Sie sind auf Seite 1von 17

SEJARAH & RUANG LINGKUP USAHA

A. Sejarah Perusahaan
Sekitar tahun 1880-an didirikan pabrik-pabrik gula oleh pemerintah belanda didaerah jawa barat.
Sebagai bahan bagu digunakan tanaman tebu. Pabrik gula ini menghasilkan limbah berupa
ampas tebu (bagasse) blotong, dan tets (molasses). Tidak seperti jenis limbah lainnya molase
yang berupa cairan yang sangat pekat tidak bias langsung dibuang ke lingkungan tapi
memerlukan proses pengolahan . molasses merupakan nira masak yang yang tidak dapat
dikristalkan. Kadar gula ivert yang terkandung dalam molasses sekitar 50 %. Gula dengankadar
yang cukup tinggi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi zat lain yang bernilai ekonomis seperti
alkohol.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada tahun 1883 sebuah perusahaan swasta belanda yang
bernama Ament Suiken Fsbriken, mendirikan Gist and Spirtus Fabriken. Produk yang dihasilkan
adalah arak dan alkohol. Produksi alkohol dimulai pada saat PD I digunakan sebagai bahan
bakar.
Pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan tersebut pada tahun 1957 dan mengubah
menjadi perusahaan perkebunan Negara (PPN) XIV pabrik spirtus dan Alkohol Palimanna
dengan struktur organisasi yang mengindu pada perusahaan perkebunan Negara XIV pabrik Gula
Gepol Palimanan Cirebon.
Sebagai bukti adanya UU Nasionalisasi No. 86 tangal 31 Desember 1985 yang menyatakan
bahwa perusahaan-perusahaan belanda asing yang ada di Indonesia diambil alih oleh pemerintah
RI maka pada tahun 1985 PSA Palianan dinasionalisasikan dan diserahkan pada PPN Jawa
Barat. Nama perusahaan diubah menjadi perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XIV Pabrik
Spirtus dan Arak Palimanan berdasarkan PP No. 2/ 1963. pada tahun 1981 statusnya dirubah
menjadi perseroan terbatan pabrik spirtus dan Alkohol Palimanan Kemudian tahun 1989
perusahaan mempunyai pimpinan sendiri. Tetapi struktur organisasi tersebut masih menginduk
dan bertanggung jawab pada administratur. PPN XIV Pabrik Gula Gempol.
Berdasarkan keputusan direksi PTP XIV No. XX- Surkep/UM 83004.414/83 Tanggal 4 April
1983 perihal pemisahan PTP XIV PG Gempol yang merupakan satu unit produksi tersendiri
dibawah pengawasan Direksi PTP XIV Cirebon. Sebelum tahun 1989, PTP XIV dibawah
naungan departemen pertanian dan keuangan. Pada tahun 1989, menejemen perusahaan dikelola
oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia Sebuah BUMN milik Departemen Keuangan Republik
Indonesia.
B. Ruang Lingkup Usaha
PSA Palimanan memproduksi alkohol, spirtus dan arak. Alkohol yang diproduksi terdiri dari dua
macam yaitu alkohol prima dan alkohol teknis. Alkohol prima merupakan etanol dengan kadar
alkohol 95 % - 96 % dengan kapasitas produksi sekitar 16.000 liter per hari. Alkohol prima pada
umumnya digunakan sebagai pelarut pada industri farmasi, kosmetik dan juga industri lainnya.
Alkohol teknis merupakan alkohol dengan kadar 92 - 94 % dengan kapasitas produksi sekitar
2.400 liter per hari. Alkohol teknis digunakan sebagai bahan baku untuk membuat spirtus, bahan
bakar dan pelarut organik.
PSA Palimanan dapat memproduksi alkohol per tahun sebesar 6,2 juta liter. Alkohol diperoleh
melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroba Saccharomyces ellypsoides dan
Sacchaomyces cereviceae. Pemurnian dilakukan secara destilasi bertingkat. Bahan baku yang
digunakan untuk menghasilkan alkohol adalah molases (tetes tebu) yang berasal dari limbah
pengolahan gula pabrik gula milik PT PG Rajawali II. Molases yang dibutuhkan diperoleh dari
PG Jati Tujuh, PG Sindang Laut, PG Tersana Baru, PG Karang Suwung dan PG
Arak merupakan alkohol dengan kadar yang lebih rendah yaitu sekitar 60-70 %. Arak diperoleh
melalui proses fermentasi molases dengan menggunakan ragi tape sebagai mikroorganismenya.
Arak hanya akan diproduksi jika ada permintaan dari Belanda.
Spirtus merupakan alkohol teknis yang dicampur dengan methanol, minyak tanah dan methilene
blue dengan perbandingan tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Bea dan Cukai Spirtus dapat
digunakan untuk industri pelitur dan bahan bakar.









