Sie sind auf Seite 1von 3

1.

BOD (Biological Oxygen Demand)


BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai
hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5
hari pada suhu 20 C dalam mg/liter atau ppm. Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk mendesain sistem pengolahan
limbah biologis bagi air tercemar.
COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat dalam
limbah cair dengan memanfaatkan oksidator kalium dikromat sebagai sumber oksigen. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui
proses biologis dan dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
TSS (Total Susppended Solid)
Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang melayang-layang
dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang
mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena
disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk
kedalam dasar air sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.
TDS (Total Dissolve Solid)
TDS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada
air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya.
Me toda Analisis
Dalam rangka menyeragamkan teknik pengujian kualitas air dan air limbah sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air
dan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Pengujian Kualitas air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan, maka dibuatlah Standar Nasional Indonesia SNI 06-
6989.3-2004, Air dan air limbah Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid, TSS) secara gravimetri. SNI ini diterapkan untuk pengujian parameter-
parameter kualitas air dan air limbah sebagaimana yang tercantum didalam Keputusan Menteri
tersebut.

Metode ini merupakan hasil revisi dari butir 3.6 pada SNI 06-2413-1991, Metode pengujian
kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu
Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water.
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uj air
dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung,
padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral. Padatan tersuspensi total
(TSS), adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada
suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total
(TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter
pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh
estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
- See more at: http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/08/cara-uji-tss-secara-
gravimetri.html#sthash.xjDPDnF8.dpuf

2. Secara umum, ada lima tahap dalam merencanakan (planning),
mendesain (designing), dan melaksanakan (implementing) pekerjaan IPAM,
yaitu (1) Karakterisasi air baku dan air olahan, (2) Pradesain, membuat
alternatif proses lalu memilih proses yang final, (3) Detail desain atas pilihan
tahap 3, (4) Konstruksi, pembangunan, dan (5) Operasi-rawat instalasi.
Dalam mewujudkan IPAM, jika betul-betul didesain dari nol dan tidak
didasarkan pada instalasi paket, banyaklah sainstek yang terlibat, di
antaranya: teknik lingkungan, kimia, biologi, fisika, mikrobiologi, geologi,
geodesi, arsitek, sipil, ekonomi, dll. Sains berperan dalam formulasi materi
sedangkan teknologi bertugas menerapkan formulasi demi mencapai solusi
(masalah air bersih, misalnya).
Kelima tahap itu saling dukung dalam menghasilkan air yang sesuai dengan
standar kualitas air minum dan telah melewati langkah evaluasi unit operasi
dan proses. Sebagai satuan pengolah yang didominasi fenomena fisika
(physical forces), unit operasi bersama dengan unit proses yang didominasi
fenomena kimia dan biologi (chemical, biological reaction), bahu-membahu
memperbaiki kualitas air. Kerja sama keduanya sudah tampak pada tahap
awal desain, yaitu pada saat pembuatan alur pengolahan yang disebut
process train, flow sheet, flow diagram, flow schematic, atau flow scheme.
Selain penetapan alur air, IPAM pun mesti disertai dengan alur lumpur
(sludge) agar tidak dibuang sembarangan tetapi disiapkan unit pengolahnya
atau dibuang di tanah cekung dengan tujuan mengurugnya.

Das könnte Ihnen auch gefallen