Sie sind auf Seite 1von 73

YEAR-TO-YEAR CHANGE ANALYSIS

YEAR-TO-YEAR CHANGE ANALYSIS


PROCTER & GAMBLE COMPANY
I. Laporan Laba Rugi Konsolidasi
Tahun fiskal 2012 dibandingkan dengan tahun fiskal 2011
Penjualan bersih meningkat 3,18% pada tahun 2012, peningkatan tersebut tidak jauh
berbeda dibandingkan dengan peningkatan penjualan di tahun 2011. Kondisi makroekonomi
yang sulit telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan pasar, khususnya di pasar negara
maju. Selain itu, P&G telah melakukan sejumlah kenaikan harga di setiap segmen yang
dilaporkan, sebagian besar untuk memulihkan meningkatnya biaya komoditas dan devaluasi
mata uang. Faktor-faktor ini membawa dampak negatif bagi pertumbuhan perusahaan.
Harga pokok penjualan meningkat melebihi jumlah penjualannya. Hal ini
menyebabkan peningkatan laba kotor hanya sebesar 0,11%. Jumlah beban penjualan, umum,
dan administrasi meningkat 2,16% pada tahun 2012, hal ini disebabkan oleh kegiatan
pemasaran yang lebih agresif untuk mendukung penjualan perusahaan. Beban penjualan,
umum, dan administrasi yang meningkat sebanding dengan peningkatan penjualan
perusahaan. Namun perlu ditinjau kembali pada peningkatan harga pokok penjualan yang
tinggi. P&G dapat melakukan efisiensi pada proses produksinya agar harga pokok penjualan
dapat seefisien mungkin.
Beban bunga menurun 7,46% pada tahun 2012 karena tingkat bunga yang lebih
rendah pada utang floating rate dan penurunan rata-rata hutang. Pendapatan non-operasional
lainnya, bersih terutama mencakup keuntungan divestasi, bunga dan pendapatan investasi.
Laba bersih dari operasi menerus menurun 20,35% pada tahun 2012.
Tahun fiskal 2011 dibandingkan dengan tahun fiskal 2010
Pada tahun 2011, penjualan bersih PnG mengalami peningkatan sebesar 4,56% dari
tahun 2010. Harga pokok penjualan yang meningkat melebihi peningkatan penjualan, yaitu
sebesar 7,60%, hal ini menyebabkan peningkatan laba kotor lebih rendah dari pada
peningkatan penjualan. Laba kotor meningkat sebesar 1,78%. Peningkatan harga pokok
terutama disebabkan oleh kenaikan biaya komoditas dan energi.
Beban penjualan, umum, dan administrasi meningkat 3,86% akibat adanya investasi
untuk mendukung inovasi dan rencana ekspansi. Pada tahun 2011, beban bunga turun
12,16%, penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan suku bunga pinjaman dengan
suku bunga mengambang sebagian diimbangi oleh peningkatan hutang. Laba dari kegiatan
operasi menerus sebelum pajak mengalami peningkatan sebesar 0,87%.
Pada tahun 2011, laba bersih dari kegiatan operasi menerus sebelum pajak meningkat
sebesar 7,81% dibandingkan tahun sebelumnya terutama karena pertumbuhan penjualan
bersih dan tingkat pajak efektif yang lebih rendah, sebagian diimbangi oleh peningkatan laba
operasi. Laba bersih turun sebesar 7,15%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan
tidak dalam keadaan yang baik, terjadinya penurunan laba bersih dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan harga saham perusahaan.
Secara keseluruhan, kondisi keuangan P&G mengalami penurunan pada tahun 2012.
Banyak po-pos dalam laba rugi mengalami penurunan yang signifikan. Laba operasi P&G
mengalami penurunan pada tahun 2012, hal ini disebabkan karena penurunan nilai pada
aktiva tak berwujud. Laba bersih dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Bila penurunan
terus terjadi, maka harga saham P&G dapat mengalami penurunan pula.

II. Neraca Konsolidasi
Tahun fiskal 2012 dibandingkan dengan tahun fiskal 2011
Tahun 2012 memperlihatkan adanya banyak penurunan pada pos-pos dalam neraca.
Total aset mengalami penurunan sebesar 4,30%. Penurunan terbesar terjadi pada beban
dibayar dimuka dan aset lancar lainnya, sebesar 16,42%. Hal yang berbeda terjadi pada kas
dan setara kas, kas dan setara kas yang pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 3,86%
dari tahun 2010, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 60,26% dari tahun 2011.
Hal ini dapat berarti bahwa perusahaan tidak mampu mengelola atau menginvestasikan kas
dan setara kasnya.
Pada total liabilitas terjadi penurunan sebesar 3,05%. Hal ini sebanding dengan
adanya penurunan aset. Ekuitas P&G juga mengalami penurunan sebesar 5,83%. Kinerja
P&G pada tahun 2012 mengalami banyak penurunan.
Tahun fiskal 2011 dibandingkan dengan tahun fiskal 2010
Pada tahun 2011, terlihat adanya peningkatan total aset sebesar 7,94%. Dalam total
aset, terlihat bahwa total aset lancar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar
16,97%. Hal ini baik bagi P&G karena dapat dengan mudah melunasi utang jangka
pendeknya. Dalam total aset, terlihat peningkatan pada pos-pos dalam neraca, kecuali pada
kas dan setara kas yang mengalami penurunan sebesar 3,86%.
Total liabilitas mengalami peningkatan sebesar 5,42%. Pada pos liabilitas tak lancar
lainnya terjadi penurunan sebesar 2,28%. P&G menggunakan hutang jangka pendek dan
panjang untuk akuisisi dan pembelian kembali saham. P&G memiliki shortand peringkat
utang jangka panjang yang kuat, yang telah memungkinkan dan harus terus memungkinkan
kita untuk membiayai kembali utang P&G.
Pada toal ekuitas, terdapat peningkatan sebesar 10,68%. Hal ini baik bagi P&G,
karena peningkatan ekuitas lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada liabilitas.
P&G akan mendapatkan keuntungan karena mereka dapat menghemat biaya bunga. Ketika
pendanaan perusahaan lebih besar pada ekuitas, maka perusahaan tersebut dapat membagikan
dividen dan dapat mensejahterakan pemegang sahamnya.
Secara keseluruhan, kondisi neraca konsolidasi P&G pada tahun 2011 baik, karena
perusahaan dapat melunasi 80% liabilitas lancar dengan menggunakan aset lancar. P&G juga
memiliki saldo laba sebesar $ 70.682 juta. Namun pada tahun 2012 P&G mengalami banyak
penurunan, pada total aset terjadi penurunan sebesar 4,42%, penurunan total liabilitas sebesar
3,05%, dan total ekuitas turun sebesar 5,83%.

YEAR-TO-YEAR CHANGE ANALYSIS
PT UNILEVER INDONESIA TBK DAN ENTITAS
I. Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Tahun fiskal 2012 dibandingkan dengan tahun fiskal 2011
Penjualan unilever pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 16,34%.
Penjualan ini berasal dari dua segmen usaha, yaitu Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan
Tubuh dan Makanan dan Minuman. Kontribusi masing-masing segmen tersebut terhadap
penjualan bersih tahun 2012 adalah sebagai berikut: Kebutuhan Rumah Tangga dan
Perawatan Tubuh 73,0%; Makanan dan Minuman 27,0%. Harga pokok penjualan meningkat
sebesar 17,02%. Peningkatan harga pokok penjualan didominasi oleh pembelian bahan baku
yang disebabkan oleh kenaikan volume pembelian.
Beban pemasaran dan penjualan meningkat sebesar 12,32%, peningkatan ini di
dominasi oleh beban iklan dan riset pasar. Sedangkan beban umum dan administrasi
meningkat sebesar 18,16%. Mayoritas beban umum dan administrasi didominasi oleh beban
jasa dan royalti kepada perusahaan induk, yaitu Unilever N.V. Penghasilan/(beban) lain-lain
terdiri dari keuntungan atas penjualan entitas anak, keuntungan pelepasan aset tetap, dan
kerugian selisih kurs. Kerugian selisih kurs berkurang dari tahun 2011 sebagai akibat dari
efektivitas forward mata uang asing yang dilakukan oleh Unilever Indonesia. Penghasilan
lain-lain pada 2011 memiliki saldo yang tinggi karena adanya keuntungan pelepasan aset tak
berwujud.
Tahun fiskal 2011 dibandingkan dengan tahun fiskal 2010
Pada tahun 2011 penjualan unilever mengalami peningkatan sebesar 19,19% dan
harga pokok penjualan unilever mengalami peningkatan sebesar 20,85%. Harga pokok
penjualan yang meningkat lebih besar dari pada penjualan unilever menyebabkan presentase
peningkatan laba brutonya lebih kecil dari pada penjualannya, yaitu sebesar 17,65%. Harga
pokok penjualan unilever yang meningkat menunjukkan adanya peningkatan biaya pada
proses produksinya, seperti yang ditunjukkan pada catatan atas laporan keuangan unilever no
27 biaya tenaga kerja unilever meningkat sebesar 36,49% karena terdapat penambahan
jumlah tenaga kerja sebanyak 1247 orang, penyusutan aset tetap meningkat sebesar 54,66%
karena unilever melakukan pembelian aset tetap (bangunan, mesin, dan peralatan) selama
tahun 2011, beban pabrikasi lainnya juga meningkat sebesar 53,80% dan pada tahun 2011
terjadi eskalasi harga dari dua jenis komoditas penting, yaitu minyak mentah dan minyak
nabati.
Beban pemasaran dan penjualan unilever meningkat sebesar 15,92%. Peningkatan ini
disebabkan karena unilever melakukan iklan dan riset pasar lebih banyak dibandingkan tahun
2010. Peningkatan dalam kelompok beban pemasaran dan penjualan digunakan untuk
mengimbangi dinamika pasar dan peningkatan jumlah inovasi yang diluncurkan pada tahun
2011. Beban umum dan administrasi unilever meningkat sebesar 14,79%. Dalam catatan atas
laporan keuangan no 28b, mayoritas beban umum dan administrasi didominasi oleh beban
jasa dan royati kepada perusahan induk. Penghasilan lain-lain menigkat karena adanya
keuntungan pelepasan aset tak berwujud pada tahun 2011. Beban pajak penghasilan
meningkat 21,48% seiring dengan meningkatnya laba perusahaan.
Secara keseluruhan, kondisi keuangan unilever tahun 2011 pada kondisi yang baik,
karena peningkatan pendapatan komprehensif tahun berjalan mencapai 23,04% dan laba per
saham dasar meningkat sebesar 22,97%. Sedangkan pada tahun 2012 kondisi perusahaan
mengalami penurunan pada pendapatan komprehensif tahun berjalan dan laba per saham
dasar. Pada tahun 2012 peningkatan pendapatan komprehensif hanya sebesar 16,21% dan
laba per saham dasar hanya meningkat sebesar 16,12%. Namun, perusahaan ini merupakan
perusahaan yang tanggap terhadap perubahan pasar, karena unilever selalu melakukan riset
pasar dari tahun ke tahun.

II. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
Tahun fiskal 2012 dibandingkan dengan tahun fiskal 2011
Aset lancar unilever meningkat 13,26% dari tahun 2011 menjadi Rp5,0 triliun tahun
2012. Kas dan setara kas unilever terdiri dari kas, kas di bank, dan setara kas berupa deposito
dengan total keseluruhan sebesar Rp229,7 miliar dengan komposisi 94,5% dalam Rupiah dan
5,5% dalam mata uang asing. Setara kas berupa deposito berjangka yang tidak dibatasi
penggunaannya adalah sebesar Rp9 miliar. Suku bunga deposito IDR selama tahun berjalan
sebesar 2,47% 6,50%.
Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 16,87% dari tahun 2011 mengikuti
pertumbuhan penjualan unilever. Di tahun 2012 unilever mencadangkan Rp4,5 miliar.
Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang
tidak tertagih. Penghapusbukuan piutang tidak tertagih hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Direktur Keuangan. Pos uang muka dan piutang lain-lain
mengalami peningkatan sebesar 114,47% menjadi Rp240,6 miliar yang sebagian besar
diperoleh dari kenaikan pembayaran uang muka. Kenaikan ini terutama karena adanya
pembayaran pajak impor barang dimuka sebesar Rp62,2 miliar dan sisanya pembayaran uang
muka kepada pemasok-pemasok untuk mendukung kegiatan operasional Perusahaan.
Persediaan meningkat sebesar 13,74% dibandingkan dengan angka tahun lalu. Aset
tidak lancar meningkat sebesar 15,12% dibandingkan dengan tahun 2011. Aset tetap
mengalami kenaikan sebesar 18,24% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari
penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
Tidak ada perubahan goodwill di tahun 2012 karena goodwill tidak diamortisasi.
Unilever membukukan total liabilitas di akhir tahun 2012 sebesar Rp8,0 triliun yang
terdiri dari 94,0% liabilitas jangka pendek dan 6,0% liabilitas jangka panjang. Nilai total
liabilitas mengalami kenaikan sebesar Rp1,2 triliun atau 17,87% dari akhir tahun 2011.
Kenaikan liabilitas tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan liabilitas jangka pendek
sebesar Rp1,0 triliun atau 15,91% dari akhir tahun 2011 Ekuitas naik sebesar 7,81% atau
Rp287,4 miliar dari Rp3,7 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp3,9 triliun pada tahun 2012.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh laba tahun berjalan yang menutupi pembayaran
dividen interim pada tahun berjalan.
Tahun fiskal 2011 dibandingkan dengan tahun fiskal 2010
Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 20,47% dari Rp8,7 triliun di tahun 2010
menjadi Rp10,4 triliun di tahun 2011. Peningkatan nilai total aset yang utama berasal dari
aset tidak lancar. Aset lancar Unilever Indonesia meningkat 18,62% dari tahun 2010. Kas
dan setara kas unilever terdiri dari kas, bank, dan setara kas berupa deposito dengan total
keseluruhan sebesar Rp336 miliar dengan komposisi 79,0% dalam Rupiah dan 21,0% dalam
mata uang asing. Setara kas berupa deposito berjangka yang tidak dibatasi penggunaannya
adalah sebesar Rp9 miliar. Suku bunga deposito IDR selama tahun berjalan sebesar 4,15%
7,25%.
Kenaikan piutang usaha bersih sebesar 32,44% dari tahun 2010 mengikuti
pertumbuhan penjualan unilever. Di tahun 2011 unilever mencadangkan Rp3,4 miliar.
Pencadangan ini digunakan untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang
tidak tertagih. Persediaan meningkat sebesar 15,17%% dibandingkan dengan angka tahun
lalu. Penurunan pos pajak dibayar di muka dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh
penerimaan pembayaran lebih bayar pajak entitas anak sebesar Rp5 miliar
Aset tidak lancar meningkat sebesar 21,86% dibandingkan dengan tahun 2010
menjadi Rp6 triliun. Hal ini terutama disebabkan oleh penambahan aset tetap unilever. Aset
tetap mengalami kenaikan cukup signifikan, yakni sebesar 28,09% dari tahun lalu. Kenaikan
ini terutama berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka
peningkatan kapasitas produksi. Tidak ada perubahan goodwill di tahun 2011 karena
goodwill tidak diamortisasi.
Unilever membukukan total liabilitas di akhir tahun 2011 sebesar Rp6,8 triliun yang
terdiri dari 95,2% liabilitas jangka pendek dan 4,8% liabilitas jangka panjang. Nilai total
liabilitas mengalami kenaikan sebesar Rp2,1 miliar atau 46,19% dari akhir tahun 2010.
Kenaikan liabilitas tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan liabilitas jangka pendek
sebesar Rp2,1 miliar atau 47,67% dari akhir tahun 2010. Jumlah kenaikan liabilitas cukup
meningkat signifikan dibandingkan dengan kenaikan aset. Sedangkan pada ekuitas, terjadi
penurunan sebesar 9,09%.
Secara keseluruhan, melihat pada total aset peningkatan lebih besar pada tahun 2011
dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012 terjadi penurunan yang signifikan pada pos pajak
dibayar dimuka. Namun pada liabilitas, unilever mengurangi sumber pendanaan dari kreditor.
Hal ini dibuktikan dengan peningkatan liabilitas tahun 2011 sebesar 46,19%, namun pada
2012 peningkatan liabilitas hanya sebesar 17,87%. Sebaliknya perusahaan lebih memilih
untuk menambah ekuitas, pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 9,09% namun pada
2012 terjadi peningkatan ekuitas sebesar 7,81%. Hal ini sangat baik bagi perusahaan, karena
dengan berkurangnya sumber pendanaan dari liabilitas, maka perusahaan akan lebih banyak
menghemat beban bunga.

YEAR-TO-YEAR CHANGE ANALYSIS
Procter & Gamble Company dan PT Unilever Indonesia Tbk Dan Entitas
Penjualan P&G pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 4,56% dari tahun
2010 sedangkan penjualan unilever mengalami peningkatan sebesar 19,9% dari tahun 2010.
Terlihat bahwa pertumbuhan penjualan unilever lebih baik dari P&G, unilever terus
melakukan riset pasar untuk meningkatkan penjualannya. Pada laba bruto tahun 2011, P&G
meningkat 1,78% dan unilever meningkat 17,65%.
Pada 2011, kedua perusahaan memiliki kinerja yang baik, terlihat pada pos-pos
laporan laba rugi konsolidasi yang menunjukkan adanya peningkatan. Namun pada 2012,
P&G mengalami penurunan pada sebagian besar pos-pos pada laporan laba rugi konsolidasi
dan unilever mengalami peningkatan yang tidak lebih baik dari tahun 2011. Hal ini
disebabkan oleh adanya kenaikan harga pada bahan baku kedua perusahaan.
Dari laporan laba rugi konsolidasi, dapat dilihat kinerja unilever lebih baik daripada
P&G, P&G mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2011 sebesar 7,15% dan pada 2012
penurunan laba bersihnya sebesar 8,58%. Berbeda dengan unilever, perusahaan ini terus
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2011 laba bersih unilever mengalami
peningkatan sebesar 23,04% dan pada 2012 sebesar 16,21%.
Kinerja keuangan unilever yang lebih baik juga dapat dilihat pada neraca konsolidasi,
tahun 2011 total aset unilever mengalami peningkatan sebesar 20,47% dari tahun 2010 dan
tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 14,34% dari tahun 2011. Sedangkan pada P&G
total aset tahun 2011 meningkat sebesar 7,94% dari tahun 2010, namun pada tahun 2012
mengalami penurunan sebesar 4,42% dari tahun 2011.
Kewajiban unilever pada tahun 2011 meningkat sebesar 46,19% sedangkan P&G
sebesar 5,42% dari tahun 2010. Pada tahun 2012, kewajiban unilever mengalami peningkatan
sebesar 17,87% dan P&G mengalami penurunan sebesar 3,05% dari tahun 2011. Jumlah
kewajiban yang meningkat pada kedua perusahaan terkait dengan bertambah atau
berkurangnya aset pada masing-masing perusahaan.
Pada ekuitas tahun 2011 unilever mengalami penurunan sebesar 9,09% dan pada P&G
mengalami peningkatan di tahun 2011 sebesar 10,68% dari tahun 2010. Pada 2012, unilever
mengalami kenaikan ekuitas sebesar 7,81% dan pada P&G mengalami penurunan 4,42% dari
tahun 2012.
























ANALISIS TREN ANGKA INDEX

ANALISIS TREN ANGKA INDEX
P & G, DAN UNILEVER
TAHUN 2010, 2011, DAN 2012
I. ANALISIS TREN ANGKA INDEX P&G
Pada Analisis Tren angka Index P&G kami menetapkan tahun 2010 sebagai tahun dasar dari
perhitungkan tren angka index ini.
Laba rugi : (angka dalam jutaan dollar)
Setelah kelompok kami menganalisis laporan Laba Rugi pada Perusahaan Procter &
Gamble, P&G mengalami penurunan pada laba bersih perusahaan, dimana mengalami
penurunan sebesar 2% dari tahun ke tahun. Penjualan bersih yang dilakukan oleh P&G pada
tahun 2012 dan 2011 lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2010, akan
tetapi harga pokok penjualan P&G ikut meningkat juga yaitu pada tahun 2011 meningkat
sebesar 7,6% dimana kelompok kami melihat bahwa persediaan akhir di P&G ini mengalami
peningkatan pada tahun 2011, dan pada tahun 2011 ini P&G memproduksi terlalu berlebih
sehingga menyebabkan persediaan barang jadi akhir pada tahun 2011 ini meningkat. Dan
pada beban operasi perusahaan mengalami peningkatan juga setiap tahun yaitu 3,86%(2010-
2011), 2,71%(2011-2012), peningkatan ini sejalan dengan biaya yang dikeluarkan akibat
terjadinya peningkatan penjualan.
Pada tahun 2012 terjadi impairment atas goodwill sebesar $1,6 billion sebelum pajak,
dimana biaya dari impairment itu oleh P&G dibebankan ke laba rugi, yang mengakibatkan
laba operasi dari P&G tahun 2012 menjadi lebih kecil daripada tahun 2011 dan 2010. Laba
non operasi pada P&G mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 306,1%, tetapi pada
tahun 2012 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar -
86,59% dan jika dibandingkan dengan tahun 2010 laba non operasi mengalami peningkatan
drastis, Penurunan laba non operasi pada tahun 2012 itu karena dampak dari divestasi merek
kecil.
Beban bunga pada tahun 2012 lebih kecil daripada tahun 2012 dan 2011, karena
dampak dari tingkat bunga yang lebih rendah dari pada utang suku bunga mengambang dan
penurunan rata-rata hutang. Pajak penghasilan pada 2012 (86,33%) lebih tinggi daripada
tahun 2011(82,13%) dan lebih rendah daripada tahun 2010 (100%), karena pada tahun 2012
terjadi impairment yang dimana biaya tersebut termasuk non-deductible expense, yang tidak
bisa mengurangi beban pajak yang ditangguhkan dan dampak bersih dari keuntungan dari
penyesuaian diskrit dari ketidakpastian posisi pajak penghasilan.
Oleh karena itu, dampak yang terjadi pada kenaikan hpp, terdapatnya impairment
akan goodwill perusahaan mempengaruhi laba bersih dari P&G ini dimana laba bersih dari
P&G pada tahun 2012 sebesar 10756 mengalami penurunan dari tahun 2011 (92,63%)
sebesar -8,17% dan jika dibandingkan dengan tahun dasar yaitu tahun 2010 mengalami
penurunan sebesar -15,5%, hal ini akan mempengaruhi eps dari saham P&G dan investor
akan melihat bahwa terjadi penurunan eps pada perusahaan P&G, dan investor dapat
berprasangka buruk akan kinerja P&G jika dilihat pada sisi laporan laba rugi konsolidasi
P&G ini.
Neraca Konsolidasi : (angka dalam jutaan dollar)
Setelah kelompok kami menganalisa Neraca Konsolidasi pada perusahaan Procter &
Gamble, P&G mengalami peningkatan jumlah total Asset pada tahun 2011 sebesar 8% dan
penurunan pada tahun 2012 sebesar -5%. Aset lancar perusahaan yang terdiri dari kas dan
setara kas ini mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar -4% yang disebabkan karena
perusahaan membeli saham biasa yang beredar untuk meningkatkan harga per lembar saham,
dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 58% dari tahun 2011, dan 54% dari
tahun 2010.
Pada akun piutang usaha P&G mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 18%,
dan terjadi penurunan pada 2012 sebesar -4% apabila dibandingkan dengan tahun 2011, jika
dibandingkan dengan tahun 2010 maka tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar 14%, hal ini
disebabkan karena penjualan yang terjadi kebanyakan adalah secara kredit, sehingga
memunculkan akun piutang usaha dan menambah akun piutang usaha tersebut, dan memang
pada tahun 2011 terjadi peningkatan penjualan pada perusahaan P&G ini. Pada tahun 2012
penjualan juga meningkat dan pada tahun ini terjadi penurunan piutang usaha jika
dibandingkan dengan tahun lalu, dan diperkirakan terjadi pelunasan piutang dari piutang
tahun lalu.
Pada akun persediaan P&G terjadi kenaikan pada tahun 2011 dan 2012 jika
dibandingkan dengan tahun 2010, kenaikan pada tahun 2011 yaitu sebesar 16% dan tahun
2012 yaitu sebesar 5%, yang diperkirakan bahwa P&G melakukan produksi massal secara
besaran akibat dari peningkatan penjualan, dan dimana hal ini berakibat pada barang jadi
yang dihasilkan oleh P&G semakin banyak, dan persediaan akhir barang jadi P&G menjadi
lebih besar daripada tahun 2010. Pada tahun 2012 stok persediaan barang jadi P&G
mengalami penurunan yang diperkirakan persediaan barang jadi akhir tahun 2011 terjual dan
terjadi peningkatan penjualan di tahun 2012 yang dimana persediaan akhir pada tahun 2012
ini lebih sedikit daripada tahun 2011.
Pada Aset tak lancar perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 6%
dan penurunan pada tahun 2012 sebesar -6%, dimana akun-akun pada aset tak lancar terjadi
impairment/penurunan nilai yang terjadi pada tahun 2012.
Pendanaan lewat hutang di P&G lebih besar daripada pendanaan dari ekuitas
pemegang saham, hal ini dapat menyebabkan resiko yang tinggi pada pendanaan di P&G.
dengan melihat total liabilitas lancar P&G yang mengalami kenaikan pada tahun 2011
sebesar 12%, perusahaan pada saat terjadi peningkatan penjualan, P&G berproduksi secara
massal dan hal ini menyebabkan P&G kekurangan dana maka dari itu P&G melakukan
pinjaman-pinjaman ke kreditur untuk pendanaan pada operasi perusahaan, dan hal itu yang
menyebabkan total liabilitas lancar P&G meningkat sebesar 12% yaitu $ 27.293.000.000.
Sedangkan liabilitas tak lancar P&G tidak meningkat begitu drastic, hanya sebesar 1%,
dengan demikian P&G tidak melakukan pendanaannya lewat hutang jangka panjang, karena
Aset tetap perusahaan masih bisa berfungsi untuk memproduksi persediaan yang dibutuhkan,
dan P&G tidak melakukan penambahan investasi pada aset tak lancar perusahaannya.
Pendanaan lewat Ekuitas Pemegang saham yang dilakukan P&G memang lebih kecil
daripada pendanaan lewat hutang. Pada pendanaan lewat Ekuitas pemegang saham, P&G
melakukan pembelian kembali saham biasa pada tahun 2011 dan 2012 yang dimana
peningkatan jumlah saham treasuri ini sebesar 10% pada tahun 2011 dan 14% pada tahun
2012 jika dibandingkan dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dan perusahaan tidak
melakukan penerbitan saham biasa lagi, tetapi pada tahun 2012 saham treasuri perusahaan
bertambah. Dan terdapat peningkatan pada akumulasi laba/rugi komprehensif lainnya tahun
2012 sebesar 93% dari tahun 2011, dan penurunan pada tahun 2011 sebesar -74% dari tahun
2010.



II. ANALISIS TREN ANGKA INDEX UNILEVER
Pada analisis tren angka index ini, kelompok kami menetapkan tahun 2010 sebagai tahun
dasar dari perhitungan analisis tren angka index.
Laporan laba rugi : (angka dalam jutaan rupiah)
Pada Laporan Laba rugi milik Unilever mengalami kenaikan dibandingkan dengan
tahun 2010 yaitu sebesar 19,19% pada tahun 2011 dan 38,66% pada tahun 2012.Penjualan
yang meningkat ini berdampak baik bagi perusahaan, dimana pada tahun 2011 penjualan
dapat mencapai $23.469.218(dlam jutaan), dan pada tahun 2012 mencapai 27.303.248(dalam
jutaan). Dengan peningkatan penjualan pada perusahaan Unilever ini Harga pokok penjualan
perusahaan juga ikut mengalami peningkatan, dimana peningkatan ini lebih besar daripada
peningkatan penjualan per tahunnya yaitu pada tahun 2011 meningkat sebesar 20,85% dan
pada tahun 2012 meningkat sebesar 41,42% jika dibandingkan dengan tahun 2010. Angka-
angka pada HPP ini meningkat yang berarti perusahaan meningkatkan produksinya selama
tahun berjalan tersebut, pada tahun 2011 Unilever meningkatkan produksinya sebesar 20,85%
dan tahun 2012 meningkat sebesar 20,57% (dilihat dari data peningkatan harga pokok
penjualan per tahun(2012-2011, 2011-2010)).
Pada akun laba kotor mengalami kenaikan yaitu sebesar 17,65% pada tahun 2011 dan
36,1% pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2010. Peningkatan laba kotor ini
menandakan bahwa dari penjualan perusahaan tersebut perusahaan dapat memperoleh laba
kotor sebelum dikurangi dengan beban operasinya ini dengan peningkatan yang baik dimana
tiap tahun mengalami peningkatan.
Beban Operasi perusahaan yang terdiri dari beban pemasaran dan penjualan, beban
umum dan administrasi, Penghasilan lain-lain bersih. Beban pemasaran dan penjualan tahun
2011 mengalami peningkatan sebesar 15,92% dari tahun 2010, pada tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 30,2%. Dimana pada tahun 2011 dan 2012 perusahaan meningkatkan
biaya iklan dan riset pasar yang sangat besar, dengan ini perusahaan berusaha untuk
mengetahui kondisi pasar yang ada dan pengeluaran biaya promosi perusahaan pada tahun
2011 mengalami penurunan yang pada tahun 2010 sebesar 840.123 menurun sebesar 747.370
sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan yaitu sebesar 30.000 dari tahun 2011
(2011 : 747.370, 2012 : 717.790). dan perusahaan Unilever ini mengalami peningkatan biaya
distribusi, yaitu pada tahun 2010 sebesar 786.213, tahun 2011 sebesar 944.771, dan tahun
2012 sebesar 1.129.284, peningkatan biaya distribusi ini dikarenakan peningkatan penjualan
pada tahun 2011 dan tahun 2012, dimana unilever mendistribusikan persediaan barang
jadinya ke cabang-cabangnya yang terdapat di beberapa Negara.
Beban umum dan administrasi pada perusahaan Unilever mengalami peningkatan
sebesar 14,79% (2010-2011) dan 35,63% (2010-2012). Peningkatan beban umum dan
administrasi ini berhubungan dengan beban pemasaran dan penjualan dimana perusahaan
unilever harus membayar biaya jasa dan royalty, pada biaya jasa dan royalty perusahaan
mengalami peningkatan tiap tahunnya pada tahun 2010 sebesar 656.650, pada tahun 2011
sebesar 754.088, dan pada tahun 2012 sebesar 939.653.
Penghasilan lain-lain bersih perusahaan tidak bisa kami analisis karena tahun dasar
dari penghasilan lain-lain bersih ini menunjukkan jumlah yang negative, dan sebagai asumsi
pada tahun dasar seharusnya angkanya tidak boleh negative.Tetapi kalau dianalisis dari
angka-angka yang tertera pada laporan laba rugi penghasilan-lain-lain bersih ini mengalami
peningkatan pada tahun 2011 dan setelah itu pada tahun 2012 mengalami penurunan.
Dampak dari peningkatan penghasilan lain-lain ini pada laba operasi perusahaan, sehingga
laba operasi perusahaan bisa menjadi lebih tinggi, sebagai contoh yaitu pada tahun 2011
unilever memperoleh penghasilan lain-lain bersih senilai 112.700 dan laba operasi
perusahaan meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 5.568,110.
Laba operasi perusahaan meningkat pada tahun 2012 menjadi 6.498.107, dan pada
tahun 2011 menjadi 5.568.110, sedangkan pada tahun 2010 laba operasinya adalah
4.532.175, dimana kenaikan ini terjadi karena penjualan pada tahun 2011 dan pada tahun
2012 meningkat secara drastic, dan pada tahun 2011 terdapat laba/keuntungan dari
penghasilan lain-lain bersihnya. Peningkatan laba operasi ini berdampak baik, karena operasi
perusahaan unilever telah berkembang, yang dapat menghasilkan keuntungan yang
meningkat.
Akun penghasilan keuangan mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar -8,81%
dan pada tahun 2012 penghasilan keuangan meningkat sebesar 11,97%. Dan akun biaya
keuangan meningkat pada tahun 2011 yaitu sebesar 16,21% dan pada tahun 2012 meningkat
sebesar 185,88%, peningkatan akun penghasilan keuangan dan biaya keuangan ini sebanding
dengan kenaikan dari nilai liabilitas perusahaan, dimana pada tahun 2011 dan tahun 2012,
liabilitas perusahaan meningkat diantaranya yaitu utang usaha, pinjaman, utang pajak, akrual,
dan pada liabilitas lancar perusahaan ini dapat menimbulkan biaya bunga yang harus dibayar
oleh perusahaan.
Laba sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar 22,64%(2010-2011) dan pada
tahun 2012 hanya meningkat sebesar 19,62% (2011-2012), dan jika dibandingkan dengan
tahun 2010 maka laba sebelum pajak penghasilan pada tahun 2012 meningkat sebesar
42,26%, peningkatan laba ini berarti perusahaan dapat membayar beban pajak penghasilan
yang dikenakan oleh pemerintah. Beban pajak penghasilan yang dikenakan 25,2% dari laba
sebelum pajak penghasilan, yang dimana laba sebelum pajak penghasilan ini dipengaruhi
juga oleh peningkatan penjualan, sehingga beban pajak penghasilan yang dikenakan untuk
perusahaan unilever ini juga ikut meningkat. Pada tahun 2010-2011 beban pajak penghasilan
meningkat sebesar 21,48%, dan pada tahun 2011-2012 meningkat sebesar 18,7%, beban
pajak penghasilan perusahaan unilever dari tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 40,18%.
Laba bersih yang diperoleh oleh unilever setiap tahun mengalami peningkatan sebesar
23,04% (2010-2011), 19,94% (2011-2012), dan 42,97% (2010-2012). Peningkatan laba
bersih perusahaan unilever ini menandakan bahwa perusahaan telah meningkat kinerja
perusahaannya sehingga memperoleh laba bersih yang cukup besar.Perolehan laba bersih ini
dapat menarik minat para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan
unilever, dan menandakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan dapat berlangsung lama.
Neraca Konsolidasi : (angka dalam jutaan rupiah)
Neraca konsolidasi milik unilever ini memiliki kenaikan yang besar pada tahun 2011
dan berlanjut pada tahun 2012 juga.Jumlah Aset tahun 2010-2011 mengalami kenaikan yaitu
sebesar 20%, dan pada tahun 2011-2012 mengalami kenaikan sebesar 17%. Aset ini dibagi
menjadi 2 yaitu aset lancar dan aset tak lancar, dimana aset lancar dan aset tak lancar unilever
mengalami kenaikan juga, diperkirakan pada tahun 2011 dan tahun 2012 unilever melakukan
investasi pada aset lancar dan aset tak lancarnya.
Aset lancar perusahaan unilever ini terdiri dari beberapa akun yaitu diantaranya : Kas
dan setara kas, akun kas dan setara kas perusahaan meningkat pada tahun 2011 yaitu sebesar
6% dan pada tahun 2012(jika dibandingkan dengan tahun 2011) terjadi penurunan jumlah kas
dan setara kas perusahaan sebesar -34%, dan jika dibandingkan dengan tahun 2010 maka kas
pada tahun 2012 menurun sebesar -28%, dimana pada tahun 2011 unilever terjadi
peningkatan penjualan, dan pada saat itu kas yang diterima perusahaan menjadi lebih
banyak,dan pada tahun 2011 perusahaan lebih banyak mendapatkan pendanaan dari utang
usaha serta utang jangka panjangnya. Dan pada tahun 2011 perusahaan lebih banyak
berinvestasi pada aset tetapnya Dan pada tahun 2012 kas dan setara kas ini di investasikan
pada aset tetap perusahaan, serta perusahaan menambah pinjaman hutangnya kepada pihak
kreditur. Dan juga pada tahun 2012 operasi perusahaan juga meningkat yang menghasilkan
arus kas bersih sebesar 5.191.646 lebih kecil dari tahun 2011 yaitu sebesar 5.458.478.Dan
pada setiap tahunnya unilever membagikan dividen kas kepada pemegang sahamnya dimana
ini mempertandakan bahwa kondisi perusahaan unilever bagus.
Akun piutang usaha unilever mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 32%
(2010-2011) dan pada tahun 2012 sebesar 22% (2011-2012), dan kenaikan 55% pada tahun
2010-2012. Kenaikan piutang usaha ini juga dpengaruhi oleh kenaikan dari penjualan
unilever, yang dimana terdapat penjualan kredit di unilever, yang dimana ini memiliki resiko
akan tidak tertagihnya piutang usaha dari pelanggan unilever.
Akun uang muka dan piutang lain-lain pada unilever mengalami penurunan pada
tahun 2011 sebesar -39% dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 69%(2011-
2012) dan 30% (2010-2012). Pada tahun 2011 uang muka yg diberikan dari perusahaan telah
habis jangka waktunya dan pada tahun 2012 unilever menambah uang muka dan piutang lain-
lainnya.
Akun Persediaan pada perusahaan unilever mengalami peningkatan dari tahun 2011
sebesar 15% (2010-2011) dan tahun 2012 sebesar 16% (2011-2012), dan peningkatan dari
tahun 2010-2012 yaitu sebesar 31%. Peningkatan akun persediaan ini menandakan bahwa
unilever memperbanyak produksi barang jadinya untuk memenuhi kebutuhan akan
permintaan barang dagang, yang dimana dapat dilihat dari peningkatan penjualan pada tahun
2011 dan tahun 2012 yang meningkat begitu pesatnya. Dan akibat dari peningkatan produksi
barang jadi tersebut, persediaan akhir perusahaan semakin tinggi tetapi hal itu tidaklah
dikatakan jelek, karena apabila penjualannya meningkat maka persediaan barang dagang
yang usang akan semakin berkurang kemungkinannya.
Akun pajak dibayar dimuka mengalami penurunan pada tahun 2011 (-7%) dan tahun
2012 (-86%) yang disebabkan peningkatan pajak dari penjualan perusahaan serta omset
perusahaan bertambah besar, hal ini menyebabkan tangguhan pajak tersebut semakin
berkurang, untuk mengurangi pajak yang akan dibayar.
Aset tak lancar perusahaan unilever juga mengalami peningkatan diantaranya terdapat
beberapa akun di dalam aset tak lancar ini yaitu :
Aset tetap perusahaan unilever mengalami peningkatan dari tahun 2010-2011 sebesar
28% dan dari tahun 2011-2012 sebesar 23%, dan dari tahun 2010-2012 terjadi peningkatan
sebesar 51%. Dilihat dari data peningkatan ini, unilever pada tahun 2011 dan 2012
menginvestasikan dananya untuk pembelian aset tetap perusahaan, yang digunakan untuk
kegiatan operasi perusahaan, dimana hal ini untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan.
Peningkatan aset tetap ini berdampak baik bagi perusahaan, karena perusahaan bisa
berproduksi lebih banyak lagi, dan dapat meningkatkan penjualannya serta produksi massal
tersebut akan dapat mengurangi Harga pokok penjualan terhadap produk barang dagang
unilever.
Aset tak berwujud unilever mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar -10% dan
tahun 2012 sebesar -8%. Sedangkan goodwill perusahaan tidak mengalami penurunan dan
penambahan. Aset tak lancar lainnya pada perusahaan mengalami peningkatan pada tahun
2011 sebesar 50% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar -10% dan jika
dibandingkan dari tahun 2010-2012 terjadi kenaikan sebesar 40%.
Peningkatan jumlah aset ini menurut kelompok kami bagus, tetapi pada kenaikan
piutang usaha tersebut dapat berdampak buruk apabila piutang tersebut tidak tertagih terlebih
lagi, piutang usaha perusahaan melibatkan mata uang asing, yang dimana apabila tidak
dilindungi nilainya maka perusahaan akan mengalami kerugian apabila terjadi penurunan
nilai mata uang asingnya.
Sistem pendanaan pada perusahaan unilever ini 75% berasal dari hutang/kreditor
sedangkan sisanya dari pendanaan ekuitas/investor, peningkatan yang tinggi pada
hutang/liabilitas perusahaan pada tahun 2011 sebesar 46% dan pada tahun 2012 sebesar
26%(2011-2012), dan selama tahun 2010-2012 pendanaan perusahaan lewat hutang
meningkat sebesar 72%, dimana hal ini dapat berisiko tinggi akan ketidak sanggupan unilever
untuk membayar beban bunga yang ditetapkan oleh kreditor pada tiap tahunnya sebelum
jatuh tempo. Pendanaan yang terbesar yaitu pada liabilitas jangka pendeknya dimana total
liabilitas jangka pendeknya mengalami peningkatan sebesar 48% dari tahun 2010-2011, dan
23% dari tahun 2011-2012, dari tahun 2010-2012 pendanaan perusahaan lewat liabilitas
lancarnya yaitu sebesar 71%. Hal ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena
perusahaan harus dapat melunasi hutang-hutangnya kepada kreditur dalam jangka waktu
yang dekat, dimana hal ini bergantung pada operasi perusahaan, sehingga perusahaan harus
meningkatkan kinerja operasinya agar dapat memperoleh laba yang maksimal.
Liabilitas lancar perusahaan terdiri dari pinjaman dari bank dan pihak berelasi, yang
dimana pinjaman ini meningkat dari tahun 2010-2011 sebesar 268% dan tahun 2010-2012
sebesar 447%.Utang usaha perusahaan juga meningkat dari tahun 2010-2011 sebesar 34%,
dan dari tahun 2010-2012 sebsar 52%.Utang pajak perusahaan meningkat dari tahun 2010-
2011 sebesar 116% dan pada tahun 2010-2012 meningkat sebesar 149%. Akrual perusahaan
meningkat sebesar 51% (2010-2011) dan pada tahun 2012 meningkat sebesar 53%(2010-
2012). Sedangkan utang lain-lain mengalami penurunan sebesar -6% dan tahun 2010-2012
mengalami peningkatan sebsar 29%. Peningkatan liabilitas ini sangat beresiko terhadap
perusahaan, yang dimana perusahaan ini lagi membutuhkan dana secara cepat untuk kegiatan
operasinya.
Liabilitas jangka panjang perusahaan juga mengalami peningkatan, diantaranya
peningkatan pada liabilitas pajak tangguhan tahun 2010-2011 sebesar 42%, dan tahun 2010-
2012 sebesar 154%. Peningkatan liabilitas jangka panjang ini seiring dengan peningkatan aset
tetap perusahaan, dimana perusahaan melakukan pendaanaan lewat hutang jangka panjang
untuk membeli aset tetap yang akan digunakan untuk meningkatkan produksi barang jadi di
perusahaan unilever.
Ekuitas perusahaan unilever tidak mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi
pada tahun 2011 justru ekuitas perusahaan menurun sebesar -9%, dan meningkat kembali
pada tahun 2012 sebesar 7% (2011-2012) tetapi apabila dibandingkan dengan 2010, pada
tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 2% pada total ekuitas perusahaan. Modal saham
perusahaan tidak mengalami peningkatan serta tambahan modal disetor perusahaan unilever.
Saldo laba mengalami penurunan sebesar -10% (2010-2011) dan 2% (2010-2012).
Penurunan saldo laba ini dikarenakan terjadinya pembayaran dividen kas kepada para
pemegang saham, yang dimana pembagian dividen ini terjadi setiap tahunnya, hal ini
berpengaruh juga ke ekuitas perusahaan.



P&G VS UNILEVER
Kesimpulan :
P&G dan unilever sama-sama memiliki system pendanaan yang terbesar pada hutang,
tetapi pada P&G memiliki kemampuan untuk menutup semua hutang tersebut karena pada
P&G, memiliki saham treasuri yang ada dengan kapasitas melebihi total liabilitas yang dia
punya. System pendanaan di P&G sangat kuat karena dapat menutupi total liabilitas yang
ada. Sedangkan pada unilever, system pendanaannya kebanyakan dari hutang, dan pendanaan
dari ekuitas pemegang saham masih kurang, dan apabila hutangnya tidak bisa dibayar, maka
pendanaan dari ekuitas tidak bisa menutupi seluruh hutang-hutang yang ada di unilever.
P&G dan unilever sama-sama meningkat penjualannya dari tahun 2011 dan tahun
2012, tetapi unilever lebih unggul daripada P&G karena meskipun P&G meningkat
penjualannya tetapi terdapat beban-beban yang muncul dan mengurangi laba dari perusahaan
tersebut sehingga laba tersebut menjadi semakin kecil. Dan laba perusahaan P&G mengalami
penurunan dari tahun 2010-2011-2012, sedangkan unilever mengalami peningkatan laba
bersih perusahaan dari tahun 2010-2011-2012.
P&G tidak berinvestasi untuk menambah aset tetapnya, sedangkan unilever
berinvestasi pada aset tetapnya, yang dimana itu mendorong kinerja produksi perusahaan
untuk memproduksi barang jadi, dan untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat, dan dapat
meningkatkan penjualannya.
Jadi, menurut kelompok kami, Unilever yang lebih baik, karena peningkatan kinerja
perusahaan di unilever lebih berkembang daripada di P&G meskipun system pendanaan P&G
bagus, tetapi dengan peningkatan operasi perusahaan unilever, mampu melunasi hutang
jangka pendeknya. Dan perusahaan unilever ini sudah menglobal, dan produk-produknya
sudah dikenal oleh masyarakat, hal ini dapat membuat unilever berkembang dan dapat
melunasi seluruh hutang-hutangnya.
























COMMON-SIZE ANALYSIS

Common-Size untuk Laporan Posisi Keuangan PT. Unilever
Tahun 2010
Aset yang dimiliki oleh PT. Unilever terbagi atas aset lancar dan aset tidak lancar,
dimana jumlah aset tidak lancar memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan jumlah aset
lancar. Pada tahun 2010, jumlah aset lancar yang dimiliki oleh PT. Unilever sebesar 43,08%
dari total asetnya. Sedangkan jumlah aset tidak lancarnya memiliki proporsi sebesar 56,92%
dari total asetnya.
Aset lancar yang dimiliki PT. Unilever cenderung didominasi oleh persediaan yang
memiliki proporsi terbesar dalam aset lancar dengan nilai sebesar 18,09% dari total aset, yang
kemudian diikuti oleh piutang usaha yang memiliki proporsi sebesar 18,02% dari total aset.
Sedangkan kas dan setara kas hanya memiliki proporsi sebesar 3,65% dari total aset.
Pada aset tidak lancar yang dimiliki PT. Unilever, terdapat akun aset tetap yang
mendominasi jumlah aset tidak lancar dengan proporsi sebesar 47,68% dari total aset. Selain
itu, terdapat aset tak berwujud yang memiliki proporsi 7,43% dari total aset. Sedangkan untuk
goodwill, beban pensiun dibayar dimuka, dan aset tidak lancar lainnya hanya memiliki
persentase yang kecil, yaitu kurang dari 1%.
Liabilitas dan ekuitas yang dimiliki oleh PT. Unilever terbagi atas liabilitas dan
ekuitas, dimana jumlah liabilitas memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan jumlah
ekuitas. Pada tahun 2010, jumlah liabilitas yang dimiliki PT. Unilever memiliki nilai sebesar
53,47% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah ekuitasnya memiliki proporsi
sebesar 46,53% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas sendiri terdiri atas liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Pada tahun 2010, jumlah liabilitas jangka pendek PT. Unilever memiliki proporsi sebesar
50,60% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah liabilitas jangka panjangnya hanya
memiliki proporsi sebesar 2,87% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas jangka pendek milik PT. Unilever sebagian besar dikarenakan adanya utang
usaha dan akrual, yang masing-masing memiliki proporsi sebesar 20,88% dan 16,79% dari
total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan pada liabilitas jangka panjang, akun kewajiban imbalan
kerja jangka panjang-bagian tidak lancar-lah yang mendominasi dengan proporsi sebesar
2,29% dari total liabilitas dan ekuitas. Dan pada ekuitas terdapat saldo laba yang belum
dicadangkan, dengan proporsi terbesar yaitu 44,34% dari total liabilitas dan ekuitas.
Apabila dilihat dari sisi likuiditasnya, kondisi keuangan yang dihadapi oleh PT.
Unilever untuk tahun 2010 nampak kurang likuid. Hal ini dikarenakan jumlah liabilitas
jangka pendeknya lebih besar dibandingkan jumlah aset tidak lancarnya, yang berarti jumlah
aset lancar yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas jangka pendek
perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang lebih besar daripada jumlah
ekuitas, perusahaan masih dapat terus beroperasi karena total aset lancar dan saldo laba masih
mencukupi untuk menutup total liabilitas tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan, dimana untuk tahun 2010 total liabilitas yang terjadi sebesar 53,47%. Namun
perusahaan masih memiliki aset lancar sebesar 43,08% dan saldo laba sebesar 46,49%, untuk
menutup/membayar liabilitas tersebut [ (43,08%+46,49%) 53,47% = 36,1% ]. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk memenuhi liabilitas perusahaan cukup
banyak.
Tahun 2011
Pada tahun 2011, jumlah aset yang dimiliki oleh PT. Unilever masih didominasi oleh
total aset tidak lancarnya dengan persentase 57,58% dari total aset, sedangkan aset lancarnya
memiliki persentase 42,42% dari total aset. Bila dibandingkan dengan tahun 2010, persentase
untuk aset lancar PT. Unilever mengalami penurunan, dan sebaliknya untuk aset tidak
lancarnya mengalami kenaikan.
Aset lancar yang dimiliki PT. Unilever cenderung didominasi oleh piutang usaha yang
memiliki proporsi terbesar dalam aset lancar dengan nilai sebesar 19,81% dari total aset, yang
kemudian diikuti oleh persediaan yang memiliki proporsi sebesar 17,29% dari total aset.
Sedangkan kas dan setara kas hanya memiliki proporsi sebesar 3,21% dari total aset.
Kenaikan yang terjadi pada piutang usaha di tahun 2011 ini mengikuti pertumbuhan
penjualan Unilever Indonesia. Sedangkan kenaikan pada persediaan dikarenakan terdapatnya
penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai yang meningkat.
Pada aset tidak lancar yang dimiliki PT. Unilever, terdapat akun aset tetap yang
mendominasi jumlah aset tidak lancar dengan proporsi sebesar 50,70% dari total aset. Selain
itu, terdapat aset tak berwujud yang memiliki proporsi 5,57% dari total aset. Sedangkan untuk
goodwill dan aset tidak lancar lainnya hanya memiliki persentase yang kecil, yaitu kurang
dari 1%. Kenaikan pada aset tetap yang terjadi di tahun 2011 ini dikarenakan adanya
penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
Sedangkan kenaikan pada aset lain-lain lebih dikarenakan meningkatnya uang jaminan
jangka panjang serta sewa dibayar dimuka jangka panjang.
Liabilitas dan ekuitas yang dimiliki oleh PT. Unilever terbagi atas liabilitas dan
ekuitas, dimana jumlah liabilitas memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan jumlah
ekuitas. Pada tahun 2011, jumlah liabilitas yang dimiliki PT. Unilever memiliki nilai sebesar
64,88% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah ekuitasnya memiliki proporsi
sebesar 35,12% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas sendiri terdiri atas liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Pada tahun 2011, jumlah liabilitas jangka pendek PT. Unilever memiliki proporsi sebesar
62,03% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah liabilitas jangka panjangnya hanya
memiliki proporsi sebesar 2,86% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas jangka pendek milik PT. Unilever sebagian besar dikarenakan adanya utang
usaha dan akrual, yang masing-masing memiliki proporsi sebesar 23,22% dan 21,08% dari
total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan pada liabilitas jangka panjang, akun kewajiban imbalan
kerja jangka panjang-bagian tidak lancar-lah yang mendominasi dengan proporsi sebesar
2,18% dari total liabilitas dan ekuitas. Dan pada ekuitas terdapat saldo laba yang belum
dicadangkan, dengan proporsi terbesar yaitu 33,28% dari total liabilitas dan ekuitas.
Apabila dilihat dari sisi likuiditasnya, kondisi keuangan yang dihadapi oleh PT.
Unilever untuk tahun 2011 nampak kurang likuid. Hal ini dikarenakan jumlah liabilitas
jangka pendeknya lebih besar dibandingkan jumlah aset tidak lancarnya, yang berarti jumlah
aset lancar yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas jangka pendek
perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang lebih besar daripada jumlah
ekuitas, perusahaan masih dapat terus beroperasi karena total aset lancar dan saldo laba masih
mencukupi untuk menutup total liabilitas tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan, dimana untuk tahun 2011 total liabilitas yang terjadi sebesar 64,88%. Namun
perusahaan masih memiliki aset lancar sebesar 42,42% dan saldo laba sebesar 35,07%, untuk
menutup/membayar liabilitas tersebut [ (42,42%+35,07%) 64,88% = 12,61% ]. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk memenuhi liabilitas perusahaan cukup
banyak.
Tahun 2012
Pada tahun 2012, jumlah aset yang dimiliki oleh PT. Unilever masih didominasi oleh
aset lancarnya dengan persentase 42,02% dari total aset, sedangkan total aset tidak lancarnya
memiliki persentase 57,98% dari total aset. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, persentase
untuk aset lancar PT. Unilever mengalami penurunan, dan sebaliknya untuk aset tidak
lancarnya mengalami kenaikan.
Aset lancar yang dimiliki PT. Unilever cenderung didominasi oleh piutang usaha yang
memiliki proporsi terbesar dalam aset lancar dengan nilai sebesar 20,24% dari total aset, yang
kemudian diikuti oleh persediaan yang memiliki proporsi sebesar 17,20% dari total aset.
Sedangkan kas dan setara kas hanya memiliki proporsi sebesar 1,92% dari total aset.
Kenaikan yang terjadi pada piutang usaha di tahun 2012 ini mengikuti pertumbuhan
penjualan Unilever Indonesia. Sedangkan penurunan pada persediaan dikarenakan
terdapatnya penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai yang menurun.
Pada aset tidak lancar yang dimiliki PT. Unilever, terdapat akun aset tetap yang
mendominasi jumlah aset tidak lancar dengan proporsi sebesar 52,43% dari total aset. Selain
itu, terdapat aset tak berwujud yang memiliki proporsi 4,45% dari total aset. Sedangkan untuk
goodwill dan aset tidak lancar lainnya hanya memiliki persentase yang kecil, yaitu kurang
dari 1%. Kenaikan pada aset tetap yang terjadi di tahun 2012 ini dikarenakan adanya
penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
Liabilitas dan ekuitas yang dimiliki oleh PT. Unilever terbagi atas liabilitas dan
ekuitas, dimana jumlah liabilitas memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan jumlah
ekuitas. Pada tahun 2012, jumlah liabilitas yang dimiliki PT. Unilever memiliki nilai sebesar
66,89% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah ekuitasnya memiliki proporsi
sebesar 33,11% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas sendiri terdiri atas liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Pada tahun 2012, jumlah liabilitas jangka pendek PT. Unilever memiliki proporsi sebesar
62,88% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah liabilitas jangka panjangnya hanya
memiliki proporsi sebesar 4,01% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas jangka pendek milik PT. Unilever sebagian besar dikarenakan adanya utang
usaha dan akrual, yang masing-masing memiliki proporsi sebesar 23,06% dan 18,69% dari
total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan pada liabilitas jangka panjang, akun kewajiban imbalan
kerja jangka panjang-bagian tidak lancar-lah yang mendominasi dengan proporsi sebesar
2,95% dari total liabilitas dan ekuitas. Dan pada ekuitas terdapat saldo laba yang belum
dicadangkan, dengan proporsi terbesar yaitu 31,55% dari total liabilitas dan ekuitas.
Apabila dilihat dari sisi likuiditasnya, kondisi keuangan yang dihadapi oleh PT.
Unilever untuk tahun 2012 nampak kurang likuid. Hal ini dikarenakan jumlah liabilitas
jangka pendeknya lebih besar dibandingkan jumlah aset tidak lancarnya, yang berarti jumlah
aset lancar yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas jangka pendek
perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang lebih besar daripada jumlah
ekuitas, perusahaan masih dapat terus beroperasi karena total aset lancar dan saldo laba masih
mencukupi untuk menutup total liabilitas tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan, dimana untuk tahun 2012 total liabilitas yang terjadi sebesar 66,89%. Namun
perusahaan masih memiliki aset lancar sebesar 42,02% dan saldo laba sebesar 33,11%, untuk
menutup/membayar liabilitas tersebut [ (42,02%+33,11%) 66,89% = 8,24% ]. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk memenuhi liabilitas perusahaan cukup
banyak.

Common-Size untuk Laporan Posisi Keuangan PT. Procter & Gamble
Tahun 2010
Aset yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble terbagi atas aset lancar dan aset tidak
lancar, dimana total aset tidak lancar memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan total
aset lancar. Pada tahun 2010, total aset lancar yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble
adalah sebesar 15%. Sedangkan total aset tidak lancarnya memiliki persentase sebesar 85%.
Aset lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble cenderung didominasi oleh
persediaan yang memiliki proporsi terbesar dalam aset lancar dengan nilai sebesar 5% dari
total aset, yang kemudian diikuti oleh piutang usaha yang memiliki proporsi sebesar 4% dari
total aset. Sedangkan kas dan setara kas hanya memiliki proporsi sebesar 2% dari total aset.
Pada aset tidak lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble, terdapat akun aset tak
berwujud yang mendominasi jumlah aset tidak lancar dengan proporsi sebesar 67% dari total
aset. Selain itu, terdapat pabrik, properti, dan peralatan bersih yang memiliki proporsi 15%
dari total aset. Sedangkan untuk aset tak lancar lainnya hanya memiliki persentase 4%.
Liabilitas dan ekuitas yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble terbagi atas liabilitas
dan ekuitas, dimana jumlah liabilitas memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan
jumlah ekuitas. Pada tahun 2010, jumlah liabilitas yang dimiliki PT. Unilever memiliki nilai
sebesar 52% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah ekuitasnya memiliki proporsi
sebesar 48% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas sendiri terdiri atas liabilitas lancar dan liabilitas tak lancar. Pada tahun 2010,
jumlah liabilitas lancar PT. Procter & Gamble memiliki proporsi sebesar 19% dari total
liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah liabilitas tak lancarnya memiliki proporsi sebesar
33% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas lancar milik PT. Procter & Gamble terdiri atas hutang usaha, bunga yang
timbul dan liabilitas lainnya, dan hutang jatuh tempo dalam 1 tahun, yang masing-masing
memiliki proporsi sebesar 6%; 7% dan 7% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan pada
liabilitas tak lancar, akun hutang jangka panjang-lah yang mendominasi dengan proporsi
sebesar 17% dari total liabilitas dan ekuitas. Dan pada ekuitas terdapat saldo laba, dengan
proporsi terbesar yaitu 50% dari total liabilitas dan ekuitas.
Apabila dilihat dari sisi likuiditasnya, kondisi keuangan yang dihadapi oleh PT.
Procter & Gamble untuk tahun 2010 nampak kurang likuid. Hal ini dikarenakan jumlah
liabilitas lancarnya lebih besar dibandingkan jumlah aset tidak lancarnya, yang berarti jumlah
aset lancar yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas lancar perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang lebih besar daripada jumlah
ekuitas, perusahaan masih dapat terus beroperasi karena total aset lancar dan saldo laba masih
mencukupi untuk menutup total liabilitas tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan, dimana untuk tahun 2010 total liabilitas yang terjadi sebesar 52%. Namun
perusahaan masih memiliki aset lancar sebesar 15% dan saldo laba sebesar 50%, untuk
menutup/membayar liabilitas tersebut [ (15%+50%) 52% = 13% ]. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk memenuhi liabilitas perusahaan cukup banyak.

Tahun 2011
Pada tahun 2011, jumlah aset yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble masih
didominasi oleh aset tidak lancarnya dengan persentase 84% dari total aset, sedangkan total
aset lancarnya memiliki persentase 16% dari total aset. Bila dibandingkan dengan tahun
2010, persentase untuk aset lancar PT. Unilever mengalami kenaikan, dan sebaliknya untuk
aset tidak lancarnya mengalami penurunan.
Aset lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble cenderung didominasi oleh
persediaan dan piutang usaha yang memiliki proporsi terbesar dalam aset lancar dengan nilai
sebesar 5% dari total aset. Sedangkan kas dan setara kas hanya memiliki proporsi sebesar 2%
dari total aset.
Pada aset tidak lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble, terdapat akun aset tak
berwujud yang mendominasi jumlah aset tidak lancar dengan proporsi sebesar 65% dari total
aset. Selain itu, terdapat pabrik, properti, dan peralatan bersih yang memiliki proporsi 15%
dari total aset. Sedangkan untuk aset tak lancar lainnya hanya memiliki persentase 4%.
Liabilitas dan ekuitas yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble terbagi atas liabilitas
dan ekuitas, dimana jumlah liabilitas memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan
jumlah ekuitas. Pada tahun 2011, jumlah liabilitas yang dimiliki PT. Unilever memiliki nilai
sebesar 51% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah ekuitasnya memiliki proporsi
sebesar 49% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas sendiri terdiri atas liabilitas lancar dan liabilitas tak lancar. Pada tahun 2011,
jumlah liabilitas lancar PT. Procter & Gamble memiliki proporsi sebesar 20% dari total
liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah liabilitas tak lancarnya memiliki proporsi sebesar
31% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas lancar milik PT. Procter & Gamble terdiri atas hutang usaha, bunga yang
timbul dan liabilitas lainnya, dan hutang jatuh tempo dalam 1 tahun, yang masing-masing
memiliki proporsi sebesar 6%; 7% dan 7% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan pada
liabilitas tak lancar, akun hutang jangka panjang-lah yang mendominasi dengan proporsi
sebesar 16% dari total liabilitas dan ekuitas. Dan pada ekuitas terdapat saldo laba, dengan
proporsi terbesar yaitu 51% dari total liabilitas dan ekuitas.
Apabila dilihat dari sisi likuiditasnya, kondisi keuangan yang dihadapi oleh PT.
Procter & Gamble untuk tahun 2011 nampak kurang likuid. Hal ini dikarenakan jumlah
liabilitas lancarnya lebih besar dibandingkan jumlah aset tidak lancarnya, yang berarti jumlah
aset lancar yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas lancar perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang lebih besar daripada jumlah
ekuitas, perusahaan masih dapat terus beroperasi karena total aset lancar dan saldo laba masih
mencukupi untuk menutup total liabilitas tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan, dimana untuk tahun 2011 total liabilitas yang terjadi sebesar 51%. Namun
perusahaan masih memiliki aset lancar sebesar 16% dan saldo laba sebesar 51%, untuk
menutup/membayar liabilitas tersebut [ (16%+51%) 51% = 16% ]. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk memenuhi liabilitas perusahaan cukup banyak.
Tahun 2012
Pada tahun 2012, jumlah aset yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble masih
didominasi oleh aset tidak lancarnya dengan persentase 83% dari total aset, sedangkan total
aset lancarnya memiliki persentase 17% dari total aset. Bila dibandingkan dengan tahun
2011, persentase untuk aset lancar PT. Unilever mengalami kenaikan, dan sebaliknya untuk
aset tidak lancarnya mengalami penurunan.
Aset lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble cenderung didominasi oleh
persediaan dan piutang usaha yang memiliki proporsi terbesar dalam aset lancar dengan nilai
sebesar 5% dari total aset. Sedangkan kas dan setara kas hanya memiliki proporsi sebesar 3%
dari total aset.
Pada aset tidak lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble, terdapat akun aset tak
berwujud yang mendominasi jumlah aset tidak lancar dengan proporsi sebesar 64% dari total
aset. Selain itu, terdapat pabrik, properti, dan peralatan bersih yang memiliki proporsi 15%
dari total aset. Sedangkan untuk aset tak lancar lainnya hanya memiliki persentase 4%.
Liabilitas dan ekuitas yang dimiliki oleh PT. Procter & Gamble terbagi atas liabilitas
dan ekuitas, dimana jumlah liabilitas memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan
jumlah ekuitas. Pada tahun 2021, jumlah liabilitas yang dimiliki PT. Unilever memiliki nilai
sebesar 52% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah ekuitasnya memiliki proporsi
sebesar 48% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas sendiri terdiri atas liabilitas lancar dan liabilitas tak lancar. Pada tahun 2012,
jumlah liabilitas lancar PT. Procter & Gamble memiliki proporsi sebesar 19% dari total
liabilitas dan ekuitas. Sedangkan jumlah liabilitas tak lancarnya memiliki proporsi sebesar
33% dari total liabilitas dan ekuitas.
Liabilitas lancar milik PT. Procter & Gamble terdiri atas hutang usaha, bunga yang
timbul dan liabilitas lainnya, dan hutang jatuh tempo dalam 1 tahun, yang masing-masing
memiliki proporsi sebesar 6%; 6% dan 7% dari total liabilitas dan ekuitas. Sedangkan pada
liabilitas tak lancar, akun hutang jangka panjang-lah yang mendominasi dengan proporsi
sebesar 16% dari total liabilitas dan ekuitas. Dan pada ekuitas terdapat saldo laba, dengan
proporsi terbesar yaitu 57% dari total liabilitas dan ekuitas.
Apabila dilihat dari sisi likuiditasnya, kondisi keuangan yang dihadapi oleh PT.
Procter & Gamble untuk tahun 2012 nampak kurang likuid. Hal ini dikarenakan jumlah
liabilitas lancarnya lebih besar dibandingkan jumlah aset tidak lancarnya, yang berarti jumlah
aset lancar yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas lancar perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki jumlah liabilitas yang lebih besar daripada jumlah
ekuitas, perusahaan masih dapat terus beroperasi karena total aset lancar dan saldo laba masih
mencukupi untuk menutup total liabilitas tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui
perhitungan, dimana untuk tahun 2012 total liabilitas yang terjadi sebesar 52%. Namun
perusahaan masih memiliki aset lancar sebesar 17% dan saldo laba sebesar 57%, untuk
menutup/membayar liabilitas tersebut [ (17%+57%) 52% = 22% ]. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dana yang tersedia untuk memenuhi liabilitas perusahaan cukup banyak.
Kesimpulan:
Dari kedua perusahaan (Unilever dan Procter & Gamble), apabila dibandingkan dari sisi
laporan posisi keuangan, perusahaan Procter & Gamble lebih baik dibandingkan perusahaan
Unilever. Hal ini dikarenakan:
1. PT. Procter & Gamble memiliki aset di tahun 2012 yang terdiri dari total aset lancar
sebesar 17% dan total aset tak lancar sebesar 83%. Sedangkan PT. Unilever memiliki
jumlah aset di tahun 2012 yang terdiri dari jumlah aset lancar sebesar 42,02% dan
jumlah aset tidak lancar sebesar 57,98%. Dari 42,02% jumlah aset lancar yang
dimiliki PT. Unilever, terdapat persediaan dan piutang usaha sebesar 17,20% dan
20,24%. Sedangkan dari 17% total aset lancar yang dimiliki PT. Procter & Gamble,
terdapat total persediaan dan persediaan yang sama yaitu sebesar 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa PT. Unilever memiliki risiko terjadinya kerugian piutang tak
tertagih yang lebih besar dibandingkan PT. Procter & Gamble. Selain itu persentase
persediaan yang tinggi pada PT. Unilever mengindikasikan adanya kemungkinan
bahwa perputaran persediaannya lambat. Oleh karenanya, diantara kedua perusahaan
tersebut, PT. Procter & Gamble yang lebih baik, karena persentase piutang dan
persediaannya lebih kecil.
2. Apabila dilihat dari likuiditasnya (tahun 2012), PT. Procter & Gamble lebih likuid
dibandingkan PT Unilever. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan total aset lancar
dibanding total liabilitas lancar milik PT. Procter & Gamble yaitu sebesar 89% [(17%
: 19%) = 89%]. Sedangkan pada PT. Unilever, perbandingan antara jumlah aset lancar
dengan jumlah kewajiban jangka pendek adalah sebesar 66,83% [(42,02% : 62,88%)
= 66,83%]. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan PT.
Procter & Gamble dalam memenuhi liabilitas lancarnya dengan aset lancar yang
tersedia lebih baik daripada PT. Unilever.
3. Dari persentase total ekuitas dengan total liabilitas (tahun 2012), PT. Procter &
Gamble memiliki persentase yang hampir sama untuk ekuitas dan total liabilitasnya
yaitu 52% untuk total liabilitas dan 48% untuk total ekuitasnya. Sedangkan PT.
Unilever memiliki persentase jumlah liabilitas yang lebih besar dibandingkan jumlah
ekuitasnya yaitu sebesar 66,89% untuk jumlah liabilitas dan 33,11% untuk jumlah
ekuitasnya. Hal ini berarti bahwa PT. Unilever memiliki hutang yang lebih besar
dibandingkan PT. Procter & Gamble. Selain itu, jika dilihat dari jumlah saldo laba
(Retain Earning), PT. Procter & Gamble memiliki persentase yang cukup besar yaitu
sebesar 57%, sedangkan PT. Unilever hanya memiliki 33,11% saldo laba. Oleh
karenanya dapat dikatakan bahwa PT. Procter & Gamble memiliki dana yang lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan perusahaan seperti pelunasan liabilitas dan
pembagian dividen kepada pemegang saham.

Common-Size untuk Laporan Laba Rugi PT. Unilever
Tahun 2010
Di tahun 2010, jumlah penjualan bersih yang diperoleh PT. Unilever adalah sebesar
Rp 19.690.239.000.000. Dari penjualan bersih ini diperoleh laba bruto sebesar 51,83% dari
penjualan bersih, sebagai akibat dari pengurangan harga pokok penjualan sebesar 48,17%
dari penjualan bersih terhadap penjualan bersih yang memiliki persentase 100%.
Selanjutnya, setelah mengurangkan beberapa beban yang berkaitan dengan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk, diperoleh laba usaha sebesar 23,02% dari penjualan bersih.
Dalam hal ini, salah satu beban yang dimaksud adalah beban pemasaran dan penjualan yang
memiliki nilai sebesar 22,97% dari penjualan bersih.
Dengan adanya penghasilan keuangan dan biaya keuangan, perusahaan memperoleh
laba sebelum pajak penghasilan sebesar 23,09% dari penjualan bersih. Dan setelah
pengurangan oleh beban pajak penghasilan, diperoleh laba tahun berjalan sebesar 17,19%
dari penjualan bersih.
Oleh karena tidak ada pendapatan atau beban komprehensif yang diperoleh oleh PT.
Unilever, maka jumlah pendapatan komprehensif tahun berjalan tidak mengalami perubahan,
dan besarnya sama dengan laba tahun berjalan yang telah disebutkan sebelumnya. Akhirnya,
setelah distribusi kepada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali, diperoleh
laba bersih yang dibagikan kepada PT. Unilever sebesar 17,19% dari penjualan bersih.
Tahun 2011
Di tahun 2011, jumlah penjualan bersih yang diperoleh PT. Unilever adalah sebesar
Rp 23.469.218.000.000. Dari penjualan bersih ini diperoleh laba bruto sebesar 51,16% dari
penjualan bersih, sebagai akibat dari pengurangan harga pokok penjualan sebesar 48,84%
dari penjualan bersih terhadap penjualan bersih yang memiliki persentase 100%.
Penjualan yang terjadi di tahun 2011 ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dikarenakan terjadinya peningkatan penjualan produk-produk melalui
distributor-distributor di dalam negeri dan peningkatan penjualan ekspor. Selain itu,
peningkatan harga pokok penjualan disebabkan karena kenaikan pembelian bahan baku
sebagai akibat naiknya volume pembelian.
Selanjutnya, setelah mengurangkan beberapa beban yang berkaitan dengan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk, diperoleh laba usaha sebesar 23,73% dari penjualan bersih.
Dalam hal ini, salah satu beban yang dimaksud adalah beban pemasaran dan penjualan yang
memiliki nilai sebesar 22,34% dari penjualan bersih.
Dengan adanya penghasilan keuangan dan biaya keuangan, perusahaan memperoleh
laba sebelum pajak penghasilan sebesar 23,75% dari penjualan bersih. Nilai ini meningkat
dibandingkan tahun 2010 yang dikarenakan meningkatnya volume penjualan. Dan setelah
pengurangan oleh beban pajak penghasilan, diperoleh laba tahun berjalan sebesar 17,74%
dari penjualan bersih.
Oleh karena tidak ada pendapatan atau beban komprehensif yang diperoleh oleh PT.
Unilever, maka jumlah pendapatan komprehensif tahun berjalan tidak mengalami perubahan,
dan besarnya sama dengan laba tahun berjalan yang telah disebutkan sebelumnya. Akhirnya,
setelah distribusi kepada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali, diperoleh
laba bersih yang dibagikan kepada PT. Unilever sebesar 17,74% dari penjualan bersih.
Tahun 2012
Di tahun 2012, jumlah penjualan bersih yang diperoleh PT. Unilever adalah sebesar
Rp 27.303.248.000.000. Dari penjualan bersih ini diperoleh laba bruto sebesar 50,87% dari
penjualan bersih, sebagai akibat dari pengurangan harga pokok penjualan sebesar 49,13%
dari penjualan bersih terhadap penjualan bersih yang memiliki persentase 100%.
Penjualan yang terjadi di tahun 2012 ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dikarenakan terjadinya peningkatan penjualan produk-produk melalui
distributor-distributor di dalam negeri dan peningkatan penjualan ekspor. Selain itu,
peningkatan harga pokok penjualan disebabkan karena kenaikan pembelian bahan baku
sebagai akibat naiknya volume pembelian.
Selanjutnya, setelah mengurangkan beberapa beban yang berkaitan dengan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk, diperoleh laba usaha sebesar 23,80% dari penjualan bersih.
Dalam hal ini, salah satu beban yang dimaksud adalah beban pemasaran dan penjualan yang
memiliki nilai sebesar 21,57% dari penjualan bersih.
Dengan adanya penghasilan keuangan dan biaya keuangan, perusahaan memperoleh
laba sebelum pajak penghasilan sebesar 23,68% dari penjualan bersih. Nilai ini meningkat
dibandingkan tahun 2011 yang dikarenakan meningkatnya volume penjualan. Dan setelah
pengurangan oleh beban pajak penghasilan, diperoleh laba tahun berjalan sebesar 17,72%
dari penjualan bersih.
Oleh karena tidak ada pendapatan atau beban komprehensif yang diperoleh oleh PT.
Unilever, maka jumlah pendapatan komprehensif tahun berjalan tidak mengalami perubahan,
dan besarnya sama dengan laba tahun berjalan yang telah disebutkan sebelumnya. Akhirnya,
setelah distribusi kepada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali, diperoleh
laba bersih yang dibagikan kepada PT. Unilever sebesar 17,72% dari penjualan bersih.

Common-Size untuk Laporan Laba Rugi PT. Procter & Gamble
Tahun 2010
Di tahun 2010, jumlah penjualan bersih yang diperoleh PT. Procter & Gamble adalah
sebesar $77.567.000.000. Dari penjualan bersih ini diperoleh laba kotor sebesar 52,25% dari
penjualan bersih, sebagai akibat dari pengurangan harga pokok penjualan sebesar 47,75%
dari penjualan bersih terhadap penjualan bersih yang memiliki persentase 100%.
Selanjutnya, setelah mengurangkan beberapa beban yang berkaitan dengan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk, diperoleh laba operasi sebesar 20,39% dari penjualan
bersih. Dalam hal ini, salah satu beban yang dimaksud adalah beban penjualan, umum, dan
administrasi yang memiliki nilai sebesar 31,96% dari penjualan bersih.
Dengan adanya beban bunga, perusahaan memperoleh laba dari kegiatan operasi
menerus sebelum pajak sebesar 19,17% dari penjualan bersih. Dan setelah pengurangan oleh
pajak penghasilan dari operasi menerus, diperoleh laba bersih dari operasi menerus sebesar
13,99% dari penjualan bersih.
Setelah penambahan laba bersih dari operasi yang dihentikan dan pengurangan oleh
laba bersih yang dibagikan kepada hak nonpengendali, akhirnya diperoleh laba bersih yang
dibagikan kepada Procter & Gamble sebesar 16,42%.
Tahun 2011
Di tahun 2011, jumlah penjualan bersih yang diperoleh PT. Procter & Gamble adalah
sebesar $81.104.000.000. Dari penjualan bersih ini diperoleh laba kotor sebesar 50,85% dari
penjualan bersih, sebagai akibat dari pengurangan harga pokok penjualan sebesar 49,15%
dari penjualan bersih terhadap penjualan bersih yang memiliki persentase 100%.
Selanjutnya, setelah mengurangkan beberapa beban yang berkaitan dengan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk, diperoleh laba operasi sebesar 19,52% dari penjualan
bersih. Dalam hal ini, salah satu beban yang dimaksud adalah beban penjualan, umum, dan
administrasi yang memiliki nilai sebesar 31,75% dari penjualan bersih.
Dengan adanya beban bunga, perusahaan memperoleh laba dari kegiatan operasi
menerus sebelum pajak sebesar 18,49% dari penjualan bersih. Dan setelah pengurangan oleh
pajak penghasilan dari operasi menerus, diperoleh laba bersih dari operasi menerus sebesar
14,42% dari penjualan bersih.
Setelah penambahan laba bersih dari operasi yang dihentikan dan pengurangan oleh
laba bersih yang dibagikan kepada hak nonpengendali, akhirnya diperoleh laba bersih yang
dibagikan kepada Procter & Gamble sebesar 14,55%.
Tahun 2012
Di tahun 2012, jumlah penjualan bersih yang diperoleh PT. Procter & Gamble adalah
sebesar $83.680.000.000. Dari penjualan bersih ini diperoleh laba kotor sebesar 49,34% dari
penjualan bersih, sebagai akibat dari pengurangan harga pokok penjualan sebesar 50,66%
dari penjualan bersih terhadap penjualan bersih yang memiliki persentase 100%.
Selanjutnya, setelah mengurangkan beberapa beban yang berkaitan dengan kegiatan
pemasaran dan penjualan produk, diperoleh laba operasi sebesar 16,20% dari penjualan
bersih. Dalam hal ini, salah satu beban yang dimaksud adalah beban penjualan, umum, dan
administrasi yang memiliki nilai sebesar 31,57% dari penjualan bersih.
Dengan adanya beban bunga, perusahaan memperoleh laba dari kegiatan operasi
menerus sebelum pajak sebesar 15,28% dari penjualan bersih. Dan setelah pengurangan oleh
pajak penghasilan dari operasi menerus, diperoleh laba bersih dari operasi menerus sebesar
11,13% dari penjualan bersih.
Setelah penambahan laba bersih dari operasi yang dihentikan dan pengurangan oleh
laba bersih yang dibagikan kepada hak nonpengendali, akhirnya diperoleh laba bersih yang
dibagikan kepada Procter & Gamble sebesar 12,85%.
Kesimpulan:
Apabila kedua perusahaan (Unilever dan Procter & Gamble) dibandingkan dari sisi laporan
laba ruginya, Unilever lebih baik dibandingkan perusahaan Procter & Gamble. Hal ini
dikarenakan:
1. PT. Unilever memiliki persentase harga pokok penjualan yang lebih kecil
dibandingkan PT. Procter & Gamble, sehingga laba kotor yang diperoleh PT.
Unilever lebih besar dibandingkan PT. Procter & Gamble, yaitu sebesar 51,83% di
tahun 2010, sebesar 51,16% di tahun 2011, dan sebesar 50,87% di tahun 2012.
2. Laba sebelum pajak penghasilan diperoleh PT. Unilever lebih besar dibandingkan
laba dari kegiatan operasi menerus sebelum pajak yang diperoleh PT. Procter &
Gamble, misalnya untuk tahun 2012, laba sebelum pajak PT. Unilever sebesar
23,68% sedangkan laba dari kegiatan operasi menerus sebelum pajak PT. Procter &
Gamble sebesar 15,28%. Selain memiliki laba sebelum pajak yang lebih besar
dibandingkan PT. Procter & Gamble, besarnya nilai laba sebelum pajak penghasilan
ini cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2010 ke 2012 yaitu sebesar 23,09% di
tahun 2010 dan sebesar 23,68% di tahun 2012.
3. Selain itu, laba bersih yang dibagikan kepada PT. Unilever setelah distribusi kepada
kepentingan nonpengendali memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan PT.
Procter & Gamble. Dimana laba bersih yang dibagikan kepada PT. Unilever pada
tahun 2010 sebesar 17,19%; pada tahun 2011 sebesar 17,74%; dan pada tahun 2012
sebesar 17,72%.



























RATIO ANALYSIS

PERHITUNGAN RATIO ANALYSIS
PROCTER & GAMBLE COMPANY
1. Liquidity
a.





b.






c.






d.







2. Capital Structure and Solvency
2010 :
Total Debt to equity = Total Liabilities
Shareholder Equity
= 66733
61439
= 1.09
Total Long term debt to equity = Long-term Liabilites
Shareholders equity
= 42451
61439
= 0.69
Times interest earned = Income before income taxes and interest expense
Interest expense
= 15814
946
= 16.72
2011 :
Total Debt to equity =Total Liabilities
Shareholder Equity
= 70353
68001
= 1.04
Total Long term debt to equity = Long-term Liabilites
Shareholders equity
= 43060
68001
= 0.63




Times interest earned = Income before income taxes and interest expense
Interest expense
= 15828
831
= 19.05
2012 :
Total Debt to equity =Total Liabilities
Shareholder Equity
= 68209
64035
= 1.07
Total Long term debt to equity = Long-term Liabilites
Shareholders equity
= 43302
64035
= 0.676
Times interest earned = Income before income taxes and interest expense
Interest expense
= 13554
769
= 17.63

3. Return on Investment

a.














b.







4. Operating Performance
2010 :
Gross Profit margin = Sales Cost of sales
Sales
= 40525
77567
= 0.52 / 52%
Operating Profit Margin(Pretax) = Income From operations
Sales
= 15814
77567
= 0.204 / 20,4%
Net Profit Margin = Net Income
Sales
= 12846
77567
= 0.17 / 17%



2011 :
Gross Profit margin = Sales Cost of sales
Sales
= 41245
81104
= 0.51 / 51%
Operating Profit Margin(Pretax) = Income From operations
Sales
= 15828
81104
= 0.195 / 19,5%
Net Profit Margin = Net Income
Sales
= 11927
81104
= 0.147 / 14,7%
2012 :
Gross Profit margin = Sales Cost of sales
Sales
= 41289
83680
= 0.49 / 49%
Operating Profit Margin(Pretax) = Income From operations
Sales
= 13554
83680
= 0.162 / 16,2%
Net Profit Margin = Net Income
Sales
= 10904
83680
= 0.13 / 13%

5. Asset Utilization
Tahun 2010-2011
Cash turnover =


= 28,72
Account receivable turnover =


= 13,97
Inventory turnover =



=


= 5,79
Working capital turnover =



= 14,98
PPE turnover =


= 4,00
Total asset turnover =


= 0,61
Tahun 2011-2012
Cash turnover =


= 23,23
Account receivable turnover =


= 13,56
Inventory turnover =



=


= 6,01
Working capital turnover =



= 20,12
PPE turnover =


= 4,02
Total asset turnover =


= 0,62
6. Market Measures
a. Price-to earnings =




2010 =

= 14,11
2011 =

= 15,80
2012 =

= 17,85

b. Earnings yield =




2010 =

= 7,08%
2011 =

= 6,32%
2012 =

= 5,60%

c. Dividend yield =




2010 =

= 3,10%
2011 =

= 3,17%
2012 =

= 3,27%

d. Dividend payout rate =




2010 =

= 43,80%
2011 =

= 50,13%
2012 =

= 58,47%

e. Price-to-book =




2010 =

= 2,57
2011 =

= 2,71
2012 =

= 2,72


PERHITUNGAN RATIO ANALYSIS
PT UNILEVER INDONESIA TBK DAN ENTITAS

1. Liquidity
a.





b.






c.






d.




2. Capital Structure and Solvency
2010 :
Total Debt to equity = Total Liabilities
Shareholder Equity
= 4652409
4048853
= 1.15 x

Total Long term debt to equity = Long-term Liabilites
Shareholders equity
= 249469
4048853
= 0.062x

Times interest earned = Income before income taxes and interest expense
Interest expense
= 4532175
36395
= 124.53x
2011 :
Total Debt to equity = Total Liabilities
Shareholder Equity
= 6801375
3680937
= 1.85x

Total Long term debt to equity = Long-term Liabilites
Shareholders equity
= 299694
3680937
= 0.081x


Times interest earned = Income before income taxes and interest expense
Interest expense
= 5568110
26500
= 210.12x
2012 :
Total Debt to equity =Total Liabilities
Shareholder Equity
= 8016614
3968365
= 2.02
Total Long term debt to equity = Long-term Liabilites
Shareholders equity
= 480718
3968365
= 0.12x
Times interest earned = Income before income taxes and interest expense
Interest expense
= 6498107
68887
= 94.33x

3. Return on Investment
a.












b.






4. Operating Performance
2010 :
Gross Profit margin = Sales Cost of sales
Sales
= 40525
77567
= 0.52 / 52%
Operating Profit Margin(Pretax) = Income From operations
Sales
= 15814
77567
= 0.204 / 20,4%
Net Profit Margin = Net Income
Sales
= 12846
77567
= 0.166 / 16,6%
2011 :
Gross Profit margin = Sales Cost of sales
Sales
= 41245
81104
= 0.509 / 50,9%

Operating Profit Margin(Pretax) = Income From operations
Sales
= 15828
81104
= 0.195 / 19,5%
Net Profit Margin = Net Income
Sales
= 11927
81104
= 0.147 / 14,7%
2012 :
Gross Profit margin = Sales Cost of sales
Sales
= 41289
83680
= 0.493 / 49,3%

Operating Profit Margin(Pretax) = Income From operations
Sales
= 13554
83680
= 0.162 / 16,2%

Net Profit Margin = Net Income
Sales
= 10904
83680
= 0.13 / 13%

5. Asset Utilization
Tahun 2010-2011
Cash turnover =


= 71,78
Account receivable turnover =


= 12,88
Inventory turnover =



=


= 6,77
Working capital turnover =



= 17,31
PPE turnover =


= 4,96
Total asset turnover =


= 2,44
Tahun 2011-2012
Cash turnover =


= 96,51
Account receivable turnover =


= 12,13
Inventory turnover =



=


= 6,92
Working capital turnover =



= 11,99
PPE turnover =


= 4,71
Total asset turnover =


= 2,43
6. Market Measures
a. Price-to earnings =



2010 =

= 37,16
2011 =

= 34,43
2012 =

= 32,89
b. Earnings yield =



2010 =

= 2,69%
2011 =

=2,90%
2012 =

= 3,04%

c. Dividend yield =



2010 =

= 2,42%
2011 =

= 3,16%
2012 =

= 2,86%

d. Dividend payout rate =



2010 =

= 89,86%
2011 =

= 108,79%
2012 =

= 94,01%

e. Price-to-book =



2010 =

= 2,60
2011 =

= 3,07
2012 =

= 3,14


RATIO ANALYSIS
Procter & Gamble Company dan PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas
1. Liquidity
Dapat dilihat dari likuiditas P&G bahwa tingkat likuiditasnya dibawah 1 sehingga
dapat disimpulkan tingkat pengembalian kewajiban jangka pendeknya kurang begitu baik,
tapi dari tahun ke tahun rasio lancar P&G mengalami kenaikan yang cukup berarti
sehingga dapat dilihat bahwa P&G berusaha terus memperbaiki kinerja dalam
pengembalian kewajiban jangka pendeknya.ini juga merupakan hal yang sama dialami
oleh unilever tingkat pengembalian jangka pendeknya di bawah 1 sehingga dapat
disimpulakan bila dibandingkan dengan pesaing P&G tidak dianggap buruk karena
pesaingnya juga mengalami hal yang sama. Dalam quick ratio atau berapa banyak aset
yang dapat diuangkan di P&G ini mengalami kenaikan tiap tahunya sehingga menunjukan
kinerja P&G yang baik, bila dibandingan dengan unilever , P&G ini memiliki keunggulan
dalam quick ratio dibandingkan dengan unilever. Adapun periode untuk mengkoleksi yang
dapat ditangani oleh P&G mulai dari 25 hari hingga 26 hari ini dianggap cukup baik dalam
periode pengoleksian.bila dibandingakan dengan unilever periode pengoleksian P&G
dapat dinilai baik karena sedikit lebih kecil dari unilever. Jumlah penjualan pun berkurang
tiap tahunnya ini menunjukan bahwa P&G bisa dengan cepat menjual persediaan ataupun
produknya ke masyarakat. Namun ketika dibandingkan dengan unilever P&G memang
sedikit lebih lama dibanding dengan unilever ketika menjual produknya.
2. Capital Structure and Solvency
P&G
Tahun 2010
a. Total Debt to equity
P&G memiliki pendanaan terbesar dari hutang, dimana pendanaan hutang ini 1,09x
lebih besar daripada pendanaan ekuitasnya, pendanaan dari hutang memiliki resiko
yang tinggi, tetapi treasuri shares yang ada pada P&G dapat menutupi seluruh hutang
dari P&G.
b. Total Long term debt to equity
Pendanaan dari hutang salah satunya adalah dari hutang jangka panjang. Pendanaan
dari hutang jangka panjang P&G jika dibandingkan dengan pendanaan dari ekuitas
besarnya adalah 0,69x dari ekuitasnya, ini berarti P&G dapat melunasi hutang jangka
panjangnya.
c. Times interest earned
Laba Operasi P&G tahun 2010 dapat melunasi beban bunganya, dimana laba
operasinya ini 16,72x lebih besar dari pada beban bunga dari hutang-hutang yang
harus dibayarkan P&G
2011 :
a. Total Debt to equity
Pendanaan dari hutang P&G pada tahun 2011 lebih besar 1,04x dari total
ekuitasnya.P&G masih bisa melunasi semua hutangnya, karena saham treasuri yang
ditahan lebih tinggi dari nilai libilitasnya.
b. Total Long term debt to equity
Total hutang jangka panjang P&G adalah 0,63x dari total ekuitasnya, dimana ini nilai
ekuitas jauh lebih besar dari hutang jangka panjangnya, dan dapat disimpulkan bahwa
P&G sanggup untuk melunasi hutang jangka panjangnya.
c. Times interest earned
Laba operasi P&G tahun 2011 adalah 19,05x lebih besari dari beban bunga yang
harus dibayarkan pada tahun itu. Kemampuan P&G dalam melunasi seluruh beban
bunga dari hutang-hutang P&G ini bagus.
2012 :
a. Total Debt to equity
Total liabilitas P&G adalah 1,07x lebih besar daripada total ekuitasnya, tetapi total
pendanaan hutangnya tidak berbeda jauh dengan nilai ekuitasnya, dan pada tahun
2012 P&G masih dapat melunasi seluruh hutang, karena P&G memiliki saham
b. Total Long term debt to equity
Pendanaan hutang jangka panjang P&G adalah 0,676x lebih besar dari pendanaan
ekuitasnya, akan tetapi hal ini tidak berdampak buruk pada P&G karena kesanggupan
P&G untuk melunasi hutangnya bisa terlihat pada saldo laba yang dimiliki oleh P&G
jauh lebih besar dari seluruh hutang P&G, dan P&G memiliki saham treasuri yang
bisa diterbitkan kembali.
c. Times interest earned
Jumlah laba operasi perusahaan adalah 17,63x lebih besar dari pada beban bunga
yang harus dibayarkan oleh perusahaan.Dan 17,63x ini berarti perusahaan mampu
membayar beban bunga dari hutang-hutangnya ini.
UNILEVER
2010
a. Total Debt to equity
Total pendanaan dari hutang Unilever adalah 1,15x dari total ekuitasnya, dimana
pendanaan dari hutang lebih besar daripada ekuitas dan ini berisiko tinggi, karena
dilihat dari neraca perusahaan, saldo laba perusahaan lebih kecil daripada total
hutangnya, sehingga dapat diragukan untuk perusahaan dalam melunasi semua
hutangnya.
b. Total Long term debt to equity
Total hutang jangka panjang perusahaan adalah 0,062x dari total ekuitasnya, dimana
perusahaan mampu untuk melunasi hutang jangka panjangnya.
c. Times interest earned
Total laba operasi perusahaan sebelum pengenaan beban bunga dan pajak adalah
124,53x dari total beban bunga pada tahun 2010, dimana perusahaan mampu untuk
melunasi beban bunga dari hutang-hutang perusahaan sebanyak 124,53x.
2011 :
a. Total Debt to equity
Total pendanaan hutang dari Unilever adalah 1,85x dari total ekuitasnya, dimana
angka ini bisa menimbulkan resiko yang tinggi, dan saldo laba perusahaan tidak bisa
menandingi seluruh hutang perusahaan.
b. Total Long term debt to equity
Total hutang jangka panjang perusahaan adalah 0,081x dari total ekuitasnya.
Perusahaan dapat melunasi hutang jangka panjangnya ini karena saldo laba
perusahaan tahun 2011 mencukupi untuk melunasi saldonya ini.
c. Times interest earned
Laba operasi perusahaan adalah 210,12x dari total beban bunga yang harus
dibayarkan oleh Unilever. dan Unilever dapat melunasi beban bunga dari hutang-
hutangnya sebanyak 210,12x, angka ini adalah bagus.
2012 :
a. Total Debt to equity
Total pendanaan dari hutang di perusahaan unilever adalah 2,02x dari total ekuitas
perusahaan. Unilever menambah pendanaan lewat hutang, dimana kl dilihat
pendanaan dari hutang unilever ini semakin lama semakin meningkat, ini akan
menyebabkan resiko yang tinggi dari perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya
terlebih lagi hutang-hutang unilever dalam jangka waktu pendek lah yang lebih
banyak.
b. Total Long term debt to equity
Total hutang jangka panjang perusahaan adalah 0,12x dari total ekuitasnya. Hutang
jangka panjang perusahaan meningkat pada tahun 2012, dan pada saat ini perusahaan
menambahkan investasi aset tetapnya untuk beroperasi lebih.Dan diharapkan
perusahaan dapat melunasi hutang jangka panjangnya nanti meskipun totalnya 0,12x
lebih besar dari pendanaan ekuitas perusahaan.
c. Times interest earned
Laba operasi perusahaan adalah 94,33x lebih besar daripada total beban bunga yang
ditanggung oleh perusahaan akan hutang-hutang perusahaan. Angka ini tergolong
bagus, karena perusahaan dapat melunasi bunga-bunga yang dikenakan dari hutang-
hutang perusahaan.
Kesimpulan : Apabila dibandingkan P&G dan Unilever berdasarkan rasio ini P&G lebih
unggul dalam menangani pendanaan hutangnya lewat pendanaan ekuitas, sedangkan
pendanaan hutang dari unilever sangat besar dan pendanaan dari ekuitasnya tidak sebanding
dengan pendanaan hutangnya, yang dimana unilever ini berfokus pada kinerja operasi
perusahaan selama 1 periode untuk menghasilkan laba di dalam memenuhi pelunasan hutang
perusahaan. Laba kotor, laba operasi, laba bersih yang dihasilkan oleh P&G dan Unilever
sama-sama menurun dari tahun ke tahun dan persentase pada tahun 2012 antara unilever dan
P&G sebesar 13%, dan laba kotor dari P&G serta Unilever kira-kira sebesar 49% -49,3%, ini
menandakan bahwa persaingan P&G dan unilever sangat ketat, karena laba kotor yang
dihasilkan oleh kedua perusahaan hamper sama.


3. Return on Investment
Dianalisis bagian ROI ini kita dapat melihat bahwa perusahaan P&G ini memiliki
tingkat pengembalian investasi yang baik. Baik dilihat dari ROA 62% (pihak internal)
maupun ROE 126% (pihak eksternal) sehingga dapat dinilai adanya pembagian deviden
yang lancar tiap tahunya kepada pemegang saham. Persentase perhitungan baik ROA
(pihak internal) maupun ROE (pihak eksternal) keduanya selalu mengalami kenaikan tiap
tahunnya. Bila di bandingkan dengan pesaing bahwa pesaing juga memiliki tingkat ROA
yang cukup baik namun di ROA ini P&G lebih unggul dibanding dengan unilever

4. Operating Performance
P&G
2010
a. Gross Profit margin
Laba kotor yang dimiliki perusahaan adalah 52% dari penjualan bersihnya, dimana ini
menandakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari penjualan
bersihnya atau besarnya laba yang diperoleh dari penjualan bersihnya adalah 52%,
dan perusahaan sanggup untuk melunasi beban-beban operasi yang ada nantinya.
b. Operating Profit Margin(Pretax)
Laba Operasi perusahaan adalah 20,4% dari total penjualan bersihnya, dimana dari
keseluruhan operasi, perusahaan mampu menghasilkan laba operasi 20,4% dari
penjualannya, dimana laba operasi ini digunakan untuk menanggung beban bunga dan
pajak.
c. Net Profit Margin
Laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dari total penjualan bersihnya adalah
17%, dimana angka inilah yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk dividen untuk mensejahterakan pemegang sahamnya.




2011
a. Gross Profit margin
Laba kotor perusahaan dari total penjualan bersihnya adalah 51%, terjadi penurunan
laba kotor perusahaan dari tahun 2010-2011, tetapi laba kotor ini masih mampu untuk
menanggung beban-beban operasi perusahaan.
b. Operating Profit Margin(Pretax
Laba operasi perusahaan setelah pengurangan beban-beban operasi, adalah 19,5% dari
total penjualannya, dimana penjualan yang dilakukan oleh P&G akan menghasilkan
laba operasi sebesar 19,5% dari totalnya.
c. Net Profit Margin
Laba bersih yang dihasilkan dari total penjualan P&G adalah 14,7%. Dimana laba
bersih inilah yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
dividen.
2012
a. Gross Profit margin
Laba kotor P&G pada tahun 2012 adalah 49% dari total penjualannya, dimana
penjualan bersih P&G dapat menghasilkan 49% laba kotor, dan laba kotor ini yang
akan dikurangi dengan beban-beban operasi P&G, tetapi angka ini mengalami
penurunan dari tahun 2011-2012, tetapi masih dalam kondisi baik.
b. Operating Profit Margin(Pretax)
Laba operasi yang didapatkan dari total penjualannya adalah 16,2%. Persentase laba
operasi ini mengalami penurunan pada tahun 2012 ini, tetapi masih dalam kondisi
yang baik untuk dapat melunasi beban bunga dan pajaknya.
c. Net Profit Margin
Laba bersih yang dihasilkan oleh P&G adalah 13% dari total penjualannya, dimana
laba bersih ini akan digunakan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dalam
wujud dividen dan sebagian akan digunakan untuk operasi perusahaan selanjutnya.



UNILEVER
2010 :
a. Gross Profit margin
Perusahaan dapat menghasilkan laba kotor 52% dari total penjualannya, dimana
angka ini tergolong baik, untuk menutupi beban-beban operasi perusahaan nantinya.
b. Operating Profit Margin(Pretax)
Laba operasi perusahaan adalah 20,4% dari total penjualan bersihnya, dimana
perusahaan mampu menghasilkan laba operasi dari penjualan bersihnya ini setelah
pengurangan terhadap beban-beban operasi perusahaan. Angka ini tergolong bagus,
karena perusahaan nantinya akan melunasi beban bunga serta beban pajak untuk
menghasilkan laba bersih.
c. Net Profit Margin
Laba bersih perusahaan adalah 16,6% dari total penjualannya. Perusahaan dapat
menghasilkan laba bersih setelah pengurangan beban bunga dan pajak dari total
penjualannya sebesar 16,6% dan ini tergolong bagus.
2011 :
a. Gross Profit margin
Laba kotor perusahaan dihasilkan 50,9% dari total penjualannya. Angka ini tergolong
bagus untuk menutupi beban-beban operasi perusahaan. Laba kotor yang didapat
tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 1,1% dari tahun 2010.
b. Operating Profit Margin(Pretax)
Laba operasi perusahaan yang dihasilkan adalah 19,5% dari total penjualannya. Laba
operasi ini mengalami penurunan dari tahun 2010 sebanyak 0,9%. Dan masih
tergolong bagus untuk perusahaan unilever ini.
c. Net Profit Margin
Laba bersih perusahaan adalah 14,7% dari total penjualannya, dimana angka ini masih
tergolong baik, meskipun mengalami penurunan dari tahun 2010. Laba bersih ini yang
akan digunakan perusahaan untuk dibagikan ke para pemegang saham dalam bentuk
dividen.


2012 :
a. Gross Profit margin
Laba kotor perusahaan adalah 49,3% dari total penjualannya, dimana setiap penjualan
yang terjadi pada tahun 2012 kira-kira menghasilkan laba kotor sebanyak 49,3%.
Laba kotor perusahaan ini menurun dari tahun 2011 ke 2012.Tetapi masih tergolong
dalam kondisi baik.
b. Operating Profit Margin (Pretax)
Laba operasi perusahaan yang dihasilkan adalah 16,2% dari total penjualan bersihnya.
Dimana laba operasi ini merupakan kinerja operasi perusahaan.Laba operasi
perusahaan menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Tetapi perusahaan
masih mampu untuk menanggung beban bunga dan pajak yang ada.
c. Net Profit Margin
Laba bersih perusahaan adalah 13% dari total penjualannya. Laba bersih ini yang
akan dibagikan kepada para pemegang saham yang ada pada perusahaan unilever.
Dan laba bersih ini akan digunakan untuk operasi perusahaan selanjutnya.
Kesimpulan: Apabila dibandingkan P&G dan Unilever berdasarkan rasio ini P&G lebih
unggul dalam menangani pendanaan hutangnya lewat pendanaan ekuitas, sedangkan
pendanaan hutang dari unilever sangat besar dan pendanaan dari ekuitasnya tidak sebanding
dengan pendanaan hutangnya, yang dimana unilever ini berfokus pada kinerja operasi
perusahaan selama 1 periode untuk menghasilkan laba di dalam memenuhi pelunasan hutang
perusahaan. Laba kotor, laba operasi, laba bersih yang dihasilkan oleh P&G dan Unilever
sama-sama menurun dari tahun ke tahun dan persentase pada tahun 2012 antara unilever dan
P&G sebesar 13%, dan laba kotor dari P&G serta Unilever kira-kira sebesar 49% -49,3%, ini
menandakan bahwa persaingan P&G dan unilever sangat ketat, karena laba kotor yang
dihasilkan oleh kedua perusahaan hamper sama.

d. Asset Utilization
Tahun 2010-2011 P&G
Dari analisis pemanfaatan aset (Asset Utilization) untuk periode 2010-2011 diperoleh
nilai perputaran kas (Cash turnover) sebesar 28,72, yang artinya terjadi perputaran kas
setiap 2 minggu sekali [(48/29) = 1,65]. Dan perputaran piutang usaha (Account
receivable turnover) yang diperoleh adalah sebesar 13,97, yang artinya terjadi perputaran
piutang usaha setiap 3 minggu sekali [(48/14) = 3,43].
Perputaran persediaan (Inventory turnover ) yang diperoleh dari perhitungan
adalah sebesar 5,79, yang artinya terjadi perputaran persediaan setiap 2 bulan sekali
[(48/6) = 8]. Perputaran modal kerja (Working capital turnover) yang diperoleh dari
perhitungan adalah sebesar 14,98, yang artinya terjadi perputaran modal kerja setiap 3
minggu sekali [(48/15) = 3,2].
Perputaran aset tetap (PPE turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah
sebesar 4,00, yang artinya terjadi perputaran aset tetap setiap 3 bulan sekali [(48/4) = 12].
Perputaran total aset (Total asset turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar
0,61, yang artinya terjadi perputaran total aset setiap 1 tahun sekali [(48/1) = 48].
Tahun 2010-2011 Unilever
Dari analisis pemanfaatan aset (Asset Utilization) untuk periode 2010-2011
diperoleh nilai perputaran kas (Cash turnover) sebesar 71,78, yang artinya terjadi
perputaran kas setiap 5 hari sekali [(48/72) = 0,67]. Dan perputaran piutang usaha
(Account receivable turnover) yang diperoleh adalah sebesar 12,88, yang artinya terjadi
perputaran piutang usaha setiap 1 bulan sekali [(48/13) = 3,69].
Perputaran persediaan (Inventory turnover ) yang diperoleh dari perhitungan
adalah sebesar 6,77, yang artinya terjadi perputaran persediaan setiap 7 minggu sekali
[(48/7) = 6,85]. Perputaran modal kerja (Working capital turnover) yang diperoleh dari
perhitungan adalah sebesar 17,31, yang artinya terjadi perputaran modal kerja setiap 3
minggu sekali [(48/17) = 2,82].
Perputaran aset tetap (PPE turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah
sebesar 4,96, yang artinya terjadi perputaran aset tetap setiap 10 minggu sekali [(48/5) =
9,6]. Perputaran total aset (Total asset turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah
sebesar 2,44, yang artinya terjadi perputaran total aset setiap 3 bulan sekali [(48/3) = 12].
Tahun 2011-2012 P&G
Dari analisis pemanfaatan aset (Asset Utilization) untuk periode 2010-2011
diperoleh nilai perputaran kas (Cash turnover) sebesar 23,23, yang artinya terjadi
perputaran kas setiap 2 minggu sekali [(48/23) = 2,09]. Dan perputaran piutang usaha
(Account receivable turnover) yang diperoleh adalah sebesar 13,56, yang artinya terjadi
perputaran piutang usaha setiap 3 minggu sekali [(48/14) = 3,43].
Perputaran persediaan (Inventory turnover ) yang diperoleh dari perhitungan
adalah sebesar 6,01, yang artinya terjadi perputaran persediaan setiap 2 bulan sekali
[(48/6) = 8]. Perputaran modal kerja (Working capital turnover) yang diperoleh dari
perhitungan adalah sebesar 20,12, yang artinya terjadi perputaran modal kerja setiap 2
minggu sekali [(48/20) = 2,4].
Perputaran aset tetap (PPE turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah
sebesar 4,02, yang artinya terjadi perputaran aset tetap setiap 3 bulan sekali [(48/4) = 12].
Perputaran total aset (Total asset turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar
0,62, yang artinya terjadi perputaran total aset setiap 1 tahun sekali [(48/1) = 48].
Dari periode 2010-2011 ke periode 2011-2012 terjadi perputaran modal kerja yang
semakin cepat, yaitu dari 3 minggu menjadi 2 minggu. Sedangkan perputaran modal untuk
kas, piutang, persediaan, perputaran aset, dan total aset tetap seperti periode sebelumnya.
Tahun 2011-2012 Unilever
Dari analisis pemanfaatan aset (Asset Utilization) untuk periode 2011-2012
diperoleh nilai perputaran kas (Cash turnover) sebesar 96,51, yang artinya terjadi
perputaran kas setiap 3 hari sekali [(48/97) = 0,49]. Dan perputaran piutang usaha
(Account receivable turnover) yang diperoleh adalah sebesar 12,13, yang artinya terjadi
perputaran piutang usaha setiap 1 bulan sekali [(48/12) = 4].
Perputaran persediaan (Inventory turnover ) yang diperoleh dari perhitungan
adalah sebesar 6,92, yang artinya terjadi perputaran persediaan setiap 7 minggu sekali
[(48/7) = 6,85]. Perputaran modal kerja (Working capital turnover) yang diperoleh dari
perhitungan adalah sebesar 11,99, yang artinya terjadi perputaran modal kerja setiap 1
bulan sekali [(48/12) = 4].
Perputaran aset tetap (PPE turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah
sebesar 4,71, yang artinya terjadi perputaran aset tetap setiap 10 minggu sekali [(48/5) =
9,6]. Perputaran total aset (Total asset turnover) yang diperoleh dari perhitungan adalah
sebesar 2,43, yang artinya terjadi perputaran total aset setiap 3 bulan sekali [(48/3) = 12].
Dari periode 2010-2011 ke periode 2011-2012 terjadi perputaran kas yang semakin
cepat, yaitu dari 5 hari menjadi 3 hari. Ini menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan
perusahaan untuk mengubah kas menjadi kas semakin sedikit (cepat). Namun perputaran
modal yang terjadi di dalam periode tersebut semakin lambat, dari 3 minggu menjadi 1
bulan. Sementara perputaran modal untuk piutang, persediaan, perputaran aset, dan total
aset tetap seperti periode sebelumnya.
Kesimpulan:
Dalam analisis Asset Utilization (Pemanfaatan Aset), PT. Unilever lebih baik
dibandingkan PT. Procter & Gamble, karena perusahaan ini memiliki perputaran aset yang
lebih lambat serta perputaran kas, perputaran persediaan, dan perputaran total aset yang
lebih cepat dibandingkan PT. Procter & Gamble. Dengan semakin cepatnya perputaran
kas, maka ketersediaan kas pada PT. Unilever hampir selalu pasti, sehingga apabila
perusahaan ini membutuhkan kas untuk melunasi hutang atau terjadi pengeluaran tidak
rutin, maka kas akan tersedia.
Selain itu, PT. Unilever juga memiliki perputaran persediaan yang lebih cepat
dibandingkan PT. Procter & Gamble. Hal ini menunjukkan bahwa persediaan yang
dimiliki PT. Unilever lebih cepat laku dibandingkan PT. Procter & Gamble. Dan pada
perputaran total asetnya, PT. Unilever lebih cepat perputarannya dibandingkan PT. Procter
& Gamble.
Sedangkan pada perputaran aset PT. Unilever lebih lambat dibandingkan PT.
Procter & Gamble. Ini berarti pemanfaatan aset-aset tetap pada PT. Unilever lebih lama
(umur ekonomisnya lebih panjang), sehingga akan menguntungkan perusahaan tersebut.
Meskipun PT. Procter & Gamble memiliki perputaran piutang yang lebih cepat
dibandingkan PT. Unilever (piutang usaha lebih cepat dilunasi oleh pelanggan), namun
dalam perputaran kasnya masih lebih lambat dibandingkan PT. Unilever, yaitu
membutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Sehingga keadaan ini cenderung berisiko apabila
sewaktu-waktu perusahaan membutuhkan kas untuk pengeluaran tertentu.

e. Market Measures
a. Price-to-earnings
Tahun 2010, harga saham unilever 37,16 kali dari laba per lembar sahamnya,
sedangkan harga saham P&G hanya 14,11 kali laba per lembar sahamnya. Pada tahun
2011, price-to-earnings unilever mengalami penurunan, yaitu harga saham unilever
34,43 kali dari laba per lembar saham unilever. Namun pada P&G mengalami
kenaikan price-to-earnings, menjadi 15,80. Price-to-earnings unilever kembali
mengalami penurunan pada tahun 2012, yaitu sebesar 32,89. Sedangkan pada P&G
kembali mengalami peningkatan menjadi 17,85. Penurunan pada unilever dapat
disebabkan karena laba per lembar perusahaan terus meningkat di setiap tahunnya.
Sehingga bila melihat pada price-to-earnings rasio, kondisi unilever lebih baik dari
pada P&G, karena harga saham unilever berada diatas 30 kali laba per lembar
sahamnya.
b. Earnings yield
Imbal hasil unilever dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, pada 2010
sebesar 2,69%, pada 2011 sebesar 2,90%, dan pada 2012 sebesar 3,04%. Sedangkan
pada P&G selalu mengalami penurunan, pada 2010 sebesar 7,08%, pada 2011 sebesar
6,32%, dan pada 2012 sebesar 5,60%.
c. Dividend yield
Dividend yield unilever dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, pada tahun 2010
sebesar 2,42%, pada 2011 sebesar 3,16%, dan pada 2012 sebesar 2,86%. Sedangkan
pada P&G dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari tahun 2010 sebesar
3,10%, pada 2011 3,17%, dan pada 2012 sebesar 3,27%.
d. Dividend payout rate
Dividend payout rate menunjukkan laba dari satu periode tertentu yang dibagi pada
periode berjalan. Pada unilever, dividend payout rate memiliki angka yang tinggi,
pada 2010 sebesar 89,86%, pada 2011 sebesar 108,79%, dan pada 2012 sebesar
94,01%. Sedangkan pada P&G dividend payout rate dibawah unilever, tetapi
memiliki angka yang baik, yaitu pada 2010 sebesar 43,80%, pada 2011 sebesar
50,13%, dan pada 2012 sebesar 58,47%. Apabila perusahaan semakin sering membagi
dividen, maka para pemegang saham akan sejahtera.
e. Price-to-book
Pada tahun 2010, harga saham unilever 2,60 kali lebih besar dari pada nilai bukunya.
Unilever selalu mengalami peningkatan price-to-book, pada 2011 sebesar 3,07 dan
pada 2012 sebesar 3,14. P&G juga mengalami peningkatan price-to-book, pada tahun
2010 sebesar 2,57; pada 2011 2,71; dan pada 2012 sebesar 2,72.

























CASH FLOW ANALYSIS

Analisis arus kas P&G tahun 2011
Arus kas dari kegiatan operasi
Arus kas dari kegiatan operasi adalah $16.1 miliar pada 2010, 8% kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya. Operasi arus kas menghasilkan terutama dari
pendapatan disesuaikan untuk item non-kas (depresiasi dan amortisasi, kompensasi
berbasis saham, pendapatan pajak yang ditangguhkan dan mendapatkan pada penjualan
bisnis) dan pengurangan modal kerja. Peningkatan operasi arus kas dibandingkan 2009 ini
terutama disebabkan 2010 pengurangan saldo modal kerja , sebagian diimbangi oleh
penurunan penghasilan versus 2009. piutang, persediaan, dan account dibayar
menyumbang $2,5 miliar untuk operasi arus kas di tahun 2010 terutama disebabkan
peningkatan account dibayarkan, masih harus dibayar dan lain kewajiban. Kewajiban
dibayar, masih harus dibayar dan lain account meningkat terutama disebabkan
peningkatan pengeluaran untuk mendukung pertumbuhan bisnis, terutama berkaitan
dengan peningkatan investasi pemasaran. Akun piutang yang turun tahun ke tahun.
Arus kas dari kegiatan operasi adalah $13.2 miliar pada 2011 18% penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Operasi arus kas menghasilkan terutama dari
pendapatan disesuaikan untuk item non-kas (depresiasi dan amortisasi, stockbased
kompensasi, ditangguhkan pajak pendapatan dan keuntungan pada penjualan bisnis),
sebagian diimbangi dengan peningkatan modal kerja. Bersih dari piutang, persediaan dan
piutang dikonsumsi $ 569 juta operasi arus kas di tahun 2011 terutama karena untuk
peningkatan persediaan dan account piutang. Persediaan dikonsumsi $501 juta didorong
oleh biaya komoditas yang lebih tinggi, pertumbuhan bisnis dan meningkat tingkat stok
sebelum inisiatif dan perubahan sumber. Persediaan hari pada tangan meningkat oleh lima
hari karena dampak Asing Asing, biaya komoditas yang lebih tinggi dan meningkatkan
keamanan tingkat stok. Piutang digunakan $426 juta terutama untuk mendukung bisnis
pertumbuhan. Account penjualan piutang luar biasa adalah tiga hari karena waktu
penjualan dan dampak dari Valuta Asing. Kenaikan piutang persediaan dan account yang
sebagian diimbangi oleh account harus dibayarkan, masih harus dibayar dan kewajiban
lain, yang meningkat untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Aset dan kewajiban lain
operasi juga penggunaan operasi kas yang signifikan mengalir karena terutama untuk
pengurangan cadangan untuk pajak tidak pasti dan peningkatan jumlah nilai tambah pajak
karena dari berbagai aturan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mengalami kenaikan yang sangat signifikan
sebesar 483% mencakup aktivitas pengeluaran modal. Pengeluaran modal P&G pada
tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 7.79% serta adanya peningkatan akusisi sebesar
11.76% adapun penurunan yang signifikan ditunjukan pada aktivitas penjualan aset tetap
sebesar 92.6%
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Arus kas dari kegiatan pendanaan mengalami penurunan sebesar 41.53% yang
dipengaruhi oleh menurunya pelunasan pembayaran hutang jangka panjang sebesar
97.5% serta pun penurunan yang disebabkan oleh berkurangnya tambahan hutang jangka
panjang sebesar 59.89% kegitaan penambahan hutang jangka panjang ini dapat berkurang
dikarenakan P&G mengalami penurunan yang signifikan pada kemampuan pelunasan
hutang jangka panjangnya. Adapun kenaikan terjadi pada pembelian saham treasury
sebesar 17.2% hal ini digunakan P&G untuk menaikan harga sahamnya.

Analisis arus kas P&G tahun 2012
Operasi arus kas terutama dari pendapatan, disesuaikan untuk item non-kas (depresiasi dan
amortisasi, saham berdasarkan kompensasi, gangguan aset, pajak pendapatan tangguhan dan
keuntungan penjualan bisnis), sebagian diimbangi oleh peningkatan modal kerja. Peningkatan
account piutang digunakan $427 juta uang untuk membiayai pertumbuhan. Namun, account
piutang hari penjualan menonjol itu turun 2 hari terutama karena dampak dari Valuta Asing.
Persediaan dihasilkan $77 juta , terutama disebabkan peningkatan upaya peningkatan
manajemen persediaan, sebagian diimbangi oleh persediaan untuk mendukung inisiatif
produk dan membangun saham untuk mendukung perluasan kapasitas dan manufaktur
sumber perubahan. Hari persediaan di tangan menurun sebesar 10 hari terutama karena upaya
peningkatan manajemen persediaan dan dampak dari Valuta Asing. Rekening hutang,
kewajiban yang masih harus dibayar dan lain digunakan $22 juta uang tunai, karena terutama
untuk pembayaran denda-denda yang berkaitan dengan pelanggaran Undang-undang
persaingan Eropa.

Arus kas dari kegiatan operasi
Arus kas dari operasi dihentikan menyumbang sekitar $200 juta untuk operasi
arus kas. Operasi arus kas adalah 13.3 milyar pada tahun 2011, penurunan 17%
dibandingkan tahun sebelumnya. Operasi arus kas menghasilkan terutama dari
pendapatan yang disesuaikan untuk item non-kas (depresiasi dan amortisasi, kompensasi
berbasis saham, pajak pendapatan tangguhan dan keuntungan pada penjualan bisnis),
sebagian diimbangi dengan peningkatan modal kerja. piutang, dan akun persediaan
dibayar $569 juta operasi arus kas di tahun 2011 terutama disebabkan peningkatan
piutang, persediaan. Persediaan dikonsumsi $501 juta didorong oleh biaya komoditas
yang lebih tinggi, pertumbuhan bisnis dan peningkatan tingkat stok .lamanya persediaan
di tangan meningkat lima hari karena dampak devisa, biaya komoditas yang lebih tinggi
dan meningkatkan keamanan tingkat stok. Rekening piutang digunakan $426 juta
terutama untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Arus kas dari aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas investasi pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar
68.6% yang disebabkan oleh penurunan akuisisi sebesar 71.72% serta adanya kenaikan
pengeluaran modal sebesar 19.9%. di tahun 2012 ini P&G menjual aset secara naik
signifikan sebesar 1185% serta terjadinya perubahan kenaikan investasi sebesar 53.42% .
Tahun sebelumnya, bekerja Hasil dari investasi dan penjualan aset lainnya. Hasil dari aset
penjualan menyumbang $2,9 miliar untuk tunai dalam 2012 terutama karena penjualan
bisnis makanan .
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Aktivitas pendanaan P&G pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2.84%
kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan pemabayaran dividen bagi para pemegang saham
sebesar 6.45% dan adanya kenaikan pembayaran utang jangka pendek sebesar 2159%
tidak hanya itu P&G juga melakukan pelunasan pada hutang jangka panjangnya sebesar
159% semua aktivitas tersebut diimbangi dengan adanya penurunan pembelian saham
treasury sebesar 42.83%
Pembiayaan arus kas untuk Pembayaran dividen. Dividen per saham umum
meningkat 8% menjadi $2.14 per saham pada tahun 2012. Jumlah dividen pembayaran
untuk pemegang saham Umum dan preferen adalah 6.1 milyar 2012 dan $5,8 milyar
pada tahun 2011. Kenaikan dividen pembayaran akibat kenaikan dividen kuartalan kami
per saham, sebagian diimbangi oleh penurunan jumlah saham yang beredar. Pada bulan
April 2012 kenaikan dividen dari $0.525 untuk $0.562 per saham pada saham biasa dan
Seri A dan B Saham preferensi konvertibel kelas A ESOP. Ini mewakili peningkatan 7%
dibandingkan dengan dividen tahun sebelumnya.
Arus Kas unilever tahun 2011 (metode year-to-year)
Posisi kas Unilever Indonesia tahun 2011 meningkat 5,8% atau Rp18 miliar.
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas Unilever Indonesia dari aktivitas operasi meningkat 50,9% atau Rp1,8
triliun, terutama berasal dari peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar 18,5% atau
sebesar Rp3,9 triliun. Sedangkan peningkatan arus kas keluar dari aktivitas operasi
terutama karena peningkatan pembayaran ke pemasok sebesar 13,0% atau Rp1,9 triliun.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi meningkat 9,4% atau Rp123
miliar. Kenaikan arus kas dari aktivitas investasi ini terutama digunakan untuk pembelian
aset tetap yang meningkat sebesar 29,2% atau Rp362 miliar. Di tahun 2011, terdapat arus
kas masuk dari pelepasan brand dan asset tetap dan aset tetap lainnya.kegiatan bersih
yanga dikonsumsi dalam investasi sebesar $3.5 milyar uang tunai di 2011 dan $597 juta
tahun 2010 terutama karena pengeluaran dan akuisisi, modal sebagian diimbangi dengan
hasil dari penjualan aset, termasuk $3,0 miliar di tunai yang diterima dari penjualan bisnis
farmasi global kami pada tahun 2010 Belanja modal. Kita melihat efisiensi belanja modal
sebagai kritis komponen strategi manajemen kas kami secara keseluruhan. Kami
mengelola belanja modal untuk mendukung rencana pertumbuhan bisnis dan biaya
kontrol untuk memberikan uang kita generasi target. Belanja modal, terutama untuk
mendukung kapasitas perluasan, inovasi dan penghematan biaya, Apakah $3,3 milyar
pada tahun 2011 dan $3.1 miliar di 2010 peningkatan modal pengeluaran menghasilkan
terutama dari ekspansi kapasitas. Belanja modal sebagai persentase penjualan bersih
meningkat 10 basis poin untuk 4,0% di tahun 2011 Belanja modal sebagai persentase
penjualan bersih menurun 30 basis poin 3,9% di 2010 di belakang leverage skala
pertumbuhan penjualan bersih dan pengurangan belanja modal.

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas Unilever Indonesia yang digunakan untuk aktivitas pendanaan
meningkat 40,9% atau Rp1,16 miliar yang terutama berasal dari peningkatan pembayaran
dividen sebesar Rp1,5 triliun. Adapun komposisi pembayaran dividen di tahun 2011
adalah 42,1% pembayaran dividen interim 2011 dan 57,9% pembayaran dividen final
2010. Pembayaran dividen. Kami pertama menggunakan uang tunai adalah pembayaran
dividen. Dividen per saham umum meningkat 9% menjadi $1,97 per berbagi dalam
pembayaran dividen Total 2011 untuk Umum dan pilihan pemegang saham adalah $ 5,8
milyar pada tahun 2011 dan $5,5 milyar pada tahun 2010 peningkatan pembayaran
dividen akibat kenaikan kuartalan kami dividen per saham, sebagian diimbangi oleh
penurunan jumlah saham yang beredar. Pada bulan April 2011 Direksi menyatakan
meningkatkan kami dividen quarterly dari $ 0.4818 ke $0.525 per saham pada saham
biasa dan Seri A dan B ESOP konversi Class.A Saham preferensi. Ini mewakili kenaikan
9% dibandingkan sebelumnya dividen Quarterly dan 55 tahun berturut-turut yang kami
dividen telah meningkat. Kami membayar dividen dalam setiap tahun sejak berdirinya
pada tahun 1890

Arus kas unilever tahun 2012
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas Unilever Indonesia dari aktivitas operasi menurun 4,8% atau
Rp266,8 miliar, yang terutama karena peningkatan pembayaran ke pemasok sebesar
24,2% atau Rp4,1 triliun, pembayaran remunerasi Direksi dan karyawan meningkat
sebesar 25,9% atau Rp0,2 triliun, dan pembayaran pajak penghasilan badan meningkat
sebesar 13,8% atau Rp0,2 triliun, sejalan dengan beban pajak penghasilan di tahun
berjalan. Sedangkan peningkatan arus kas masuk dari aktivitas operasi berasal dari
penerimaan dari pelanggan sebesar 17,3% atau Rp4,4 triliun.
Arus Kas dari Aktivitas investasi
Arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun 22,9% atau Rp327,7
miliar. Penurunan arus kas dari aktivitas investasi ini terutama karena berkurangnya
pembelian aset tetap sebesar 30,5% atau Rp488,4 miliar dan aset tak berwujud sebesar
64,3% atau Rp58,8 miliar.
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas Unilever Indonesia yang digunakan untuk aktivitas pendanaan
meningkat 4,6% atau Rp186,2 miliar yang terutama berasal dari menurunnya penerimaan
pinjaman jangka pendek (setelah dikurangi pelunasan pinjaman jangka pendek tahun
berjalan) sebesar 33,1% atau Rp168,3 miliar. Pada tahun 2012, terdapat peningkatan
pembayaran dividen sebesar Rp17,9 miliar. Adapun komposisi pembayaran dividen di
tahun 2012 adalah 50,4% pembayaran dividen interim 2012 dan 49,6% pembayaran
dividen
Kesimpulan analisis antara P&G dengan Unilever
Ketika kegiatan arus kas P&G dengan Unilever dibandingkan dari tahun 2010 sampai dengan
2012 , arus kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi P&G bisa dinilai lebih buruk dari
unilever dikarenakan pendapatan P&G dari tahun ke tahun menurun sedangkan Unilever
mengalami kenaikan. Serta total arus kas operasipun juga menunjukan hasil yang selaras
bahwa P&G mengalami penurunan dalam penerimaan kas dari kegiatan operasi dibandingkan
dengan Unilever. Di sisi investasi P&G bisa dikatakan lebih baik dibanding dengan Unilever
dikarenakan tingkat pengeluaran modal di P&G terus meningkat dari tahun ke tahun,
sehingga perputaran uang di P&G ini bergerak sehingga modal yang dikeluarkan pada saat
ini dapat memberikan keuntungan dimasa depan. Bila dibandingkan dalam aktivitas
pendanaan P&G dengan Unilever sama-sama aktif dalam pembagian deviden mereka setiap
tahunpun kedua perusahaan ini mengalami kenaikan pembagian deviden tahunannya. Dalam
pengembalian hutang P&G dengan Unilever juga sama-sama memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajibannya.

Das könnte Ihnen auch gefallen