Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2) = r+s
2 : r, s Q R
merupakan lapangan dengan operasi yang
sama dengan R. Himpunan tersebut meru-
pakan subhimpunan dari suatu lapangan,
yang tertutup terhadap penjumlahan, perkalian,
dan balikan.
4. Himpunan F(X) = f(X)/g(X) : f(X), g(X)
F[X], g(X) ,= 0 merupakan lapangan.
5. Himpunan bilangan modulo p, dengan p prima,
Z/pZ merupakan lapangan.
Denisi 2 Suatu ruang vektor V atas lapan-
gan F adalah himpunan V, yang unsur-unsurnya
dinamakan vektor, dilengkapi dengan vektor
nol 0, operasi penjumlahan vektor + dan
operasi perkalian skalar yang memenuhi
Untuk setiap u, v, w V, dan r, s F, berlaku
u +v V
0 +v = v
u +v = v +u
u +(v +w) = (u +v) +w
rv V
1v = v, 0v = 0
r(u +v) = ru +rv
(r +s)v = rv +sv
(rs)v = r(sv)
2
Denisi 3 Misalkan v
1
, v
2
, , v
n
adalah vek-
tor dan r
1
, r
2
, , r
n
adalah skalar. Vektor
w = r
1
v
1
+r
2
v
2
+ +r
n
v
n
dinamakan kombinasi linier dari v
1
, v
2
, , v
n
.
Himpunan semua kombinasi linier dari X =
v
1
, v
2
, , v
n
dilambangkan dengan
X) = spanv
1
, v
2
, , v
n
.
Catatan:
1. spanv
1
, v
2
, , v
n
hampir selalu merupakan
himpunan tak berhingga vektor.
2. Span suatu vektor tunggal taknol di R
3
adalah garis. Span dua vektor taknol tak
segaris di R
3
adalah bidang yang memuat
dua vektor tersebut.
3
3. Karena 0 = 0v
1
+0v
2
+ +0v
n
, maka 0 se-
lalu merupakan kombinasi linier dari setiap
himpunan vektor tak kosong.
Catatan: Jika V = X) = spanv
1
, v
2
, , v
n
kita katakan X = v
1
, v
2
, , v
n
membangun
V, atau v
1
, v
2
, , v
n
adalah himpunan pem-
bangun untuk V. Setiap ruang vektor senanti-
asa memiliki subhimpunan pembangun. Sub-
himpunan pembangun suatu ruang vektor tidak
mesti tunggal.
Denisi 4 Suatu subruang dari ruang vektor
V adalah subhimpunan U V dimana U meru-
pakan ruang vektor dengan operasi penjumla-
han dan perkalian yang sama dengan V.
Lema 5 Suatu subhimpunan tak kosong U
V dari suatu ruang vektor V merupakan sub-
ruang V jika dan hanya jika
1. Untuk setiap u
1
, u
2
U, berlaku u
1
+u
2
U,
2. Untuk setiap k F dan u U, berlaku ku
U.
4
Contoh
1. F
p
merupakan subruang dari dirinya sendiri.
Himpunan 0 merupakan subruang dari F
p
.
2. R, R
2
, dan R
3
merupakan subruang dari R
3
.
3. Bidang xy, yaitu (x, y, 0) : x, y R meru-
pakan subruang dari R
3
. Bidang xy meru-
pakan span dari vektor (1, 0, 0) dan (0, 1, 0).
Dengan cara yang sama bidang xz dan yz
juga merupakan subruang dari R
3
.
5
Lema 6 1. Span sebarang himpunan vektor
v
1
, v
2
, , v
n
merupakan subruang dari F
p
.
Akibatnya, jika w
1
, , w
m
spanv
1
, v
2
, , v
n
,
maka spanw
1
, , w
m
spanv
1
, v
2
, , v
n
.
2. Himpunan solusi sistem persamaan homogen
merupakan subruang dari F
p
.
Catatan:
1. Satu-satunya subruang dari R adalah 0
dan R.
2. Subruang dari R
2
adalah (0, 0), garis yang
melalui (0, 0), atau seluruh R
2
.
3. Subruang dari R
3
adalah (0, 0, 0), garis
yang melalui (0, 0), bidang yang melalui
(0, 0, 0), atau seluruh R
3
.
6
Contoh
1. Misalkan F sebarang lapangan. Untuk se-
tiap bilangan bulat positif n, F
n
merupakan
ruang vektor, juga subruang-subruangnya
seperti ruang baris, ruang kolom, ruang nol
matriks.
2. Untuk setiap lapangan F suatu suku banyak
dalam X adalah suatu ekspresi berbentuk
a
n
X
n
+a
n1
X
n1
+ +a
1
X +a
0
dimana
a
0
, a
1
, , a
n
F. Misalkan P adalah him-
punan semua suku banyak dalam X den-
gan koesien di F. Maka P merupakan ru-
ang vektor atas F. Subhimpunan P
n
P
yang berisi semua suku banyak berdera-
jat kurang dari atau sama dengan n ter-
tutup terhadap penjumlahan dan perkalian
skalar. Maka P
n
merupakan ruang vektor
dan subruang dari P.
7
3. Misalkan [a, b] R. Himpunan semua fungsi
kontinu bernilai riil terdenisi di [a, b], (([a, b], R)
merupakan ruang vektor riil. Himpunan se-
mua fungsi diferensiabel terdenisi di [a, b],
T([a, b], R) merupakan subruang dari (([a, b], R).
4. Himpunan semua fungsi kontinu bernilai riil
terdenisi di R, ((R, R) merupakan ruang
vektor riil. Ruang vektor ini memiliki subru-
ang yang berisi semua fungsi f(x) ((R, R)
yang memenuhi
_
[f(x)[dx < .
5. Misalkan S suatu himpunan tak kosong dan
F lapangan. himpunan semua fungsi Fun(S, F)
dari S ke F adalah ruang vektor atas F, di-
mana untuk setiap f, g Fun(S, F), dan
k F, berlaku (f +g)(s) = f(s) +g(s) dan
(kf)(s) = kf(s).
6. Himpunan M
mn
(F) berisi semua matriks
m n dengan komponen di F adalah ru-
ang vektor atas F. Untuk m = n, himpunan
matriks simetri, yaitu matriks A M
nn
yang memenuhi A
t
= A, merupakan subru-
ang, begitu juga himpunan matriks skew-
symmetric yaitu yang memenuhi A
t
= A.
Himpunan semua matriks yang punya in-
vers bukan subruang.
7. Himpunan semua barisan tak hingga bi-
langan riil (r
1
, r
2
, r
3
, ) merupakan ruang
vektor. Himpunan semua barisan (r
1
, r
2
, r
3
, )
dimana
i=1
r
2
i
< merupakan subruang.
Denisi 7 Subhimpunan X dari V adalah ba-
sis bagi V jika
1. V = X).
2. tidak ada subhimpunan sejati Y dari X yang
memenuhi V = Y ).
Basis bagi V adalah himpunan pembangun V
terkecil.
Denisi 8 Suatu himpunan vektor
X = v
1
, v
2
, , v
n
dikatakan bebas linier jika
r
1
, r
2
, , r
n
skalar memenuhi
r
1
v
1
+r
2
v
2
+ +r
n
v
n
= 0,
maka haruslah r
1
= 0, r
2
= 0, , r
n
= 0. Jika
X tidak bebas linier, X dikatakan bergantung
linier.
8
Jika Y adalah subhimpunan sejati dari X
dan V = Y ), maka X bergantung linier.
Jika X bebas linier, maka tidak ada sub-
himpunan sejati Y dari X yang memenuhi
V = Y ). (kebalikannya juga berlaku)
Teorema 9 Subhimpunan X dari V adalah ba-
sis bagi V jika dan hanya jika
1. V = X).
2. X bebas linier.
Setiap ruang vektor selain 0 memiliki basis.
9
Lema 10 1. Jika Y X V dan X bebas
linier, maka Y bebas linier.
2. Jika Y X V dan Y membangun V,
maka X membangun V.
Lema 11 Misalkan X = v
1
, , v
n
basis bagi
V dan Y V bebas linier. Misalkan y Y.
Maka X
t
= y, v
2
, , v
n
basis V.
Teorema 12 Misalkan X = v
1
, , v
n
basis
bagi V dan Y V bebas linier. Maka terda-
pat subhimpunan Z dari X, dengan [Z[ = [Y [,
sehingga (X Z) Y basis V.
10
Akibat 13 1. Jika V memiliki sebuah basis
dengan n unsur dan Y subhimpunan bebas
linier dari V, maka [Y [ n.
2. Jika X dan Y basis V dan [X[ = n, maka
[Y [ = n.
3. Jika V memiliki basis hingga, maka semua
basis bagi V memiliki banyak unsur sama.
4. Jika V memiliki basis hingga, maka setiap
subhimpunan bebas linier dari V termuat
dalam suatu basis bagi V .
11
Contoh: Misalkan e
i
= (0, , 0, 1, 0, , 0)
F
n
dengan 1 di posisi ke-i, maka e
1
, e
2
, , e
n
basis K dan Y = y
1
, , y
nk
basis L. Maka
X Y adalah basis V.
30
Misalkan K ,= 0. Jika x K, maka P(x) = x.
Unsur x K, x ,= 0, disebut vektor karakteristik
P untuk nilai karakteristik 1. Jika L ,= 0,
unsur y L, y ,= 0 juga vektor karakteristik
dari P.
Denisi 44 Misalkan T : V V suatu opera-
tor linier. Jika v V suatu vektor taknol dan
terdapat skalar k sedemikian sehingga T(v) =
kv, v dinamakan vektor karakteristik dari T.
Skalar k dinamakan nilai karakteristik dari T
yang bersesuaian dengan vektor karakteristik
v. Jika A matriks n n, maka nilai karakter-
istik (vektor karakteristik) dari A adalah nilai
karakteristik (vektor karakteristik) dari T
A
.
31
Contoh:
1. Fungsi e
kx
(
S
n
sg()a
1
1
a
2
2
a
n
n
.
Lema 58 Jika matriks persegi A mempunyai
dua baris yang sama, maka det(A) = 0.
Teorema 59 Fungsi det : M
nn
(F) F yang
didenisikan pada A = (a
ij
) sebagai
det(A) =
S
n
sg()a
1
1
a
2
2
a
n
n
merupakan fungsi determinan seperti diden-
isikan dalam Denisi 45.
Teorema 60 Misalkan 1 r < n dan
A =
_
A
11
0
A
21
A
22
_
adalah partisi matriks n n, dimana A
11
r r,
A
22
(n r) (n r), dan matriks r (n
r) A
12
adalah matriks nol. Maka det(A) =
det(A
11
)det(A
22
).
Denisi 61 Misalkan A = (a
ij
) suatu matriks
n n. Denisikan A(i[j), sebagai matriks n
1 n 1 yang diperoleh dari matriks A den-
gan menghapus baris ke-i dan kolom ke-j, di-
namakan submatriks maksimal dari A.
Denisi 62 Jika A = (a), denisikan T
1,1
(A) =
a = det(A).
Jika A = (a
ij
) suatu matriks n n dengan
n > 1, untuk 1 i n denisikan
T
n,i
(A) =
n
j=1
(1)
i+j
a
ij
det(A(i[j))
dan dinamakan kofaktor baris ke-i.
Untuk j dengan 1 j n denisikan
T
n
j
(A) =
n
i=1
(1)
i+j
a
ij
det(A(i[j))
dan dinamakan kofaktor kolom ke-j.
37
Teorema 63 Untuk sebarang matriks A n n
dan sebarang i, j dimana 1 i, j n, berlaku
T
n,i
(A) = T
n
j
(A) = det(A).
Denisi 64 Misalkan A = (a
ij
) matriks n
n. Denisikan adjoint dari A, adj(A), sebagai
matriks n n dengan komponen ke-ji adalah
adj(A)(j, i) = (1)
i+j
det(A(i[j)).
Teorema 65 Untuk setiap matriks A yang punya
balikan, A
1
= det(A)
1
adj(A).
38
Dengan menggunakan fungsi determinan,
nilai karakteristik r untuk operator linier T
dapat diperoleh sebagai solusi persamaan
det(XI T) = 0.
Dengan memperhatikan sifat multiplikatif
determinan, kita mempunyai det(XI T) =
det(XI
n
A) untuk sebarang matriks A yang
merupakan matriks penyajian T.
Misalkan A sebarang matriks penyajian T.
Det(XIA) merupakan polinom monik berder-
ajat n. Kita namakan C
T
(X) polinom karak-
teristik T atau C
A
(X) polinom karakter-
istik A. Persamaan C
A
(X) = det(XIA) =
0 kita namakan persamaan karakteristik
A atau persamaan karakteristik T.
Teorema 66 (Teorema Dasar Aljabar) Pada
lapangan kompleks, setiap polinom berderajat
n terurai sebagai hasil perkalian n faktor linier.
39
Lema 67 Misalkan T : V V suatu operator
linier. Maka
1. v adalah vektor karakteristik dari T yang
bersesuaian dengan nilai karakteristik r jika
dan hanya jika 0 ,= v ker(rI T).
2. Jika r suatu nilai karakteristik dari T, maka
himpunan semua vektor karakteristik dari T
dengan nilai karakteristik yang bersesuaian
r digabung dengan vektor 0 membentuk
subruang dari V.
Contoh penggunaan : Misalkan D
2
: C
(R, R)
denisikan sebagai D D, yaitu D
2
(f(x)) =
f
tt
(x). Jelas bahwa D
2
(sin kx) = k
2
sin kx dan
D
2
(cos kx) = k
2
cos kx. Berdasarkan lemma di
atas, setiap fungsi berbentuk Asin kx+Bcos kx,
dengan A, B R juga merupakan vektor karak-
teristik dari D
2
.
40
Denisi 68 Misalkan r suatu nilai karakteristik
dari T : V V. Subruang dari V yang berisi se-
mua vektor karakteristik yang bersesuaian den-
gan nilai karakteristik r dengan vektor 0 dina-
makan ruang karakteristik yang bersesuaian
dengan r. Ruang karakteristik yang bersesuaian
dengan r dilambangkan dengan E
r
.
