ABSTRAK Sebuah kasus perdarahan antepartum et causa plasenta previa totalis pada kehamilan aterm pada G 3 P 1 A 1, 36 tahun. Penderita datang ke Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir yang tiba-tiba tanpa disertai rasa nyeri. Teraba janin tunggal, intra uterin, memanjang, puki, preskep, kepala belum masuk panggul, TFU 32 cm ~ TBJ 2900 gram, HIS (+). Pemeriksaan USG didapatkan gambaran plasenta insersi di SBR, kesan menutupi OUI, air ketuban kesan cukup. Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor, menyokong gambaran plasenta previa totalis, saat ini janin dalam keadaan baik.. Seksio sesaria dilakukan unuk menghentikan perdarahan dan terminasi kehamilan.
Kata kunci : perdarahan antepartum, placenta previa totalis, hamil aterm PERDARAHAN ANTE PARTUM Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir pada kehamilan 22 minggu atau lebih. Beberapa penulis membuat batasan masa kehamilan yang berbeda. WHO memberikan batasan 29 minggu kehamilan atau lebih. Penulis lain memberikan batasan pada minggu ke-20 1,2,3,4,5 . Etiologi Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan solusio plasenta;
penyebab lainnya biasanya berasal dari lesi lokal pada vagina/servik. Insiden Insiden perdarahan antepartum sekitar 3%. Perdarahan yang terjadi umumnya lebih berbahaya dibandingkan perdarahan pada umur kehamilan kurang dari 28 minggu karena biasanya disebabkan faktor plasenta; perdarahan dari plasenta biasanya hebat dan mengganggu sirkulasi O2, CO2 dan nutrisi dari ibu ke janin 2,3
Pemeriksaan USG sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu diagnosis. Bila plasenta previa dapat disingkirkan dengan pemeriksaan USG dan pemeriksaan dengan spekulum dapat menyingkirkan kelainan lokal pada servik/vagina maka kemungkinan solusio ptasenta harus dipikirkan dan dipersiapkan penanganannya dengan seksama 1,2,3,7.
Diagnosis Banding tabel PLASENTA PREVIA Plasenta previa adalah keadaan di mana implantasi terletak pada atau di dekat serviks (ostium internum) 1,2,3,4,5,6,7 . Istilah ini menggambarkan hubungan anatomik antara letak plasenta dan segmen bawah uterus . 8
Faktor Predisposisi Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun) Defek vaskularisasi desidua oleh peradangan dan atrofi Cacat/jaringan parut pada endometrium oleh bekas-bekas pembedahan (SC, kuret, dan lain-lain) Korpus luteum bereaksi terlambat Konsepsi dan nidasi terlambat Plasenta besar pada hamil ganda dan eritropblastosis atau hidrops fetalis Klasifikasi Klinis 1,2,4,6
Plasenta previa totalis : ostium internum servisis tertutup sama sekali oleh jaringan placenta. Placenta previa parsialis : ostium internum tertutup sebagian oleh jaringan plasenta. Placenta marginalis : tepi placenta terletak pada bagian bagian pinggir ostium internum. Placenta letak rendah : placenta tertanam dalam segmen bawah uterus, sehingga tepi placenta sebenarnya tidak mencapai ositum internum tetapi terletak sangat berdekatan dengan ostium tersebut (3-4 diatas pembukaan). Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu 1,2,4.
Gejala Klinis 1,2
Perdarahan berwarna merah segar tanpa sebab dan tanpa rasa nyeri , biasanya berulang (painless, causeless, recurrent bleeding). Bagian terbawah janin tinggi (floating), Dapat dijumpai kelainan letak janin
Diagnosis Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Gejala klinis Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Periksa dalam di atas meja operasi
Pengaruh Plasenta Previa terhadap Kehamilan dan Partus Pada plasenta previa karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir kedalam pintu atas panggul sehingga dapat terjadi kesalahan letak janin (letak sungsang letak lintang dan lain-lain).
Pengaruh plasenta previa terhadap partus 1 : Letak janin yang tidak normal, menyebabkan portus akan menjadi patologik. Bila pada plasenta previa parsialis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli Sering dijumpai inersia primer. Pendarahan
Penanganan Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ke tiga, dirawat di rumah sakit tanpa dilakukan periksa dalam (toucher vagina). Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah 1 . Selanjutnya penanganan plasenta previa tergantung kepada : Keadaan umum pasien, kadar Hb Jumlah perdarahan yang terjadi Umur kehamilan/taksiran BB janin Jenis plasenta previa Paritas dan kemajuan persalinan 1
Komplikasi Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi antara lain : Perdarahan dan syok Infeksi Laserasi serviks Plasenta akreta Prolaps tali pusat. Prolaps palcenta. Bayi prematur atau lahir mati
Prognosis Dengan adanya fasilitas diagnose dini (USG), transfusi darah, teknik anestesi dan operasi yang baik dengan indikasi SC yang lebih liberal, prognosis ibu cukup baik. Prognosis kurang baik jika penolong melakukan VT di luar rumah sakit dan mengirim pasien sangat terlambat dan tanpa infus 1 . Dengan antibiotik, transfusi darah yang cukup, penanganan persalinan baik pervaginam maupun perabdominal (seksio sesaria) yang tepat akan memberikan prognosis yang baik untuk ibu 4 .
Anamnesis Identitas Penderita Nama : Ny. S Umur : 36 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA Agama : Islam Status Perkawinan : Kawin HPMT : 15 Desember 2012 HPL : 22 September 2013 UK : 37 +5 minggu Tanggal Masuk : 6 September 2013 No.CM : 0121xxx
Keluhan Utama Perdarahan jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang Datang seorang G 3 P 1 A 1 , 36 tahun, umur kehamilan 37 +5 minggu. Pasien merupakan kiriman dari bidan dengan keterangan placenta previa, HIS (+). Saat ini pasien mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam SMRS. Dua minggu SMRS pasien pernah memeriksakan diri ke poli kandungan RSDM dan mondok dengan keluhan yang sama. Pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng teratur sudah dirasakan, gerakan janin masih dirasakan, air ketuban tidak dirasakan keluar, lendir darah (+).
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat perdarahan jalan lahir : (+) 2 minggu SMRS Riwayat abortus + kuretase : (+) th. 2007 Riwayat Hipertensi : Disangkal Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat Asma : Disangkal Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi : Disangkal Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat Asma : Disangkal Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal Riwayat Fertilitas Baik
Riwayat Obstetri Anak 1 : laki-laki, 11 tahun, BBL 3500 gram, lahir spontan Anak 2 : abortus saat usia kehamilan 2 bulan Anak 3 : hamil sekarang Riwayat Ante Natal Care (ANC) Teratur.
Riwayat Haid Menarche : 12 tahun Lama menstruasi : 7 hari Siklus menstruasi : 30 hari
Riwayat Perkawinan Menikah 1 kali, telah menikah selama 12 tahun.
Riwayat Keluarga Berencana KB suntik per 3 bulan Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi kesan baik Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 80 x / menit Respiratory Rate : 20 x/menit Suhu : 36,0 0 C Kepala : Mesocephal Mata : Conjuctiva pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-) THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-) Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-) Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae hiperpigmentasi (+)
Pemeriksaan Fisik
Cor : Inspeksi : IC tidak tampak Palpasi : IC tidak kuat angkat Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-) Pulmo : Inspeksi : Simetris statis dinamis Palpasi : Fremitus ka = ki Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-) Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+) Auskultasi : Peristaltik (+) normal Perkusi : Tympani bawah processus xipoideus,redup daerah uterus Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tak teraba
Ekstremitas : Oedem Akral dingin - - - -
+ + - - Status Obstetri pk. 16.30 BJ I-II int N Reg Bising - Dinding perut > dinding dada Supel, NT (-), teraba janin tunggal, IU, memanjang, puki, preskep,kepala belum masuk panggul, TFU 32 cm , HIS (+), DJJ (+) 12-13-12/reguler Inspekulo : dinding vagina dalam batas normal, portio livid, OUE terbuka, darah (+), discharge (-). SDV (+/+), ST (-/- )
SI (-/-) CA (-/-) Edema tungkai (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah 06/09/2013
Hb : 10,6 g/dl GDS : 104 mg/dl AE : 4,3 x 10 6 / uL Alb : 3.8 g/dl Hct : 31% Na : 137 mmol/L AL : 8,6 x 10 3 /uL K : 3.7 mmol/L AT : 290 x 10 3 /uL Cl : 102 mmol/L Gol. : AB HBsAg : non reaktif PT : 12,9 detik APTT : 30,7 detik Ultrasonografi (USG)
Tampak janin tunggal, hidup, intra uterin, memanjang, puki, preskep, DJJ (+), dengan fetal biometri : BPD = 96 mm AC = 315 mm FL = 71 mm EFBW = 2862 gram Placenta insersi di segmen bawah rahim, kesan menutupi OUI, air ketuban kesan cukup. Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor, menyokong gambaran plasenta previa totalis, saat ini janin dalam keadaan baik. Kesimpulan Seorang G 3 P 1 A 1 , 36 tahun, umur kehamilan 37 +5
minggu, riwayat fertilitas baik, riwayat obstetri anak pertama lahir spontan dan anak kedua abortus, teraba janin tunggal, intrauterin,memanjang, puki, preskep, TBJ 2900 gram, HIS (+), DJJ (+) reguler. Genitalia inspekulo : dinding vagina dalam batas normal, portio livid, OUE terbuka, darah (+), discharge (-).
Diagnosis Perdarahan antepartum e/c plasenta previa totalis pada multigravida hamil aterm dalam persalinan
Prognosis Dubia
Terapi Pro SCTP emergency + insersi IUD Informed consent Cek lab Konsul anastesi Follow up Tanggal 7 September 2013 Keluhan : nyeri bekas luka operasi (+) KU : baik, CM, gizi kesan cukup VS : T : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 80 x/menit t : 36,7 C Mata : CA(-/-), SI (-/-) Thoraks : C/P dbn Abdomen : supel, NT(-), kontraksi (+), tampak luka bekas operasi tertutup verban, bising usus (+) normal Genital : lochia (+) Diagnosis : Post SCTP-em + insersi IUD DPH I a/i perdarahan antepartum e/c placenta previa totalis pada multipara h.aterm Terapi : Infus RL 20 tpm Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam Inj. Vit. C 1 amp/8jam
Follow up Tanggal 8 September 2013 Keluhan : nyeri bekas luka operasi (+) KU : baik, CM, gizi kesan cukup VS : T : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 80 x/menit t : 36,7 C Mata : CA(-/-), SI (-/-) Thoraks : C/P dbn Abdomen : supel, NT(-), kontraksi (+), tampak luka bekas operasi tertutup verban, bising usus (+) normal Genital : lochia (+) Diagnosis : Post SCTP-em + insersi IUD DPH II a/i perdarahan antepartum e/c placenta previa totalis pada multipara h.aterm Terapi : Infus RL 20 tpm Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam Inj. Vit. C 1 amp/8jam Follow up Tanggal 9 September 2013 Keluhan : nyeri bekas luka operasi (+) KU : baik, CM, gizi kesan cukup VS : T : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 80 x/menit t : 36,7 C Mata : CA(-/-), SI (-/-) Thoraks : C/P dbn Abdomen : supel, NT(-), kontraksi (+), tampak luka bekas operasi tertutup verban, bising usus (+) normal Genital : lochia (+) Diagnosis : Post SCTP-em + insersi IUD DPH III a/i perdarahan antepartum e/c placenta previa totalis pada multipara h.aterm Terapi : Infus RL 20 tpm Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam Inj. Vit. C 1 amp/8jam
Follow up Tanggal 10 September 2013 Keluhan : nyeri bekas luka operasi (+) berkurang KU : baik, CM, gizi kesan cukup VS : T : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 80 x/menit t : 36,7 C Mata : CA(-/-), SI (-/-) Thoraks : C/P dbn Abdomen : supel, NT(-), kontraksi (+), tampak luka bekas operasi tertutup verban, bising usus (+) normal Genital : lochia (+) Diagnosis : Post SCTP-em + insersi IUD DPH IV a/i perdarahan antepartum e/c placenta previa totalis pada multipara h.aterm Terapi : Cefadroxyl 2 x 500 mg Asam Mefenamat 3 x 500 mg Vitamin C 1 x 1 BLPL
ANALISIS KASUS
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan jalan lahir yang terjadi pada umur kehamilan diatas 22 minggu. Diagnosis perdarahan antepartum pada banyak kasus, termasuk kasus ini tidak sulit untuk dibuat, tetapi hampir selalu mengalami kesulitan untuk memperkirakan besarnya jumlah perdarahan. Dari anamnesis didapatkan jumlah perdarahan yang sangat kasar. Dari pemeriksan fisik, dimana tidak ditemukan konjungtiva anemia dan pemeriksaan penunjang nilai, hemoglobin 10,6 (anemia ringan) dan hematokrit 31%. Angka- angka ini memberikan gambaran bahwa jumlah perdarahan yang terjadi diperkirakan cukup sedikit. Anemia yang terjadi bisa karena adanya perdarahan pervaginam ataupun anemia sebelumnya (komorbid). Penegakkan diagnosis antepartum karena plasenta previa totalis didasarkan dari anamnesis: perdarahan dari jalan lahir dalam umur kehamilan 37 +5 minggu (diatas 22 minggu), darah berwarna merah segar tanpa disertai nyeri dan terjadi begitu saja. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan ibu yang baik, kompos mentis (keadaan umum baik), pada pemeriksaan genitalia ditemukan adanya darah dan pada pemeriksaan denyut janin didapatkan DJJ (+), reguler. Pemeriksaan USG didapatkan gambaran plasenta insersi di SBR, kesan menutupi OUI, air ketuban kesan cukup. Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor, menyokong gambaran plasenta previa totalis, saat ini janin dalam keadaan baik. Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan VT. Kehamilan cukup bulan (hamil aterm) dalam persalinan ditegakkan dari anamnesis bahwa penderita merasa umur kehamilannya sudah 9 bulan, adanya rasa perut kenceng-kenceng yang teratur dan keluarnya darah disertai lendir (bloody show). Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya his yang reguler, bagian terbawah janin belum memasuki pintu atas panggul dan pada pemeriksaan penunjang dengan USG didapatkan perkiraan berat janin 2862 gram. Pada kasus ini diagnosis plasenta previa ditegakkan pada seorang G 3 P 1 A 1 dengan usia 36 tahun, tanpa riwayat operasi sebelumnya. Faktor predisposisi plasenta previa antara lain adalah: (1) vaskularisasi desidua berkurang akibat multiparitas, umur lanjut (> 35 tahun) dan anemia (2); kerusakan endometrium atau miometrium akibat riwayat SC atau kuretase (3); plasenta besar pada gemelli, eritroblastosis fetalis, perokok (4); riwayat plasenta previa, kehamilan dengan mioma, korpus luteum bereaksi terlambat, konsepsi dan nidasi terlambat. Vaskularisasi plasenta yang kurang adekuat, dapat menyebabkan plasenta akan memperluas permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi pembukaan jalan lahir secara total. Penyebab terjadinya plasenta previa tidak selalu dapat dengan jelas diterangkan. Tetapi berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat beberapa kemungkinan faktor predisposisi plasenta previa pada pasien ini yaitu multiparitas, usia > 35 tahun, riwayat kuretase pada kehamilan sebelumnya, anemia, korpus luteum bereaksi terlambat, konsepsi dan nidasi terlambat. Keluhan perdarahan pada pasien ini pertama kali terjadi pada usia kehamilan 35 minggu yang selanjutnya berulang lagi pada kehamilan 37 +5 minggu. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada umumnya perdarahan plasenta previa terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Perdarahan tersebut terjadi ketika bagian bawah uterus mulai mengalami peregangan karena isthmus uteri telah mulai melebar ke atas dan membentuk segmen bawah rahim. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim maka lama kelamaan peregangan pada dinding uterus menyebabkan pembuluh darah cabang dari arteri spiralis yang mengalirkan darah dari dinding uterus melalui desidua basalis ke dalam ruang intervillus terputus sehingga terjadi perdarahan. Perdarahan pada segmen bawah rahim dapat dengan mudah terjadi karena baik segmen bawah rahim maupun serviks mengandung sedikit unsur otot sehingga tidak mampu berkontraksi dengan baik seperti pada corpus uteri. Perdarahan pada plasenta previa juga mudah berulang karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung berkelanjutan secara bertahap dan perlahan sehingga akan timbul laserasi baru yang menyebabkan perdarahan. Faktor dari luar seperti trauma atau koitus juga dapat memicu timbulnya perdarahan pada plasenta previa. Pada kasus ini, penatalaksanaan dilakukan secara aktif, yaitu dilakukan terminasi kehamilan. Keputusan tersebut diambil antara lain karena usia kehamilan sudah mencapai > 36 minggu, dan taksiran berat janin telah mencapai > 2500 gram. Selain itu, plasenta previa totalis merupakan indikasi absolut dilakukannya seksio sesarea tanpa menghiraukan faktor-faktor lainnya. Daftar Pustaka Yoseph, Perdarahan Selama Kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran. No. 12. 1996. Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 365-76 Pernoll ML. Benson & Pernoll handbook of obstetric and gynaecology. 10th ed. Boston : McGraw-Hill companies, 2001. Saifudin BA , Adriaansz G, Wiknyosastro GH, Waspodo D. eds. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2001. Anonim, 2004. Protap Pelayanan Profesi kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi, 2004. Surakarta
Hariadi, R., dkk. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal, Edisi perdan. Jilid I. Surabaya, Himpunan Kedokteran fetomaternal Perkumpulan Obstetric dan Ginekologi Indonesia. Abdul Bari Saifudin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Ben-zion Taber, 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi (alih bahasa: T. Supriyadi dan J. Gunawan). EGC. Jakarta Martin L Pernall, MD, 1994. This Trimester Hemorrhage in Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment, 7 th edition. Appleton and Lange, California. Harry Oxorn, 1996. Perdarahan Antepartum dalam Ilmu Kebidanan Fisiologi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica, Jakarta. Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Jilid III. Edisi Kelima. Editor : Amalia Safitri. Penerbit Erlangga, Jakarta. pp: 162, 164-5.