Sie sind auf Seite 1von 31

Resume FGD: Adaptasi Fisik

dan Psikososial dalam Masa


Kehamilan
FG 3
1. Anindiya Fitriana Sari, 1206248571
2. Dini Tania Budianti, 1206218953
3. Jayanti Indah Layla, 1206241161
4. Rahmawati Anggraeni, 1206218934
5. Thatiana Dwi Arifah, 1206244346
6. Tri Mariha, 1206237340
7. Wardah Nafisah, 1206245121
By


ADAPTASI FISIK PADA MASA KEHAMILAN
Sistem Reproduksi dan Payudara
Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium
Selama hamil, kadar estrogen dan profesteron meningkat menekan sekresi follicle-
stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH). Maturasi folikel dan pelepasan
ovum tidak terjadi. Siklus menstruasi berhenti (sering merupakan tanda kemungkinan
kehamilan). Meskipun mayoritas wanita mengalami amenore (tidak haid), namun sedikitnya
20% wanita mengalami perdarahan kecil tanpa rasa sakit dan sebab yang jelas di awal gestasi.
Sebagian besar wanita ini terus menjalani kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan bayi
normal. Setelah implantasi, ovum yang dibuahi dan vili korionik memproduksi hCG yang
mempertahankan korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesteron selama 8-10
minggu pertama kehamilan sampai plasenta mengambil alih fungsi tersebut (Scott, dkk., 1990
dalam Bobak, dkk., 2005).

Uterus
Pada trimester pertama, pertumbuhan uterus yang fenomenal berlanjut sebagai respons
terhadap stimulus kadar hormon estrogen dan progesteron yang tinggi. Pembesaran terjadi
akibat:
1) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
2) Hiperplasia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan hipertrofi
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada)
3) Perkembangan desidua.
Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk, dan posisi.
Dinding-dinding otot menguat dan menjadi lebih elastis. Saat konsepsi, uterus berbentuk
seperti buah pir terbalik. Selama trimester kedua, uterus berbentuk bulat. Karena janin
kemudian memanjang, uterus menjadi lebih lonjong dan membesar keluar rongga panggul
menuju rongga abdomen. Kapasitas rongga uterus mencapai 5-10 L atau lebih (uterus tidak
hamil hanya mampu menampung sekitar 10 ml).


Selama minggu-minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah uterus dan limfe
mengakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya, uterus, serviks, dan istmus melunak
secara progresif dan serviks menjadi agak kebiruan (tanda Chadwick).
Minggu ke-7: ukuran uterus sebesar telur ayam negeri. Sekitar sampai minggu ke-8,
terlihat pola pelunakan uterus sebagai berikut:
Istmus melunak dan dapat ditekan (tanda Hegar)
Serviks melunak (tanda Goodell)
Fundus pada serviks mudah fleksi (tanda McDonald)
Setelah minggu ke-8, korpus uteri dan serviks melunak dan membesar secara keseluruhan.
Minggu ke-10: uterus mencapai ukuran buah jeruk (dua kali ukuran uterus tidak hamil).
Minggu ke-12: uterus seukuran grapefruit, yang berukuran dua kali besar jeruk biasa.
Antara minggu ke-12 sampai 14, uterus yang makin membesar keluar dari rongga panggul
dapat dipalpasi di atas simfisis pubis. Pelunakan istmus menyebabkan antefleksi uterus
berlebihan selama 3 bulan pertama kehamilan. Fundus menekan kandung kemih,
menyebabkan wanita mengalami peningkatan frekuensi berkemih.
Minggu ke-20: uterus membesar secara bertahap sampai setinggi umbilikus dan hampir
menyentuh prosesus xifoideus pada aterm. Setelah bulan ke-4 kehamilan, kontraksi uterus
dapat dirasakan melalui dinding abdomen (tanda Braxton Hicks), yang merupakan
kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan nyeri, timbul secara intermiten setiap
siklus menstruasi. Kontraksi dirasakan karena pengerasan uterus yang dapat diraba pada
dinding abdomen atau terlihat karena ada desakan uterus ke depan. Kontraksi memfasilitasi
aliran darah uterus sehingga meningkatkan pengangkutan oksigen ke uterus.
Minggu ke 38-40: tinggi fundus turun karena janin mulai masuk ke pintu atas panggul
(lightening).
Seiring pembesaran, umumnya uterus berotasi ke kanan, yang kemungkinan disebabkan
adanya kolon rektosigmoid di sisi kiri. Hipertrofi ekstensif ligamentum teres-uteri
mempertahankan posisi uterus. Akhirnya uterus yang membesar ini menyentuh dinding
abdomen anterior dan mendesak usus halus ke kedua sisi abdomen. Ketika wanita hamil


berdiri, sebagian besar uterusnya bersandar pada dinding anterior abdomen, menyebabkan
pusat gravitasinya berubah.
Selain itu, aliran darah uterus meningkat 20 kali lipat, dan ukuran konseptus meningkat
lebih cepat. Akibatnya, lebih banyak oksigen diambil dari darah uterus selama masa hamil
fase lanjut (Ganong, 1989, dalam Bobak, dkk., 2005). Seperenam volume darah total ibu
berada dalam sistem perdarahan uterus. Kecepatan rata-rata aliran darah di uterus ialah 500
ml/menit dan konsumsi rata-rata uterus gravida ialah 25 ml/menit. Aliran darah uterus
dipengaruhi oleh tekanan arteri maternal, kontraksi uterus, posisi maternal, dan estrogen.

Vagina dan Vulva
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan
memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan
pemanjangan vagina. Peningkatan vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan pada
mukosa vagina dan serviks, yang dapat muncul pada minggu ke-6, tetapi mudah terlihat pada
minggu ke-8 kehamilan. Deskuamasi (atau eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya glikogen
terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel-sel yang tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental
dan berwarna keputihan, disebut leukore. Selama masa hamil, pH sekresi vagina meningkat
dari 4 menjadi 6,5. Ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina, khususnya
infeksi jamur.
Peningkatan vaskularisasi vagina dan visera panggul lain menyebabkan peningkatan
sensitivitas yang menyolok, yang dapat meningkatkan keinginan dan hasrat seksual,
khususnya selama trimester ke-2. Peningkatan kongesti serta relaksasi dinding pembuluh
darah dan uterus yang berat dapat menimbulkan edema dan varises vulva, yang biasanya akan
membaik pada periode post-partum.
Struktur eksterna vulva membesar selama masa hamil akibat peningkatan vaskulatur,
hipertrofi badan perineum, dan deposisi lemak. Pada nulipara, kedua labia mayora saling
mendekat dan menutupi introitus vagina. Pada multipara, kedua labia memisah dan menganga
setelah melahirkan atau cedera vagina. Sisa robekan himen terlihat setelah koitus, penggunaan
tampon, atau melahirkan per vaginam.



Payudara
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul pada
minggu ke-6.
Sensitivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam.
Puting susu dan areola menjadi lebih berpigmen, terbentuk warna merah muda sekunder pada
areola, dan puting susu menjadi lebih erektil.
Hipertrofi kelenjar sebasea (lemak) muncul di areola primer, disebut tuberkel Montgomery,
yang dapat terlihat di sekitar puting susu.
Peningkatan suplai darah membuat dilatasi pembuluh darah bawah kulit. Pembuluh darah
yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan jaringan
biru di bawah permukaan kulit. Kongesti vena di payudara lebih jelas terlihat pada
primigravida. Stria dapat terlihat di bagian luar payudara.
Pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Kadar
hormon luteal dan plasenta pada masa hamil meningkatkan proliferasi duktur laktiferus dan
jaringan lobulus-alveolar sehingga pada palpasi payudara teraba penyebaran nodul kasar.
Peningkatan jaringan glandular menggantikan jaringan ikat, akibatnya jaringan menjadi lebih
lunak dan jarang
Peregangan ligamentum Cooper suspensorium fibrosa berlebihan yang menopang payudara
(dapat dicegah dengan bra maternitas berukuran sesuai)
Walaupun perkembangan kelenjar mamae secara fungsional lengkap di pertengahan masa
hamil, tetapi laktasi terhambat sampai kadar estrogen menururn, yakni setelah janin dan plasenta
lahir. Namun, sekresi prakolostrum yang cair, jernih dan kental dapat dikeluarkan dari puting
susu pada akhir minggu ke-6 (Seidel, dkk., 1995 dalam Bobak, dkk., 2005). Sekresi ini
mengental saat kehamilan mendekati aterm dan kemudian disebut kolostrum (cairan sebelum
menjadi susu, berwarna krem/putih kekuningan yang dapat dikeluarkan dari puting susu selama
trimester ke-3).




Sistem Kardiovaskuler
Penyesuaian maternal terhadap kehamilan melibatkan perubahan sistem kardiovaskuler
yang ekstensif, baik aspek anatomis maupun fisiologis (Bobak et all, 2004). Hipertropi ringan
mungkin saja terjadi pada ibu yang sedang hamil disebabkan oleh peningkatan volume darah dan
curah jantung. Perubahan pada auskultasi pun juga mengiringi perubahan ukuran dan posisi
jantung. Peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil
auskultasi yang umum terjadi selama masa hamil. Bunyi S1 dan S2 lebih jelas terdengar,
sedangkan suara S3 lebih jelas terdengar setelah minggu ke 20 gestasi (waktu kehamilan). Pada
minggu ke 14 dan ke 20 denyut nadi meningkat hingga 10 15 kali per menit, kemudian
menetap sampai aterm.

Tekanan Darah
Salah satu faktor yang memengaruhi tekanan darah arteri pada ibu hamil yaitu posisi
ibu. Posisi ibu memengaruhi hasil tekanan darah karena posisi uterus yang dapat menghambat
aliran balik vena, hal tersebut mengakibatkan curah jantung dan tekanan darah menurun.
Tekanan darah brakialis tertinggi tertinggi pada saat ibu hamil duduk dan tekanan terendah
saat ibu hamil dalam posisi rekumben lateral kiri.Pada pertengahan pertama masa kehamilan,
tekanan sistolik dan diastolik menurun 5 sampai 10 mm Hg. Penurunan tersebut
disebabkan oleh vasodilatasi perifer akibat perubahan hormon yang terjadi. Namun,
selama trimester ketiga tekanan darah ibu harus kembali ke nilai tekanan darah selama
trimester pertama.
Tekanan darah relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan. Peningkatan yang
signifikan menandakan adanya preklamasia. Beratnya uterus menekan vena vena besar yang
mengaliri pelvik dan ekstremitas bawah. Vena varikose mungkin terjadi pada tungkai, paha,
vulva, dan rektum (hemoroid). Vena varikose terjadi pada 16% sampai 33% wanita hamil.
Tekanan uterus pada vena kava yang terjadi ketika wanita hamil berbaring dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah yang berarti atau disebut supine hypotensive
syndrome, menyebabkan pucat sementara, pening, dan klamines. Selain itu, edema dan
varises juga dapat terjadi di ektremitas bagian bawah, hal tersebut di akibatkan karena adanya
obstruksi vena iliaka dan vena kava inferior oleh uterus, menyebabkan tekanan darah


meningkat. Menghitung tekanan arteri rata rata (Mean Arterical Pressure/ MAP) yaitu
sepertiga tekanan nadi ditambah dengan tekanan diastolik. Tekanan nadi adalah selisih
antara nilai tekanan sistolik dan diastolik.

Volume dan Komposisi Darah
Selama dua trimester pertama kehamilan berlanjut, volume darah meningkat hingga
30% sampai 50%. Penambahan volume ini disebabkan oleh menguatnya sistem renin
angiostensin (Linda dan Danny, 2005). Estrogen menstimulasi adrenal untuk mensekresikan
aldosteron, bahkan retensi garam dan air. Hal ini mengarah pada peningkatan volume darah
dan edema jaringan. Sel sel darah merah meningkat sampai 33% dan hemoglobin sampai
15%; tetapi karena meningkatnya volume plasma menyebabkan hemodilusi, terjadi
psedoanemia (anemia fisiologis kehamilan). Tingkat plasma fibrinogen meningkat sampai
40% atau lebih, dan waktu pembekuan tetap sama seperti tingkat pada sebelum kehamilan,
sebagai akibatnya lebih mudah terjadi pembekuan darah.
Curah Jantung
Curah jantung meningkat dari 30% sampai 50% pada minggu ke-32 gestasi,
kemudian menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. Peningkatan curah jantung
terutama disebabkan oleh peningkatan volume sekuncup dan peningkatan ini merupakan
respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (nilai normalnya ialah 5
sampai 5,5 L/menit). Peningkatan curah jantung juga terjadi saat wanita hamil melakukan
pengerahan tenaga, seperti saat persalinan atau melahirkan. Pada posisi telentang, terjadi


peningkatan aliran balik vena dan secara sementara meningkatkan curah jantung sebanyak
kurang lebih 25%, sedangkan pada posisi berbaring miring hanya terjadi peningkatan 7%
- 8% (Benson, 2008).

Waktu Sirkulasi dan Waktu Koagulasi
Waktu sirkulasi sedikit menurun pada minggu ke 32. Waktu ini hampir kembali
normal menjelang aterm (minggu ke-37 sampai ke-42). Kecenderungan koagulasi lebih besar
selama masa hamil. Ini merupakan akibat peningkatan berbagai faktor pembekuan (faktor
VII, VIII, IX, X, dan fibrinogen). Aktivitas fibrinolitik (pemecahan atau pelarutan
bekuan darah) mengalami depresi selama masa hamil dan periode puerperium, sehingga
wanita lebih rentan terhadap trombosis.
Sistem Pernapasan
Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan kebutuhan
ibu dan janin. Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Peningkatan
kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi
rongga dada meningkat. Karena rahim membesar, panjang paru paru berkurang. Diameter
transversal kerangka toraks meningkat sekitar 2 cm dan lingkaran kerangka iga meningkat 5


sampai 7 cm. Besar sudut kostal pada masa sebelum hamil sekitar 68O, meningkat menjadi
sekitar 103O pada trimester ketiga. Kerangka iga bagian bawah tampak melebar. Setelah
melahirkan, rongga dada mungkin tidak kembali ke keadaan sebelum hamil. Tinggi
diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil. Dengan semakin tuanya kehamilan dan
seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan
pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.

Fungsi Paru
Wanita hamil bernapas lebih dalam (meningkatkan volume tidal), tetapi frekuensi
napasnya hanya sedikit meningkat (kira kira dua kali bernapas dalam satu menit)
peningkatan volume tidal pernapasan, yang berhubungan dengan frekuensi napas normal,
menyebabkan peningkatan volume napas satu menit sekitar 26%. Peningkatan volume napas
dalam satu menit disebut hiperventilasi kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi
karbondioksida di alveoli menurun. Perubahan yang terjadi tersebut juga memungkinkan
terjadinya alkalosis respiratorik ringan.
Salah satu faktor yang penting ialah peningkatan kebutuhan oksigen. Sejalan dengan
pertumbuhan janin dan mendorong diafragma ke atas, bentuk, dan ukuran rongga dada
berubah tetapi tidak membuatnya lebih kecil. Kapasitas paru terhadap udara inspirasi tetap
sama seperti sebelum hamil atau mungkin berubah dengan berarti. Kecepatan pernapasan
dan kapasitas vital tidak berubah. Volume tidal, volume ventilator per menit, dan
kebutuhan oksigen meningkat. Karena bentuk dari rongga toraks berubah dan karena bernapas
lebih cepat, sekitar 60% wanita hamil mengeluh sesak napas.

Laju Metabolisme Basal
Laju metabolisme basal (basal metabolism rate [BMR]) biasanya meningkat pada bulan
keempat gestasi. BMR meningkat 15% samapai 20% pada akhir kehamilan (aterm). BMR
kembali ke nilai sebelum hamil pada hari ke 5 atau ke 6 pascapartum. Peningkatan BMR
ini mencerminkan peningkatan kebutuhan oksigen di unit janin plasenta uterus serta
peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu. Vasodilatasi perifer dan
percepatan aktivitas kelenajar keringat membantu melepaskan kelebihan panas yang timbul


akibat peningkatan metabolisme selama hamil. Wanita hamil dapat mengalami intoleransi
panas. Pada kehamilan tahap awal banyak wanita yang mengeluh lemah dan letih setelah
melakukan aktivitas ringan.

Keseimbangan Asam Basa
Pada sekitar minggu ke 10 gestasi terjadi penurunan tekanan karbon dioksida sekitar
5 mm Hg. Progesteron dapat meningkatkan sensitivitas reseptor pusat napas sehingga voluem
tidal meningkat, PCO2 menurun, kelebihan bas (HCO3 atau bikarbonat) menurun, dan pH
meningkat (menjadi lebih basa). Perubahan keseimbangan asam basa ini menunjukkan
bahwa kehamilan merupakan suatu kondisi alkalosis respiratorik yang dikompensasi oleh
asidosis metabolik ringan.
Sistem Endokrin
Selama kehamilan terdapat peningkatan hormon-hormon secara dramatis. Sebagian besar
sistem tubuh dipengaruhi oleh kehamilan dan ini akan membutuhkan penyesuaian untuk
mengatasi perubahan kehamilan (Wylie, 2005). Ketika kandungan memasuki trimester pertama,
terjadi perubahan besar pada sistem endokrin tujuannya untuk mempertahankan kehamilan,
pertumbuhan normal janin, dan nifas. Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat menjadi
duakali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan berumur 6 minggu. Trimester kedua, adanya
peningkatan hormon estrogen dan progesteron serta terhambatnya pembentukan FSH dan LH.
Trimester ketiga, kelenjar tiroid akan mengalami perbesaran hingga 15 ml akibat dari hiperplasia
kelenjar dan penigkatan vaskularisasi. Ladewig (2002) mengatakan bahwa terdapat perubahan
bagian-bagian dari sistem endokrin pada masa kehamilan:

Tiroid
Kelenjar tiroid seringkali membesar selama kehamilan karena peningkatan
vaskularisasi dan hiperplasia jaringan glandular (Cunningham et al, 1993 dalam Bobak et al,
2005). Kapasitasnya untuk mengikat tiroksin lebih besar, sehingga meningkatnya protein
serum terikat yodium. Perubahan ini karena tingkat darah yang lebih tinggi dari estrogen
selama kehamilan. Basal metabolisme meningkatkan laju sebanyak 25% selama kehamilan.
Namun, dalam beberapa minggu setelah lahir semua fungsi tiroid kembali ke batas normal.


Pituitari
Kehamilan dapat distimulasi oleh hipotalamus yang letaknya di kelenjar hipofisis
anterior. Hipotalamus dapat menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang
merangsang pertumbuhan sel telur, dan Luteinizing Hormone (LH), yang membawa sekitar
ovulasi. Stimulasi hipofisis juga memperpanjang fase luteal corpus ovarium, yang
mempertahankan endometrium dalam kasus konsepsi terjadi. Prolaktin, hormon hipofisis
anterior, bertanggung jawab untuk laktasi awal. Bagian posterior hipofisis mengeluarkan
vasopressin (hormon antidiuretik) dan oksitosin. Vasopressin menyebabkan vasokonstriksi,
yang menghasilkan peningkatan tekanan darah; juga membantu mengatur keseimbangan air.
Oksitosin mempromosikan kontraktilitas uterus dan merangsang ejeksi susu dari payudara
(the letdown reflex) pada periode postpartum.

Adrenal
Selama kehamilan tidak ada peningkatan yang signifikan dalam beban kelenjar adrenal.
Sirkulasi kortisol, yang mengatur metabolisme karbohidrat dan protein, meningkatkan
respons terhadap meningkatnya kadar estrogen. Tingkat kortisol darah kembali normal dalam
waktu 1 sampai 6 minggu postpartum. Pada bagian awal trimester kedua, adrenal mensekresi
peningkatan kadar aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron dalam kehamilan normal adalah
respon protektif tubuh terhadap peningkatan ekskresi natrium yang terkait dengan progesteron
(Cunningham, et al., 1997 dalam Ladewig, 2002).

Pankreas
Wanita hamil meningkatkan kebutuhan insulin, dan pulau pankreas dari langerhans,
yang mensekresi insulin, tertekan permintaan. Oleh karena itu, fungsi pankreas marginal
cepat, jelas, dan wanita akan menunjukkan tanda-tanda diabetes gestasional.

Hormon Kehamilan
Human Chorionic Gonadotropin (hCG)


Trofoblas mengeluarkan hCG pada awal kehamilan. Hormon ini merangsang produksi
progesteron dan estrogen oleh korpus luteum, untuk menjaga kehamilan sampai plasenta
berkembang.
Human Placental Lactogen (hPL)
Hormon (hPL) disebut juga dengan human chorionic somatomammotropin, diproduksi
oleh sinsitiotrofoblas. Hormon (hPL) adalah antagonis dari insulin; meningkatkan jumlah
sirkulasi asam lemak bebas untuk kebutuhan metabolisme dan menurunkan metabolisme
glukosa ibu untuk mendukung pertumbuhan janin.
Estrogen
Estrogen, awal mula disekresikan oleh korpus luteum, diproduksi terutama oleh plasenta
pada awal minggu ketujuh kehamilan. Estrogen merangsang perkembangan rahim untuk
memberikan lingkungan yang sesuai bagi janin dan juga membantu mengembangkan
sistem duktus payudara dalam persiapan untuk menyusui.
Progesteron
Progesterondproduksi awal oleh korpus luteum dan kemudian oleh plasenta. Hormon ini
memainkan peran terbesar dalam menjaga kehamilan. Mempertahankan endometrium dan
menghambat kontraktilitas uterus spontan, sehingga mencegah aborsi spontan awal.
progesteron juga membantu mengembangkan asinus dan lobulus payudara dalam
persiapan untuk menyusui.
Relaksin
Relaksin terdeteksi dalam serum wanita hamil pada saat periode menstruasi pertama.
Relaksin menghambat aktivitas uterus, mengurangi kekuatan kontraksi uterus, membantu
dalam pelunakan leher rahim, dan memiliki efek jangka panjang panjang renovasi kolagen.
Sumber utamanya adalah korpus luteum, tetapi sejumlah kecil diyakini diproduksi oleh
plasenta dan rahim desidua (Buster & Carson, 1996, dalam Ladewig, 2002).
Prostaglandin
Prostaglandin (PGs) adalah zat lipid yang dapat timbul dari jaringan tubuh yang terjadi
dalam konsentrasi tinggi pada saluran reproduksi wanita dan hadir dalam desidua selama
kehamilan. Fungsi yang tepat dari PGs selama kehamilan masih belum diketahui,
meskipun telah diusulkan bahwa mereka bertanggung jawab untuk menjaga berkurangnya


resistensi vaskular plasenta. Menurunkan kadar prostaglandin dapat menyebabkan
hipertensi yang diinduksi kehamilan (pregnancy induced hypertension).

Sistem Perkemihan (Ginjal)

Trimester I
Sejak minggu ke-10 gestasi pelvik ginjal dan uterus berdilatasi menekan kandung kemih
sehingga sering menghasilkan frekuensi urin (Ramauli, 2011). Keadaan ini akan hilang
seiring bertambah tuanya usia kehamilan. Apabila uterus gravindus keluar dari rongga
panggul, ginjal wanita hamil harus mengakomodasi peningkatan metabolisme dan sirkulasi
tubuh, dan juga mengekskresi produksi sampah janin. Ginjal pada kehamilan sedikit
bertambah panjang 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada wanita yang
tidak hamil. Protein urin secara normal disekresikan 200-300 mg/hari, bila melebihi 300
mg/hari maka harus di waspadai terjadi komplikasi. Fungsi ginjal berubah karena adanya
hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktifitas fisik dan asupan
makanan.

Trimester II
Kandung kemih akan tertarik ke atas dan keluar dari panggul sejati ke arah abdomen.
Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser ke arah atas. Kongesti
panggul pada masa hamil ditujukan oleh hiperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan
vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah
(Ramauli, 2011). Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan
kandung kemih dan menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi
sedikit urin.

Trimester III
Pada saat kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan sering berkemih akan
timbul kembali. Karena kandung kemih akan mulai tertekan kembali. Pada kehamilan tahap


lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada yang kiri. Hal ini diakibatkan
pergeseran uterus yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter
mampu menampung urin dalam volume yang lebih besar dan laju filtrasi glomerulus (GFR)
meningkat sebanyak 50% dimulai pada trimester kedua dan tetap tinggi sampai kelahiran
(Ladewig, 2002). untuk mengkompensasi kenaikan ini, ginjal reabsorpsi tubular juga
meningkat.
Sitem Integumen
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya
beberapa perubahan dalam sistem integumen selama masa hamil. Perubahan yang umum timbul
terdiri dari peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan
rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan
sirkulasi dan aktivitas vasomotor. Jaringan elastik kulit mudah pecah menyebabkan stria
gravidarum, atau tanda regangan. Respon alergi kulit meningkat (Bobak, 2005).
Pigmentasi timbul akibat peningkatan hormon hipofisis anterior melanotropin selama
masa hamil. Melasma di wajah, yang juga disebut kolasma atau topeng kehamilan, adalah bercak
hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada
wanita hamil berkulit hitam. Kloasma dialami 50% samapi 70% wanita hamil, dimulai setelah
minggu ke-16 dan meningkat secara bertahap sampai bayi lahir. Sinar matahari mebuat
pigmentasi ini semakin jelas. Kloasma, yang timbul akibat kehamilan normal biasanya hilang
setelah wanita melahirkan. Pada sekitar waktu yang sama, warna putting susu, areola, aksila, dan
vulva menjadi lebih gelap dan warna ini menghilang setelah wanita melahirkan (Bobak, 2005)




Kolasma


Linea nigra adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian atas fundus di
tengah tubuh. Garis ini dikenal dengan linea alba sebelum hiperpigmentasi diinduksi hormon
timbul. Pada primigravida, panjang linea nigra yang mulai terlihat pada bulan ketiga terus
memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada multigravida keseluruhan garis seringkali
muncul sebelum bulan ketiga. Linea nigra tidak muncul pada semua wanita hamil (Bobak, 2005).





Stria gravidarum atau tanda regangan (terlihat di bagian bawah abdomen) yang timbul pada
50% sampai 90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan dapat disebabkan kerja
adenokortikosteroid. Stria menunjukkan pemisahan jaringan ikat (kolagen) di bawah kulit.
Garis-garis yang sedikit cekung ini cenderung timbul di daerah dengan regangan maksimum
(misalnya di abdomen, dada, dan payudara). Regangan kadang-kadang menimbulkan sensasi
mirip rasa gatal. Sesudah melahirkan biasanya stria memudar, walaupun tidak hilang sama sekali.
Pada multipara, selain stria kemerahan akibat kehamilan saat ini, umumnya terdapat garis
keperakan mengkilap yang merupakan sikatrik (jaringan parut) stria sebelumnya. Stria dapat
muncul di payudara akibat peregangan payudara yang membesar (Bobak, 2005).
Angioma atau telangiektasis umumnya disebut vascular spiders. Angioma adalah ujung
arteriola yang berdenyut dan sedikit menonjol, berbentuk kecil seperti bintang atau cabang.
Spiders, hasil peningkatan kadar estrogen dalam sirkulasi, biasanya ditemukan di leher, dada,
wajah dan lengan. Spiders juga dideskripsikan berwarna kebiruan dan tidak hilang bila ditekan.
Vascular spider terlihat selama bulan kedua sampai bulan kelima kehamilan pada 65% wanita
hamil berkulit putih. Perubahan pigmentasi dan eritema palmar ini dapat juga terlihat pada
beberapa wanita yang mengonsumsi pil kontrasepsi hormon (Bobak, 2005).







Vascular Spiders
Pertumbuhan kuku mengalami percepatan selama masa hamil. Kulit berminyak dan acne
vulgaris dapat timbul selama masa hamil. Pada wanita lain, kulit bersih tampak berseri,
Hirsutisme umumnya juga dapat terjadi, yaitu peningkatan pertumbuhan rambut halus. Rambut
halus ini cenderung hilang setelah kehamilan berakhir.
Sistem Pencernaan

Mulut
Epulis (gingival granuloma gravidarum) ialah suatu nodul berwarna merah pada gusi
yang mudah berdarah. Lesi ini dapat timbul pada sekitar bulan ketiga dan biasanya terus
membesar seiring kemajuan kehamilan. Penanganan dengan eksisi hanya dilakukan bila
ukuran nodul menjadi terlalu besar, menimbulkan nyeri atau berdarah berlebihan (Bobak,
2005). Tidak ada peningkatan sekresi saliva. Namun, wanita mengeluhkan ptialisme
(kelebihan saliva). Perasaan ini diduga akibat wanita secara tidak sadar jarang menelan saat
merasa mual.









Gigi
Wanita hamil memerlukan sekitar 1,2 g kalsium dan fosfor dalam jumlah yang kira-kira
sama setiap hari selama ia hamil. Kebutuhan kalsium dan fosfor ini lebih tinggi sekitar 0,4 g
daripada kebutuhan saat ia tidak hamil. Diet yang seimbang memenuhi kebutuhan ini. Namun,
defisiensi diet yang berat dapat mengurangi simpanan unsur-unsur ini di dalam tulang, tetapi
tidak menarik kalsium dari giginya. Demineralisasi gigi tidak terjadi selama masa hamil.
Higiene gigi yang buruk selama masa hamil atau pada setiap waktu dan gingivitis dapat
menimbulkan karies gigi yang dapat menyebabkan gigi hilang (Bobak, 2005).

Nafsu Makan
Nafsu makan berubah selama ibu hamil. Pada trimester pertama sering teradi penurunan
nafsu makan akibat nausea dan/ atau vomitus. Gejala ini muncul pada sekitar setengah jumlah
kehamilan dan merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar hCG
dalam darah. Pada trimester kedua, nausea dan vormitus lebih jarang dan nafsu makan
meningkat. Peningkatan nafsu makan ini memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan janin
(Bobak, 2005).