Lema 69 Misalkan V suatu ruang vektor berdi-
mensi n. Misalkan A = [T]
B
, untuk suatu basis
terurut B dari V dan T : V V suatu oper-
ator linier. Misalkan r nilai karakteristik dari
T, dimensi ruang karakteristik E
r
dengan ni-
lai karakteristik r adalah null(rI
n
A) = n
rk(rI
n
A).
41
Denisi 70 Misalkan A suatu matriks n n
dan nilai karakteristik dari T
A
. Pangkat tert-
inggi dari (x ) yang membagi C
A
(x) dina-
makan multiplisitas aljabar dari nilai karak-
teristik . Dimensi ruang karakteristik E
dari
T
A
yang bersesuaian dengan dinamakan mul-
tiplisitas geometri dari nilai karakteristik .
Perhatikan ruang karakteristik E
. Misalkan X
sebuah basis E
(R, R)
merupakan vektor-vektor karakteristik opera-
tor diferensial D. Lebih lanjut nilai-nilai karak-
teristik mereka masing-masing berbeda. Aki-
batnya, e
x
, e
2x
, e
3x
, , e
nx
bebas linier.
Teorema 74 Misalkan T : V V operator
liner dimana V berdimensi hingga. Maka perny-
ataan berikut ekivalen:
1. T dapat didiagonalkan
2. Terdapat suatu basis terurut B dari V yang
terdiri dari vektor-vektor karakteristik dari
T.
3. Untuk setiap basis terurut C dari V, [T]
C
dapat didiagonalkan.
44
Misalkan K
1
, , K
t
subruang dari V. Hasil
tambah
K
1
+ +K
t
= u
1
+ +u
t
: u
i
K
i
, i = 1, 2, , t
adalah subruang dari V. Kita tuliskan seba-
gai
t
i=1
K
i
.
Setiap unsur
t
i=1
K
i
hanya dapat dituliskan
sebagai hasil penjumlahan unsur-unsur K
1
, , K
t
secara tunggal jika dan hanya jika
K
i
j,=i
K
j
= 0, i = 1, , t.
Dalam hal ini diperoleh hasil tambah lang-
sung K
1
K
t
=
t
i=1
K
i
dan dim
t
i=1
K
i
=
t
i=1
dim K
i
.
Lema 75 Jika E
1
, E
2
, , E
t
ruang-ruang karak-
teristik T untuk nilai-nilai karakteristik
1
, ,
t
yang berbeda, maka E
1
+E
2
+ +E
t
adalah
suatu hasil tambah langsung.
45
Teorema 76 Misalkan nilai-nilai karakteristik
T yang berbeda adalah
1
, ,
t
. Pernyataan
berikut ekivalen
1. Terdapat matriks penyajian bagi T yang
berupa matriks diagonal.
2. E
1
+ +E
t
= V.
3. m
g
(
1
) + +m
g
(
t
) = n.
4. C
T
(x) dapat dituliskan sebagai hasil kali
faktor-faktor linier.
5. untuk setiap nilai karakteristik dari T berlaku
m
g
() = m
a
().
46
Contoh :
1. A =
_
1 1
0 1
_
. Kita peroleh C
A
(x) = (x
1)
2
, sehingga m
a
(1) = 2. Sedangkan E(1) =
__
1
0
__
, sehingga m
g
(1) = 1.
2. Untuk rotasi pada bidang R
2
sebesar ,
,= k, k Z, polinom karakteristik tidak
dapat difaktorkan menjadi faktor linier. Kita
peroleh C
(x) = x
2
+ 1 tidak dapat difak-
torkan menjadi faktor linier atas R, tidak
memiliki vektor dan nilai karakteristik.
47
Untuk sebarang bilangan kompleks a + bi C,
dengan a, b R, nilai mutlak [a + bi[ adalah
bilangan riil
_
a
2
+b
2
.
Denisi 77 Suatu norm pada ruang vektor riil
atau kompleks V adalah suatu fungsi bernilai
riil, dilambangkan dengan [[ [[, yang memenuhi
1. (Sifat Denit Positif) [[v[[ 0 untuk setiap
v V, dan [[v[[ = 0 jika dan hanya jika
v = 0.
2. [[kv[[ = [k[ [[v[[ untuk setiap skalar k dan
v V.
3. (Ketaksamaan Segitiga) [[u + v[[ [[u[[ +
[[v[[ untuk setiap u, v V.
48
Jika [[ [[ adalah suatu norm pada ruang vektor
V, dan v, w V, jarak antara v dan w (relatif
terhadap [[ [[) didenisikan sebagan d(v, w) =
[[v w[[. Berdasarkan sifat 2,
d(v, w) = [[vw[[ = [1[.[[wv[[ = [[wv[[ = d(w, v).
Contoh
1. Pada R
n
denisikan
[[(a
1
, a
2
, , a
n
)[[ =
_
a
2
1
+a
2
2
+ +a
2
n
.
Maka [[v[[ adalah jarak antara (0, 0, , 0)
dengan v di R
n
.
2. Untuk (a
1
, a
2
, , a
n
) R
n
denisikan
[[(a
1
, a
2
, , a
n
)[[
t
= [a
1
[ +[a
2
[ + +[a
n
[.
Sifat 1 dan sifat 2 jelas berlaku.
49
Untuk sifat 3, perhatikan bahwa
[[(a
1
+b
1
, , a
n
+b
n
)[[
t
= [a
1
+b
1
[+ +[a
n
+b
n
[
[a
1
[ +[b
1
[ + +[a
n
[ +[b
n
[
= [[(a
1
, , a
n
)[[
t
+[[(b
1
, , b
n
)[[
t
.
Dengan demikian [[ [[
t
mendenisikan norm
di R
n
.
3. Pada R
n
denisikan
[[(a
1
, , a
n
)[[
max
= max[a
1
[, , [a
n
[.
Fungsi [[ [[
max
mendenisikan norm di R
n
.
4. Misalkan C([0, 1], R) adalah ruang vektor
berisi semua fungsi kontinu bernilai riil yang
didensikan di [0, 1]. Untuk f(x) C([0, 1], R),
fungsi berikut mendenisikan norm di C([0, 1], R)
(1) [[f(x)[[
1
=
_
1
0
[f(x)[dx.
5. Pada C
n
norm yang biasa digunakan adalah
[[(c
1
, c
2
, , c
n
) =
_
[c
1
[
2
+ +[c
n
[
2
.
Denisi 78 Misalkan V suatu ruang vektor riil.
Suatu hasil kali dalam riil pada V adalah su-
atu fungsi bernilai riil pada V V, yang dino-
tasikan sebagai < , >, yang memenuhi
1. (Sifat simetri) < u, v >=< v, u > untuk se-
tiap u, v V.
2. < ku, v >= k < u, v > untuk setiap k R
dan setiap u, v V.
3. < v
1
+v
2
, u >=< v
1
, u > + < v
2
, u > untuk
setiap u, v
1
, v
2
V.
4. (Sifat denit positif) < v, v > 0 untuk
setiap v V, dan < v, v >= 0 jika dan hanya
jika v = 0.
Ruang vektor V dilengkapi dengan hasil kali
dalam < , > dinamakan ruang hasil kali dalam
riil. Suatu ruang hasil kali dalam berdimensi
hingga dinamakan ruang Euclid.
Sifat 1 mengakibatkan sifat-sifat berikut juga
berlaku:
2 < u, kv >= k < u, v > untuk setiap k R
dan setiap u, v V.
3 < u, v
1
+ v
2
>=< u, v
1
> + < u, v
2
> untuk
setiap u, v
1
, v
2
V.
Contoh:
1. Hasil kali titik (a
1
, , a
n
) (b
1
, , b
n
) =
a
1
b
1
+ +a
n
b
n
pada R
n
merupakan hasil
kali dalam.
2. Fungsi < , >: R
3
R
3
R didenisikan
sebagai
< (x
1
, y
1
, z
1
), (x
2
, y
2
, z
2
) >
= x
1
x
2
2(x
1
y
2
+y
1
x
2
) +5y
1
y
2
+3z
1
z
2
merupakan hasil kali dalam di R
3
.
3. Misalkan V = C([0, 1], R). Untuk f(x), g(x)
V berikut ini mendenisikan hasil kali dalam
< f(x), g(x) >=
_
1
0
f(x)g(x)dx.
Misalkan u, v V dan < , > suatu hasil kali
dalam di V, u dan v dikatakan ortogonal, dil-
ambangkan dengan uv, jika < u, v >= 0. Un-
tuk hasil kali titik di R
2
dan R
3
dua vektor
dikatakan ortogonal jika dan hanya mereka sal-
ing tegak lurus.
Teorema 79 Misalkan v
1
, v
2
, , v
n
vektor-vektor
yang saling ortogonal di ruang vektor V den-
gan hasil kali dalam < , >. Maka v
1
, v
2
, , v
n
bebas linier.
Denisi 80 Jika < , > merupakan hasil kali
dalam di V dan u, v ,= 0 V, denisikan proyeksi
ortogonal dari u pada v sebagai
proj
v
(u) =
< u, v >
< v, v >
v.
Lema 81 Jika u, v V dan < , > hasil kali
dalam riil di V, maka vektor v dan (uproj
v
(u))
ortogonal.
