Sie sind auf Seite 1von 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Inkontinensia alvi sering digambarkan sebagai peristiwa yang tidak menyenangkan tetapi
tidak terelakkan. Berkaitan dengan usia lanjut. Sebenarnya, seperti dengan ulkus dekubitus,
inkontinensia alvi sering kali terjadi akibat sikap dokter dan tindakan keperawatan yang
kurang tepat. Karena dengan diagnosis dan pengobatan yang sesuai. Inkontinensia alvi pada
lanjut usia hampir seluruhnya dapat dicegah.
Inkontinensia alvi lebih jarang ditemukan. Dibandingkan inkontinensia urin. Apalagi bila
penderita tidak menderita inkontinensia urin. 30-50% penderita dengan inkontinensia urin,
juga menderita inkintinensia alvi. Keadaan ini menunjukkan mekanisme patofisiologi yang
sama antara inkontinensia urin dengan inkontinensia alvi.

1.2 rumusan masalah

1.3 tujuan









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian inkontensia alvi
Inkontinensia alvi biasanya akibat daristatis fekal dan impaksi yang disretai penurunan
aktivitas , diet yang tidak tepat , penyakit anal yang nyeri yang tidak diobati, atau konstipasi
kronis. Inkontinensia fekal juga dapat disebabkan oleh penggunaan laksatif yang kronis,
penurunan asupan cairan, defisit nuerologis, pembedahan pelvik, prostat, atau rektum serta
obat-obatan seperti antihistamin, psikotropik, dan preparat besi.

Pengaturan Defekasi Normal
Defekasi, seperti halnya berkemih adalah suatu proses fisiologik yang melibatkan :
Koordinasi susunan syaraf pusat dan perifer serta system reflex.
Kesadaran dan kemamouan untuk mencapai tempat buang air besar.
Di daerah rectum dan anus sendiri, ada tiga hal yang penting untuk mekanisme pengaturan
buang air besar, yang tugasnya mempertahankan penutupan yang baik dari saluran anus, yaitu
(Brocklehurst dkk, 1987)
Sudut ano-rektal yang dipertahankan pada posisi yang paling ideal, dibawah 100 derajat oleh
posisi otot-otot pubo-rektal.
Sfingter anus eksterna yang melindungi terutama terhadap kenaikan mendadak dari tekanan
intra-abdominal, misalnya batuk, bersin, olahraga dan sebagainya.
Bentuk anus sendiri yang seakan menguncup berbentuk katup, dengan otot-otot serta lipatan-
lipatan, mukosa yang saling mendukung.
Tanda dan gejala
Pembesaran feses yang terus menerus dari rectum
Ketidakmampuan mengenali kebutuhan defekasi
Kram abdomen dan distensi
Kemungkinan impaksi fekal
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan rectum digital dapat menyingkirkan kemungkinan impaksi fekal
Kolonoskopi mungkin diperlukan untuk mendeteksi kelainan usus lainnya

2.2 Gambaran Klinis
Klinis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan :
Feses yang cair atau belum berbentuk, sering bahkan selalu keluar merembes.
Keluarnya feses yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali per hari, dipakaian atau ditempat
tidur.
Perbedaan dari penampilan klinis kedua macam inkontinensia alvi. Ini dapat mengarahkan
pada penyebab yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis. Penyebab dari
inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi 4 kelompok (Brocklehurst dkk, 1987; Kane dkk,
1989):
Inkontinensia alvi akibat konstipasi
Inkontinensia alvi simptomatik, yang berkaitan dengan penyakit pada usus besar.
Inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persyarafan dari proses defekasi (inkontinensia
neurogenik)
Inkontinensia alvi karena hilangnya reflex anal.
Jenis-jenis inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi akibat konstipasi
Batasan dari konstipasi (obstipasi) masih belum tegas. Secara teknis dimaksudkan untuk
buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Tetapi banyak penderita sudah
mengeluhkan konstipasi bila ada kesulitan mengeluarkan feses yang keras atau merasa
kurang puas saat buang air besar (Kane dkk, 1989). Konstipasi sering sekali dijumpai pada
lanjut usia dan merupakan penyebab yang paling utama pada inkontinensia alvi pada lanjut
usia.
Inkontinensia alvi simtomatik
Inkontinensia alvi simptomatik dapat merupakan penampilan klinis dari macam-macam
kelainan patologik yang dapat menyebabkan diare.keadaan ini mungkin dipermudah dengan
adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada
fungsi sfingter terhadap feses yang cair, dan gangguan pada saluran anus bagian atas dalam
membedakan flatus dan feses yang cair (Brocklehurst dkk, 1987)
Inkontinensia alvi neurogenik
Inkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi menghambat dari korteks
serebri saat terjadi reggangan atau distensi rectum. Proses normal dari defekasi melalui reflex
gastro-kolon. Beberapa menit setelah makanan sampai dilambung atau gaster, akan
menyebabkan pergerakan feses dari kolon desenden kearah rectum. Distensi rectum akan
diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi
intrinsic dari rectum pada orang dewasa normal, karena ada inhibisi atau hambatan dari pusat
dikorteks serebri (Brocklehurst dkk, 1987).bila buang air besar tidak memungkinkan, maka
hal ini tetap ditunda dengan inhibisi yang disadari terhadap kontraksi rectum dan sfingter
eksternanya. Pada lanjut usia dan terutama pada penderita dengan penyakit serebrovaskuler,
kemampuan untuk menghambat proses defekasi ini dapat terganggu bahkan hilang.
Inkontinensia alvi akibat hilangnya refleks anal
Inkontinensia alvi ini terjsdi akibat hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot-otot.
Parks, Henry dan Swash dalam penelitiannya (seperti dikutip oleh Brocklehurst dkk, 1987),
menunjukkan berkurangnya unit-unit yang berfungsi motorik pada otot-otot daerah sfingter
dan pubo-rektal. Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleks anal, berkurangnya sensasi
pada anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia alvi pada
peningkatan tekanan intra-abdomen dan prolaps dari rectum. Pengelolaan inkontinensia ini
sebaiknya diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya (Brocklehurst dkk, 1987)
Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat seharusnya
menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri untuk
defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat mungkin perlu
menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam jangkauan
pembicaraan dengan klien.
Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk menegakkan
keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi peristaltik normal
dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi
seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
Nutrisi dan Cairan
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang terjadi,
frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu defekasi normal.
Untuk Konstipasi
Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan hangat dan jus buah,
juga masukkan serat dalam diet.



Untuk Diare
Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam porsi kecil dapat membantu
karena lebih mudah diserap. Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari sebab
merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat dan tinggi rempah dapat mencetuskan diare.
Untuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :
- Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah dehidrasi
- Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium. Sebagian besar makanan
mengandung Na. Kalium ditemukan dalam daging, beberapa sayuran dan buah seperti tomat,
nanas dan pisang.
- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang
- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein
- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah, sereal
- Batasi makanan berlemak
- Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah BAB untuk mencegah iritasi
- Jika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare
- Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora usus normal dengan minum produk-produk
susu fermentasi.
Untuk Flatulensi
Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan mengunyah gusi; untuk
meningkatkan pencernaan udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti kubis,
buncis, bawang dan bunga kol.
Latihan
Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi normal. Klien dengan
kelemahan otot abdomen dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin dapat
menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai berikut :
- Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan mengejangkan, menahan selama 10
detik dan kemudian relax. Ulangi 5 10 kali sehari tergantung kekuatan klien.
Positioning
Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk defekasi. Posisi pada toilet
adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami kesulitan untuk
duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan alat bantu BAB seperti commode, bedpad
yang jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.
Obat-obatan
Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi adalah katarsis dan
laxantive, antidiare dan antiflatulensi
Mengurangi flatulensi
Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan flatus, meliputi menghindari makanan
yang menghasilkan gas, latihan, bergerak di tempat tidur dan ambulasi. Gerakan merangsang
peristaltik dan membantu melepaskan flatus dan reabsorbsi gas dalam kapiler intestinal. Satu
metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan memasukkan suatu rectal tube. Caranya
adalah sebagai berikut :
1. Gunakan rectal tube ukuran 22 30 F untuk dewasa dan yanglebih kecil untuk anak
2. Tempatkan klien pada posisi miring
3. Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi
4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10 cm). Rectal tube akan merangsang
peristaltik. Jika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih dalam. Jangan menekan
tube jika tidak bisa masuk dengan mudah.
5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk menghindari iritasi. Jika terjadi distensi
abdomen, masukkan tube setiap 2 3 jam.
6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian
suppository, enema atau obat-obatan yang lain.
Pemberian Enema
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan usus besar. Cara kerja enema
adalah untuk mengembangkan usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa usus,
meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan feses dan flatus.
Jenis enema :
1. Cleansing enema / huknah
Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses. Tindakan ini utamanya diberikan
untuk :
- Mencegah keluarnya feses saat operasi
- Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada usus
- Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi / obstipasi
Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan sebagai berikut :
Larutan Unsur Tindakan Waktu Efek samping
Hipertonis 90 120 cc (misal
Sodium phosphate)
Menarik air dari ruang
interstisiil ke dalam kolon,
merangsang peristaltik,
menyebabkan defekasi
5 10 Retensi Sodium
Hipotonis 500 1000 cc air
kran
Distensi abdomen, me-
rangsang peristaltik,
melunakkan feses
15 20 Ketidakseimbangan
cairan dan elek-trolit,
intoksikasi air
Isotonis 500 1000 cc normal
saline (NaCl 0.9 %)
Distensi abdomen, me-
rangsang peristaltik,
melunakkan feses
15 - 20 Kemungkinan retensi
Na.
Air sabun 500 1000 cc (3 5
cc sabun dalam 1000
cc air)
mengiritasi mukosa, distensi
kolon
10 15 Iritasi dan merusak
mukosa
Minyak 90 120 cc Lubrikasi feses dan mukosa
kolon
3 jam
Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan rendah. Tinggi jika pembersihan
dimungkinkan mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri ke dorsal recumbent dan
kemudian lateral kanan selama pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 46 cm dari
klien. Rendah jika pembersihan hanya pada rektum dan sigmoid. Posisi klien dipertahankan
lateral kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer tidak lebih dari 30 cm dari klien.
2. Carminative enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum
mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian merangsang
peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan
dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 3 jam), untuk melunakkan feses
dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses. Antibiotik enema digunakan
untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk membunuh cacing parasit,
nutritive enema untuk memberikan cairan dan nutrien pada rektum.
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 200 cc cairan
dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.
Tindakan ini diulangi 4 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen berkurang.

Pengeluaran Obstipasi secara Digital
Pengeluaran secara digital meliputi penghancuran massa feses secara digital dan
mengeluarkan bagian-bagiannya. Adanya kemungkinan terjadinya trauma pada mukosa
saluran pencernaan, tindakan ini harus diperhatikan dengan matang. Stimulasi rektum juga
merupakan kontraindikasi pada beberapa klien karena dapat menyebabkan respon vagal
berlebihan yang berdampak aritmia jantung. Sebelum penghancuran feses dianjurkan
diberikan klisma glyserin dan dipertahankan selama 30 menit. Setelah prosedur ini perawat
dapat menggunakan berbagai macam intervensi untuk mengeluarkan feses yang tersisa,
seperti dengan cleansing enema atau dengan suppositoria.
Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan rasa nyeri, perawat dapat
menggunakan 1 2 cc lidokain (xylocain) gel pada sarung tangan yang dimasukkan ke anus.
Program Bowel Training
Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi / inkontinensia feses,
program bowel training dapat membantu mengatasinya. Program ini didasarkan pada faktor
dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi
normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan, latihan dan kebiasaan
defekasi. Sebelum mengawali program ini, klien harus memahaminya dan terlibat langsung.
Secara garis besar program ini adalah sebagai berikut :
o Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat defekasi
normal.
o Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :
a. Asupan cairan sekitar 2500 3000 cc/hari
b. Peningkatan diit tinggi serat
c. Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi
d. Peningkatan aktivitas / latihan
o Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian selama 2 3 minggu :
a. Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax) 30 menit sebelum waktu defekasi klien
untuk merangsang defekasi.
b. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di Commode
atau bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository dan keinginan defekasi.
c. Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup 30 40 menit.
d. Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan
berlebihan, karena dapat mengakibatkan hemorrhoid.
o Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif
feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan untuk
mencapai keberhasilan




