Sie sind auf Seite 1von 3

1

Prosedur Fisik Perencanaan Tata Ruang



1) Perencanaan tataruang WPP
2) Perencanaan tataruang SKP
3) Perencanaan tataruang SP

Tahapan yang dilalui dalam perencanaan tataruang tersebut diatas akan terdiri dari
beberapa tahapan yaitu: (SWOT)
1) Tahap 1. analisis potensi sumberdaya alam yang meliputi analisis tingkat
kesesuaian lahan, kapasitas lahan, dan kemampuan lahan
2) Tahap 2. mengacu pada analisis tahap 1 dilakukan penentuan batas batas SKP di
dalam WPP dan alternatif pola pengembangan
3) Tahap 3. analisis sosial ekonomi, sosial budaya, dan kebijaksanaan di tingkat lokal,
regional, dan nasional untuk menentukan pola pengembangan pada
setiap SKP
4) Tahap 4. menyusunan tataruang SKP dalam WPP



Perencanaan Rencana Tataruang WPP (Fase I)

1) Penetapan lokasi WPP dalam sistem tataruang wilayah (TRW)
2) Lokasi dan pusat WPP
3) Orientasi WPP
4) Integrasi SKP yang membentuk WPP
5) Penetapan fasiltas pelayanan pada pusat WPP

1.1. Penetapan lokasi WPP dalam sistem TRW
a) Kumpulkan peta sistem angkutan propinsi berskala 1:100.000
b) Tumpangtindihkan batas WPP pada peta tersebut
1.2. Penetapan lokasi hirarki WPP dengan metoda Skalogram


Langkah langkah skalogram:
1) Catat nama kota propinsi, kecamatan, sampai pusat desa pada tabel skalogram
2) Catat populasi penduduk terbaru pada setiap permukiman di (1)
3) Catat dan hitung jumlah jenis dan lembaga untuk setiap jenis pelayanan pada setiap
pusat permukiman susun dalam bentuk tabel
2

4) Urutkan pada setiap tempat permukiman menurut populasi, jumlah jenis dan
lembaga pelayanan dari terbesar hingga terkecil (baris)
5) Urutkan pelayanan menurut jumlah jenis dan lembaga (kolom) dari terbesar hingga
terkecil
6) Mengacu bahwa pusat pemukiman yang mempunyai populasi lebih besar dan
menyediakan jumlah dan jenis pelayanan lebih banyak akan mempunyai hirarki lebih
tinggi demikian seterusnya
7) Petakan hirarki semua pusat pemukiman pada peta Sistem Angkutan Propinsi (skala
1:100.000)
8) Petakan rencana sistem transportasi yang segera akan dibangun pada pola hirarki
pusat pemukiman sehingga konfigurasi pusat pemukiman di propinsi tersebut relatif
pada WPP dapat dilihat.

Penetapan Lokasi Pusat WPP
a) Tetapkan lokasi yang secara fisik memenuhi syarat untuk pemukiman misalnya
tanah relatif datar, sumber air tersedia, tanah tidak tererosi dll
b) Dari pemilihan lokasi tersebut pilihlah salah satu yang paling potensial untuk
digunakan sebagai pusat WPP seperti dekat dengan sistem transportasi, pusat
perdagangan dll
c) Petakan pusat WPP stersebut pada peta sistem angkutan propinsi.

Penetapan Hirarki Pusat WPP
a) Hitung jarak rata-rata antara pusat pemukiman Hirarki 2 (H 2) dengan Hirarki 3 (H 3)
(kota dan kecamatan).
b) Dengan menggunakan jarak rata-rata pada butir (a) sebagai jari jari dan pusat WPP
sebagai titik pusat, gambarkan lingkaran pada peta sistem angkutan propinsi.
c) Bila pada lingkaran tersebut terletak pusat pemukiman dengan H 1, maka tetapkan
pusat WPP H 3. Bila lingkaran tersebut tidak terdapat pemukiman H 1, tetapkan
pusat WPP pada H2

Fase II. Perencanaan Tata Ruang SKP

Prosedur penyusunan rencana tata ruang SKP sebagai berikut :
Perencanaan tata ruang SKP
a. Fase II ini lebih detail dari fase I
b. Perencanaan Tata Ruang SKP hanya untuk areal yang sesuai untuk dikembangkan
atau akan dikembangkan.
c. Tahapan secara garis besar :
- Tahap pertama; analisis potensi sumber daya pertanian SKP menggunakan
kemampuan-kesesuaian lahan (peta dasar 1 : 20.000).
3

- Tahap kedua; menentukan alternatif teknik budidaya sesuai dengan potensi lahan.
- Tahap ketiga; analisis sosial ekonomi untuk menetapkan pola usaha tani optimal.
- Tahap keempat; membuat tata ruang SP dalam SKP.