Denisi 82 Jika V suatu ruang vektor, v V,
dan < , > suatu hasil kali dalam di V, den-
isikan [[v[[ =< v, v >
1/2
. Fungsi [[ [[ : V R
dinamakan norm yang bersesuaian dengan
< , > .
Teorema 83 (Ketaksamaan Schwarz) Misalkan
V suatu ruang hasil kali dalam riil dengan hasil
kali dalam < , > . Untuk u, v V,
< u, v > [[u[[.[[v[[.
Kesamaan berlaku jika dan hanya jika u = kv
untuk suatu k 0.
Teorema 84 Jika < , > suatu hasil kali dalam
riil di V, maka [[ [[ : V R yang didenisikan se-
bagai [[v[[ =< v, v >
1/2
merupakan suatu norm
di V.
50
Jika a+bi C dengan a, b R, konjugat kom-
pleks dari a +bi adalah a +bi = a bi.
Denisi 85 Misalkan V suatu ruang vektor kom-
pleks. Suatu hasil kali dalam kompleks atau
hermit pada V adalah suatu fungsi bernilai
kompleks pada V V, yang dinotasikan sebagai
< , >, yang memenuhi
1. < u, v >= < v, u > untuk setiap u, v V.
2. < ku, v >= k < u, v > untuk setiap k R
dan setiap u, v V.
3. < v
1
+v
2
, u >=< v
1
, u > + < v
2
, u > untuk
setiap u, v
1
, v
2
V.
4. < v, v > R dan < v, v > 0 untuk setiap
v V. Lebih lanjut < v, v >= 0 jika dan
hanya jika v = 0.
51
Ruang vektor V dilengkapi dengan hasil kali
dalam kompleks < , > dinamakan ruang hasil
kali dalam hermit. Suatu ruang hasil kali
dalam kompleks berdimensi hingga dinamakan
ruang uniter. Sifat 1 mengakibatkan sifat-
sifat berikut juga berlaku:
2 < u, kv >=
k < u, v > untuk setiap k C
dan setiap u, v V.
3 < u, v
1
+ v
2
>=< u, v
1
> + < u, v
2
> untuk
setiap u, v
1
, v
2
V.
Contoh
1. Hasil kali titik pada R
n
dapat digeneral-
isasi menjadi hasil kali dalam hermit di C
n
.
Untuk (a
1
, , a
n
), (b
1
, , b
n
) C
n
den-
isikan < (a
1
, , a
n
), (b
1
, , b
n
) >= a
1
b
1
+
+ a
n
b
n
. Dengan hasil kali dalam ini C
n
dinamakan ruang n uniter.
2. Misalkan V = C([0, 1], C). Untuk f(x), g(x)
V berikut ini mendenisikan hasil kali dalam
< f(x), g(x) >=
_
1
0
f(x)g(x)dx.
52
Sifat-sifat yang berlaku pada ruang hasil kali
dalam riil juga berlaku pada ruang hasil kali
dalam kompleks. Khusus untuk sifat-sifat berikut
terdapat perbedaan:
Lema 86 Jika u, v V dan < , > hasil kali
dalam kompleks di V, maka vektor v dan (u
proj
v
(u)) ortogonal.
Teorema 87 (Ketaksamaan Schwarz) Misalkan
V suatu ruang hasil kali dalam kompleks den-
gan hasil kali dalam < , > . Untuk u, v V,
[ < u, v > [
2
([[u[[.[[v[[)
2
.
Akibatnya, [ < u, v > [ ([[u[[.[[v[[).
Teorema 88 Jika < , > suatu hasil kali dalam
kompleks di V, maka [[ [[ : V R yang diden-
isikan sebagai [[v[[ =< v, v >
1/2
merupakan su-
atu norm di V.
53
Denisi 89 Misalkan < , > merupakan hasil
kali dalam di ruang vektor V. Suatu basis
u
1
, u
2
, , u
n
dinamakan basis ortogonal un-
tuk V jika < u
i
, u
j
>= 0 untuk i ,= j. Jika
berlaku juga setiap [[u
i
[[ = 1, basis tersebut
dinamakan basis ortonormal.
Teorema 90 Misalkan u
1
, u
2
, , u
n
suatu ba-
sis ortonormal di ruang vektor V dengan hasil
kali dalam < , > . Maka untuk setiap v V,
v = a
1
v
1
+a
2
v
2
+ +a
n
v
n
dengan a
i
=< v, u
i
> .
54
Teorema 91 (Teorema Gram-Schmidt) Misalkan
w
1
, , w
m
saling ortogonal dan taknol di ru-
ang hasil kali dalam V. Misalkan y V dan
w
m+1
= y
m
j=1
< y, w
j
>
< w
j
, w
j
>
w
j
= y
m
j=1
proj
w
j
(y).
Maka w
1
, w
2
, , w
m
, w
m+1
saling ortogonal dan
spanw
1
, , w
m
, y = spanw
1
, , w
m
, w
m+1
.
Lebih lanjut w
m+1
= 0 jika dan hanya jika
y spanw
1
, , w
m
.
Teorema 92 Setiap ruang hasil kali dalam berdi-
mensi hingga V memiliki basis ortogonal (dan
juga basis ortonormal).
55
Denisi 93 Misalkan V suatu ruang hasil kali
dalam dan S suatu subhimpunan dari V. Su-
atu komplemen ortogonal dari S di V diden-
isikan sebagai subruang
S
.
Lema 94 Misalkan W suatu subruang berdi-
mensi hingga dari ruang vektor V dengan hasil
kali dalam < , > . Maka setiap y V dapat
ditulis sebagai y = w + w
t
dengan w W dan
w
t
W
; yaitu V = W +W
.
56
Teorema 95 Misalkan < , > suatu hasil kali
dalam di V dan W subruang berdimensi hingga
dari V. Maka terdapat secara tunggal proyeksi
ortogonal Proj
W
: V V. Misalkan u
1
, u
2
, , u
s
basis ortonormal dari W. Maka proyeksi ortogo-
nal Proj
W
dihitung dengan formula Proj
W
(v) =
< v, u
1
> u
1
+ < v, u
2
> u
2
+ + < v, u
s
> u
s
.
Misalkan W adalah subruang dari suatu ruang
hasil kali dalam berdimensi hingga V. Jika w
WW
, karena Proj
W
(w) = w dan Proj
W
(w) =
0, berlaku w = 0. Dengan demikian W +W
=
V dan W W
= 0.
57
Akibat 96 Misalkan V suatu ruang hasil kali
dalam berdimensi hingga dan W subruang V.
1. Jika dim(V ) = n dan dim(W) = s, maka
dim(W
) = n s.
2. Untuk setiap v V, terdapat secara tunggal
w
1
W dan w
2
W
sedemikian sehingga
v = w
1
+w
2
. Dalam hal ini w
i
= Proj
W
(v)
dan w
2
= Proj
W
= I.
58
Lema 97 Misalkan V suatu ruang hasil kali
dalam berdimensi hingga dan W subruang V.
Maka
1. im(Proj
W
) = W dan ker(Proj
W
) = W
,
akibatnya V = im(Proj
W
) ker(Proj
W
).
2. Proj
W
Proj
W
= Proj
W
.
3. Jika W
t
W
, maka Proj
W
Proj
W
t = 0.
Lema 98 Misalkan R : V V linier. Maka
P adalah Proj
W
dengan W = im(P) jika dan
hanya jika
1. P
2
= P
2. u, P(v)) = P(u), v), untuk semua u, v V.
59
Denisi 99 Misalkan T : V V suatu op-
erator linier di ruang hasil kali dalam V. Kita
katakan T self-adjoint jika untuk setiap v, w
V, berlaku
< T(v), w >=< v, T(w) > .
Jika V ruang hasil kali dalam riil, T yang demikian
dikatakan simetrik dan jika V ruang hasil kali
dalam kompleks, T dikatakan hermit.
Suatu matriks riil A dikatakan self-adjoint atau
simetrik jika A
t
= A, dan matriks kompleks A
dikatakan self-adjoint atau hermit jika A
=
A
t
= A.
Lema 100 1. Jika A M
nn
(C), maka untuk
setiap v, w C
n
, < Av, w >=< v, A
w > .
2. Misalkan F = R atau C. Jika T : F
n
F
n
suatu operator linier, maka T self-adjoint
jika dan hanya jika [T] self-adjoint.
Teorema 101 Setiap operator self-adjoint T :
V V pada V ruang hasil kali dalam berdi-
mensi hingga memiliki nilai karakteristik riil.
Lebih lanjut semua nilai karakteristiknya adalah
riil.
Teorema 102 Misalkan T operator linier yang
self-adjoint. Misalkan x dan y adalah vektor-
vektor karakteristik dari T untuk nilai karakter-
istik berturut-turut dan . Jika ,= , maka
x, y) = 0.
60
Misalkan W = E
, dan T(z) W
, untuk semua z W
.
Kita katakan W
invarian terhadap T.
Denisikan operator S : W
melalui
S(v) = T(v), v W
. Operator S meru-
pakan pembatasan T pada W
.
Setiap nilai karakteristik S adalah nilai karak-
teristik T. Sebaliknya setiap nilai karakter-
istik T selain adalah nilai karakteristik S.
61
Misalkan X adalah basis W dan Y adalah
basis W
. Maka
[T]
XY
=
_
I
m
g
()
0
0 B
_
,
dimana B = [S]
Y
. Akibatnya
C
T
(x) = (x )
m
g
()
C
S
(x).
