Sie sind auf Seite 1von 34

ASUHAN KEPERAWATAN AMI (ACUTE MIOKARD INFARK)

2.1 PENGERTIAN
Infark adalah iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel
irreversible serta nekrosis atau kematian otot.(Sylvia A. price, 2005)
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. (Kapita selekta
Kedokteran, 2000)
Infark Myokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu. (Hudack & Galo 1996).
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner
miokard (penyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis atau penurunan
aliran darah akibat syok atau perdarahan. (Carpenito L.J. , 2000).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Suddarth, 2001)
2.2 ETIOLOGI
a. Arterosklerosis pembuluh darah koroner
b. Lesi trombotik
c. Spasme arteri koronaria
(Elizabeth,BSN.PhD. 2000)
2.3 FAKTOR RESIKO
1. Tidak dapat dirubah: Jenis kelamin, Umur, Keturunan.
2. Dapat dirubah: Kelebihan lemak, seperti: hiperkolesterol, hiperlipidemia, hiperglitriserida. Perokok,
hipertensi, kegemukan/obesitas, diabetus militus, stress, kurang aktivitas fisik.

2.4 PATOGENESIS
Arterosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara bersama. Arteroma
merupakan degenerasai lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada arteriosklerosis
atau pengendapan bercak kuning keras bagan lipoid dalam tunika intima arteri sedangkan
arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan penebalan dan hilangnnya
elastisitas/ pengerasan pembuluh nadi.( M. Dachlan dkk. 2001)
Sebagian besar kasus infark terjadi jika plague arterosklerosis mengalami fisur atau rupture atau ulserasi
dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi
rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Selanjutnya pada lokasi rupture plague, berbagai
agonis(kolagen, ADP, eponefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokontriktor O2 yang poten). Selain itu aktivasi
trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi
fungsinya resptor mempunyai afinitas yang tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi
yang larut/ integrin seperti factor von willebrand dan fibrinogen dimana keduanya adalah molekul
multivalent yang dapat mengikat 2 platelet dan agregasi . Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan
tissue factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi mengakibatkan konversi fibrinogen
menjadi fibrin. Fibrin akan berikatan dengan factor VIII yang meningkatkan kekuatan bekuan (
thrombus).
Penyumbatan arteri oleh thrombus atau emboli menyebabkan penurunan aliran darah miokard baik
inferior maupun lateral pada ventrikel kiri yang tersering. Otot yang mengalami infark akan mengalami
serangkaian perubahan selama berlangsung proses penyembuhan. Mula-mula otot mengalami infark
tampak memar dan sianostik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam
timbul edema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung
dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua/ ketiga mulai terjadi proses degradasi jaringan dan
pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini, dinding nekrotik relative tipis. Sekitar minggu
ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan ikat fibrosa menggantikan otot yang
nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif . Pada minggu keenam, jaringan parut terbentuk
dengan jelas. Infark miokard jelas akan menyebabkan fungsi ventrikel menurun karena daya kontraksi
otot jantung terganggu.

2.5 PATOFISIOLOGI
Arteri koroner kiri mempengaruhi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner
kanan mempengaruhi sisi diafragma ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta
atrium kanan. Nodus SA lebih sering dipengaruhi oleh arteri koroner kanan daripada kiri (cabang
sirkumfleks). Pada nodus AV, 90% dipengaruhi oleh arteri koroner kanan dan 10% dari sisi kiri cabang
sirkumfleks. Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri kugel. Jadi jelaslah obstruksi pada
arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi
pada arteri koroner kanan. Tetapi bila obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral telah
terbentuk, lokasi infark mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal yang terkena.
Infark miokard akan menyebabkan daya kontraksi otot jantung menurun , gerakan dinding
abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel, pengurangan volume sekuncup, pengurangan
fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan peningkatan tekanan
diastolik ventrikel kiri. Terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi oleh reflek
simpatis umtuk memperbaiki fungsi ventrikel.Penyempitan vena trjadi untuk mengurangi kapasitas vena
sehingga meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Peningkatan pengisian
ventrikel akan meningkatkan kekuatan kontraksi dan volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi
ventrikel maka terjadi peningkatan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan meregangkan
serabut miokardium . Dengan demikian terjadi retensi natrium dan air oleh ginjal. Maka terjadi
pembesaran ventrikel kiri atau hipertrofi jantung.

2.7 TANDA DAN GEJALA KLINIS
a. Nyeri dada yang tiba-tiba berlangsung terus menerus retrosternal, nyeri akan semakin berat
hingga tidak tertahankan. Nyeri tajam ,tertekan, dan semakin berat hingga tidak tertahankan menyebar
kebahu dan lengan biasanya sebelah kiri. Berbeda dengan angina yang timbul akibat kerja berat atau
emosi tetapi nyeri spontan yang menetap hingga beberapa jam (lebih dari 30 menit) / hari dan tidak
akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin.Beberapa kasus nyeri menjalar ke dagu dan leher.
b. Perasaan lemas
c. Napas pendek
d. Kulit dingin dan pucat
e. Pengeluaran urin berkurang
f. Berkeringat dingin
g. Pusing/ nyeri kepala ringan
h. Mual serta muntah
i. Sangat menakutkan klien
j. Takikardia
k. Distensi vena jugularis (pada infark ventrikel kanan)
l. EKG menunjukkan peningkatan segmen ST, inversi gelombang T dan gelombang Q yang nyata.

2.8 KOMPLIKASI
a. Infark menyebar ke organ lain
Kontraktilitas berkurang sehingga menimbulkan tromboembolus, tromboembolus ini akan
menyebabkan sumbatan di bagian jantung lain yang tidak terkena infark.
b. Gagal jantung kongestif
Jantung tidak mampu memompa keluar semua darh yang diterimanya. Dapat timbul pada infark yang
cukup luas timbul setelah pengaktifan reflex baroreseptor. Pengaktifan tersebut mningkatkan aliran
darah kebagian jantung yang rusak serta kontriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan
darah berkumpul dijantung yang menimbulkan peregangan berlebihan terhadap sel-sel otot jantung.
Apabila peregangan cukup hebat maka kontraktilitas jantung dapat berkurang karena sel-sel otot
tertinggal pada kurvapanjang tegangan.
c. Syok kardiogenik
Terjadi apabila curah jantung sangat berkurangdalam waktu lama. Syok kardiogenik dapat fatal pada
waktu infark atau menimbulkan kematian atau kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian akibat
gagal paru atau ginjal karena iskemia.
d. Perikarditis
Terjadi beberapa hari setelah infark dan timbul akibat reaksi peradangan setelah cedera atau kematian
sel. Sebagian jenis perikarditis dapat timbul beberapa minggu setelah infark dan mencerminkan reaksi
hipersensitifitas imun terhadap reaksi jaringan.
e. Aneurisma ventrikel
Setelah infark kontraktillitas miokardium berkurang akibat timbulnya jaringan parut sehingga terjadi
kelemahan pada otot jantung.
f. Ruptur miokardium
Selama atau setelah infark berlangsung

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
Adanya perubahan EKG berupa:
Perubahan akut digelombang ST dan T. Dalam 1-2 hari infark gelombang Q terjadi pendalaman (
significant infark ).
Segmen ST ( elevasi )
Gelombang T ( meninggi atau menurun )
Infark: ST. segmen dan gelombang T dapat kembali normal, perubahan gelombang Q tetap ada ( Q
Patologi ) dapat mendeteksi infark sebelumnya.

b. Laboratorium : SGOT, LDH, enzim jantung
CKMB. Merupakan enzim yang spesifik untuk marker kerusakan otot jantung , enzim ini
meningkat 3 jam bila ada MI dan kembali normal dalam 48-72 jam.
cTn T dan cTn I: meningkat setelah 2 jam bila ada MI dan mencapai puncak 10-24 jam adan
masih terdeteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
Kreatinin kinase: meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard mencapai
puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
Kadar mioglobin di dalam darah meningkat dimulai pada 1 jam dan memuncak dalam 4-8 jam
setelah infark.
Leukosit meningkat dan LED meningkat tanda ini mulai berlangsung 24 jam setelah infark dan
menetap hingga 2 minggu.

c. Radiologi
Hipertrofi jantung

2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membantu membatasi luas
kerusakan.
b. Resusitasi jantung paru (cardiopulmonary rescucitation) mungkin dilakukan apabila terjadi fibrilasi
ventrikel. Pemulihan diperlukan defibrilasi elektris.
c. Infus intra vena atau intra koroner segera dengan obat-obatan trombolitik akan menghancurkan
embolus peyebab. Penggunaan obat ini sebaiknya sejak dini sebaikanya 1 jam setelah infark akan
meningkatkan secara dramatis angka harapan hidup dan pembatasan luas cidera. Obat untuk mencegah
bekuan baru yakni heparin juga diperlukan dan angioplasty juga diperlukan untuk membuka arteri
koroner.
d. Diberikan oksigen( SO2 arteri <90%)untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas
jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.Pada sssemua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat
diberikan oksigen selama 6 jam peertama.
e. Obat untuk menghilangkan nyeri( morphin atau meperidin)digunakan pula untuk mengurangi
kecemasn pasien karena nyeri akut merangsang perangsangan simpatisyang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan resistensi vascular. Morphin juga berfungsi sebagi vasodilator yang akan
menurunkan preload dan afterload.
f. Nitrat diberikan untuk mengurangi aliran balik vena dan melepaskan arteri-arteri sehingga preload
dan afterload berkurang tetapi aliran arteri koroner meningkat.
g. Diberikan obat penghambat enzim pengubah angiotensin(ACE Inhibitor) untuk mengurangi preload
dan afterload.
h. Penghambat beta diberikan untuk menurunkan kecepatan denyut jantung sehingga kerja jantung
berkurang.
i. Diberikan diuretic untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini mempertahankan fungsi ginjal
dan mencegah kelebihan volume serta timbulnya gagal jantung kongestif. Peningkatan aliran darah
ginjal juga menurunkan pelepasan renin.
j. Obat-obat inotropikpositif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung.
k. Dapat dipertimbangkan beda pintas arteri koroner apabila infark disebabkan oleh sumbatan
trombotik.
l. Rehabilitasi jantung setelah infark berupa keseimbangan antara istirahat dan olah raga dan
modifikasi gaya hidup untuk mngurangi resiko arterosklerotik dan hipertensi. Berbagai obat jantung
dapat diresepkan . Hentikan merokok dan dianjurkan penurunan berat badan serta pengurangan stress.(
Elizabeth,

Terapi:
Morfin : 5-10 mg dapat diulang tiap setengah jam sampai maksimum 60mg.
Infus dekstrosa 5% 500ml/ 12 jam dan oksigen 4-6L/menit
Istirahat fisik dan mental selama 2-3 minggu. Beri sedatif bila perlu, diazepam 5-10 mg iv.
Diet cukup sayuran dan defekasi secara teratur bila perlu laksan.
(Agus Purwadianto dkk, 2000)

2.11 NURSING CARE PLAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN

Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cidera biologi

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3 x24 jam
diharapkan pasien
mampu
mengontrol nyeri
dengan kriteria
hasil :
Pasien
melaporkan nyeri
berkurang dengan
skala 2 durasi 2
menit
Ekspresi wajah
dan oral tidak
tampak menahan
nyeri berat
Vital sign dalam
rentang normal:
S: 36,5C-37,5C
TD: 110/70 mmHg-
139/89 mmHg
Nadi: 60-100 x/
menit
RR: 16-24 x/ mnt
1. Kaji nyeri secara
komprehensifmeliputi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi dan
kualitas nyeri

1. Perubahan dalam
lokasi atau intensitas
tidak umum tetapi
dapat menunjukkan
adanya komplikasi.
Nyeri cenderung
konstan, lebih hebat,
dan menyebar
keatas, nyeri lokal
bisa terjadi abses

2. Gunakan
komunikasi teraupetik
untuk memberikan
informasi tentang
pengalaman nyeri dan
mengetahui respon
pasien terhadap
nyeri.
2. Meningkatkan
istirahat, mengubah
focus perhatian
pasien tidak pada
nyeri dan
meningkatkan
koping terhadap
nyeri

3. Ajarkan teknik
relaksasi untuk
mengurangi
nyeri seperti menarik
nafas dalam,
mendengarkan musik
atau guided imagery.
3. Meningkatkan
istirahat,
memusatkan pikiran
pasien dan
meningkatkan
koping terhadap
nyeri

4. Kontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
seperti menjaga suhu
ruangan 25 C, jaga
agar ruangan tetap
tengang dan batasi
pengunjung
4. Ruangan bising,
suhu kamar yang
panas dan
pengunjung yang
banyak akan
meningkatkan
respon
ketidaknyamanan
pasien

5. Monitor vital sign 5. Nyeri
menyebabkan
peningkatan nadi
serta TD dan
peningkatan TTV
menunjukkan
adanya komplikasi

6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgetik:
morphin 3x250 mg.
6. Membantu
mengurangi nyeri
sehingga tingkat
energi terjaga


TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.L DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER ACUTE MYOCARDIAC INFARCTION
DI RUANG ICCU RSUP HARAPAN SEHAT YOGYAKARTA

Tanggal masuk RS : 5 Desember 2009
Jam : 03.00 WIB
Tanggal pengkajian : 5 Desember 2009
Jam : 07.00 WIB

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas klien
Nama : Tn L
Tempat Tgl Lahir : Yogyakarta, 2 Desember 1959
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Gambiran no 157 Rt. 24, Rw 9
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Sarjana

b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny P
Tempat Tgl Lahir : Klaten, 5 Juli 1960
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Gambiran no 157 Rt. 24, Rw 9
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Sarjana
Hubungan dengan pasien : Istri Pasien


2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama:
Pasien mengeluh nyeri dengan seperti tertekan skala 5 pada dada sebelah kiri yang menjalar kebahu dan
punggung sebelah kiri.

b. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan dengan skala 9 pada dada sebelah kiri yang muncul secara
tiba-tiba dan menjalar ke bahu serta punggung kiri sejak 5 jam yang lalu dan disertai akraldingin, sesak
nafas dan nyeri menetap dengan atau tanpa aktivitas. 10 menit setelah minum obat anti nyeri yang
diberikan di IGD dan beristirahat kondisi pasien mulai membaik, namun 3,5 jam pasien
mengatakan nyeri timbul kembali. Pasien mengeluh nyeri berat pada dada sebelah kiri seperti tertekan
yang menetap dengan atau tanpa aktivitas, menjalarbke bahu dan punggung kiri dengan skala 5, selama
15 menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120x/menit, pernafasan 26x/menit, suhu 36C,
tekanan darah 130/90 mmHg, BB 75 kg, TB 170cm. Di ruang IGD klien mendapat terapi Morphin dan
O
2
dengan kecepatan 5 liter/menit pasien diposisikan semi fowler. Setelah kondisi pasien mulai stabil
pasien lalu dipindah ke ruang ICCU.


c. Riwayat kesehatan dahulu:
Pasien merupakan perokok berat selama 13 tahun yang lalu, senang mengkonsumsi junk food.Pasien
pernah dirawat di rumah sakit karena bronkhitis.

d. Riwayat kesehatan keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan jantung, diabetes melitus
dan hipertensi.

e. Riwayat kesehatan lingkungan:
Pasien mengatakan dilingkungan tempat tinggalnya juga ada warga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien. Pasien mengatakan tidak pernah ada wabah penyakit menular yang melanda lingkungan
sekitarnya.

f. Genogram

3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Persepsi terhadap kesehatan:
Pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke rumah sakit dan takut penyakitnya bertambah berat jika
membeli obat tanpa resep dokter. Pasien mengetahui kebiasaan merokok dan pola makannya
memperberat penyakitnya namun pasien sulit mengubah kebiasaan tersebut.

b. Pola aktivitas latihan:
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Ambulansi
Makan

