Sie sind auf Seite 1von 16

LAPORAN KASUS

GANGGUAN AFEKTIF





Disusun oleh :
Nida Khoiriah 2009730101
Algi Iskandar 2009730067

Pembimbing :
dr. Isa Multazam Noor, Sp.KJ (K)



KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

STATUS PSIKIATRI ANAK

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RR
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jalan Kaca Piring I/40 Atsiri Permai Rt 002/012 Kel.
Ragajaya Kec. Bojonggede, Bogor
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari :
- Autoanamnesa tanggal : 07/03/2014
- Alloanamnesa tanggal : 10/03/2014 (Tn. A/Ayah Pasien)
- Rekam Medis : 023389
A. Keluhan Utama
Marah-marah dan mengancam orang tua dengan benda pecah beling dan tajam
(seperti: gelas atau pisau), khususnya ibu sejak 2 hari SMRS.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan dengan
keluhan bahwa perilakunya sering marah-marah dan mengancam orang tua,
terutama ibu sejak 2 hari SMRS. Alasan marah dan mengancam pasien terjadi
karena ketika pasien meminta uang tidak dipenuhi oleh orang tuanya. Namun,
ketika ditanya alasan mengapa orang tua tidak memberikan uang tersebut
pasien tidak tahu. Beberapa jam SMRS pasien sempat ingin memukul ibunya
dengan gelas. Pasien mengatakan tindakan memukul ibu dengan gelas hanya
sebagai gertakan kepada ibu agar ibu memberikan uang kepadanya.
Ketika akhir kelas 3 SMP pasien mulai merasa dirinya dikucilkan dan
tidak dianggap oleh keluarganya sendiri. Hal ini terjadi karena pasien selalu
disalahkan oleh kedua orang tuanya, dan selalu dipukul oleh ayahnya tanpa
sebab. Salah satu yang pernah terjadi, suatu ketika pasien bertengkar dengan
adiknya hingga adiknya menangis. Menurut pasien adiknya yang salah
kepadanya tetapi tiba-tiba ibu pasien marah-marah dengan menyalahkannya,
lalu melaporkan hal tersebut kepada ayahnya sehingga ayah memukulnya. Hal
ini sering terjadi terhadap pasien. Sehingga suatu hari pernah bertengkar
dengan ayahnya dan pasien memukul kembali ayahnya. Pasien merasa bahwa
kasih sayang kedua orang tuanya berkurang, tidak seperti saat pasien masih
kecil. Dan juga pasien mangatakan bahwa adiknya juga sering
menyalahkannya tanpa alasan yang jelas. Pada awalnya, dengan kejadian
tersebut pasien hanya diam saja dan merenuginya, tetapi lambat laun pasien
tidak dapat menahan sedih dan kesalnya. Sehingga pasien pun berontak dan
bersikap emosional dan mudah marah-marah pada semua orang dirumah.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya lebih senang bermain dengan teman-
temannya diluar dibandingkan dirumah. Menurut pasien, saat bermain dengan
teman-temannya pasien merasa diperhatikan dan disayang. Tetapi entah
kenapa ketika pasien ingin bermain dirumah, orang tua pasien selalu
melarangnya tanpa sebab.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya memiliki masalah dengan riwayat
sekolahnya, dimana setiap ajaran baru selalu pindah sekolah. Menurut pasien
hal ini terjadi karena pasien tidak suka dengan sekolahnya dan hanya ingin
sekolah di SMA 28 Jakarta. Saat ditanyakan kenapa tidak sekolah disana,
pasien mengatakan bahwa orang tuanya tidak membolehkannya, tetapi pasien
juga tidak mengetahui sebab kenapa tidak diperbolehkan. Saat di SMA pasien
juga sempat mengikuti ekstrakulikuler berupa klub basket dan sempat ingin
masuk klub basket yang terkenal, tetapi ibu pasien melarangnya. Menurut
pasien alasan ibu melarang pasien masuk ke klub terkenal itu adalah bahwa di
klub tersebut ada anggota yang menyukai sesama jenis (lesbian).
Saat ditanya apakah pasien senang berada di rumah sakit?, pasien
menjawab lebih senang berada di rumah sakit dibandingkan di rumah. Di
rumah sakit banyak orang yang perhatian dan sayang kepada pasien, dan juga
banyak teman tidak seperti di rumah yang sepi dan selalu dikucilkan oleh
keluarga sendiri. Pasien menyangkal memiliki gangguan sulit tidur, adanya
bisikan, dan keyakinan yang salah. Pasien mengatakan bahwa ketika pasien
sedang ada masalah, pasien hanya diam, merenunginya, dan tidak keluar
rumah. Tetapi pasien menyangkal mengalami sedih yang sangat mendalam.
Pasien mengatakan bahwa hingga saat ini orang tua menyita handphone milik
pasien. Bahkan pasien bercerita bahwa orang tua selalu menyita barang-barang
miliknya. Pasien mengibaratkan bahwa simpanan barang sitaan tersbut sudah
seperti counter handphone yang mau jualan.
Saat di konfirmasi kepada ayah pasien, ayah pasien bercerita bahwa pasien
dibawa ke rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Herdjan dikarenakan emosi pasien
mulai tidak terkontrol kembali sejak 2 bulan yang lalu. Ayah pasien
mengatakan bahwa hal ini terjadi karena pasien jarang minum obat, setiap kali
diberikan obat selalu dibuang oleh pasien. Dua bulan lalu orang tua pasien
sudah berencana untuk membawa pasien ke rumah sakit tetapi karena pasien
tidak mau jadi ditunda. Semakin hari emosi pasien semakin tidak stabil. Pasien
sering marah-marah kepada orang tua, terutama ibu yang sering ada di rumah.
Pasien selalu marah dan kasar dengan ibu saat keinginan pasien tidak
terpenuhi saat itu juga, seperti minta uang. Ibu pasien sering diancam oleh
pasien dengan benda tajam seperti pisau, dan sempat ingin dilempar dengan
gelas oleh pasien. Bahkan sampai beberapa barang yang ada dirumah sebagian
hancur karena dilempar oleh pasien. Dua bulan yang lalu kedua orang tua
pasien dapat sabar menghadapi perilaku pasien, tetapi lambat laun perilaku
pasien sangat tidak terkontrol dan akhirnya kedua orag tua pasien memutuskan
untuk segera dibawa kerumah sakit.
Ayah pasien mengatakan bahwa sifat emosional yang ada pada pasien
muncul sejak kelas 1 SMA. Menurut ayah pasien, sebelumnya (sejak SD-
SMP) pasien adalah seseorang yang pendiam dan dekat dengan kedua orang
tua. Ayah pasien menjelaskan bahwa perlakuan orang tua kepada anak sama
seperti biasanya, memberikan perhatian dan pengertian yang lebih. Tetapi
ayah pasien memberikan peraturan yang ketat dan tegas dalam keluarga,
seperti tidak boleh menonton televisi lebih dari maghrib, tidak boleh pulang
terlalu malam, dan tidak boleh memegang uang lebih dari 40.000,-/hari.
Menurut ayah pasien, peraturan tidak boleh menonton televisi lebih dari
magrib karena setelah itu harus belajar tetapi karena pasien tidak mau
menuruti perintah orang tua, pada akhirnya orang tua marah kepada pasien.
Ayah pasien menerapkan tidak membolehkan pulang terlalu malam karena
orang tua khawatir terhadap pasien, apalagi pasien adalah anak perempuan.
Suatu ketika pasien meminta uang >100.000 ribu untuk beli buku tetapi
ternyata uang tersebut digunakan untuk foya-foya bersama teman-temannya.
Itulah alasan kedua orang tua pasien mengapa saat ini tidak mudah
memberikan uang >100.000,-/hari apalagi pasien meminta uang 300.000-
400.000,-/hari. Kekhawatiran orang tua pasien ditambah pula dengan pasien
pernah menggunakan narkoba saat kelas 2 SMA. Hal ini terjadi tanpa
sepengetahuan kedua orang tua pasien. Ayah pasien mengaku bahwa saat itu
ayah pasien sibuk bekerja dan ibu sibuk mengurus butik. Ayah pasien hanya
mengetahui bahwa pasien berteman dengan suatu geng yang berisikan laki-
laki semua. Selain itu, ketika keinginan pasien meminta uang tidak terpenuhi
pasien juga sering menjual barang-barang yang ada di rumah, seperti laptop,
handphone, dan lain-lain. Pasien juga suka bolos dari sekolah, sering tidak
masuk ke kelas, tapi pagi hari berangkat ke sekolah. Setelah beberapa hari
tidak masuk, guru pasien melaporkan kepada kedua orangtua pasien.
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Psikiatri dan Penyalahgunaan Zat
Pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa Soeharto Herdjan pada
bulan Oktober tahun 2013 akibat sering marah-marah kepada orang
tuanya, serta sempat melakukan kekerasan kepada orang tua seperti
memukul ayahnya. Dari diagnosa dokter, pasien mengidap gangguan
manik.
Saat kelas 2 SMA pasien menjadi perokok aktif, dan sehari dapat
merokok 2 bungkus. Beberapa lama kemudian pasien mencoba
mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa inex dan ganja. Pasien
menyangkal menggunakan obat-obatan terlarang dengan suntikan. Setelah
orang tua pasien mengetahui bahwa pasien mengkonsumsi obat terlarang
tersebut, maka pasien dibawa ke Tasikmalaya untuk di rehabilitasi selama
6 bulan (Inabah). Setelah pulang dari rehabilitasi, pasien di pindahkan ke
pesantren untuk melanjutkan sekolahnya hingga lulus. Pasien juga
mengaku bahwa dirinya pernah mengkonsumsi minuman keras, tetapi
tidak begitu sering. Pasien mengaku minum minuman keras tersebut
seminggu hanya 1 botol. Pasien mengatakan bahwa merokok, konsumsi
obat-obatan terlarang, dan minuman keras setelah pasien di ajak oleh salah
satu teman dari gengnya di sekolah. Pasien mengaku, saat itu hanya ingin
coba-coba saja. Tetapi karena setelah itu pasien merasa lebih tenang pasien
tetap melanjutkan konsumsi barang tersebut meskipun tidak begitu sering.
Menurut pengakuan pasien, pasien saat ini menyesal telah menggunakan
barang-barang tersebut karena telah mengetahui akibatnya dan akan
berubah tidak akan mengkonsumsinya lagi.
Pasien bercerita pernah di tato di tangan sebelah kanan tetapi saat ini
tato tersebut telah dihilangkan. Menurut pasien, tato tersebut dihilangkan
oleh temannya saat pasien sedang tidak sadarkan diri (mabok) akibat
sedang minum minuman keras. Pasien hanya mengetahui bahwa
dibersihkan tatonya dengan spirtus. Pasien menyangkal telah melakukan
hubungan seksual dengan pasangannya waktu SMA.
b. Kondisi Medis Umum
Pasien tidak pernah menderita penyakit medis lain seperti kejang, pingsan
dan trauma kepala.
c. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Gangguan kejiwaan pada keluarga pasien disangkal.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak yang diharapkan. Ibu mengandung pasien saat usia
pernikahan 6 bulan. Ketika mengetahui dirinya hamil, sikap ibu adalah
menerimanya dengan senang hati. Kondisi fisik ibu saat hamil dan melahirkan
dikatakan sehat secara fisik dan psikologis. Pasien lahir secara normal, cukup
bulan, berat badan 3,2 kg, panjang badan 49 cm, lahir secara normal, setelah
lahir langsung menangis kuat. Tidak ada riwayat biru atau kuning. Persalinan
berlangsung dengan bantuan dokter dan bidan di rumah sakit.
2. Periode Masa Bayi (0-1 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu dan ayah kandungnya dengan perasaan senang hati.
Dengan penuh kasih sayang. Pasien mendapatkan ASI dengan menetek hanya
sampai usia sekitar 4 bulan dengan alasan ASI tidak keluar lagi dan ibu sibuk
kerja. Kemudian dilanjutkan dengan susu formula sampai usia sekitar 2 tahun.
Makanan tambahan diberikan pula sesuai dengan usia pertumbuhannya.
Pasien tidak memiliki kesulitan dalam pola makan. Imunisasi lengkap (ibu
tidak ingat). Menurut ibunya, tumbuh kembang pasien normal seperti anak
seusianya, tidak ada hambatan.

3. Periode Masa Batita (1 sampai 3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien saat batita tidak ada masalah.
4. Periode Pra Sekolah dan Masa Kanak Awal (3 sampai 6 tahun)
Sejak usia pra-sekolah pasien sangat dimanja oleh kedua orangtuanya. Orang
tua pasien selalu memberikan apapun yang diinginkannya. Saat itu kedua
orang tua pasien sibuk bekerja dan pasien dirawat oleh pembantu rumah
tangga tetapi menginjak pasien kelas 1 SD akhir, ibu pasien memutuskan
untuk berhenti bekerja dan membuka usaha kecil-kecilan berupa butik yang
sampai saat ini ditekuni oleh ibu pasien.
5. Periode Masa Kanak Akhir (7 sampai sekarang)
Saat SD hingga SMP kelas 3 pasien merupakan anak yang baik, dan pendiam.
Pasien jarang sekali bercerita tentang masalah pasien kepada orang tuanya,
terkadang ketika ada masalah pasien hanya diam dan merenunginya sendiri
sampai dalam satu hari tidak keluar rumah. Mekipun begitu, pasien merupakan
anak yang sangat supel, dan mudah bergaul kepada siapapun. Tetapi pasien
merasa lebih nyaman bermain dengan yang lain jenis. Menurut pasien, jika
bermain dengan yang lain jenis sangat mudah di mengerti dan tidak cerewet
dan bawel. Saat duduk di kelas 2 SMA pasien bergabung dengan salah satu
geng sekolah yang semuanya itu adalah laki-laki.
6. Riwayat Pendidikan
Saat TK, SD, SMP, dan SMA pasien tidak pernah tinggal kelas (tidak naik
kelas). Tetapi pada saat SMA pasien sempat pindah-pindah sekolah setiap
tahun ajaran baru. Pada kelas 1 SMA pasien sekolah di SMA 37 Jakarta, lalu
SMA Tebet, dan terakhir di pesantren. Pindah-pindah ini terjadi karena pasien
tidak menyukai sekolahnya, pasien hanya ingin sekolah di SMA 28 Jakarta.
Tetapi saat itu orang tua tidak membolehkannya dengan alasan yang tidak
jelas. Sedangkan menurut ayah pasien, kepindahannya dari sekolah yang satu
ke sekolah yang lain adalah saat itu pasien sering bergaul dengan laki-laki dan
sampai berpenampilan seperti laki-laki. Orang tua pasien berharap dengan
kepindahan tersebut pasien dapat berubah, tetapi sangat disayangkan tidak ada
perubahan. Saat ini, pasien sudah lulus SMA dan belum melanjutkan ke
jenjang perkuliahan. Hal ini karena emosi pasien yang masih sangat labil.

7. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Adik pertama berjenis
kelamin laki-laki dan saat ini duduk di kelas 1 SMA, sedangkan adik kedua
berjenis kelamin perempuan dan sedang duduk di kelas 5 SD.
Pedigree









8. Riwayat Kehidupan Sekarang
Pada saat ini pasien tinggal bersama orang tua kandung dan dua adik, satu
laki-laki dan satu perempuan. Adik pertama saat ini sedang duduk di bangku 1
SMA, dan adik kedua 5 SD. Ayah bekerja di kehutanan dan ibu memiliki
sebuah butik. Kebutuhan tercukupi dengan baik. Hubungan antara pasien
dengan kedua orang tua dan adiknya tidak harmonis.
9. Persepsi dan Harapan Orangtua
Orang tua tidak paham akan perilaku pasien yang sering marah-marah dan
mengancam. Orang tua berharap anaknya dapat berubah dan disembuhkan.
10. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Lingkungannya
Pasien berharap dapat mengatur emosinya dengan stabil dan tidak mudah
mengancam lagi kepada orang tua.

III. EVALUASI KELUARGA
A. Susunan Keluarga
Pasien adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Saat ini pasien tinggal bersama
orang tua kandung dan kedua adiknya.
B. Riwayat Perkawinan
Ketika menikah, orang tua pasien sama-sama saling mencintai. Hingga saat ini
kedua orang tua pasien masih harmonis dan tinggal dalam satu rumah serta
masih satu ranjang. Untuk permasalahan dalam rumah tangga memang ada,
tetapi hanya sebatas pertengkaran biasa dan cepat diatasi.

C. Fungsi Subsistem
a. Subsistem Suami-Istri
Ayah dan ibu pasien tidak ada permasalahan dalam rumah tangga, jika
bertengkar hanya masalah kecil dan langsung diselesaikan. Sampai saat
ini, hubungan keduanya masih harmonis. Bahkan ayah dan ibu pasien
bersamaan mengantarkan dan menjenguk pasien di rumah sakit.
b. Subsistem Orangtua
Ibu kandung cenderung bersikap lebih protektif kepada pasien. Menurut
ayah pasien, sang ibu jika di rumah memang sering marah-marah jika
pasien tidak mau mengikuti perintahnya, seperti menyapu, mencuci piring,
dan lain-lain.
c. Subsistem Sibling
Pasien berstatus sebagai anak sulung dari tiga bersaudara dan jarang
berinteraksi dengan kedua adiknya, kadang suka bertengkar. Pasien merasa
cemburu dengan perhatian orang tua terhadap adiknya yang saat ini sedang
duduk di kelas 1 SMA, apalagi saat ini pasien sedang tidak melanjutkan
pendidikan, kecemburuan pasien sangat meningkat. Begitu pula dengan
adik pasien yang juga merasa cemburu terhadap kasih sayang dan
perhatian kedua orang tua pasien terhadap pasien sendiri. Maka dari itu,
antara adik pertama dengan pasien tidak harmonis. Pasien cenderung lebih
dekat dengan adik keduanya yang berjenis kelamin perempuan dan sedang
duduk di kelas 5 SD.
d. Interaksi subsistem
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya. Kedua orang tua pasien sangat
perhatian dan sayang kepada pasien. Sampai apapun yang di inginkan
pasien dipenuhi. Kedua orang tua pasien tidak memiliki masalah satu sama
lain.
D. Keadaaan Sosial Ekonomi Sekarang
Kondisi keuangan keluarga pasien dikatakan sangat mencukupi untuk
pembiayaan kehidupan sehari-hari. Saat ini ayah pasien bekerja di kehutanan
dan ibu pasien memiliki butik di rumah.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (07 Maret 2014)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Seorang anak perempuan, tampak sesuai usia, rambut sangat pendek seperti
laki-laki dan perawakan terlihat dengan tanda pubertas sekunder yang menonjol.
Pada saat pemeriksaan cenderung tenang. Saat pemeriksaan dilakukan, pasien
menggunakan kaos berlengan pendek berwarna biru dan celana pendek berwarna
cokelat.
2. Kesadaran
Compos mentis.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif, kontak mata baik,
4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien cenderung tenang, mudah diajak bicara dan ketika ditanya suatu
pertanyaan pasien dapat menjawabnya dengan sesuai. Ketika diberikan kertas
untuk membuat jam dan gambar segilima pasien dengan mudah membuatnya.
B. PEMBICARAAN
Irama : teratur
Kecepatan : sedang
Volume : baik
Kelancaran : lancar
C. MOOD, AFEK, DAK KESERASIAN
1. Mood : eutim
2. Afek : luas
3. Keserasian : serasi
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. PIKIRAN
1. Proses Pikir
- Kontinuitas : koheren
o Blocking : tidak ada
o Assosiasi longgar : tidak ada
o Inkoheren : tidak ada
o Flight of idea : tidak ada
o Sirkumstansia : tidak ada
o Tengensial : tidak ada
o Neologisme : tidak ada
o Word salad : tidak ada
- Hendaya Bahasa : tidak ada
F. ISI PIKIR
- Waham : tidak ada
- Obsesi : tidak ada
- Kompulsif : tidak ada
- Fobia : tidak ada
G. INTERAKSI ORANGTUA DAN ANAK
Tidak dilakukan pemeriksaan
H. PERPISAHAN DAN PENYATUAN KEMBALI
Tidak dilakukan pemeriksaan
I. FANTASI DAN THREE WI SHES
Ketika di tanyakan mengenai fantasi dan three wishes, pasien menjawab
bahwa dirinya ingin (1) dianggap dan tidak dikucilkan dalam keluarga, (2)
membahagiakan kedua orang tua, dan (3) barang-barang miliknya tidak disita.
J. INSIGHT
Tilikan derajat 4
K. PERKIRAAN TARAF INTELEGENSIA
Kemampuan intelegensianya adalah cenderung memiliki kecerdasan yang
berada pada nilai yang baik. Dari riwayat pendidikan pasien tidak memiliki
masalah akademik, dan tidak pernah tinggal dikelas. Tetapi dari hasil
wawancara pasien memiliki penurunan akademik pada saat memiliki masalah
tersebut.
L. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
a. Status internus : keadaan umum gizi cukup dengan penampilan berat
badan 68 kg. Tinggi badan pada saat itu tidak dapat di ukur karena pasien
gelisah. Fungsi saluran cerna, pernafasan, dan kardiovaskular dalam batas
normal.
b. Status neurologikus : kesan dalam batas normal.

IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA
Telah dilakukan pemeriksaan pada An. RR, 18 tahun, perempuan, agama Islam, suku
Sunda, saat ini telah lulus SMA, tinggal di Daerah Bogor Jawa Barat. Pasien dibawa
ke Poli Psikiatri Anak & Remaja RS. DR. Soeharto Herdjan oleh orang tua pada 05
Maret 2014 karena perilakunya yaitu sering marah-marah dan mengancam kedua
orang tua, terutama ibu.
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala, pingsan atau kejang. Pasien lahir
secara normal, cukup bulan, berat badan dan panjang badan lahir dikatakan cukup,
imunisasi dasar lengkap. Pola tumbuh kembang dilaporkan tidak ada gangguan.
Permasalahan emosional dan perilaku dijumpai ketika pasien menginjak kelas 1
SMA.
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan gambaran perilaku berikut, yaitu:
mudah marah-marah kepada orang tua, sering mengancam membunuh orang tua
dengan benda tajam seperti pisau dan benda pecah beling seperti gelas sehingga orang
tua memberikan apa yang diinginkannya saat itu. Pasien juga sulit diatur dan tidak
pernah mau mengikuti peraturan yang ada di rumah atau perintah orang tua. Seperti
pasien tidak mau menyapu atau mencuci piring. Pasien juga mudah marah kepada
adik-adiknya ketika pasien diganggu kegiatannya. Sejak SD-SMP kelas 3 pasien
merupakan anak yang pendiam dan baik. Pasien terkadang sering murung ketika ada
masalah di sekolah ataupun di rumah. Pasien merupakan anak yang tidak mudah
bercerita kepada orang tua. Masa kecil pasien sangat dilimpahi dengan perhatian, dan
kasih sayang. Apapun yang di inginkan pasien selalu dipenuhi oleh kedua orang
tuanya. Sampai pada akhirnya kedua orangtua pasien menyadari bahwa pasien telah
besar.
Pasien lebih senang bermain dengan lawan jenis dibandingkan dengan sejenis.
Sejak kelas 3 SMP akhir, pasien mulai memperlihatkan perilaku yang beda. Pasien
lebih mudah marah-marah, selalu mencari masalah di sekolah, dan mulai
berpenampilan seperti laki-laki dengan rambut yang sangat pendek. Karena hal
tersebut akhirnya orang tua pasien memindahkan pasien ke sekolah lain. Tetapi
setelah pindah sekolah, perilaku pasien tidak berubah. Pasien bergabung dengan salah
satu geng yang beranggotakan laki-laki. Akibatnya pasien mulai mengkonsumsi
rokok, obat-obatan terlarang (sejenis inex, dan ganja), dan minuman beralkohol.
Pasien juga sempat mentato tangan kanannya tetapi telah dibersihkan dengan VK.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien perempuan, perawakan sesuai
usia dan tampak terlihat berisi, dengan rambut pendek seperti laki-laki. Secara
keseluruhan tampak bersih dan terawat rapih. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif
dan kontak mata baik. Pembicaraan berespon dengan baik, volume suara sedang,
artikulasi jelas mengandung kalimat yang mudah di mengerti dan intonasi suara baik.
Psikomotor tampak baik. Mood eutim, afek luas, serasi. Tidak terdapat gangguan
pada proses/isi pikir dan persepsi.
Perkiraan taraf intelegensia adalah dibawah rata-rata tetapi masih dapat diperbaiki.