Esofagus, Lambung, dan Usus Halus
Pada sekitar 15% sampai 20% wanita hamil, herniasi bagian atas lambung (hiatus
hernia) terjadi setelah bulan ke tujuh atau ke-8 kehamilan. Keadaan ini disebabkan pergeseran
lambung ke atas, yang menyebabkan hiatus diafragma membesar. Kondisi ini lebih sering
terjadi pada wanita multipara, wanita gemuk, atau wanita yang lebih tua. Peningkatan
produksi esterogen menyebabkan penurunan sekresi asam hidroklorida. Oleh karena itu,
pembentukan tukak peptik atau perkembangan tukak peptik yang sudah ada tidak umum
selama masa hamil. Peningkatan produksi progesteron menyebabkan tonus dan motilitas otot
polos menurun, sehingga terjadi regurgitasi esofagus, peningkatan waktu pengosongan
lambung, dan peristaltik balik. Akibatnya, wanita tidak mampu mencerna asam atau
mengalami nyeri ulu hati (pirosis). Sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan selama
masa hamil, besi siap diabsorpsi di usus halus. Pada umumnya, jika individu kekurangan besi,
absorpsi meningkat. Peningkatan progesteron (yang menyebabkan kehilangan tonus otot dan


penurunan peristalsis) menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat, sehingga dapat
terjadi konstipasi. Selain itu, konstipasi merupakan akibat hipoperistalsis (perlambatan usus),
pilihan makanan yang tidak lazim, kurang cairan, distensi abdomen akibat kehamilan, dan
pergeseran usus akibat kompresi. Hemoroid (varises vena di rektum dan anus) dapat terjadi
dan semakin menonjol ke luar atau berdarah saat buang air besar. Ileus yang melemah
(melambat, pergerakan menurun) setelah melahirkan, kehilangan cairan setelah melahirkan,
dan rasa tidak nyaman di perineum menyebabkan konstipasi berlanjut.

Kandung Empedu dan Hati
Kandung empedu cukup sering distensi akibat penurunan tonus otot selama masa hamil.
Peningkatan waktu pengosongan dan pengentalan empedu biasa terjadi. Gambaran ini,
bersama hiperkolesterolemia ringan akibat peningkatan kadar progesteron, dapat
menyebabkan pembentukan batu empedu selama masa hamil. Fungsi hati sulit dinilai selama
gestasi, hanya sedikit perubahan fungsi hati yang terjadi selama masa hamil. Kadangkala
terjadi kolestasis intrahepatik (retensi dan akumulasi empedu di dalam hati, yang disebabkan
oleh faktor-faktor di dalam hati), sebagai respons terhadap steroid plasenta, terjadi pada akhir
kehamilan dan dapat menyebabkan timbulnya pruritus gravidarum (rasa gatal yang berat)
dengan atau tanpa ikterik. Mandi oatmeal dan cairan pembersih dapat membantu mengurangi
rasa gatal. Gejala-gejala ini mereda setelah wanita melahirkan.

Rasa tidak nyaman di abdomen
Perubahan pada abdomen yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman meliputi panggul
berat atau tertekan, ketegangan pada ligamentum teres uteri, flatulen (pembentukan gas
berlebihan di dalam lambung), distensi dan kram usus, serta kontraksi uterus. Selain
pergeseran usus, tekanan akibat pembesaran uterus meningkatkan tekanan vena di dalam
panggul. Walaupun rasa tidak nyaman tersebut merupakan konsekuensi perebahan maternal
yang normal, petugas kesehatan harus secara konstan waspada terhadap kemungkinan
gangguan, seperti obstruksi usus atau proses peradangan.



Sistem Muskoloskeletal
Sistem muskoloskeletal merupakan sistem yang bertanggung jawab untuk menopang,
melindungi, dan menggerakkan tubuh manusia, dengan rangka yang menyediakan kerangka
untuk struktur tubuh dan melindungi organ-organ internal dari kerusakan serta otot (dengan
bantuan sendi, ligamen, dan tendon) yang memungkinkan tulang-tulang pada rangka dapat
bergerak (Wylie, Linda: 2005). Terdapat tiga jenis otot, yakni otot rangka, otot jantung, dan otot
polos. Meskipun ketiga jenis otot ini berbeda secara struktural dan fungsional, namun mereka
dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Yang pertama, otot dikategorikan sebagai lurik
(serat lintang) yakni otot rangka dan otot jantung atau polos, yakni otot polos, bergantung dari
ada tidaknya pita terang gelap bergantian atau garis-garis yang terlihat di bawah mikroskop
cahaya. Kedua, otot dikategorikan sebagai volunter (otot rangka) dan involunter (otot jantung
dan polos) bergantung pada apakah otot tersebut disarafi oleh sistem saraf somatik yang berada
di bawah kesadaran atau oleh saraf otonom yang tidak berada di bawah kesadaran. (Sherwood,
Lauralee: 2009)
Setiap otot diselubungi oleh jaringan ikat yang membungkus masing-masing serat otot.
Jaringan ikat yang meluas akan membentuk tendon yang berfungsi untuk memperkuat dan
melindungi otot rangka. Selain itu, untuk memungkinkan terjadinya gerakan dua atau tiga
dimensi, dibentuklah sendi yang merupakan pertemuan dari dua tulang yang disatukan oleh
ligamen, yakni berkas (bundelan) jaringan ikat yang tebal yang berfungsi unuk menahan.
(Sherwood, Lauralee: 2009)

Perubahan yang Terjadi pada Sistem Muskoloskeletal pada Masa Kehamilan
Trimester I
Selama kehamilan, terjadi peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan relaxin
yang banyak berpengaruh pada kartilago dan jaringan ikat pada banyak sendi sehingga
menyebabkan terjadinya relaksasi yang mengakibatkan peningkatan mobilitas dari otot-
otot sehingga bergerak lebih banyak dari biasanya (Romauli, Suryati: 2011). Keadaan ini
bermanfaat pada pelvis karena membuat diameter pelvis sebagai jalan yang dilalui fetus
menjadi sedikit lebih besar, namun keadaan ini juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa


tidak nyaman karena dapat menimbulkan rasa sakit pada bagian belakang, yang
dipengaruhi juga oleh relaksasi sendi sakroiliaka, dan mempengaruhi perubahan gaya
berjalan sang ibu hamil yang semakin terlihats eiring bertambahnya usia kehamilan
(Wylie, Linda: 2005). Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, disarankan kepada ibu hamil
untuk menggunakan alas kaki dengan hak yang rendah dan membatasi aktivitas fisiknya.
Trimester II
Selama trimester kedua, mobilitas persendian akan berkurang terutama pada
persendian siku dan pergelangan tangan dengan meningkatnya retensi cairan pada jaringan
konektif dan jaringan yang berhubungan di sekitarnya. Pada trimester kedua juga mulai
terasa nyeri akibat adanya pemisahan simfisis pubis (separation of the symphysis pubis or
diastasis of the symphysis pubis). Sendi simfisis pubis normalnya melonggar sampai 9 mm
pada masa kehamilan, tergantung dari efek dari relaksin pada serat kolagen di ligamen.
Pemisahan simfisis pubis dianggap signifikan jika jaraknya 10 mm atau lebih (Shepherd
&Fry; Wylie, Linda: 2005). Gejala yang terlihat antara lain nyeri pada bagian depan pelvis,
bagian dalam dan pangkal paha, dan bagian bawah bokong dan kaki, kesulitan dan merasa
nyeri ketika berjalan atau naik turun tempat tidur dan ketika melakukan aktivitas yang
membawa beban berat seperti naik tangga dan mengangkat anak. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya antara lain memberi analgesik, ikat pinggang pendukung,
atau resep obat.
Trimester III
Pada trimester ketiga, tekanan akibat pembesaran uterus pada otot abdomen
menyebabkan otot dinding perut semakin meregang dan otot rektus abdominis dapat
memisah, menyebabkan isi perut menonjol di bagian tengah tubuh dan terjadinya diastasis
recti abdominis atau pemisahan otot Keadaan ini dapat memperburuk rasa nyeri pada
bagian belakang dan postur yang memburuk jika uterus memiring, yang dikenal dengan
istilah pendulous abdomen. Pendulous abdomen dapat menyebabkan terjadinya
kecenderungan malpresentasi fetus pada proses kelahiran. Ibu hamil dapat disarankan
untuk menggunakan corset maternitas yang well-fitting dan melakukan latihan bersama
fisioterapi untuk mengurangi ketidaknyamanan ini. (Ladewig, P.W., London, M.L.,
Moberly, S.M & Olds, S.B: 2002)



Gambar 1. Perbedaan Otot Perut Sebelum, Selama, dan Setelah Kehamilan

Penambahan usia kehamilan yang mempengaruhi peningkatan berat wanita hamil juga
menyebabkan perubahan postur dan cara berjalan ibu hamil semakin mencolok pada
trimester ketiga. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan,
penurunan tonus otot perut, peningkatan berat badan pada akhir kehamilan, dan ditambah
bergesernya pusat gravitasi sang ibu ke depan, membuat penyesuaian ulang (realignment)
kurvatura spinalis di butuhkna. Akibatnya, kurva lumbosakrum harus semakin
melengkung dan di daerah servikodorsal harus terbentuk kurvatura (fleksi anterior kepala
berlebihan), yang disebut lordosis, guna mempertahankan keseimbangan. Keadaan ini
ditambah dengan payudara yang besar dan bahu yang bungkuk saat berdiri membuat
pergerakan wanita hamil semakin sulit, sehingga membuat gaya berjalannya menjadi
gaya begoyang atau dikenal dengan langkah angkuh wanita hamil. (Bobak, Irene M.,
Lowdermilk, Deitra Leonard., Jensen, Margaret Duncan & Perry, Shanon E: 2005)









Gambar 1. Perubahan Postur Ibu Hamil
Sumber: Klossner, Jayne N. (2006). Introductory Maternity Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Perubahan yang Terjadi pada Sistem Muskoloskeletal pada Masa Persalinan
Kelahiran yang sukses juga bergantung pada kordinasi fungsi otot-otot uterus selama
persalinan. Otot uterus memiliki properti unik, yakni retraksi setelah kontraksi, yang
menghasilkan dilatasi serviks dan pergerakan fetus ke bawah menuju kanal kelahiran. Selain
itu, pemisahan tulang pelvis selama kehamilan akan memberikan fetus jalan yang lebih besar
untuk dapat keluar.
Sistem Neurologi
Tidak banyak perubahan neurologi yang diketahui selama masa kehamilan. Berikut
beberapa perubahan neurologi yang terjadi pada ibu hamil: (Bobak, Irene M., Lowdermilk,
Deitra Leonard., Jensen, Margaret Duncan & Perry, Shanon E: 2005)
Perubahan neurohormonal hipotalamik-hipofisis
Interkostal neuralgia, interkostal neuralgia biasanya terlihat pada trimester ketiga kehamilan
dengan nyari yang tersebar pada satu atau dua saraf thoraks. Hal ini terjadi karena adanya
peregangan akibat pelebaran uterus.(Minagar, Alireza: 2011)
Pembesaran uterus pada masa kehamilan menyebabkan kompresi saraf panggul atau stasis
vaskular yang mempengaruhi perubahan sensori di tungkai bawah


Lordosis dorsolumbar menyebabkan nyeri karena adanya tarikan pada saraf atau kompresi
akar saraf
Carpal tunnel syndrome (CST), carpal tunnel syndrome adalah masalah saraf yang biasa
dialami pada masa kehamilan. Carpal tunnel syndrome adalah kondisi tangan dan lengan yang
menyakitkan karena adanya penjepitan saraf di pergelangan tangan, yakni d antara flexor
retinaculum, distal radius dan tulang carpal.
Akroestesia atau rasa gatal di tangan akibat posisi bahu yang membungkuk pada masa
kehamilan dirasakan oleh ibu hamil. Keadaan ini berhubungan dengan tarikan pada segmen
pleksus brakialis
Nyeri kepala, rasa ingin pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal
kehamilan karena ketidakstabilan vasomotor, hipotensi, atau hipoglikemia
Ibu hamil yang mengalami hipokalsemia, yakni kondisi dimana kalsium serum di bawah 1,7
mmol/L, dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular seperti kram otot.

Gambar 2. Carpal Tunnel
Sumber: http://www.advancedhealthcareofthepalmbeaches.com
ADAPTASI PSIKOSOSIAL DALAM MASA KEHAMILAN
Menerima Kehamilan
Dalam masa kehamilan perkembangan masa kehamilan akan menjalani tugas-tugas
perkembangan, seperti: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun
hubungan dengan ibunya, suami, serta janin yang dikandungnya dan menyiapkan kelahiran.


Adaptasi pertama kali yang akan dialami oleh ibu hamil adalah proses adaptasi dalam menerima
kehamilan. Adaptasi untuk menerima kehamilan terdiri dari bermacam-macam proses, yakni:

Kesiapan menyambut kehamilan
Kesiapan wanita untuk hamil dan proses emosi selama masa kehamilan akan
menunjukkan sejauh mana seorang wanita menerima kehamilannya. Respon wanita saat
mengetahui dirinya hamil akan berbeda-beda. Tingkat penerimaan wanita terhadap kondisi
kehamilannya akan sejalan dengan pernerimaan tumbuhnya janin secara nyata (Susanti N. N.,
2008). Pandangan wanita terhadap kehamilan bermacam-macam: (1) Memandang kehamilan
sebagai suatu hasil alami dari sebuah proses hubungan perkawinan. (2) Memandang
kehamilan sebagai sebuah akibat dari sebuah proses percobaan seksual tanpa menggunakan
kontrasepsi (Bobak, Lowdermilk, & Jensen.,2005).
Respon dan perasaan wanita dalam menerima kehamilannya juga akan memengaruhi
tindakan validasi medis. Bagi wanita yang siap menerima kehamilannya ia akan dengan
segera melakukan tindakan validasi medis. Namun sebaliknya, pada wanita yang masih belum
menerima kehamilan biasanya ia akan menunda validasi medis. Tindakan penundaan validasi
medis kehamilan bukan hanya akibat perasaan ibu yang belum siap menerima kehamilannya,
tetapi bisa juga akibat akses pelayanan kesehatan yang terbatas. Setelah kehamilan, dipastikan
respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin,
dan putus asa (Bobak, Lowdermilk, & Jensen.,2005). Perasaan menolak kehamilan akan
berbeda dengan menerima kehadiran anak. Karena seorang wanita bisa saja menolak
kehamilan namun ia sangat menerima kehadiran seorang anak.

Respon emosional
Selama masa kehamilan, wanita hamil biasanya akan mengalami kelabilan emosional.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata, dan ledakan kemarahan serta perasaan suka cita, serta
kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau
tanpa provokasi sama sekali (Bobak, Lowdermilk, & Jensen.,2005). Perubahan emosional
yang terjadi selama masa kehamilan ini merupakan efek dari perubahan hormonal. Kelabilan


emosional pada wanita hamil cenderung akan membuat bingung orang-orang yang ada di
sekitar dan juga wanita hamil itu sendiri.

Respon terhadap perubahan citra tubuh
Fisiologis bentuk tubuh pada trimester pertama hanya mengalami sedikit perubahan
sehingga pada masa ini wanita hamil masih menunjukkan sikap positif. Namun perubahan
bentuk tubuh akan semakin terlihat dan nyata pada trimester berikutnya sehingga
menyebabkan kecenderungan sikap negatif pada wanita hamil. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas (Bobak, Lowdermilk, &
Jensen.,2005). Respon terhadap perubahan citra tubuh ini bersifat sementara dan tidak
menetap secara permanen pada wanita hamil.

Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisian sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan
benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen., 2005).
Ambivalensi ini termasuk kedalam respon normal bagi seorang individu dalam menghadapi
persiapan diri untuk mendapatkan peran baru. Perasaan menolak (ambivalensi) disebabkan
oleh perasaan khawatir bahwa waktunya salah, bahwa kehamilan ini tidak diinginkan,
nanti dan tidak sekarang, karena merasa takut dan cemas, merasa ragu-ragu pada peran
baru, tidak tertanggulanginya konflik dengan ibu, atau ketakutan terhadap kehamilan dan
persalinan (Susanti N. N., 2008). Selain itu, ambivalensi juga dapat disebabkan oleh perasaan
bergantung, sensasi tubuh, menghadapi kenyataan untuk bertanggung jawab dalam merawat
anak, merasa dirinya tidak secantik saat sebelum hamil, dan menerima kenyataan lain dari
berbagai perubahan keadaan.
Akibat dari ambivalensi yang berkepanjangan antara lain: sering mengalami depresi,
ketidaknyamanan fisik, ketidakpuasan dengan bentuk tubuh, perubahan perasaan yang drastis,
dan kesulitan menerima perubahan akibat kehamilan (Lederman, 1996, dalam Susanti N.N.,
2008). Menurut Lederman (1984, dalam Bobak, Lowdermilk, & Jensen., 2005), perasaan
ambivalen berat yang menetap sampai trimester ketiga dapat mengindikasikan bahwa konflik
peran ibu belum diatasi. Setelah persalinan, memori perasaan ambivalen yang dirasakan


selama masa kehamilan akan hilang jika anak yang dilahirkan sehat dan normal. Namun
sebaliknya, memori ambivalen akan teringat kembali oleh ibu jika anak yang dilahirkannya
cacat dan hal ini bisa menyebabkan ibu menyalahkan dirinya sendiri.

Upacara tanda kedewasaan
Kehamilan berfungsi sebagai upacara tanda kedewasaan (rite of passage), tanda bahwa
seseorang mencapai maturitas dalam suatu masyarakat yang tidak memiliki upacara lain
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen.,2005). Kehamilan menandakan bahwa seorang wanita telah
dewasa dan memiliki hak untuk menentukan hidupnya dan anaknya.
Mengenal Peran Ibu
Menurut Bobak (2004) mengidentifikasi peran ibu, bisa dimulai dengan mengingat kita
sebagai seorang anak yang diasuh oleh ibunya. Peran wanita di kelompok sosial, membuat kita
memilih peran sebagi ibu atau wanita karir pada waktu itu. Kegiatan seperti bermain dengan
boneka, menjaga bayi, dan merawat adik-adik dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu. Kebanyakan wanita selalu menginginkan bayi, menyukai anak-anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Hal tersebut mempengaruhi penerimaan wanita terhadap
kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua.
Menurut Rubin dalam Ricci (2007) mengidentifikasi tugas-tugas ibu yang seorang wanita harus
dicapai untuk menggabungkan peran ibu dalam kepribadiannya. Pencapaian tugas-tugas ini
membantu ibu hamil mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang ibu. Mereka membentuk
hubungan yang saling memuaskan dengan bayinya. Tugas ini meliputi:
Memastikan perjalanan yang aman selama kehamilan dan kelahiran
Fokus utama perhatian wanita
Trimester pertama: wanita fokus pada dirinya sendiri, bukan pada janin
Trimester kedua: wanita mengembangkan lampiran nilai besar untuk janinnya
Trimester ketiga: wanita yang memiliki kepedulian terhadap dirinya dan janinnya sebagai
unit
Partisipasi dalam aktivitas perawatan diri yang positif berkaitan dengan diet, olahraga, dan
kesejahteraan secara keseluruhan


Mengetahui penerimaan sang bayi oleh orang lain
Trimester pertama: penerimaan kehamilan dengan dirinya sendiri dan orang lain
Trimester kedua: keluarga perlu berhubungan dengan janin sebagai anggota
Trimester ketiga: penerimaan tanpa syarat tanpa penolakan
Mencari penerimaan diri terhadap peran ibu untuk bayi ("mengikat")
Trimester pertama: ibu menerima ide kehamilan, tetapi bukan dari bayi
Trimester kedua: dengan sensasi gerakan janin (percepatan), ibu mengakui janin sebagai
entitas yang terpisah dalam dirinya
Trimester ketiga: ibu kerinduan untuk memegang bayi dan menjadi lelah hamil
Belajar untuk memberikan diri sendiri
Trimester pertama: identifikasi dari apa yang harus diberikan untuk mengasumsikan peran
baru
Trimester kedua: identifikasi dengan bayi, belajar bagaimana untuk menunda keinginan
sendiri
Ketiga trimester: mempertanyakan kemampuannya untuk menjadi ibu yang baik bagi bayi
Hubungan Wanita dengan Ibunya
Menurut Rubin, 1976, hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam
adaptasi terhadap kehamilan. Ledermen mencatat empat komponen penting hubungan antara
seorang wanita hamil dan ibunya: kesediaan ibu (pada masa lalu dan saat ini), reaksi ibu terhadap
kehamilan anaknya, penghargaan terhadap otonomi anak perempuannya dan kesediaan ibu untuk
menceritakan kenangannya (Bobak, 2005).
Kesediaan ibu di samping anak perempuannya sejak kanak-kanak sering kali berarti ibu
akan hadir dan mendukung selama anaknya hamil. Dengan ikatan keibuan yang sama akan
memfasilitasi perkembangan kedua individu. Sedangkan reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya
yang menandakan penerimaannya dan dukungan dapat memberikan anak kesempatan untuk
menceritakan kehamilan dan rencana persalinannya. Keinginan ibu untuk menceritakan
pengalamannya di masa lalu juga merupakan komponen yang penting sehingga wanita yang
mempersiapkan perannya sebagai seorang ibu dapat belajar dari pengalamannya saat masih kecil


yang diasuh oleh ibunya. Begitupun dengan penghargaan terhadap otonomi anak perempuannya,
hal tersebut dapat menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri anak perempuannya untuk
menjadi orang tua.
Hubungan dengan Pasangan
Walaupun hubungan wanita hamil dan ibunya penting, orang yang lebih penting bagi
wanita hamil biasanya adalah pasangannya atau bapak dari anaknya. Menurut Richardson, 1983,
ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan oleh wanita hamil. Kebutuhan pertama adalah
menerima tanda-tanda bahwa ia dincitai dan dihargai (Lowdermik, 2013). Semakin banyak bukti
yang menunjukan ia diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya akan menimbulakan lebih
sedikit gejala emosi dan fisik, serta mudah melakukan penyesuaian selama nifas. Kebutuhan
kedua adalah pengakuan pasangan akan anaknya. Bertambahnya seorang anak dapat mempererat
hubungan suami istri.
Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa kehamilan bergantung pada individual. Pasangan perlu
merasa bebas mendiskusikan respon seksualnya selama kehamilan satu sama lain dan dengan
petugas kesehatan. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisik dan emosional yang
sangat cepat selama kehamilan dapat menjadi bingung dengan perilaku terhadap
pasangannya. Oleh karena itu, pasangan harus berbicara satu sama lain untuk menentukan
permasalahannya dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Membangun Hubungan dengan Janin
Menurut Rubin, 1975, keterkaitan emosional, perasaan terikat oleh cinta, yang dimulai dari
masa prenatal ketika wanita berfantasi dan berangan-angan untuk mempesiapkan diri mereka
menjadi seorang ibu. Hubungan ibu dan anak terus berkembang selama kehamilan seperti proses
pertumbuhan yang terjadi dalam tiga fase (Bobak, 2005).
Dalam fase satu, wanita menerima fakta biologis dari kehamilannya. Ia perlu untuk
menyatakan bahwa Saya hamil. Anak dilihat sebagai bagian dari dirinya, tidak sebagai
individu asing yang terpisah.


Dalam fase dua, wanita menerima janin yang sedang bertumbuh beda dengan dirinya. Ia dapat
mengatakan Saya akan memiliki seorang bayi sehingga meningkatkan keterkaitan antara
ibu dan anak, serta tanggung jawabnya terhadap bayi tersebut. Wanita memasuki periode
tenang dan berintrospeksi. Ketika ia mulai menarik diri dan berfokus pada anak yang belum
lahir, pasangan akan merasa ditinggalkan dan jika memiliki anak lainnya dalam keluarga,
mereka akan menuntut mengalihkan perhatian ibunya kepada mereka.
Selama fase tiga, wanita mempersiapkan kenyataan untuk melahirkan dan mengasuh anaknya.
Ia menunjukan pemikiran, Saya akan menjadi ibu. serta menggambarkan keadaan dan
karakteristik dari anak.
Persiapan Melahirkan
Wanita nulipara atau wanita tanpa anak menjadi wanita yang mempunyai anak, aktif
mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas
untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain. Mereka akan mencari orang terbaik
yang akan memberikan mereka nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson dalam Bobak, 2004).
Sedangkan wanita multipara atau wanita yang memiliki anak menjadi wanita yang memiliki
anak-anak, menggunakan pengalamannya sendiri dalam menghadapi persalinan kali ini.
Rasa cemas biasanya timbul karena kekhawatiran mereka akan proses melahirkan yang
aman untuk dirinya dan anaknya menurut Rubin dalam Bobak (2004). Rasa cemas ini mungkin
tidak diperlihatkan secara terbuka, namun saat perawat menanyakan rencana merawat bayi
barunya dan anak-anak lain jika nanti terjadi sesuatu. Meskipun telah ada bukti statistik tentang
hasil akhir kehamilan yang aman untuk ibu perasaan tersebut tetap ada. Banyak wanita yang
takut mengalami nyeri selama proses bersalin, karena mereka tidak mengerti anatomi dan proses
kelahiran. Kekhawatiran lainnya yaitu terhadap perilaku yang pantas selama proses bersalin dan
bagaimana seseorang yang merawat mereka akan menerima perilaku mereka tersebut. Menurut
Lederman dalam Bobak (2004), persiapan paling baik untuk melalui persalinan ialah
kesadaran yang sehat tentang kenyataan tersebut kewaspadaan terhadap kerja, nyeri, dan risiko,
yang diimbangi dengan perasaan sukacita dan pengharapan akan hasil akhir yang
mengembirakan.



Kesiapan untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester ketiga, tidur ibu akan sedikit terganggu karena mengalami
kesulitan bernapas dan gerakan janin menjadi cukup kuat. Nyeri pinggang, sering berkemih,
keinginan untuk berkemih, kontipasi, dan timbulnya varises dapat sangat mengganggu juga.
Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya merawat anak-
anak lain, melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman
untuk tidur dan istirahat. Pada saat ini kebanyakan wanita akan merasa tidak sabar untuk
menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, takut, atau campuran keduanya.
Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

Wanita yang Menjadi Ibu untuk Kedua Kalinya
Menurut Merilo dalam Bobak (2004), ibu yang menantikan anak keduanya lahir
memiliki kekhawatiran yang berbeda dengan wanita yang menantikan anak pertamanya lahir
pada masa kehamilan. Mereka mungkin begitu memperhatikan anak pertamanya, sehingga
mereka tidak segembira saat melahirkan anak pertamanya dan lebih sedikit memikirkan anak
keduanya. Mereka khawatir terhadap reaksi anak pertamanya akan kelahiran saudaranya dan
sadar akan terjadi perubahan hubungan dengan anak pertamanya jika anak keduanya lahir.
Kekhawatiran ini menimbulkan rasa sedih dan kehilangan. Teman-teman dan keluarga
mungkin kini tidak memberi perhatian dan bantuan sebanyak yang diberikan pada kelahiran
anak pertamanya karena mereka sudah yakin akan kemampuan wanita itu dalam memelihara
bayi.
Perawat dapat membantu wanita tersebut dengan memenuhi kebutuhannya dengan
mendorong mereka menyediakan waktu untuk memperhatikan anak keduanya dan kebutuhan
wanita itu sendiri. Menurut Merilo dalam Bobak (2004), sang ibu perlu menentukan
pengharapan yang realistis untuk diri mereka sendiri, mengatur bantuan untuk pekerjaan
rumah tangga dan untuk menjaga anak, serta mengurangi acara di luar. Kelas prenatal, tempat
ibu dapat berbagi rasa khawatir dan pengalamannya, dapat membantu sang ibu mengetahui
bahwa kebutuhan mereka adalah wajar dan akan mendorong adaptasi positif terhadap banyak
tuntutan peran baru mereka.


DAFTAR PUSTAKA
Association of Womens Health, Obstetric and Neonatal Nurses. 2004. Physiologic and
Psychosocial Adaptation to Pregnancy. California: AWHONN
Benson, Ralph C. (2008). Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi, Ed. 9. Jakarta: EGC
Bobak. (1995/2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (Maria A. Wijayarini, dkk.
Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.
Johnson, Ruth & Taylor, Wendi. (2004). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Ladewig, P.W., London, M.L., Moberly, S.M & Olds, S.B. (2002). Contemporary Maternal-
Newborn Nursing Care. New Jersey: Pearson Education, Inc
Linda J. Hefner & Danny J. Schust. (2005). At a Glance: Sistem Reproduksi, Ed. 2.
Jakarta: Erlangga Medical Series
Lowdermilk, D. Leonard, Perry, S., Cashion, Kitty. (2013). Keperawatan Maternitas Buku 1.
(Felicia Sidartha, Penerjemah.). Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, I.B.G., Manuaba, C., & Manuaba, I.B.G. Fajar. (2003). Pengantar kuliah obsitetri.
Jakarta: EGC
Mary, Persis. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Minagar, Alireza. (2011). Neurological Disorders and Pregnancy. Burlington: Elsevier
Ricci, Susan Scot. (2007). Essentials of Maternity, Newborn, and Womens Health Nursing.
Philadelphia: Lippincot William & Wilkins
Romauli, Suryati. (2011). Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sherwood, Lauralee. (2009). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. (Terj. dr Brahm U).
Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar; Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir, Edisi 3. Jakarta:
EGC
Susanti, Ni Nengah. (2008). Psikologi Kehamilan.Jakarta: EGC
Syafrudin & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
White, Lois. (2005). Foundations of Maternal & Pediatric Nursing 2
nd
Edition. Texas:
Thomson Delmar Learning
Wylie, Linda. (2005). Essential Anatomy and Physiology in Maternity Care. 2nd Edition.
Philadelphia: Elsevier

Das könnte Ihnen auch gefallen