Sie sind auf Seite 1von 7

IDEOLOGI

PANCASILA
Monday, 01 June 2009 15:40
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan logia. Idea berasal
dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran
sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandung makna
ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal dari kata logos dari kata legein
yaitu berbicara. Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de
Tracy (1754 - 1836), ketika bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains
tentang ide. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau
pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam pikiran.
Dalam tinjauan terminologis, ideology is Manner or content of thinking characteristic of
an individual or class (cara hidup/ tingkah laku atau hasil pemikiran yang menunjukan
sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu kelas). Ideologi adalah ideas
characteristic of a school of thinkers a class of society, a plotitical party or the like (watak/
ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik
atau pun lainnya). Ideologi ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan
pemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa
memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga
harus memiliki metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijaga
eksistesinya dan disebarkan.
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar
dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur
kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional
karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati
oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila
dilestarikan dari generasi ke generasi. Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh
Soekarno pada saat berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).
Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar negara. Istilah dasar
negara ini kemudian disamakan dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam,
serta jiwa dan hasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu bangsa senantiasa memiliki
karakter sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa Pancasila secara formal yudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945.
Di samping pengertian formal menurut hukum atau formal yudiris maka Pancasila juga
mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur yang menyusun
Pancasila tersebut). Tepat 64 tahun usia Pancasila, sepatutnya sebagai warga negara
Indonesia kembali menyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.
Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu yang
dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan
sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni

membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai
ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis
keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama
dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan bagi
masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan
masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk
menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk
mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum
universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat
diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit,
namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia
luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan
panjang dan terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan
tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.
Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi citacita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam
dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri,
walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat
berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari
belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua
bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap
anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta
belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat,

memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai


secara merata.
http://www.ahmadheryawan.com/kolom/94-kolom/4171-ideologi-pancasila.html

IDEOLOGI DI ASIA
Sunday, 12. October 2008, 05:42:47
tugas, LTM, MPKT
Terbentuknya ideologi-ideologi politik di kawasan Asia merupakan reaksi kritis terhadap
ideologi kapitalisme, kolonialisme, dan imperialisme barat, sehingga unsur-unsur dalam
ideologi-ideologi bangsa Asia ini sarat dengan ide-ide nasionalisme, antikolonialisme dan
sangat menekankan ide keadilan social. Untuk mengenal dan memahami ideologi dari
kawasan Asia, akan ditampilkan dua ideologi dari Asia untuk mewakili yakni Hind
Swaraj (Indian Home Rule) yang digagas oleh Mahatma Gandhi dan Pancasila dari
Indonesia.
1.Hind Swaraj
Hind Swaraj (berasal dari kata Hind yang berarti bangsa India dan Swaraj yang berarti
pemerintahan sendiri), adalah ideologi yang digagas oleh Mohandas Karamchand Gandhi
(1869-1948). Ia dikenal sebagai Bapak dan Guru bangsa India yang wafat karena
ditembak pada tahun 1948.
Sebagai sebuah ideologi, Hind Swaraj terdiri dari beberapa ide dasar yaitu nasionalisme
humanitis, sarvodaya (kesejahteraan social), ekonomi khadi serta pemerintahan yang
demokratis.
Nasionalisme humanitis Gandhi bertumpu pada ajaran ahimsa (prinsip menghormati
kehidupan, dalam arti khusus adalah tidak melakukan tindakan kekerasan apalagi
pembunuhan) dan satyagraha (prinsip kekuatan jiwa, cinta akan kebenaran). Dalam
bahasa Inggris sering dipadankan dengan passive resistance, non-violence atau
perlawanan tanpa kekerasan/pasif). Dengan kedua prinsip tersebut, gerakan kemerdekaan
India di bawah Gandhi memiliki ciri-ciri seperti tidak melakukan tindak kekerasan tapi
lebih memilih aksi-aksi semacam boikot dan mengedepankan peralihan kekuasaan secara
damai melalui negosiasi dan gentlemen agreement.
Sarvodaya (kesejahteraan milik semua). Hind Swaraj juga meliputi ide tentang tatanan
sosial-ekonomi yang ideal yakni kesejahteraan dan kesetaraan nasional bagi bangsa India.
Ide tentang kesejahteraan diangkat mengingat India masih menganut sistem kasta, di
mana kaum Pariah atau kaum Harijan (kelompok yang terpinggirkan) perlu diangkat,
baik secara sosial maupun ekonomi agar di dalam India yang merdeka, kelompok ini juga
memiliki tempat dan kekuatan.

Khadi adalah kain tenun yang ditenun dengan charka (alat tenun yang dijalankan dengan
tenaga manusia). Bagi Gandhi, kedua alat ini merupakan simbol sekaligus sarana untuk
mendukung sarvodaya, keduanya merupakan alat sederhana namun dapat menjadi
tumpuan jutaan rakyat miskin untuk memproduksi kain sendiri, hingga lepas dari
ketergantungan kain impor dari Inggris. Ekonomi khadi merupakan simbol kemandirian
ekonomi dan simbol kebebasan dari eksploitasi sistem industri pabrik yang diyakini
Gandhi dapat menimbulkan pengangguran di desa-desa.
Ide Ramrajya (negara yang demokratis) dan Gram Swaraj (pemerintahan lokal berbasis
desa), merupakan dua ide Gandhi tentang negara dan kedaulatan negara yang dicirikan
oleh desentralisasi kekuasaan. Bentuk-bentuk pemerintahan semacam ini diyakini Gandhi
dapat mewujudkan kedaulatan rakyat yang sesungguhnya,serta dapat memberi ruang bagi
semua bentuk aliran atau pemikiran individu (Poerbasari, 2007:183-189).
2.Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang dikumandangkan pertama kali oleh
Soekarno pada tanggal I Juni 1945, yakni pada saat berlangsungnya sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).
Pada awal pidato dalam sidang tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar
negara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan dengan fundamen, filsafat,
pemikiran yang mendalam, serta jiwa dan hasrat yang mendalam. Dan perjuangan suatu
bangsa senantiasa memiliki karakter sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa. Sesuai
dengan rumusan ini, maka sejak pertama kali dikumandangkan, Pancasila diartikan
sebagai ideologi yang mencerminkan identitas, kepribadian bangsa sekaligus merupakan
alat pemersatu seluruh bangsa untuk mencapai tujuan perjuangan kemerdekaan.
Pancasila, secara etimologis berasal dari dua kata yaitu Panca yang berarti lima dan Sila
yang berarti dasar. Pancasila dari akar kata berarti lima dasar, tepatnya adalah dasar bagi
negara Indonesia yang merdeka.
Semenjak dikumandangkan pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila mengalami beberapa kali
perubahan urutan sila maupun kata. Dalam rumusan Soekarno sebagai berikut:
1.)Kebangsaan Indonesia,
2.)Internasionalisme atau peri kemanusiaan,
3.)Mufakat atau demokrasi,
4.)Kesejahteraan sosial dan
5.)Indonesia merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa atau prinsip
Ketuhanan.
Berikut dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945, terdapat perubahan kata dalam Pancasila
sebagai berikut:
1.)Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
2.)Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.)Persatuan Indonesia,

4.)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan dan
5.)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perubahan berikutnya terlihat dalam Mukadimah UUD RIS tahun 1950, di mana katakata dalam Pancasila adalah:
1.)Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.)Peri kemanusiaan,
3.)Kebangsaan
4.)Kerakyatan dan
5.)Keadilan sosial.
Adapun urutan dan kata-kata dalam Pancasila yang digunakan saat ini adalah seperti yang
tertuang dalam Pembukaan UUD45 yakni:
1.)Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.)Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.)Persatuan Indonesia,
4.)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan
5.)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, Pancasila dapat diterima sebagai ideologi
nasional karena sifatnya yang menyatukan berbagai kelompok masyarakat, memberi arah
dan pedoman tingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi
prosedur penyelesaian konflik.
3.Hambatan dan Tantangan dalam Berideologi Pancasila
Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia, terdapat potensi konflik yang besar
mengingat adanya berbagai nilai-nilai yang dianut oleh berbagai kelompok masyarakat,
dan hal ini dapat pula bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Untuk itu perlu diketengahkan di sini hambatan dan tantangan, baik itu dari negar sendiri
maupun dari luar negeri.
3.1 Hambatan
Hambatan muncul karena adanya perbedaan aliran pemikiran, misalnya:
a.)Paham individualistis. Negara adalah masyarakat hukum yang disusun atas kontrak
semua individu dalam masyarakat. Disini kepentingan harkat dan martabat manusia
dijunjung tinggi. Hak kebebasan individu hanya dibatasi oleh hak yang sama yang
dimiliki individu lain, bukan oleh kepentingan masyarakat.
b.)Paham golongan (Class Theory). Negara adalah suatu susunan golongan (kelas) untuk
menindas kelas lain. Paham ini berhubungan dengan paham materialisme sejarah (suatu
ajaran yang bertitik tolak pada hubungan-hubungan produksi dan kepemilikan sarana
produksi serta berakibat pada munculnya dua kelas yang bertentangan, kelas buruh dan
kelas majikan dan semua itu terjadi dan berada dalam sejarah kehidupan manusia).
3.2 Bentuk-Bentuk Ancaman

a.) Isu, penyebaran berita bohong dan fitnah atau desas desus dengan
tujuan tertentu.
b.) Gejala-gejala negative, antara lain pola hidup konsumtif, sikap
mental individualistis, pemaksaan kehendak, kemalasan, penurunan
disiplin dan lain lain.
c.) Perbuatan dan tingkah laku yang mengganggu dan melanggar
hukum.
d.) Subversi (sabotase, spionase, dan lain-lain).
3.3 Tantangan
3.3.1 Tantangan dari dalam negeri
a.) Tantangan disintegrasi, adanya perpecahan-perpecahan yang
disebabkan tidak puasnya sikap daerah menimbulkan
permasalahan-permasalahan yang dapat menghancurkan persatuan
dan kesatuan NKRI, seperti lepasnya Timor Timur pada tahun
1999.
b.) Permesta dan pemberontakan-pemberontakan lainnya sejak jaman
Revolusi.
c.) Tantangan dari masalah agama: adanya usaha-usaha yang timbul
karena keinginan untuk mengganti Pancasila dengan simbol-simbol
keagamaan, antara lain: Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS),
Pemberontakan DI/TII dan lain-lain.
d.) Tantangan dari masalah SARA: adanya perpecahan yang mengatas
namakan SARA menyebabkan beberapa peristiwa yang dapat
menghancurkan Pancasila antara lain: Peristiwa Poso, Peristiwa
Tanjung Periok, Peristiwa Mei 1998, dan masih banyak lagi.
3.3.2 Tantangan dari Luar Negeri
a.) Adanya tantangan dari ideologi lain yang ingin mengganti ideologi
Pancasila dengan ideologi lainnya seperti ideologi Komunisme
yang berasal dari China dan Soviet. Atau ideologi Liberal dalam
Peristiwa Ratu Adil dan Pembantaian di Sulawesi oleh Westerling.
b.) Adanya intervensi dari negara lain untuk menghancurkan NKRI
contohnya privatisasi BUMN atau campur tangan Amerika dalam
penanganan hukum dan keamanan di Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila bagaimana pun juga akan berusaha untuk tetap
mempertahankan diri dari segala macam tantangan tersebut demi kelangsungan negara
Indonesia.
4. Refleksi Kritis Terhadap Ideologi
Pada sisi lain, ideologi dapat juga menjadi world view, pandangan hidup. Bertolak dari
pengertian tersebut, maka diperlukan upaya kritis tepatnya refleksi kritis terhadap
ideologi mengingat adanya satu ciri penting yang melekat pada ideologi, yakni sifatnya
yang futuristik (berisi cita-cita tentang tatanan masyarakat yang baik di masa depan dan
merupakan acuan untuk melakukan perubahan politik). Ideologi berfungsi memberikan

harapan akan dunia baru yang lebih baik dari keadaan masa lampau yang kurang ideal
serta memberikan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan yang ideal tersebut,
maka ideologi sangat menarik hati rakyat, baik secara rasional maupun emosional.
Terkait dengan Pancasila, dapat dilihat bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur. Sisi futuristik yang melekat pada Pancasila sebagai ideologi ini di satu
pihak dapat membawa orang pada harapan yang kurang realistik. Oleh karenanya perlu
untuk selalu berdialog dengan kenyataan yang ada. Dalam hal ini ilmu pengetahuan dapat
berperan. Di lain pihak, sifat futuristik dari ideologi mengimplikasikan bahwa kenyataan
yang ada (sistem ekonomi, politik, budaya) tidak dapat dipandang sebagai perwujudan
yang telah tuntas dari ideologi, dalam hal ini ideologi Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Meliono, Irmayanti. 2008 Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Depok:
Lembaga Penerbit FEUI
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
http://ideologipancasila.wordpress.com/
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/05/17/Editor/edit04.htm

http://my.opera.com/Putra%20Pratama/blog/2008/10/12/ideologi-di-asia

Das könnte Ihnen auch gefallen