Sie sind auf Seite 1von 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ensefalitis adalah inflamasi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, protozoa atau parasit) dan
disertai disfungsi dari neurofisiologi fokal. Penyakit ini berhubungan dengan
gejala-gejala serebral seperti kejang dan penurunan kesadaran atau tanda-tanda
neurologis lain.

!ngka kematian ensefalitis masih tinggi, berkisar antara "#-#$%.


Penderita yang hidup &$-'$% mempunyai komplikasi atau gejala sisa yang
melibatkan saraf pusat yang dapat mengenai kecerdasan, motorik, psikiatrik,
epilepsi, penglihatan atau pendengaran bahkan sampai kardiovaskuler.
&
Penyebab tersering dan terpenting pada inflamasi jaringan otak ini adalah
virus. Ensefalitis (erpes )impleks (E()) adalah penyebab ensefalitis virus yang
paling sering. E() dapat mengakibatkan terjadinya ensefalitis akut yang
merupakan kega*atdaruratan dalam bidang medis.
&,"
+iagnosis dan tatalaksana merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
mengurangi angka kematian dan kesakitan yang tinggi. ,eberhasilan pengobatan
tergantung pada diagnosis dini dan *aktu memulai pengobatan. +iagnosis yang
terlambat dan penatalaksanaan yang tidak sesuai akan berakhir dengan kematian
atau disabilitas yang serius. +iagnosis yang ditegakkan sedini mungkin serta
terapi yang cepat dan tepat dapat membantu mengurangi angka kematian.
,&
Pada ensefalitis gejalanya berupa demam tinggi, sakit kepala yang berat,
mual, muntah, penurunan kesadaran dan berhubungan dengan kejang dan deficit
neurologi fokal. -ejala-gejala inijuga ditemukan pada meningitis sehingga sulit
untuk membedakan meningitis dan ensefalitis. (al ini juga sering menyebabkan
kesalahan tatalaksana pasien.
"
.leh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai diagnosis dan penatalaksanaan ensefalitis pada anak.
1
1.2 Batasan Masalah
+alam makalah ini akan dibahas mengenai definisi, epidemiologi,
patogenesis, diagnosis dan tatalaksana ensefalitis pada anak.
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk/
. 0enjelaskan pengertian, epidemiologi, etiologi dan patogenesis ensefalitis.
&. 0enjelaskan cara menegakkan diagnosis ensefalitis pada anak.
". 0enjelaskan penatalaksanaan ensefalitis pada anak.
1.4 Metoe Penul!san
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan metode tinjauan kepustakaan
dari beberapa literatur.
BAB II
TIN"AUAN PU#TA$A
2.1 De%!n!s!
Ensefalitis adalah inflamasi jaringan otak oleh berbagai macam
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa atau parasit yang disertai
disfungsi dari neurofisiologi fokal. Penyakit ini berhubungan dengan gejala-gejala
serebral seperti kejang dan penurunan kesadaran atau tanda-tanda neurologis
lain.
,"
2
2.2 E&!e'!olog!
!ngka kejadian ensefalitis sekitar $,# per $$.$$$ individu. Penyakit ini
paling banyak menyerang anak-anak, orang tua dan orang-orang dengan defisiensi
imun. 1nsiden ensefalitis di seluruh dunia sulit untuk ditentukan, namun
berdasarkan laporan diperkirakan insiden ensefalitis akut meningkat dari ",#
sampai 2,' per $$.$$$ anak menjadi 3 per $$.$$$ anak. +iperkirakan sekitar
#$ sampai "$$$ kasus terjadi setiap tahun di !merika )erikat, sedangkan di
1nggris insiden ensefalitis pertahunnya mencapai ' orang per $$.$$$ penduduk.
,"
+i 1ndonesia sendiri belum terdapat angka yang pasti mengenai kejadian
ensefalitis secara umum pada anak. Penelitian (ardiono + di 4)
5iptomangunkusumo, pada tahun 1991 sampai dengan 1994
menemukan 11 kasus ensefalitis, dengan kasus terbanyak pada
usia lebih dari 3 tahun.
4
2.3 Et!olog!
Penyebab ensefalitis paling sering karena infeksi virus, namun dapat
disebabkan juga oleh noninfeksi misalnya karena proses demielinasi pada
ensefalitis akut. Ensefalitis virus dibagi dalam " kelompok, yaitu/

) Ensefalitis
primer yang biasa disebabkan oleh infeksi virus kelompok herpes simpleks, virus
influenza, E5(., 5o6ackie dan arbovirus, &) Ensefalitis primer yang belum
diketahui penyebabnya, ") Ensefalitis para-infeksiosa, yaitu ensefalitis yang
timbul sebagai komplikasi penyakit virus, seperti rubeola, varisela, herpes zoster,
parotitis epidemika, mononucleosis infeksiosa dan vaksinasi.

