Sie sind auf Seite 1von 18

ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa
kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan
timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Mata adalah
organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke
korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan
citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan
hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat
menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu
sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan
berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian
konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.
Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber
lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa
mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika
berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang
baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri
dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita
atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus
memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.
Conjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri,
jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang
debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi.. Boleh dikata
masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.

Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum yaitu untuk
mengetahui tentang Konsep Dasar Medis dan Konsep Dasar Keperawatan tentang
Konjungtivitis.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui proses
perjalanan penyakit dari pembuatan makalah seperti konsep teori sampai dengan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien penderita konjungtivitis.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
A. Anatomi Dan Fisiologi
Organ eksternal oculi atau yang sering disebut dengan organ pada mata terdiri dari:
1. Palpebrae
2. Conjungtiva
3. Apparatus lacrimalis
4. Musculi eksternal bulbi
Dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang konjungtivitis, dan arti
konjungtivitis itu sendiri merupakan mukosa tipis, transparan, yang melapisi bulbi hingga
permukaan balakang palpebra.
Jenis dari conjungtiva adalah :
1. conjungtiva palpebralis
2. conjungtiva bulbi
3. conjungtiva fornix.

( Sumber: Handout dari dr. Teddy Nugroho Mata Ajar Sistem Persepsi Sensori ).
B. Definisi

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti


bakteri, alergi, viral, dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3,
jilid 1 tahun 2001 ).
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon
alergi. (Corwin, 2001). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak
merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001,
Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC, Jakarta )
Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva (
lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Boleh dikata masyarakat kita
sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang

disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya)
ditularkan melalui kontak dan udara. ( Sumber: www.komunitas dudungnet.com )
C. Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
- Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral.
- Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam faringokonjungtiva,
keratokonjungtivitis herpetic.
- Konjungtivitis akut jamur
- Konjungtivitis akut alergik
- Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.
Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi kurang vitamin A, iritatif
(bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga merupakan etiologi dari konjungtivitis. (
Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta.)
D. Klasifikasi

1). Konjungtivitis Bakteri


Terutama

disebabkan

oleh

Staphylococcus

aureus,

Streptococcus

pneumoniae,

Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular,


menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang
terkontaminasi.
2). Konjungtivitis bakteri hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat
dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
3). Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering
adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan

mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga


konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
4). Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk,
protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan
antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata
rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis
alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast
dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)
5). Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore ). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
( Sumber: www.dhetective.com ).

E. Patofisiologi

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor


lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya
agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma
konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel sel
radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian
bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang
menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan

dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau
gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau
badan silier berarti kornea terkena. ( Sumber: http//dhetective-dhetective.blogspot ).

F. Konj. Akut Alergi

Konj. Akut jamur

Konj. Akut Viral

Konj.Akut Bakterial
Patways

G. Manifestasi Klinik

1) Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada
awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan
berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup
terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini.
Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea
2) Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala
lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata
bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi
dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit
untuk terapi topikal dan sistemik.

3) Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda
asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan
dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan
infeksi saluran napas atas.
4) Konjungtivitis Alergi
a.

Mata Gatal

b.

Panas

c.

Mata berair

d.

Mata merah

e.

Kelopak mata bengkak

5) Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).
Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut:
a.

ditularakn dari ibu yang menderita penyakit GO

b. merupakakan penyebab utama oftalmia neonatorum


c.

memberikan sekret purulen padat sekret yang kental

d. perdarahan subkonjungtiva. ( Sumber: http//dhetective.blogspot ).


H. Komplikasi

Komplikasi yang sering timbul biasanya adalah:


Ulkus kornea dan menurut beberapa ahli komplikasi ini lebih cepat timbul pada orang
dewasa dari pada bayi (pada bayi komplikasi ulkus kornea timbul sesudah minggu pertama)
ulkus kornea dapat mengalami perforasi dengan berakibat timbulnya endoftalmitis yang berakhir
dengan kebutaan.
Oleh karena itu setiap penderita konjungtuvitis gonoreika perlu sekali untuk diperiksa
keadaan korneanya. Berhubung bahaya timbulnya komplikasi yang dapat menimbulkan
kebutaan, maka setiap penderita konjungtivitis gonoreika harus dirawat dalam kamar isolasi.
Kesulitannya ialah penderita anak dan dewasa yang sulit diisolasi, sehingga berbahaya
untuk penularan sekitanya. Pengobatan dilakukan dengan memberikan salep mata penisilin tiap
jam sesudah terlebih dahulu setiap kali mata dibersihkan dari pada sekret, selain itu juga

diberikan penisilin intramuskulus. Bila kuman telah resisten terhadap penisilin, dapat dipakai
antibiotika lain seperti kloramfenikol atau tertasiklin.
( Sumber: http//dhetective-dhetective.blogspot )

BAB III
MANAJEMEN KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
A. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada penyakit konjungtivitis adalah:
- Pemeriksaan sitologi melalui pewarnaan gram atau giemsa.
- Pemeriksaan darah (sel-sel eosinofil) dan kadar IgE.
( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta ).
B. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa
akan didapatkan sel-sel eosinofil. ( Sumber: www.KhaidirMuhajBlogsite.com )

C. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan keperawatan pada konjungtivitis meliputi:
- Kojungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering
sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa pengobatan. Karena sangat menular diantara
anggota keluarga lain dan teman sekolah, maka diperlukan tehnik mencuci tangan yang baik dan
pemisahan handuk bagi orang yang terjangkit. Anggota keluarga jangan bertukar bantal atau
seprei.
- Kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas.

- Konjungtivitis akibat virus biasanya diobati dengan kompres hangat. Untuk mencegah
penularan, diperlukan tehnik mencuci tangan yang benar
- Konjungivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin, dan pemberian tetes
mata yang mengandung anti histamin atau steroid untuk mengurangi gatal dan peradangan.
( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta )
D. Manajemen Diet

Penyakit Mata:
a. Infeksi
- Konjungtivitis bakteri/virus, keratitis, ulkus kornea, endoftalmitis, neuritis, retinitis
b. Non Infeksi
- Konjungtivitis alergi, glaukoma akut/kronik, katarak, diabetic retinopathy, macular
degeneration (kelainan retina), trauma mata (asam/basa/benda asing), krelainan refraksi, tumor
mata, buta senja, xeroftalmia, bitot spot, kebutaan total
- Penyebab lain : paparan zat asing/polusi, radiasi sinar UV, radiasi sinar komputer, usia > 65
tahun
Tujuan Diet:
-

Mencegah terjadinya penyakit mata akibat infeksi, komplikasi & defisiensi zat gizi

(Circulus vitiosus)
-

Mencegah kerusakan mata berlanjut

Memperbaiki kerusakan sel syaraf mata


Syarat Diet:

Konsumsi energi & zat gizi seimbang

Protein cukup (10 15 % energi total)

Protein & Zink (Zn) berfungsi mempengaruhi absorpsi, transport & penimbunan vitamin A ke
hati & mobilisasi vitamin A dari hati.

Media perambatan impuls syaraf mata (rhodopsin)

Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan 12004000 IU/hari (1 IU = 0,3 g retinol):

Berfungsi untuk "body regulators" & berhubungan erat dengan proses-proses

metabolisme untuk fungsi penglihatan (pigmen rhodopsin = retinal & protein opsin)

Antioksidan, pertumbuhan sel epitel, stimulasi pembentukan sel NK, sel T, limfosit,

meningkatkan indra kepekaan pencium & perasa


-

Suplementasi vitamin A per oral 200.000 I.U dalam bentuk oil emulsion 2 kali setahun pada
Balita

Mengendalikan glukosa darah untuk penderita DM (diet DM)


Mengendalikan tekanan darah untuk penderita hipertensi (rendah garam, rendah lemak
jenuh/kolesterol)

Sumber antioksidan lain : vitamin C, vitamin E dan karotenoid

Senyawa karotenoid (lutein, zeaxhantin, astaxhantin) mampu melindungi mata dari kerusakan
oksidatif (radikal bebas) dan radiasi sinar UV
Contoh : sayuran hijau tua dan buah warna merah/kuning
( Sumber: Handout dari Yulianto, SKM Sistem Persepsi Sensori ).

E. Pengobatan Pada Penyakit Konjungtivitis

Pada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa pengobatan dalam 1014 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3 hari. Pengobatan yang bersifat spesifik
bergantung pada penyebabnya.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat menggunakan antibiotika topikal
(obat tetes atau salep), misalnya Gentamycin 0,3%, Chloramphenicol 0,5%, dll. Adapun
pengobatan pada konjungtivitis yang disebabkan virus, lebih ditujukan untuk mencegah infeksi
yang lebih bersifat sekunder dari pada primer.
Dipedesaan kebanyakan penderita konjungtivitis mengobati sendiri dengan obat tetes
mata yang dijual bebas sebagai langkah awal. Sebagian sembuh dan sebagian akan berobat
ketika dirasa makin berat dan mengganggu penglihatan maupun terasa menjanggal.
Pada konjungtivitis karena alergi, ditandai dengan mata merah, gatal, tanpa kotoran mata
dan berulang di saat-saat tertentu (misalnya oleh paparan debu dan sejenisnya), dapat

menggunakan obat tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%, dan
sejenisnya), kortikosteroid (deksamethason 0,1%, dan sejenisnya) atau kombinasi keduanya. (
sumber: www.komunitasdudungnet.com )

F. Pencegahan Penyakit Dari Konjungtivitis

Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan


langkah-langkah sebagai berikut:

Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan
hindari mengucek-ngucek mata.

Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan,
dll) dengan penderita konjungtivitis.

Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.

Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.

( sumber: www.komunitasdudungnet.com )

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
A. Pengkajian

1). Biodata yang meliputi: Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis
kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung
jawab.
2). Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat itu.
3). RPS ( riwayat penyakit sekarang ) biasanya berisi tentang penyakit yang dialami klien
4). RPK ( riwayat penyakit keluarga ) biasanya diambil dari penyakit yang pernah diderita
oleh keuarga pasien.
5). RPD ( riwayat penyakit dahulu ) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
Sedangkan data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah :
- Aktivitas/Istirahat
Gejala :

Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

- Neurosensori
Gejala :

Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), kehilangan bertahap penglihatan perifer.

- Nyeri/Kenyamanan
Gejala :

Ketidaknyamanan ringan/mata berair.

Nyeri tiba-tiba/berat, menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.

B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang terganggu
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.

C. Rencana Keperawatan
Dx
1.

Tujuan & KH

Intervensi

Rasional

Tujuan : nyeri yang1) - Kaji tingkat nyeri yang dialami - Untuk menentukan pilihan

dirasakan klien
dapat berkurang,

oleh klien.

intervensi yang tepat.

2) - Ajarkan klien metode distraksi


- - Berguna dalam intervensi

dan klien tidak

selama

merasa kesakitan

dalam dan teratur.

KH: Nyeri
berkurang atau

nyeri,

seperti

nafas selanjutnya.

3) - Ciptakan lingkungan tidur yang


--nyaman aman dan tenang

terkontrol

Merupakan

pemenuhan
kepada

suatu

rasa

nyaman

klien

mengurangi

cara

dengan

stressor

yang

4) Kolabo - Kolaborasi dengan tim medis berupa kebisingan.


dalam pemberian analgesik.

Menghilangkan

nyeri,karena memblokir saraf


penghantar nyeri
2.

Tujuan : Setelah

- Kaji ketajaman penglihatan

- untuk mengkaji sejauh

diberikan askep

pasien

mana pasien dapat melihat

keperawatan
diharapkan
gangguan persepsi
sensori berkurang
atau hilang
KH : Pasien dapat
melihat dengan
baik, pasien tidak

- Megawasi dan membimbing


- Anjurkan kepada keluarga
atau orang terdekat klien untuk

selama pengobatan
berlangsung.

tinggal bersama klien


- Anjurkan kepada pasien dan

- untuk mempercepat dalam

keluarga untuk mematuhi

proses penyembuhan

progam terapi yang telah


dilaksanakan.

mengalami
kesusahan waktu
melihat atau
berinteraksi dg
orang lain.
3.

Tujuan: pasien

- Kaji tingkat ansietas /

- Bermanfaat dalam

tidak dalam

kecemasan.

penentuan intervensi.

keadaan cemas
maupun gelisah

- Meningkatkan pemahaman
- Beri penjelasan tentang proses

klien tentang proses

cemas

penyakitnya.

penyakitnya

KH: Klien

- Beri dukungan moril berupa

- Memberikan perasaan

mengatakan

doa untuk klien.

tenang kepada klien.

pemahaman
tentang proses
penyakitnya dan
dalam keadaan
tenang.

D. Implementasi
No. Dx
1.

IMPLEMENTASI

A Mengkaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.


2) - Mengajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan
teratur.
3) - Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

2.

- Mengkaji ketajaman penglihatan pasien


- Menganjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama
klien
- Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang
telah dilaksanakan.

3.

- Mengkaji tingkat ansietas / kecemasan.


- Memberi penjelasan tentang proses penyakitnya.
- Memberi dukungan moril berupa doa untuk klien.

E. Evaluasi

No. Dx
1.

EVALUASI
S: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang
O: Klien menunjukkan perasaan yang rileks dan tidak mengalami kesakitan lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

2.

S: Klien mengatakan tidak bisa melihat seseorang jika dari jarak jauh
O: Klien menunjukkan sikap kebingungan ketika diajak bertatap muka, dan
sering salah jika berhadapan dengan orang lain.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

3.

S: Klien mengatakan cemas dan gelisah ketika ditanya tentang penyakit yang ia
derita.
O: Klien tampak bingung dan wajah pucat, akral dingin dan cemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Das könnte Ihnen auch gefallen