Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pemeriksaan fisik :
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak semakin gelisah, anak
terus memberontak, keempat ekstremitas bergerak aktif simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas
terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik
nafas. Berat badan 12 kg, panjang badan 85 cm, temperature 37.6C di axilla.
Paru : respiratory rate: 48 kali/menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan, retraksi supra sterna dan sela iga (+). Auskultasi: vesikuler, ronkhi (-).
Jantung : tidak ada kelainan HR: 135 kali/menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna
merah muda, hangat, capillary refill time 2 detik.
Hasil pemeriksaan
Anak
terus,
ketika
hendak
dengan
gejala
agitasi
dapat
diperiksa
Keempat
ekstremitas
bergerak
dinding
saluran
pernafasan
(subfebris)
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan faring, dan frekuensi napas yang sedikit
meningkat. Kondisi pasien bervariasi sesuai dengan derajat stres pernapasan yang diderita.
Pemeriksaan langsung area laring pada pasien croup tidak terlalu diperlukan. Akan tetapi,
bila diduga terdapat epiglotitis (serangan akut, gawat napas/respiratory distress, disfagia,
drooling), maka pemeriksaan tersebut sangat diperlukan.
Sistem paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan croup berdasarkan beratnya
adalah Skor Westley.
Skor Westley: Klasifikasi keparahan batuk
Jumlah poin yang ditugaskan untuk fitur ini
Ciri
Retraksi
Dinding
dada
Stridor
Tidak ada
Sianosis
Tidak ada
Tingkat
Normal
kesadaran
Udara
Normal
masuk
Dengan
agitasi
Moderat
Parah
Dengan
agitasi
Diam
Diam
Bingung
Penurunan
Menurun
tajam
Interpretasi:
Skor total 2 menunjukkan batuk ringan. Batuk menggonggong karakteristik dan suara
serak yang mungkin ada, tetapi tidak ada stridor saat istirahat.
Total skor 3-5 diklasifikasikan sebagai croup moderat. Hal ini menyajikan dengan
mendengar stridor mudah, tetapi dengan beberapa tanda-tanda lain.
Hal ini juga menyajikan dengan stridor jelas, tetapi juga fitur ditandai dinding dada
indrawing.
Sebuah nilai total 12 menunjukkan yang akan adanya kegagalan pernapasan . Batuk
menggonggong dan stridor mungkin tidak lagi menonjol pada tahap ini.
T = Tonus
I =
Interactiveness
C = Consolability
L = Look/Gaze
S = Speech/Cry
Pucat
Mottled
Sianosis
Pemeriksaan :
1) Appearance
Tone
Interactivity
Consolability
Look/Gaze
Speech/Cry
2) Breathing
Pergerakan yang dapat dilihat pada abdomen atau dinding dada. Pada bayi dan anakanak, pergerakan terlihat di abdomen.
Upaya bernapas yang meningkat atau menurun
Element
Abnormal airway
sounds
Abnormal
positioning
Retractions
Flaring
Explanation
Altered speech, stridor, wheezing or grunting
Head bobbing, tripoding
Supraclavicular, intercostal or substernal retractions of
the chest wall
Nasal flaring
3) Circulation
Penilaian status sirkulasi dengan melihat warna kulit (sianosis atau normal)
Penilaian
Pallor
Mottling
Cyanosis
Penjelasan
White skin coloration from lack of peripheral blood flow
Patchy skin discoloration, with patches of cyanosis, due to
vascular instability or cold
Bluish discoloration of skin and mucus membranes
Penilaian PAT
General
Impression
Stable
Respiratory
Distress
Appearance
Respiratory
Failure
abnormal
Normal
Normal
Work of
Breathing
Normal
Abnormal
Nasal flaring
Grunting
Stridor
Wheezing
Retractions
abnormal
Circulation to the
skin
Normal
Normal
Normal/ abnormal
Primary Survey
1. Airway
2. Breathing
Berikan oksigenasi murni dan nebulizer berisi steroid untuk proses inflamasi dan
epinefrin adrenelin rasemik untuk mendinginkan mukosa sehingga terjadi
vasokontriksi sehingga mengurangi edem.
3. Circulation
Evaluasi warna kulit, tekanan darah, frekuensi jantung. Capillary refill time, pulse
quality.
4. Disability
GCS
Postur
Pupil
Mekanisme
Patofisiologi pada kasus ini:
Secara anatomi, ada perbedaan struktur trakea pada anak-anak dan dewasa yaitu di
bagian trakea subglotis. Di bagian tersebut mengalami penyempitan. Adanya faktor
infeksi (virus/bakteri) dapat menyebabkan hiperemi, nekrosis epitel, edema (infiltrasi sel
darah putih khususnya histiosit, lymphocytes, plasma cells, dan neutrophils) pada laring
dan trakea, sehingga mengganggu gerakan plica vocalis dan juga menimbulkan reaksi
inflamasi yang ditandai dengan demam serta memicu pengeluaran mukus (hipersekresi
mukus mengakibatkan terjadinya batuk dan pilek).
Adanya spasme dan edema di daerah tersebut akan menimbulkan obstruksi saluran napas
atas sehingga dapat menimbulkan gawat nafas yang akan dikompensasi dengan adanya
peningkatan usaha nafas, retraksi suprasternal dan sela iga, serta nafas cuping hidung.
Adanya obstruksi juga akan meningkatkan kecepatan dan turbulensi aliran udara yang
lewat. Saat aliran udara ini melewati plica vocalis dan arytenoepiglottic folds, akan
menggetarkan struktur tersebut sehingga akan terdengar stridor. Awalnya stridor bernada
rendah (low pitched), keras dan terdengar saat inspirasi tetapi bila obstruksi semakin
berat stridor akan terdengar lebih lemah, bernada tinggi (high pitched) dan terdengar juga
saat ekspirasi. Edema pada plica vocalis akan mengakibatkan suara parau. Kelainan dapat
berlanjut hingga mencapai brokus dan alveoli, sehingga terjadi laringotrakeobronkitis dan
laringotrakeobronkopneumonitis.