Keterangan
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian oleh alat
2 = dibantu sebagian oleh orang lain
3 = dibantu alat dan orang lain
4 = ketergantungan penuh

c. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit sehari tidur 6-7 jam/hari namun sejak sakit pasien mengatakansulit
tidur akibat nyeri yang dirasakan.

d. Pola nutrisi metabolik
Pasien mengatakan sebelum sakit sehari makan 4-5 x dengan diet lauk ,jarang makan sayur serta
buah dan suka mengonsumsi junk food (makanan berkolesterol tinggi) seperti pizza, friedchicken serta
suka ngemil. Sejak sakit pasien tidak bisa makan seperti biasa dan hanya mengkonsumsi diet yang
diberikan RS.
Kajian A B C D E
A : Antropometri BB : 85 kg
TB : 170 cm
IMT : BB
(TB/100)


= 75 = 25,95
(170/100)
2


Biomecanical :
Indikator lab Nilai Range Kreteria
HGB 10 gr/dl 13,5-18,0 gr/dl Rendah
HCT 34 % 40-50 % Rendah
Albumin 5 gr/dl 3,5-5,0 gr/dl Normal
Kolesterol 299 mg/dl 150-270 mg/dl Tinggi


Clinical : pasien mengatakan mual dan tampak lemas, ekspresi masih menahan nyeri
Diit : pasien diberikan diit bubur halus rendah garam rendah lemak dan air putih
Energi : pasien terlihat lemas, masih bed rest akibat nyeri dan sesak napas.

e. Pola eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB hanya 1x/hari, konsistensi lembek warna kuning, bau khas
dan BAK 5-7x/hari warna jernih kekuningan. Saat sakit BAB pasien 1 x sehari dengan konsistensi
lembek warna kuning bau khas , BAK 2x/hari. 100 cc warna kuning.

f. Pola kognitif perceptual
1. Status mental : composmentis GCS 13
2. Bicara : mampu berbicara jelas namun suara lemah
3. Pendengaran : pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran pada telinga kanan dan kiri
4. Penglihatan : pasien mengalami penurunan visus +2 pada mata kanan dan kiri. Pasien
menggunakan kacamata baca.
5. Vertigo : -
6. Manajemen nyeri : pasien meringis kesakitan menahan nyeri sambil memegangi dadanya.
g. Pola konsep diri
1. Harga diri : pasien mengatakan tidak malu dengan penyakit yang dideritanya saat ini.
2. Ideal diri : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan segera melanjutkan pekerjaan yang
sudah tertunda akibat sakit.
3. Identitas diri : pasien mampu menyebutkan identitas dirinya dengan benar (nama, umur, dll).
4. Gambaran diri : pasien mengatakan cemas dan timbul perasaan takut akan kematian
akibat nyeri berat yang dirasakan hilang setelah minum obat dan kambuh beberapa saat kemudian.
5. Peran diri : Pasien merasa sedih karena tidak mampu melakukan perannya sebagai
manager perusahaan dan sebagai kepala keluarga dan ayah dari anaknya.

h. Pola koping
Pasien mengatakan dalam mengatasi masalahnya pasien meminta saran dan dukungan dari istri dan
orang terdekatnya.

i. Pola seksual reproduksi
Pasien sudah menikah 25 tahun dan memiliki 2 orang anak.

j. Pola peran hubungan
Pasien adalah suami dan ayah dari 2 orang anak. Hubungan terbina baik dan pasien mengatakan selalu
dirawat oleh keluarganya dan mendapat motivasi kuat untuk segera sembuh.

k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien selalu melakukan aktivitas ibadahnya
denganmelaksanakan sholat 5 waktu, namun karena sakit, pasien sulit untuk melakukan aktivitas
ibadahnya seperti biasa.


4. PEMERIKSAAAN FISIK (head to toe)

a) Keadaan umum
KU: Kesadaran composmentis
Motorik :5
Verbal :5
Mata :4
Pasien tampak gemuk, lemas dan wajah menyeringai menahan nyeri. Penampilan rapi, bersih dan tidak
ada bau tambahan.

b. Tanda-tanda vital
suhu : 36
0
C
nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
Pernafasan : 26 x/menit
BB : 75 kg
TB : 170 cm

a. Kepala
Inspeksi : Muka simetris,rambut warna putih, kulit kepala bersih, tak ada lesi, wajah menyeringai
menahan nyeri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan/benjolan/massa pada kulit kepala

b. Kulit, Rambut, Kuku
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, pucat dan tidak ada lesi.
Rambut jarang, distribusi rata
Bentuk kuku covex
Palpasi : Kulit teraba dingin dan lembab
Tekxtur : kriput
Turgor kulit : elastis
Cavilary refill : kembali dalam 4 detik
c. Mata
Inspeksi : Mata simetris ka/ki, menggunakan kaca mata +2, konjungtiva anemis
Pupil myosis isokor, sclera putih, mata sayu.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata(TIO)

c. Telinga
Inspeksi : Telinga simetris ka/ki, ada serumen, tidak ada lesi
Palpasi : Kartilago elastis

d. Hidung
Inspeksi : Hidung tampak simetris, tidak ada massa atau benjolan, tidak ada lesi dan secret, tidak
ada epitaksis.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

e. Mulut
Inspeksi : Simetris, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, gigi tidak lengkap, terdapat gigi palsu,
tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, warna bibir kehitaman dan gigi kuning
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mulut

f. Leher
Inspeksi : Simetris ka/ki, warna kulit merata, tidak ada pembesaran JVP.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

g. Dada
Inspeksi : Terdapat retraksi dada, tidak ada lesi, napas pendek, Iktus cordis pada interkosta ke 5
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada massa pada dada, vokal
fremitus ka/ki simetris, terdapat palpitasi
Pulmo
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
jantung
Perkusi : Redup, tidak ada hipertrofi ventrikel
Auskultasi : Bunyi jantung III gallop

h. Abdomen
Inspeksi : Simetris ka/ki, tidak ada asites
Auskultasi : Bising usus normal 20 x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan distensi

i. Genetalia
Bersih, tidak ada lesi dan tidak terpasang kateter intermiten.
j. Anus dan Rektum
Tidak terdapat hemoroid baik interna maupun eksterna, tidak ada lesi ataupun kemerahan.

k. Ektremitas atas dan bawah



3 3
3 3

Keterangan:
0 = paralisis total
1 = tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya kontraksi oto
2 = gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
3 = gerakan normal menentang gravitasi
4 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan
5 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan penuh

- Ekstremitas atas : Tidak mampu bergerak bebas dan lemah, tangan kiri terpasang infuseDektrosa 5%
14 tetes/menit, kulit pucat dan dingin.
- Ekstremitas bawah : Tidak mampu bergerak bebas, lemas, tidak ada lesi dan edema
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tanggal 5 Desember 2009
EKG jam 13.00 wib
ST elevasi pada lead II, III, aVF
Pemeriksaan Laboratorium jam 07.30 wib


Indikator Hasil Range kriteria
RBC 5,0 jt/(mm) 4,5-6,0
juta/(mm)
Normal
HGB 10 g/dl 13,5-18,0 g/dl Rendah
HCT 34 % 40-54% Rendah
MCV 82
3
80-94
3
Normal
MCH 31 pg 27-32 pg Normal
MCHC 36% 33-38% Normal
WBC 6 rb/L (mm
3
) 5-10 rb/L (mm
3
) Normal
NEU 50,0 lt 40,0-74,0 lt Normal
PCT 0,155 % 0,150-0,500% Normal
PDW 11,5 % 11,0-18,0% Normal
MPV 7,5 m
3
6,0-11,0 m
3
Normal
PLT 515 10
3
/mm
3
150-500 10
3
/mm
3
Tinggi
RDW 15,0 % 11,0-16,0 % Normal
MCHC 34,2 gr/dl 32-36 gr/dl Normal
LED 9 mm/jam 0-15 mm/jam Normal


AGD:
PH : 6,90
PCO2 : 55 mmHg
PaO2 : 80 mmHg
HCO3 : 24 mEq/L
Be : +2
Pemeriksaan enzim jantung
- CK-MB : 100
- LDH : 4000


b. Tanggal 6 Desember 2009
EKG jam 08.00 wib
ST elevasi pada lead II, III, aVF

Pemeriksaan Laboratorium jam 09.00 wib

Indikator Hasil Range kriteri
RBC 5,5 juta/(mm) 4,5-6,0
juta/(mm)
Normal
HGB 12 g/dl 13,5-18,0 g/dl Rendah
HCT 36 % 40-54% Rendah
MCV 82
3
80-94
3
Normal
MCH 30 pg 27-32 pg Normal
MCHC 35 % 33-38% Normal
WBC 6 rb/L (mm
3
) 5-10 rb/L (mm
3
) Normal
NEU 50,0 lt 40,0-74,0 lt Normal
PCT 0,155 % 0,150-0,500% Normal
PDW 11,5 % 11,0-18,0% Normal
MPV 7,5 m
3
6,0-11,0 m
3
Normal
PLT 509 10
3
/mm
3
150-500 10
3
/mm
3
Normal
RDW 15,0 % 11,0-16,0 % Normal
MCHC 34,2 gr/dl 32-36 gr/dl Normal
LED 11 mm/jam 0-15 mm/jam Rendah
AGD:
PH : 7,23
PCO2 : 48 mmHg
PaO2 : 84 mmHg
HCO3 : 25mEq/L
Be : +2
Pemeriksaan enzim jantung
- CK-MB :120
- LDH :4400

c. Tanggal 7 Desember 2009

EKG 08.00 wib
ST elevasi pada lead II, III, aVF

Pemeriksaan Laboratorium 08.30 wib


Indikator Hasil Range kreteria
RBC 5,3 juta/ (mm) 4,5-6,0 juta/(mm) Normal
HGB 13,3 g/dl 13,5-18,0 g/dl Rendah
HCT 38,7 % 40-54% Rendah
MCV 82
3
80-94
3
Normal
MCH 28pg 27-32 pg Normal
MCHC 36% 33-38% Normal
WBC 6 rb/L (mm
3
) 5-10 rb/L (mm
3
) Normal
NEU 50,0 lt 40,0-74,0 lt Normal
PCT 0,155 % 0,150-0,500% Normal
PDW 11,5 % 11,0-18,0% Normal
MPV 7,5 m
3
6,0-11,0 m
3
Normal
PLT 505 10
3
/mm
3
150-500 10
3
/mm
3
Tinggi
RDW 15,0 % 11,0-16,0 % Normal
MCHC 34,2 gr/dl 32-36 gr/dl Normal
LED 13 mm/jam 0-15 mm/jam Normal

AGD:
PH : 7,35
PCO2 : 45 mmHg
PaO2 : 88 mmHg
HCO3 : 25,2 mEq/L
Be : +2
Pemeriksaan enzim jantung
- CK-MB : 99
- LDH : 3899

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tanggal 5/12/09- 7/12/09
Morfin : 3 X 10 mg : 06.30, 12.00, 19.00
Infus dekstrosa 5% , NaCl 0,9 % (2:1) 14 tpm
Oksigen 5L/menit
Diazepam 1x 7 mg iv: 19.00
Heparin : 25 UI/kgBB/jam pemberian dosis dibagi 2 .

B. ANALISA DATA
Data Fokus:
Data objektif :
- Pasien tampak lemas
- Wajah menyeringai menahan nyeri
- Terdapat palpitasi
- TTV : suhu : 36
0
C
Nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 26 x/menit
- Pasien terpasang binasal O
2
5 liter/menit
- Tangan kiri terpasang infuse Dektrosa 5% 14tetes/menit
- Konjungtiva anemis
- Cavilary revil kembali dalam 4 detik
- Kulit pucat dan dingin
- Pemeriksaan EKG : ST elevasi di lead II,III , aVF
- Retraksi dada (+)
- Bunyi Jantung III gallop
- AGD: PH : 6,90
PCO2 : 55 mmHg
PaO2 : 60%
HCO3 : 24 mEq/L
Be : +2
- PLT : 515.10
3
/mm
3

- HGB: 10 g/dl
- HCT : 34%
- LED : 9 mm/jam
- Pasien tampak gelisah
- Pasien berkeringat dingin
- Nafas pendek
- Kekuatan otot:

3 3
3 3
-

Data subjektif :
- P : Pasien mengatakan nyeri menetap tanpa atau dengan aktivitas
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri di dada sebelah kiri dan menjalar ke bahu kiri dan punggung
S : Pasien mengatakan skala nyerinya 5
T : Pasien mengatakan nyeri menetap selama lebih dari 30 menit
- Pasien mengatakan BAK 2 x/hari 100cc warna kuning
- Pasien mengatakan sesak napas
- Pasien mengatakan cemas dan timbul persaan takut akan kematian akibat nyeri berat yang
dirasakan hilang setelah minum obat dan kambuh beberapa saat kemudian.
C.
DIA
GN
OSA
KEP
ERA
WA
TAN
NO SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM
1 DO :
- Pasien tampak pucat dan wajah
menyeringai menahan nyeri.
- Berkeringat dingin
- Gelisah
- Pasien terlihat lemas
- Pemeriksaan EKG : ST elevasi di
lead II,III , aVF
- Vital sign
suhu : 36
0
C
Nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 26 x/menit
DS:
- P: Pasien mengatakan
nyeri menetap tanpa atau dengan
aktivitas
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti
tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri di dada
sebelah kiri dan menjalar ke bahu kiri
dan punggung
Agen Cidera Biologi Nyeri Akut
S : Pasien mengatakan skala nyerinya 5
T : Pasien mengatakan nyeri menetap
selama lebih dari 30 menit
2 DO :
- Vital sign
suhu : 36
0
C
Nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 26 x/menit
- PLT : 515.10
3
/mm
3

- HCT : 34%
- LED : 9 mm/jam
- Cavilary revil kembali dalam
4 detik
- Napas pendek
- Pasien tampak gelisah
- Terdapat Palpitasi
- Pemeriksaan EKG (ST elevasi di
lead II,III , aVF)
- Kulit teraba dingin dan pucat
DS:
- Pasien mengatakan BAK 2 x/hari
(100 cc)
- Pasien mengatakan cemas
dan timbul persaan takut akan
kematian akibat nyeri berat yang
dirasakan hilang setelah minum obat
dan kambuh beberapa saat kemudian
Penurunan
kontraktilitas
myokard
Penurunan curah
jantung
3 DO :
- Retraksi dada (+)
- Napas pendek
- Cavilary refill kembali dalam 4
detik
- Kulit teraba dingin dan pucat
- Ektrimitas lemah
- AGD: PH : 6,90
PCO2 : 55 mmHg
PaO2 : 60%
HCO3 : 24 mEq/L
Be : +2
- Vital sign
suhu : 36
0
C
Nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 26 x/menit
DS:
- P: Pasien mengatakan
nyeri menetap tanpa atau dengan
aktivitas
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti
tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri di dada
sebelah kiri dan menjalar ke bahu kiri
dan punggung
S : Pasien mengatakan skala nyerinya 5
T : Pasien mengatakan nyeri menetap
Aliran arteri
terhambat
Perfusi jaringan
(perifer dan
kardiopulmunal) tidak
efektif
selama lebih dari 30 menit
- Pasien mengatakan cemas dan
takut akan kematian karena kondisi
penyakit yang semakin memburuk

4 DO :
- Pemeriksaan EKG (ST elevasi di
lead II,III , aVF)
- Pasien terlihat lemah
- Pasien terpasang binasal O
2
5
liter/menit
- Tangan kiri terpasang
infuse Dektrosa 5% 14 tetes/menit
-
- Vital sign
suhu : 36
0
C
Nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 26 x/menit
DS:
- Pasien mengatakan mengalami
nyeri dada sebelah kiri secara
mendadak dan menjalar ke bahu
sebelah kiri dan punggung sebelah kiri

Bedrest Intoleransi aktivitas
5 DO :
- Palpitasi
- Pasien tampak gelisah
Perubahan status
kesehatan
Cemas


D.
PRI
ORI
TAS
MAS
ALA
H
1.
Nye
ri
akut
berh
ubu
nga
n
den
gan
age
n
cide
ra
biol
ogi
2.
Pol
a
nafa
s
tida
k
efek
tif
berh
ubu
nga
n dengan hiperventilasi
- Pasien terlihat lemas
- Pasien berkeringat dingin
- Vital sign
suhu : 36
0
C
Nadi : 120 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 26 x/menit

DS:
- Pasien mengatakan mengalami
nyeri dada sebelah kiri secara
mendadak dan menjalar ke bahu
sebelah kiri dan punggung sebelah kiri
- Pasien mengatakan cemas dan
takut akan kematian karena kondisi
penyakit yang semakin memburuk.


6






DO :
- Retraksi dada (+)
- Pasien terpasang binasal O
2
5
liter/menit
- Nafas pendek
- RR : 26 x/menit
DS
- Pasien mengatakan sesak napas.
Hiperventilasi Pola nafas tidak
efektif

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas myokard
4. Perfusi jaringan (perifer, kardiopulmonar) tidak efektif berhubungan dengan aliran arteri
terhambat
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bedrest
6. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

E. INTERVENSI
Waktu N
O
DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tgl Jam
5/12/09
-
7/12/09
07.00
-
20.00
1 Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3 x24 jam
diharapkan pasien
mampu mengontrol
nyeri dengan kriteria
hasil :
Pasien
melaporkan nyeri
berkurang dengan
skala 2 durasi 2
menit
Ekspresi wajah
dan oral tidak
tampak menahan
nyeri berat
Vital sign dalam
rentang normal:
S: 36,5C-37,5C
TD: 110/70 mmHg-
139/89 mmHg
Nadi: 60-100 x/
1. Kaji nyeri secara
komprehensifmeliputi
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan kualitas nyeri

1.Perubahan dalam lokasi
atau intensitas tidak
umum tetapi dapat
menunjukkan adanya
komplikasi. Nyeri
cenderung konstan, lebih
hebat, dan menyebar
keatas, nyeri lokal bisa
terjadi abses
2. Gunakan komunikasi
teraupetik untuk
memberikan informasi
tentang pengalaman nyeri
dan mengetahui respon
pasien terhadap nyeri.
2. Meningkatkan
istirahat,mengubah focus
perhatian pasien tidak
pada nyeri dan
meningkatkan koping
terhadap nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi
untuk mengurangi
nyeri seperti menarik nafas
dalam, mendengarkan
musik atau guided imagery.
3. Meningkatkan
istirahat, memusatkan
pikiran pasien dan
meningkatkan koping
terhadap nyeri
4. Kontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
4. Ruangan bising, suhu
kamar yang panas dan
pengunjung yang banyak
akan meningkatkan
respon ketidaknyamanan
menit
RR: 16-24 x/ mnt
menjaga suhu ruangan 25
C, jaga agar ruangan tetap
tengang dan batasi
pengunjung
pasien
5. Monitor vital sign 5. Nyeri menyebabkan
peningkatan nadi serta
TD dan peningkatan TTV
menunjukkan adanya
komplikasi
6. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
analgetik : morphin 3x250
mg.
6. Membantu
mengurangi nyeri
sehingga tingkat energi
terjaga
5/12/09
-
7/12/09














07.00
-
20.00














2















Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama ...x24 jam
diharapkan pasien
mampu
meningkatkan
ventilasi yang
adekuatdengan
kriteria hasil:
RR dalam rentang
normal (16-24
x/mnt)
Penggunaan otot-
otot bantu
pernafasan tidak
tampak (3 point
position)
Tidak ada retraksi
dada



1. Kaji kemampuan
toleransi pasien dalam
pelepasan alat oksigenasi
saat makan
1. Pelepasan alat
oksigenasi saat makan
menunjukkan perbaikan
dalam pemenuhan
kebutuhan O
2
pasien
2. Monitor aliran O
2
dan
kondisi alat
2. Kelancaran aliran
O
2
dapat membantu
proses pemulihan kondisi
pasien dengan
terpenuhinyakebutuhan
O
2
sel atau jaringan.
3. Atur perlengkapan dan
sistem humidifikasi
3. Humidifikasi akan
membantu kelancaran
oksigenasi bagi pasien
4. Ajarkan pasien
pentingnya alat bantu
pernafasan selain O
2

4. membantu pasien
agar mampu bernafas
tanpa menggunakan alat
oksigenasi
5. Kolaborasikan dengan
dokter terapi O2

yang tepat
dalam memenuhi
kebutuhan .

5. Pemberian terapi yang
tepat dapat membantu
proses kesembuhan








pasien dalam
pemenuhan oksigen .

5/12/09
-
7/12/09
07.00
-
20.00
3 Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan tingkat
efektifitas pompa
jantung pasien
meningkat dengan
kriteri hasil:
TD dbn (100/70-
139/89 mmHg)
Bunyi jantung
abnormal (gallop)
tidak ditemukan
Kelemahan hebat
tidak tampak
Mual (-)
JVP (-)
1. Kaji atau nyeri dada
,intensitas, lokasi,
penyebaran, durasi dan
faktor predisposisi .
1. Adanya nyei dada
menunjukkan belum
efektifnya pompa
jantung pasien, dan
sejauh mana terapi yang
telah dilakukan berhasil.
2. Monitor tingkatefektivita
s terapi O2.

2. Terapi O2

yang
adekuat dapat
membantu terpenuhinya
kebutuhan O2dalam
jaringan dan tubuh
3.Ajarkan pasien untuk
membatasi intake cafein,
sodium, makanan
berkolesterol dan lemak
tinggi
3. Makanan bercafein,
adalah perangsang
langsung pada jantung
yang dapat
meningkatkan frekuensi
jantung
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antikoagulan
4. Antikoagulan dapat
meringankan kerja
jantung
5/12/09
-
7/12/09



07.00
-
20.00



4




Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24
jamdiharapkan
pasien dapat
mendemonstrasikan
perfusi jarinngan
kembali adekuat
1. Evaluasi nyeri dada
intensitas, lokasi, durasi,
dan faktor pencetus.
1. Pompa jantung yang
gagal dapat mencetuskan
distres pernafasandan
gangguan sirkulasi perifer
ditandai dengan kulit
pucat dan dingin. Namun
dipsnea tiba-tiba/
berlanjut menunjukkan
komplikasi tromboemboli







dengan kriteria hasil:
Vital sign dalam
rentang normal
S: 36,5C-37,5C
TD: 110/70 mmHg-
139/89 mmHg
Nadi: 60-100 x/
menit
RR: 16-24 x/ mnt
ECG tidak
menunjukkan
kelainan(ST. elevasi
tidak ditemukan)
Tidak tampak kulit
dingin dan pucat.
Tidak terdapat
nyeri dada

paru.
2. Monitor ritme dan
frekuensi jantung
2. Memudahkan dalam
memonitor kondisi nyeri
yang dirasakan pasien
3. Auskultasiperubahan bun
yi jantung
3. Perubahan dalam
suara jantung
mengindikasikan perbaik
an dalam kondisi pasien
4. Berikan pasien
lingkungan yang kondusif
untuk istirahat dan proses
penyembuhan
4. Lingkungan yang
nyaman membantu
peningkatan istirahat dan
penggunaan energi
sehingga dapat
mempercepat
penyembuhan
5. Ajarkan pasien untuk
meningkatkan aktivitasnya
(seperti eliminasi BAB)
5. Latihan aktivitas
dapat membantu
mengurangi penurunan
fungsi yang terjadi akibat
bed rest
6. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
analgetik
6. Pemberian obat
dengan dosis yang benar
dapat membantu
meringankan gejala yang
dirasakan pasien
5/12/09
-
7/12/09
07.00
-
20.00



5 Setelah di lakukan
tindakan
keperawatan selama
3X24 jam pasien
mampu
meningkatkan
aktivitas kriteria
hasil sebagai berikut:
Suara jantung
1. Bantu pasien mengkaji
aktivitas ringan yang
mampu dilakukan
1. Aktivitas ringan
mampu mencegah stasis
vena dan edema.
Sedangkan aktivitas berat
dapat meningkatkan
kerja miokard dan
menyebabkan komplikasi
2. Monitor respon
emosional, fisik, sosial dan
2. Respon pasien
terhadap aktivitas dapat








abnormal (BJ III
gallop) tak tampak
ketika beraktivitas
Vital sign
dalam rentang
normal keika
beraktivitas
RR:16-24x/menit
Nadi:60-100x/menit
Suhu: 36,50C
37,50C
TD: 110/70 -139/89
mmHg
Kelemahan
berat tak tampak

spiritual ketika beraktifitas menunjukkan aktivitas
oksigenasi miocard
3. Bantu pasien untuk
melakukan aktivitas fisik
sehari-hari seperti
ambulansi, pindah dan
perawatan diri secara
bertahap
3. Aktivitas yang
bertahap dapat
meningkatkan fungsi
jantung dan memberikan
kontrol jantung terhadap
regangan dan aktivitas
tubuh
4. Anjurkan pasien untuk
melakukan aktivitas yang
favoritnya.
4. Dapat meningkatkan
motivasi pasien dalam
peningkatan fungsi
kesehatan.
5. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi dalam
menentukan aktivitas yang
sesuai untuk pasien
5. Aktivitas yang berat
dapat meningkatkan
komsumsi oksigen perifer
sehingga mengurangi
masukan oksigen ke
miokard sehingga infark
bertambah berat
5/12/09
-
7/12/09





07.00
-
20.00






6






Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkankecemasa
n pasien
berkurang dengan
kriteria hasil :
Pasien mampu
menggunakan teknik
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
Pasien mampu
membina hubungan
1. Kaji tingkat kecemasan
dan reaksi
fisikakibatkecemasan
1. Reaksi fisik yang
berlebihan menunjukkan
tingkat kecemasan yang
tinggi sehingga harus
diatasi
2. Instruksikan pasien
dalam penggunaan teknik
relaksasiyaitu menarik
nafas dalam,
mendengarkan
musik atau guided imagery
2. Penggunaan teknik
relaksasi yang tepat
dapat meringankan
gejala penyakit dan
membantu mengurangi
kecemasan serta
meningkatkan istirahat
3. Bantu pasien untuk 3. Dengan mengetahui
sosial
Pasien mampu
berkonsentrasi
Tidak tampak
tanda-tanda
cemasberlebihan
Tidak ada
gannguan tidur
mengidentifikasi situasi
yang menciptakan
kecemasan
situasi yang menciptakan
kecemasan
dapatmenemukanstrateg
i koping yang tepat .
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obatanti cemas
4. Meningkatkan
relaksasi/istirahat dan
menurunkan rasa cemas.

Das könnte Ihnen auch gefallen