Sie sind auf Seite 1von 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ALO (ACUT LUNG ODEM)


1. LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian
ALO atau Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru baik di rongga interstisial dalam
alveoli. (Bruner & Suddartk ; 798).
ALO atau Edema paru adalah terkumpulnya cairan ekstravaskuler yang patologis di dalam
paru.(Soeparman ; 767)
1.2 ETIOLOGI
Penyebab acut odem secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1.2.1

Edema Paru Kardiogenik

Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler seperti
penyakit jantung aterosklerotik, hipertensi, kelainan katup, decompensasi cordis.
1.2.2

Edema paru non kardiogenik

Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena kelainan pada jantung tetapi paru itu sendiri seperti :
1.2.2.1 Kelompok dengan ketidakseimbangan tenaga starling
1)

Peningkatan tekanan kapiler paru.

Oleh karena peningkatan tekanan darah vena paru, misalnya pada stenosis batub mitral, gagal jantung
kiri, overload cairan infus.
2)

Penurunan tekanan onkotis plasma oleh karena hipoalbuminemia.

3)

Peningkatan Negativitas tekanan interstisial

Pengosongan udara secara tiba tiba dan dalam jumlah yang besar pada pneumotoraks (unilateral)
maupun pada efusi pleura juga tekanan negatif yang sangat besar, misalnya pada serangan asma berat.
4)

Peningkatan tekanan onkotis interstisial

1.2.2.2 Perubahan permeobilitas membran alveoli kapiler.


Infeksi paru : menghirup gas/ uap/ asap toksik, adanya bahan asing endotoksin atau eksotoksin
aloksan, aspirasi asam lambung, radiasi serta imunologis, paru renjatan (shock lung) oleh karena
trauma diluar toraks.
1.2.2.3 Kegagalan sistem saluran limfatik
Dijumpai pada pasca cangkok paru, karsinomatosis limfangitik, dan limfangitis fibrosa.
1.2.2.4 Beberapa penyebab yang masih belum jelas mekanismenya
Sembab paru pada ketinggian, sembab paru neurogenik, sembab paru pada narkotik, eklampsia,
sesudah konversi ke irama sinus dan pasca anastesi maupun pasca bedah pintas kardio pulmones.
1.3 Patofisiologi

Ruang interstisial paru terisi dengan cairan oleh karena beberapa sebab baik berupa kelainan jantung,
kelainan ginjal maupun oleh karena perubahan permeabilitas paru itu sendiri.
Pada dua penyebab yang pertama biasanya berupa transudat dan pada yang terakhir cairan dapat
berupa plasma dan cairan koloid.
Hadirnya cairan di alveoli juga akan mengganggu fungsi surfaktan paru sehingga akan terjadi kolaps
pada kantong kantong udara ini. Dengan masuknya cairan ke dalam rongga interstisial/ alveoli akan
berakibat timbulnya gangguan difusi dan ventilasi oleh karena terjadi perubahan sifat membran
alveoli kapiler paru menjadi kaku dan complience menurun.
Pada analisa gas darah terdapat hipoksemia dan hipokapnea pada tingkat yang lanjut dapat terjadi
asidosis metabolik . bila keadaan ini berlangsung lama dapat terjadi penyulit berupa endapan jaringan
fibrin dan hialin pada permukaan epitel alveoli yang akan memperburuk gangguan faal difusi yang
sudah terganggu.
Patofisiologi edema paru dengan adanya penyebab tekanan kapiler paru akibat gagal ventrikel jantung
kiri.
1.4 Gejala Klinik
Penderita pada umumnya sesak napas dari yang paling ringan berupa :
Dyspnoe deffort :
Orthopnoe :
berdiri.

Sesak nafas yang terjadi ketika melakukan aktivitas.


Sesak nafas terjadi pada saat berbaring dan dapat dikurangi dengan sikap duduk/

Batuk batuk yang refrakter dan sedikit memberi respon pada pengobatan dan kadang kadang
disertai dengan dahak berbusa dan berwarna merah muda.
Terdengar suara ronchi basah yang halus/ kasar.
Hipoksia dengan sianosis sentral, asidosis metabolik dan hipokapnea.
Penurunan kesadaran.
1.5 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan atas dasar klinis yakni terdapatnya sesak secara tiba tiba, dispnea nokturnal,
wheezing dan terdapatnya sputum yang berdarah dengan latar belakang terdapatnya kelainan jantung.
Pemeriksaan photo rongent mungkin didapatkan kardiomegali.
1.6 Penatalaksanaan
Posisi penderita didudukkan 60 90 untuk memperbaiki ventilasi.
Memberikan oksigen 6 8 liter/ menit atau 100 % O2 dengan masker.
Memberikan morphin 4 6 mg intervena untuk mengurangi venous retourn.
Memberikan furosemid 40 80 mg IV.
Memberikan aminofiln IV secara perlahan lahan untuk mengurangi kardiak asma.
Lakukan digitalis yang cepat 1.6 mg lanatosid C atau 1,2 mg digitoksin dan dengan dosis yang lebih
rendah pada pasien yang telah mendapat digitalis.

Nitrogliserin dapat diberikan pada penderita dengan tensi yang normal atau hipertensi 0.4 0.8 mg
bila nitrogliserin memberikan hasil yang baik dapat diulang 3 4 jam.
2. LANDASAN ASKEP
2.1 Pengkajian
2.1.1

Mencakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama dan alamat.

2.1.2

Keluhan Utama

Sesak nafas.
2.1.3

Riwayat Penyakit Sekarang

Apakah ada keluhan nyeri dada, sesak, takinardi, berkeringat, malaise, konstipasi.
2.1.4

Riwayat Penyakit Dahulu

Kadang kadang ada hypertensi, apakah pernah demam, reumatik, bedah jantung, penyakit katup
janung dan penyakit jantung bawaan.
2.1.5

Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama, penyakit jantung, lainnya dan DM.
2.1.6

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Keluarga.

Ditanya tentang seberapa jauh pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya.
2.1.7

Faktor Resiko

Apakah penderita merokok atau minum minuman keras, kebiasaan makan makanan berlemak atau
sering mengkonsumsi daging.
2.1.8

Riwayat Sosial Ekonomi

Tanyakan tentng provesi pasien dan usaha pertolongan bila ada keluarga yang sakit
2.1.9

Riwayat spiritual

Tanyakan tentang kepercayaan yang dianut, hal ini penting karena untuk memberikan asuhan
keperawatan kita dapat menyesuaikan kekuasaan yang dianut pasien sepanjang hal tersebut tidak
bertentangan denga terapi yang harus ditaati
2.1.10 Riwayat alergi
Tanyakan apakah anda alergi makanan, obat hal ini berhubungan dengan diit dan obat-obatan
2.1.11 Kebiasaan hidup sehari-hari
Menyangkut cairan, makanan, eliminasi, kebersihan diri, aktivitas dan istirahat
2.1.12 Pemeriksaan Fisik
Mata

: Konjunctiva dan sklera

Leher

: Peningkatan JVP.

Paru
: Bentuk, pergerakan dada, pernafasan frekwensi, irama, suara nafas dan suara nafas
tambahan.
Jantung

: Tekanan darah, nadi dan suara jantung.

Abdomen

: Asites dan bising usus.

Ekstrimitas : Kelembapan dan odem.


2.1.13 Pemeriksaan Penunjang
-

Elektro magnetic (ECG)

Didapatkan deviasi sumbu jantung kiri, hipertensi ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, didapatkan
gelombang P pulmonal atau gelombang p mitral (bila etiologinya mitral stenosis)
-

Pemeriksaan foto torax

Jantung nampak membesar atau kardiomegali disertai pembesaran ventrikel kiri dan atrium kanan,
paru menunjukkan adanya kongestif ringan sampai odem paru yang ditandai dengan gambaran
butterfly apparance atau claudy lung.
2.1.14 Diagnosa yang Timbul
1)

Penurunan curah jantung, berhubungan dengan kontraktilitas miokard atau perubahan inotropik.

2)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidak sinambungan antara suplai O2, kebutuhan
kelemahan umum, tirah baring lama atau immobilitas.
3)

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus.

4)
Resiko peningkatan terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
penurunan perfusi jantung.
5)

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

2.1.15 Intervensi Keperawatan


1)

DX 1

Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokard atau perubahan inotropik.
Tujuan : terjadinya peningkatan curah jantung.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan fekuensi jantung dan irama dalam jantung yang diharapkan dengan
terkontrolnya intervensi
Intervensi :
-

Kaji TTV (TD)

R/ desritmia dapat menurunkan TD dan meningkatkan hipoksit jaringan yang dapat memperburuk
toksisitas digitalis
-

Mencatat frekwensi/ irama dan adanya bunyi jantung ekstra.

R/ Frekwensi jantung cepat tidak teratur, atau terlalu lambat dapat menunjukkan toksisitas digitalis.

Oeservasi adanya odem perubahan sensori dan perilaku, contoh : gelisah, bingung, delirium.

R/ Gangguan psikis disebabkan oleh penurunan curah jantung, ketidak seimbangan elektrolit.
-

Berikan O2 dengan kanul nazal atau masker sesuai dengan indikasi.

R/ Dapat memenuhi kebutuhan O2 pada jaringan dan mencegah terjadinya hipoksia


2)

Dx II

Intoleran aktivitas, berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2, kebutuhan kelemahan
umum, tirah baring lama atau immobilitas.
Tujuan
Menunjukkan partisipasi dalam aktivitas memenuhi kebutuhan sendiri dalam peningkatan aktivitas.
Kriteria hasil :
-

Klien berpartisipasi dalam aktivitas.

Pasien menyatakan pemahaman tentang kondisi dan program peningkatan.

Intervensi :
-

Ukur TTV sebelum atau sesudah aktivitas.

R/ Hipotensi otostatik dapat terjadi dalam aktivitas.


-

Kaji penyebab kelelahan seperti pengobatan nyeri.

R/ Kelelahan dapat timbul dari efek samping dari berbagai obat nyeri.
-

Observasi adanya odem perubahan sensori atau perilaku contoh : gelisah, bingung, delirium.

R/ Kemampuan miokard untuk meningkatkan stroke dan aktivitas dapat menyebabkan peningkatan
cairan jantung yang berubah ubah dan kebutuhan oksigen meningkat sehinggatimbul kelelahan dan
kelemahan.
-

Beri bantuan dalam melakukan aktivitas secara bertahap.

R/ Kebutuhan pasien terpenuhi tanpa membutuhkan pengeluaran.


-

Kolaborasi, tentukan tingkat rahabilitasi jantung dan program aktivitas.

R/ Penurunan yang perlahan lahan dalam aktivitas menghindari konsumsi oksigen berlebih.
3)

DX III

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli.


Tujuan :
Pasien mempunyai pertukaran gas yang adekuat dengan bunyi nafas normal dan warna kulit
normal, eupnea, j 100 dpin, saturasi oksigen 95 %, PaO, 80 mmHg PaCO2 < 45 mmHg.
Intervensi :
-

Auskultasi

R/ Waspadai krekels, yang menandakan kongesti cairan alveolar.

Bantu pasien dalam posisi fowler tinggi.

R/ Mengurangi kerja pernafasan dan meningkatkan pertukaran gas.


-

Berikan CO2 sesuai program

R/ Mewaspadai adanya hipoksemia (penurunan PaO2) dan hiperkapnia (peningkatan PaCO2).


4)

DX IV

Ansietas berhubungan dengan situasi yang mengancam hidup.


Tujuan

Pasien mengkomunikasikan rasa takut dan kuatir dan melaporkan peningkatan kenyamanan fisik dan
psikologis.
Intervensi :
Berikan kesempatan pada pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan dan rasa
takut,
R/ Bersikap yakin dan mendukung.
-

Bantu pasien senyaman mungkin dengan duduk fowler tinggi.

R/ Menghilangkan rasa nyeri.


Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan khususnya yang akan menimbulkan
ketidaknyamanan
R/ Mengurangi rasa takut, dan cemas

KOMPLIKASI

Kebanyakan komplikasi-komplikasi dari pulmonary edema mungkin timbul dari komplikasikomplikasi yang berhubungan dengan penyebab yang mendasarinya. Lebih spesifik, pulmonary
edema dapat menyebabkan pengoksigenan darah yang dikompromikan secara parah oleh paru-paru.
Pengoksigenan yang buruk (hypoxia) dapat secara potensial menjurus pada pengantaran oksigen yang
berkurang ke organ-organ tubuh yang berbeda, seperti otak.
SUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas, umur, jenis kelamin
Riwayat masuk: Pasien biasanya dibawa ke RS setelah mengalami sesak napas, sianosis atau batukbatuk disertai kemungkinan adanya demam tinggi ataupun tidak. Kesadaran kadang sudah menurun
dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada kasus trauma.
Riwayat penyakit sebelumnya: Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis,
pancreatitis, penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin
ditemui pada pasien.
Review of System (ROS)

B1, mungkin terdapat nyeri saat inspirasi, RR, sesak napas, sianosis, batuk, suara napas ronki.
B2, terjadi tekanan darah /, nadi , adanya demam ataupun tidak, sianosis, perfusi yang dingin.
B3, biasanya disertai penurunan kesadaran pada kasus ALO yang telah memberat.
B4, mungkin terjadi oliguria akibat gangguan fungsi ginjal.
B5, jarang ditemukan masalah.
B6, mungkin disertai adanya kelemahan (intoleransi aktivitas).
Diagnosa dan intervensi keperawatan
Bersihan jalan napas tak efektif b.d sekret yang kental atau hipersekresi sekunder akibat ALO
Tujuan:
Bersihan jalan napas pasien adekuat setelah pemberian intervensi selama 5-10 menit.
Kriteria hasil:
Tidak terdapat ronki (suara napas vesiluker)
Klien mampu melakukan batuk efektif
RR dalam rentang normal, 14-18 kali/menit
Klien mengatakan tidak sesak
Intervensi keperawatan
Observasi pola, irama, frekuensi napas dan suara napas pasien.
Ajarkan pada pasien teknik batuk efektif
Kolaborasi pemberian mukolitik atau nebulizer sesuai indikasi
Lakukan fisioterapi napas sesuai indikasi
Pola napas tak efektif b.d penurunan ekspansi paru sekunder akibat ALO
Tujuan:
Keadekuatan pola napas tercapai setelah pemberian intervensi selama 2x24 jam.
Kriteria hasil:
RR dalam rentang normal, 14-18 kali/menit
Tidak terdapat retraksi otot bantu napas tambahan
Ekspansi dada simetris
Klien mengatakan tidak sesak
Intervensi keperawataan
Motivasi klien untuk napas panjang dan dalam apabila tidak terdapat kontra indikasi
Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi

Kolaborasi aspirasi cairan paru (pungsi) sesuai indikasi


Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan transport O2 ke jaringan sekunder akibat ALO
Tujuan:
Perfusi jaringan adekuat setelah pemberian intervensi selama 1x24 jam
Kriteria hasil:
CRT <3 detik
Akral hangat, kering, merah
Nadi dalam rentang normal, 60-100 kali/menit
Ph darah dalam rentang normal, 7,35-7,45
BGA dalam batas normal
Intervensi keperawatan
Observasi vital sign pasien
Berikan posisi semi fowler
Kolaborasi pemberian oksigenasi sesuai indikasi
Monitoring hasil laboratorium BGA secara berkala
2.2
Diagnosa
keperawatan
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan kontraktilitas myokard / perubahan inotropik
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai O2 / kebutuhan umum,
tirah
baring
lama
/
immobilisasi
3. Resiko tinggi kerusakan pertukaran yang berhubungan dengan perubahan membran alvelus contoh :
pengumpulan
/
perpindahan
cairan
ke
dalam
area
intestisial
/
alveoli
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungn dengan tirah baring lama, penurunan
perfosi
jantung
5.
Ansietas
yang
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakitnya
Rencana
tindakan
1.
Penurunan
curah
jantung
Kemungkinan di buktikan oleh Distritmia, perubahan mental, makin buruknya gagal jantung peningkatan kadar
digitalis
serum
Hasil
yang
diharapkan
:
- Mendemontrasikan frekuensi jantung dan irama dalam rentang yang diharapkan pasien dengan tidak adanya
/
terkontrolnya
distritmia
Mempertahankan
mental
biasanya
Intervensi
1.
Kaji
tanda-tanda
vital
(TD)
R / : distritmia dapat menurunkan TD dan meningkatkan hiposia jaringan yang dapat memperbungkuk toksisitas
digitas
2.
Mencatat
frekuensi
/
irama
adanya
bunyi
jantung
ekstra
R / : frekuensi jantung cepat tidak teratur atau terlalu lambat dapat menunjukkan toksisitas digitalis
3.
Observasi adanya edema, perubahan sensorik dan perilaku contoh : gelisah, bingung delesium
R / : gangguan psikis di sebabkan oleh penurunan atau curah jantung ketidak seimbangan elitrolit
4.
R
5.
R

Berikan
:
dapat

/
/

2.
Kurang
Kemungkinan

O2
dengan
kanula
nasal
memenuhi kebutuhan O2 pada
Kolaborasi
dalam
dapat
menurunkan
resiko
pengetahuan

tentang
dibuktikan

atau
masker
sesuai
dengan
indikasi
jaringan dan mencegah terjadinya hipoksia
pemberian
obat-obatan
tinggi
terjadinya
komplikasi
penyakit
penyebab

kondisi
oleh

pengobatan
:

Pertanyaan, salah satu persepsi, gagal memperbaiki prtogram sebelumnya. Terjadi komplikasi yang dapat di
cegah
Hasil
yang
diharapkan
:
1.
pasien
akan
menyatakan
pemahaman
tentang
kondisi
dan
program
pengobatan
2. pasien akan menyatakan tindakan yang akan diperlukan dan kemungkinan efek samping merugikan dari
obat
3.
pasien akan melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakannya
Intervensi
1.
kaji tingkat pasien / orang terdekat dan kemampuan / keinginan untuk belajar
2.
berikan
informasi
dalam
bentuk
belajar
yang
bervariasi
3.
berikan penguatan penjelasan faktor resiko, pemberantasan diet / aktivitas dan obat
4.
berikan
pedoman
untuk
meningkatkan
aktivitas
secara
bertahap
5.
berikan
tekanan
pentingnya
menghubungi
dokter
bila
nyeri
dada
DAFTAR

PUSTAKA

Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Harijono Achmad, Dr. DSPD, 1994. Penyakit Dalam Praktis Malang. Penerbit lab / IMF Ilmu Penyakit dalam, FK
Unibraw.
Linda Juall Carpenito, 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen