Sie sind auf Seite 1von 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Sebuah pendekatan yang baru-baru ini populer dengan Ecological Footprint menjadi alat
ukur yang mengkaji tingkat konsumsi manusia dan dampaknya terhadap lingkungan.
Konsep "jejak kaki ekologis" (Ecological Footprint) diperkenalkan pada tahun 1990-an oleh
William Rees dan Mathis Wackernagel (Wackernagel and Rees, 1996).
Ecological Footprint mengukur permintaan penduduk atas alam dalam satuan metric
yaitu area global biokapasitas. Dengan membandingkan Ecological Footprint dengan
ketersediaan kapasitas biologis bumi, analisis Ecological Footprint menyarankan apakah
pemanfaatan lahan pertanian, hutan, peternakan, lahan energy itu dapat dilanjutkan.
Pada 2001 kapasitas lahan kehidupan (biocapacity) bumi hanyalah 11.3 miliar global
hektare, yang hanya merupakan seperempat permukaan bumi atau hanya memberi jatah
paling tinggi 1,8 gha per orang. Adapun WWF (2005) pernah menghitung bahwa rata-rata
per kapita jejak ekologi per orang di bumi adalah 2,2 gha, artinya selama ini, secara ratarata penduduk bumi mengalami defisit 0,4 gha.
1.2.

Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan Tapak Ekologi?


b. Bagaimana cara menghitungnya?
c. Berapa Tapak Ekologi di Indonesia? Bagaimana perbandingannya dengan negara
lain?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tapak Ekologi
Tapak ekologi adalah sejumlah area yang terdiri dari lahan dan air yang produktif secara
biologi yang dibutuhkan oleh individu, populasi atau aktivitas tertentu untuk memproduksi
bahan konsumsi dan untuk mengolah limbahnya dengan teknologi dan management. Tapak
ekologi sering dinyatakan dalam satuan global hektar (gha) karena yang menjadi ruang
lingkup dalam tapak ekologi individu mencakup lahan atau laut dari seluruh dunia.
2.2 Cara menghitung Tapak Ekologi
2.2.1 Asumsi

Sebelum menghitung tapak ekologi, dibutuhkan asumsi. Asumsi yang umum digunakan
adalah :
1.

Semua sumber daya yang dikonsumsi dan limbah (termasuk emisi) yang dihasilkan
dapat ditelusuri asal muasalnya (tracked).

2. Sebagian besar aliran sumber daya dan buangan dapat diukur dengan
menggunakan luasan bioproduktif untuk menjaga pasokan sumber daya dan
absorpsi buangan.
3. Luasan bioproduktif yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal,
yaitu hektar global (gha). Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan
bioproduktif yang sama dan semua dapat dijumlahkan.
4.

Permintaan terhadap sumber daya alam disebut telapak ekologis (ecological


footprint/demand), dan dapat dibandingkan dengan biokapasitas (biocapacity/
supply ) dengan satuan hektar global (gha).Luasan permintaan (area demanded)
bisa lebih besar dari luasan pasokan (area supplied), jika permintaan suatu
ekosistem melebihi kemampuan ekosistemnya untuk menyediakannya. ( sumber :
Calculation Methodology for the National Footprint Accounts, 2010 10th Edition
Brad Ewing)

2.2.2 Metoda
Metoda yang digunakan untuk menghitung tapak ekologi adalah metoda yang
dikembangkan olehGlobal Footprint Networt (GFN-USA). Dalam menghitung tapak ekoologi
ada 2 faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor ekuivalensi dan faktor panen.

Faktor Ekuivalensi

Faktor ini merupakan faktor yang digunakan untuk mengkombinasikan tapak ekologi
dari lahan yang berbeda-beda. Agar ini dapat dikombinasikan maka dibutuhkan koefisien
untuk menyamakannya. Dengan kata lain, ini dipakai untuk mengkonversi satuan lokal lahan
tertentu menjadi satuan yang universal, yaitu hektar global (gha). Faktor penyama telah
ditentukan olehGlobal Footprint Network (GFN) untuk 6 (enam) kategori lahan, yaitu: lahan
pertanian (2,64), lahan perikanan (0,40), lahan peternakan (0,50), lahan kehutanan (1,33),
lahan terbangun (2,64) dan lahan penyerapan karbon/lahan yang diperlukan untuk
mengabsorsi CO2 yang bersumber dari bahan bakar fosil (1,33).

Faktor Panen

Faktor panen menggambarkan perbandingan antara luasan lahan bioproduktif di suatu


wilayah dengan luasan lahan bioproduktif yang sama di wilayah yang lain untuk tiap
komoditas yang sama. Faktor ini juga menggambarkan kemampuan suatu populasi untuk

menyertakan penguasaan teknologi dan manajemen dalam pengelolaan lahan. Setiap


wilayah memiliki faktor panen masingmasing dan dihitung per tahun.
2.2.3 Cara Menghitung
Telapak ekologis menggambarkan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan oleh
manusia dari alam yang dicerminkan dalam konsumsi bersih (net consumption) dari
produkproduk yang dikategorikan seperti produk pertanian, produk peternakan, produk
kehutanan, produk perikanan, keperluan ruang dan lahan, serta konsumsi energi. Konsumsi
bersih merupakan konsumsi aktual yang dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan
(eksporimpor).Perhitungan konsumsi aktual akan menambahkan barang yang diimpor dan
mengurangi barang yang diekspor yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
Konsumsi Bersih/Total (ton) = Produksi Lokal (ton) + Impor (ton) Ekspor (ton)
Telapak Ekologis(TE/EF) untuk semua kategori lahan dihitung dengan menggunakan
persamaan:
EF = ( P x YF x EQF ) / YN
Keterangan :
EF
P
YN
YF
EQF

= ecological footprint/telapak ekologis (TE);


= jumlah produk dipanen atau limbah yang dihasilkan;
= produktivitas nasional ratarata untuk P;
= yield factor (faktor panen);
= equivalence factor (faktor ekivalensi untuk kategori lahan dimaksud).

2.3 Tapak Ekologi di Suatu Negara


2.3.1 Tapak Ekologi di Negara Indonesia
Menurut data yang diperoleh, nilai tapak ekologi Indonesia adalah 1,21 gha/ orang
dan biokapasitasnya 1,35 gha/orang. Arti dari nila ini adalah rata-rata setiap individu yang
ada di Indonesia membutuhkan lahan produktif seluas 1,21 hektar yang didalamnya juga
terdapat air yang dapat digunakan manusia untuk memproduksi sesuatu yang berguna
untuk kebutuhan hidupnya serta unruk mengolah limbahnya sendiri. Nilai ini didapat dengan
pendekatan dan rumus yang sudah dijelaskan diatas. Hal ini juga telah mempertingkan polapola tingkah laku manusia yang ada di Indonesia baik di bidang makanan, tempat tinggal,
emisi karbon, energi yang dipakai dan yang diperbaharui, tingkah laku manusia terhadap air,
pola tingkah laku terhadap barang-barang yang ada di lingkungannya, dll.

2.3.2 Perbandingan Tapak Ekologi di Indonesia dengan negara lain


Amerika memiliki nilai tapak ekologi semesar 9.7 gha/orang , eropa sebesar 4.7
gha/orang, china 1.6 gha/orang, India 0.8 gha/orang , dan Jepang 4.8 gha/orang Normalnya,
nilai tapak ekologi maksimal yang masih diizinkan agar bumi bekerja secara normal adalah
1 gha/ orang. Dengan nilai 1 gha/orang maka dibutuhkan 1 bumi untuk melakukan produksi
dan memanfaatkan hasilnya tanpa menghabiskan modal alam. Berdasarkan data diatas,
India termasuk Negara yang nilai tapak ekologinya bagus.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Miller dalam bukunya, bahwa perubahan budaya
yang semakn canggih dapat memperbesar nilai tapak ekologi. Hal ini sesuai dengan data
yang ada jika dibandingkan dengan kebudayaan yang ada di Negara-negara tersebut.
Jika dibandingka dengan Negara maju lainnya, nilai tapak ekologi Indonesia masih
relatif kecil tetapi sudah melebihi nilai maksimal untuk keoptimalan fungsi kerja bumi.
Berdaasarkan kalkulator tapak ekologi , dapat dikatakan bahwa nilai tapak ekologi akan
semakin tinggi jika teknologi di suatu Negara tinggi pula, karena ini akan merubah kebiasaan
masyarakatnya sehingga masyarakatnya membutuhkan lahan yang sangat luas untuk
kehidupannya serta untuk mengolah limbahnya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Miller Jr., G.T&S.E. Spoolman. Living in the Environment. 17th Ed. Brooks/Cole :
Belmont, CA, USA. 2012.

http://www.footprintnetwork.org/en/index.php/GFN/page/glossary/#Ecologicalfootprint

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_ecological_footprint

http://penataanruang.net

ECOLOGICAL FOOTPRINT (TAPAK EKOLOGI) DAN CARA MENGHITUNGNYA


MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas I Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan

Oleh :
Nama : Suciyati Nurul Intan
NIM

: 10512063

SEKOLAH ILMU TEKNOLOGI HAYATI


INSTITUT TEKNOLOGI BNDUNG
BANDUNG

Das könnte Ihnen auch gefallen