Sie sind auf Seite 1von 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka
panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor
resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor
resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian)
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah
penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan
dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot
(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial)
apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak
obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda
khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan
energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa/I dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan HIPERTENSI
di IRNA A RSUD Kota Dumai.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa/I mampu melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah pada
Ny.S dengan HIPERTENSI.
b. Mahasiswa/I mampu menegakkan diagnose keperawatan pada Ny.S dengan
HIPERTENSI.
c. Mahasiswa/I mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan mengatasi masalah pada Ny.S dengan HIPERTENSI.
d. Mahasiswa/I mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan nyata
sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah ditegakkan pada Ny.S dengan
HIPERTENSI.
e. Mahasiswa/I mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan pada Ny.S dengan HIPERTENSI.

1.3 METODE PENULISAN

Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode dekskriptif dan dalam
pengumpualn data penulis menggunakan metode studi kasus dengan tehnik pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Teknik wawancara
b. Teknik observasi
c. Pustaka

1.4 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Dumai ( Instalasi Rawai Inap A ) pada tanggal 28 Juli 2013 dan didukung dengan pelaksanaan
Asuhan Keperawatan terhadap klien yang menderita HIPERTENSI.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Hipertensi
2.2 Etiologi Hipertensi
2.3 Tanda dan Gejala Hipertensi
2.4 Patofisiologi
2.5 WOC
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuahan Keperawatan pada HIPERTENSI
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa Keperawatan
4.3 Perenencana Tindakan
4.4 Pelaksanaan Tindakan
4.5 Evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Secara umum seseorang dikatakan
menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya
120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam
pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Adapun klasifikasi dari tekanan darah tinggi pada orang dewasa adalah :






2.2 Etiologi Hipertensi
Untuk mengetahui penyebab tekanan darah tinggi, akan lebih mudah jika kita membaginya
menjadi dua, yaitu:
1. Hipertensi primer (esensial)
Untuk kebanyakan orang dewasa, tidak terdapat identifikasi penyebab dari tekanan darah tinggi.
Tipe tekanan darah tinggi ini, disebut hipertensi essential atau hipertensi primer, cenderung
berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.
2. Hipertensi sekunder
Beberapa orang mengalami hipertensi karena kondisi/gangguan yang merupakan penyebab utama
(underlying conditon). Tipe tekanan darah tinggi ini, disebut tekanan darah tinggi sekunder, cenderung
muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dari pada hipertensi primer. Berbagai
kondisi dan pengobatan dapat menyebabkan hipertensi sekunder, termasuk di antaranya :
Masalah ginjal
Tumor adrenal gland
Pengobatan tertentu, seperti pil KB, obat-obat pilek, dekongestan, pereda nyeri dan beberapa
resep obat.
Kelainan tertentu pada pembuluh darah yang didapat sejak dilahirkan (congenital)
Obat-obatan illegal, seperti kokain dan amphetamines.
Faktor resiko
Tekanan darah tinggi memeliki berepa faktor risiko, antara lain:
Usia. Resiko tekanan darah tinggi meningkat.
Ras. Tekanan darah tinggi
Latar belakang keluarga
Kelebihan berat badan atau obesitas.
Tidak aktif secara fisik. Denyut jantung orang-orang yang tidak aktif cenderung lebih tinggi.
Sehingga semakin keras jantung Anda harus bekerja dengan setiap kontraksi dan semakin kuat
gaya pada arteri Anda. Kekurangan aktivitas fisik juga meningkatkan risiko kelebihan berat
badan.
Merokok
Terlalu banyak garam (sodium) pada diet Anda. Terlalu banyak sodium pada diet Anda dapat
menyebabkan tubuh Anda menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.
Terlalu sedikit potasium pada diet Anda. Pottasium membantu menyeimbangkan jumlah dari
sodium di sel Anda. Jika Anda tidak mendapat potasium yang cukup pada diet Anda atau
menahan potasium, Anda bias menumpuk terlalu banyak sodium di dalam darah.
Terlalu sedikit vitamin D di dalam darah Anda. Tidak pasti apakah memiliki terlalu sedikit
vitamin D dalam diet Anda dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Vitamin D dapat
mempengaruhi enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mempengaruhi tekanan darah Anda.
Terlalu banyak minum alkohol
Stres
Kondisi kronik tertentu. Seperti, kolestrol tinggi, diabetes, penyakit ginjal, dan sleep apnea.
Terkadang kehamilan juga berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
Walaupun tekanan darah tinggi paling umum terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga
memiliki risiko memiliki tekanan darah tinggi. Untuk beberapa anak, tekanan darah tinggi disebabkkan
oleh masalah pada jantung dan hati. Tetapi bagi sebagian anak-anak, kebiasaan gaya hidup hidup yang
buruk (seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga) berkontibusi terhadap tekanan darah tinggi.

2.3 Tanda dan Gejala Hipertensi
Beberapa orang yang memiliki tekanan darah tinggi biasanya mengalami gejala gejala
seperti sakit kepala dan pusing,penglihatan kabur,jantung berdebar dan sesak nafas. Sedangkan
sebagian orang lainnya tidak mengalami gejala hipertensi meskipun mereka mengidap penyakit
ini.
Inilah penyebabnya mengapa kita harus memeriksa tekanan darah secara teratur. Hal ini
sangat penting untuk anda yang memang mengidap penyakit hipertensi.
Berikut ini adalah tanda dan gejala dari penyakit hipertensi :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Vertigo
d. Detak jantung yang cepat
e. Pusing
f. Keluar keringat secara berlebihan
g. Muntah dan
h. Anoreksia
Pada gejala hipertensi yang semakin kronis akan muncul gejala, seperti :
a. Ensefalopati hipertensif
b. Hemiplegi
c. Gangguan penglihatna dan pendengaran
d. Pareses dan facialis
e. Penurunan kesadaran
Gejala pada tekanan darah tinggi yang memasuki stadium kronis atau akut dan menimbulkan
gejala seperti diatas, membuat beberapa penderita hipertensi ini sampai dalam keadaan koma.
Apabila dilakukan pemeriksaan secara fisik, umumnya tidak ditemui kelainan apapun selain
tekanan darah semakin tinggi, namun dapat pula ditemukan perubahan pada retina mata, seperti
terjadi perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada keadaan
yang sangat kronis mengakibatkan edema pupil mata.
Hipertensi sulit disadari karena tidak memiliki gejala khusus. Namun demikian, ada
beberapa hal yang setidaknya dapat dijadikan indikator, sebab berkaitan langsung dengan kondisi
fisik. Misalnya, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal,
mudah marah, telinga berdenggung, susah tidur, sesak napas, mudah lelah, mata berkunang-
kunang, dan mimisan.
Penyakit hipertensi yang sering kali terjadi umumnya tidak menimbulkan gejala yang
mudah dikenali. Sementara tekanan darah terus meningkat meski dalam jangka waktu yang
cukup lama hingga menimbulkan komplikasi adanya suatu penyakit bawaan dari hipertensi. Oleh
karenanya hipertensi harus selalu dicek untuk mengetahui tekanan darah secara berkala.
Seseorang yang dikatakan menderita darah tinggi apabila dalam beberap pemeriksaan tekanan
darah diketahui memiliki tekanan darah hingga diatas 130/90 mmHg.
Hipertensi menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dibawa akibat tekanan darah
yang tinggi seperti menimbulkan resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan gagal ginjal. Penyakit hipertensi tak mengenal batas usia seseorang dan jenis
kelamin, semua orang memiliki resiko yang sama terhadap hipertensi tanpa harus menimbulkan
ciri atau gejala terlebih dahulu.
Tekanan darah dalam setiap kehidupan seseorang berbeda-beda secara alamiah. Bayi dan
anak-anak yang secara normal pun memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibanding
orang dewasa. Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas fisik yang
dilakukan sehari-hari, tekanan darah akan mengalami peningkatan ketika melakukan aktivitas
sehari-hari dan akan menurun ketika beristirahat. Tekanan darah dapat meningkat ketika di pagi
hari dan akan lebih rendah ketika tidur/istirahat di malam hari.
2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).














2.5 WOC



2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ resiko lain atau mencari penyebab hipertensi sebagai
tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat,
kolesterol/LDL, TSH, EKG, dan CT-Scan, foto rontgen, dan glukosa.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai untuk menilai fungsi ginjal.
Kadar kreatinin serum lebih berarti dibandingkan dengan ureum sebagai indikator laju
glomerolus (glomerolar filtration rate) yang menunjukkan derajat fungsi ginjal. Pemeriksaan
yang lebih tepat adalah pemeriksaan klirens atau yang lebih popular disebut Creatinin Clearance
Test (CTC). Pemeriksaan kalium dalam serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan
aldosteronisme primer pada pasien hipertensi.
Menurut Slamet Suyono, pemeriksaan urinalisa diperlukan karena selain dapat membantu
menegakkan diagnosis penyakit ginjal, juga karena proteinuria ditemukan pada hampir separuh
pasien. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pada urin segar.