Prosedur rencana tata ruang SKP

Melalui penetapan :
1. Lokasi SKP dalam system tata ruang WPP
2. Lokasi dan hirarki SKP
3. Orientasi SKP
4. Integrasi SP yang membentuk SKP
5. Penetapan fasilitas pelayanan pada pusat SKP

1. Penetapan SKP dalam system tata ruang WPP
a. Petakan pusat WPP dengan system jari lepas transportasi yang menghubungkannya
dengan pusat-pusat pemukiman di luar WPP lengkap dengan arah orientasi
pemasarannya pada peta kesesuaian lahan dengan skala 1 : 20.000.
b. Berdasarkan analisis fisik, biologi, sosial dan ekonomi tetapkan batas-batas SKP.
SKP yang bersangkutan dimana pusat WPP terletak, menjadi SKP utama. Setiap
SKP mempunyai ciri pola pertanian yang spesifik. Contoh :
- Pola pangan
- Pola pertambakan
- Pola perikanan tangkap atau pola nelayan

2. Lokasi dan hirarki pusat SKP
a. Berdasarkan analisis fisik tetapkan dan deliniasi pada peta kesesuaian lahan (1 :
20.000) lokasi-lokasi yang sesuai untuk pemukiman dengan kriteria :
- Lahan berlereng < 8 %
- Drainase baik
- Dekat sumber air
- Lahan sesuai untuk tanaman setahun dan tahunan
- Lahan pemukiman (untuk tapak rumah + pekarangan) sekurang-kurangnya 500
ha untuk setiap SKP (2.000 kk x 0,25 ha).
b. Tetapkan lokasi pusat SKP dari berbagai alternatif lokasi yang sesuai untuk
pemukiman pada SKP dengan cara sebagai berikut :
- Tetapkan bentuk relatif dari SKP. Bentuk SKP secara umum dapat berupa :
lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang dan segi tiga.
4

- Berdasarkan bentuk diatas, tetapkan titik yang berjarak sama (equidistance)
dengan semua lokasi pinggir SKP. Contoh : kalau bentuk SKP lingkaran maka
titik equidistance adalah di titik pusatnya.
- Kalau tidak tersedia lahan yang sesuai untuk pemukiman pada titik equidistance,
maka pililah lahan sesuai yang terdekat.
c. Hirarki dari pusat SKP yang bukan SKP utama adalah satu tingkat dibawah hirarki
pusat WPP. Jika pusat WPP berhirarki II maka pusat SKP berhirarki III. Pusat SKP
menjadi SP utama pada SKP.

3. Penetapan ciri lokasi pusat SKP
a. Setiap lokasi SKP berorientasi kepada pusat WPP yang terdekat (agar korbanan
untuk mentransfer barang dan manusia dari pusat SKP ke pusat WPP atau
sebaliknya mencapai minimal).
b. Hubungkan pusat SKP dengan pusat WPP melalui jalan yang sependek mungkin,
dengan memperhatikan kesesuaian lahan untuk jalan.

4. Penyediaan fasilitas pelayanan pada pusat SKP
a. Investasi berupa penyediaan fasilitas pelayanan pada pusat SKP memerlukan
jumlah minimum pemukim dengan suatu standar
Yang dipakai : semakin besar frekuensi penggunaan suatu fasilitas pelayanan,
semakin dekat lokasi pelayanan tersebut relatif terhadap
pemukiman.

Standar kelompok fasilitas dan jarak tempuh maksimum yang diperkenankan

Kelompok Fasilitas pelayanan Jarak tempuh
maksimum
I 1. Rumah sakit
30 km 2. Pasar wilayah
3. Bioskop
II 1. Pasar terminal
10 km
2. Puskesmas
3. SMP
4. Terminal kendaraan
umum
III 1. Balai pengobatan
40 km
2. SMA
3. Pasar lokal
4. Stasion kendaraan
umum
IV 1. Warung
20 km 2. TK
3. SD
5


b. Disamping fasilitas umum yang disebutkan diatas, pada pusat SKP disediakan juga
fasilitas khusus.
Jenis dan jumlah fasilitas khusus di tiap SKP tergantung pada pola pertanian SKP.
Jumlah dan jenis fasilitas khusus SKP dilakukan melalui analisis kegiatan (activity
analysis) untuk setiap pola pertanian. Analisis kegiatan itu meliputi : 1) pola
penyediaan input, 2) pola system produksi dan 3) pola system pengolahan dan
pemasaran. Pola-pola itu dipengaruhi oleh sifat-sifat komoditi :
- Mudah rusak
- Volume per satuan berat
Perlu sarana penunjang :
Pola perkebunan karet : SP adalah unit produksi terkecil. Pengumpulan getah
disetiap blok dan SP. latek harus dikoagulasikan. Getah bongkahan diangkut ke
pabrik penggilingan dan pengasapan di pusat SKP.
Kebun bibit untuk pola pangan terletak di pusat SKP. Gudang untuk penampungan
input (pupuk/pestisida) dan gudang untuk output harus ada di pusat SKP dengan TP
1. cold storage untuk perikanan


Fase III. Perencanaan tata ruang SP

1. Merupakan perencanaan paling detail (rinci)
2. Pengumpulan data harus memungkinkan untuk : menetapkan lahan pemukiman, lahan
pertanian, lahan fasilitas umum, delisiasi blok-blok di dalam SP.

Tahapan penyusunan rencana tata ruang SP
a. Tahapan pertama ; pengumpulan data fisik, pengumpulan data fisik dilakukan sangat
detail (skala peta 1 : 2000 1 : 5000) yang meliputi data topografi (bentuk wilayah), dan
data iklim data hidrologi, biologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya
b. Tahapan kedua ; penyusunan tata ruang SP, secara detail tahapan itu adalah sebagai
berikut :
Penyusunan rencana tata ruang SP, ini meliputi penetapan : 1) lokasi SP dalam SKP, 2)
integrasi SP ke dalam SKP, 3) pola pemukiman dan 4) fasilitas pelayanan pada SP.
Penetapan lokasi SP dalam SKP
1) Penetapan lokasi SP dalam SKP
Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman tetapkan lokasi SP
dengan metoda bisektor :
a. Buat sumbu bisektor diantara pusat-pusat SKP, sehingga dihasilkan bagian-
bagian wilayah yang masing-masing lebih dekat pada suatu pusat tertentu.
6

b. Diantara alternatif lokasi-lokasi yang sesuai untuk pemukiman pililah lokasi SP
yang : 1) terletak atau dekat dengan persimpangan bisektor ; atau 2) terletak
atau dekat dengan persimpangan sumbu bisektor ; atau 3) berjarak kira-kira 2/3
dari jarak pusat SKP yang terdekat ke persimpangan sumbu bisektor yang
memisahkannya. Langkah a dan b diulangi hingga jarak maksimum perjalanan
SP dapat dipenuhi.
2) Integrasi SP ke dalam SKP
Hubungkan SP ke pusat SKP melalui jarak terdekat dengan pertimbangan syarat-
syarat kesesuaian lahan untuk jalan.
3) Penentuan pola pemukiman
Pola pemukiman dan menurut bentuk :
1) Mengelompok (nucleated), 2) menyebar (disperse), 3) memanjang (linear) dan 4)
melingkar (recta linear).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola permukiman :
a) Sistem nilai masyarakat (aspirasi, motivasi masyarakat yang berhubungan
dengan kehidupan ekonomi).
b) Keadaan lahan terutama yang berhubungan dengan bentuk topografi.
c) Tingkat akcesibilitas yang ditetapkan untuk mencapai berbagai jasa dan fasilitas
umum dan alat transportasi yang digunakan.

