Sie sind auf Seite 1von 5

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
GUNTUR PRAKOSO/2TB04/23312210

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
GUNTUR PRAKOSO/2TB04/23312210

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian Rule Of Law dan Negara HUkum

Pengertian Rule Of Law dan Negara Hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan. Ada sementara
pakar mendeskripsikan bahwa pengertian negara hukum dan Rule Of Law itu hampir dapat
dikatakan sama, namun terdapat pula pakar lain yang menjelaskan bahwa meskipun antara negara
hukun dan rule of law tidak dapat dipisahkan namun masing-masing memiliki penekanan masing-
masing. Menurut Philipus M. Hadjon misalnya bahwa negara hukum yang menurut istilah bahasa
belanda rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme, yaitu dari kekuasaan raja
yang sewenang-wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan
perundang-undangan. Oleh karna itu dalam proses perkembangnnya rechtsstaats itu lebih memiliki
ciri yang lebih revolusioner.

Oleh karna itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstaats dan rule of law
sebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960: 546). Oleh karna itu berdasarkan bentuknya sebenarnya
rule of law adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal oleh krna itu setiap organisasi atau
persekutuan hidup dalam makna pengertian tersebut termasuk dalam negara mendasarkan pada
rule of law.

Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap kekuasaan. Pada
dasarnya disebabkan politik kekuasaan cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan
fungsi dan peran negara bagi kehidupan individu dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut
maka terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan
secara normatif yuridis untuk menghindari kekuasaan yang dispotik (Hitchvier, 1981:69).

Carl J. Friedrich dalam bukunya konstitusional goverment and democracy : Theory and
practice in eorupe and america. Memperkenalkan istilah negara hukum dengan istilah rechtsstaat
atau contitutionalstaat. Demikian juga tokoh lain yang membahas rechtsstaat adalah Friedrich J.
Stahl.

Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum. Hal itu tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV,
yang secara ekspilisit dijelaskan bahwa "...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia..." hal ini mengandung arti bahwa suatu
keharusan negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan atas Undang-Undang Dasar Negara.

Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri
dibangun dan ditegakan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karna prinsip supremasi hukum dan
kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berdasar dari kedaulatan rakyat.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
GUNTUR PRAKOSO/2TB04/23312210



Prinsip-Prinsip Rule Of Law

Sebagai mana dijelaskan didepan bahwa pengertian rule of law tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian negara hukum rechtsstaat. Meskipun demikian dalam negara yang menganut
sistem rule of law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan
realisasi rule of law itu sendiri. Menurut Albert Venn Dicey dalam "Introduction to the law of the
contitution", memperkenalkan istilah rule of law yang secara sederhana diartikan sebagai suatu
keteraturan hukum.

Suatu Hal yang harus diperhatikan bahwa jikalau dalam hubungan dengan negara hanya
berdasarkan prinsip tersebut, maka negara terbatas dalam pengertian negara hukum formal, yaitu
negara tidak bersifat proaktif melainkan pasif.

Gagasan baru inilah yang kemudian dikenal dengan welvaartstat, verzorgingstaat, welfare
state, social service state, atau negara hukum materal. Perkembangan baru inilah yang kemudian
menjadi rasional d'entre untuk melakukan revisi atau bahkan melengkapi pemikiran Dicey tentang
negara hukum formal.

Secara praktis, pertemuan ICJ di bangkok tahun 1965 semakin menguatkan posisi rule of law
dalam kehidupan bernegara selain itu melakukan pertemuan tersebut telah digriskan bahwa
disamping hak-hak politik bagi rakyat harus diakui pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi, sehingga
perlu dibentuk standar-standar sosial ekonomi. Komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan
yang demokratis dibawah rule of law yang dinamis.

Gambaran ini mengukuhkan negara hukum sebagai walfare state, karna sebenarnya
mustahil mewujudkan cita-cita rule of law sementara posisi dan peran negara sangat minimal dan
lemah. Atas dasar inilah kemudian negara diberikan keleluasaan dankemerdekaan bertindak atas
dasar inisiatif parlemen.

B. Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tiidak lahir secara
tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam "universal declaration of human right" 10 Desember 1948.
Namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dari perspektif
sejarah deklarasi yang ditanda tangani oleh Majelis umum PBB dihayati sebagai suatu pengakuan
yuridis formal dan merupakan titik kulminasi perjuangan sebagian besar umat manusia dibelahan
dunia khususnya yang bergabung dalam perserikatan bangsa-bangsa.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
GUNTUR PRAKOSO/2TB04/23312210

Pada zaman Yunani kuno Plato telah memaklumkan kepada warga polishnya, bahwa
kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya melaksanakan hak dan
kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indonesiapun, pengakuan serta
penghormatan masyarakat tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang, misalnya dalam
masyarakat jawa telah dikenal tradisi "Hak Pepe" yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati
oleh penguasa. Seperti Hak mengemukakan pendapat, walaupun hak tersebut, bertentangan dengan
kemauan hak penguasa (baul dan beny,1988: 3).

Puncak perkembangan hak-hak asasi manusia tersebut yaitu ketika "Human Right" itu
pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam "declaration of independen" Amerika Serikat pada
tahun 1776. Dalam deklarasi tersebut tertanggal 4 Juli 1776 dinyatakan bahwa seluruh umat
manusia dikaruniai oleh Tuhan yang Maha Esa beberapa hak yang tetap dan melekat padanya.

Perjuangan hak asasi manusia tersebut sebernya telah diawali Prancis sejak Rousseau, dan
perjuangan itu memuncak dalam revolusi Prancis, yang berhasil menetapkan hak-hak asasi manusia
dalam "declaration des droids L homme et du citoyen" yang ditetapkan oleh Assemblee nationale,
pada 12 Agustus 1789 (Assaiddiqie, 2006: 90).

Dalam rangka konseptualisasi dan reinterpretasi terhadap hak-hak asasi yang mencakup
bidang-bidang yang lebih luas itu. Franklin D. Roosevelt presiden Amerika pada permulaan abad ke-
20 memformulasikan 4 macam hak-hak asasi manusia yang dikenal dengan The Four Freedom.
1.Freedom of speech
2. Freedom of religion
3.Freedom from fear
4. Freedom from want

Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara universal
sebagaimana moral, political, legal fremework and as a guadline. Dalam membangun dunia yang
lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil.

Namun demikian dikukukannya naskah universal of declaration of human right ini, ternyata
tidak cukup mampu untuk mencabut akar-akar penindasan di berbagai negara. Oleh karna itu PBB
secara terus menerus berupaya untuk memperjuangkannya. Akhirnya kurang lebih delapan tahun
kemudian PBB berhasil melahirkan Convement on econimc, social and cultral dan Convement on civil
and political right (assaiddiqie, 2006: 92).

C. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Undang-Undang Dasar 1945

Hak-Hak Asasi manusi sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis
tentang hakikat manusia yang melatarbelakanginya. Menurut pandangan Filsafat bangsa Indonesia
yang terkandung dalam Pancasila hakikat manusia adalah "moropluralis" susunan kodrat manusia
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
GUNTUR PRAKOSO/2TB04/23312210

adalah jasmani-rohani atau raga dan jiwa. Sifat kodrat manusia adalah makhluk individu dan
makhluk sosial. Serta kedudukan kodraat manusia adalah sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Yang tertuang dalam UUD1945 hal ini juga telah ditekankan
oleh the founding fathers bangsa Indonesia, misalnya pernyataan Moch.Hatta dalam sidang BPUPKI
sebagai berikut : "Walaupun yang dibentuk itu negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan
beberapa hak dari warga negara, agar jangan sampai timbul negara kekuasaan atau machtstaat atau
negara penindas (Yamin 1959: 207)."
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dan
pembukaan inilah yang merupakan sumber normatif bagi hukum positif Indonesia terutama
penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945. Pernyataan berikutnya pada alinea 3 UUD 1945 yang
berbunya : "Atas berkat Rahkmat Allah yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaanya".

Pernyataan tentang "Atas berkat Rakhmat Allah yang Maha Kuasa....." mengandung arti
bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan bahwa manusia adalah sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Kuasa.





















sumber : Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Prof.DR.H.Kaelan,M.s. &
DRS.H.Achmad Zubaidi, M.Si.
Penerbit " PARADIGMA" Yogyakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen