Sie sind auf Seite 1von 12

METODE DETEKSI DAN PEMANTAUAN LAPISAN ATAU

TUMPAHAN MINYAK DI LAUT DENGAN DATA INDERAJA


SATELIT SAR
Gokmaria Sitanggang
Pencliti Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh, LAPAN
ABSTRACT
Some methods for oil slick or oil spill detection a n d monitoring or oil pollution
early warning system using satellite remote sensing E R S - l / E R S - 2 SAR and Radarsat
SAR was studied based on the current global/regional experiences. The study results
can be used as considerations tool in the construction of oil pollution early warning
system, or in the development of data processing and analysis methods, to solve any oil
slick or oil spill detection or monitoring cases in the Indonesian marine waters.
The study results among others are the methods based on texture features
approach, using the Radarsat SAR data showed that the signature of oil spill can be
used to detect minute consentrations of oil spill on the sea, a n d it can distinguish and
classify different types of its tickness. Another method can also distinguish and
classify oil slick and look alike area, and it can produce the oil spill distribution map
and the statistics (number of oil spills and total area covered by oil spills). The methods
mentioned above, we recommend to be developed or used by the agencies or users who
concern to obtain detail information
about oil slick/spills or oil spill pollution
management in Indonesia (such as BPLHD, and also LAPAN).
The last method .with the ERS-l/ERS-2 SAR, used an algorithm for the oil spill
identification using
statistical information obtained from previous measurements of
physical and geometrical characteristics for both oil spill and natural features. This
method is useful in operational procedure for monitoring services or to support real
time information, and we recommend to be developed or operationalized by the agency
who has d a t a acquisition system (such as LAPAN)
ABSTRAK
Beberapa metode deteksi d a n p e m a n t a u a n lapisan a t a u t u m p a h a n minyak di
laut menggunakan data inderaja satelit Radar SAR E R S - l / E R S - 2 d a n SAR Radarsat,
dikaji berdasarkan penelitian dan percobaan yang berkembang dewasa ini dalam scope
global/regional. Hasil kajian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alat pertimbangan
dalam membangun sistem peringatan dini bencana p o l u s i / t u m p a h a n minyak atau
mengembangkan metode pengolahan dan analisis data inderaja satelit Radar SAR,
dalam pemecahan k a s u s - k a s u s deteksi atau pemantauan t u m p a h a n minyak di
perairan laut Indonesia.
Hasil kajian a n t a r a lain metode berorientasi ciri tekstur, menggunakan d a t a
radar SAR Radarsat, ditunjukkan bahwa ciri-ciri t u m p a h a n minyak dapat digunakan
u n t u k mendeteksi perubahan konsentrasi t u m p a h a n minyak di laut, dan dapat
dibedakan dan diklasifikasi jenis-jenis ketebalan t u m p a h a n minyak tersebut. Metode
lainnya, dapat diidentifikasi dan diklasifikasi t u m p a h a n minyak dan obyek alamiah
lainnya yang tampak mirip dan dapat dihasilkan peta distribusi t u m p a h a n minyak dan
data statistik (jumlah t u m p a h a n minyak dan total luas daerah yang diliput tumpahan
minyak). Metode-metode yang disebutkan di atas, kami sarankan u n t u k dikembangkan
atau digunakan oleh instansi-instansi atau para pengguna y a n g berkepentingan
dengan informasi detail mengenai t u m p a h a n minyak tersebut atau yang terkait dengan
pengelolaan bencana t u m p a h a n minyak (seperti BPLHD atau juga LAPAN).
Metode terahir, dengan data SAR ERS-l/ERS-2, menggunakan s u a t u algoritma
u n t u k identifikasi t u m p a h a n minyak berdasarkan informasi statistik yang diperoleh
dari satu set pengukuran sebelumnya dari karakteristik geometrik dan fisik kedua
jenis kelas t u m p a h a n minyak d a n obyek alamiah lainnya. Metode ini penting dalam
prosedur operasionai u n t u k pelayanan-pelayanan pemantauan atau memberikan
informasi langsung segera, d a n kami sarankan u n t u k di kembangkan atau di
operasionalkan oleh instansi yang memiliki sistem akuisisi data (seperti LAPAN).
62

Metode Deteksi don Pemantauan LapiSan

1 PENDAHULUAN
Pemanfaatan data penginderaaan
jauh (inderaja) satelit Radar SAR u n t u k
deteksi d a n p e m a n t a u a n lapisan a t a u
tumpahan minyak di laut sudah semakin
dikenal potensinya semenjak diluncurkannya satelit ERS-1 pada tanggal 17 Juli
1991 oleh ESA (European Space Agency)
dan disusul dengan peluncuran ERS-2
pada tanggal 27 April 1997 oleh instansi
yang s a m a . Seperti diketahui, sensor
SAR ERS-1 d a n ERS-2 beroperasi pada
kanal C, frekuensi 5,39 GHz atau panjang
gelombang 5,66 cm. Sensor satelit
lainnya, SAR Radarsat oleh Canada juga
beroperasi pada frekuensi kanal C.
Berbeda dengan d a t a citra SAR ERS1 /ERS-2, dimana satuan liputan citra
100 km x 100 km, d a t a citra SAR
Radarsat mempunyai c a k u p a n luas
dengan s a t u a n liputan citra 5 0 0 km x
500 km.
Secara umum dalam pendeteksian
suatu obyek pada
permukaan bumi
menggunakan data inderaja satelit Radar
SAR, obyek d a p a t diidentifikasi atau
dibedakan dari obyek lainnya di dalam
citra Radar
berdasarkan perbedaan
besarnya energi h a m b u r a n balik yang
kembali dari obyek-obyek tersebut, yang
diterima oleh sensor radar pada satelit.
Besarnya energi hamburan balik tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor u t a m a (Ali
Hussin Y, 1997) yaitu: 1) sifat-sifat
sistem radar: panjang gelombang, sudut
jatuh dan polarisasi dari gelombang
radar tersebut, 2) topografi permukaan
bumi, dan 3) karakteristik dari mated
obyek pada permukaan atau di bawah
permukaan yaitu sifat-sifat dielektrik
obyek (termasuk k a n d u n g a n air, kekasaran permukaan d a n orientasi ciri).
Berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi seperti disebutkan
di atas, lapisan minyak [oil slick) atau
tumpahan minyak {oil spill) dapat
identifikasi didalam s u a t u citra SAR.
Karena lapisan minyak mempunyai
viskositas lebih besar dari pada air laut,
menyebabkan adanya tekanan permukaan laut, yang menimbulkan atenuasi

(Gokmaria Sitonggang)

gelombang-gelombang kapiler (gelombang


kecil beberapa cm sampai dengan
beberapa meter p a d a permukaan laut)
sehingga memperkecil radiasi hamburan
balik berdasarkan teori hamburan balik
Bragg. Daerah yang mempunyai nilai
h a m b u r a n balik lebih rendah tampak
lebih hitam (gelap) dalam citra Radar
(Campbell, 1995; Valenzuela, 1978,
Huhnerfuss et at, 1981, Alpers dan
Huhnerfuss, 1988 dalam ivanov el aL,
2001).
Penelitian pemanfaatan data SAR
Untuk deteksi d a n pemantauan lapisan
atau t u m p a h a n
minyak dilaut penting
dilakukan, u n t u k membangun sistem
peringatan dini bencana tumpahan
minyak. J i k a hal ini dilakukan secara
bertahap dan berkesinambungan melalui
tahapan kajian studi, pelaksanaan
percobaan, evaluasi hasil, verifikasi dan
validasi metode sampai diperoleh suatu
sistem peringatan dini yang dapat
dioperasionalkan, maka hal ini dapat
mendukung usaha pelestarian lingkungan
perairan laut nasional di Indonesia.
Seperti diketahui Indonesia adalah
s u a t u negara penghasil minyak terbesar
di Asia bagian selatan dan termasuk
anggota OPEC, m e m p u n y a i s u m b e r
produksi minyak pada garis pantai
[onshore) dan j a u h dari garis pantai
(offshore), melakukan aktivitas penyulingan
minyak d a n pengiriman minyak melalui
kapal tengker sehingga daerah-daerah
yang
m e r u p a k a n jalur-jalur
kapal
pengiriman tersebut potensial untuk
mengalami b e n c a n a polusi t u m p a h a n
minyak. Salah satu daerah yang banyak
terjadi t u m p a h a n minyak di Indonesia
adalah kawasan laut Batam. Dengan
menggunakan data SAR ERS-2 akuisisi
tanggal 11 Oktober 2002, diidentifikasi
telah terjadi t u m p a h a n minyak di
perairan Batam (Gambar 1-1).
Penelitian ini bertujuan u n t u k
mengkaji beberapa metode deteksi dan
pemantauan lapisan atau tumpahan
minyak di laut dengan data inderaja
satelit SAR, berdasarkan penelitian dan
percobaan
yang sedang berkembang
M

dewasa ini dalam cakupan global/


regional. Hasil kajian dapat dimanfaatkan
sebagai
alat p e r t i m b a n g a n dalam
membangun sistem peringatan dini
bencana polu s i / t u m p a h a n minyak atau
mengembangkan metode pengolahan

dan analisis data inderaja satelit Radar


SAR, dalam pemecahan kasus-kasus
deteksi atau p e m a n t a u a n lapisan atau
tumpahan
minyak di perairan laut
Indonesia

Gambar 1-1: Data SAR ERS-2, akuisisi tanggal 11 Oktober 2002,


kawasan laut Pulau Batam, setelah terjadi t u m p a h a n minyak

2 BATASAN-BATASAN DAN LANDASAN


TEORI DALAM ANALISIS LAPISAN
ATAU TUMPAHAN
MINYAK
DI
LAUT DENGAN DATA SATELIT SAR
Pada pendeteksian lapisan atau
t u m p a h a n minyak di laut menggunakan
data inderaja satelit Radar SAR (Synthetic
Aperture Radar), sensor SAR yaitu s u a t u
sensor inderaja aktip mentransmisikan
sinyal gelombang mikro dari suatu
a n t e n a p a d a satelit ke a r a h permukaan
laut. Sinyal SAR setelah berinteraksi
dengan permukaan laut, kembali ke
antena. Interaksi a n t a r a permukaan
64

daerah

laut dan gelombang mikro sangat sensitip


terhadap variasi kekasaran permukaan
laut. Permukaan kasar menghamburkan
sejumlah energi balik yang besar ke
antena sehingga tampak terang atau
putih pada citra. Permukaan datar
merefleksikan energi menjauh dari antena
sehingga
tampak gelap atau hitam
pada citra. Karena gelombang-gelombang
permukaan
pendek
(riak-riak
dan
gelombang kapiler) biasanya a d a pada
permukaan air laut, pada kondisi ini air
laut tersebut efektip menghamburkan
balik gelombang mikro tersebut melalui

Metode Deteksi dan Pemantauan Lapisan


mekanisme h a m b u r a n
balik Bragg
(Campell, 1995; Valenzuela, 1978 dalam
Ivanov etal, 2001).
Seperti diketahui, minyak mentah
dan substenssi minyak lain membentuk
lapisan (film) dan ketcbalan yang bervariasi pada permukaan laut. Lapisanlapisan minyak p a d a lokasinya mempcrkecil kekasaran p e r m u k a a n laut dan
membcrikan ciri gelap, karenanya disebut
lapisan (slicks) pada citra SAR. Lapisan
minyak (oil slick) tampak pada citra SAR
sebagai
tambalan
atau
potonganpotongan gelap di a n t a r a permukaan
laut sekelilingnya yang lebih terang.
Fakta ini memberikan dasar fisika
u n t u k aplikasi d a t a radar satelit u n t u k
deteksi dan p e m a n t a u a n t u m p a h a n
minyak [oil spill] di lautan. (Huhnerfuss
etal, 1981 dalam Ivanov etal, 2001).
Perilaku lapisan atau tumpahan
minyak yang mempunyai arti penting
pada permukaan laut tergantung p a d a
sifat-sifat fisika-kimia seperti viskositas,
densitas, tekanan permukaan, dan
elastisitas. Akan tetapi minyak mentah
merupakan s u a t u c a m p u r a n kompleks
dari komponen kimia yang berbeda
termasuk paksi berat d a n ringan.
Secara k h u s u s minyak mentah selama
evolusinya di laut dapat dideteksi dalam
fase-fase berbeda berdasarkan u r u t a n
u m u r d a n lamanya yaitu: t u m p a h a n
minyak, lapisan minyak [oil film), emulsi
(untuk pertama kali emulsi minyak-air,
dan kemudian emulsi air-minyak), sinar
biru {blue shine) d a n pengumpulan
[aggregiates) (Kotove et al, 1996 dalam
Ivanov et al, 2001). Selama life time dari
tumpahan minyak di laut, t u m p a h a n
minyak tersebut diekspose menjadi
sejumlah proses y a n g secara dramatik
mempengaruhi
sifat-sifat fisika-kimia,
yang disebut dengan istilah "weathering
(pelapukan karena hujan/penghancuran
karena iklim). Proses ini sebagai berikut :
penjalaran, penyimpangan, penguapan,
penyebaran, pembentukan emulsi, degradasi karena bakteri, d a n oksidasi foto

(Gokmana Sitanggang)

(Kotove et al, 1996 dalam Ivanov et al,


2001). Sifat-sifat fisika-kimia dari
t u m p a h a n minyak tersebut berubah
seiring waktu karena pengaruh dari
proses ini. Proses ini memberikan
aturan yang penting dalam deteksi
t u m p a h a n minyak menggunakan data
inderaja satelit SAR. Akan tetapi relatip
pentingnya setiap proses, tidak dimengerti
dengan baik oleh pengguna atau peneliti
yang menganalisis citra.
Kemampuan dapat mendeteksi
lapisan atau t u m p a h a n minyak dalam
citra SAR sangat tergantung pula pada
kecepatan angin di permukaan laut.
Pada kecepatan angin rendah khususnya
a n t a r a 0 dan 2-3 m / d e t , permukaan
laut tampak gelap pada citra SAR.
Dalam kasus ini ge lorn bang-gelombang
yang dihasilkan angin belum dikembangkan sehingga lapisan atau tumpahan
minyak tampak gelap pada latar belakangnya atau air laut sekelilingnya yang juga
tampak gelap; karenanya deteksi dalam
kasus ini tidak mungkin. Pada kecepatan
angin antara 3 dan 6 m / d e t (adalah idea)
untuk deteksi lapisan minyak) kekasaran
p e r m u k a a n atau gelombang-gelombang
permukaan laut dikembangkan sehingga
lapisan atau t u m p a h a n minyak tampak
sebagai potongan gelap pada latar
belakang terang. Akan tetapi bila
kecepatan angin mencapai (10-12 m/det),
kemampuan u n t u k mendeteksi menjadi
tidak mungkin lagi karena diganggu oleh
distribusi kembali lapisan minyak oleh
gelombang permukaan laut dan pencamuran induksi angin pada lapisan lautan
bagian a t a s (Scott, 1986 dalam Ivanov
et al, 2001). Sebagai hasil, lapisan
minyak menghilang dari per-mukaan
laut dalam citra SAR. Kisaran ambang
[threshold) atas kecepatan angin u n t u k
deteksi lapisan a t a u t u m p a h a n minyak
dengan SAR dianjurkan, yakni antara
10 dan 14 m / d e t (Gade d a n Uferman,
1998, Ivanov, 2000 dalam Ivanov et al,
2001).

65

3 KAJIAN METODE DETEKSI DAN


PEMANTAUAN LAPISAN ATAU TUMPAHAN MINYAK DI LAUT DENGAN
DATA SATELXT SAR
Beberapa metode deteksi d a n
pemantauan lapisan a t a u t u m p a h a n
minyak di laut menggunakan data satelit
SAR, seperti SAR ERS-l/ERS-2 dan
SAR Radarsat dewasa ini dalam cakupan
global/regional, diuraikan di bawah ini.
3.1 Deteksi dan Pemantauan Tumpahan Minyak dari Citia Satelit
Dalam s u a t u penelitian dan percobaan, Mansor et al (2002) menggunakan data SAR Radarsat u n t u k deteksi
tumpahan minyak di laut d a n mengembangkan s u a t u algoritma u n t u k pengolahan d a n analisis citra SAR Radarsat
u n t u k deteksi dan klasifikasi t u m p a h a n
minyak. Data SAR yang dipilih u n t u k
analisis diambil pada tanggal 10 Oktober
1997 yaitu daerah Selat Malaka, meliputi
daerah seluas 110 km x 150 km mulai
dari Semenanjung Malaysia dan Johor
hingga ke Selat Malaka. Kondisi cuaca
pada daerah studi diperolch dari stasiunstasiun bumi. Keccpatan maksimum air
laut dilaporkan sekitar 0,25 m / d e t dan
kecepatan angin maksimum 1,4 m / d e t .
PACE {Picture Analysis Correction
and Enhancement} adalah suatu kelompok
program-program aplikasi di dalam paket
perangkat lunak pengolahan dan analisis
citra inderaja
PCI, yang melengkapi
fungsi-fungsi pengolahan citra digital
secara ekstensif. Prapengolahan citra
Radar yaitu koreksi pola antena (APC Antena
Pattern
Correction),
koreksi
geometrik d a n koreksi radiometrik,
dilakukan p a d a d a t a citra SAR. Koreksi
pola antena melakukan s u a t u pcnyeimbangan radiometrik pada data SAR untuk
mengkompensasi penyinaran yang tidak
seragam dalam arah batas daerah yang
disebabkan oleh pola antena. Koreksi
pola antena kemudian dilanjutkan dengan
koreksi geometrik u n t u k memperoleh
citra standar geocoded menggunakan
titik kontrol tanah yang diperoleh dari
peta-peta topografik daerah studi ter-

66

s e b u t . Pengolahan lanjut citra r a d a r


untuk deteksi tumpahan minyak meliputi
transformasi skala tingkat keabuan citra
[scaling], pentapisan [filtering, analisis
tekstur, ekstraksi ciri d a n deteksi
lapisan gelap (dark slick). Pertama citra
SAR yang a k a n diidentifikasi, lebih dulu
dikalibrasi
melalui fungsi SARBETA
dalam interface PACE yang menghasilkan
citra kecerahan radar yang dikalibrasi.
SARBETA menghasilkan s u a t u kanal
kecerahan radar dari input kanal radar
yang telah di transformasi skala tingkat
keabuannya lebih dulu menggunakan
gain offset dan scaling. Kemudian pada
citra kecerahan radar yang telah dikalibrasi, dilakukan operasi transformasi
skala
tingkat k e a b u a n
citra d a n
kuantisasi menggunakan program SCAL
dalam PACE. Program SCAL [Image Gray
Level Scaling) melakukan suatu operasi
pemetaan atau transformasi linier atau
non-linier pada s e m u a tingkat keabuan
[gray level Jcitra tersebut ke dalam
s u a t u kisaran output intensitas citra
yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan
dengan operasi pentapisan menggunakan
Gamma Map Filter. J e n i s filter ini
terutama digunakan p a d a data radar
u n t u k menghilangkan noise frekuensi
tinggi [speckle) s e m e n t a r a ciri-ciri
frekuensi tinggi yaitu batas-batas tepi
[edge) a t a u ciri-ciri yang tajam tetap
dipertahankan. Kemudian sekumpulan
tekstur dihitung u n t u k semua titik-titik
gambar {pixel) pada citra tersebut melalui
fungsi analisis tekstur di dalam PACE.
Pengukuran
dilakukan
berdasarkan
statistik orde d u a yang dihitung dari
matriks gray level co-occurrence. Hasil
tekstur-tekstur yang diukur, setelah
terlebih dahulu melalui operasi transformasi skala
tingkat keabuan citra,
kemudian digunakan sebagai input pada
algoritma klasifikasi. Untuk mengekstraksi informasi yang detail dari tumpahan
minyak tersebut, operasi transformasi
skala
tingkat keabuan (scaling) citra
radar membuat standard nilai-nilai
tekstur tersebut. Kanal-kanal baru d a t a
ini kemudian digunakan untuk masukan

klasifikasi
citra
tumpahan
minyak
berdasarkan hasil-hasil analisis tekstur
dengan
menggunakan
algoritma
supervised Maximum Likelihood.
Pada
studi ini diperoleh hasil bahwa algoritma
terbaik u n t u k klasifikasi tumpahan
minyak adalah
Maximum Likelihood.
Diperoleh hasil : citra klasifikasi dari
citra komposit menggunakan analisis
tekstur dan citra tingkat keabuan (hasil
transformasi skala tingkat keabuan).
Hasil-hasil analisis klasifikasi memberikan
informasi yang penting tentang ketebalan
tumpahan minyak, dan daerah tumpahan
minyak yang berubah karena waktu
{spill age). Dapat diperoleh citra klasifikasi
yang menunjukkan daerah tumpahan
minyak dalam tiga kelas yang berbeda
sesuai dengan ketebalan dari t u m p a h a n
minyak tersebut. Pada penelitian ini
diperoleh d u a analisis tekstur yang
efektip u n t u k deteksi t u m p a h a n minyak
dan klasifikasi yaitu Homogeneity d a n
Angular Second Moment Ukuran-ukuran
tekstur yang digunakan oleh program
ini didasarkan p a d a Haralick et al.
(1973 & 1979), dan Conners et al.
(1980) dalam Mansor et al (2002) yang
mendemonstrasikan penggunaan ciriciri tekstur u n t u k klasifikasi.
3.2 Deteksi Tumpahan Minyak dengan
SAR R a d a r s a t di Perairan Laut
Kuning dan Laut Cina Timur
Penelitian Ivanov et al (2001),
mendapatkan s u a t u hasil
percobaan
deteksi t u m p a h a n minyak di Perairan
Laut Kuning d a n Laut Cina Timur,
menggunakan
d a t a SAR
Radarsat
multitemporal 15, 19, dan 22 November
2000. Konsep percobaan adalah mengumpulkan citra dari Laut Cina dengan SAR
Radarsat dalam mode Scan SAR selama
periode waktu pendek dalam 1 minggu.
Tujuan utama adalah untuk mengetahui
potensi dari data SAR Radarsat u n t u k
lokalisasi, deteksi dan pemantauan
tumpahan minyak a t a s zona-zona laut
yang sangat
luas.
Penelitian
ini
khususnya ditekankan u n t u k menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1) Penilaian kemampuan data SAR


Radar u n t u k deteksi lapisan minyak
dalam citra Radarsat cakupan luas. 2)
Penilaian kemampuan data SAR Radarsat
u n t u k deteksi lapisan minyak pada
kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda.
3) Penilaian kemampuan atau potensi
data SAR Radarsat u n t u k deteksi
t u m p a h a n minyak buatan orang {man
made oil spilty diantara ciri-ciri lainnya
yang berhubungan dengan fenomena
lautan, dan 4) Ekstraksi statistik deteksi
t u m p a h a n minyak u n t u k menyoroti
daerah-daerah yang berisiko tinggi
terjadi polusi minyak
Data SAR Radarsat yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri
dari
s a t u citra ascending d a n d u a
descending Scan SAR Radarsat yang
diakuisisi a t a s Laut Bohai, Laut Kuning,
dan Laut Cina Timur {Waters of the
Yellow and Bast China Sea). Semua
citra dikumpulkan dalam SAR Narrow A
mode (produk SNA) dengan lebar cakupan
citra lebih besar dari 3 0 0 km, sudut off
nadir 20-40 d a n resolusi spasial 50 m.
Citra-citra Radarsat ini diperlengkapi
oleh
Canadian Space Agency (CSA)
dalam rangka kerjasama antara proyek
2 3 6 ADRO-2 "Oil Pollution Detection and
Monitoring in the Sea along the Asian
Pasific Coast'. Data lapangan tentang
kecepatan angin dan kondisi cuaca
telah dikumpulkan oleh stasiun-stasiun
Oceanografi
Cina dan
pelampungpelampung Oceanografi Korea*
Seperti telah didiskusikan pada
bagian sebelumnya, kemampuan untuk
dapat mendeteksi tumpahan atau lapisan
minyak dalam citra SAR tergantung
pada d u a hal yaitu : kecepatan angin
dekat permukaan laut dan parameterparameter minyak (umur atau lamanya
minyak berada pada permukaan laut,
ketebalan lapisan minyak dan sebagainya). Telah diketahui pula bahwa dalam
citra SAR, lapisan atau tumpahan minyak
tampak sebagai tambalan atau potongan
gelap di a n t a r a terangnya permukaan
laut yang berombak. Meskipun pengemangan metode analisis citra SAR secara

67

automatik dan semi automatik dilakukan,


metode visual t e t a p mendominasi u n t u k
pengawasan operator. Untuk membedakan lapisan-lapisan minyak dengan obyek
lainnya di lautan, h a r u s menggunakan
pendekatan u m u m yang dikembangkan
oleh Espedal et al .(1998) dalam Ivanov
et al (2001} yang mencakup 2 pendekatan
yaitu ; analisis langsung (bentuk, ukuran/
panjang, lokasi, orientasi, jenis dari batas
tepi {edge), kontras dB dan tekstur},
dan analisis kontekstual (riwayat angin/
arus laut/hujan, sumber-sumber yang
berasal dari laut, d a n sebagainya).
Pendekatan yang sama telah digunakan
oleh Gade dan Ufenman (1998) d a n Lu et
al (2000) dalam Ivanov et al (2001).
Di dalam percobaan Ivanov et al
(2001) yang disebutkan di a t a s , metode
pengolahan d a n analisis yang diaplikasikan secara u m u m meliputi empat tahap
yaitu: 1) Pentapisan citra SAR dan reduksi
noise speckle, 2) Deteksi visual dari ciriciri gelap dalam citra .3) Klasifikasi ciri
gelap berdasarkan h a m b u r a n balik,
geometrik dan sifat-sifat tekstur dan 4)
Pembedaan lapisan minyak di antara
ciri-ciri obyek lainnya di lautan yang
tampak mirip lapisan minyak.
Analisis selanjutnya dari citra
SAR u n t u k deteksi
lapisan minyak,
dilakukan dalam
beberapa langkah
berikut. Bilamana obyek yang diduga
(kandidat) t u m p a h a n minyak dalam
masing-masing citra SAR yang diproses
telah diidentifikasi,
citra-citra SAR
Radarsat tersebut kemudian diproses
georeferenced. Lalu semua lapisan minyak
yang diidentifikasikan medium dan luas
flebih besar dari 1 km 2 ) dipilih dan diberi
suatu warna. Daerah-daerah yang diberi
warna pada citra SAR dipisahkan,
kemudian dipindahkan dari citra SAR
dan dioverlay pada latar belakang peta.
Dengan cara demikian peta distribusi
t u m p a h a n minyak a t a u liputan
dari
lapisan minyak pada daerah percobaan
tersebut diperoleh. Terakhir, data statistik
(jurnlah daerah tumpahan minyak dan
total luas daerah yang diliput tumpahan

68

minyak) untuk semua citra SAR Radarsat


yang dikoleksi d a p a t dihitung.
Semua
obyek
yang
diduga
(kandidat) tumpahan minyak yang diamati
dalam citra-citra SAR tersebut, berada
pada kisaran
kondisi-kondisi cuaca
yang sempit dan dalam kisaran kondisi
oceanografik yang luas. Semua tumpahan
minyak tersebut diamati dalam citracitra SAR Radarsat pada kecepatan
angin yang tidak seragam, dari lemah
(3-6 m/det) sampai tinggi (12-15 m/detj.
Semua lapisan minyak dideteksi dalam
daerah-daerah yang berhubungan dengan
interaksi laut-atmosfer yang intensip.
3.3 Segmentasl Lapisan Minyak Secara
Automatik dalam Citra SAR
Radarsat - Data Citra Sekitar Pulau
Rupat, Selat Malaka
Suatu penelitian untuk segmentasi
lapisan minyak secara automatik menggunakan data SAR Radarsat dilakukan
sekitar Pulau Rupat, d a n Selat Malaka
(Arvclyna et al, 2001). Pada percobaan
ini digunakan pendekatan Bayesian
dengan maximum a posteon filter, dengan
a s u m s i bahwa reflektivitas radar dan
speckle noise mengikuti distribusi Gamma.
Oleh sebab itu digunakan filter Gamma
Map u n t u k mengurangi speckle tanpa
kehilangan batas tepi [edge] dan informasi
tekstur. Teknik ini dibandingkan pula
dengan filter serupa y a n g lain seperti
filter Lee d a n filter Frost. Hasilnya
menunjukkan bahwa filter Gamma Map
memberikan
hasil
terbaik
untuk
pengurangan speckle pada keseluruhan
daerah dengan rasio antara Mean dan
Deviasi Standar terendah, mengurangi
bintik-bintik terang pada daerah minyak
dan menunjukkan kontinuitas pada
daerah lapisan minyak dan laut, sehingga
membuat lebih mudah u n t u k ekstraksi
lapisan minyak tersebut.
Untuk ekstraksi ciri pada proses
segmentasi lapisan minyak digunakan
teknik Co- occurrence yaitu Entropy
Maximum dengan
anggapan
bahwa
hanya d u a moment u n t u k ditentukan,
yaitu lapisan minyak dan daerah laut.

Di a n t a r a teknik Co-occurrence y a n g
lain, teknik yang digunakan menunjukkan
performance
terbaik
pada
proses
segmentasi lapisan minyak tersebut.
Teknik
Co-occurrence
menggunakan
perbedaan tingkat keabuan {gray level)
berdasarkan statistik untuk mengekstraksi tekstur dari citra-citra inderaja. Lebih
lanjut dilakukan proses klasifikasi pada
daerah gelap (tampak hitam p a d a citra).
Daerah-daerah di mana kecepatan angin
rendah p a d a permiakaan laut, dapat
menghasilkan daerah gelap, suatu daerah
yang
tampak seperti lapisan minyak
pada citra. Pada proses klasifikasi daerah
lapisan minyak d a n daerah yang tampak
mirip
pada daerah-daerah kecepatan
angin rendah yang
berlokasi dekat
garis p a n t a i , digunakan garis pantai
sebagai kondisi garis batas. Garis pantai
dideteksi d e n g a n Filter C a n n y mengg u n a k a n Derivative pertama dari Gausian
sebagai Edge Detector, dan menandai
posisi dari batas tepi {edge) dimana
gradient adalah maksimum lokal (Canny,
1986 dalam Arvelyna
et al, 2001).
Terakhir bila daerah-daerah tersebut
dekat garis p a n t a i , d a e r a h t e r s e b u t
diidentifikasi sebagai d a e r a h yang
tampak mirip lapisan minyak.
3.4 Deteksi Tumpahan Minyak Menggunakan Citra SAR Lautan
Penelitian dan percobaan Fiscella
et al (2000), digunakan citra SAR ERS2 untuk deteksi t u m p a h a n minyak di
lautan. Di dalam penelitian tersebut,
dikembangkan suatu algoritma pendekatan probabilitas u n t u k membedakan
semua t u m p a h a n minyak dari obyekobyek lautan lainnya yang tampak mirip
dalam citra SAR; dan telah diuji coba.
Metode yang dibangun menggunakan
informasi statistik yang diperoleh dari
hasil pengukuran yang telah dilakukan
sebelumnya dari karakteritik geometrik
dan fisik dari
semua
j e n i s kelas
tumpahan minyak dan kelas obyekobyek alamiah lainnya y a n g tampak
mirip dengan tumpahan minyak. Metode
yang dikembangkan oleh Fiscella et 0.1.