C. Lokasi dan Letak Geografis
Pabrik spirtus dan alkohol palimanan terletak di jalan raya palimanan nomer 168 Desa
Klangenan Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Profinsi Jawa Barat. Lokasi pabrik
terletak pada 15 km kearah barat dari kota Cirebon, terletak di tepi jalan pantura dan menghadap
kearah selatan. Secara geografis PSA Palimanan berbatasan dengan sungai parakan wuning
untuk sebelah barat, sebelah timur kawasan perumahan penduduk, sebelah selatan jalan raya
palimanan , sebelah utara lahan pertanian atau sawah.
Luas laan yang ditempati PSA Palimanan seluas 14.174 m2. Dari total luasan tersebut luas lahan
untuk perkantoran seluas 1000 m2, bangunan pabrik seluas 8.674 m2, san gedung seluas 3.427
m2. perkantoran terletak dibagian depan sedangkan ruang produksi dibagian belakang. Area
pabrik dibagi berdasarkan fungsinya, meliputi area penyimpanan bahan baku, are laoratorium,
area fermentasi, area destilasi, area penunjang (penyedia steam dan pompa), area penyimpanan
produk, area pengolahan dan pembuangan limbah, area perkantoran dan tata usaha.

C. Struktur organisasi perusahaan dan Ketenaga kerjaan
PSA Palimanan merupakan suatu unit usaha yang berada di bawah naungan PT Rajawali
Nusantara Indonesia yang dipimpin oleh seorang Manajer Umum. Manajer Umum tersebut akan
dibantu oleh bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) dan bagian produksi. Adapun fungsi dan
tugas kerja masing-masing kelompok kerja tersebut adalah :
1. Pimpinan/Manajer mempunyai tugas sebagai berikut :
Menjabarkan tugas operaional secara terperinci, sederhana dan mudah dipahami bagi petugas
bawahannya.
Merencanakan target produksi yang akan dicapai yang berorientasi pada penekanan biaya dan
laba sesuai dengan garis kebijakan direksi.
Mengkoordinasi dua bagian perusahaan yaitu bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) dan
bagian produksi.


2. Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK)
Bagian TUK dipimpin oleh seorang kepala TUK yang bertanggungjawab atas segala kegiatan
TUK. Kepala TUK bertugas untuk melakukan pengawasan kas dan pengadministrasiannya
secara tertib serta menyusun laporan keuangan. Kepala TUK dibantu oleh seksi keuangan dan
administrasi, seksi SDM dan umum.
3. Bagian Produksi
Bagian produksi dipimpin oleh seorang kepala produksi yang bertugas untuk :
Melaksanakan kebijaksanaan produksi yang digariskan oleh direksi dalam rangka menjamin
kelancaran produksi sehingga memenuhi persyaratan baik kualitas maupun kuantitas dengan
biaya yang ekonomis dan efisien.
Mengumpulkan seluruh data dan informasi dari kegiatan operasional untuk memperoleh
penilaian yang wajar atas hasil produksi dan prestasi yang dicapai untuk bahan pertimbangan
pimpinan.
Kepala bagian produksi akan dibantu oleh bagian pabrikasi (processing staf), bagian instalasi
(Engineering Staf) dan bagian bengkel (Workshop Staf).
a. Bagian pabrikasi yang bertugas untuk menangani :
Unit laboratorium, meliputi : analisa bahan baku produksi, analisa air, analisa etanol dan
pembiakan mikroba yang digunakan.
Unit fermentasi, meliputi : pengenceran, pembibitan dan fermentasi alkohol.
Unit destilasi, meliputi : distilasi alkohol
Unit limbah, meliputi : penanganan limbah
b. Bagian instalasi yang bertugas untuk menangani :
Unit listrik, meliputi : listrik PLN dan pompa listrik.
Unit ketelan, meliputi : penyediaan air, pemurnian air, penyediaan steam (Uap) dan
pemeliharaan ketel/boiler.
Unit bangunan, meliputi : pembangunan keperluan pabrik, pemeliharaan pabrik dan rumah
dinas.
c. Bagian perbengkelan yang berugas untuk menangani :
Unit bengkel, meliputi : mesin bubut, mesin las listrik dan karbit, pemeliharaan kendaraan
pabrik, angkutan keperluan pabrik dan keperluan kendaraan.
2 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PSA Palimanan berdasarkan status kepegawaiannya dikelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu :
a. Pegawai Staf
Pegawai staf adalah pegawai yang terikat perjanjian kerja secara perorangan dan sifatnya adalah
tetap.
b. Pegawai Non Staf
Pegawai non staf adalah pegawai yang terikat perjanjian kerja secara kolektif dan statusnya
hamper sama dengan karyawan staf.
c. Pegawai Musiman
Pegawai musiman adalah pegawai yang bekerja apabila pabrik beroperasi dan apabila pabrik
tidak sedang beroperasi maka pegawai musiman akan berhenti bekerja.
d. Pegawai Borongan
Pegawai borongan adalah pegawai yang bekerja hanya apabila pabrik memerlukan untuk
kegiatan tertentu, misalnya pada saat pembersihan instalasi pabrik.

Berdasarkan jam kerja, tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Karyawan Shift
Karyawan shift terdiri dari karyawan bagian pabrikasi dan instalasi yang terbagi menjadi tiga
regu waktu kerja, yaitu :
Shift pagi : Pukul 06.00 14.00 WIB
Shift siang : Pukul 14.00 22.00 WIB
Shift malam : Pukul 22.00 06.00 WIB
Pertukaran shift dilakukan tiap tiga hari, dan mendapat satu hari libur setelah sembilan hari kerja.
Apabila pabrik berhenti beroperasi, karyawan bekerja selama tujuh jam sehari mulai pukul 07.00
15.00 WIB dengan istirahat selama 60 menit.


b. Karyawan Non Shift
Karyawan non shift terdiri dari karyawan staf TUK. Jam kerja karyawan ini adalah :
Senin sampai jumat : Pukul 06.30 16.00 WIB
Sabtu : Pukul 06.30 12.00 WIB
c. Keamanan
Satpam atau petugas keamanan dibagi dalam tiga regu waktu kerja. Masing-masing regu
beranggotakan empat orang yang dipimpin oleh seorang kepala regu. Setelah satu regu dinas
malam mendapat libur satu hari. Jam kerja sari satpam adalah :
Shift pagi : Pukul 06.00 14.00 WIB
Shift siang : Pukul 14.00 22.00 WIB
Shift malam : Pukul 22.00 06.00 WIB



Garis besar Proses Pembuatan Alkohol / Ethanol

1. Perlakuan awal tetes
2. Pembibitan Ragi / Yeast
3. Fermentasi
4. Destilasi


1. Perlakuan awal

Melasse yang didatangkan dari Pabrik Gula tidak langsung diproduksi, namun disimpan terlebih
dahulu dalam tanki penyimpanan.
Sebelum diproses melasse/tetes mengalami beberapa perlakuan awal .
Untuk kebutuhan pembibitan tetes diencerkan dengan air dari 85 o Bx dengan kadar gula ( TSAI
) 50 %, menjadi 16 Bx, asumsi kadar gula +/- 10 %.
Pembibitan dilakukan dalam Botol 200 ltr, Jotang 3.000 ltr dan Gistbak 18.000 ltr sedangkan
untuk Fermentasi tetes diencerkan menjadi 19 s.d. 21 Bx dalam fermentor volume 80.000 ltr.
Semua pemakaian tetes yang diolah, ditimbang. Pada waktu pengenceran tetes ditambahkan
H2SO4 agar saccharosa yang ada dalam tetes terinversi menjadi glucose dan menjaga dominasi
pertumbuhan Yeast.


2. Proses Pembibitan

Proses pembibitan dilakukan secara bertahap pada botol 200 ltr dilanjut ke jotang 3.000 ltr dan
gistbak 18.000 ltr dengan waktu incubasi masing-masing +/- 18 jam, hal
ini dimaksudkan agar mikroba beradaptasi dan berkembang biak.
Mikroba yang digunakan ialah Saccharomyces Cereviccae. Untuk menunjang laju pertumbuhan
mikroba dibutuhkan udara dan nutrisi seperti Urea, TSP dan Mg SO4 sesuai dosis.


3. Proses Fermentasi

Hasil proses pembibitan akhir pada Gistbak 18.000 ltr dimasukan ke fermentor kemudian
ditambahkan larutan tetes 21 Bx hingga volume fermentor hampir penuh +/- 80.000 ltr.
Selanjutnya diincubasikan selama +/- 44 jam , diharapkan glukose yang ada dalam larutan tetes
maksimal dirombak oleh Yeast menjadi Alkohol dan dampak lain adalah CO2, untuk itu kondisi
fermentasi dibuat anaerob.
Kandungan alkohol hasil akhir fermentasi sebesar 8 9 %



4. Proses Destilasi

Hasil fermentasi yang lazim disebut beslag dengan kandungan alkohol 8 9 % selanjutnya
dialirkan ke Destilasi untuk dilakukan pemisahan antara alkohol dan bukan alkohol dengan cara
penyulingan melalui kolom-kolom secara bertahap.


a. Tahap 1. Ruw Kolom

Beslag dialirkan ke kolom pertama yaitu Ruw Kolom yang terdiri dari 21 plate dengan system
Buble tray.
Beslag dialirkan secara kontinue pada plate 20 dan dipanasi dengan steam dari boiler pada
temperatur 98o C . Pada suhu ini dari plate 21 menghasilkan uap alkohol dan air dengan
kandungan alkohol +/- 40 % melalui perpipaan dialirkan ke Verdamper menuju Voorlup Kolom
untuk didistilasi lanjut.
Sedangkan pada bagian bawah dihasilkan sisa buangan berupa Vinase yang masih mengandung
alkohol maksimal 0,2 % .


b. Tahap 2. Voorlup Kolom

Uap hasil penyulingan dari Ruw Kolom yang telah melewati Verdamper kondisinya masih
campuran antara uap alkohol dan cairan masuk ke Voorlup kolom segmen 3 disemprot dengan
air panas temperatur 60 oC untuk menangkap alkohol yg larut dalam air siraman dan dialirkan ke
Uitput Kolom.
Sedangkan uap alkohol yang bertitik didih rendah tidak tertangkap dengan air siraman naik
keatas diembunkan pada kuler dan kondensor dijadikan produk afwykend dengan kandungan
alkohol 94 %. Hasil produksinya sangat sedikit +/- 10 20 ltr/jam.


c. Tahap 3. Uitput Kolom

Alkohol yang tertangkap air siraman mempunyai kandungan alkohol 30 % masuk ke Uitput
kolom segemen 3. Pada Uitput kolom ini menggunakan system Regulator sebagai sporari
pemisahan air dan alkohol.
Suhu uitput kolom sekitar 100 104 oC dimaksudkan agar uap alkohol naik keatas sedangkan
air turun ke Regulator / Sparator dengan kondisi alkohol yang sudah terlucuti. Dengan adanya
pemanasan pada kolom yang dilengkapi Sparator diharap terjadi pemisahan alkohol dan air
karena adanya perbedaan titik didih dan massa jenis. Uap alkohol dan air yang naik keatas
dengan kandungan alkohol 70 % didistilasi lanjut pada kolom Versterking. Plegmase yang
berupa air panas mengandung alkohol +/- 0,1 % sebagian digunakan sebagai siraman pada
Voorlup kolom.



d. Tahap 4. Versterking Kolom

Uap alkohol dari Uitput kolom masuk ke Versterking kolom pada segmen 2.
Pada Verstecking kolom ini pemanasan dikurangi menjadi +/- 87 oC dimaksudkan agar pada top
produk lebih banyak alkohol yang menguap dari pada air, karena adanya penurunan pemanasan
dibawah titik didih air.
Karena adanya penurunan pemanasan tersebut hasil top produk meningkat 90 % dan dialirkan ke
kolom berikutnya yaitu Rectifisier Kolom.
Produk bawah yang lebih banyak mengandung air dengan kadar alkohol +/- 20 % dikembalikan (
direfluk ) ke Uitput kolom.


e. Tahap 5. Rectifisier Kolom

Uap alkohol dari Verstecking kolom dengan kadar 90 % masuk ke Rectifisier kolom segmen 1.
Pada Rectifisier kolom ini pemanasan diturunkan mendekati titik didih alkohol +/- 82 oC.
Dengan adanya penurunan panas diharapkan pada top produk lebih banyak alkohol yang
menguap dari pada air nya.
Hasil top produk rectifisier kolom berkadar +/- 96,5 % yang selanjutnya dialirkan ke kuler /
pendingin untuk dilanjutkan ke Finale Kolom.
Produk bawah yang lebih banyak air namun masih mengandung alkohol 20 % direfluk
dikembalikan ke Verstecking kolom.


f. Tahap 6. Finale Kolom

Produk atas Rectifisier yang sudah melalui kuler berupa cairan masuk ke Finale kolom pada
segmen 2. Karena produk ini masih mengandung zat lain berupa ester, aldehide dll yang
mempunyai titik didih dibawah alkohol, maka pada finale kolom dilakukan pemanasan namun
dibawah titik didih alkohol +/- 76 oC,
Dengan adanya pemanasan 76 oC maka zat lain yang terdiri dari ester, aldehyde dll akan
menguap pada produk atas selanjutnya diembunkan dan dikondensasi untuk dijadikan alkohol
afwykend dengan kadar 94 %, sedangkan alkohol produk bawah finale kolom yang sudah
terbebas dari zat pengotornya masuk ke kuler prima dijadikan produk prima dengan kadar
alkohol 96 %.










.B. PROSES PEMBUATAN ARAK


Garis besar Proses Pembuatan Arak

1 Perlakuan awal tetes
2 Pembuatan tape ketan / beras untuk Stater Yeast
3 Fermentasi
4 Destilasi


1. Perlakuan awal

Tetes / melasse yang kondisinya masih kental +/- 85 Bx dari Pabrik Gula diencerkan sampai
dengan 15 17 Bx dengan asumsi kadar gula +/- 10 %.


2. Pembuatan Tape untuk Stater Yeast

a. Tape Ketan
50 kg ketan ditanak, setelah dingin pada suhu ruang ditaburi ragi tape yang
biasa di pasaran sebanyak 125 butir, selanjutnya diperam selama 48 jam.

b. Tape Beras
50 kg beras ditanak, setelah dingin pada suhu ruang ditaburi ragi tape yang
biasa di pasaran sebanyak 125 butir, selanjutnya diperam selama 48 jam.


3. Fermentasi

Masukan larutan tetes 15 Bx pada kuip arak berupa tong yang terbuat dari kayu jati sebanyak
6.000 ltr.

50 kg tape ketan dan 50 kg tape beras masukan kedalam larutan tetes pada kuip
tersebut.

Aduk-aduk lalu incubasi selama +/- 6 jam

Tambahkan larutan tetes 17 Bx sampai dengan volume 10.000 ltr, lalu incubasi 6 jam

Tambahkan larutan tetes 17 Bx sampai dengan volume 20.000 ltr, lalu incubasi 6 jam

Tambahkan larutan tetes 17 Bx sampai dengan volume 30.000 ltr, lalu incubasi 6 jam



4. Distilasi Ruw Ketel

Hasil fermentasi yang sudah matang masukan ke bejana Distilasi Ruw Ketel sebanyak
+/- 7.000 ltr. Distilasi pada arak menggunakan system Dis kontinue / Bath.
dipanaskan dengan uap dengan temperatur 96 oC hingga menghasilkan arak per-jam +/- 200 ltr,
lama pemanasan sekitar 12 jam. Produk keluar pada jam ke 4 sampai dengan jam ke 12.
Kandungan arak dihasilkan dari 35 % sampai dengan 5 % dengan rata-rata produk dihasilkan 18
%.
Hasil Distilasi Ruw Ketel ini disebut sebagai Buntut RK. (untuk Destilasi lanjut) Produk per RK
+/- 1.600 ltr


5. Distilasi Destiler Ketel

Produk Buntut RK sebanyak 5.000 7.000 ltr dengan % arak 18 % dimasukan ke Bejana
Destiler Ketel ( DK ) , dipanaskan dengan uap 90 oC pada produk awal sekitar jam ke 4
pemanasan , kadar arak diatas 65 %. Pada jam berikutnya sekitar 10 jam , kadar produk DK
menurun dibawah 65 %. , pada saat ini produk masih tetap berlanjut sampai dengan kadar 5 %
namun dialihkan sebagai produk Buntut DK. (untuk Destilasi lanjut), Sedangkan produk depan
yang rata-rata kadar araknya 65 % dijadikan produksi sebagai Kepala DK.

Untuk selanjutnya Buntut RK dan Buntut DK dicampur dan disebut Buntut Campuran didistilasi
kembali pada bejana DK sebagai penghasil produk Kepala DK dan Buntut DK.


PSA Palimanan Terapkan Teknologi Membran Filtrase
Rabu, 24 Oktober 2007 18:39 WIB | 2.575 Views
Cirebon (ANTARA News) - Pabrik Spirtus Alkohol (PSA) Palimanan di Kabupaten Cirebon,
yang akan berproduksi kembali bulan depan setelah terhenti sejak Juli 2007 lalu, siap
menerapkan teknologi baru pengolahan limbah cair melalui membran filtrase sehingga air hasil
pengolahan limbah bisa dimanfaatkan kembali untuk proses produksi. "Ada dua unit membran
filtrase yaitu ultra filtrase dan nano filtrase dimana air hasil pengolahan limbah akan masuk
kembali ke sistem produksi sehingga prosesnya zero waste atau tidak ada limbah," kata Manager
PSA Palimanan Ir Nuridin Faisal di Palimanan, Cirebon, Rabu. Ia mengatakan, tekonologi
berbiaya Rp2 miliar itu dikembangkan tenaga ahli Indonesia walaupun perangkat filter masih
didatangkan dari Amerika Serikat. "Sebagian perangkat sudah tiba di pabrik, kecuali membrane
ultra filtrase yang terlalu panjang sehingga masih dalam perjalanan menggunakan kapal laut,"
katanya yang mengklaim sebagai Pabrik Spirtus pertama di Indonesia yang nantinya mampu
menerapkan "zero waste". Ia menjelaskan, hasil sampingan melalui sistem membran yaitu berupa
slat akan dibakar menjadi abu kalium yang akan digunakan sebagai salah satu komponen pupuk
organik yang dikembangkan PT PG Rajawali II di Puslitagro Jatitujuh, Majalengka. Keuntungan
lain dari teknologi baru itu, adalah adanya penghematan air bersih yang selama ini digunakan
untuk proses produksi karena ternyata limbah cair yang ada bisa didaur ulang. "Angka
penghematan belum dihitung tetapi jumlah penghematan itu jelas sangat besar," katanya.
Namun, akibat penggunaan teknologi baru itu maka puluhan petani akan kehilangan kesempatan
mengolah lahan sawah di musim kemarau karena aliran limbah cair sudah tidak ada lagi, padahal
sebelumnya digunakan untuk mengairi sawah di sejumlah desa di belakang pabrik PSA
Palimanan. Menurut Nurudin, air yang masih ada hanya air dari sisa pendingin mesin produksi
yang miskin unsur hara organik dan jumlahnya hanya setengah dari total limbah cair yang ada.
Sebelumnya PSA Palimanan sempat melakukan MOU untuk mengembangkan teknologi serupa
dengan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) ITB Bandung, namun rupanya tidak
diteruskan karena biaya penerapan teknologinya mencapai Rp18 miliar. Kabid Pengendalian
Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan (DLHKP)
Kabupaten Cirebon E Satriaji yang datang meninjau peralatan baru di Instalasi Pengolah Air
Limbah PSA Palimanan bersama wartawan mengakui kagum dengan kegigihan PSA Palimanan
untuk menemukan teknologi yang tepat dan murah. "Kami akan tunggu hasil kerja teknologi
baru itu, apakah benar-benar mampu meniadakan limbah cair yang selama ini dikeluhkan para
petambak di pesisir pantai," katanya yang datang didampingi dua Stafnya yaitu Suprayogi dan
Iwan. Seperti diketahui, PSA Palimanan sering dikecam sebagai biang keladi kerusakan
lingkungan tambak di pesisir pantai Kapetakan, tetapi sebagian besar petani padi dan palawija di
sekitar pabrik justru menginginkan limbah itu karena terbukti bisa menyuburkan tanah dan
mengurangi ketergantungan pupuk kimia. PSA Palimanan merupakan pabrik pengolah tetes tebu,
salah satu limbah pabrik gula, menjadi alkohol dan spirtus dengan produksi harian mencapai
25.000 liter alkohol dan 2.000 liter spirtus, sementara cukai dari produksinya itu mencapai Rp15
miliar per tahun. Tahun lalu, produksi PSA Palimanan anjlog hanya dua juta liter per tahun dari
normalnya mencapai 20 juta liter per tahun karena dilarang beroperasi oleh Kementerian
Lingkungan Hidup akibat belum mampu menekan tingkat pencemaran limbah cair.(*)






Proses Destilasi
Alkohol PSA
Palimanan

Das könnte Ihnen auch gefallen