Karena C
S
(x) tidak memuat faktor x ,
maka haruslah m
a
() = m
g
().
Karena sebarang nilai karakteristik T, maka
T dapat didiagonalkan.
62
Teorema 103 Misalkan V ruang hasil kali dalam
dan T self-adjoint. Misalkan
1
, ,
t
semua
nilai karakteristik T yang berbeda. Maka
1. T dapat didiagonalkan.
2. V memiliki basis ortonormal yang terdiri
dari vektor-vektor karakteristik T.
3. E
i
E
j
, jika i ,= j.
4. V =
t
i=1
E
i
.
63
Teorema 104 (Teorema Spektral) Misalkan
T : V V suatu operator linier self-adjoint
pada suatu ruang hasil kali dalam berdimensi
hingga V. Maka terdapat subruang W
1
, W
2
, , W
s
yang saling ortogonal dari V, dan bilangan riil
berbeda r
1
, , r
s
sedemikian sehingga
T = r
1
Proj
W
1
+r
2
Proj
W
2
+ +r
s
Proj
W
s
dan I
V
= Proj
W
1
+Proj
W
2
+ +Proj
W
s
dimana I
V
: V W merupakan operator iden-
titas. Dekomposisi T dinamakan resolusi spek-
tral dari T.
64
Misalkan L subruang dari ruang hasil kali
dalam V dan z V. Manakah unsur L yang
paling dekat kepada z ? Dengan kata lain,
manakah unsur w L, sehingga [[z w[[
[[z y[[, untuk semua y L ?
Jawab w = Proj
L
(z), dimana Proj
L
proyeksi
ortogonal pada L.
Misalkan V, U ruang hasil kali dalam real
dan T : U V linier. Misalkan K = im(T).
Misalkan b K dan T(x
0
) = b.
Misalkan T tidak satu-satu, maka ker(T) ,=
0, sehingga T(x) = b memiliki lebih dari
satu solusi. Kalau dikehendaki hanya satu
solusi, solusi mana yang kita pilih?
65
Kita dapat memilih solusi dengan norm min-
imum, yaitu w V yang memenuhi
[[w[[ = min[[x[[ : T(x) = b.
Masalah menentukan solusi minimum ini
dikenal dengan masalah kuadrat terkecil.
Perhatikan bahwa T(x) = b jika dan hanya
jika x = x
0
y untuk suatu y ker(T).
Vektor w V adalah solusi T(x) = b den-
gan norm minimum jika dan hanya jika w =
x
0
z, dimana z adalah hasil proyeksi or-
togonal terhadap ker(T).
Dengan demikian, ada tepat satu solusi T(x) =
b dengan norm minimum. Solusi tunggal
ini adalah solusi yang ortogonal terhadap
ker(T).
66
Persamaan T(x) = b memiliki solusi (kon-
sisten) jika dan hanya jika b K.
Bagaimana jika b / im(T), tetapi solusi
persamaan T(x) = b tetap ingin diperoleh?
Kita dapat menyelesaikan persamaan T(x) =
b
0
dimana b
0
im(T) dan [[bb
0
[[ = min[[b
z[[ : z im(T), yaitu b
0
adalah unsur im(T)
yang terdekat dengan b. Vektor b
0
haruslah
hasil proyeksi ortogonal b pada im(T).
Untuk memperoleh solusi persamaan T(x) =
b secara tunggal, untuk sebarang b U :
1. proyeksikan u pada im(T); misalkan u
1
adalah hasil proyeksi tersebut.
2. dapatkan solusi T(x) = u
1
dengan norm
minimum, misalkan w adalah solusi den-
gan norm minimum tersebut.
67
Pengaitan b U kepada solusi tunggal w
V dari persamaan T(x) = b tersebut mem-
berikan suatu pemetaan dari U ke V. Pemetaan
ini disebut invers diperumum untuk T, di-
tulis T
+
.
T
+
adalah pemetaan linier.
T T
+
T = T dan T
+
T T
+
= T
+
.
68
Misalkan A matriks real mn. Pemetaan linier
T
A
: R
n
R
m
didenisikan T
A
(x) = Ax.
Komplemen ortogonal dari ruang baris A
adalah ker(T
A
).
Jika rank A = n, maka proyeksi ortogonal
T
P
pada im(T
A
) memiliki aturan T
P
(x) =
Px, denga P = A(A
t
A)
1
A
t
.
Jika rank A = n, maka T
+
A
: R
m
R
n
memiliki aturan T
+
A
(x) = A
+
x, dengan A
+
=
(A
t
A)
1
A
t
.
Sumber :
Bill Jacob, Linear Algebra, W.H. Freeman
and Company, 1990.
Ahmad Muchlis, Review Aljabar Linear, 2006.
69