Sie sind auf Seite 1von 109

Yudi Rahayudin

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL


BADAN DIKLAT ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI
Jalan Cisitu Lama No. 37 Bandung
Nama : Yudi Rahayudin
Pekerjaan : Widyaiswara, Pusdiklat Geologi KESDM
- Politeknik Geologi & SDM AGP
Email : rahayudin@yahoo.com
Pendidikan
S2 FITB, ITB 2007
S1 Geologi Universitas Padjadjaran, 1996
Diklat Teknisi Pengeboran Air, Bandung 2004
AMDAL Pertambangan, Padang 2007
Diklat Groundwater Management & Development, Thailand 2009
Diklat Basic Reservoir, Yogyakarta 2009



Biodata
2
Pemetaan Geologi
Suatu upaya/usaha untuk memetakan
kondisi geologi suatu daerah sehingga
menghasilkan peta geologi untuk
menyingkap proses geologi (batuan,
tektonik, morfologi, sejarah geologi)

Pemetaan Geologi
Menelusuri batuan dan dikelompokkan
menjadi satuan disertai kejelasan batas-
batasnya baik vertikal maupun lateral
(letak dan posisi masing-masing) sejak
kejadian dari awal sampai akhir.
Tujuan Pemetaan Geologi
1. Mengetahui unsur-unsur geomorfologi
(proses geomorfologi), membuat satuan
geomorfologi berdasarkan suatu
klasifikasi
2. Mengetahui jenis-jenis batuan di daerah
penelitian dikelompokkan menjadi
satuan-satuan batuan
3. Mengetahui karakteristik struktur sedimen,
fosil, hubungan antar batuan


Tujuan Pemetaan Geologi
3. Menyusun stratigrafi satuan-satuan
batuan dan mengkorelasikannya
4. Mengetahui indikasi struktur geologi
sejarah tektonik
5. Mengungkap sejarah geologi
6. Mengetahui jenis sumber daya

Objek Pemetaan Geologi
Singkapan Batuan
Singkapan Elemen Struktur
Substansi Pemetaan
Geologi
Geomorfologi
Petrologi Sedimen Stratigrafi
Struktur Geologi
Geomorfologi
Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk
umum roman muka bumi dan
perubahan yang terjadi sepanjang
evolusinya serta hubungannya dengan
struktur dibawahnya
American Geological Institute, 1973

Relief dan Kemiringan
Lereng
Relief suatu daerah akan mencirikan
beda tinggi satu tempat dengan tempat
lainnya dan juga menampakkan curam
landainya lereng, pola bentuk dan
ukuran bukit, lembah, gunung, dataran,
gawir, dan sebagainya
Klasifikasi Relief berdasarkan kemiringan
lereng (Van Zuidam,1988)
0-2 (0%-2%) : datar (almost flat)
2-4 (2%-7%) : landai (gently sloping)
4-8 (7%-15%) : miring (sloping)
8-16 (15%-30%) : agak curam (moderately steep)
16-35 (30%-70%) : curam (steep)
35-55 (70%-140%) : sangat curam (very steep)
>55 (>140%) : terjal (extremely steep)

Prosentase kemiringan lereng merupakan fungsi
dari perbandingan jarak datar dengan ketinggian
suatu wilayah, sehingga wilayah yang memiliki
kemiringan lereng 100% akan mempunyai jarak
datar dan ketinggian yang sama (1 : 1) atau
memiliki sudut lereng sebesar 45.

Kemiringan Lereng
Analisis Peta Topografi
Peta Topografi merupakan gambaran dua dimensi permukaan
bumi yang memberikan informasi mengenai:
1. Gambaran budidaya manusia seperti jalan, pemukiman, pesawahan,
dan lain sebagainya.
2. Gambaran bentukan alam seperti sungai, danau, airterjun, dan lain
sebagainya.
3. Batas-batas administratif seperti batas negara, provinsi, kabupaten,
dan kecamatan
4. Latitude dan longitude (garis lintang dan bujur).
5. Skala yang menunjukkan jarak horisontal.
6. Ketinggian permukaan tanah.
7. Data-data lain yang menerangkan peta.
Bentuk permukaan bumi dalam Peta Topografi digambarkan
melalui garis-garis ketinggian yang disebut garis kontur
Sifat-sifat Garis Kontur
Setiap titik pada garis kontur mempunyai ketinggian yang sama.
Ketinggian suatu garis kontur merupakan kelipatan sederhana interval kontur
Garis kontur tidak mungkin berpotongan satu dengan yang lain.
Garis kontur menutup pada dirinya sendiri di dalam/di luar peta.
Garis Kontur tidak bercabang.
Setiap garis kontur yang berspasi seragam menunjukkan suatu lereng yang
seragam.
Garis-garis kontur yang rapat menunjukkan suatu lereng yang curam.
Garis-garis kontur yang renggang menunjukkan suatu lereng yang landai.
Garis kontur membelok ke arah hulu suatu lembah, tetapi memotong tegak
lurus permukaan sungai.
Garis kontur umumnya membulat pada punggung bukit atau gunung, tetapi
membentuk lengkung yang tajam pada alur lembah sungai.

Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak antara 2 titik
di alam/di atas tanah dengan jarak antara 2
titik yang sama di peta
Contoh skala 1 : 50.000, berarti :
1 mm pada peta = 50.000 mm di alam
Interval Kontur
Interval Kontur = skala / 2.000
Penampang Peta
Petrologi Sedimentologi -
Stratigrafi
DEFINISI BATUAN
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian
dari kerak bumi.

Mineral sebagai bahan penyusun batuan merupakan senyawa anorganik padat
yang terdapat di alam, memiliki sistem kristal dan komposisi kimia tertentu

Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya seperti
bentuk kristal, sifat belahan atau warna, atau dengan peralatan yang sederhana
seperti pisau atau potongan gelas dengan menguji kekerasannya.

.
Klasifikasi batuan pada umumnya digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu:
1.Batuan Beku
2.Batuan Sedimen
3.Batuan Metamorf

ROCK CYCLES
PROSES PEMBENTUKAN BATUAN
BATUAN BEKU
Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari
mineral-mineral yang mengkristal dari bahan yang
lebur yang berasal dari selubung bumi (mantel).

Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan
bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana
temperatur bertambah dengan + 30 C setiap
kilometer kedalaman (geothermal gradient).

Bahan yang lebur ini, atau magma, adalah larutan
yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan
berbagai jenis gas.
Batuan Beku
Batuan hasil pembekuan magma didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang
membeku dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif.
Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma dan kehadirannya pada
kerak bumi akan mengikuti urutan kristalisasi dari suatu komposisi larutan
asalnya. Cirinya adalah terdiri dari mineral-mineral yang kristalisasinya
berurutan sesuai dengan temperatur pembekuannya (Reaksi Bowen).
Magma
Temperature
Discontinous Reaction
Series
(Mafic Minerals)
Continous Reaction
Series (Felsic Minerals)
Rock Types
High (early
crystalization)
Olivine
Pyroxene
Amphibole
Biotite
Calcium Rich
Sodium Rich
Potassium feldspar
Muscovite
Quartz
Low (late
crystalization)
Periodite
Gabro or
Basalt
Diorite or
Andesite
Granite or
Rhyolite
grain between 1 and 10 mm
grain less than 1 mm
large crystal embedded in
small crystals
no crystals, amorphous
Contain varying sizes of gas
pockets that remain in lava
Dark colored, made
of Magnesium and
iron
Very dark
colored
Between light and
dark colored
Light colored, made
of feldspar and
silicates
Dark colored, made
of Magnesium and
iron
Very dark
colored
Between light and
dark colored
Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineralnya
dan sifat tekstur.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
BATUAN SEDIMEN
TUBUH DARI SUATU MATERIAL
PADAT YANG TERAKUMULASI
ATAU DIENDAPKAN DI / ATAU
DEKAT PERMUKAAN BUMI
PADA TEMPERATUR DAN
TEKANAN RENDAH YANG
SECARA NORMAL AKAN
MENCIRIKAN LINGKUNGAN
PENGENDAPANNYA
(Pettijohn, 1984)
Batuan Sedimen
Berasal dari rombakan (erosi) daratan yang mengalami transportasi
dan akhirtnya terendapkan di suatu tempat.
KLASIFIKASI BATUAN
Particle name Particle diameter
Gravel Boulders (bongkah) > 256 mm
Cobbles (berangkal) 64 - 256 mm
Pebbles (kerakal) 2 - 64 mm
Granules (kerikil) 2 - 4 mm
Sand Very coarse sand
1 - 2 mm
Coarse sand
1/2 - 1 mm
Medium sand 1/4 1/2 mm
Fine sand 1/8 1/4 mm
Very fine sand
1/16 -1/8 mm
Silt (lanau) 1/256 - 1/16 mm
Clay (lempung) < 1/256 mm
KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
1. Golongan klastik kasar
Breksi : berukuran butir > 2mm, fragmen menyudut.
Konglomerat : berukuran butir > 2 mm, fragmen membundar
Batupasir (sandstone) : berukuran butir 1/16 m 2 mm

Breksi Konglomerat
Batupasir
KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
2. Golongan klastik halus,
Batulanau (silstone) : berukuran butir 1/256 mm 1/16 mm
Batulempung (claystone) : berukuran butir < 1/256 mm
Serpih (shale) : seperti batulempung, bidang lapisan berlembar
Napal (marl) : batulempung dengan komposisi karbonat tinggi.
Batulanau Batulempung Serpih
3. Golongan karbonat, seperti batugamping dan dolomit.
4. Golongan evaporit, seperti batugaram (halit).
5. Golongan silikat, seperti tanah diatomae dan radiolaria.
6. Golongan batubara, seperti antrasit, bitumen dan lignit
WHERE IS THE SEDIMENTARY
ROCK ???
Permukaan bumi
Total volume >>> 5 %
Total exposure >>> 70 -75 %
Dominated by sandstone, gamping & lempung
Thin layer
Thickness ranges from 0 13 km
Average + 2,2 km (leith & Mead, 1915)
(continental area) ????
Average + 1,8 km (Blatt, 1970) ????
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang
terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung
dalam keadaan padat, akibat pengaruh
peningkatan suhu (T) dan tekanan (P), atau
pengaruh kedua-duanya yang disebut proses
metamorfisme dan berlangsung di bawah
permukaan
Proses metamorfosis meliputi :
- Rekristalisasi.
- Reorientasi
- Pembentukan mineral baru dari unsur
yang telah ada sebelumnya.

Diagram Temperatur-Tekanan Metamorfosis
1. The Foliated Metamorphic Rocks
a. Slate
b. Phyllite
c. Schist
d. Gneiss
1. The Non Foliated Metamorphic Rocks
a. Marble
b. Quartzite
c. Greenstone
GEOLOGI STRUKTUR
Tahapan Deformasi Batuan
FOLD/ LIPATAN
Jenis Lipatan
FAULT/ SESAR
Bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif
(displacement) satu blok terhadp blok batuan lainnya
(Billing, 1959)

Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah
mengalami pergeseran (Ragan, 1973)

Suatu bidang pecah (fracture) yang memotong suatu tubuh
batuan dengan disertai oleh adanya pergeseran yang sejajar
dengan bidang pecahnya (Park, 1983)
GEOMETRI SESAR
a. Bidang Sesar (fault surface)
b. Footwall
c. Hangingwall
d. Hade :sudut lancip antar bidang sesar
& bidang vertikal
e. Heave (lateral shift) : jarak
pergeseran pada bidang horisontal
f. Throw (vertical shift) : jarak
pergeseran pada bidang vertikal
g. Net movement : arah dan besar
pergeseran
Sesar Naik di Formasi Entrada, Grand
Escalanta National Monument, Utah
www.bhc.edu\academics\science\harwoodr\Geol101\study\Ima
ges\D041-279.jpg
GAYA KOMPRESI
www.bhc.edu\academics\science\harwoodr\Geol101\study\Images\D041-716.jpg
Sesar Normal memotong lapisan Tuff
Volcanic (Kingman, Arizona)
The Alpine Fault merupakan contoh yang termasuk ke dalam
pergeseran arah strike-slip
http://www.otago.ac.nz/geology/af/images/cascade.jpg
KLASIFIKASI SESAR
Sesar diklasifikasikan berdasarkan pada:
a. Orientasi pola tegasan utama (Anderson, 1951)
b. Rake dari net slip
c. Kedudukan sesar terhadap batuan sekitar
d. Pola sesar
e. Sudut kemiringan sesar
f. Separation dan slip (Ragan, 1959)
a. Orientasi pola tegasan utama (Anderson, 1951)

Sesar Normal, jika tegasan utama posisinya vertikal
Sesar Geser, jika tegasan menengah posisinya vertikal
Sesar Naik, jika tegasan minimum posisinya vertikal
d. Berdasarkan Sudut Kemiringan Sesar
Sesar bersudut besar (>45
0
)
Sesar bersudut kecil (<45
0
)
d. 1. Rake & Slip
Dip Fault
Strike Fault
Oblique Fault
JENIS SESAR
A. STRIKE-SLIP FAULTS
Left-Handed Strike-Slip Fault
Right-Handed Strike-Slip Fault
Rows of plants offset by strike-slip fault movement in the Feburary 4,
1976 earthquake in Guatemala
The two plates are shifting by strike-slip movement in the October 15,
1979 earthquake in the Imperial Valley of California
http://www.seismo.berkeley.edu/seismo/istat/nsf/gloss/fault.html
http://www.seismo.berkeley.edu/seismo/istat/nsf/gloss/fault.html
A. STRIKE-SLIP FAULTS
Thrust-Slip Fault
Low Angel NormalSlip Fault
http://crevassezone.org/Photos/Graphics/2520L-(Fault).jpg
www.bhc.edu\academics\science\harwoodr\Geol101\study\Images\D004-094a.jpg
Thrust-Slip Fault dan Nonconformity, Fountain Creek, Colorado
Low Angel Normal Fault, Fountain Creek, Colorado
B. DIP-SLIP FAULTS
Reverse-Slip Fault
Normal-Slip Fault
www.bhc.edu\academics\science\harwoodr\Geol101\study\Images\D041-279a.jpg
Reverse-Slip Fault di Formasi Entrada, Utah
www.bhc.edu\academics\science\harwoodr\Geol101\study\Images\D041-716.jpg
Normal-Slip Fault memotong Lapisan Tuff Volcanic, Kingman-Arizona
JENIS SESAR
Oblique-slip fault produced during the 7.7 magnitude earthquake of
1915, Pleasant Valley, Nevada. The strike-slip component is shown by
the offset of the fence
http://www.iris.washington.edu/gifs/slides/faults/slideshow/images/oblique16.jpg
C. OBLIQUE SLIP FAULT
Normal Left-Slip Fault
Left Handed Reverse-Slip Fault
Joint
Vertical Joint
Vertical joints in sedimentary rock of the Colorado Plateau
formed in response to tectonic uplift of the region
Arrow indicates direction of principal stress
Unconformity
Angular Unconformity
Nonnconformity
Ketidakselarasan menyudut (angular unconformity); yaitu
ketidakselarasan yang terbentuk akibat adanya pengendapan batuan
sedimen di atas batuan sedimen terlipat yang telah tererosi
Bukan keselarasan (nonconformity); yaitu ketidakselarasan yang
terbentuk oleh pemotongan batuan sedimen oleh intrusi batuan
beku
Ketidakselarasan sejajar yang terbentuk akibat adanya
pengendapan batuan sedimen di atas batuan sedimen lain dengan
diselingi waktu yang hilang (paraconformity)
Ketidakselarasan sejajar yang terbentuk akibat adanya
pengendapan batuan sedimen di atas batuan sedimen yang telah
tererosi sebelumnya (disconformity)

Tahapan Pemetaan Geologi

PEKERJAAN KANTOR/STUDIO
Inventarisasi Data Sekunder
Peta Topografi 1:25.000, 1:100.000
Peta Geologi Regional
Landsat, Foto Udara
Laporan
Artikel Majalah
Text book
PEKERJAAN KANTOR/STUDIO
Desk Study (Studi di Meja)
Analisis Peta Topografi dan Landsat
Pola Aliran Sungai
Kelurusan-kelurusan
Pola Pergeseran
Bentuk DAS, WS
Arah Penyebaran Perbukitan
Puncak,
Punggungan
Karakteristik Kemiringan Lereng
Distribusi nilai-nilai % kemiringan lereng
Ada/tidaknya kelurusan
Perbedaan pola/tekstur kontur

Hidrogeologi Dasar 84
Struktur Geologi
Densitas Kelurusan
Densitas Kelurusan
KERJA LAPANGAN
Persiapan
Peta kerja
Formulir Kerja
Field Note
Alat Tulis
Kompas Geologi
Palu Geologi
Loupe
Komparator
Kantung Sampel
Tabung Peta
Kamera
Tas Lapangan
Pemilihan Pangkalan Kerja (Base
Camp)
Dipilih Paling Strategis disesuaikan
dengan metode pemetaan dan kondisi
wilayah
Metode Pengamatan Lapangan
1. Orientasi Lapangan
2. Lintasan Kompas
3. Lintasan Kompas dan Pita Ukur
1. Orientasi Lapangan
Plotting tiap stasiun pengamatan
berdasarkan orientasi terhadap
sungai,puncak bukit/gunung, kota dll
(dikenal di lapangan dan ada di peta dasar)
Tidak teliti apabila peta dasar terbitan
lama, medan sudah berubah, daerah datar,
perbukitan dengan vegetasi rapat
(sumatra, kalimantan, papua)

2. Lintasan Kompas (Compass
Traverse)
Lintasan ditentukan sebelumnya
Dijalani dengan kontrol arah kompas
sesuai rencana
Plotting stasiun-stasiun pengamatan
pada lintasan
3. Lintasan Kompas dan Pita Ukur
Arah lintasan bebas sesuai si pemeta
Tujuan utama memperoleh data optimal
secara efisien dan efektif
Arah lintasan dianjurkan tegak lurus
jurus lapisan batuan



Output Peta


Terima kasih

Das könnte Ihnen auch gefallen