Sie sind auf Seite 1von 10

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IMAN, ISLAM, IHSAN, DAN TAKWA










KELOMPOK 1:
ANNEKE PUTRI (Q11113004)
NURUL KARIIMAH (Q11113510)
DHITA PRATIWI CHERUL (Q11113323)
REZKY AULIYA PRATIWI (Q11113512)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
A. IMAN, ISLAM, IHSAN, DAN TAKWA

a. Pengertian Iman
Iman artinya mempercayai. Bukan hanya sekedar percayai, tapi mengimani
dalam islam dibuktikan dalam bentuk membenarkan dengan hati, diuapkan
dengan lisan dan dibuktikan dalam perbuatan. Jadi jika hanya salah satu saja,
belum masuk kriteria iman. Sebagaimana apa saja yang hidup di dunia ini, bisa
kehabisan tenaga. Misalnya HP kita, bisa kuat tapi bisa juga lemah baterainya.
Demikian juga iman kita bisa naik atau turun, maka kita harus memperbaharuinya
dengan mendzikirkan kalimah tayyibah (La ilaaha illallah).
Dengan demikian jika seseorang sudah mengimani seluruh ajaran Islam, maka
orang tersebut sudah dapat dikatakan mukmin (orang yang beriman). Dan orang
yang sudah menyatakan diri beriman menurut hukum Islam haruslah menyatukan
antara ucapan, sikap dan perilaku anggota badan untuk melakukan perbuatan yang
sesuai dengan tuntutan iman tersebut.
Inilah definisi iman yang iungkapkan oleh jumhur ulama.



Iman bersifat tidak tetap, keimanan seseorang dapat berubah sewaktu-waktu,
ada kalanya seorang muslim memilki iman yang tinggi tetapi dalam waktu
tertentu iman tersebut dapat menurun. Sementara itu, menurut Imam al-Ghazali
iman berarti pembenaran tasdiq. Dan tasdiq mempunyai tempat khusus, yaitu di
dalam hati.
b. Pengertian islam
Islam menurut bahasa berarti patuh, tunduk, menyerahkan diri, selamat,
perdamaian.
Arti tersebut sesuai dengan cita-cita agama Islam yaitu terwujudnya
keselamatan dan perdamaian seluruh umat manusia dan mengajarkan kepada
manusia untuk menyerahkan diri sepenuh hati kepada Allah SWT dalam segala
amal dan perbuatan yang dikerjakannya.
Sedangkan menurut istilah, Islam yaitu agama yang mengajarkan agar
manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Yang dimaksud
dengan tunduk atau menyerah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi laranganNya. Orang yang tunduk dan berserah diri kepada Allah disebut
muslim. Seseorang yang betul-betul muslim, hidup dan matinya hanya semata-
mata karena mencari keridlaan Allah,

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya aku serahkan
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. (QS.Al- Anam / 6: 162)

Pengertian Islam juga terungkap dalam hadits berikut ini :


Artinya :
Dari Umar dari Nabi SAW bersabda; Islam dibangun (ditegakkan) di atas lima
perkara, yaitu engkau menyembah Allah dan mengingkari yang selain-Nya,
menegakkan shalat, membayar Zakat, melaksanakan haji dan puasa bulan
Ramadlon. (HR Bukhari dan Muslim )

Kelima perkara di atas disebut pokok-pokok ibadah atau rukun Islam. Setiap
mukallaf wajib melaksanakan kelima perkara tersebut. Khusus shiyam, zakat dan
haji ada aturan khusus. Umat yang memenuhi persyaratan wajib melaksanakan,
sedangkan yang tidak memenuhi persyaratan tidak wajib. Selain kewajiban-
kewajiban di atas, masih banyak perbuatan-perbuatan baik yang dianjurkan untuk
diamalkan oleh setiap muslim.
Siapakah yang lebih baik perbuatannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata,sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang muslim(menyerahkan diri) (QS. Fushshilat /41 :33)

c. Pengertian Ihsan
Ihsan menurut bahasa berarti berbuat baik atau kebaikan. Sedangkan menurut
istilah adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan dilandasi
kesadaran dan keikhlasan. Dalam hadits Nabi menjelaskan, Ihsan ialah bahwa
engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau. Maka ihsan adalah
ajaran tentang penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui
penghayatan diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya
ketika beribadah. Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti
sesunggunya. Karena itu, seperti dikatakan Ibn Taimiyah di atas, ihsan menjadi
puncak tertinggi keagamaan manusia. Ia tegaskan bahwa makna ihsan lebih
meliputi daripada iman lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih
khusus daripada pelaku Islam. Sebab dalam ihsan sudah terkandung iman dan
islam, sebagaimana iman sudah terkandung islam.
Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat
baik."Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman
disebut mu'min dan yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk
jenjang penghayatan keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan
berbudi pekerti luhur atau berakhlaq mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang
paling utama di kalangan kaum beriman ialah yang paling baik ahlaqnya,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. Dirangkaikan dengan sikap
pasrah kepada Allah atau Islam, orang yang ber-ihsan disebutkan dalam Kitab
Suci sebagai orang yang paling baik keagamaannya:
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.(QS.al-Nisa:125).

Ihsan ada empat macam, yaitu :
a. Ihsan terhadap Allah, yakni menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya,
b. Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang
mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan menghindari semua perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan atau kerugian bagi diri sendiri.
c. Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara berdasarkan
keturunan, saudara karena tetangga, kerabat ataupun seagama.
.dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,karib kerabat, anak-anak
yatim,orang-orang miskin,tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
(QS. An- Nisaa/ 4:36)
d. Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat baik atau
memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.

d. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti
takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai
sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama
islam. Taqwa secara bahasa berarti penjagaan/ perlindunganyang membentengi
manusia dari hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan
kesadaran dengan mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya
kerena takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Taqwa juga merupakan sikap mental seseorang yang selalu ingat dan
waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan
dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan
benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain,
diri sendiri dan lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat
penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok
dan ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa ketakwaan
bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang
wajib. Beliau rahimahullah berkata, Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar
dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara
keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan
segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah.
Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu
adalah kebaikan di atas kebaikan.
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai
berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan
syariat, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bidah). Ketakwaan
kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka
hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam
keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan
orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad
hafizhahullah
B. Hubungan Iman, Islam, Ihsan dan Taqwa
Hubungan antara iman, Islam dan ihsan bagaikan segitiga sama sisi di
mana antara sisi yang satu dengan sisi yang lainnya sangat erat.
Orang yang takwa ibarat segitiga sama sisi yang sisi-sisinya terdiri dari
iman, Islam dan ihsan. Dalam praktek keseharian, Rasulullah SAW menyatukan
tiga hal tersebut (iman, Islam dan ihsan). Iman sebagai landasan keyakinannya,
sedangkan Islam dan ihsan berupa perbuatan nyata dalam hidup sehari-hari.
Pengakuan iman seseorang tidak ada artinya sama sekali apabila tidak
dibuktikan dengan amal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya Islam dan
ihsan dalam kehidupan sehari-hari tidak diterima Allah apabila tidak dilandasi
dengan iman yang benar.
Dengan demikian antara iman, Islam dan ihsan merupakan satu kesatuan
yang tidak boleh dipisahkan. Atau dengan pengertian lain, bahwa iman lebih
menekankan pada segi keyakinan didalam hati. Islam merupakan sikap untuk
berbuat atau beramal. Sedangkan ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk
tindakan nyata. Ihsan merupakan ukuran tebal tipisnya iman dan Islam seseorang.

C. Implementasi Iman, Ihsan, Islam, dan Takwa
Iman, ihsan, dan islam serta takwa harus diimplementasikan atau
diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Terlebih lagi dalam menghadapi
serta menjalani kehidupan di era globalisasi seperti ini, di zaman yang serba
modern.
Dalam menjalani kehidupan modern seperti ini, iman berfungsi sebagai
tameng serta pelindung kita. Jika seorang muslim memiliki iman yang tinggi
maka akan mudah baginya unutk menjalani kehidupannya, bagaimanapun godaan
atau cobaan yang datang padanya ia akan mampu untuk menghadapinya.
Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat keimanan yang cenderung
rendah maka akan sulit baginya dalam menjalani kehidupan yang serba modern.
Sesuai dengan pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka islam
merupakan agama yang rahmatan lilalamin. Sehingga implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari terwujud dalam bentuk tindakan dan perbuatannya. Mereka
yang mengaku agama islam bukan hanya sekedar mengaku islam, tetapi karena
dalam islam mengandung ajran-ajaran yang harus dijalankan, maka bentuk
impementasinya dengan cara menjalankan ajaran-ajaran yang ada dalam agama
islam. Adapun ajaran yang dimaksudkan yaitu berupa amalan-amalan yang
terdapat di dalam al-quran serta yang telah dilakukan oleh nabi Muhammad saw.


D. Etika Religius Spiritual Positif dan Refleksi Psikososial Terhadap
Iman, Islam, Ihsan, dan Taqwa




a. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut. Takut menghadapi
maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia
yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi
resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan
Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78.
b. Iman menanamkan sikap self-help dalam kehidupan. Rezeki atau mata
pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan
prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak
diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah
firman Allah dalam QS. Hud/11:6 yang terjemahannya berbunyi Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)
c. Iman memberikan ketenteraman jiwa. Acapkali manusia dilanda resah dan
dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang
beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan
jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ar-
Rad/13:28.
d. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal
ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.

e. Orang yang tawakal kepada Tuhan, selain menggunakan berbagai sarana
untuk mencapai tujuannya, juga mempercayai bahwa pertolongan Allah
adalah faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan.
Tawakal kepada Tuhan akan memberikan kepercayaan diri kepada
manusia dan menumbuhkan keberanian untuk mengambil keputusan.

f. Bila kita menengok ke dalam ajaran agama Islam, kita akan menjumpai
sebuah metode penyehatan jiwa, yaitu muhasabah atau instospeksi diri.
Islam menganjurkan umatnya agar setiap hari, menjelang tidur, mereka
melakukan instrospeksi atau menilai sendiri segala perilaku dan perbuatan
yang dilakukannya sepanjang hari. Introspeksi diri akan membantu
manusia menemukan titik kelemahan atau kekurangan dalam dirinya, serta
menemukan titik kelebihan yang dimilikinya. Manusia yang mengetahui
dengan benar letak keburukan yang dimilikinya, akan mudah menemukan
jalan untuk menghilangkan keburukan itu. Sebagaimana kita ketahui, sifat-
sifat hasud, iri, cepat marah, atau terlalu banyak berangan-angan adalah
sifat-sifat yang buruk dan merupakan sumber dari berbagai tekanan jiwa.
Betapa banyak manusia yang menderita stress, depresi, atau penyakit
kejiwaan lain sebagai akibat dari rasa iri dan hasudnya kepada orang lain.
Bila seorang manusia berhasil mendeteksi adanya sifat-sifat buruk ini
dalam dirinya, ia dapat mengobati penyakit kejiwaan yang menimpanya
dengan cara menghilangkan sifat-sifat buruk ini.

g. Agama Islam juga memberikan ajaran yang akan mencegah manusia
tertimpa berbagai penyakit kejiwaan. Al-Quran dalam surat Al An'am ayat
82 mengatakan: "Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk." Artinya, untuk melindungi diri agar tidak tertimpa penyakit
kejiwaan seperti stress, depresi, atau bahkan penyimpangan perilaku,
manusia harus tetap teguh memegang iman dan tidak melakukan berbagai
perbuatan yang dilarang oleh agama.
Daftar pustaka
Alhassanain. Pengaruh Agama pada Jiwa Psikologis Manusia. Diperoleh pada 22
Oktober2013,dari
http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/beliefs_library/studies/pengaruh_
satu/001.html
Anonym. 2012. Islam, Iman, dan Ihsan. Diperoleh pada 22 Oktober 2013, dari
http://ndocfile.blogspot.com/2012/09/islam-iman-dan-ihsan.html
Bachrul Ilmy. 2006. Buku Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah
Kejuruan Kelas X. Bandung. Grafindo.
Eza, A.M. 2013. Islam, Iman, dan Ihsan. Diperoleh pada 22 Oktober 2013, dari
http://aam-ezaam.blogspot.com/2012/02/islam-iman-dan-ihsan.html
Solihin, Rahmat. 2013. Taqwa dan Ruang Lingkupnya. Diperoleh pada 22
Oktober 2013, dari http://taqwadanberiman.blogspot.com/2013/04/makalah-
taqwa-dan-ruang-lingkupnya.html

Info tugas tambahan agama untuk minggu depan
membuat laporan baca untuk peserta diskusi agama mengenai beberapa point dibawah
ini
1. Pengertian Iman, Islam, Ihsan, dan Takwa baik secara bahasa maupun istilah
2. Hubungan timbal balik keempat istilah tersebut
3. Karakteristik mu'min (orang beriman, karakteristik muslim, karakteristik muhsin, dan
karakter muttakin (orang bertaqwa)
4. Iman, Islam, Ihsan, Takwa dan refleksi psikologisnya
5. Implikasi sosial dari iman, islam, ihsan, dan taqwa

Das könnte Ihnen auch gefallen