)elain karena virus,
ensefalitis juga dapat disebabkan oleh bakteri yang patogen seperti Mycoplasma
sp, parasit dan jamur seperti 7o6oplasma gondii.
,#
2.4 Patogenes!s
Patogenesis ensefalitis hamper sama dengan patogenesis dari meningitis
virus yaitu virus mencapai saraf pusat melalui limfatik, darah (hematogen), atau
melalui saraf (neuronal spread)
#
. Pada umumnya virus ensefalitis terlebih dahulu
masuk melalui limfatik. +i dalam limfatik ini, terjadi perkembangbiakan dan
3
penyebaran ke dalam aliran darah dan mengakibatkan infeksi pada beberapa
organ.
3
Penyebaran secara hematogen dapat terjadi secara langsung dan secara
tidak langsung. Penyebaran secara langsung terjadi ketika virus menyebar melalui
arteri intraserebral kemudian menyebabkan radang pada otak. Penyebaran
hematogen dapat juga terjadi secara tidak langsung dimana terjadi peradangan
pada arteri meningeal terlebih dahulu, kemudian dari arteri tersebut itu kuman
masuk ke cairan serebrospinal dan menginvasi ke dalam otak setelah menerobos
piamater.
#
)elain penyebaran secara hematogen dan limfogen, dapat juga terjadi
penyebaran melalui saraf, misalnya pada ensefalitis karena herpes simpleks dan
rabies. Pada dua penyakit tersebut, virus dapat masuk ke neuron sensoris yang
menginnervasi port dentry dan bergerak secara retrograd mengikuti a6on-a6on
menuju ke nukleus dari ganglion sensoris.
#
+i dalam sistem saraf pusat, virus menyebar secara langsung atau melalui
ruang ekstraseluler. 1nfeksi virus dalam otak menyebabkan meningitis aseptik dan
ensefalitis (kecuali rabies). Pada ensefalitis terdapat kerusakan neuron dan glia
dimana terjadi intraceluler inclusion bodies, peradangan otak dan medulla spinalis
serta edema otak, selain itu juga terdapat peradangan pada pembuluh-pambuluh
darah kecil, thrombosis dan proliferasi astrosit dan microglia. 8euron-neuron
yang rusak dimakan oleh makrofag atau microglia yang disebut sebagai
neuronofagia merupakan gambaran khas bagi ensefalitis primer.
",#
+i dalam medulla spinalis, virus menyebar melalui endoneurium dalam
ruang intersisial pada saraf-saraf seperti yang terjadi pada rabies dan herpes
simpleks. Pada ensefalitis sel-sel neuron dan glia mengalami kerusakan.
,erusakan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh invasi langsung dan
destruksi jaringan saraf oleh virus yang berproliferasi aktif dan atau reaksi
jaringan saraf terhadap antigen-antigen virus.
#
Proses replikasi yang berjalan terus menyebabkan sel host dihancurkan.
)etelah itu partikel-partikel viral tersebar ekstraselular. )etelah proses invasi,
replikasi dan penyebaran virus berhasil, timbullah manifestasi-manifestasi
toksemia yang kemudian disususl oleh manifestasli lokalisatorik. -ejala-gejala
toksemia terdiri dari sakit kepala, demam, dan lemas-letih seluruh tubuh. )edang
4
manifestasi lokalisatorik akibat kerusakan susunan saraf pusat berupa gannguan
sensorik dan motorik (gangguan penglihatan, gangguan berbicara, gangguan
pendengaran dan kelemahan anggota gerak), serta gangguan neurologis seperti
nyeri kepala, mual dan muntah sehinga terjadi penurunan berat badan.
#
2.( D!agnos!s
Ensefalitis dapat bermanifestasi akut atau subakut. 0anifestasi ensefalitis
dimulai dengan sakit kepala, muntah, perubahan personalitas dan gangguan daya
ingat yang sangat sulit dideteksi terutama pada anak kecil, kemudian pasien dapat
mengalami kejang dan penurunan kesadaran. ,ejang dapat berupa kejang fokal
atau umum.
3,2,9
Empat puluh persen pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan koma
sedangkan sisanya dalam keadaan letargi. Pemeriksaan neurologis seringkali
menunjukkan adanya hemiparesis. (emiparesis adalah manifestasi fokal
terpenting. :eberapa kasus dapat menunjukkan disfasia, ataksia, gangguan
otonom, paresis saraf kranialis, dan edema papil 8 11. ,adang-kadang manifestasi
klinis menyerupai meningitis aseptik tanpa manifestasi ensefalitis yang jelas.
)ecara praktis, kita harus selalu memikirkan kemungkinan Ensefalitis (erpes
)impleks ( E() ) bila menjumpai seorang anak dengan demam, kejang terutama
kejang fokal dan gejala neurologis fokal lain seperti hemiparesis atau disfasia
dengan penurunan kesadaran yang progresif.
;,$
)ecara umum gejala berupa trias ensefalitis /

. +emam
&. ,ejang
". Penurunan kesadaran
-ejala-gejala infeksi umum dapat berkembang menjadi abses serebri yang
akan menimbulkan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri
kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang dan
5
kesadaran menurun. Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. 7anda-
tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luasnya abses.

Pada ensefalitis, kadang-kadang ditemukan inflamasi pada leptomeningen


dan tanda-tanda patologis yang difus dan fokal seperti meningitis (demam, sakit
kepala,dan tanda-tanda rangsangan meningeal). ,ejang mulai dari kejang fokal
sampai kejang umum. -ejala-gejala neuropsikiatri cenderung terjadi pada
ensefalitis seperti halusinasi, psikosis, parubahan personaliti, dan gelisah. ,adang
juga disertai dengan muntah, kelemahan otot fokal, hilangnya memori, dan
gangguan gerakan.
&,

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan gangguan kesadaran (;2%),
demam (;&%), disfasia (23%), ataksia ('$%), kejang ("9%), hemiparesis ("9%),
defek saraf otak ("&%), hilangnya lapangan pandang ('%), dan papil edema
('%). ,ejang yang terjadi pada ensefalitis bisa berupa kejang fokal atau kejang
umum.
&
Pada ensefalitis dapat juga ditemukan skin rush. )kin rush pada
umumnya terdapat pada riketsia, varicella zoster. Parotitis sering terjadi pada
gondongan dan eritema nodosum mungkin berhubungan dengan infeksi
granulomatous ( tuberkulosis dan histoplasmosis ).
&
Pada pemeriksaan neurologi didapat kelainan-kelainan neurologi fokal
yang sering ditemukan seperti hemiparese, afasia, ataksia, tanda < tanda piramidal
( brisk tendon refleks dan respon ekstensor plantar), defisit saraf kranial ( saraf
oculomotorius dan saraf fasialis ), gerakan involuntar ( myoclonus dan tremor )
dan kejang parsial.
&
Pe'er!ksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin pada ensefalitis tidak spesifk. Pada
ensefalitis virus, pemeriksaan darah menunjukkan limfositosis. Pada Eipstein
Barr Virus (E:=) dan Cytomegaovirus (50=) dapat ditemukan peningkatan
enzim hepar sedangkan pada 0umps dapat terjadi peningkatan enzim amilase.
Jumlah leukosit darah tepi dapat normal atau sedikit meningkat,
kadangkadang dengan pergeseran ke kiri
13
.
!
,ultur darah dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab ensefalitis
bakteri atau jamur, selain itu dapat juga diperiksa s*ab nasofaring, urin, feses.
)*ab tenggorok dapat digunakan untuk mengidentifikasi virus di saluran nafas
( seperti virus influenza A, parainfluenza, adenovirus) ,campak, enterovirus,
Chlamydia Pneumonia, dan Mycoplasma Pneumonia dengan menggunakan P54.
Pemeriksaan feses dapat dilakukan untuk mengetahui infeksi yang disebabkan
enterovirus, mumps atau virus campak. >ika ditemukan vesikel, s*ab virus dapat
diambil dari vesikel untuk mendeteksi =aricella ?oster =irus atau ()= dengan
imunofloresense atau P54. Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk kultur
50= , mumps, dan virus campak
"
.
Pemer'iksaan cairan serebrospinal dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
infeksi virus, bakteri, jamur dan mikrobacteria. Pemeriksaan cairan serebrospinal
merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis ensefalitis. Pengambilan
cairan serebrospinal dilakukan dengan @umbal pungsi yaitu pada daerah antara
@umbal " sampai dengan @umbal #. Pada ensefalitis dapat ditemukan sedikit
sampai beberapa ribu sel per millimeter kubik.
3
Pada ensefalitis virus, umumnya
didapatkan jumlah sel A$$$Bmm
"
dengan limfosit predominan dan tidak
ditemukan patogen lain seperti bakteri dan parasit.