(2000), menggunakan prosedur operasional


sebagaimana diuraikan dibawah ini.
Setelah data SAR diakuisisi,
suatu produk resolusi sangat rendah
dihasilkan, yang memberikan inspeksi
cepat dari daerah-daerah yang diamati
pada citra. Citra-citra yang menunjukkan
ciri-ciri yang diduga lapisan minyak,
diproses menggunakan format Precision
Image (PRl). Sistem dapat diproses
dalam salah s a t u mode yaitu manual
atau autornatik. Pada operasi manual,
operator mengamati citra, memilih bagianbagian citra yang mungkin berisi
t u m p a h a n minyak, d a n melakukan s a t u
set pengukuran-pengukuran dengan
definisi awal. Dalam mode autornatik,
sistem memilih daerah-daerah gelap
dalam citra, dan kemudian melakukan
pengukuran-pengukuran tersebut. Pada
akhir dari tiap proses, s u a t u laporan
deteksi dihasilkan yang menunjukkan
daerah akuisisi dari sensor, superimpose
bentuk permukaan-permukaan daerah
gelap yang dideteksi dan termasuk garis
keliling daerahnya, lintang dan bujur
dari pusat daerah tersebut d a n probabilitas bahwa obyek tersebut adalah
t u m p a h a n minyak. Pada prosedur
autornatik, pertama daerah-daerah lahan
darat ditutupi, kemudian dipilih daerahdaerah gelap dengan suatu Normalized
Radar Cross Section (NRCS) lebih kecil
dari sctengah NRCS rata-rata u n t u k
daerah laut di dalam citra. Daerahdaerah yang terlalu kecil atau terlalu
luas kemudian dibuang. Daerah-daerah
yang kecil dibuang karena tumpahant u m p a h a n minyak tersebut tidak berarti
dari s u d u t harga dan daerah luas
dibuang k a r e n a kemungkinan adalah
daerah permukaan laut yang tidak ada

angin.
Algoritma u n t u k identifikasi tumpahan minyak yang dikembangkan oleh
Fiscella B et al. (2000) dijelaskan sebagai
berikut : Ada sejumlah tertentu karakteristik y a n g d i p e r t i m b a n g k a n sebagai
ciri t u m p a h a n minyak. Pengukuranpengukuran dilakukan u n t u k beberapa
karakteristik tersebut, dengan memilih

69

beberapa dari karakteristik


yang
nampaknya lebih bermanfaat dalam
membedakan antara s u a t u t u m p a h a n
minyak d a n fenomena lain di laut yang
menyebabkan atenuasi hamburan balik:
seperti lapisan aJamiah [natural films)
atau daerah-daerah dimana kecepatan
angin rendah di lokasi tersebut. Untuk
masing-masing daerah gclap yang dipilih,
pertama kali garis batas-batasnya diidentifikasi, kemudian besaran-besaran
yang dievaluasi, adalah
a) Garis Keliling [Perimeter]
b) Luas Daerah {Area) (A)
c) NRCS Rata-rata di dalam daerah
gelap (SIGMAI)
d)NRCS Rata-rata di dalam s u a t u
daerah terbatas di luar daerah gelap
(SIGMAO)
e) Deviasi Standar dari NRCS daerah
gelap (DASD)
f) Deviasi S t a n d a r dari NRCS di luar
daerah gelap (OSD)
g) Gradient dari NRCS di seberang
(across) garis keliling d a e r a h gelap
(GRD)
hJFaktor Bentuk [Form Factor) (FRM):
penyebaran titik gambar-titik gambar
{pixels) daerah gelap dari sumbu
longitudinalnya.
Dan dari evaluasi tersebut diperoleh hal-hal berikut:
a) Perbandingan a n t a r a garis keliling
{Perimeter-f) terhadap luas daerah (A) :
(P/A)
b) Perbandingan Intensitas [Intensitas
Ratio) antara NRCS rata-rata di dalam
dan di luar daerah gelap (IRT)
c) Perbandingan Deviasi Standar NRCS
di dalam dan di luar daerah gelap
(SDR).
d) Perbandingan antara Intensitas NRCS
dan Deviasi Standar di dalam daerah
gelap (RISDI)
e) Perbandingan antara Intensitas NRCS
dan Deviasi Standar di luar daerah
gelap (RISDO).
f) Perbandingan RISDI terhadap RISDO
(IOR)

70

Eksperimen yang dilakukan oleh


Fiscella et al. (2000) mengidentifikasi d u a
set daerah-daerah gelap yang diekstraksi
dari citra SAR. Satu set daerah gelap
tersebut dipastikan sebagai tumpahan
minyak (80 sampel), dan set lainnya
yang disebabkan oleh fenomena alamiah
tetapi tampak seperti t u m p a h a n minyak
(43 sampel). Kemudian dilakukan
p e n g u k u r a n besaran-besaran yang diuraikan di a t a s pada kedua set daerah
gelap tersebut, dan diuji hipotesis bahwa
mungkin tidak a d a perbedaan di antara
kedua jenis kelas sampel tersebut.
Melalui proses menggunakan algoritma
tersebut di a t a s , diperoleh bahwa
RISDO, SIGMAO, SIGMAI, DASD, SDR,
FRM, IRT, d a n RISDI d a l a m u r u t a n
menurun dari segi pentingnya, dapat
memberikan kontribusi yang berarti
dalam proses pembedaan obyek tumpahan minyak dan obyek laut yang oleh
fenomena alamiah tampak mirip seperti
tumpahan minyak. Hasil-hasil tersebut
tentu saja diharapkan, karena RISDO,
SIGMAO,
dan
sebagainya
adalah
tergantung pada kecepatan angin, dan
s u a t u kondisi penting dari deteksi
t u m p a h a n minyak adalah bahwa intens i t a s angin h e n d a k n y a se-uniform
mungkin d i dalam batas daerah 2 - 1 0
meter per detik. Faktor bentuk juga
penting, bukan karena ada suatu alasan
fisik
yang
berhubungan
terhadap
bentuk t u m p a h a n minyak tersebut
tetapi sebagai contoh lapisan-Iapisan
minyak yang dihasilkan dari operasi
pembersihan
tangker secara ilegal,
bentuknya adalah linier karena gerakan

kapal.
Metode yang dikembangkan oleh
Fiscella et al. (2000) menggunakan d u a
prosedur klasifikasi, yang pertama
berdasarkan
Mahalanobis
Classifier,
dan yang kedua berdasarkan Compound
Probability Classifier. Kedua prosedur
klasifikasi tersebut menggunakan d u a
kelas: kelas tumpahan minyak dan kelas
obyek lain yang tampak mirip tumpahan
minyak. Pada percobaaan yang disebutkan di atas, diperoleh ketelitian klasifikasi

lebih dari 80 persen. Akurasi dari metode


tersebut penting u n t u k pelayanan
pemantauan, d a n dapat ditingkatkan
lebih lanjut d e n g a n m e n a m b a h k a n
kejadian-kejadian baru terhadap set
data-set data atau dengan mendapatkan
lebih banyak pembedaan ciri-ciri dari
tumpahan minyak d a n obyek lain yang
tampak mirip dengan t u m p a h a n minyak.
Metode ini m u d a h digunakan dan
mampu u n t u k m e n e n t u k a n probabilitas
identifikasi dalam s u a t u cara automatik
4 METODE YANG DISARANKAN DIKEMBANGKAN LEBIH LANJUT DI
INDONESIA
Dari keempat metode deteksi dan
pemantauan yang diuraikan di atas,
ditunjukkan
bahwa
p a d a dasarnya
untuk identifikasi atau membedakan
daerah yang diliput lapisan atau tumpahan minyak (tampak hitam a t a u
gelap pada citra) d a n obyek lainnya
dilautan yang tampak mirip, mcnggunakan metode interpretasi visual tetap
mendominasi. Oleh sebab itu sangat diperlukan p e m a h a m a n p a r a analisis
pada batasan-batasan d a n dasar teori
dalam analisis tumpahan minyak dengan
data citra SAR seperti dikemukakan
pada bagian sebelumnya. Metode Ivanov
et al (2001) menunjukkan, u n t u k
membedakan lapisan a t a u t u m p a h a n
minyak dengan obyek lainnya di laut
harus menggunakan d u a pendekatan
umum yaitu: analisis langsung bentuk,
ukuran/panjang, lokasi, orientasi, jenis
dari batas tepi (edge), kontras dB dan
tekstur, dan analisis kontekstual (riwayat
angin/arus l a u t / h u j a n , sumber-sumbcr
yang berasal dari laut dan sebagainya)
yang dikembangkan oleh Espedal et al
(1998) dalam Ivanov et al ,(2001).
Pendekatan yang s a m a juga telah
digunakan oleh Gade dan Uferman
(1998) dan Lu et al dalam Ivanov et al
(2001).
Dari empat metode yang dikemukakan, tampak pula bahwa u n t u k
dapat mengetahui informasi yang detail
dari lapisan a t a u t u m p a h a n minyak

tersebut yaitu ketebalan atau jenis-jenis


lapisan minyak, dan u m u r lapisan atau
tumpahan minyak, hanya mampu dilakukan dengan metode pengolahan dan
analisis citra digital berorientasi tekstur.
Mansor et al. (2002), memperoleh d u a
analisis tekstur yang efektip u n t u k
deteksi tumpahan minyak dan klasifikasi
yaitu Homogenitas dan Angular Second
Moment. Metode yang dikembangkannya,
dengan menggunakan data SAR Radarsat
dapat didentifikasi dan diklasifikasi
tumpahan minyak berdasarkan ketebalan
dan umur
a t a u lamanya t u m p a h a n
minyak di a t a s pemukaaan laut [spill
age). Metode ini difokuskan pada deteksi
d a n klasifikasi lapisan hitam secara
automatik dalam suatu sistem peringatan
dini
untuk
kemungkinan adanya
t u m p a h a n minyak. Metode yang dikembangkan oleh Arvelyna et at. (2001),
j u g a berorientasi ciri tekstur yaitu
dengan tcknik Maximum Entropy. Dengan
metode tersebut, menggunakan data
SAR Radarsat, dapat di identifikasi dan
diklasifikasi lapisan atau tumpahan
minyak dan obyek alamiah lainnya dilaut
yang tampak mirip dengan lapisan
minyak {look alike). Metode Ivanov et at.
(2001) menggunakan teknik pengolahan
dan analisis citra secara semi automatik
karena untuk identifikasi, teknik visual
t e t a p m e n d o m i n a s i . Dengan metode
tersebut, d a t a SAR Radarsat dapat
diidentifikasi dan diperoleh peta distribusi
tumpahan minyak atau liputan dari
t u m p a h a n minyak pada daerah percobaan, j u m l a h t u m p a h a n minyak dan
total luas daerah yang diliput tumpahan
minyak .
Metode Fiscella et al. (2000) menggunakan
suatu
algoritma
untuk
identifikasi t u m p a h a n minyak yang
dikembangkan berdasarkan satu set
pengukuran dari karakteristik geometrik
d a n fisik dari s e m u a jenis kelas (yang
memberikan ciri-ciri yang signifikan
u n t u k membedakan s e m u a jenis kelas
tersebut). Dapat dibedakan atau diidentifikasi d a n diklasifikasi
tumpahan
minyak, ohyek y a n g mirip t u m p a h a n
71

W a r t a LAPAN Vol. 6. No. 2. Desember 2 0 0 4 : 62 - 73

minyak {look alike) dan obyek lainnya


(uncertain).
Metode Fiscella et at. (2000) baik
dikembangkan u n t u k dioperasionalkan
secara rutin u n t u k deteksi dan pemantauan atau sistem peringatan dini, oleh
instansi yang juga mempunyai fasilitas
akuisisi data dari satelit (seperti LAPAN
yang dapat mengakuisisi data SAR ERS),
untuk d a p a t memberikan dukungan
informasi p e r i n g a t a n dini b e n c a n a
tumpahan minyak kepada instansi
terkait. Untuk informasi peringatan dini
yang lebih detail, metode yang lainnya
yaitu Mansor et al. (2002), Arvelyna et al.
(2001), dan Ivanov et at (2001), menggunakan paket perangkat lunak pengolah
dan analisis citra inderaja berbasis PC,
baik pula dikembangkan oleh LAPAN,
dan oleh instansi/pengguna yang berhubungan dengan pcngelolaan bencana
polusi tumpahan minyak (seperti BPLHD).

5 KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah
dikemukakan di atas, beberapa catatan
atau kesimpulan dan s a r a n yang dapat
diberikan sebagai berikut:
Dari keernpat metode yang dikemukakan
tampak bahwa untuk dapat
mengetahui informasi yang detail dari
tumpahan/lapisan
minyak
yaitu
ketebalan atau jenis-jenis lapisan
minyak, dan umur tumpahan /lapisan
minyak, hanya m a m p u dilakukan
dengan
metode
pengolahan
dan
analisis citra digital berorientasi
tekstur.
Dengan pendekatan/analisis tekstur,
Mansor et at. (2002), memperoleh dua
analisis tekstur yang efektif u n t u k
deteksi
tumpahan
minyak dan
klasifikasi yaitu
Homogeneity d a n
Angular Second Moment Metode yang
dikembangkannya dengan menggunakan d a t a SAR
Radarsat
dapat
didentifikasi/di klasifikasi tumpahan
minyak
berdasarkan
ketebalan,
maupun u m u r
atau lamanya tum11

pahan

minyak di atas

pemukaaan

laut.
Metode yang dikembangkan oleh
Arvelyna et at, (2001), juga berorientasi
ciri tekstur yaitu dengan teknik
Maximum Entropy. Dengan metode
tersebut, menggunakan data SAR
Radarsat, dapat diidentifikasi/diklasifikasi l a p i s a n / t u m p a h a n minyak d a n
obyek alamiah lainnya dilaut yang
tampak mirip dengan lapisan minyak.
Metode Ivanov et al, (2001) menggunakan metode pengolahan dan analisis
citra secara semi automatik, karena
metode visual tetap mendominasi
untuk identifikasi tumpahan minyak.
Dengan metode tersebut, menggunakan data SAR Radarsat dapat diidentifikasi/diklasifikasi dan diperoleh peta
distribusi t u m p a h a n minyak atau
liputan dari t u m p a h a n minyak pada
daerah percobaan, jumlah tumpahan
minyak dan total luas daerah yang
diliput t u m p a h a n minyak.
Metode Fiscella et al. (2000) menggunakan
s u a t u algoritma u n t u k
identifikasi lapisan atau tumpahan
minyak berdasarkan satu set pengu k u r a n dari karakteristik geometrik
dan fisik dari semua jenis kelas (yang
memberikan ciri-ciri yang signifi-kan
untuk membedakan semua jenis kelas
tersebut).
Dapat
dibedakan
atau
diidentifikasi dan diklasifikasi lapisan
atau t u m p a h a n minyak, obyek yang
mirip t u m p a h a n minyak dan obyek
lainnya yang tidak dapat ditentukan.
Metode Fiscella et al (2000) baik
dikembangkan u n t u k dioperasionalk a n secara rutin u n t u k deteksi d a n
p e m a n t a u a n atau sistem peringatan
dini, oleh instansi yang juga mempunyai fasilitas akuisisi data dari
satelit (seperti LAPAN yang dapat
mengakuisisi data SAR ERS), u n t u k
dapat memberikan dukungan real time
informasi peringatan dini bencana
t u m p a h a n minyak kepada instansi
terkait.
Untuk mengetahui informasi mengenai
lapisan a t a u t u m p a h a n minyak yang

lebih detail, metode y a n g lainnya,


yaitu Mansor et at, (2002), Arvelyna
et at. (2001), d a n Ivanov et al (2001),
dengan menggunakan paket perangkat
lunak pengolah dan analisis citra
inderaja berbasis PC, baik dikembangkan atau digunakan oleh instansi/
pengguna yang berhubungan dengan
pengelolaan bencana polusi tumpahan
minyak (seperti BPLHD) dan
baik
p u l a o l e h LAPAN.
DAFTAR RUJUKAN
Ali Hussin, Y, 1997. "Radar Data Principles
& Interpretation*, Dep of Land
Resources and Urban Sciences,
Forestry Division, ITC,
Arvelyna ,Y. et al, 2 0 0 1 . "Auto Segmentation of Oil Slick in RADARSAT
SAR-Image
Data
Around
Rupat

Island,
Malacca
Strait,
AARS,
Singapore,
Campell , G, 1995. "Applications ofERS1 Data in Oil Spill Detection", Data
Utilisation Section, ESA, ESR1N,
Nov.
Fiscella ,B . et al, 2000, "Oil Spill Detection
Using Marine SAR Images*, Int J
Remote Sensing, Vol 2 1 , No 18,
3561-3566.
Ivanov, A. et al, "Oil SpiU Detection With
RADARSAT In The Waters of The
Yellow and EAST China Sea, A
Case Study, 2001".
Mansoor ,S.B. et al, 2002. "Oil Spill
Detection
and
Monitoring from
Satellite
Image",
Spatial
and
Numerical Modeling Laboratory,
Institute of Advanced Technology,
University Putra Malaysia.

73

Das könnte Ihnen auch gefallen