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN INKOTENENSIA
3.1 Pengkajian
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan, melakukan
pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat seharusnya
juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari pemeriksaan diagnostik yang relevan.

Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu perawat menentukan pola defekasi normal
klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa perubahan yang
terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi
berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola
eliminasi. Sebagai contoh untuk mengumpulkan riwayat keperawatan, perhatikan Assesment
review sebagai berikut :

Pola defekasi
Kapan anda biasanya ingin BAB ?
Apakah kebiasaan tersebut saat ini mengalami perubahan ?
Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair), permukaan,
atau bau feses anda saat ini ?
Masalah eliminasi alvi
Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu) berkaitan dengan BAB
(konstipasi, diare, kembung, merembes / inkontinensia{tidak tuntas}) ?
Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ?
Menurut anda kira-kira apa penyebabnya (makanan, minuman, latihan, emosi, obat-obatan,
penyakit, operasi) ?
Usaha apa yang anda lakukan untukmengatasinya dan bagaimana hasilnya ?
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
Menggunakan alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan kebiasaan BAB
normal ?Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan / minuman tertentu atau obat-obatan ?
Diet. Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ? Makanan apa yang biasa anda makan
? yang biasa anda hindari, berapa kali anda makan dalam sehari ?
Cairan. Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam sehari ? (misalnya 6 gelas air, 2
cangkir kopi)
Aktivitas dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian apa yang biasa dilakukan ?
Medikasi. Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan (misalnya Fe,
antibiotik) ?
Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda mengira berpengaruh pada pola
BAB (defekasi) anda ? Bagaimana ?
Ada ostomi dan penanganannya
Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda ?
Jika ada masalah, apa yang anda lakukan ?
Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda ? Bagaimana caranya
?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi,
perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum
palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi
inspeksi dan palpasi.
Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan penyebab
Warna Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan
Pekat / putih Adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu); pemeriksaan
diagnostik menggunakan barium
Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA (lambung,
usus halus); diet tinggi buah
merah dan sayur hijau tua (spt.
Bayam)
Merah PSPB (spt. Rektum), beberapa
makanan spt bit.
Pucat Malabsorbsi lemak; diet tinggi
susu dan produk susu dan rendah
daging.
Orange atau hijau Infeksi usus
Konsistensi Berbentuk, lunak, agak
cair / lembek, basah.
Keras, kering Dehidrasi, penurunan motilitas
usus akibat kurangnya serat,
kurang latihan, gangguan emosi
dan laksantif abuse.
Diare Peningkatan motilitas usus (mis.
akibat iritasi kolon oleh bakteri).
Bentuk 2,5 cm u/ orang
dewasaSilinder
Mengecil, bentuk
pensil atau seperti
Kondisi obstruksi rectum
(bentuk rektum) dgn benang
Jumlah Tergantung diet (100
400 gr/hari)

Bau Aromatik : dipenga-ruhi
oleh makanan yang
dimakan dan flora
bakteri.
Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
Unsur pokok Sejumlah kecil bagian
kasar makanan yg tdk
dicerna, potongan bak-
teri yang mati, sel epitel,
lemak, protein, unsur-
unsur kering cairan
pencernaan (pigmen
empedu dll)
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam jumlah
besar
Benda asing
Infeksi bakteri
Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan


Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi langsung / tidak
langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang tidak normal.

Diagnosa
Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA meliputi :
- Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Resiko terjadi konstipasi
- Konstipasi yang dirasakan
- Diare
(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada pedoman diagnosa NANDA yang meliputi tujuan
dan intervensi)
Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area fungsi manusia dan dapat menjadi
etiologi diagnosa NANDA yang lain, seperti :
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Inkontinensia alvi
Harga diri rendah berhubungan dengan
a. Ostomy
b. Inkontinensia usus
c. Perlunya bantuan untuk toileting
Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen ostomy berhubungan dengan
kurangnya pengalaman
Ansietas berhubungan dengan
a. Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy
b. Respon lain terhadap ostomy

Perencanaan
Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah untuk :
- Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi alvi normal
- Mempertahankan atau mendapatkan kembali konsisteni feses normal
- Mencegah resiko yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
trauma kulit, distensi abdomen dan nyeri.
Diagnosa keperawatan utama dan kreiteria hasil :
Inkontinensia fekal berhubungan dengan keruusakan neuromuskuler, diare, impaksi fekal
atau kerusakan kognitif.
Pasien akan dapat mengendalikan defekasi setelah latihan kembali defekasi :
Ansietas berhubungan dengan inkontinensia fekal
kriteria hasil :
pasien akan mengungkapkan perasaannya mengenai kecemasan dan mengetahui mekanisme
koping
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia fekal.
kriteria hasil :
pasien akan mempertahankan integritas kulit.

I ntervensi Keperawatan
Jadwalkan waktu tambahan untuk mendorong dan memberi dukungan pada pasien serta
untuk mengurangi perasaan malu atau tidak berdaya akibat kehilangan pengendalian. Puji
keberhasilan upaya pasien.
Mulai program toileting terjadwal dengan mengkaji pasien agar mengetahui kapan waktu
defekasi rutinnya (contoh, setelah sarapan pagi atau setelah minum hangat lainnya ).ingatkan
pasien dan bantu menggunakannya. Pastikan ia mengetahui letak toilet dan temani pasien
untuk memastikan ia telah berdefekasi secara sempurna.
Pertahankan perawatan hygiene yang efektif untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan
mencegah kerusakan kulit dan infeksi.
Dorong pasien untuk makan diet kaya serat dan sayur-sayuran berdaun kasar (seperti wortel
dan selada), buah tidak dikupas (apel), dan gandum utuh (seperti gandum atau roti gandum
dan sereal), kulit padi merupakn serat terbaik.
Anjurkan asupan cairan yang adekuat (8 sampai 10 gelas air perhari jika kondisi pasien
memungkinkan)
Tingkatkan latihan yang teratur dengan menjalankan cara latihan untuk menggunakan
defekkasi yang teratur bahkan pasien yang melakukan ambulasi dapat melakukan latiham
sambil duduk atau berbaring ditempat tidur.
Penyuluhan pasien
Ajarkan pasien untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan laksatif jika perlu.
Tekankan bahwa penggunaan laksatif yang dijual bebas untuk meningkatkan defekasi teratur
dapat menyebabkan efek berlawanan dan menyebabkan konstipasi atau inkontinensia
sepanjang waktu.
Anjurkan penggunaan laksatif alami, seperti buah prem atau jus buah prem.
I mplementasi
Peningkatan Keteraturan Defekasi
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan,
nasi; mempertahankan minum 2 3 liter/hari
Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang terjadi,
frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu defekasi normal.



Evaluasi
- Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ?
- Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ?
- Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?























DAFTAR PUSTAKA
Jaime,L Stockslager.2007.Buku Asuhan Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC
R.Siti Maryam,S.Kp..Ns.dkk.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta
Salemba Medika
Stanley,Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Tamher, S.noorkasiani.2009. kesehatan Usia Lanjur Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Charlene J. Reeves at all. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medica, 2001.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta. EGC
Darmojo, R. boedhi. 2004. Buku Ajar Geriatric, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,Edisi 3. Jakarta
: FKUI
Nugroho Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen