Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
NUR ALISA
NIM. 143.0062
GLOMERULONEFRITIS AKUT
1.
Definisi
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak
Anatomi Fisiologi
Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine
dan mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system utama
untuk mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal)
a.
b. Fungsi Ginjal
1) Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mengekresi urea, asam urat,
kreatinin, dan produk penguratan hemoglobin dan hormone
b. Ginjal kanan terletak agak bawah dibandingkan ginjal kiri karena ada
hati pada sisi kanan
3. Jaringan Ikat pembungkus. Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan
ikat.
a. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan
ginjal pada struktur disekitarnya dan mempertahankan posisi organ
b. Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkkus fasia
ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada
posisisnya
c. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membrane halus transparan yang
langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas
2.
Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus.
Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter
vena dan arteri renalis, saraf dan lmfatik
3.
4.
b.
Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari
satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan dan jaringan
korteks yang melapisinya.
a.
(1)
(2)
(3)
b.
(1)
(2)
2.
3.
4.
Glomerulus
Glomerulus terdiri atas suatu anyaman kapiler yang sangat khusus dan
diliputi oleh simpai Bowman. Glomerulus yang terdapat dekat pada perbatasan
korteks dan medula (juxtame-dullary) lebih besar dari yang terletak perifer.
Percabangan kapiler berasal dari arteriola afferens, membentuk lobul-lobul, yang
dalam keadaan normal tidak nyata , dan kemudian berpadu lagi menjadi arteriola
efferens. Tempat masuk dan keluarnya kedua arteriola itu disebut kutub vaskuler.
Di seberangnya terdapat kutub tubuler, yaitu permulaan tubulus
contortus proximalis. Gelung glomerulus yang terdiri atas anyaman kapiler
tersebut, ditunjang oleh jaringan yang disebut mesangium, yang terdi ri atas
matriks dan sel mesangial. Kapiler-kapiler dalam keadaan normal tampak paten
dan lebar. Di sebelah dalam daripada kapiler terdapat sel endotel, yang
mempunyai sitoplasma yang berfenestrasi. Di sebelah luar kapiler terdapat sel
epitel viseral, yang terletak di atas membran basalis dengan tonjolan-tonjolan
sitoplasma, yang disebut sebagai pedunculae atau foot processes. Maka itu sel
epitel viseral juga dikenal sebagai podosit. Antara sel endotel dan podosit terdapat
membrana basalis glomeruler (GBM = glomerular basement membrane).
Membrana basalis ini tidak mengelilingi seluruh lumen kapiler. Dengan
mikroskop elektron ternyata bahwa membrana basalis ini terdiri atas tiga lapisan,
yaitu dari arah dalam ke luar ialah lamina rara interna, lamina densa dan lamina
rara externa. Simpai Bowman di sebelah dalam berlapiskan sel epitel parietal
yang gepeng, yang terletak pada membrana basalis simpai Bowman.
Membrana basalis ini berlanjut dengan membrana basalis glomeruler
pada kutub vaskuler, dan dengan membrana basalis tubuler pada kutub tubuler .
Dalam keadaan patologik, sel epitel parietal kadang-kadang berproliferasi
membentuk bulan sabit (crescent). Bulan sabit bisa segmental atau
sirkumferensial, dan bisa seluler, fibroseluler atau fibrosa.
Dengan mengalirnya darah ke dalam kapiler glomerulus, plasma
disaring melalui dinding kapiler glomerulus. Hasil ultrafiltrasi tersebut yang bebas
sel, mengandung semua substansi plasma seperti ektrolit, glukosa, fosfat, ureum,
kreatinin, peptida, protein-protein dengan berat molekul rendah kecuali protein
yang berat molekulnya lebih dari 68.000 (seperto albumin dan globulin). Filtrat
dukumpulkan dalam ruang bowman dan masuk ke dalam tubulus sebelum
meningalkan ginjal berupa urin. Laju filtrasi glomerulus (LFG) atau gromelural
filtration rate (GFR) merupakan penjumlahan seluruh laju filtrasi nefron yang
masih berfungsi yang juga disebut single nefron glomerular filtration rate (SN
GFR).besarnya SN GFR ditentuka oleh faktor dinding kapiler glomerulus dan
gaya Starling dalam kapiler tersebut. Filtrasi glomerulus merupakan langkah
pertama pembentukan urin. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah
besar cairan melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman. Laju filtrasi
glomerulus ( GFR = glomerular filtration rate ) ditentukan oleh (1) keseimbangan
antara daya osmotik koloid dan hidrostatik yang bekerja pada membran kapiler
dan (2) koefisien filtrasi kapiler ( Kf ), hasil permeabilitas dan filtrasi daerah
permukaan kapiler. Pada orang dewasa normal, GFRnya sekitar 125 ml/menit,
atau 180 liter/hari. Kapiler glomerulus relatif impermeabel
terhadap protein,
sehingga cairan hasil filtrasi ( disebut filtrat glomerulus ) pada dasarnya bebas
protein dan tidak mengandung elemen selular termasuk sel darah. Selain itu
konsentrasi isi filtrat glomerulus lainya, yang termasuk sebagian besar garam dan
molekul organik, yang serupa dengan konsentrasi dalam plasma.
Membran kapiler glomerulus mempunyai tiga lapisan utama, yaitu : (1)
Endotelium Kapiler, yang mempunyai ribuan lubang kecil yang disebut fenestra,
yang kaya akan muatan negatif tertentu yang menghambat aliran protein plasma.
(2) Membran Dasar, yang mengelilingi endotel terdiri atas jalinan serabut kolagen
dan proteoglikan yang memiliki suatu ruangan besar yang dapat menyaring
sejumlah besar air dan zat terlarut yang kecil. (3) Lapisan Sel Epitelial ( podosit )
yang mengelilingi permukaan luar membran dasar kapiler. Lapisan-lapisan
tersebut bersama-sama membentuk sawar filtrasi, yang walaupun terdiri dari tiga
lapisan dapat menyaring air dan zat terlarut beberapa ratus kali lebih banyak
daripada membran kapiler yang biasa. Membran kapiler glomerulus normalnya
mencegah filtrasi protein plasma, bahkan pada laju filtrasi yang tinggi.
3.
Patofisiologi
a. Suatu reaksi pada radang glomerulus dengan sebukan leukosit dan
proliferasi sel, serta oksidasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam
ruangan blowman.
b. Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon
ilmunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan anti bodi dengan
mikroorganisme, yaitu streptococcus.
c. Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang
menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding
kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang
mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insufisiensi renal dan
permeabilitas kapiler, sehingga molekul yang besar seperti protein
diekspresikan dalam urin (proteinuria).
WOC
Infeksi/ Penyakit
(Streptococurs hemoliticus grup A)
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Hypovolemia
Vasokontriksi
Hypoalbuminemia
Tekanan onkotik
plasma
Aktif renin
angiotensin
Hipertensi
Meningkatkan sekret
ADH dan Aldosteron
Anemia
Kelelahan
(Fatique)
Intoleran
aktifitas
Odem
Kerusakan
integritas kulit
Kesimbangan
cairan
4.
Etiologi
Faktor penyebab yang mendasari sindrom ini secara luas dapat dibagi
5.
Manifestasi Klinis
a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
b. Proteinuria (protein dalam urine)
c. Oliguria (keluaran urine berkurang)
d. Nyeri panggul
e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian
menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang
mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan
baik).
f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi
sekali pada hari pertama.
g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama
dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika
terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama
beberapa minggu dan menjadi permanen jika keadaan penyakitnya
menjadi kronik.
h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan,
dan diare.
i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan
kesadaran menurun.
j.
6.
Komplikasi
a.
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia.
Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun
bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
b.
c.
d.
7.
Medis
1) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih, dapat
dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10
hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin
30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
2) Pengobatan
terhadap
hipertensi.
Pemberian
cairan
dikurangi,
Keperawatan
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah
selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk
menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa
mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya
penyakit tidak berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
2) Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan
rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita
dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.
3) Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan
glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan
disesuaikan dengan kebutuhan.
4) Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan
oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Pengkajian Anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan nyeri
pada pinggang atau kostovertebra, miksi berdarah, wajah atau kaki
bengkak, pusing, atau keluhan badan cepat lelah.
b.
Riwayat penyakit
Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau penyakit yang lalu,
berhubungan dengan penyakit sekarang. Contoh: ISPA
Riwayat
kesehatan
sekarang,
meliputi;
keluhan/gangguan
yang
sampai anuria,
d.
e.
Pemeriksaan penunjang
1) LED tinggi dan Hb rendah
2) Kimia darah:
dibentuk oleh
globulin-gama,
f.
Diagnosa
1) Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kekurangan dan/ atau
disfungsi ginjal.
2) Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retansi natrium dan
air serta disfungsi ginjal.
3) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan depresi sistem imun.
4) Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, perawatan di rumah.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual/muntah.
6) Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih atau iritasi pada kandung kemih.
7) Kelelahan /fatique berhubungan dengan anemia.
8) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan odema.
g.
Intervensi
1) Dx. Kep I
-
Kriteria hasil :
Taat pada rencana aktivitas.
Tekanan darah dalam batas normal tanpa dispneu dan kelemahan serta
keluar protein secara berlebihan dengan peningkatan aktivitas.
Intervensi
a.
c.
d.
e.
f.
2) Dx. Kep II
-
Tujuan
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode - metode pencegahan
edema.
Memperlihatkan penurunan edema perifer dan sakral.
Kriteria hasil
Tidak tampak tanda atau gejala kelebihan cairan ditandai dengan berat
badan stabil, status mental biasa, bunyi nafas normal, tidak ada edema, dan
hipertensi.
Intervensi
a. Awasi denyut jantung.
Tujuan
Memperlihatkan teknik cuci tangan yang sangat cermat pada waktu
pulang.
Tidak mengalami tanda/ gejala infeksi.
Kriteria hasil
Suhu dan hasil laborat dalam batas normal
Bunyi nafas bersih
Urine berwarna kuning jernih
Kulit kering dan utuh
Intervensi
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf.
R/ : Menurunkan resiko kontaminasi silang.
b. Berikan perawatan kateter rutin.
R/ : Menurunkan kontaminasi dan resiko ASK asenden.
c. Awasi tanda vital
4)
Dx. Kep. IV
Tujuan
1.
2.
Kriteria hasil
Pasien dan/ atau orang terdekat mengungkapkan proses dan progresifitas
penyakit, perawatan di rumah, instruksi evaluasi.
a.
Intervensi
Kaji ulang proses penyakit, prognosis dan faktor pencetus.
R/ : Memberikan dasar pengetahuan dimana orang tua dapat membuat
pilihan informasi.
b. Jelaskan tingkat fungsi ginjal.
R/ : Pasien dapat mengalami defek sisa pada fungsi ginjal yang mungkin
sementara.
c.
5) Dx. Kep. V
-
Tujuan
1.
2.
Kriteria hasil
1.
2.
Kadar albumin protein total Hb, Hb serum, dan zat besi dalambatas
normal.
Intervensi
a.
b.
c.
d.
Dorong makan sedikit dan sering dengan makan tinggi kalori dan
karbohidrat.
R/ : Memaksimalkan pemasukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak
perlu/ kebutuhan energi dan menurunkann iritasi gaster.
f.
6) Dx. Kep. VI
-
Tujuan
Perubahan pola eiminasi dapat teratasi
Kriteria hasil
1.
2.
Intervensi
a.
c.
Tujuan
1.
2.
Kriteria hasil
1.
2.
3.
Intervensi
a.
b.
Tujuan
1.
2.
Kriteria hasil
1.
2.
Intervensi
Kaji odema dan tinggikan ekstermitas jika penting odema ada.
a.
d.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Yuliani Rita .(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi I. Jakarta
: Fajar Inter Pratama
Ngastiyah .(1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
L. Beta Gelly, A. Sowden Linda .(2002).Buku Keperawatan Pediati. Edisi 3,
Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk .(2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2. Jakarta:
EGC
Muttaqin Arif, Sari Kumala.(2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Patricia, Potter and Anne perry. 2005. Fundamental keperawatan: Konsep,
proses, dan praktik keperawatan edisi 4 vol.5. Jakarta: EGC
Barbara,C Long. 2001. Keperawatan medical bedah edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC
Dialisis adalah : Difusi partikel larut dari suatu kompartmen darah melewati
membran
semipermiabel.
Pada
hemodialisa
darah
adalah
salah
satu
melalui membran
semipermiabel.
Proses difusi : Berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam
darah, makin banyak ayang berpindah ke dialisit.
Proses Ultrafiltrasi : Berpindahnya zat dan air karena perbedaan hidrostatik
di dalam darah dan dialisat.
Proses Osmosis : Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu perbedaan
osmolalitas dan dialisat. Luas permukaan membran dan daya saring membran
mempengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah.
