Sie sind auf Seite 1von 12

1

PENDAHULUAN

Televisi merupakan media elektronik yang ditemukan pertama kali pada tahun 1950 dan
dengan cepat berperan sebagai salah satu kebutuhan dalam rumah tangga. Pada tahun 1950,
anak-anak menghabiskan waktu untuk menonton televisi 3-6 jam per hari (30-40% dari
waktu saat bangun). Pada tahun 1971, rata-rata usia menonton televisi adalah 5 tahun, tetapi
saat ini anak mulai menonton televisi di usia 5 bulan. Berdasarkan kepemilikan, di Amerika
Serikat saat ini 30% anak pra sekolah dan 75% remaja memiliki pesawat televisi di kamar
tidur mereka.
1

Sejak diperkenalkannya program-program televisi untuk bayi dan anak, industri
televisi semakin berkembang pesat. Program yang diperuntukan untuk bayi yang
diperdagangkan dalam bentuk DVD antara lain Baby Einstein, Brain Baby, dipasarkan
dengan memberikan sugesti kepada masyarakat bahwa program tersebut akan meningkatkan
kemampuan kognitif bayi. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 1000 keluarga di
Amerika Serikat, didapatkan alasan paling utama orang tua setuju bayi mereka diberi
tontonan program televisi adalah mereka yakin menonton televisi dapat berdampak positif
terhadap perkembangan otak bayi.
Baik buruknya suatu program televisi lebih ditentukan oleh konten dan bagaimana
konten tersebut disampaikan dibandingkan berapa lama waktu menonton televisi tersebut.
2

Ada tayangan yang bergerak secara alami, ada yang bergerak dengan kecepatan tinggi atau
sebaliknya. Beberapa tayangan ada yang bergerak dengan kecepatan 3 kali per menit. Suatu
hipotesis overstimulasi menyatakan bahwa tayangan yang berganti-ganti dan berurutan
akan membebani kerja otak yang akhirnya menyebabkan defisit dalam jangka pendek
maupun panjang. Suatu penelitian pada anak berusia 1-3 tahun di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa pemaparan televisi sejak dini pada anak berhubungan dengan masalah
perhatian. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa televisi berhubungan dengan gangguan
pemusahan perhatian dan hiperaktivitas.
3
Penelitian oleh Koolstra dan Voort menunjukkan
bahwa televisi mengurangi kegiatan membaca di usia selanjutnya dan mengurangi
konsentrasi.
4
Menurut suatu pendapat, pada anak usia di bawah 2 tahun, lebih baik belajar
dari pengalaman secara langsung daripada menonton video, lebih jauh lagi, pemaparan
televisis pada beberapa tahun pertama kehidupan akan berhubungan dengan perkembangan
kognitif yang buruk. Sementara untuk anak berusia lebih dari 2 tahun, peneliti menekankan
2

pentingnya konten suatu tayangan di televisi yang dapat mempengaruhi keterampilan kognitif
dan prestasi akademik.
5
American Academy of Pediatrics (AAP) tidak melarang menonton
televisi tetapi tidak menganjurkan menonton televisi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Rekomendasi ini dibuat pada tahun 2001 berdasarkan opini ahli.
1

Secara teoritis perkembangan otak anak terjadi dengan sangat cepat pada beberapa
tahun pertama kehidupan yang berkaitan dengan plastisitas. Beberapa bukti menunjukkan
paparan lingkungan termasuk jenis dan tingkat stimulasi akan mempengaruhi jumlah dan
kepadatan sinaps, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan otak.
6
Pada makalah ini
penyusun merangkum beberapa jurnal mengenai efek televisi terhadap perkembangan anak.
















3

ISI

A. Pendapat Para Ahli Tentang Perhatian Pada Saat Menonton Televisi
Peneliti menganggap kegiatan menonton televisi pada anak bersifat pasif
dipandang dari aspek kognitif, dapat mengurangi perhatian anak karena gerakan yang
cepat dan efek suara. Suatu teori oleh Jerome menyatakan televisi yang sibuk
menyebabkan serangan sensoris yang menghasilkan respon orientasi yang
dipengaruhi kognisi dan refleksi. Anak tidak dapat memproses konten tayangan dan
belajar dari tayangan tersebut. Menurut Aletha dan John, perhatian terhadap televisi
berbeda-beda sesuai usia anak. Pada bayi, tayangan yang berisi suara dan gerakan
menggerakkan perhatian mereka. Sementara pada anak yang lebih besar, akan lebih
memperhatikan tayangan yang berisi dialog atau narasi. Pada masa yang sama, Daniel
dan Elizabeth menciptakan suatu teori komplementer tentang perhatian terhadap
televisi, dan menyatakan bahwa menonton televisi berdasarkan pada aktivitas kognitif
aktif dengan alasan bahwa perhatian pada anak yang berusia minimal 2 tahun dipandu
oleh konten dari tayangan yang mereka tonton. Sebagai contoh, anak usia pra sekolah
lebih tertarik menonton acara televisi yang asli dibandingkan acara yang sudah diedit
seperti diberi penyuaraan (dubbing), contoh lainnya, anak lebih tertarik kepada acara
anak-anak dibandingkan acara komersial yang sudah dikemas. Saat menonton televisi
anak akan menggunakan pengetahuan mereka yang mengarahkan perhatian mereka.
5

B. Proses Perhatian Terhadap Televisi Atau Video
Mekanisme yang mendasari tentang perhatian pada anak dan orang dewasa
berbeda dalam hal cara menonton, contohnya, gerakan mata saat menonton berbeda
pada anak usia 1 tahun, 4 tahun dan orang dewasa. Pada bayi, fiksasi penglihatan
lebih mudah berubah-ubah dan kurang sensitif terhadap perubahan konten.
5





4

C. Proses Persepsi Terhadap Televisi Atau Video
Area kognitif yang mempengaruhi perhatian anak adalah persepsi terhadap
video. Menurut beberapa pendapat, anak tidak mampu membedakan kehidupan nyata
dan tayangan di televisi hingga mencapai usia prasekolah. Antara usia 2 hingga 3
tahun anak mulai memahami arti tayangan televisi. Suatu penelitian lain menunjukkan
anak usia 3 tahun tidak dapat membedakan tayangan di televisi dengan menjawab
pertanyaan bahwa jagung di dalam mangkuk akan tumpah saat tayangan di televisi
memperlihatkan mangkuk dibalik. Tetapi anak usia 4 tahun dapat membedakan
tayangan dengan kenyataan dengan menjawab jagung di dalam mangkuk tidak akan
tumpah. Pada usia 5 tahun anak baru dapat membedakan konten sebuah program
contohnya baru dapat membedakan antara program komersial atau iklan dengan suatu
adegan tayangan.
5

D. Proses Pembelajaran Melalui Televisis Atau Video
Beberapa penelitian menunjukkan anak usia kurang dari 2 tahun lebih baik
mempelajari seuatu berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dibandingkan
dari suatu tayangan televisi atau video, hipotesis ini dikenal dengan video deficit
hypothesis. Penelitian tentang bahasa menunjukkan bahwa anak kurang dari 2 tahun
lebih baik dalam mempelajari kosakata dari pengalaman dalam hidupnya
dibandingkan dari televisi. Penelitian lain menunjukkan televisi kurang efektif untuk
menciptakan kemampuan bayi membedakan suara yang asing (baru didengar).
penelitian lainnya yang mendukung hipotesis ini adalah anak usia 12 bulan, 15 bulan
dan 18 bulan lebih cepat menirukan sesuatu dari seseorang yang didengar secara
langsung dibandingkan suara yang didengar melalui video. Sedangkan pada anak usia
sekolah, lebih mudah menirukan sesuatu setelah menonton video dibandingkan
kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan menonton sesuatu. Penelitian lain pada
anak usia 24 bulan dan 30 bulan menunjukkan perbedaan menirukan sesuatu antara
kegiatan yang didemonstrasikan secara langsung dibandingkan dengan menonton
melalui video. Mereka melihat suatu mainan yang disembunyikan di tempat tertentu
yang didomstrasikan secara langsung dan kelompok lain melihatnya melalui video,
lalu masing-masing kelompok diminta menemukan benda yang disembunyikan. Pada
anak yang menonton melalui video, 25% anak usia 2 tahun dan 50% anak usia 2,5
tahun dapat menemukannya dengan tepat, pada anak yang melihat secara langsung
5

hampir seluruh anak di kedua kelompok umur tersebut dapat menemukan benda yang
disembunyikan tersebut.
5

E. Teori Tentang Menonton Televisi Pada Bayi
Otak pada bayi belum berkembang sempurna. Saat lahir berat otak sekitar 300
gram dan menjadi sekitar 1 kilogram saat usia 2 tahun. Pertumbuhan ini sebagai
respon stimulus eksternal. Bayi yang menonton televisi di usia sekitar 14 bulan akan
meniru apa yang dilihatnya di televisi. Akan tetapi sesuai hipotesis defisit video ,
anak lebih mudah belajar dari pengalaman langsung dibandingkan dari televisis atau
video. Model konseptual tentang efek televisi terhadap anak digambarkan
sebagaimana skema berikut. Menurut skema ini 2 hal penting dalam menonton
televisi adalah apa yang ditonton (konten) dan bagaimana mereka menontonnya
(konteks). Menurut penelitian, keuntungan yang didapat berupa luaran yaitu perilaku
yang baik tetapi penelitian lain menunjukkan dapat menyebabkan agresivitas.
Dampak yang menguntungkan dapat ditingkatkan sementara dampak yang
membahayakan dapat dikurangi dengan adanya moderator.
Berdasarkan persepektif teoritis, ada 2 mekanisme bagaimana televisi dapat
menyebabkan efek yang merugikan. Mekanisme pertama adalah fitur formal yang
terdiri dari cahaya, skenario, pengeditan, dan suara yang dapat menstimulasi otak.
Mekanisme kedua adalah menggantikan aktivitas perkembangan penting lainnya
dengan menonton televisi. Saat menonton televisi, orang tua akan lebih sedikit
berinteraksi dengan anak mereka. Konten dan konteks tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya. Saat seorang bayi menonton televisi, mereka tidak berinteraksi
dengan orang tua atau pengasuhnya dan di sisi lain mereka menerima stimulasi terus
menerus, dengan kata lain menonton televisi dapat meningkatkan stimulasi dan
menurunkan interaksi dengan orang tua.
6


Gambar 1. Model konseptual paparan televisi dan luaran pada anak
1


F. Efek Televisi Atau Video Terhadap Fungsi Kognitif
Terdapat perbedaan pendapat tentang efek televisi dalam perkembangan kognitif anak
terutama yang berhubungan dengan perhatian. Hipotesis paling sering yang
dikemukakan adalah perubahan adegan yang sering dalam gambar yang ditayangkan
ataupun konten tayangan yang mengganggu perhatian anak. Penelitian terbaru pada
anak usia kurang dari 3 tahun menunjukkan konten merupakan mediator penting
antara paparan televisi di usia kurang dari 3 tahun dengan gangguan perhatian di usia
berikutnya, khusunya bukan tayangan pendidikan dan tayangan yang berhubungan
dengan perbuatan brutal atau kasar, akan tetapi tidak ada hubungan antara gangguan
perhatian dengan tayangan pendidikan.
5
Beberapa penelitian lain menunjukkan
hubungan gangguan perhatian dengan konten tayangan. Anak yang menonton kartun
yang berisi sesuatu yang kasar atau brutal akan memiliki pengendalian diri yang
kurang sedangkan yang menonton program prososial akan memiliki kegigihan,
kepatuhan terhadap aturan, dan toleransi keterlambatan yang lebih dibandingkan
standar. Pada penelitian ini juga tayangan dikategorikan bukan hanya berdasarkan
kontennya tetapi juga berdasarkan fitur dan kecepatannya.
5

Paparan televisi berdampak luas terhadap kemampuan kognitif. Bahkan
sebagai strategi pemasaran, banyak iklan komersial yang menyatakan berbagai
keuntungan menonton televisi terhadap kognitif anak. Berikut adalah berbagai
program yang menyatakan diri memiliki dampak positif dalam perkembangan anak.


7

Tabel 1. Program Televisi dan Seri DVD untuk Anak
5


Beberapa produk tayangan bahkan menyatakan mampu meningkatkan
kemampuan otak kanan dan otak kiri dengan produk yang berbeda untuk setiap
bagian otak tersebut. Keberhasilan industri televisi ini didukung persepsi masyarakat
bahwa program pendidikan yang dijual mampu meningkatkan kemampuan akademik
anak-anak mereka. Hal ini memang benar untuk anak yang lebih besar sebagaimana
penelitian tentang program Sesame Street yang terbukti menguntungkan bagi anak
usia 3-5 tahun hingga saat mereka remaja. Pada penelitian longitudinal tentang
paparan televisi terhadap luaran kognitif pada anak usia sekolah tidak didapatkan
bukti adanya efek yang menguntungkan melainkan efek yang merugikan.



8

1) Efek televisi terhadap perkembangan bahasa
Salah satu perkembangan anak adalah perkembangan bahasa sesuai dengan
milestone tertentu. Perkembangan bahasa yang dimulai dari pengenalan fonem
(suara), mengucapkan suku kata, satu kata, hingga kalimat. Kemampuan
berbahasa terbatas pada usia awal kehidupan. Bayi akan lebih mudah belajar
bahasa dengan mendengar secara langsung dibandingkan mendengarkan melalui
televisi atau radio. Oleh karena itu program-program yang menyatakan mampu
mengembangkan kemampuan bahasa anak memang masih dalam perdebatan dan
belum dapat dibuktikan dengan kuat melalui penelitian.
Sebuah penelitian cross-sectional di Amerika Serikat pada 1000 anak di
bawah usia 2 tahun menunjukkan tidak mampu menemukan manfaat menonton.
Penelitian itu bahkan menunjukkan bayi antara usia 7 dan 16 bulan yang
menonton DVD memiliki kemampuan bahasa lebih jelek yang dinilai dengan
Bates Communicative Development Inventory . Secara khusus untuk setiap jam
yang digunakan untuk menonton DVD menyebabkan berkurangnya pengetahuan
sekitar 6 hingga 8 kata. Akan tetapi saat sampel berusia 17-24 bulan pengetahuan
tentang kata tersebut tidak lagi berkurang sehingga menunjukkan gangguan
pengetahuan kata tersebut bersifat sementara. Penelitian ini adalah penelitian
yang bersifat cross-sectional sehingga belum dapat ditarik kesimpulan sebab
akibat mengenai efek paparan televisi di awal kehidupan terhadap perkembangan
bahasa.
Sebuah penelitian yang lebih baru di Thailand menemukan bahwa paparan
televisi di tahun-tahun pertama kehidupan yang dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai menonton televisi 2 jam atau lebih per hari sebelum usia 12 bulan
dikaitkan dengan kemungkinan keterlambatan bahasa sebesar enam kali lipat,
meskipun paparan tersebut berupa tayangan pendidikan yang berdampak positif
bagi anak usia 3-5 tahun.
2) Efek televisi terhadap kemampuan perhatian
Sejak sekitar 40 tahun yang lalu paparan televisi diakui dapat mengurangi
kemampuan perhatian anak, akan tetapi bukti empiris mengenai fakta tersebut
belum banyak didapatkan hingga saat ini. Salah satu gangguan perhatian adalah
ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder), yang diderita 5% - 20% anak.
9

Paparan televisi dapat menyebabkan ADHD seperti dijelaskan sebelumnya karena
tayangan yang berubah-uban dengan sangat cepat.
Berbeda dengan kecepatan dengan di kehidupan nyata, televisi
menunjukkan perubahan adegan yang cepat. Fitur-fitur formal digunakan untuk
melibatkan respon orientasi pada bayi, yang merupakan refleks primitif yan
membutuhkan fokus pada layar televisi. Akan tetapi adegan tersebut bisa jadi
merupakan stimulasi yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kejenuhan.
Sebuah studi pada tahun 1973 menemukan bahwa anak-anak yang
menonton Mr Rogers Neighborhood di suatu laboratorium atau dalam permainan
memiliki toleransi lebih besar terhadap keterlambatan segera sesudahnya
dibandingkan yang menonton Batman. Penelitian lain juga menunjukkan
kemampuan perhatian lebih sedikit dimiliki oleh anak yang menonton Power
Rangers dibandingkan yang menonton atau memainkan Mr. Rogers. Pada tahun
2004, dilakukan studi observasional besar pada lebih dari 1.300 anak-anak dan
menemukan hubungan sederhana antara menonton televisi sebelum usia 3 tahun
dengan gangguan perhatian pada usia 7 tahun. Dalam penelitian tersebut, orang
tua secara prospektif ditanya berapa jam anak mereka menonton televisi ketika
mereka antara usia 1-2 tahun dan antara 3 - 4 tahun. Kemudian saat usia Pada
usia 7 tahun, mereka menyelesaikan Masalah Index Perilaku yang meliputi
pertanyaan yang berhubungan dengan perhatian dan impulsivitas. semakin lama
mereka menonton televisi saat usia muda semakin besar kemungkinan mereka
memiliki gangguan perhatian pada usia 7 tahun, setelah dianalisis dengan
berbagai variabel lain yang ada dalam penelitian tersebut. Secara khusus, setiap
jam meonton televisi meningkatkan risiko gangguan perhatian di persentil 90 (OR
1,09 [1,03-1,15]).
Penelitian selanjutnya menunjukkan hasil yang berbeda, dimana
menonton televisi diukur saat usia 5 tahun dan gangguan perhatian saat usia 6
tahun, dimana paparan diberikan setelah usia 3 tahun pertama kehidupan. Data
terbaru memang menunjukkan bahwa waktu pemaparan adalah mediator penting
yang memiliki efek yang konsisten dengan teori perkembangan otak awal . Dalam
sebuah studi tindak lanjut dengan menggunakan sampel yang berbeda untuk
menguji hipotesis bahwa isi tayangan akan memediasi hubungan antara paparan
dini dan masalah perhatian. Menurut teori, adegan yang berubah cepat (contohnya
hiburan, kekerasan) lebih berisiko menyebabkan untuk gangguan perhatian
10

dibandingkan adegan yang lambat (contohnya tayangan pendidikan). Hasil
penelitian digambarkan dengan grafik berikut dimana tayangan baik tayangan
pendidikan, kekerasan maupun bukan tayangan pendidikan dan bukan tayangan
kekerasan semuanya berisiko meningkatkan gangguan perhatian , tetapi risiko
lebih sedikit pada anak yang menonton tayangan pendidikan.

Gambar 2. Konten program yang ditonton saat usia 0-3 tahun dan odd ratio saat usia
5-8 tahun
1















11

PENUTUP


Ledakan kegiatan menonton televisi pada bayi dan anak dan potensi risiko yang
ditimbulkannya memiliki implikasi terhadap kebijakan. Pertama, tidak ada regulasi
mengenai produk yang dinyatakan oleh produsen memiliki dampak positif bagi
kemampuan kognitif anak. Seharusnya pernyataan tersebut harus didukung dengan
data ilmiah. Kedua, orang tua seharusnya memiliki informasi bagi diri mereka sendiri
mengenai aktivitas yang dapat meningkatkan kesehatan perkembangan anak-anak
mereka. Hal ini dapat membantu mereka memahami teknik pemasaran agresif yang
dilakukan produsen dan memiliki implikasi di luar penggunaan media dalam rangkan
meningkatkan kesehatan anak. Akhirnya, sumber-sumber baru harus lebih disediakan
untuk mendanai penelitian penting yang berhubungan dengan efek media terhadap
anak.




















12

Daftar Pustaka
1. Christakis DA. The effects of infant media usage: what do we know and what should we learn
? Acta Paediatrica. 2009;98:8-16.
2. Christakis DA. The effects of fast-paced cartoons. Pediatrics 2011;128:772-3.
3. Hartmann T. Beyond ADD: Hunting for reasons in the past and present: Underwood; 1996.
4. Koolstra C, Voort TVd. Longitudinal effects of television on children's leisure time reading :
a test of three explanatory models. Hum Common Res. 1996;23:4-35.
5. Kirkorian HL, Wartella EA, Anderson DR. Media and young children's learning. Spring.
2008;18:39-81.
6. Christakis DA, Zimmerman FJ, DiGiuseppe DL, McCarty CA. Early television Exposure and
Subsequent Attentional Problems in Children. Pediatrics. 2004;113:708-13.

Das könnte Ihnen auch gefallen