2.7 Penatalaksanaan

2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengkajian



2.8.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler cerebral ditandai dengan
pasien mengatakan kepalnya terasa sakit, pasien terlihat menahan nyeri, skala nyeri 7.
2. Resiko injuri berhubungan dengan gangguan penglihatan ditandai dengan
pasien mengatakan pandanganya terlihat kabur da berkunang-kunang saat berdiri dan berjalan.
2.8.3 Rencana Keperawatan
NO DX.
KEPERAWATAN
TUJUAN &
KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut
berhubungan
dengan
peningkatan
vaskuler cerebral
ditandai dengan
pasien
mengatakan
kepalnya terasa
sakit, pasien
terlihat menahan
nyeri, skala nyeri
7.
Tujuan : setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam diharapkan
nyeri
pada pasien
dapat berkurang.
kriteria hasil:
-pasien
mengatakan tidak
sakit kepala lagi
-sakit kepala
terkontrol.

1. Berikan kompres
dingin pada dahi
2. Minimalkan
aktivitass
vasokontriksi yang
menyebabkan
peningkatan sakit
kepala
3. Anjurkan pasien
untuk tirah baring
selama fase akut
4. Jelaskan penyebab
nyeri dan lama nyeri
bila di ketahui
5. Kolaborasi
pemberian analgetik

1. tindakan yang
menurunkan tekanan
vaskuler serebral dan
memperlambat
resspon simpatis
efektif dalam
menghilangkan sakit
kepala dan
komplikasinya.
2. aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala pada adanya
peningkatan vaskuler
serebral.
3. meminimalkan
stimulasi /
meningkatkan
relaksasi.
4. meningkatkan
pengetahuan.
5. analgetik menurunkan
atau mengontrol nyeri
dan menurunkan
rangsang system saraf
simpatis.

2. 2. Resiko injuri
berhubungan
dengan
gangguan
penglihatan
ditandai dengan
pasien
mengatakan
pandanganya
terlihat kabur da
berkunang-
kunang saat
berdiri dan
berjalan.

Tujuan : setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam diharapkan
resiko injuri
dapat berkurang.
kriteria hasil:
-pasien mampu
mengidentifikasi
faktor faktor
yang
meningkatkan
kemungkinan
cidera
-menunjukan
prilaku, pola
hidup untuk
menurunkan
faktor resiko dan
melindungi diri
dari cidera
-pasien tidak
mengalami injuri
/ jatuh
-pasien akan
mengubah
lingkungan sesuai
indikassi
meningkatkan
kenyamanan.

1. Orientasikan pasien
terhadap lingkungan,
staf, dan orang lain.
2. Pertahankan tirah
baring ketat dalam
posisi terlentang yang
ditentukan.
3. Anjurkan pasien
untuk
mengistirahatkan mata
agar tidak lelah.
4. Modifikasi
lingkungan sekitar
pasien.
1. memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
mengurangi resiko
injuri
2. untuk memungkinkan
viterus human bekerja
sebagai kekuatan
memotifasi untuk
mengontrol
perdarahan.
3. mengurangi resiko
perlukaan / pembuluh
darah retina yang
akan menyebabkan
menurunnya
penglihatan.
meningkatkan rasa nyaman.






BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 28 Juli 2013
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 81 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Tega - Lega
Diagnosa Medis : HHD ( Hipertensi Heart Disease)
No. RM : 104888
Tanggal masuk RS : 13 Januari 2011 Jam 16.00
Tanggal / Waktu pengkajian : 14 Januari 2011 Jam 08.00

b.Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Tega-Lega
Hubungan dengan pasien : anak

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien merasa sering sakit kepala ( pusing)
b. Keluhan tambahan
Pasien mengatakan badanya terasa lemas dan sakit pinggang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 13 Januari 2011 jam 16.00 WIB dengan
diantar keluarganya, pasien mengatakan kepalanya sakit, badanya lemas dan
pinggang terasa sakit, keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum di bawa ke RS
pasien jatuh saat ke kamar mandi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah lama menderita hipertensi, dan sering mengeluh sakit kepala, tetapi
belum sampai di rawat di RS.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular dan hanya mempunyai
penyakit menurun yaitu hipertensi, keluarga pasien mengatakan ada salah satu
anggota keluarganya yang memiliki penyakit hipertensi.

3. Pengkajian Saat Ini
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila ada salah satu
keluarganya yang sakit langsung dibawa ke RS.

b. Pola nutrisi
a. Sebelum sakit
1) Makan : 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi
2) Minum : 6 7 gelas sehari (air putih dan teh)
b. Selama sakit
1) Makan : 2 x 1 sehari, diit BKRG dari RS, habis porsi
2) Minum : 5 6 gelas ukuran 200 cc, infus 900 CC jenis RI.

c. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
a) BAB normal 2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning.
b) BAK normal 6-8 kali sehari, warna kekuning kuningan
2) Selama Sakit
a) BAB cair 1-2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning, bau khas.
b) BAK cair 6-8 kali sehari, bau khas.






d. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit











2) Selama sakit

Kemampuan Perawatan
Diri
0 1 2 3 4


0:
Keterangan:
Mandiri
Makan/ Minum





1:
2:
Dibantu alat
Dibantu orang
lain
Mandi




Torleting




3:
Dibantu orang
lain dan alat
Berpakaian



Mobilitas di tempat tidur



Berpindah



4: Tergantung
Total Ambulasi



Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/ Minum




Mandi



Torleting



Berpakaian



Mobilitas di tempat tidur



Berpindah



Ambulasi/ Rom





e. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam / hari
2) Selama sakit
Pasien hanya tidur 3-5 jam / hari karena sering pusing
f. Pola Persepsual
(Penglihatan, Pendengaran, Pengecapan, Sensasi)
1) Sebelum sakit
a) Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tua
b) Penglihatan pasien sudah kabur
c) Pengecapan pasien masih baik
d) Sensasi pasien masih baik
2) Selama sakit
a) Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tua
b) Penglihatan pasien sudah kabur
c) Pengecapan pasien kurang baik karena bibir pasien terasa pahit
d) Sensasi pasien masih baik

g. Pola Persepsi Diri
1) Sebelum sakit
a) Kecemasan : Tidak ada kecemasan atau kegelisahan
b) Konsep Diri : -
2) Selama sakit
a) Klien terlihat lemah dan pucat
b) Tingkat kecemasan klien dapat dilihat saat pasien akan dilakukan tindakan
keperawatan, sering bertanya sesuatu tentang penyakitnya
h. Pola Seksual dan Reproduksi
1) Sebelum sakit
Pasien sudah menopouse
2) Selama sakit
Pasien tidak memiliki gairah seksual

i. Pola Peran Hubungan
1) Komunikasi : Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik dengan
keluarganya.
2) Hubungan dengan orang lain : Pasien bersosialisasi baik dengan lingkungan dan
keluarganya, terbukti banyak saudara ataupun kerabat yang menjenguknya.
3) Kemampuan keuangan : Keluarga pasien dapat digolongkan dalam kelompok
sosial kelas menengah.

j. Pola Managemen Kopping dan Stress
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar
2) Selama sakit
Pasien terlihat jenuh karena ruang gerak pasien diabatasi.

k. Sistem nilai keyakinan.
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah
2) Selama sakit
Pasien tidak melaksanakan ibadah sholat seperti biasanya karena penyakitnya, tetapi
pasien selalu berdoa untuk kesembuhanya.

4. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : composmetis
c. Tanda-tanda vital : - TD : 220/100 mmHg
- N : 87 x/menit
- S : 36,6
0
C
- R : 23 x/menit
2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala : mesochepal
b. Rambut : bersih, beruban dan potongan pendek
c. Mata : reflek terhadap cahaya baik
d. Hidung : bersih, tidak ada polip
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen
f. Mulut dan gigi : mulut bersih, kemampuan bicara baik
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
h. Torak
Inspeksi : Bentuk simetris, bergerak dengan mudah
saat respirasi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Perkusi diatas permukaan paru dalam keadaan normal
Auskultasi : Paru-paru dalam keadaan normal, yaitu terdapat 3 tipe
suara : 1) Bronchial
2) Bronchovaskuler
3) Vaskuler

i. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskulturasi : Bising usus 22 x /menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
j. Genetalia : berjenis kelamin Perempuan, dan terpasang DC
k. Kulit : bersih, turgor jelek
l. Ekstremitas : - atas : kekuatan otot lemah, tangan
kana terpasang infuse RL 20 Tpm
- bawah : tidak ada edema
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 Januari 2011
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Pemeriksaan EKG tanggal 17 januari
Kesimpulan
- OMI anterior
- VES


Terapi Farmakologis
- Meloxilam 2x7,5 mg
- Captopril 2x2,5 mg
- Monacto 2x1/2 tab
- CPG 1x1 tab
- Ospal 1x1 tab
- Cefotaxime 2x1 gram
- Torasic 2x1 amp

GDS
Creatinin
HB
Leukosit
Eosonofil
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
106
1,0
13,7
6,800
2,00
3,60
30,00
172,00
mg/dl
mg/dl
gr %
/mk
%
juta/ml
%
ribu/ml
< 200
0,5 0, 9
12 14
400 11000
1,00 3,00
4,60 5,50
31,00 45,00
150,00 450,00
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH PENYEBAB
1. DS:
- Klien mengatakan

2.


















BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan terhadap klien Ny.S dengan dignosa
HIPERTENSI diruangan kelas III IRNA A RSUD Dumai dari tanggal 28 Juli 2 Agustus 2013, Konsep
teoritis sejalan denga studi dilapangan yang dilakukan.

4.1 Pengkajian
Elemen pengkajian yang dilakukan meliputi keperawatan individu yang terdiri dari identiras
klien, riwayat kesehatan klien, masalah kesehatan fisik, kesehatan psikologis, dan masalah kesehatan
lingkungan. Teknik pengkajian yang dilakukan.
Semua faktor pendukung dalam tahap pengkajian ini adalah adanya kerja sama dan peran klien,
keluarga klien dan usaha dari mahasiswa kelompok untuk mendapatkan data tentang masalah kesehatan
yang sering terjadi kepada individu.
Faktor penghambatnya adalah mahasiswa tidak dapat melakukan pengjajian pada klien yang
bersifat privasi karena klien mersa keberatan.
4.2 Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.3 Perencanaan Tindakan
Perencanaan terhadap rencana tindakan yang meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi dan
evaluasi yang disusun oleh mahasiswa yang terlampir BAB III.
Faktor pendukung dalam tahap perencanaan tindakan adalah kesediaan klien dalam memberikan
informasi tentang masalah kesehatannya dan adanya kerja sama antara anggota kelompok dalam
penentuan rencana keperawatan berdasarkan masalah yang telah muncul pada klien.
4.4 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang telah disusun. Rencana
tindakan yang telah disusun sebagai upaya untuk mengatasi masalah kesehatan klien. Pelaksanaan
ditujukan pada klien sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien, sehingga meningkatkan
semangat dan motivasi klien dalam proses penyembuhan.
Faktor pendukung dalam tahap pelaksanaan ini adalah adanya peran aktif dari mahasiswa untuk
menjalankan setiap intervensi dan kesediaan klien untuk mengikuti intervesi serta respon klien yang
mengharapkan agar kegiatan ini dapat terus dijalankan oleh mahasiswa.
4.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap proses keperawatan da pada akhir tindakan yang bertujuan untuk
menilai tingkat keberhasilan yang telah dicapai.
Faktor pendukung pada tahapevaluasi adalah kemauan klien dalam bekerjasama dengan seluruh
anggota kelompok mahasiswa.
Faktor penghambatnya adalah keterbatasan waktu untuk aktivitas dari mahasiswa.













BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik
140mmHg dan tekanan darah diastoltik 90mmHg. Penyakit in adalah penyakit yang
berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer atau merupakan hipertensi dengan
penyebab yang tidak diketahui secara pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin atau
karena penyakit koartasio aorta.


5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar dapat lebih lagi dalam menerapkan Asuhan Keperawatan khususnya pada penyakit
HIPERTENSI.
2. Bagi Perawat Ruangan
Agar dapat meningkatkan dan bisa bekerja sama dengan mahasiswa serta perawat ruangan lebih
intensif dalam merawat pasien dan lebih sering berinteraksi dengan pasien dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan khususnya HIPERTENSI.
3. Bagi Pendidikan
Agar dapat memperluas metode pembelajaran Asuhan Keperawatan dan memperbanyak buku-
buku tentang penyakit dalam dengan refensi yang terbaru.
4. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas professional bagi para klien.







DAFTAR PUSTAKA
Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare, Alih Bahasa Monica Ester,SKP : Buku Ajar Keperawatan Alih
Bahasa Monica,SKP : Buku Ajar Keperawatan.
Carpenito, I.J.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan.Ed.2.Jakarta:EGC.
Doengoes(2000),Diagnosa Keperawatan .Ed.8.Jakarta:EGC.
Ruth F.Craven,EdD,RN(2000),Fundamentals Of Nursing,Edisi II,Lippincot,Philadelphia.

Das könnte Ihnen auch gefallen