Mesin Hemodialisa
-
Listrik
Sirkulat Dialisat
Pencampuran Dialisat : Yaitu dialisat pekat (concetrate) dan air yang sudah di
olah dengan perbandingan 1 : 34.
Batch system : Dialisis sudah di campur lebih dahulu sebelum HD dimulai.
Propotionong system : - Asetat
- Bikarbonat
Yaitu dialysat yang pekat dan air yang sudah di olah, di campur secara
otomatis konstan selama HD oleh pompa proportioning
dengan
Komposisi dialisat
- Natrium
- Kalium
= 0 4,0 meg / 1
- Calsium
- Magnesium
- Khlorida
= 98 112 meg / 1
= 33 25 meg / 1.
- Dextrose
= 2500 mg / 1
Sirkulasi
1.
Paralel Plate
Coil.
Sediaan dialiser : - Pemakaian baru atau pertaa
- Basah
- Kering
2.
Priming
Pengisian pertama sirkulasi Ekstrakorporeal
Tujuan :
1.
Mengisi = Filing
2.
Membilas = Rinsing
3.
Perlengkapan :
1.
2.
AVBL
3.
Set Infus
4.
5.
Spuit 1 cc
6.
7.
Klem
8.
9.
Kapas Alkohol
Prosedur :
1.
2.
3.
4.
PROSEDUR
a.
b.
c.
Pasang ABL, tempatkan segmen pumb pada pompa darah (blood pump)
dengan baik.
e.
Pasang VBL dan bubble trap (perangkap udara) dengan posisi tegak
(vertical).
f.
g.
h.
i.
Cairan
ini
gunasny
untuk
membilas
dan
mengisi
sirkulasi
ekstrakorporeal.
j.
k.
Hubungkan NaCL melalui set infus ke ABL, yakinkan bahwa set infus
bebas dari udara dengan cara mengisinya terlebih dahulu.
l.
m.
n.
o.
dengan menggunakan klem pada VBL (tekanan tidak boleh lebih dari
200 mmHg).
p.
Teruskan priming sampai NaCL habis 1 liter dan sirkulasi bebas dari
udara yang sudah kolf yang baru (500 cc).
q.
Ganti kolf NaCL yang sudah kosong dengan kolf yang baru (500cc).
r.
s.
t.
u.
Temperatur dialisat
Konduktifitas
Aliran (flow)
Monitor tekanan
MEMULAI HD
1.
Persiapan pasien
- Timbang berat bada pasien (bila memungkinkan)
- Tidur terlentang dan berikan posisi yang nyaman
- Ukur tekanan darah atau, nadi, suhu, pernafasan
- Observasi kesadaran dan keluhan pasien dan berikan perawatan mental
- Terangkan secara gratis besar prosedur yang akan di lakukan.
2.
Perlengkapan
1.
Jarum punksi :
- jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1 1 inch.
- Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16,15,14) 1 1 inchi.
2.
3.
Heparin injeksi
4.
5.
6.
Kassa
7.
8.
9.
Klem desimfektam
Persiapan
1.
2.
3.
Atur posisi
4.
5.
PROSEDUR
2.
3.
4.
Punksi outlet (vena), yaitu jalan masuknya darah ke dalam tubuh K/P
lakukan anesteshi local
5.
6.
Bolus heparin injeksi yang sudah diencerkan dengan NaCL (dosis awal)
7.
Shunt (Scribner)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Punksi femoral
1.
2.
3.
Punksi outlet (vena) yaitu jalan masuknya darah ke dalam tubuh, k/p
lakukan anesteshi local.
4.
5.
(dosis
awal).
6.
7.
Punksi inlet (vena femoralis), yaitu tempat jalan kelurnya darah dari
tubuh, dengan cara lakukan anesteshi infiltrasi sambil mencari vena
femoralis
8.
9.
Fiksasi.
Buka klem AVBL, canula arteri, klem slang infus ditutup, klem
canula vena tetap tertutup.
Programkan HD
Rapikan peralatan
A. Pengertian
Menilai tekanan darah yang merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi
B. Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah
C. Prosedur
1)
Persiapan pasien
2)
Persiapan alat
a)
b) Stetoskop
c)
Prosedur pelaksanaan
a) Jelaskan prosedur kepada pasien
b) Cuci tangan
c) Gunakan sarung tangan
d) Atur posisi pasien
e) Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
f)