Pada ensefalitis bakterial
ditemukan tanda-tanda !cute Encelophaty )indrom (!E)) dan ditemukan sel
C$$$ sel B mm
"
atau pleositosis dengan polimorfositik yang predominan.
;,&"
,adar protein cenderung normal atau sedikit naik, atau sangat naik apabila terjadi
kerusakan otak yang luas seperti pada ensefalitis (erpes )impleks=irus ( ()=).
,adar glukosa biasanya normal, *alaupun pada virus tertentu seperti parotitis
terjadi penurunan glukosa.
#
Pemeriksaan pencitraan tidak dilakukan secara rutin, dan hanya dilakukan
bila terdapat ketidakjelasan diagnosis, perburukan gejala neurologik akibat
peningkatan tekanan intrakranial, panas berkepanjangan, kejang berulang,
kelainan neurologik fokal, proses penyembuhan yang lambat, atau untuk
mendeteksi komplikasi lainnya.
'
Pada ensefalitis, 57 scan kepala dapat menunjukkan /
'
"
. -ambaran hipodens pada pre kontras-hiperdensitas pada post kontras salah
satu atau kedua lobus temporal, edema B massa dan kadang-kadang
peningkatan kontras.
&. @esi isodens atau hipodens berbentuk bulat cincin, noduler atau pola
homogeny dan menyangat dengan kontras, tempat predileksi pada hemisfer
(grey!hite "unction).
". :ias ditemukan edema cerebri.
'. ,adang disertai tanda-tanda perdarahan.
Pada ensefalitis herpes simpleks 041 lebih sensitif dibandingkan 57 )can
dalam menunjukan kelainan lobus mediotemporal, daerah orbitofrontal, atau
daerah girus )inguli.
#
-ambaran ensefalitis pada 041 dapat berupa /
#
. Perubahan patologis yang biasanya bilateral pada bagian medial lobus
temporalis dan bagian inferior lobus frontalis ( adanya lesi ).
&. @esi isointens atau hipointens berbentuk bulat cincin, noduler atau pola
homogen dan menyangat dengan kontras, tempat predileksi pada hemisfer
(grey!hite "unction), pada 7D1
". (iperintens lesi pada 7&D1 dan pada flair tampak hiperintens.
2.) Penatalaksanaan
Tera&! #u&ort!%
Pasien ensefalitis memerlukan pera*atan di rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan dan pemulihan dari gejala sisa.
#
7ujuan pengobatan
adalah memperpendek perjalanan klinis penyakit, mencegah komplikasi dan
mencegah berkembangnya rekurensi penyakit.
3
7erapi suportif perlu diberikan
untuk mencegah komplikasi segera seperti penurunan kesadaran, kejang,
peningkatan tekanan intrakranial, kontrol sirkulasi dan penatalaksanaan aspirasi
pneumonia.
2
Pemberian pengobatan dapat berupa antipiretik, cairan intravena,
obat anti kejang untuk mencegah kejang berulang.
&2
)emua cairan, elektrolit dan
obat-obatan pada mulanya diberikan secara parenteral. ,adar glukosa darah
#
normal, magnesium dan kalsium harus dipertahankan agar ancaman kejang
berkurang.
3
!pabila terjadi edema serebri dapat diberikan deksametason $,-$,&
mgBkg intravena sebagai dosis a*al dilanjutkan dengan $,$#- $, mgBkg intravena
setiap '-3 jam. +osis harus dikurangi secra bertahap setelah beberapa hari jika
terbukti terjadi penyembuhan atau perbaikan. +eksametason tidak digunakan pada
penyakit virus akut karena steroid bisa meningkatkan potensi dari infeksi virus.
9
Pengobatan dengan antivirus harus dimulai sedini mungkin untuk
mencegah terjadinya nekrosis hemoragik yang ireversibel yang biasanya terjadi '
hari setelah a*itan ensefalitis. (al ini menimbulkan kesulitan besar karena pada
fase a*al tidak ada cara untuk membuktikan diagnosis. Patokan yang dianut
sekarang adalah pengobatan segera diberikan kepada pasien yang dicurigai
menderita E(), kemudian pengobatan dapat dilanjutkan atau dihentikan sesuai
konfirmasi laboratorium atau atau hasil biopsi otak.
3
Tera&! #&es!%!k
Pengobatan yang diberikan harus sesuai dengan etiologinya. !pabila
manifestasi klinisnya tidak terlalu jelas, pengobatan dapat dimulai dengan
memberikan antivirus dan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil
pemeriksaan lainnya.
;
Her&es #!'&leks *!rus
Pada &$-"$ tahun terakhir,pemberian asiklovir dapat menurunkan
mortalitas dan morbiditas yang signifikan pada ensefalitis ()=. )ebelum
digunakannya asiklovir, diperkirakan 2$% pasien dengan ()= ensefalitis
meninggal, terjadi penurunan sampai ;% sejak penggunaan asiklovir. !siklovir
adalah terapi pilihan untuk ensefalitis yang disebabkan oleh ()=. !siklovir
merupakan inhibitor yang selektif dan spesifik untuk replikasi virus dengan
efektivitas yang lebih baik dari vidarabine, namun tidak menurunkan angka
morbiditas, perkembangan penyakit selama pengobatan dan relaps setelah
penghentian pengobatan. Penelitian terbaru menunjukkan bah*a dengan
9
pemberian asiklovir dosis tinggi ( 3$mgBkg::Bhari intravena ) selama & hari
pada neonatus akan mengurangi angka relaps dan mengurangi defek neurologik.
7he :ritish Eormulary menganjurkan pemberian asiklovir untuk anak usia
" bulan sampai & tahun dengan dosis #$$mgBm& setiap 9 jam secara intravena.
!ngka relaps herpes ensefalitis dapat mencapai &3%, namun dengan pemberian
asiklovir lebih dari ' hari dengan dosis lebih atau sama dengan "$mgBkg::Bhari,
relaps tiodak terjadi. :erdasarkan hal tersebut beberapa ahli menyarankan untuk
menggunakan dosis tinggi dan pengobatan yang lebih lama untuk semua umur.
(asil negatif pada pemeriksaan P54 5)E diakhir pengobatan menunjukkan hasil
yang baik dan pemberian antivirus harus tetap dilanjutkan pada hasil P54 yang
positif.
&
=alasiklovir (valene ester dari yang dikonversi menjadi setelah absorpsi)
memiliki bioavaibilitas yang bagus dan dalam keadaan tertentu dapat digunakan
untuk mengobati ()= ensefalitis. =alasiklovir disarankan apabila setelah $ hari
pemberian intravena tidak memberikan hasil yang baik.
&$
Panuan Tera&! As!klo+!r &aa anak,anak
Pemberian asiklovir harus segera dimulai pada semua pasien yang
dicurigai ensefalitis sambil menunggu hasil pemeriksaan lainnya.
+iagnosis herpes simpleks ensefalitis ( ()E ) harus dipertimbangkan pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran dengan demam, kejang fokal
dan kelainan neurologi fokal tanpa ada penyebab lainnya
>ika tidak ada kecurigaan klinis ()E ( diagnosa definitif sudah sangat
jelas atau sangat tidak mungkin pasien menderita ensefalitis virus ).
!siklovir dapat dihentikan jika C 2& jam setelah gejala neurologi
ditemukan dilakukan pemeriksaan P54 5)E hasilnya negatif dan
kecurigaan klinis rendah untuk ()E ( misalnya adanya pemulihan klinis,
kesadaran normal, gambaran radiologi normal, dan pada pemeriksaan 5)E
jumlah sel A# B mm".
Pemberian asiklovir tidak dilakukan pada anak-anak dengan gejala
neurologis seperti /
!nak dengan kejang demam sederhana
1$
,ejang tanpa demam atau tanpa ri*ayat demam (kecuali
imunokompromise)
-ejala yang jelas untuk penyebab yang lain misalnya blok =P shunt,
anak dengan epilepsi ( kejang akan meningkat dengan adanya
demam ), cedera kepala akut, overdosis obat
5)E dan gejala klinis yang mendukung untuk adanya meningitis
bakteri
Pemberian asiklovir tidak dihentikan pada anak yang dicurigai ()=
ensefalitis jika
(asil 5)E ()= P54 negatif tetapi keadaan lain menunjukkan ()E
(terutama jika 5)E dan temuan 041 abnormal)
Pleositosis pada 5)E mungkin tidak ditemukan dan false negatif
()= P54 dapat terjadi terutama pada a*al penyakit.
3
*ar!-ella .oster *!rus
!siklovir juga efektif untuk mengobati =aricella ?oster =irus. +osis yang
direkomendasikan adalah $mgBkg:: setiap 9 jam selama $-' hari.
3
/0to'egalo+!rus
50= yang didapatkan secara kongenital menyebabkan kerusakan otak
yang berat dan permanen. 7etapi ensefalitis yang disebabkan oleh 50= jarang
ditemukan, kecuali pada anak dengan penurunan sistem imun dan diobati dengan
pemberian gansiklovir.
3
*!rus 1a2!es
Pengobatan spesifik tidak tersedia pada rabies yang telah menimbulkan
gejala, tetapi vaksin presimptomatik poste#posure yang dikombinasikan dengan
immunoglobulin sangat efektif jika diberikan dalam &' jam setelah terpapar dan
mungkin masih efektif dalam 2& jam setelah terpapar pada beberapa kasus.
Pengobatan yang diberikan yaitu 4ibavirin dengan dosis "" mgBkg:: dan
amantidine dengan dosis &$$ mgBkg:: diberikan selama minggu.
3
11
3lu
Penelitian dan data sangat sedikit mengenai pengobatan ensefalitis yang
disebabkan oleh influenza ! atau :. Pengobatan ensefalitis karena virus influenza
yaitu oseltamivir selama # hari.
&
M0-o&las'a Pneu'on!ae
7erapi antibiotik menunjukkan perbaikan klinis pada beberapa kasus
0ycoplasma pneumoniae ensefalitis Pedoman saat ini menunjukkan bah*a
pengobatan dengan antibiotik empiris dapat dilakukan seperti dengan pemberian
azitromycyn dan doksisiklin untuk semua anak.
&
Fpaya pendukung dan rehabilitatif amat penting sesudah penderita
sembuh. 1nkoordinasi motorik, gangguan konvulsif, strabismus, ketulian total atau
parsial dan gangguan perilaku dapat muncul hanya sesudah jarak *aktu tertentu.
:eberapa sekuele infeksi dapat amat tidak kentara. ,arenanya evaluasi
perkembangan saraf dan audiologi harus merupakan bagian dari pemantauan rutin
anak yang telah sembuh, *alaupun mereka tampak normal.
#
2.4 $o'&l!kas!
!ngka kematian untuk ensefalitis masih tinggi berkisar antara "#-#$%.
Pasien yang terlambat pengobatannya atau tidak diberikan antivirus (pada
ensefalitis (erpes )impleks) angka kematiannya tinggi bisa mencapai 2$-9$%.
Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurukan mortalitas menjadi &9%.

