ini
termasuk pada kortikosteroid dengan kekuatan medium.
53

KONTRAINDIKASI : pasien dengan hipersensitifitas komponen pembentuk obat.
Disebabkan obat ini mengandung kortikosteroid, maka dikontraindikasikan terhadap jamur,
virus atau infeksi bakteri pada mulut dan tenggorok.
GENTAMYCIN INJEKSI
Gentamycin injeksi ialah antibiotik aminoglikosida untuk bakteri gram negatif.
Biasanya diberikan bersamaan dengan cairan infus.
DOSIS : Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit
Dosis umum :
o Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
o Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.
Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m.
Konfensional : 1 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 12 jam untuk mendapatkan kadar
puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang lebih tinggi dapat diberikan dengan
pertimbangan yang cermat untuk pasien jika cairan ekstraseluler meningkat (udem,
syok)
Dosis tunggal : 4 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi memberikan
rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.
FARMAKOKINETIK : Kadar puncak serum : i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah
pemberian dengan infus. Ekskresi melalui urin.
INDIKASI : Infeksi bakteri gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif
(Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak,
infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia , penggunaan topical, dan
profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah.
KONTRAINDIKASI :Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain
EFEK SAMPING : vertigo, ataxia, nefrotoksisistas, edema, rash, gatal, agranulositosis,
reaksi alergi.
14. ANEMIA PERNISISOSA
A. Definisi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Pada anemia jenis ini,
sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblast).
Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan atau ketidakmampuan untuk
menyerap vitamin tersebut (karena kekurangan faktor intrinsik), kadang disebabkan juga oleh
obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker.
54

B. Gejala Klinis
Kelelahan dan kelemahan, sesak nafas, parestesi, retinal hemorage, mild splenomegali,
diare.
Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga
mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan kesemutan di tangan dan kaki, hilangnya
rasa di tungkai, kaki dan tangan, dan pergerakan yang kaku.
Gejala lainnya adalah buta warna tertentu, termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka
di lidah atau lidah seperti terbakar, penurunan berat badan, warna kulit menjadi lebih
gelap, depresi, dan penurunan fungsi intelektual.
C. Penatalaksanaan
Pengobatan kekurangan vitamin B 12 atau anemia pernisiosa adalah pemberian vitamin B12.
Sebagian besar penderita tidak dapat menyerap vitamin B12 per-oral (ditelan), karena itu
diberikan melalui suntikan. Pada awalnya suntikan diberikan setiap hari atau setiap minggu,
selama beberapa minggu sampai kadar vitamin B12 dalam darah kembali normal.
Selanjutnya suntikan diberikan 1 kali/bulan.
D. Resep
R/ Arcored inj vial No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
S imm
Pro : Tn. K (50 th)
E. Pembahasan Obat
Arcored
FARMAKOLOGI : vitamin B12 1000 mcg/ ml
DOSIS : 1000 mcg/ ml tiap minggu (IM)
MEKANISME KERJA : vitamin B12 bekerja sebagai katalisator reaksi konversi 5-CH3-
CH4 folat dan homosistein menjadi H4 folat dan metionin (penting untuk replikasi DNA)
oleh enzim 5-CH3-CH4 folat homosistein metal transferase.
FARMAKOKINETIK : untuk transport dan absorbsi, vitamin B12 terikat pada intrisik
faktor. Dalam darah terikat pada protein pembawa transkobalamin, 90% disimpan di jaringan
terutama di hati. Ekskresi melalui urine dan empedu.
EFEK SAMPING : reaksi alergi akibat kobal berupa eczema dan exantem.
55


15. BATUK REJAN
A. Sinonim
Pertusis, whooping cough, lussis quinta, violent cough, batuk seratus hari.
B. Definisi
Batuk rejan merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang dapat
menyerang setipa orang yang rentan seperti anak yang belum diimunisasi atau orang
dewasa dengan kekebalan yang menurun. Disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis.
Disebut juga whooping cough oleh karena penyakit ini ditandai oleh sindrom yang terdiri
dari batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang meninggi, karena
pasien berupaya untuk menarik napas sehingga akhir batuk sering disertai bunyi yang
khas. Namun tidak semua pasien batuk rejan memiliki bunyi yang khas.

C. Gejala Klinis
Masa inkubasi 6-20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan penyakit ini
berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan klinis penyakit ini dapat
berlangsung dalam 3 stadium yaitu stadium kataralis (prodormal, preparosksismal),
stadium akut paroksismal (paroksismal, spasmodic) dan stadium konvalesens.
Manifestasi klinis tergantung dari etiologi spesifik, umur dan status imunisasi. Gejala
pada anak yang berumur < 2 tahun yaitu, batuk paroksismal (100%), whoops (tarikan
napas panjang dan dalam berbunyi melengking) (60-70%), emesis (66-80%), dispnea
(70-80%), dan kejang (20-25%). Pada anak yang lebih besar manifestasi klinis
tersebut lebih ringan dan lama sakit lebih pendek, kejang jarang pada anak > 2 tahun.
Suhu jarang >38.4
0
C pada semua golongan umur. Penyakit yang disebabkan B.
parapertusis atau B. bronkiseptika lebih ringan daripada B. pertusis dan juga lama
sakit lebih pendek.
D. Penatalaksanaan
1. Antibiotik Makrolida pada guideline CDC 2005
A. Azitromisin
- Bayi < 6 bulan : 10mg/kgBB.hari selama 5 hari
- Bayi dan anak > 6 bulan : 10mg/kgBB (max 500mg) hari I, dilanjutkan
5mg/kgBB (max. 250mg) pada hari ke 2-5.
- Dewasa: 500mg hari ke-1, dilanjutkan 250mg/hari padahari ke 2-5.
56

B. Eritromisin
- Bayi < 1 bulan : tidak direkomendasikan karena berisiko menyebabakan Infant
Hypertrophic Pyloric Stenosis (IHPS). Namun jika azitromisin tidak ada,
eritromisin dapat digunakan dengan dosis 40-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.
- Bayi > 1 bulan dan anak-anak : 40-50mg/kgBB/hari (max 2 g/hari) dibagi
dalam 4 dosis selama 14 hari.
- Dewasa : 2 g/hari dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari.
C. Klaritromisin
- Bayi < 1 bulan tidak direkomendasikan
- Bayi dan anak > 1 bulan : 15mg/kgBB/hari (max 1g/hari) dibagi dalam 2
dosis setiap hari, selama 7 hari.
- Dewasa : 1 g/hari dalam 2 dosis selama 7 hari.
D. Alternatif : Kotrimoksazol.
2. Ekpektoransia dan mukolitik
3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang berat.
4. Lumirol sebagai sedate
E. Resep
R/ Eritromisin tab mg 500 No. XXVIII
4 dd tab 1 0,5 h ac
R/ Codein tab mg 20 No XXI
3 dd tab 1
Pro : Tn. B (29 th)
F. Pembahasan Obat
Eritromisin
Eritromisin dihasilkan oleh Streptomyces erytheus golongan makrolida. Eritromisin
diuraikan oleh asam lambung, maka harus diberikan secara enteric-coated (dengan selaput
tahan-asam) atau sebagai garam atau ester. Obat ini bekerja bakteriostatik terhadap terutama
bakteri gram positif dan spectrum kerjanya mirip penisilin G. Mekanisme kerja melalui
pengikatan reversible pada ribosom kuman sehingga sintesis protein kuman dihambat.
Makanan memperburuk absorpsinya, maka sebaiknya digunakan saat perut kosong.
57

Metabolisme di hati menjadi metabolit inaktif. Ekskresinya berlangsung melalui empedu dan
tinja serta kemih, terutama dalam bentuk inaktif. Dosis pemberian oral 2-4 x 250-500mg pada
saat perut kosong, uintuk anak-anak 20-40mg/kgBB/hari. Efek samping terpenting adalah
gangguan lambung-usus dan berupa diare, nyeri perut, nausea dan kadang-kadang muntah.
Lebih jarang berupa sakit kepala dan reaksi kulit. Eritromisin dalam dosis tinggi dapat
menimbulkan ketulian reversible, mungkin akibat pengaruhnya terhadap SSP. Pada
kehamilan dan laktasi eritromisin dapat diberikan dengan aman. Eritromisin preparat
kapsul/tablet 250 mg dan 500 mg, Dewasa : 1-2 g/hari, dibagi dalam 4 dosis Anak : 30-50
mg/kg berat badan sehari dibagi dalam 4 dosis Dosis dapat ditingkatkan 2x lipat pada infeksi
berat Obat diberikan sebelum makan Eritromisin stearat kapsul 250 mg dan tablet 500 mg
Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml Dewasa : 250-500 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap
12 jam Anak : 30-50 mg/kg berat badn sehari dibagi dalam beberapa dosis. Eritromisin
etilsuksinat Tablet kunyah 200 mg Suspensi oral mengandung 200 mg/5 ml dalam botol 60
ml Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml Dewasa : 400-800 mg tiap 6
jam atau 800 m tiap 12 jam Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa
dosis. Obat tidak perlu diberikan sebelum makan.
Codein
Kodein merupakan salah satu analgetik narkotik golongan agonis opioid yakni obat-
obat yang memiliki (sebagian) sifat farmakologi dari candu (opium) atau morfin. Efek
samping dan risiko adiksinya lebih ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk, obat
anti diare dan obat antinyeri yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal.
Kodein bekerja sebagai antitusive secara sentral dengan menekan pusat-batuk di sumsum
lanjutan dan mungkin juga bekerja terhadap pusat-saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek
menenangkan. Dengan demikian zat-zat ini menaikkan ambang bagi impuls batuk.


Obstipasi dan mual dapat terjadi terutama pada dosis lebih tinggi (diatas 3 dd 20 mg).
Resorpsi oral dan rectal baik; di dalam hati zat ini didemetilasi menjadi norkodein dan morfin
(10%) yang memberikan sifat analgetiknya.
Ekskresi melalui kemih sebagai glukoronida dan 10% secara utuh. Plasma-t-nya 3-4
jam. Dosis untuk nyeri yaitu oral 3-6 dd 15-60 mg garam-HCl, anak-anak di atas 1 tahun 3-6
dd 0.5 mg/kg. Pada batuk 4-6 dd 10-20 mg maks 120 mg.hari, anak-anak 4-6 dd 1 mg/kg.

16. Glaukoma
A. Definisi
58

adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan
bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga
merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.
B. Gejala Klinis
Nyeri, mual muntah, penurunan visus secara cepat dan progresif, fotofobia
C. Pengobatan
Tetes mata digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular. Obat-obatan yang
paling sering digunakan adalah penyekat beta untuk mengurangi produksi aqueous
humor atau obat parasimpatomimetik untuk menvebabkan konstriksi pupil dan
meningkatkan aliran aqueous humor keluar dari mata.
Pada glaukoma penutupan sudut akut, diuretik dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan intraokular. Pembedahan dapat diperlukan. Tekanan intraokular harus
dipantau setiap tahun pada individu yang berusia lebih dari 40 tahun atau setiap
individu yang mengalami peningkatan risiko gangguan ini.
Pembedahan yang meliputi iridektomi untuk glaukoma penutupan sudut, pembedahan
drainase, atau trabekuloplasti laser dapat digunakan untuk memperbaiki aliran keluar
aqueous humor.
D. Mekanisme Obat
a. Pilocarpin HCl
1) Bentuk dan sediaan
Tetes mata
2) Nama paten
Cendocarpin
3) Dosis
2 % diberikan satu tetes tiap 8-12 jam
4) Mekanisme kerja
Merupakan golongan agonis kolinergik. Bekrja pada anyaman trabekular
dengan meningkatkan kontraksi muskulus siliaris sehingga pupil mengalami
miosis. Keadaan tersebut menyebabkan iris teratrik ke belakang dan sudut
bilik mata depan terbuka. Sebagai miotik untuk memebesarkan saluran
pengeluaran cairan mata dengan cara perangsangan reseptor kolinergik
muskarinik.
5) Metabolisme
59

Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan berlangsung
selama 8-12 jam. Metabolisme di hepra, diekskresikan melalui urin.
6) Indikasi
Glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sudut tertutup akut, hipertensi
okuler
7) Kontraindikasi
Pasien dengan risiko retinal detachment, radang iris akut, uveitis,
8) Efek samping
Salivasi, reaksi alergi
b. Betabloker (timolol maleat)
1) Bentuk dan sediaan
Tetes mata
2) Nama paten
betimol
3) Dosis
1 tetes dapat diberikan dalam interval 8-12 jam sehari
4) Mekanisme kerja
Menurunkan tekanan intraokuler dengan mengurangi produksi humor akuos
dengan cara memblok reseptor 2 dalam prosesus siliaris.
5) Metabolisme
Timolol dan metabolitnya diekskresikan dalam urin. Half life timolol dalam
plasma adalah sekitar 4 jam.
6) Indikasi
Glaukoma, hipertensi okuler
7) Kontraindikasi
Asma bronkhial, bradikardi, gagal jantung
8) Efek samping
Reaksi alergi, pandangan kabur, bradikardi, aritmia
c. Karbonik anhidrase inhibitor (Asetazolamide)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet, injeksi
2) Nama paten
Diamox
3) Dosis
60

2 x 250 mg secara oral, 500 mg untuk injeksi
4) Mekanisme kerja
Menurunkan tekanan intraokuler dengan menghambat produksi humor akuos.
Hal tersebut dilakukan dengan cara menghambat kerja enzim karbonik
and\hidrase di korpus siliaris
5) Metabolisme
Asetazolamide di ekskresikan melalui ginjal.
6) Indikasi
Glaukoma
7) Kontraindikasi
wanita hamil, penyakit ginjal
8) Efek samping
Dispepsia, polakisuria, batu ginjal, paresthesia
E. Resep
R/ Cendocarpin 2 % gtt ophtl fl No I

2 dd gtt 1 ODS
R/ Timolol maleat gtt ophtl fl No I

2 dd gtt 1 ODS
R/ Asetazolamid tab mg 250 No XX

2 dd tab 1
17. Otitis Media Akut
A. Definisi
Infeksi telinga bagian tengah yang disebabkan bakteri atau virus
B. Gejala Klinis
Nyeri telinga, tinnitus, pusing, demam, pendengaran berkurang
C. Pengobatan
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
61

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di
telinga tengah hilang. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila
penyebabnya kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis
difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan
penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan
asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi
mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap,
mungkin telah terjadi mastoiditis.
D. Mekanisme Obat
a. Penicillin (Amoxycillin)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Amoxan, penmox
3) Dosis
Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per
hari dibagi dalam 3 dosis.
Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam
dosis terbagi
4) Mekanisme kerja
62

Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri
spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri
gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang
sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci,
Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P.
mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri
penghasil beta laktamase.
5) Metabolisme
Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara baik
dilakukan di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am tubuh. Kadar obat
yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe. Penisilin
umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga
diekskresi bersama tinja.
6) Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip
yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian
atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris,
pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan
lunak.
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penicillin
8) Efek samping
Reaksi anafilaksis
b. Antipiretik
1) Bentuk dan sediaan
2) Nama paten
Pamol, Panadol
3) Dosis
4) Mekanisme kerja
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.
Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi
enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk
senyawa penyebab inflamasi. Sebagaimana diketahui bahwa enzim
63

siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi
prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi. Parasetamol menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi
inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini
oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi.
5) Metabolisme
Paracetamol dimetabolisme di hepar.
6) Indikasi
Penurun panas (antipiretik), anti nyeri (analgetik)
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas, gangguan fungsi hepar
8) Efek samping
Gatal, sesak nafas, kemerahan pada kulit
E. Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI

3 dd tab I
R/ Paracetamol tab mg 500 No X

prn (1-3) dd tab I agrediente febre



18. Sinusitis
A. Definisi
Peradangan yang terjadi pada sinus
B. Gejala Klinis
Sakit kepala, nyeri pada wajah, demam, perubahan pada ingus
C. Pengobatan
Tujuan dari penatalaksanaan sinusitis ialah untuk mencapai fungsi dan anatomis yang
normal dari sinonasal. Irigasi nasal dengan larutan salin dilakukan untuk
membersihkan debris, melembabkan serta memebersihkan mukus. Mukolitik
digunakan untuk mengurangi sekresi mukus dan meningkatkan pembersihannya.
Obat yang dapat mengurangi edema mukosa digunakan untuk meningkatkan fungsi
dari ostiomeatal kompleks dan meningkatkan ventilasi. Diberikan antibiotika, anti
nyeri, antialergi, steroid.
64

Penatalaksanaan dalam bidang Rehabilitasi Medik dapat berupa pemberian diatermi
pada daerah sinus yang terkena untuk memperbaiki vaskularisasi sinus, atau LASER.
Berbeda dengan laser yang digunakan dalam bidang Bedah dengan power tinggi, yang
digunakan dalam bidang Rehabilitasi Medik laser dengan power rendah. Pada
sinusitis, laser mempunyai efek analgetik, anti-inflamasi dan biostimulasi juga
mengurangi peradangan dan edema mukosa dan dengan demikian memberikan
perbaikan aliran sinus seperti fungsi mukosiliar normal.
D. Mekanisme Obat
a. Penicillin (Amoxycillin)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Amoxan, penmox
3) Dosis
Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per
hari dibagi dalam 3 dosis.
Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam
dosis terbagi
4) Mekanisme kerja
Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri
spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri
gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang
sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci,
Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P.
mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri
penghasil beta laktamase.
5) Metabolisme
Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara baik
dilakukan di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am tubuh. Kadar obat
yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe. Penisilin
umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga
diekskresi bersama tinja.
6) Indikasi
65

Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip
yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian
atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris,
pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan
lunak.
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penicillin
8) Efek samping
Reaksi anafilaksis
b. Methylprednisolon
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Lameson
3) Dosis
4 8 mg per hari
4) Mekanisme kerja
Methylprednisolon adalah suatu glukokortikoid sintetik dan diabsorpsi secara
cepat melalui saluran pencernaan. Methylprednisolone bekerja dengan
menduduki reseptor spesifik dalam sitoplasma sel yang responsif. Ikatan
steroid-reseptor ini lalu berikatan dengan DNA yang kemudian mempengaruhi
sintesis berbagai protein. Beberapa efek penting yang timbul akibat ini yaitu
berkurangnya produksi prostaglandin dan leukotrien, berkurangnya
degranulasi mast cell, berkurangnya sintesis kolagen dan lain-lain.
5) Metabolisme
Methylprednisolone mengalami pengikatan dengan 2 juenis protein plasma
yaitu albumi dan globulin. Methylprednisolone mengalami metabolisme di
hepar.
6) Indikasi
Alergi, peradangan, rematik
7) Kontraindikasi
Ulkus peptikum, infeksi jamur sistemik, diabetes mellitus
8) Efek samping
66

Gangguan penyembuhan luka, gangguan metabolisme karbohidrat, kelemahan
otot
c. Demacolin
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Demacolin
3) Dosis
Dapat diberikan dalam interval 8-12 jam per hari
4) Mekanisme kerja
Bekerja sebagai antipiretik, antihistamin, dan dekongestan
5) Indikasi
Merintgankan gejala flu seperti demam, bersin, pilek, dan sakit kepala
6) Kontraindikasi
Hipersensitivitas, gangguan hepar
7) Efek samping
Mengantuk, gangguan pencernaan, tremor, takikardi, kerusakan hepar




E. Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI

3 dd tab I
R/ Lameson tab mg 4 No X

2 dd tab I
R/ Demacolin tab No XXI

3 dd tab I

19. PRE EKLAMPSIA
A. Definisi
67

Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
B. Gejala Klinis
Diagnosis pre eklampsia ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 3 keadaan berikut:
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, yaitu kenaikan 1 kg seminggu yang terjadi
beberapa kali disertai edema kaki, jari tangan, dan wajah.
2. Tekanan darah 140mmHg atau tekanan darah sistolik meningkat 30mmHgatau
tekanan darah diastolik meningkat 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat
selama 30 menit.
3. Adanya proteinuria, yaitu bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24
jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2.
Disebut pre eklampsia berat apabila ditemukan gejala berikut:
1. Tekanan darah sistolik 160mmHg atau diastolik 110mmHg
2. Proteinuria + 5g/24jam atau 3 pada tes celup
3. Oligouria ( 400ml dalam 24 jam)
4. Sakit kepala hebat atau ganggguan penglihatan
5. Nyeri epigastrium dan ikterus
6. Edema paru atau sianosis
7. Trombositopenia
8. Pertumbuhan janin terhambat
C. Terapi
1. Pre eklampsia ringan
a) Rawat jalan : anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8jam malam
hari. Bila sukar tidur beri fenobarbital. Kemudian evaluasi 1 minggu kemudian.
R/ Fenobarbital tab mg 30 No. VII
S 1 dd tab I omni noctum
Pro: Ny. Lilis (27th)
b) Rawat inap : bila dalam 2minggu tidak ada perbaikan, pasien di rawat inapkan.
Beri anti hipertensi.
R/ Nifedipin tab retard mg 5 No. XV
S 2 dd tab I
Pro : Ny. Linda (28th)
2. Pre eklampsia berat
68

a) Segera rawat pasien di rumh sakit. Beri MgSO4 dg dosis awal 2 g intravena dlm 10
menit, kemudian lanjut dalam drip infus dextrose 5% dg kecepatan 15-20 tetes per
menit sampai tekanan darah stabil. Berikan sampai 24 jam pasca persalinan dan
hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan ataupun intoksikasi. Syarat
pemberian MgSO4 : reflek patella kuat, RR >16x/menit, diuresis >100cc dlm 4 jam
sebelumnya.
b) Sedia antidotum MgSO4 yaitu Ca Glukonas 10%.
c) Berikan anti hipertensi
R/ Dextrose 5% infus flab No. III
Cum infus set No. I
IV catheter no. 22 No. I
S imm
R/ Sulfas magnesikus 20% inj fl No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
Simm
R/ Ca Glukonas 10% inj. amp No. I
Cum disposable syringe cc 10 No. I
Simm
R/ Nifedipin tab mg 10 No. III
S prn (1-3) dd tab I
Pro: Ny. Wika (29th)
D. Keterangan Obat:
1. MgSO4
Drug of choice untuk atasi kejang. Antikonvulsan yang efektif dan
membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke
uterus.
BSO : Injeksi (iv 20%-25ml; 40%-25ml), serbuk zak (30g)
MK : Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end plate, mencegah
masuknya Ca2+
D : Inisial 4-6 g IV bolus dalam 10 menit. Jika masih kejang tambahkan 2g
IV dalam 3-5 menit. Rumatan: 2-4 g/ jam IV per drip dalam D5%
KI : Hipersensitif terhadap magnesium, blok jantung, penyakit adison,
kerusakan otot jantung.
69

ES : flushing, berkeringat, menurunkan tekanan darah secara tajam, hipotermia,
depresi nafas
Farmakokinetik: pemberian oral dapat diabsorpsi 20%. Efek pencahar terlihat
setelah 3-6 jam.
2. Ca Glukonas
Sebagai antidotum dari MgSO4
3. Fenobarbital
BSO : Injeksi (im/iv 50mg/ml); tablet (30mg;100mg)
Paten : fenobarbiton, luminal
MK :Sebagai antikonvulsan, hipnotik dan sedatif. Untuk mempermudah tidur.
ES: pusing, mengantuk, ataksia
D: 1-2 x 30mg/ oral
KI: hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, pembesaran prostat, ileus paralitik,
kolitis ulserativa, hipertensi berat, sepsis, penyakit pembuluh darah perifer,
penyakit jantung iskemik
Farmakokinetik: waktu paruh 80-120jam
4. Nifedipin (Calcium channel blocker)
Paten: adalat
MK : Menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga terjadi relaksasi otot
polos vaskuler, penurunan kontraksi jantung serta penurunan kecepatan
konduksi SA node dan AV node.
D : 10mg/ oral
KI : syok, kehamilan, laktasi, infark miokard
ES : pusing, sakit kepala, mual, muntah, takikardia, hipotensi, edema perifer,
batuk.

20. SHIGELLOSIS
A. Definisi
Suatu penyakit peradangan akut yang disebabkan oleh Shigella sp. yang
menginvasi saluran pencernaan terutama usus sehingga menyebabkan kerusakan sel- sel
mukosa usus tersebut.
B. Gejala Klinis
1. Diare cairyang banyak bercampur darah dan lendir
2. Demam tinggi mendadak sampai mencapai 42 C
70

3. Nyeri perut, tenesmus
4. Nausea dan vomitus
5. Dehidrasi sesuai derajatnya
C. Terapi
R/ Cotrimoxazole tab No. XX
S 2 dd tab II p.c

R/ Paracetamol tab mg 500 No. X
S prn (1-3) dd tab I agrediente febre
R/ Metoclopramide tab mg 10 No. X
S prn (1-3) dd tab I
R/ Oralit granule sach No. XV
S ad libitum solve in aqua cocta ad cc 200
Pro: Sdr. Andhika (21th)
D. Keterangan Obat
1. Cotrimoxazole
Paten: bactrim, septrin
MK : terdiri dari sulfametoksazole dan trimetropim dengan perbandingan 5 : 1.
Bersifat bakterisid dengan spektrum kerja yang luas.
D: 2 dd 2 tablet mg per oral
ES : gangguan kulit, stomatitis, hepatitis, kelainan darah, SJS
KI: gangguan fungs hati dan gnjal yang berat, hamil, laktasi, bayi < 2 bulan
Farmakokinetik :
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
Kadar puncak plasma dicapai dlm 2-4 jam
Waktu paruh 10-11 jam
Ekskresi melalui urine
2. Paracetamol
paten: panadol, tempra, bodrex
MK: sebagai, anti nyeri, anti radang dan anti piretik
D: 1-4 kali 500 mg / hari
ES: Gangguan fungsi hati
KI: Gangguan fungsi hati dan ginjal
71

Farmakokinetik:
Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna
Konsentrasi tertinggi dlm plasma dicapai dalam jam dan waktu paruhnya 1-
3 jam
Dimetabolisme oleh enzim mikrosomalhati, dapat mengalami hidroksilasi
Diekskresi melalui ginjal
3. Metoclopramide
Paten: Clopramel, damaben
MK: memperkuat motilitas dan pengosongan lambung berdasarkan stimulasi saraf-
saraf kolinergis, khasiat antidopamin di pusat dan perifer serta kerja langsung
terhadap otot polos. Memblokade reseptor dopamin di CTZ sehingga menghasilkan
efek antiemetik.
D: 1-3 x 10mg/ hari
ES: mengantuk, kelelahan, gelisah, diare, sindrom ekstrapiramidal, konstipasi
KI: hamil trimester 1, epilepsi, feokromositoma
4. Oralit
MK: sebagai pengganti elektrolit pada pasien muntah dan diare
D: setiap habis BAB larutkan satu bungkus dalam 200 cc air matang
KI: perforasi usus

21. ASMA
A. Definisi
Gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.
Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan
nafas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya
reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif nonreversibel
tergantung berat dan lamanya penyakit.
B. Gejala Klinis
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan
4. Gejala- gejala tersebut bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari.
72

C. Terapi
R/ Berotec MDI No. I
S prn (1-2) dd puff I
R/ Metil prednisolon tab No. VII
S 1 dd tab I
Pro: Nn. Ria (22th)
D. Keterangan Obat
1. Berotec
Paten: berotec, berodual
MK: Mencegah bronkokonstriksi dengan menginduksi bronkodilatasi melalui
reseptor 2 di otot- otot bronkus
D : 1-2 semprot bila perlu saat serangan akut
KI : kardiomiopati obstruksi hipertrofi, takiaritmia
ES: tremor halus pada otot rangka, gugup, sakit kepala, pusing, takikardi, palpitasi,
batuk, iritasi lokal, mual, muntah, berkeringat, otot lemah, mialgia, kram otot,
hipokalemia.
2. Metil prednisolon
Paten: Depo- Medrol, Solu-Medrol, Urbason, Flason
MK: Menghambat respon inflamasi agar tidak terjadi bronkokonstriksi yang
bertambah buruk.
D: 4mg/hari
KI: Infeksi jamur sistemik, TBC, Herpes simpleks
ES: retensi cairan tubuh, alkalosis hipokalemik, gagal jantung kongestif, miopati
steroid.

22. EKZEMA
A. Definisi
Ekzema adalah proses radang pada kulit. Lapisan kulit yang mengalami kelainan
ialah kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis) bagian atas. Faktor penyebab ekzema
belum diketahui pasti. Namun hal ini sering dihubungkan dengan faktor bawaan.
Sedangkan faktor pencetus yang sering menimbulkan ekzema antara lain iklim, alergi,
infekortikosteroidi, emosi, dan faktor higienis.
B. Gejala klinis
73

Ekzema digolongkan dua stadium, yaitu stadium yang masih baru (akut) dan
stadium yang telah lama (menahun atau kronik). Pada stadium akut, perubahan kulit
masih samar, membasah (eksudatif), dan terdiri atas banyak bentuk kelainan kulit
(polimorfi). Gejala awal gangguan ini adalah kemerahan pada kulit akibat pelebaran
pembuluh-pembuluh darah kecil di kulit. Kemerahan tersebut bisa hilang jika ditekan,
dan muncul kembali jika tekanan dilepaskan. Selain itu, timbul bintil-bintil (papul) yang
kemudian berkembang menjadi gelembung-gelembung jika pecah, gelembung-
gelembung ini akan mengeluarkan cairan seperti getah (eksudat) dan kulit menjadi lecet
(erosi). Setelah mengering, timbul kerompeng dan sisik-sisik diakhir proses
penyembuhan.
Pada stadium menahun atau kronis, kulit tampak kering. Terjadi penebalan kulit
disertai garis-garis kulit yang tampak makin jelas. Kulit juga tampak kehitaman akibat
kelebihan pigmen (hiperpigmentasi). Pada ekzema yang belum sampai menahun,
gejalanya merupakan gabungan antara tanda-tanda akut dan kronis.
C. Pengobatan
Pengobatan ekzema menggunakan kostikosteroid topikal. Pilihan obat topikal agar tepat
ke target site-nya.
D. Mekanisme Kerja Obat
1. Bentuk sediaan obat :
Kortikosteroid topikal terdapat dalam berbagai bentuk sediaan, yakni salep,
krim, gel, aerosol dan losio. Salap mengandung vaselin, parafin, propilen glikol, atau
minyak mineral. Bahan-bahan tersebut akan membentuk sawar oklusif yang
mencegah penguapan, sehingga membantu hidrasi stratum korneum yang akan
meningkatkan penetrasi bahan aktif. Hampir 50% bahan dasar krim adalah air.
Semakin tinggi kandungan air suatu vehikulum (misalnya bentuk losio dan gel), maka
akan lebih cepat mengeringkan karena penguapan yang meningkat. Oleh karena itu,
lebih cocok untuk lesi yang membasah. Secara umum, bentuk salep akan lebih efektif
dibanding krim atau losio terhadap kelainan yang kering dan menebal. Tetapi,
umumnya pasien lebih menyukai bentuk krim karena lebih nyaman dipakai, sehingga
meningkatkan kepatuhan terapi.
2. Nama paten :
Betamethasone dipropionate = Diprosone 0.05%,cream,lotion
Clobetasol propionate = Dermovate 0.05%,cream
Desoximetasone = Topcort 0.05% gel
74

Halcinonide = Halog 0.1%, cream
Mometasone furoate= Elocon 0.1%, ointment
Hydrocortisone = Enkacort 1% and 2.5% cream
3. Dosis : 2-4 X sehari
4. Mekanisme kerja : efek utama penggunaan kostikosteroid secara topikal pada
epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi, efek antiinflamasi, dan efek
antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi akan mengakibatkan berkurangnya eritema,
adanya efek antiinflamasi yang terutama terhadap leukosit, adanya efek antimitosis
terjadi karena kortikosteroid mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotrien yang
diakibatkan oleh aktivasi fosfolipase A
2
dengan mengurangi jumlah enzim yang
tersedia untuk memproduksi prostaglandin.
5. Metabolisme : kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak; mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskuler, ginjal,otot lurik, sistem
saraf dan organ lain.
6. Indikasi : ekzema, radang dan penyakit kulit karena alergi
7. Kontraindikasi :
Penderita alergi kortikosteroid
8. Efek samping :
Risiko terberat (walaupun sangat jarang terjadi) penggunaan kortikosteroid
adalah penekanan aksis adrenal -hipotalamus akibat absorbsi sistemik. Selain itu,
dapat pula terjadi glaukoma. Yang lebih kerap terjadi adalah efek samping lokal pada
kulit berupa atrofi, strie, purpura, telangiektasi,erupsi akneiformis dan perubahan
warna kulit.
Perlu diingat pula kemungkinan adanya topical steroid addiction. Efek
samping ini secara langsung bergantung pada potensi kortikosteroid dan lama serta
cara penggunaannya. Secara umum, anak-anak, orang tua dan pasien dengan kelainan
yang luas akan mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pada anak-anak, disebabkan
karena mereka mempunyai rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang
relatif lebih tinggi.
E. Penulisan Resep
R/ Hidrocortison 2% cream tube No. I
2 dd I u.e
Pro : Tn. D (40 th)

75

23. SKIZOFRENIA
A. Definisi
Skizofrenia adalah gangguan yang umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan
persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Menurut
Emi Kraeplin skizofrenia terjadi karena kemunduran intelegensi sebelum waktunya
sehingga disebut dimensia prekoks/muda. Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang
dinyatakan dengan kelainan dalam isi dan organisasai pikiran, persepsi masukan sensori,
ketegangan afek/emosional, identitas, kemauan, perilaku psikomotor dan kemampuan
untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan.
B. Gejala klinis
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,
fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non
spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahu sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,
fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini
akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan
mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin
buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah
laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala
tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase
aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase
prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala
yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan
eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial)
Kriteria Diagnosis
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
76

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
i. suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
ii. mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
iii. jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain) .
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
f. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
77

h. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara social.
C. Pengobatan
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan
efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat
antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal
setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya
dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat
penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya
ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif
lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya
bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal.
Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis
atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua
(APG ll). APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan
kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis
dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi
rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan
thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif
dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau
antipsikotik atipikal. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine,
quetiapine dan risperidon.
78

Pada pemberian obat APG I perlu ditambahkan obat antikolinergik golongan
triheksipenidil untuk mengatasi efek samping.
D. Mekanisme Kerja Obat
1. Bentuk sediaan obat : tablet, ampul, vial
2. Nama paten :
Clorpromazine = Largactic
Trifluoperazine = Stelazine
Haloperidol = Haldol, Lodomer
Risperidon = Risperidal
Clozapin = Clorazol
Quentiapine = Seroquel
Olanzapine = Zyprexa
3. Dosis : 1-3 X sehari
4. Mekanisme kerja :
APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,
nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif
tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping. Sedangkan APG II bekerja
melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang
menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi
gejala negatif.
5. Indikasi : sindrom psikosis
6. Kontraindikasi :
a. Penyakit hati (hepato-toksik)
b. Penyakit darah (hemato-toksik)
c. Epilepsi (menurunkan ambang kejang)
d. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
e. Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP)
f. Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)
g. Penyakit SSP (perkinson, tumor otak,dll)
h. Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresant (kesadaran makin
memburuk).
7. Efek samping :
Efek samping obat antipsikosis generasi I berupa: gangguan ekstrapiramidal,
tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi
79

seksual/ peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif.
Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering
pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi.
E. Penulisan Resep
R/ Haldol tab mg 2 No. X
3 dd tab I

R/ Artane tab mg 2 No. X
3 dd tab I
Pro Tn.D (40 th)

24. EPILEPSI
A. Definisi
Epilepsi yakni cetusan muatan neuron SSP abnormal, berlebihan, sinkron,
intermiten, paroksismal, unprovoke.
B. Gejala klinis
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan
muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau
kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi
di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan
bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah
dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak
menyenangkan.
Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dj vu (merasa pernah
mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya
tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran
aktivitas listrik di otak.
Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak
penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.Penderita menjadi goyah,
menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan,
mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain
katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan
diikuti dengan penyembuhan total.
80

Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan
kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera
menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan
fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah
otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua
jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal.
Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat
dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan
kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa
mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita
tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun.
Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.
Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut
selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak
terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi
terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas
sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas. Jika tidak
segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita
bisa meninggal.
C. Pengobatan
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang
abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan
pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total,
maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan. Sekitar
sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1
kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang
kambuhan.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang
diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga
bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk,
81

sedangkan pada anak-anak menyebabkan hiperaktivitas.Dilakukan pemeriksaan darah
secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Obat anti-kejang
diminum berdasarkan resep dari dokter.Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-
kejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat anti-
kejang di dalam darah
D. Mekanisme Kerja Obat
Diazepam
1. Bentuk sediaan obat : ampul
2. Nama paten : valium 100 mg/cap; valdimex 5 mg/ml
3. Dosis :
Untuk mengatasi status epileptikus pada orang dewasa, disuntikkan 0,2 mg/kgBB
dengan kecepatan 5 mg/menit secara lambat. Dosis ini dapat diulang seperlunya
dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. Dosis maksimal 20-30
mg.sedangkan pada anak-anak dapat diberikan diazepam IV dengan dosis 0,15-0,3
mg/kgBB selama 2 menit dan dosis maksimal 5-10 mg.
4. Mekanisme kerja : peningkatan inhibisi GABA. Diazepam berikatan dengan reseptor
GABA menyebabkan pembukaan kanal klorida. Klorida masuk ke dalam sel dalam
jumlah yang banyak mengakibatkan peningkatan potensiasi elektrik sepanjang
membran. Hal ini berarti sel sukar teraktivasi.
5. Indikasi : status epileptikus
6. Kontraindikasi : asma
7. Efek samping :
Efek samping berat dan berbahaya dan menyertai penggunaan diazepam IV adalah
obstrusi saluran napas oleh lidah akibat relaksasi otot. Di samping itu dapat terjadi
depresi napas sampai henti napas, hipotensi, henti jantung, kantuk.
Natrium fenitoin
1. Bentuk sediaan obat : capsul (100 mg) dan ampul (50 mg/ml)
2. Nama paten : dilantin cap
3. Dosis : dewasa 300 mg/hari; anak-anak 5 mg/kgBB/hari
4. Mekanisme kerja :
Berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP dengan cara inhibisi
kanan Na
+
pada membran sel akson. Fenitoin juga mempengaruhi perpindahan ion
melintasi membran sel, dalam hal ini khususnya menggiatkan pompa Na
+
, K
+
, Ca
2+

neuron dan mengubah neurotransmitor NEPI, asetilkolin, GABA.
82


5. Metabolisme : absorbsi fenitoin diberikan secara peroral berlangsung lambat, sesekali
tidak lengkap; 10% dari dosis diekskresi bersama ginjal dalam bentuk utuh. Kadar
puncak dalam plasma dicapai dalam 3-12 jam.
6. Indikasi :
a. Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal
b. Epilepsi psikomotor
c. Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal
d. Status epileptikus
7. Efek samping :
a. Pada susunan saraf pusat : diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus, tremor
b. Pada saluran cerna dan gusi : nyeri ulu hati, anoreksia, mual muntah, edema
gusi
c. Pada kulit : ruam morbiliform
d. Lain-lain : hepatotoksisitas (ikterus, hepatitis), anemia megaloblastik.
Karbamazepin
1. Bentuk sediaan obat : tablet 200 mg
2. Nama paten :
3. Dosis :
a. Usia < 6 tahun : 100 mg/ hari
b. Usia 6-12 tahun : 2 x 100 mg/ hari
c. Dewasa : 2 x 200 mg/hari
d. Dosis pemeliharaan : dewasa 800-1200mg/kgBB; anak 20-30 mg/kgBB
4. Mekanisme kerja : obat ini bekerja dengan mekanisme yang kurang dapat dimengerti
5. Metabolisme :
6. Indikasi : bangkitan parsial kompleks, bangkitan tonik klonik
7. Kontraindikasi :
8. Efek samping : rasa ngantuk, mual, anemia, neutropenia, pusing, vertigo.

E. Penulisan Resep
Pada ststus epileptikus :
R/ Diazepam inj amp mg 5 No. I
Cum disposable syringe cc 3 No. I
imm
83


R/ Fenitoin Na cap mg 100 No.XXI
3 dd cap I
Atau ditambahkan
R/ Karbamazepin tab mg 20 No. X
2 dd tab I
Pro Tn.D (40 th)

25. FLUOR ALBUS
A. Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan
kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi
normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur
dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal.
B. Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan
suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor
albus:
1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
2. Sekret vagina yang bertambah banyak
3. Rasa panas saat kencing
4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-
kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan
berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat
dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
84

C. PENGOBATAN
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses
infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan
oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,
terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan
seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya
keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
85

- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 14 hari
Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im
- Ampisiillin 3,5 gram im atau
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
86

- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
5. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
6. Penyebab lain :
Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory
vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
D. Mekanisme Obat
A. Nystatin (Nistatin) (Candistin,cazetin, fungatin, kandistin, mycostatin, nystin)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan
Antijamur Tablet: 100.000 IU,
500.000 IU
Ovula: 100.000 U
Pengobatan
Candidiasis kulit dan
membran mukosa
Efektif untuk
pengobatan
candidiasis oral, kulit
dan vagina
Indikasi : Candidiosis mulut (oral), oesophagus, usus, vagina dan kulit
Kontraindikasi : Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap nystatin
Perhatian : kehamilan dan menyusui
Dosis :
Kandidiosis vaginalis, per vaginal, DEWASA masukkan 1-2 ovula saat malam
minimal 2 minggu
Kandidiosis oral, per oral, DEWASA dan ANAK >1 bulan 100.000 U setelah makan
4x sehari biasanya untuk 7 hari, dilanjutkan selama 48jam setelah lesi/gangguan
menghilang
Kandidiosis usus dan oesophagus, per oral, DEWASA 500.000U 4x/hari; ANAK >1
bulan 100.000U 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah penyembuhan klinis
Efek samping : mual, muntah, diare pada dosis tinggi; iritasi mulut dan sensitisasi; ruam dan
jarang terjadi eritem multiforme (Sindrome Steven Johnson)
87

B. Metronidazole (Metronidazol) (Anmerob, Biatron, Corsagyl, Farizol, Farnat, Fladex,
Flagyl, Flapozil, Fortagyl, Grafazol, Heronid, Mebazid, Metrofusin, Metrolet, Novagyl,
Promuba, Ragyl Forte, Tismazol, Trichodazol, Trinida, Troglar, Trogyl, Yekatrizol-F)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan
Antibakteri lain Injeksi : 500mg
dalam vial 100ml
Cairan oral :
200mg/5ml
Supositoria :
500mg;1gr
Tablet : 200-500
mg
Infeksi anaerob Aktivitas tinggi
terhadap bakteri
anaerob
Metronidazole memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan protozoa.
Metronidazole melalui per rectal adalah alternatif efektif terhadap rute intravena bila rute per
oral tidak mungkin.
Indikasi : Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi (ginggivitis) dan infeksi mulut
lainnya, penyakit radang panggul-pelvic inflammatory disease (dengan ceftriaxone dan
doksisiklin), tetanus, septicemia, peritonitis, abses otak, pneumonia nekrotikans, colitis
berhubungan antibiotik, ulkus kaki dan dekubitus dan profilaksis bedah, bacterial vaginosis;
Infeksi kulit dan jaringan lunak, gigitan giardiasis, eradikasi Helocobacter pylori Amubiasis
invasif dan Giardiasis
Kontraindikasi : Ketergantungan alkohol kronik
Perhatian: Efek seperti Disulfiram pada penggunaan pada alkohol; gangguan hati dan
ensefalopati hepatikum, pemantauan klinis dan laboratorium pada pemberian lebih dari 10
hari. Pada kehamilan, pabrik menyarankan penghindaran dosis tinggi. Pada kondisi
menyusui, jumlah yang signifikan di ASI, pabrik menyarankan menghindari dosis tunggal
yang besar.
Interaksi :
Alkohol : Reaksi menyerupai disulfiram saat metronidazol diberikan dengan alkohol
Antikoagulan : Metronidazole meningkatkan efek antikoagulan koumarin
Antiepilepsi : Metronidazole menghambat metabolisme fenitoin (meningkatkan kadar
dalam darah); metabolisme metronidazole ditingkatkan oleh pirimidone (menurunkan
kadar dalam darah)
88

Barbiturate : Metabolisme Metronidazole ditingkatkan oleh barbiturat ( menurunkan
kadar dalam darah)
Sitotoksik : Metronidazole meningkatkan kadar busulfan dalam darah ( meningkatkan
resiko toksisitas), metronidazole menghambat metabolisme fluorurasil (meningkatkan
toksisitas); metronidazole mungkin menurunkan bioavailibilitas mycophenolate.
Disulfiram : Reaksi psikotik dilaporkan saat metronidazole diberikan bersama
disulfiram
Litium : Metronidazole meningkatkan risiko toksisitas litium
Esterogen : Mungkin menurunkan efek kontrasepsi esterogen
Obat untuk ulkus : Metabolisme metronidazole dihambat oleh Cimetidine
(meningkatkan kadar dalam darah)
Vaksin : Antibakterial menginaktifkan vaksi tifoid oral.
Dosis : 500mg/hari (4-7 hari)
Efek samping : mual, muntah, rasa tidak nyaman seperti metal, lidah berselaput dan
gangguan saluran cerna, jarang: sakit kepala, pusing, ataksia, urin menjadi gelap, seperti
mengantuk, eritema multiforme, pruritus, urtikaria, angiodema, dan anafilaksis, gangguan
fungsi hati, hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia aplastik, mialgia, artralgia,
neuropati perifer, kejang epileptiformis, leukopenia, pada dosis tinggi atau lebih lama.
E.Peresepan
R/ Nystatin tab vag No.VII
u.c
R/ Metronidazole tab mg 500 No.XX
4 dd tab 1
Pro: Ny. A (35th)

26. URETRITIS GONORHEA
A. Definisi
Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang reservoir alaminya adalah
manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra eksternum (saluran
uretra). Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas seksual.
89

B.Gejala Klinis
Uretritis gonore masa tunasnya sulit ditentukan oleh karena pada umumnya
asimtomatis, hal ini disebabkan keadaan anatomi dan fisiologi organ genital pada wanita
berbeda dengan pria. Pada pria gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam
kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita pria
biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah
kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari,
sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul
komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Penderita sering berkemih dan merasakan
desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra
bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita penderita yang simtomatis umumnya mengalami gejala lokal setelah 10
hari terinfeksi. Sering duh tubuh yang keluar dari endoserviks melalui vagina tidak
ditemukan, baik pada keadaan akut maupun kronis. Gejala subyektif ini jarang ditemukan
dan hampir tidak pernah didapat kelainan obyektif. Umumnya penderita datang bila sudah
ada komplikasi atau ditemukan saat pemeriksaan antenatal maupun keluarga berencana.

Apabila terdapat gejala, dapat berupa kombinasi peningkatan duh tubuh yang keluar
dari vagina, disuria, perdarahan uterus intermenstrual dan menoragia. Duh tubuh yang keluar
dari serviks sifatnya purulen atau mukopurulen.

C.Pengobatan
Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi
Harga murah
Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima
Diberikan dalam dosis tunggal
Cara pemberian peroral
Tidak merupakan kontraindikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui
Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal.
Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain :
Rincian pengobatan Uretritis GO
Siprofloksasin : 500 mg per oral, dosis tunggal, atau
90

Seftriakson : 250 mg i.m. , dosis tunggal, atau
Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal
Tiamfenikol* : 3,5 mg per oral, dosis tunggal atau
Ofloksasin* : 400 mg per oral, dosis tunggal, atau
Kanamisin : 2 g i.m. dosis tunggal, atau
Spektinomisin : 2 g i.m. dosis tunggal
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan
remaja.
D.Mekanisme Obat
A. Ceftriaxone (Seftriakson) (Biotrax, Bioxon, Broadced, Cefarin, Cefsix, Ceftriaxone,
Cefxon, Cephaflox, Criax, Ecotrixon, Elpicef, Foricef, Gracef, Intrix, Icephin,
Rocephin, Socef, Terfacef, Termicef, Tricefin, Truec, Trixon, Tyason, Zeftrix)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi
Antibakteri Vial 1 gram Pengobatan infeksi yang disebabkan
kuman gram positif dan negatif.
Indikasi : Untuk infeksi- infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif
maupun gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lainnya, misalnya infeksi saluran
pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi gonoreal, septisemia bakteri, infeksi tulang dan
jaringan, dan infeksi kulit.
Kontraindikasi : bayi dibawah 6 bulan
Perhatian : Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
(tetapi boleh digunakan), positif palsu untuk glukosa urin (pada pengujian untuk mengurangi
jumlah obat), positif palsu pada uji Coombs.
Dosis :
1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra vascular),
lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam.
Dosis maksimum: 4 gr/hari
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 gram sehari secara intra vena
Bayi dan ank-anak dibawah 12 tahun :
- Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg bb sehari
91

- Bayi 15 hari sampai 12 tahun : 20 80 mg/kg bb sehari
- Anak-anak dengan BB 50 kg atau lebih : dosis dewasa melalui infus paling
sedikit 30 menit
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kliren kreatinin tidak lebih dari 10
ml/menit, dosis tidak lebih dari 2 gram perhari.

Efek samping :
Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah
seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek
lainnya (infeksi candidal)
Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek
hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi, dapat terjadi
pergeseran bilirubin dari ikatan plasma.
Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial
thromboplastin time), dan atauhypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan)
dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang
mengandung cephalosporins.
B. Ampicilin (Ampisilin) ( aktoralin, amcilin, ampi, bannsipen, biopenam, boadapen,
corsacillin, dancillin, decapen, erphacillin, atebiotic, hufam, itrapen, kalpicilin,
kemocil, lactapen, medipen, megapen, metacillin, mycill, opicillin, parpicillin,
penbiotic, penbritin, popypen, rampicillin, ronexol, sanpicilin, varicillin,
viccilin,xepacillin, yekacillin)
Golongan Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan
Antibiotik
beta laktam
Kapsul/ tablet :
250mg, 500mg
Sirup kering :
125mg/5ml
Serbuk untuk
injeksi : 500mg, 1
gram dalam vial
Pengobatan infeksi
akibat organism yang
sesuai termasuk :
peritonitis, meningitis,
endokarditis. Pola
resistensi antibiotik
lokal perlu
dipertimbangkan
Antibiotik penisillin
spektrum luas
Menggantikan
Ampisillin karena
penyerapan yang
lebih baik, efek
samping lebih sedikit
Indikasi : Mastoiditis, infeksi ginekologis, septicema, endokarditis, mengitis, cholecystitis,
osteomyelitis
92

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin
Perhatian : Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam kemerahan pada demam kelenjar
(glandular fever), leukemia limfositik akut atau kronik, dan infeksi sitomegalovirus. Tidak
diketahui berbahaya pada kehamilan, pada air susu jumlah sangat sedikit.
Interaksi :
Allupurinol Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin atau ampicillin diberikan
bersama Allupurinol
Antibakteri Absorbsi phenoxymetilpenicillin berkurang oleh neomycin
Antikoagulan INR dapat terganggu dengan pemberian penisillin spectrum luas seperti
ampicillin, meskipun studi gagal menunjukkan interaksi dengan
coumarin atau phenindione
Sitotoksik Penisillin mengurangi pengeluaran metotrexate (meningkatkan risiko
toksisitas)
Probenesid Pengeluaran/ ekskresi penisilin dikurangi oleh probenesid (risiko kecil)
Esterogen Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari esterogen
Sulfinpirazone Pengeluaran penisillin dikurangi oleh sulfinpirazone
Dosis
Injeksi intramuskuler, injeksi intravena lambat atau melalui infus intravena: Infeksi
berat oleh organism yang sensitive. DEWASA 500mg setiap 4-6 jam, ANAK dibawah
10 tahun, setengah dosis dewasa
Meningitis, dengan injeksi intravena lambat, DEWASA 1-2gr setiap 3-6 jam (maksimal
14gr sehari); ANAK 120-200mg/kg sehari dalam dosis terbagi
Efek samping : mual, muntah, diare, ruam (hipersensivitas atau respon toksik-dapat
menjadi reaksi yang serius, hentikan pengobatan); respon hipersensitivits termasuk
urtikaria, angiodema, anafilaksis, reaksi menyerupai penyakit serum 9serum sickness),
anemia hemolitik, nefritis interstitial.

PERESEPAN
Penghasil penisilinase :
R/ Ceftriaxone inj mg 250 No I
S imm
Pro Tn A (30 thn)
93

Ceftriaxone merupakan cefalosporin generasi 3 yg sensitif terhadap bakteri penghasil
penisilinase
Bukan penghasil penisilinase
R/ ampicilin tab mg 500 No. XX
S 4 dd tab I a.c
R/ probenesid tab mg 250 No.X
S 2 dd tab I p.c
Pro Tn.A (30 thn)
Keterangan :
Ampicilin spektrum luas.
Probenesid AINS anti pirai (untuk gejala sistemik nyeri sendi)
27. SHIGELLOSIS /DISENTRI BASILER
Definisi: infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan infeksi Shigella
Gejala: demam, mual, muntah, tenesmus
Tipe diare:
1. Disentri klasik (jarang, tinja banyak, bau busuk, dan berlendir) dengan tinja lembek
disertai darah, mucus, dan pus.
2. Watery diarrhea
3. Kombinasi ketiganya
Resep:
R/ Cotrimoxazole tab No.XX
2 dd tab II
R/ Diaform tab No.X
3 dd tab I
R/ Metochlorpramid tab MG 10 No.X
prn (1-3) dd tab I
R/ Oralit Sachet Granul No.X
ad libitum solve in aqua cc 200
Pro: Tn. M (30 th)

94

Pembahasan Obat:
1. Cotrimoxazol (antibiotik spektrum luas)
Kombinasi: sulfamethoxazole & trimetroprim.
Sediaan :
sulfamethoxazole: 400mg; 800 mg.
Trimetroprim: 80 mg; 160 mg
Bentuk sediaan:
Tablet
Suspensi: 200 mg (s), 40 mg (t)/ 5 ml
Sirup
Mekanisme:
Sulfamethoxazole hambat PABA masuk ke molekul asam folat
Trimetroprim hambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetra hidrofolat
Indikasi:
- ISK akibat E.coli, klebsiella, enterobacter, proteus
- Infeksi GIT
- infeksi pernafasan, pnemoniae
- infeksi THT
KI : gangguan hati, ginjal.
ES : mual, muntah, SJS
Dosis: 5-7 hari. 2x2 tab. Shigellosis : 5 hr
Paten: Bactrim, Trizole, Yekaprim

2. Diaform (Neo Diaform)
Kandungan : kaolin 550 mg
Pektin 20 mg
Indikasi: pengobatan simptomatik pada diare nonspesifik
Mekanisme: obat antidiare mengeraskan tinja dan mengabsorbsi zat toksisk
Sediaan : neo kacitin 5 ml suspensi (kaolin 700 mg & pektin 50 mg)
KI : gangguan hati, ginjal.
ES : mual, muntah, SJS
Dosis:
Dewasa & anak > 12th : 2,5 tab post defecatio max: 7,5 tab/hr (maks 15 tab/hr )

3. Metoklopramid
Indikasi: antiemetik, dispepsia pasca gastrektomi
Sediaan :
- 10 mg/tab
- 10 mg/ 2ml
Mekanisme:
- Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreceptor trigger zone)
- Memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung
ES : sedasi, gelisah
Dosis:
- Dewasa 10 mg3x/hr
Oralit
95

Komposisi:
- Kalium klorida 0,3 gr (1,5 gr)
- NaCl 0,7 gr (3,5 gr)
- Na bikarbonat 0,5 gr (2,5 gr)
- Glukosa anhidrat 4 gr (20 gr)
Indikasi: rehidrasi muntaber, diare, koelra
Dosis:
- Dewasa: 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB
- Anak <1th: 2 jam pertama 2 gelas larutan gelas
- Anak 1-5 th: 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas
28. PULPITIS
Definisi: peradangan pada pulpa gigi
Gejala: nyeri teramat sangat pada gigi, terutama bila terjena air dingin, asam. Rasa sakit
dapat menyebar hingga ke kepala
Resep:
R/ Klindamycin cap mg 125 No.XXVIII
4 dd cap I
R/ Dexamethason tab No.VII
1 dd tab I
R/ Asam Mefenamat tab No.XII
2 dd tab I
Pro: Tn. M (24 th)
96

Pembahasan Obat:
1. Klindamycin
a. Sediaan :
- Kapsul
b. Indikasi:
- Infeksi kulit dan jaringan lunak
- infeksi pernafasan, pnemoniae anaerob
- infeksi ginekologi
c. KI : gangguan gastrointestinal, ginjal, hati.
d. ES : mual, muntah, diare, urtikaria
e. Dosis: dewasa infeksi serius150-300 mg setiap 6 jam
Untuk infeksi lebih berat 450 mg per 6 jam

2. Dexamethason
a. Komposisi :
- Tablet
b. Mekanisme:
- menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat
enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antipiretik,
aniinflamasi
c. Indikasi:
- Alergi, peradangan
d. KI : penderita tukak lanmbung, osteoporosis, psikosis parah, infeksi akut
e. ES : retensi air dan garam, hipertensi, amenore, hiperhidrosis, gangguan mental,
pankreatitis akut, peningkatan tekanan dalam mata, nafsu makan meningkat.
f. Dosis:
Dewasa:
Penyaki ringan : <0,75 per hari
Penyakit berat: >9 mg per hari
anak 1 th :dosis 0,1-0,25 mg
anak 1-5 th :dosis 0,25-1mg
anak >5 th :dosis 0,25-2mg


3. Asam Mefenamat
a. Komposisi :
- Tablet salut selaput 500 mg
b. Mekanisme:
- menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat
enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antipiretik,
aniinflamasi
c. Indikasi:
- Sakit kepala, sakit gigi, nyeri trauma, dismenore primer
d. KI : gangguan ginjal, penderita tukak lanmbung
e. ES : mual, muntah, SJS
f. Dosis:
Dewasa & anak > 14th :dosis awal 500mg, selanjutnya 250 mg tiap 6 jam
29. COMBUSTIO
97

Tujuan Pengobatan
1. Terapi cairan intavena mengatasi gangguan keseimbangan cairan. Protokol pemberian
menggunakan rumus Baxter:
24 jam I : RL 4cc/kgBB/%LB. dari jumlah cairan diebrikan dalam 8jam pertama,
nya diberikan pada 16 jam berikutnya.
24 jam II: diberikan cairan sejumlah dan jumlah cairan yang diberikan pada hari
pertama. Cairan yaitu Ringer Lactat

2. Mengatasi infeksi
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dari golongan aminoglikosida yaitu
amikasin. Untuk mencegah infeksi dapat diberikan ATS 1500 unit untuk dewasa

3. Membersihkan dan merawat luka
Pada pencucian luka untuk mencegah dan mengatasi infeksi digunakan
Zalversulfadiazin cream 1%. Bula kecil akan sembuh spontan sedangkan yang berukuran
sedang atau luas dapat mengganggu sehingga perlu dilakukan aspirasi

4. Pemberian nutrisi
Nutrisi diberikan cukup untuk menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen
yang negatif yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Minuman diberikan setelah peristaltik normal sebanyak 25ml/kgBB/hr

5. Mengurangi rasa sakit
Dapat diberikan analgesik secara injeksi. Yang paling efektif adalah dari golongan opioid
yaitu morfin dan petidin

6. Tatalaksana diuresis dan balance cairan
Untuk tatalaksana diuresis dan balance cairan dipasang douer catheter (DC)
Resep:
R/ inf. Ringer Lactat flab No.XII
Infus set No. I
IV catheter no.22 No. I
imm
R/ inf. Amikasin vial g 1No.I
Cum disposable syringe cc 5 No. I
imm
R/ inf. ATS 1500 IU 1No.I
Cum disposable syringe cc 3 No. I
imm




R/ Zilversulfadiazin 1% cream gram 35 tube No.I N
ue
R/ inj. Morfin amp 10mg No.III
Cum disposable syringe cc 5 No. III
98

imm

99

Pembahasan Obat:
1. Ringer Lactat
Larutan ini merupakan larutan isotonic dengan konsentrasi elektrolit hampir
sama dengan plasma. Larutan ringer laktat berisi Na 131 mEq/L, Ca 4mEq/L,
Cl 111mEq/L, bikarbonat 29 mEq/L dan osmolaritas 276 mOsm/L. Ringer
laktat dapat digunakan untuk koreksi pada asidosis metabolik, mengatasi
kehilangan cairan karena drainase empedu, diare, dan luka bakar.

2. Amikasin
Merupakan derivat kanamisin semisintesis yang memiliki spectrum kerja
terluas dari semua aminoglikosida termasuk mycobacteria. Aktivitasnya
terhadap pseudomonas paling kuat, tetapi terhadap basil gram negative
lainnya 2-3 kali lebih lemah (kecuali mycobacterium). Guna menghindari
resistensi jangan digunakan lebih dari 10 hari.

3. ATS
Serum ini biasanya dibuat dari plasma dan mengandung antibodi serta
digunakan untuk menggunakan untuk menetralkan toksin basil Clostridium
tetani. Selama penggunaan serum ini harus diwaspadai adanya kepekaan
terhadap serum.

4. Zilversulfadiazin
Garam yang terkandung berkhasiat bakteriostatik terhadap bakteri termasuk
E. Coli, klebsiella, dan Proteus. Sangat efektif untuk mengatasi luka bakar
parah, terutama bila terinfeksi oleh pseudomonas.obat ini digunakan dalam
bentuk cream 1-3% dalam 1 gram nya terdapat 10 mg Zilversulfadiazin
diberikan 1-2 kali dalam sehari.
30. TBC
Definisi : Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis (TB). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Gejala klinis :
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Terapi:
R/ Isoniazid tab mg 300 No. VII
100

1 dd tab I
R/ Rifampisin tab mg 450 No.VII
1 dd tab I
R/ Pirazinamid tab mg 250 No.XIV
1 dd tab I
R/ Ethambutol tab mg 250 No. XIV
1 dd tab I
Pro : Ny. T (45 tahun)
Jenis obat:
Isoniazid
berefek bakterisid pada kuman dalam keadaan aktif, bakteriositik
terhadap kuman yang diam.
Mekanisme : menghambat enzim essensial untuk sintesis asam mikolat
dan dinding sel mikobakterium.
ESO : neuritis perifer dicegah dengan pemberian piridoksin, hepatitis
(radang hati), alergi, demam, dan ruam kulit.
Dapat menembus plasenta tapi tidak teratogenik.
Rifampisin
menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram (+) dan (-) dan dapat
menghambat pertumbuhan M.tuberculosis.
bakteriosid pada intra dan ekstrasel, dapat masuk jaringan dan membunuh kuman
semi dorman yang tidak dapat dibunuh INH.
Mekanisme : menghambat DNA dependent RNA polymerase dari mikrobakteria
dan mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya rantai sintesis
RNA.
ESO :
o Flu like syndrome
o Gatal-gatal kemerahan
o Nyeri perut, mual, muntah, diare
o Warna urine, keringat, air mata, liur menjadi merah (sindrom Redman)
Pirazinamid
analog nikotinamid, di dalam tubuh dihidrolisis untuk enzim pirazinamidase
as.pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulos statik hanya pada media yang bersifat
asam.
ESO : gangguan fungsi hepar, gout arthritis, muntah, mual, dan diare
Ethambutol
menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap isoniazid dan
streptomisin. Aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.
101

Dapat memberikan efek toksik pada mata jarang diberikan pada pasien anak-
anak.
Mekanisme : menghambat sintesis metabolit sel
ESO : gangguan penglihatan buta warna, penurunan penglihatan (neuritis
retrobulbur)
Mencegah resistensi kuman terhadap anti tuberculosis lain.
31. KONJUNGTIVITIS
Definisi : Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva.
Gejala klinis :
Konjungtiva yang mengalami peradangan akan tampak berwarna merah dan
mengeluarkan kotoran
Konjungtivitis karena bakteri akan mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih
Kelopak mata bisa membengkak dan terasa sangat gatal, terutama pada
konjungtivitis karena alergi.
Terapi :
R/ cendoxytrol guttae opthalmic fl No.5
3 dd guttae I ocula dextra
Pro: Tn. T (34 tahun)
Jenis obat :
Cendoxytrol
Isi : dexametason 0,1% neomisin sulfat 3,5mg/ml, polimiksin 6 sulfat 6000
iu/ml
Indikasi : mengobati infeksi mata yang meradang konjungtivitis akut/kronis tidak
bernanah, bletara konjungtivitis dan keratokonjungtivitis.

32. STOMATITIS
Definisi : Stomatitis atau Stomatitis Aftosa Rekuren adalah luka yang terbatas pada
jaringan lunak rongga mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Peradangan pada
lapisan mukosa dari setiap struktur di dalam mulut, yang mungkin melibatkan pipi, gusi,
lidah, bibir, tenggorokan, dan atap atau lantai mulut.
Gejala klinis : berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian
bisa timbul luka (ulcer) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan ini
membuat kita susah makan dan minum.
Terapi
102

: R. Betadine Gargle Iag No.1
3 dd garg I uc
: R. FG Trochees tab No. III
1 dd tab I
: R. Becefort tab No. III
1 dd tab I
Jenis obat :
*Betadine Gargle
KOMPOSISI :
Mengandung Povidone Iodine 1% dan bahan tambahan denatured alkohol.
INDIKASI :
Obat kumur ANTISEPTIK untuk mengatasi flu, radang tenggorokan, sariawan,
gusi bengkak dan bau mulut.
CARA PAKAI :
Hanya untuk dewasa dan anak-anak diatas 6 tahun. Kumurlah secukupnya pada
rongga mulut sampai 4 kali sehari, penggunaan maksimal sampai 14 kali.
KONTRA INDIKASI :
Yang hipersensitif terhadap Yodium , penderita tyroid, wanita hamil dan
menyusui.
*FG Trochees
KOMPOSISI :
Fradiomisin Sulfat 2,5 Mg, Gramisidin-s Hcl 1 Mg.
INDIKASI :
Gingivitis (radang gusi), stomatitis (radang rongga mulut), faringitis (radang
faring/tekak), bronkhitis (radang bronkhus/cabang-cabang tenggorok), tonsilitis
(radang tonsil/amandel), angina vincent (radang sela[pput lendir mulut dengan
tukak-tukak berselaput), diflesia faringeal, periodontitis geraham bungsu.
*Becefort
ISI :
Vitamin C mg 500, Vitamin B komplek, Vitamin E.
103

Pemberian vitamin dimaksudkan sehingga dapat menutup luka atau jejas yang
terjadi di rongga.
33. HIPERTENSI
Definisi
Kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Gejala klinis
Sakit kepala, epistaksis, pusing, wajah kemerahan, sakit pada kepala belakang,
dan kelelahan
Pengobatan dan terapi
Tujuan pengobatan adalah (Yogiantoro, 2006) :
1. Tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (penderita
DM, gagal ginjal, proteinuria) < 130 mmHg;
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler;
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.














Modifikasi pola hidup :
1. Penurunan berat badan
2. Aktifitas fisik teratur
3. pembatasan garam dan
alcohol
4. berhenti merokok
Respons cukup(sasaran tel;ah
dicapai
Respons kurang
104



















Gambar 2. Tahapan terapi hipertensi


Selain pengobaan hipertensi (Gambar 2 dan Tabel 3), pengobatan terhadap
faktor risiko atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau
dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-
masing kondisi. Pengobatan hipertensi terdiri atas dua komponen, yaitu terapi
nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan
oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya. Pengaruh
perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi terhadap penurunan tekanan darah
(Tabel 4). Terapi nonfarmakologis antara lain :
Lanjutkan Modifikasi pola hidup :
Pilihan Anti hipertensi :
1. diuretic atau beta bloker
2. penghambat ACE,antagonis CA,alfa
bloker, alfa beta bloker
Respons cukup (sasaran telah
dicapai)
Respons kurang Respons kecil
Tingkatkan dosis
pertama
Tambahkan obat kedua
dari golongan lain
Ganti dengan gol. lain
Respon belum cukup
Tambahkan obat kedua atau ketiga dari gol. lain atau
diuretik
105

1. menghentikan merokok;
2. menurunkan berat badan berlebih;
3. menurunkan konsumsi alkohol berlebih;
4. latihan fisik;
5. menurunkan asupan garam dan lemak;
6. meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

Tabel 3. Terapi Hipertensi
BP
classification
SBP*
mmHg
DBP*
mmHg
Lifestyle
modification
Initial drug therapy
Without
compelling
indication
With
compelling
indications
Normal <120 and
<80
Encourage
Prehypertension 120
139
or 80
89
Yes No
antihypertensive
drug indicated.
Drug(s) for
compelling
indications.
Stage 1
Hypertensi-
on
140
159
or 90
99
Yes Thiazide-type
diuretics for most.
May consider
ACEI, ARB, BB,
CCB, or
combination.
Drug(s) for the
compelling
indications.
Other
antihypertensive
drugs (diuretics,
ACEI, ARB,
BB, CCB) as
needed.
Stage 2
Hypertensi-
on
>160 or
>100
Yes Two-drug
combination for
most (usually
thiazide-type
diuretic and ACEI
or ARB or BB or
CCB).

Mekanisme obat
a. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan
simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan
tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan
106

penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah
jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang
digunakan dalam terapi hipertensi yaitu : diuretik golongan tiazid, diuretik kuat,
dan diuretik hemat kalium.
Obat-Obat Pilihan:
A. Golongan Tiazid
1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide

)
- Indikasi: edema, hipertensi
- Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia,
hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia
yang simptomatik, penyakit adison.
- Bentuk sediaan obat: tablet
- Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada
pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali
semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
- Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang
ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia,
hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis
hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan
peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit,
fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan
trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir);
pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk
diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus
sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan
ginjal yang berat;porfiria.
2. Chlortalidone ( Hygroton

, Tenoret 50

, Tenoretic

)
- Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus
- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada
Bendrofluazid
107

- Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg
selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika
mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg
pada pagi hari
- Bentuk sediaan obat: tablet
3. hidroklorotiazid
- Indikasi: edema, hipertensi
- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada
Bendrofluazid
- Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan
jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis
awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika
perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari
- Bentuk sediaan obat: tablet.

B. Diuretik kuat
1. Furosemide ( Lasix

, uresix

, impugan

)
- Indikasi: edema pada jantung, hipertensi
- Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.
- Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus
- Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb;
Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg
sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan
keadaan pasien
- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi
alergi seperti ruam kulit
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;
kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk
diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria.
C. Diuretik hemat kalium
1. Amilorid HCL ( Amiloride

, puritrid

, lorinid

)
108

- Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan
tiazid
- Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia.
- Bentuk sediaan obat: tablet
- Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali
sehari maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-
10 mg sehari
- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi
alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;
kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk
diabetes mellitus; usia lanjut.
2. Spironolakton ( Spirolactone

, Letonal

, Sotacor

, Carpiaton

)
- Indikasi: edema, hipertensi
- Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia,
kehamilan dan menyusui, penyakit adison.
- Bentuk sediaan obat: tablet
- Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg;
anak, dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi.
- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi
alergi s
- eperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia,
hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.
- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;
kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.
B. ACE Inibitor
ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem renin-
angiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi
Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi
sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat
dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan
109

bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan
nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah
dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa
batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien
dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus
dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam
beraktivitas, dan mengurangi gejala.
ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk
menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan
serum potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan
terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong
dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama
yang digunakan secara klinis.
1. Nama Generik : Captopril
2. Nama Dagang :
- Acepress : Tab 12,5mg, 25mg
- Capoten : Tab 12,5mg, 25mg
- Captensin : Tab 12,5mg, 25mg
- Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Casipril : Tab 12,5mg, 25mg
- Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg
- Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg
- Locap : Tab 25mg
- Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg
- Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg
- Otoryl : Tab 25mg
- Praten : Kapl 12,5mg
- Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg
- Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg
- Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg
110

- Tensobon : Tab 25mg
3. Indikasi :
- Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah.
- Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension).
- Diabetic nephropathy dan albuminuria.
- Gagal jantung (Congestive Heart Failure).
- Postmyocardial infarction
- Terapi pada krisis scleroderma renal.
- Kontraindikasi :
- Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.
- Kehamilan.
- Wanita menyusui.
- Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE
inhibitor sebelumnya.
- Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.
4. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput.
5. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal
jantung :
6. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan
yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai
target dosis.
7. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)
8. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong
yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini
dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila
diberikan bersamaan dengan makanan.

9. Efek samping :
- Batuk kering
- Hipotensi
- Pusing
111

- Disfungsi ginjal
- Hiperkalemia
- Angioedema
- Ruam kulit
- Takikardi
- Proteinuria
- Resiko khusus :
- Wanita hamil.
Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang
hamil karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan
teratogenik. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian janin.
Morbiditas fetal berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor pada
seluruh masa trisemester kehamilan. Captopril beresiko pada
kehamilan yaitu pada level C (semester pertama) dan D (semester
kedua dan ketiga).
- Wanita menyusui.
Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui
karena bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI
sekitar 1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah
metabolit dari captopril juga dapat menembus masuk dalam ASI.
- Penyakit ginjal.
Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan
ginjal akan memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85%
diekskresikan lewat ginjal (hampir 45% dalam bentuk yang tidak
berubah) sehingga akan memperparah kerja ginjal dan meningkatkan
resiko neutropenia. Apabila captopril digunakan pada pasien dengan
gangguan ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dimana
berfungsi untuk menurunkan klirens kreatininnya.
C. Beta-blocker (Misal : propanolol, bisoprolol)
Merupakan obat utama pada penderita hipertensi ringan sampai moderat
dengan penyakit jantung koroner atau dengan aritmia. Bekerja dengan
112

menghambat reseptor
1
di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di mana
1

merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi
katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya
produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan
turunnya tekanan darah.
D. Alfa-blocker (Misal : Doxazosin, Prazosin).
Bekerja dengan menghambat reseptor
1
di pembuluh darah sehingga
terjadi dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi
perifer.
E. Calcium channel blocker (Cth: Nifedipin, Amlodipin).
Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos
pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi
yang dapat bekerja pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan
obat utama bagi penderita hipertensi yang juga penderita angina.
34. MIGRAIN
Definisi
Nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Gejala Klinis
Migren dapat disertai dengan aura atau tanpa aura. Aura adalah suatu
gejala neurologik fokal yang kompleks yang mendahului ataupun menyertai
suatu serangan migren.
1. Migren tanpa aura (common migren)
Kriteria diagnosis:
a. Minimal 5 kali serangan
b. Durasi nyeri kepala 4-72 jam
c. Minimal 2 karakteristik nyeri kepala sebagai berikut:
- Unilateral
- Berdenyut
- Intensitas nyeri sedang sampai berat
- Bertambah berat dengan aktivitas fisik, batuk, bungkuk (fenomena
Jolt)
113

d. Disertai minimal 1 dari:
- Mual dan atau muntah
- Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
2. Migren dengan aura
Migren dengan aura merupakan serangan nyeri kepala berulang, didahului
gejala neurologik fokal (aura), reversibel secara bertahap 5-20 menit dan
berlangsung < 60 menit.
Terdapat aura:
1. Gangguan visual
Skotoma (tampak titik-titik kecil yang banyak), gangguan visual
homonim, persepsi adanya cahaya berbagai warna pada salah satu
mata yang bergerak pelan, fotopsia (kilatan cahaya yang menyilaukan)
2. Gangguan sensorik
Parestesia sensorik, kebas atau panas seluruh badan
3. Gangguan motorik
Hemiparesis, disfagia
4. Gangguan bahasa
Afasia
Pengobatan dan Terapi
Jika tidak diobati, serangan migren bisa berlangsung selama beberapa
jam atau hari. Pada beberapa penderita, sakit kepalanya ringan dan bisa
dihilangkan dengan obat pereda nyeri (analgesik) yang dijual bebas. Tetapi
migren seringkali hebat dan membuat penderita menjadi tidak berdaya,
terutama jika disertai dengan mual, muntah dan silau mata (fotofobia). Pada
kasus seperti ini, biasanya selain obat pereda nyeri, penderita juga
membutuhkan istirahat dan tidur untuk mengurangi sakit kepalanya.
Obat yang paling banyak digunakan adalah ergotamine dihydroergotamine (suatu
vasokonstriktor), yang menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah sehingga
membantu mencegah pelebaran pembuluh darah dan menyebabkan nyeri. Kafein
114

dosis tinggi juga membantu mencegah melebarnya pembuluh darah dan seringkali
diberikan bersamaan dengan obat pereda nyeri atau ergotamin.
R/ Cafergot tab No. XV
prn 1-3 dd tab I

R/ Metoklopramid tab mg 10 No XV
3 dd tab I h a.c

Pro : Ny. S (40 th)

Mekanisme Obat
1. Cafergot
Merupakan golongan ergotamin yang dikombinasikan dengan kafein.
Ergotamin menstimulasi maupun memblokir reseptor alfa adrenergik dan
serotoninergik. Misalnya menstimulasi reseptor 5HT
1
, khususnya 5HT
1D
dan
memblokir reseptor alfa (alfa bloker) dengan efek vasodilatasi ringan. Sifat ini
dikuasai oleh daya vasokonstriksinya yang kuat dari arteri otak dan perifer
berdasarkan daya antiserotoninnya (blokade 5HT
1
). Karena sifat
vasokontriksinya tersebut, ergotamin banyak digunakan sebagai obat khas
terhadap serangan migrain, yang hanya efektif bila digunakan pada fase
permulaan. Biasanya obat ini dikombinasikan dengan kafein dan obat antimual.
Ergotamin juga digunakan pada sakit kepala cluster.
Resorpsinya dari usus tidak teratur dan sangat bervariasi. Kafein
meningkatkan resorpsinya (oral, rektal) dan memperkuat efeknya. Ekskresinya
berupa metabolit, terutama lewat empedu dan tinja (secara rektal 1-5%).
Efek samping ergotamin berupa mual, muntah, dan sakit kepala mirip
gejala migrain. Akibat akumulasi ergotamin dapat timbul efek toksik, seperti
kejang otot kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jari-jari tangan menjadi
dingin, akhirnya terjadi gangren (mati jaringan). Karena sifat-sifat itu,
ergotamin tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan hipertensi. Wanita
115

hamil tidak boleh diberikan obat ini, berhubung efek oksitosisnya (merangsang
otot rahim).
Dosis oral/rektal 3-4 dd 1mg, maksimal 4mg per serangan dan 8mg
seminggu. Sebaiknya dikunyah halus sebelum ditelan untuk mempermudah
resorpsinya atau diletakkan di bawah lidah (sublingual). Sebagai aerosol 360
mikrogram, injeksi i.m. atau s.c. 0,25-0,5mg semuanya sebagai garam tartrat.
2. Metoklopramid
Derivat aminoklorbenzamid ini berkhasiat anti-emesis kuat berdasarkan
blokade reseptor dopamin di CTZ. Disamping itu juga memperkuat pergerakan
dan pengosongan lambung. Efektif pada semua muntah, termasuk akibat
radioterapi dan migrain, pada mabuk darat obat ini tidak ampuh.
Resorpsi dari usus cepat, mulai kerja dalam 20 menit. Ekskresinya
berlangsung 80% dalam keadaan utuh melalui urin. Efek sampingnya adalah
sedasi dan gelisah karena dapat melintasi sawar darah-otak. Efek samping
lainnya berupa gangguan lambung-usus dan gejala ekstrapiramidal, terutama
pada anak kecil.
Interaksi obat dengan obat yang diserap di lambung, maka akan
berkurang bila diberikan bersama metoklopramid. Resorpsi obat yang diserap
diusus justru mempercepatnya, seperti alkohol, asetosal, diazepam, dan
levodopa.
Dosis 3-4 kali sehari 5-10 mg, anak-anak maksimal 0.5 mg/kg/hari. Rektal 2-3
kali sehari 20 mg. Sediaan metoklopramid tablet 10 mg, sedangkan injeksi 10
mg/2 ml. Nama paten mepramide, metolon.
35. VERTIGO
Definisi
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat
disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing
tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar
atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak
bergerak.
116

Gejala Klinis
Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau
penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.
Gejala dan Tanda Perifer ( Organ Akhir ) Sentral
Arah Nigtagmus Terutama satu arah dan
satu bidang, fase cepat
berlawanan dengan tempat
lesi
Satu arah atau dua arah,
dapat berubah bidangnya
bila pandangan berubah
Nistagmus horizontal
disertai komponen
berputar
Cukup sering ditemukan Jarang ditemukan
Vertigo Berat Jelas Ringan
Arah dari pada
perputaran
Kearah fase cepat Berubah-ubah
Arah past poiting Kearah fase lambat Berubah-ubah
Arah jatuh Kearah fase lambat Berubah-ubah
Pengaruh perputaran
kepala
Dengan mendadak vertigo
akan muncul
Tidak ada pengaruh
Lama gejal-gejala Akut atau kronis Biasanya Kronis
Tinitus dan/atu tuli Mungkin ada Biasanya tidak ada

Pengobatan dan Terapi
Untuk penatalaksanaan vertigo sebaiknya dilakukan pengobatan
kausual kalau memungkinkan, hanya saja biasanya etiologi vertigo
sebagian besar tidak diketahui, maka dari itu pengobatan medikamentosa
masih menjadi pilihan utama.
1. Medikamentosa
- Agonis reseptor H, misalnya; betahistin
117

- Obat anti kolinergik yang mensupresi aktif secara sentral dari
aktivitas sistem vestibuli dan dapat berguna untuk mengurangi
vertigo. Skopolamin metilbromida ( Holopon ) 3 x 1-2 mg/hari.
- Prometazin dari golongan fenotiazin merupakan yang paling efektif
dari golongan ini dalam mengobali vertigo. Efek samping utama
adalah mengantuk.
- Zat simpatomimetik ( Efedrin dan amfetamin )
- Penenang minor dan mayor, misalnya :diazepam.
2. Fisioterapi
- Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi
tetap (stasioner)
- Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang
bergerak
- Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus
- Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis
3. Rehabilitasi vertigo harus dilakukan supaya adaptasi tubuh terhadap
penyakit tersebut bisa tercapai.

Mekanisme obat
A. Ranitidin
Indikasi
Ranitidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan
deudenum akut, refluk esofagitis, keadaan hipersekresi asam
lambung patologis seperti pada sindroma ZollingerEllison.
Hipersekresi pasca bedah.
Dosis dan Cara Pemakaian
Terapi oral
Dewasa : Tukak lambung, deudenum dan refluk esofagitis,
sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur
118

malam, selama 4-8 minggu. Untuk hipersekresi patologis, sehari 2-
3 kali 1 tablet. Bila keadaan paah dosis dapat ditingkatkn sampai 6
tablet sehari dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1
tablet pada malam hari. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan
kleren kretinin kurang dari 50 mg/menit, dosis sehari 1 tablet.
Terapi parenteral
Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau
intermiten untuk penderita rawat inap dengan kondisi
hipersekretori patologi atau tukak usus duabelas jari yang tidak
sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
Dosis dewasa :
Injeksi i.m. atau i.v. intermiten: 50mg setiap 6-8 jam
jika diperlukan, obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh
melebihi 400 mg sehari. Jika ranitidine diberikan secara infus,
150mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama
lebih dari 24 jam, pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison
atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu dilalui dengan
kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita masig
sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10
mEq/jam,dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali
sekresi asam lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren
kreatinin kurang dari 50 menit, dosis i.m. atau i.v. yang dianjurkan
adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah dengan hati-
hati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap 12 jam.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ranitidine
Efek Samping
119

- Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan
pruritus.
- Konstipasi, pusing,sakit perut.
- Konfusion, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi seksual,
hepatitis (jarang).
- Rasa sakit di daerah peyuntikan pada pemberian secara i.m.
- Rasa terbakar pada pemberian secara i.v.
Kontraindikasi
- Keamana pemakaian pada wanita hamil dan menyusui balum
dapat dipastikan.
- Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal.
- Pemberian ranitidine pada penderita keganasan lambung dapat
menutupi gejala-gejala penyakit ini.
- Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat
dipastikan (estabilised).
- Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya tukak
(ulkus).
- Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat
porfiria akut.
B. Ikaphen

Kandungan :
- Natrium Fenitoin.
Indikasi :
- Anti kejang, antiaritmia.
Kontrindikasi:
- Penyakit hati.
120

- Hindari putus obat secara mendadak.
- Menyusui.
Interaksi obat :
- Metabolisme Natrium Fenitoin dipertinggi oleh Barbiturat, dan
dihambat oleh Kloramfenikol, antikoagulan Dikoumarol,
Disulfiram, Fenilbutazon, INH, Sulfafenazol,Sultiam, Asam
Valproat, Simetidin, dan Sulfonamida.
Efek samping :
- Nistagmus (gerak ulang-alik bola mata secara cepat, berlangsung di
luar kehendak, dapat berlangsung horisontal, vertikal, memutar,
atau campuran), ataksia (gangguan koordinasi gerakan), bicara
tidak lancar, kebingungan, pusing, hiperplasiagusi, hipersutisme
(pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola
pertumbuhan rambut laki-laki), ruam morbiliformis, rickets/rakitis,
osteomalasia (keadaan yang ditandai dengan melunaknya tulang-
tulang karena gangguan kalsifikasi sebagai akibat kekurangan
Vitamin D dan Kalsium), sindroma lupus eritematosus, leukopenia,
trombositopenia, pansitopenia, granulositopenia.
Kemasan :
- Injeksi 50 mg/mL x 2 mL x 10 biji.
Dosis :
1. Anti kejang :
- dewasa : diawali dengan 3-4 mg/kg berat badan/hari,
pemeliharaan : 3-4 kapsul/hari.
- anak-anak : diawali dengan 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3
dosis terbagi, pemeliharaan : 4-8 mg/kg berat badan/hari.
2. Anti aritmia :
121

- dewasa : 2-4 kali sehari 100 mg.
- anak-anak : 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3 dosis terbagi.

PENULISAN RESEP
R/ Ikaphen tab mg 100 No. II
2 dd tab I
_________________________

R/ Ranitidin tab No. II
2 dd tab I
_________________________

Das könnte Ihnen auch gefallen