Sie sind auf Seite 1von 16

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Angka Kematian Ibu (AKI)
Secara konseptual, kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. !"#$.
%ngka &ematian 'bu (%&'$ adalah banyaknya kematian perempuan pada
saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama
dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per ((.((( kelahiran hidup.
'n)ormasi mengenai tingginya %&' akan berman)aat untuk pengembangan
program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan
membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer$,
program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,
penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan
keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya
bertujuan untuk mengurangi %ngka &ematian 'bu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
*ara menghitung %&' yaitu dengan membuatnya menjadi rasio kematian
ibu dan dinyatakan per ((.((( kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian
dengan angka )ertilitas umum. +engan cara ini diperoleh rasio kematian ibu
kematian maternal per ((.((( kelahiran hidup.
,umus
&eterangan-
.umlah kematian ibu adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan,
persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
.umlah kelahiran hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di
daerah tertentu.
&onstanta /((.((( bayi lahir hidup.
%&' sulit dihitung, karena untuk menghitung %&' dibutuhkan sampel yang
besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. 0leh karena itu
kita umumnya dignakan %&' yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program (+ata Statistik 'ndonesia, 2(4$.
2.2 AKI di Indonesia
%&' di 'ndonesia sendiri termasuk cukup tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara lain di %sia. +ata terbaru dari Sur1ey +emogra)i &esehatan
'ndonesia (S+&'$ tahun 2(2 mencapai 2#! per ((.((( kelahiran hidup dan
mengalami peningkatan jika dibandingkan S+&' tahun 2((3 yang hanya 22" per
((.((( kelahiran hidup. %&' sendiri dapat dide)inisikan sebagai jumlah kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan karena kehamilannya
atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per ((.((( kelahiran
hidup.
Berdasarkan Badan 4erencanaan 4embangunan +aerah 4ro1insi .awa
5imur (B%446+% .%5'7$, %&' di .awa 5imur masih tinggi dan .ember menjadi
salah satu kabupaten8kota yang paling banyak menyumbang %&' dan menduduki
posisi tertinggi sejak tahun 2((. 7enurut data +inas &esehatan 4ro1insi .awa
5imur tahun 2(2, %&' di &abupaten .ember mencapai #9,4#: dengan total 24
ibu yang meninggal saat melahirkan dan total kematian ibu dan anak mencapai
42( kasus.
Sungguh ironis pembangunan sektor kesehatan di 'ndonesia saat ini. +ua
dekade yang lalu, 'ndonesia oleh ;<0 dianggap sebagai salah satu negara yang
sukses dalam program &esehatan 'bu dan %nak (&'%$. 5ahun !!3, pemerintah
mampu menurunkan %&' mencapai 224 per ((.((( kelahiran hidup dari 2!( per
((.((( kelahiran hidup pada tahun !!4. +an terakhir dalam S+&' 2((3, %&'
'ndonesia sudah mencapai 22" per ((.((( kelahiran hidup
2
. Bagi ;<0, apa
yang dicapai 'ndonesia untuk mencapai target 7+=s dalam aspek kesehatan ibu
dan reproduksi merupakan prestasi yang baik (4rakarsa, 2(2$.
'ndonesia sebelumnya merupakan negara yang agresi) melakukan
kebijakan &esehatan 'bu dan %nak (&'%$. Sejak ;<0 meluncurkan Sa)e
7otherhood 'niatiati1e pada tahun !"3, pemerintah 'ndonesia langsung
merespon agenda ;<0 dalam kebijakan pembangunan &'%. 'ndonesia juga
merespon cepat inisiati) pembangunan kependudukan global ('nternational
*on)erence 4opulation and +e1elopment8'*4+$ yang pertama kali diadakan di
&airo, 7esir tahun !!4.
Salah satu poin yang menjadi rujukan bagi pemerintah 'ndonesia adalah
mengenai hak remaja untuk memperoleh pelayanan reproduksi termasuk juga
mendapatkan pelayanan konseling yang benar. Selama dua dekade !"( - 2(((
'ndonesia merupakan negara yang sukses dalam menata program &'%. 5api saat
ini justru sebaliknya.
<asil S+&' 2(2 menjadi sebuah pelajaran bagi 'ndonesia bahwa saat ini
negara gagal dalam memberikan perlindungan bagi ibu yang melahirkan. 4adahal
UU+ !4# memberikan amanat bagi pemerintah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang baik bagi seluruh masyarakat. UU >o. 29 tahun 2((! tentang
&esehatan juga mengamanatkan pemerintah untuk mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan uni1ersal bagi setiap masyarakat, termasuk
pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi.
4emerintah juga diamanatkan untuk menyediakan anggaran kesehatan
sebesar #: dari %4B> dan (: dari %4B+ diluar gaji pegawai sehingga
pemerintah bisa secara optimal memberikan pelayanan bagi masyarakat tanpa
terbatas oleh alokasi anggaran. 'ni merupakan wujud dari kehadiran negara dalam
memberi jaminan perlindungan kesehatan bagi warga negara. 5api dengan
lonjakan %&' yang sangat tinggi ini menunjukan ada kesalahan kebijakan dalam
pengelolaan kesehatan, terutama kesehatan ibu dan reproduksi.
'ndonesia merupakan negara di kawasan %sia yang mengalami kegagalan
dalam pencapaian target penurunan %&'. 4adahal dari baseline 7+=s yang
dimulai pada tahun !!(, %&' 'ndonesia sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan
beberapa negara lain di kawasan %sia. %&' 'ndonesia pada tahun !!( sekitar 2!(
per ((.((( kelahiran hidup, jauh lebih rendah dibandingkan &amboja, 7yanmar,
>epal, 'ndia, Bhutan, Bangladesh dan 5imor ?este (4rakarsa, 2(2$.
=ambar 2. %ngka kematian ibu di beberapa >egara di kawasan %sia
'ronisnya dengan data terakhir dari S+&' 2(2, terjadi peningkatan %&'
sebesar 2#! per ((.((( kelahiran hidup. Bandingkan dengan &amboja yang
sudah mencapai 2(" per ((.((( kelahiran hidup, 7yanmar sebesar 2( per
((.((( kelahiran hidup, >epal sebesar !2 per ((.((( kelahiran hidup, 'ndia
sebesar #( per ((.((( kelahiran hidup, Bhutan sebesar 2#( per ((.(((
kelahiran hidup, Bangladesh sebesar 2(( per ((.((( kelahiran hidup. Bahkan
kini 'ndonesia sudah tertinggal dengan 5imur ?este dalam pencapaian %&',
dimana %&' 5imor ?este mencapai 2(( per ((.((( kelahiran hidup (4rakarsa,
2(2$.
Bila melihat target 7+=s 2(# untuk %&', target 'ndonesia adalah
menurunkan %&' mencapai (2 per ((.((( kelahiran hidup. +engan posisi 2#!
per ((.((( kelahiran hidup pada tahun 2(2 maka akan sangat sulit bagi
pemerintah untuk mencapai target penurunan %&' sebesar (2 per ((.(((
kelahiran hidup pada tahun 2(#. 7elonjaknya %&' tidak terlepas dari kegagalan
program &ependudukan dan &eluarga Berencana (&&B$.
=ambar 2.2 4enyebab kematian ibu di 'ndonesia
7enurut ?aporan &'% tahun 2(, jumlah kematian ibu yang dilaporkan
sebanyak #." jiwa. 4enyebab kematian ibu terbanyak masih didominasi
perdarahan (22:$, disusul hipertensi dalam kehamilan (2#:$, in)eksi (#:$, partus
lama (#:$, dan abortus (:$. 4enyebab lain-lain (22:$ cukup besar, termasuk di
dalamnya penyebab penyakit non obstetrik (+irektorat Bina &esehatan 'bu
&emenkes ,', 2(2$.
Untuk mencapai target 7+=s sebesar (2 per ((.((( kelahiran hidup
pada tahun 2(#, diperlukan upaya keras dan penguatan kerja sama lintas sektoral.
5ingginya %&' terkait dengan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung
@aktor penyebab langsung didominasi oleh perdarahan, hipertensi8eklampsia, dan
in)eksi. Sementara )aktor penyebab tidak langsung akibat banyaknya kasus 2
5erlambat dan 4 5erlalu (+irektorat Bina &esehatan 'bu &emenkes ,', 2(2$.
=ambar 2.2 5iga terlambat empat terlalu
2. Ke!angka Konse" AKI
&erangka konsep klasik yang sampai sekarang masih digunakan dalam
membahas determinan kematian maternal adalah yang dipresentasikan oleh
7c*arthy and 7aine (!!2$ di bawah ini.
=ambar 2.4 &erangka konsep kematian maternal
+apat kita lihat pada gambar di atas bahwa penyebab kematian maternal
yang langsung bersi)at klinik, sedangkan penyebab kematian antara berkisar pada
status dan sistem kesehatan mencakup komponen input, proses dan output pada
sistem tersebutA sedangkan penyebab dasar (distal$ terkait dengan )aktor)aktor
sosial ekonomi (baik pada le1el mikro maupun makro$.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan, dalam
hal ini pemerintah (pusat, daerah, dinas teknis$, lembaga donor dan ?S7 untuk
mempercepat penurunan %&'. 4rogramprogram telah, masih, dan akan dilakukan
didasarkan atas analisis para pakar baik nasional maupun internasional. >amun
tampaknya upayaupaya tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan.
7asih tingginya %&' di 'ndonesia terus merupakan ancaman bagi pembangunan
kesehatan bangsa dan pencapaian tujuan mulia bangsa ini menjadi terhambat dan
melambat (&elompok Studi @&7 U', 2(2$.
=ambar 2.# @aktor determinan angka kematian ibu
+i samping kerangka konsep di atas, juga dikenal konsep penyebab
kematian maternal berdasarkan 5iga 5erlambat (the Three Delays$ seperti
digambarkan di bawah ini
=ambar 2.9 5iga terlambat penyebab kematian ibu
7enurut gambar di atas, terlambat pertama ($ adalah terlambat
memutuskan untuk pencarian layanan kesehatanA terlambat kedua (2$ adalah
terlambat mengidenti)ikasi dan mencapai tempat layanan kesehatanA dan terlambat
ketiga (2$ adalah terlambat menerima layanan yang memadai dan tepat. 5erlambat
berhubungan dengan masalah kultural seperti status perempuan sebagai penentu
kebijakan dan pengambil keputusan, juga dipengaruhi oleh aksesibilitas terhadap
layanan kesehatan dan kualitas layanan yang diberikan. %kses (terutama geogra)is
dan )inansial$ juga memengaruhi terjadinya 5erlambat 2A sedangkan 5erlambat 2
terutama dipengaruhi oleh kualitas layanan kesehatan.
&edua kerangka konsep di atas menyajikan dasar bagi analisis lebih jauh
mengenai hubungan antar 1ariabel independen dan dependen dalam hal %&'.
7eskipun masalah utama mengenai ketersediaan data yang 1alid dan reliable
masih merupakan hambatan utama bagi studistudi mengenai %&' di 'ndonesia
(&elompok Studi @&7 U', 2(2$.
2.# $iset Kese%atan Dasa! tentang AKI
,iset &esehatan +asar (,iskesdas$ 5ahun 2(2 yang dilakukan Badan
4enelitian dan 4engembangan &esehatan (Badan ?itbangkes$ &ementerian
&esehatan telah dipublikasikan. ,iset yang dilakukan di 22 pro1insi dan 4!3
kabupaten8kota tersebut di antaranya dimaksudkan untuk memotret pro)il
kesehatan ibu di tingkat masyarakat. +ari hasil ,iskesdas 2(2 dan 2((, dapat
diketahui bahwa secara umum, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
ibu dari tahun ke tahun cenderung semakin membaik.
=ambar 2.3 *akupan %>* 4ertama 5rimester 2((-2(2
5erkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil ,iskesdas 2(2
menunjukkan cakupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat.
<al ini memperlihatkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap
pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. *akupan pelayanan antenatal pertama
kali tanpa memandang trimester kehamilan (& akses$ meningkat dari !2,3: pada
tahun 2(( menjadi !#,2: pada tahun 2(2. 4eningkatan akses ini juga sejalan
dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada
trimester pertama kehamilan (& 5rimester $, yaitu dari 32,2: pada tahun 2((
menjadi ",2: pada tahun 2(2. +emikian pula pada tahapan selanjutnya,
cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (&4$ juga
meningkat dari 9,4: pada tahun 2(( menjadi 3(,(: pada tahun 2(2.
=ambar 2." 4roporsi penolong persalinan oleh tenaga kesehatan 2((-2(2
4otret yang cukup menggembirakan juga tampak pada pro)il kesehatan ibu
bersalin dan ni)as. 4roporsi ibu yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan
meningkat dari 3!,(: pada tahun 2(( menjadi "9,!: pada tahun 2(2. 4ada
tahun 2(2, sebagian besar (39,:$ persalinan juga sudah dilakukan di )asilitas
pelayanan kesehatan dan 4oskesdes84olindes dan hanya 22,3: ibu bersalin yang
masih melahirkan di rumah. %ngka peningkatan yang cukup drastis terlihat pada
cakupan pelayanan kesehatan ibu ni)as (&@$, yaitu dari 49,": pada tahun 2((
menjadi ",3: pada tahun 2(2.
+i samping peningkatan akses dan kualitas masyarakat yang semakin
membaik, upaya peningkatan kesehatan ibu masih menghadapi berbagai
tantangan. 5antangan pertama adalah bagaimana menurunkan proporsi anemia
pada ibu hamil. Berdasarkan ,iskesdas 2(2, terdapat 23,: ibu hamil anemia,
yaitu ibu hamil dengan kadar <b kurang dari ,( gram8dl, dengan proporsi yang
hampir sama antara di kawasan perkotaan (29,4:$ dan perdesaan (23,":$.
5antangan kedua adalah bagaimana menurunkan proporsi malaria pada ibu
hamil. +ata ,iskesdas 2(2 menunjukkan adanya ,!: ibu hamil yang positi)
terkena malaria melalui pemeriksaan rapid diagnostic test (,+5$, dengan
proporsi terbesar adalah malaria )alsiparum. 'bu hamil yang terkena malaria
berisiko lebih besar mengalami anemia dan perdarahan, serta kemungkinan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BB?,$.
=ambar 2.! 4ersen cakupan Continuum of Care 2((-2(2
5antangan ketiga adalah proporsi ;anita Usia Subur (;US$ dengan
&urang 6nergi &ronis (&6&$, yaitu ;US dengan lingkar lengan atas kurang dari
22,# cm. Berdasarkan ,iskesdas 2(2, terjadi peningkatan proporsi ibu hamil usia
#-! tahun dengan &6& dari 2,2: pada tahun 2(( menjadi 2",#: pada tahun
2(2. 5ren peningkatan serupa juga terjadi pada ;US usia #-! tahun yang tidak
hamil, yang proporsinya meningkat dari 2(,!: pada tahun 2(( menjadi 49,9:
pada tahun 2(2.
Selain tantangan tersebut, tantangan yang tak kalah besar adalah
bagaimana mempercepat penurunan angka kematian ibu menjadi " per ((.(((
kelahiran hidup pada tahun 2(4 sebagaimana diamanatkan ,4.7> 2((-2(4
dan (2 per ((.((( kelahiran hidup pada tahun 2(# sebagai target 7+=s.
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu mustahil
dapat dilakukan sendiri oleh 4emerintah, terlebih dengan berbagai keterbatasan
sumber daya yang dimiliki B tenaga, sarana prasarana, dan anggaran. 0leh karena
itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu
pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi pro)esi kesehatan, kalangan
akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
2.& St!ategi Penu!unan AKI
+alam rangka menurunkan angka kematian ibu (%&'$ di 'ndonesia,
&ementerian &esehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan
4uskesmas dan jaringannyaA penguatan manajemen program dan sistem
rujukannyaA meningkatkan peran serta masyarakatA kerjasama dan kemitraanA
kegiatan akselerasi dan ino1asi tahun 2(A penelitian dan pengembangan ino1asi
yang terkoordinir.<al itu disampaikan 7enteri &esehatan, dr. 6ndang ,ahayu
Sedyaningsih, 74<, +r.4< dalam paparan yang berjudul C&ebijakan +an Strategi
4embangunan &esehatan +alam ,angka 4enurunan %ngka &ematian 'buD kepada
para peserta ,apat &erja >asional (,akernas$ 4embangunan &ependudukan dan
&eluarga Berencana di kantor B&&B> .akarta, 29 .anuari 2( (4usat
&omunikasi 4ublik &emenkes ,', 2($.
7enkes menambahkan terkait strategi keempat yaitu kegiatan akselerasi
dan ino1asi tahun 2(, upaya yang dilakukan &ementerian &esehatan yaitu-
&erjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti
'npres no. 5ahun 2(( 5entang 4ercepatan 4elaksanaan 4rioritas
4embangunan >asional dan 'npres >o. 2 tahun 2(( 5entang 4rogram
4embangunan Eang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, )asilitasi dan
ad1okasi terkait percepatan pencapaian 7+=s. %khir tahun 2(, diharapkan
propinsi dan kabupaten8kota telah selesai menyusun ,encana %ksi +aerah
dalam percepatan pencapaian 7+=s yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim
dan kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan
ibu, memerangi <'F8%'+S dan penyakit menular lainnya.
4emberian Bantuan 0perasional &esehatan (B0&$, mulai tahun 2( setiap
4uskesmas mendapat B0&, yang besarnya ber1ariasi dari ,p 3# juta sampai
2#( juta per tahun. +engan adanya B0&, pelayanan CoutreachD di luar gedung
terutama pelayanan &'%-&B dapat lebih mendekati masyarakat yang
membutuhkan.
7enetapkan 'ndeks 4embangunan &esehatan 7asyarakat ('4&7$ berupa
indikator komposit (status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses
pelayanan kesehatan$ yang digunakan untuk menetapkan kabupaten8kota yang
mempunyai masalah kesehatan. %da 2( kab8kota yang ditetapkan sebagai
+B& yang tahun ini akan didampingi dan di)asilitasi &ementerian &esehatan.
4enempatan tenaga strategis (dokter dan bidan$ dan penyediaan )asilitas
kesehatan di +aerah 5erpencil, 4erbatasan, &epulauan (+54&$, termasuk
dokter plus, Cmobile teamD.
4eluncuran 2 4eraturan 7enteri &esehatan terkait dengan standar pelayan &B
berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no #2 tahun 2((! 5entang
4erkembangan &ependudukan dan 4embangunan &eluarga.
Selain itu menurut 7enkes, pada tahun 2( &ementerian &esehatan
meluncurkan .aminan 4ersalinan (.ampersal$ yang mencakup pemeriksaan
kehamilan, pelayanan persalinan, ni)as, &B pasca persalianan, dan neonatus.
7elalui program ini, persalinan oleh tenaga kesehatan di )asilitas pelayanan
kesehatan diharapkan meningkat, demikian pula dengan pemberian %S' dini,
perawatan bayi baru lahir, pelayanan ni)as dan &B pasca persalinan.
Sasaran .ampersal adalah 2," juta ibu bersalin yang selama ini belum
terjangkau oleh jaminan persalinan dari .amkesmas, .amkesda dan asuransi
kesehatan lainnya. ,uang lingkupnya adalah - pelayanan persalianan tingkat
pertama, tingkat lanjutan, dan persiapan rujukan di )asilitas kesehatan 4emerintah
dan Swasta. &elompok inilah yang akan ditanggung .ampersal. 4elayanan yang
dijamin melalui .ampersal yaitu- pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan
persalinan normal dan dengan komplikasi, pemeriksaan ni)as 2 kali termasuk
pelayanan neonatus dan &B paska persalinan, pelayanan rujukan ibu8bayi baru
lahir ke )asilitas kesehatan lebih mampu (4usat &omunikasi 4ublik &emenkes ,',
2($.
7enurut 7enkes terkait strategi penguatan 4uskesmas dan jaringannya
dilakukan dengan menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro$
esensial yang dapat menjangkau dan dijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi
aspek promoti), pre1enti), kurati) dan rehabilitati), yaitu- &esehatan ibu dan bayi
baru lahir, &B, kespro remaja, 4encegahan dan penanggulangan in)eksi menular
seksual ('7S$ dan <'F8%'+SA dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan
pelayanan kesehatan lainnya yaitu dengan program giGi, penyakit menular dan
tidak menular.
&emampuan 4uskesmas dan jaringannya dalam memberikan paket dasar
tersebut akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan masalah kesehatan
setempat. 4ada saat ini ada !.((# 4uskesmas, terdiri dari 4uskesmas non tempat
tidur (55$, 4uskesmas 55 40>6+ (pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar$
dan 4uskesmas 55 non 40>6+, yang tersebar di seluruh kecamatan di 'ndonesia.
4uskesmas pembantu dan pos kesehatan desa yang ada di desa-desa, akan lebih
di)ungsikan dalam memberikan pelayanan &'% dan &B yang bersi)at promoti),
pre1enti) dan pengobatan sederhana termasuk deteksi dini )aktor risiko dan
penyiapan rujukannya.
4emerintah harus mengambil tindakan untuk segera meningkatkan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. &ebijakan untuk memberikan
)asilitas pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan dan remaja harus segera
diberikan. Selain itu, kebijakan anggaran kesehatan, khususnya kesehatan
perempuan pun harus menjadi komitmen pemerintah untuk menjalankan amanah
Undang-Undang &esehatan. Semakin lambat kebijakan tersebut diberikan dapat
dipastikan angka &5+ dan %&' di 'ndonesia akan terus meningkat. ,ekomendasi
untuk pelayanan kesehatan pasca 2(# di 'ndonesia antara lain-
7emiliki persepsi bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap warga negara
4emerintah berkomitmen mengalokasikan dana kesehatan #: %4B> 2(2
serta memastikan daerah-daerah untuk menganggarkan (: %4B+ untuk
kesehatan diluar gaji
7emastikan bahwa 282 dari total anggaran kesehatan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan bukan untuk ins)rastruktur seperti yang selama ini
banyak dilakukan pemerintah daerah
4emerintah membuat kebijakan mengenai anggaran untuk meningkatkan
kesehatan perempuan, misalnya dengan mengharuskan 2(: anggaran
kesehatan untuk kegiatan &esehatan 'bu dan %nak (&'%$ dan memastikan
anggaran tersebut tepat sasaran
4enyediaan )asilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensi)
(40>6&$, pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (40>6+$, posyandu
dan unit trans)usi darah yang belum merata dan belum seluruhnya terjangkau
oleh seluruh penduduk
7enjamin kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, untuk mendukung
kinerja mereka sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan untuk ibu
hamil dan melahirkan
7emastikan sistem rujukan dari rumah ke puskesmas dan ke rumah sakit
berjalan optimal
7emperbaiki in)rastruktur jalan dan )asilitas kesehatan sebagai upaya
multisektor
7emperbaiki sistem pencatatan terkait upaya penurunan %&' di 'ndonesia
sehingga data yang ditampilkan menggambarkan kondisi kesehatan
perempuan 'ndonesia saat ini.
7emasukkan )asilitas pelayanan kesehatan reproduksi (melalui pendidikan
kesehatan reproduksi$ untuk remaja dan perempuan ke dalam indikator S47
serta mengupayakan tersedianya layanan kesehatan reproduksi remaja di
4uskesmas yang secara akti) juga memberikan pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah sesuai jenjang pendidikan
7embentuk peer conseling untuk remaja terkait kesehatan reproduksi
7enyediakan )asilitas konsultasi &5+ hingga pelayanan aman untuk
pemulihan haid
7enghapus praktik aborsi tidak aman yang berpotensi menyebabkan %&' di
'ndonesia
7elakukan pendekatan budaya kepada masyarakat untuk mengubah pola pikir
agar permasalahan kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi
remaja, merupakan masalah bersama dan tidak lagi menganggapnya sebagai
hal yang tabu untuk dibicarakan
4emerintah tidak hanya menggunakan indikator angka sebagai target tetapi
juga indikator input dan proses seperti penetapan anggaran kesehatan
perempuan, pemerataan jumlah tenaga kesehatan yang terjangkau, serta
pendidikan kesehatan reproduksi untuk perempuan.
Upaya akselerasi pencapaian 7+=s tidak mungkin hanya dilakukan oleh
sektor kesehatan saja. Stakehorders terkait juga memiliki peran dan
tanggungjawab yang sama besarnya (+irektorat Bina &esehatan 'bu &emenkes
,', 2(2$.
=ambar 2.( 4encapaian 'ndikator 7+=s lintas sektoral

Das könnte Ihnen auch gefallen