Untuk permukiman berpola budidaya pangan, sebaiknya mengikuti pola
mengelompok sampai ke gabungan kelompok melingkar. Ini disebabkan karena
budidaya pangan memerlukan tenaga kerja yang intensif sehingga antara warga
permukiman memerlukan pertukaran tenaga kerja tetangga
.
Untuk budidaya permukiman memerlukan lahan lebih luas dan pekerjaan yang
kurang intensif, maka pola menyebar lebih cocok.

Bentuk apapun pola permukiman itu, suatu faktor yang perlu diperhatikan adalah air.
Cadangan air potensial lahan kering sangat terbatas. Lokasi permukiman harus
dekat dengan sumber air dan tidak mengganggu kelestarian cadangannya/daya
dukungnya.

Pelestarian cadangan air sangat tergantung dari :
a. Keadaan vegetasi disekitar sumber
b. Topografi
c. Jenis tanah

4) Lokasi dan jenis pelayanan pada SP
7

a. Penetapan lokasi dan jenis pelayanan pada SP dilakukan melalui analisa
kegiatan setiap jenis usaha tani/ tertentu. Kegiatan ini meliputi : -) kegiatan
pengumpulan input, -) kegiatan produksi dan -) kegiatan pengolahan dan
pemasaran.
b. Atas analisa tersebut di atas disusunlah rencana tata ruang SP, dimana
kegiatan-kegiatan yang berhubungan erat dikelompokkan ke dalam suatu unit
kegiatan lokasi fasilitas-fasilitas yang menunjang unit kegiatan yang sama
diletakkan berdekatan di dalam ruang.
c. Berdasarkan data fisik yang sudah dikumpulkan dapat disusun kelompok fasilitas
yang tersedia di SP.
Kelompok fasilitas :

1. Kelompok sarana pemerintahan
-) Kantor SP, -) rumah pimpinan SP dan staf, -) balai pertemuan SP dan -)
rumah jaga.
2. Kelompok sarana pendidikan
-) SD, -) TK, -) rumah guru dan karyawan
3. Kelompok sarana kesehatan
-) balai pengobatan, -) rumah mantri/bidan
4. Kelompok sarana hiburan dan olah raga
-) taman hiburan, -) lapangan olah raga
5. Kelompok sarana pengumpul input
-) Gudang pupuk, pestisida dan insektisida, -) gudang alat-alat pertanian, -)
kios sarana pertanian, -) kantor penyuluh
6. Kelompok sarana pengolahan output dan pemasaran
-) Gudang penampungan output, -) kantor koperasi, -) sarana pengolahan
hasil
7. Pasar
8. Sarana peribadatan
9. Sarana energi
-) Gardu pembagi listrik, -) kebun energi.
8

Rencana Tata Ruang Kawasan Tertentu

Kawasan tertentu adalah kawasan yang strategis dan diprioritaskan dalam penataan ruang
wilayah seperti, kawasan strategis dari sudut politik dalam dan luar negeri, kawasan
pengembangan ekonomi skala besar, kawasan perlindungan budaya bangsa, kawasan
pelestarian alam dan kawasan suaka alam, kawasan pertahanan dan keamanan dan
perlindungan kekayaan negara.
Penyusunan rencana tata ruang kawasan tertentu berdasarkan atas pengenalan fakta,
analisis fakta, analisis potensial, pertimbangan dampak pada kepentingan lokal, regional,
dan nasional serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tertentu dan
sekitarnya.
1. Penyusunan rencana tata ruang kawasan tertentu dibedakan berdasarkan tingkat
kedalaman, besaran kawasan, lokasi dan kegiatan
2. Klasifikasi rencana tata ruang kawasan tertentu dapat berupa :
a. rencana umum tata ruang kawasan tertentu
b. rencana terperinci tata ruang kawasan tertentu
c. rencana teknik ruang kawasan tertentu
3. Penyusunan rencana tata ruang kawasan tertentu mempertimbangkan :
a. Pencapaian manfaat global, nasional dan nilai lokal
b. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan fungsi lindung dan budidaya;
c. Dimensi sosial budaya termasuk interaksi sosial dan mobilitas penduduk
yang tinggi, dimensi ekonomi, dimensi politik, dimensi waktu dan dimensi
teknologi yang strategis;
d. Fungsi pertahanan keamanan dan aspek pengelolaan secara terpadu,
berbagai sumber daya, fungsi dan estetika lingkungan dan kualitas ruang;
e. Lingkungan hidup;
f. Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan dan RTRW Kawasan
Lainnya
1. Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Tertentu mencakup :
a. Rencana Struktur dan pola pemanfaatan ruang,
b. Pengelolaan kawasan lindung dan budidaya,
c. Kebijaksanaan tata guna tanah, air, udara dan sumberdaya lainnya,
9

d. Rencana pengembangan sistem prasarana.
2. Rencana Terperinci Tata Ruang Kawasan Tertentu mencakup :
a. Kebijakan pengembangan penduduk,
b. Rencana pemanfaatan ruang dalam blok-blok peruntukan,
c. Rencana struktur pelayanan,
d. Rencana sistem transportasi,
e. Rencana sistem jaringan utilitas,
f. Rencana kepadatan bangunan,
g. Rencana perpetakan bangunan,
h. Rencana penanganan blok-blok peruntukan,
i. Rencana pengelolaan prasarana dan sarana.
3. Rencana Teknik Ruang Kawasan Tertentu mencakup :
a. Rencana tapak pemanfaatan ruang,
b. Pra rencana teknik bangunan gedung,
c. Arahan letak dan penampang jaringan jalan,
d. Arahan letak dan penampang jaringan utilitas.

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa
punggung bukit atau gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan,
menyimpan dan mengalirkannya ke danau atau laut secara alami

Pengelolaan DAS termasuk dalam mengatur pembagian kawasan tertentu dengan
tataruang yang berbeda adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik
antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar
terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan
sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Pada aras praktikal pengelolaan DAS memerlukan keterpaduan pengelolaan berbagai
sektor dari daerah hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan segala kepentingan dan
daya dukung komponen lingkungan. Dari sejumlah pengamatan menunjukkan bahwa
kegiatan pengelolaan DAS ini seringkali dibatasi oleh batas batas yang bersifat politis/
10

administratif (negara, provinsi, kabupaten) sehingga batas ekosistem secara alamiah belum
banyak dimanfaatkan.

Pada aras praktikal akan sering kita jumpai bahwa pembagian tataruang dalam suatu DAS
dan pengelolaannya menimbulkan dampak secara langsung maupun tak langsung terhadap
ruangan yang lain dari daerah hulu ke hilir. Olehkarena itu dalam menunjang pembangunan
DAS yang berkelanjutan, maka diperlukan keselarasan dan keserasian semua kepentingan
tujuan pembangunan tersebut (ekonomi, sosial-budaya, dan perlindungan terhadap
lingkungan itu sendiri) dan koordinasi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan di
daerah Hulu sampai hilir dalam bentuk kelembagaan tertentu merupakan salah satu kunci
keberhasilan pengelolaan DAS.

Pengelolaan DAS harus dilakukan dengan menyelaraskan pengelolaan sumberdaya alam
yang berdemensi biogeofisik, sosial ekonomi, dan sosial-budaya serta berusaha
meminimumkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Pengelolaan DAS akan meliputi empat kegiatan pokok yaitu:
1) Pengelolaan lahan melalui usaha konservasi lahan dalam arti yang luas
2) Pengelolaan air melalui perlindungan dan pengembangan sumberdaya air dalam arti
luas
3) Pengelolaan vegetasi khususnya vegetasi yang mampu berfungsi sebagai
penyangga dan perlindungan terhadap tanah dan air
4) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya
alam secara bijaksana dan berwawasan lingkungan serta ikut dalam upaya
pengelolaan DAS secara lestari.

Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS

1) Analisis keadaan awal semua komponen lingkungan terkait
2) Analisis potensi yang ada pada DAS tertentu
3) Analisis permasalahan yang ada
4) Penentuan sasaran dan tujuan pengelolaan dengan jelas
5) Identifikasi kendala kendala yang mungkin akan timbul dari pengelolaan DAS tersebut
6) Identifikasi faktor faktor pendukung
7) Melakukan analisis prakiraan dengan adanya pengelolaan dan tanpa pengelolaan
8) Analisis ketidakpastian dalam perencanaan
9) Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan DAS
10) Penentuan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kemungkinan perubahan
pengelolaan DAS
11) Legitimasi dan sosialisasi rencana yang telah disusun

Das könnte Ihnen auch gefallen