)ekitar &#% pasien ensefalitis meninggal pada stadium akut. Penderita


yang hidup &$-'$%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala sisa. -ejala sisa
lebih sering ditemukan dan lebih berat pada ensefalitis yang tidak diobati.
,eterlambatan pengobatan yang lebih dari ' hari memberikan prognosis buruk,
demikian juga koma. Pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau
sembuh dengan gejala sisa yang berat.

12
0enurut lazoff 0, kasus terbanyak ensefalitis adalah infeksi dan
pemulihan biasanya cepat tanpa residu masalah neurologi. +an semuanya $%
dari kematian ensefalitis dari infeksinya atau komplikasi dari infeksi sekunder.
:eberapa bentuk ensefalitis mempunyai bagian berat termasuk herpes ensefalitis
dimana mortality #-&$% dengan treatment dan 2$-9$% tanpa treatment.

(al ini mengakibatkan


Peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh kejang yang tidak terkontrol
1nfark serebral disebabkan karena pada pasien ensefalitis terjadi immobilitas
dalam *aktu yang lama sehingga terbentuk trombosis vena dalam.
7rombosis vena serebral disebabkan adanya penyempitan aliran balik vena
dan terjadinya peningkatan P5.
&
pada arteri.
!spirasi pneumonia diakibatkan penurunan refleks batuk pada pasien dengan
penurunan kesadaran.
"
13
BAB III
$E#IMPULAN
Ensefalitis adalah peradangan pada otak berhubungan dengan gejala-
gejala serebral seperti kejang dan penurunan kesadaran atau tanda-tanda
neurologis lain.
+iagnosis ensefalitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan
adanya penurunan kesadaran, demam, dan kejang. Pemeriksaan penunjang
meliputi kultur darah untuk mengidentifikasi penyebab ensefalitis bakteri atau
jamur, pemeriksaan cairan serebrospinal dimana akan didapatkan hasil adanya
beberapa ribu sel per millimeter kubik. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan
041 dan 57 )can.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa terapi suportif dan terapi empiris.
7erapi empiris yang diberikan harus sesuai dengan etiologinya.harus sesuai
dengan etiologinya.
14
DA3TA1 PU#TA$A
. @azoff 0.&$$ Ensefalitis. +iakses dari
***.emedicine.medscape.comBarticleB2;9;3Bovervie*Bhtm pada "$ 0ei
&$.
&. 5hauduri, !., P.-.E ,ennedy.&$$&.$iagnosis and treatment of viral
ensefalitis. +iakses dari pmj.bmj.comBcontentB29B;&'B#2#.full diakses pada
"$ 0ei &$&.
". )olomon ,7om,et al.&$$2. Viral Ensefalitis % a Clinicians &uide. diakses
dari http/BB>ournals.:0>.comB5-@B4eprintform pada "$ 0ei &$&
'. Pusponegoro, (ardiono +.&$$$. Ensefalitis 'erpes (imple# pada Ana).
+iakses dari ***.idai.or.idBsaripediatriBfullte6t.aspGHI'& pada " >uni
&$&.
#. :ehrman, ,liegman.&$$$. *lmu +esehatan Ana). >akarta/ E-5
3. Dhitley 4>. (erpes simple# virus infections of the central nervous system.
! revie*. !m > 0ed ;99J 9# ()upp &!)/3-2.
2. .6man 08. 'erpes simple# encephalitis and meningitis. +alam :raude
!l, +avis 5E, Eierer > penyunting. 1nfectious diseases and medical
microbiology, &nd ed. Philadelphia/ )aunders ;93/h.'-"$.
9. :rett E0. (erpes simple6 virus encephalitis in children. :r 0ed > ;93J
&;"/"99-;.
;. :raun P. 7he clinical management of suspected herpes virus encephalitis. !
decision-analytic vie*. !m > 0ed
$. Pudjiadi, dkk.&$$. Pedoman Pelayanan 0edis 1katan +okter !nak
1ndonesia. >akarta / 1+!1
. 0ardjono 0, )idharta P. 0ekanisme infeksi susunan syaraf. 8eurologi
,linis +asar. +ian 4akyat.>akarta.&$$, p"$"-#
&. )uharso, +arto, erny. &$$#. Ensefalitis 'erpes simple)s. +iakses dari
http/BB***.pediatrik.comBpkbB&$$3$&&$-ed'ayk-pkb.pdf pada &2 >uni
&$&
". ,neen, dkk. &$&.Ensefalitis in Children. +iakses dari
http/BB***.medscape.comBvie*articleB2#2#;$ pada 9 0ei &$&
'. )utton +, )tevens >, 0izklel ,. &$$". ,e#t boo) of radiology and imaging
-th ed. @ondon / 5hurchill @ivingstone J p. 2&3
#. 0oritani 7, Ekhlom ), Destesson P@. Pediatrics. 1n / $iffusion!eighted
M/ imaging of the brain. 8e* Kork / )pringer J p. ;
15
3. 4ayamajhi, dkk. &$. Clinical and prognostic features among
children!ith acute ensefalitis syndrome in 0epal1a retrospective study. +i
akses dari http/BB***.biomedcentral.comB'2-&""'BB&;' pada & >uni
&$&
2. )aharso, +arto. &$$$. Bu)u A"ar 0eurologi Ana). 2a)arta/ :adan Penerbit
1+!1
9. :ergelson.&$$;.Pedriatric Practise *nfectious $isease.
Philadelphia/Evesier
;. )hah, )amir.&$$;. *nfection of Pediatric. Fnited )tates/ 0c-ra*
&$. 0indel !. 'erpes simple# virus. @ondon/ )pringer- =erlag, ;9;.
1!

Das könnte Ihnen auch gefallen