Status internus dan neurologikus tidak dijumpai masalah.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat penyakit pasien didapatkan adanya pola perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna dan khas berkaitan dengan gejala yang
menimbulkan suatu penderitaan (distress) maupun hendaya (disability) dalam
fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologikus tidak ditemukan kelainan
Gangguan Medis Umum yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini. Sehingga Gangguan Mental
Organik dapat di singkirkan.
Pada anamnesis ditemukan permasalahan perilaku berupa: mudah marah dan
sering mengancam orangtua dengan benda tajam sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mudah marah ketika diganggu oleh adiknya. Pasien sangat sulit diatur oleh orangtua.
Perilaku ini mulai muncul pada saat pasien kelas 1 SMA. Pasien memiliki riwayat
masalah dalam pendidikan dengan bukti pasien sering pindah sekolah. Hal ini karena
perilaku pasien yang mengikuti tingkah laku seperti laki-laki. Kelas 2 SMA, pasien
mulai merokok, mengkonsumsi obat psikotropika, alkohol, dan mencoba mentato
tangan kanannya. Pasien pernah dirawat di rumah sakit yang sama dengan gejala yang
sama.
Berdasarkan hasil tersebut ditemukan adanya keluhan dan gejala klinis yang
sesuai dengan Gangguan Afektif-Manik tanpa Gejala Psikotik (F30.1) untuk aksis I
yang terpenuhi, yaitu terdapat peningkatan mood, energi, dan minat. Pada
pemeriksaan pasien saat ini, tidak ditemukan adanya gangguan persepsi, gangguan isi/
proses pikir, dan gangguan dalam menilai realita sehingga Gangguan Skizofrenia,
Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham Menetap dapat di singkirkan. Pada
pasien juga tidak ditemukan adanya Gangguan Afektif tipe Depresif sehingga
menyingkirkan Gangguan Bipolar. Berdasarkan perkiraan riwayat kehidupan dengan
sering marah-marah dan mengancam orangtua, pernah berbohong kepada orang tua,
sulit diatur, pernah merokok, mengkonsumsi barang psikotropika dan alkohol, serta
usia pasien yang menginjak 18 tahun, maka pasien tergolong ke dalam Ciri
Kepribadian Antisosial. Maka disimpulkan bahwa aksis II terdapat Ciri Kepribadian
Antisosial. Pada pemeriksaan neurologis dan internus terdapat berat badan kurang.
Pada aksis III disimpulkan pada pasien tidak terdapat diagnosis. Pada Aksis IV
terdapat faktor-faktor yang berperan terhadap kondisi pasien yaitu masalah yang
terkait dengan kesalahpahaman antara orangtua dan anak, serta
ketidakharmonisan antara keluarga. Pada aksis V, GAF HLPY (Global Assesment
of Functioning) yang tertinggi dalam 1 tahun terakhir adalah 80-71. Sedangkan GAF
Current sebesar 70-61, yaitu pasien mengalami gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
E. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F31.1 Gangguan afektif manik tanpa gejala psikotik
DD/ (1) Gangguan afektif Bipolar I dengan Tipe Manik Masa
Kini tanpa gejala Psikotik
(2) Conduct disorder
Aksis II : Ciri Kepribadian Antisosial
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Kesalahpahaman perilaku orangtua ke pasien, serta adik ke
pasien
Aksis V : GAF HLPY : 80-71 GAF Current : 70-61.

F. DAFTAR MASALAH
Organobiologik : Tidak ada riwayat genetik dalam keluarga
Psikologik : Mudah marah & mengamuk apabila keinginan nya tidak
dipenuhi, sulit untuk di atur dan cenderung mengancam dengan benda tajam
(seperti: pisau dan gelas)
Sosial : Interaksi sosial terhadap teman sebaya cukup baik, tetapi pada
keluarga tidak. Dikarenakan pasien cenderung mudah marah jika tidak dituruti
keinginannya, dan tidak dekat dengan kedua adiknya.

G. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Funcionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam

Hal yang meringankan:
- Kedua orang tua pasien merupakan orangtua yang berpendidikan sehingga
mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mudah diajak kerjasama dalam
pengobatan.
Hal yang memberatkan:
- Kurangnya pemahaman orangtua terhadap kemauan anak, dan adanya
ketidakpercayaan orangtua yang berlebihan terhadap pasien;
- Kurangnya pemahaman pasien terhadap kemauan orangtua;
- Ketidakharmonisan antara pasien dengan adiknya yang duduk di kelas 1 SMA.
H. PENATALAKSANAAN
A. Farmakologis
- Lithium 20mg/kgBB/hari
- Asam valproat 20 mg/kgBB/hari

B. Non Farmakologis
Terhadap keluarga:
Psikoedukasi
Penjelasan mengenai permasalahan emosional dan perilaku pasien pada
orangtua pasien. Stressor yang menyebabkan perubahan emosi dan perilaku
pasien.
Pendekatan Keluarga
Dilakukannya pendekatan berulang antara pasien dengan orang tua, dan antara
pasien dengan adik pasien.

FOLLOW-UP (Tanggal 7 Maret 2014)
Subjek : Pasien dapat diajak bicara dengan jelas, saat ditanya beberapa pertanyaan
pasien dengan mudah menjawabnya.
Objek :
Penampilan: pasien memakai kaos dan celana pendek, rambut seperti laki-laki
Psikomotor: sikap kooperatif, kontak mata adekuat
Pembicaraan: baik
Persepsi, proses & isi pikir: tidak ditemukan
A: Gangguan afektif manik tanpa gejala psikotik
DD: (1) Gangguan bipolar I tipe Masa Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
(2) Conduct disorder
Planning : lanjutkan terapi

Das könnte Ihnen auch gefallen