Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pengertian
Kardiomiopati adalah penyakit otot yang tidak diketahui sebabnya (Jota, Shanta, 1996).
Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium secara primer dan bukan sebagai akiba hipertensi, kelainan
congenital, katup koroner, arterial dan perikardial. (Affandi Dedi, 1996 dan Winne Joshua, 2000).
Kardiomiopati berdasarkan klinik dibagi atas:
a.
Kardiomiopati dilatasi
Adalah kardiomiopati yang ditandai dengan adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding
otot, pembesaran atrium kiri dan statis darah dalam ventrikel.
b.
Kardiomiopati Restriktif
Merupakan kelainan yang amat jarang dan sebabnya tidak diketahui. Tanda khas kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada
fungsi diastolik, dinding ventrikel sangat kaku dan menghalangi pengisian ventrikel.
c.
Kardiomiopati Hipertrofi
Merupakan penyakit yang ditandai dengan hipertrofi ventrikel kiri yang khas tanpa adanya dilatasi ruang ventrikel dan tanpa
penyebab yang jelas sebelumnya. Karena itu hipertrofi ini, bukan sekunder karena penyakit sistemik atau kardiovaskuler seperti
hipertensi atau stenosis aorta yang memperberat beban ventrikel kiri.
2.
a.
Etiologi
Kardiomiopati Dilatasi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal seperti
pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu
yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik
dengan kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama bila mereka
meneruskan minum alkohol. Kurang dari pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati dilatasi
lain adalah kardiomiopati peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti serta dapat timbul
selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab
kardiomiopati dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada banyak penyakit distrofi muskular yang ditunjukkan dengan
adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S lebih
dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah ekstremitas dan perikardial lateral dan tidak ditemukan
ada bentuk distrofi muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi seperti derivat antrasiklin,
khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan dalam dosis tinggi (lebih dari 550 mg / m2untuk doksorubisin) dapat
menimbulkan gagal jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat menimbulkan gagal jantung kongestif secara akut.
b.
Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis
endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda.
Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak
dan orang dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel
c.
Kardiomiopati hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan
pembuluh darah koroner kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan
kolagen.
3.
Patofisiologi
4.
a.
Gejala Klinis
Kardiomiopati Dilatasi
Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama yang kiri, berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas,
dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea proksimal nokturnal, edema perifer,
paltipasi berlangsung secara perlahan pada sebagian besar pasien.
b.
Kardiomiopati Restrikstif
Pada umumnya penderita mengalami kelemahan, sesak nafas, edema, asites serta hepatomegali disertai nyeri. Tekanan vena
jugularis meningkat dan dapat lebih meningkat dengan inspirasi (tanda kusmaul). Bunyi jantung terdengar jauh dari biasanya
serta ditemukan tanda-tanda gejala penyakit sistemik seperti amiloidosis, hemokromatis.
c.
Kardiomiopati Hipertrofik
Kardiomiopati simptomatik
Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena kekakuan dinding ventrikel kiri yang meningkat dan yang
mengganggu pengisian ventrikel dan mengakibatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri meningkat. Gejala lainnya
meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.
Kardiomiopati Hipertrofik
Asimtomatik
Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan
dapat terjadi selama atau setelah beraktivitas.
5.
a.
Pemeriksaan Klinis
Kardiomiopati Dilatasi / Kongestif
Didapatkan berbagai tingkat pembesaran jantung dan tanda-tanda gagal jantung kongestif. Pada tingkat lanjut, tekanan nadi kecil
dan tekanan vena jugularis meningkat. Biasanya terdengar bunyi S3 dan S4 serta dapat timbul regurgitasi tripuspid atau mitral.
b.
Kardiomiopati Restriktif
Ditemukan adanya pembesaran jantung sedang. Terdengar bunyi jantung S3 atau S4 serta adanya regurgitasi mitral atau
tripuspid.
c.
Kardiomipati Hipertrofik
Ditemukan pembesaran jantung ringan. Pada apeks teraba getaran sistolik bunyi S4 biasanya terdengar. Terdengar bising sistolik
yang mengeras pada tindakan falsafah.
6.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Rontgen
Dilatasi
Restriktif
Pemeriksaan
jantung
sedang-besar
(kar-
diomegali)
Hipertrofi
Ringan.
Ringan
terutama
sampai
sedang
kiri.
ventrikel kiri
Hipertensi vena pul-monal.
EKG
Kelainan ST-T
Voltase rendah.
Kelainan
ST-T,
hiper-trofi
Sinus takikardia
Defek konduksi
Hipertrofi
septal-asimetrik
Penebalan
ventrikel
ventrikel kiri.
normal.
kiri
dinding
sistolik
(ASH)
Gerakan katup mitral ke muka
saat sistolik (SAM)
Radio nuklir
Dilatasi
dis-
Fungsi
dan
(RVG)
sistolik
nor-mal
ventrikel
(RVG
atau
T1))
kiri
ingeal
atau
aliran
normal.
Kateterisasi
7.
a.
Penatalaksanaan
Medik
1)
Kardiomiopati dilatasi
Obat-obatan
Diuretik
Digitalis
Vasodilator
Kartikosteroid
Anti aritmika
Anti koagulan
Transplantasi jantung
2)
Kardiomiopati Restriktif
Obat-obatan
Anti aritmia
Kortikosteroid
Dilatasi
dan
dis-fungsi
Fungsi
sistolik
nor-mal
Fungsi sistolik
ventrikel kiri.
Obstr.
Saluran
ventrikel kiri.
Elevasi
Imunosupresif.
3)
Kardiomiopati Hipertrofi
Obat-obatan
Amiodarum
Disopiramid
b.
Keperawatan
1)
Pencegahan primer
tekanan
ven-trikel
2)
Pencegahan sekunder
3)
Pencegahan tersier.
8.
a.
Komplikasi
Fibrilasi atrial dengan trombus
b.
Endokarditis infektif.
c.
A. PENGKAJIAN
1.
Data Biografi
Riwayat kesehatan masa lalu: Hipertensi, DM, GJK, Anemia, Kelainan katub.
Pola kebiasaan /Gaya hidup: Merokok, Mengkomsumsi alkohol, Konsumsi lemak yang mengandung kolesterol tinggi.
2.
Aktiviotas/Istirahat
Kelemahan, Kelelahan/kletihan, Nyeri dada saat beraktivitas, Dispneapada istirahat atau pada pengerahan tenaga , Sesak nafas,
pingsan atau hampir pingsan.
3.
Sirkulasi
Irama jantung
: Disritmia
Bunyi jantung
Kardiomegali, Hepatomegali, Sinkop, Palpitasi, Denyut jantung cepat, Sianosi, TD menurun, Akral dingin.
Tingkat lanjut
4.
Pernafasan
Sesak nafas, Dispneu, Ortopnue, Nafas dangkal dan pendek, Bunyi nafas crakel, batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum,
menggunakan bantuan pernafasan misalnya: Oksigen atau Medikasi.
5.
Integritas Ego
Banyaknya stressor, masalah financial, ansietas, takut, kuatir, gelisah, dukungan keluarga kurang.
6.
Anoreksia, mual/muntah, penambahan berat badan secara signifikan, diit tinggi garam/makanan yang mengandung kolesterol
7.
Neurosensori
8.
Kenyamanan/Nyeri
9.
Eliminasi
Oliguria, konstipasi/diare.
11. Pengajaran/Penyuluhan
Riwayat penggunaan alcohol, cocain.
Riwayat keluarga penyakit jantung /IM.
Riwayat Diabetes Militus, kehamilan multipara.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DX 1.Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard.
Tujuan : Cardiac output klien kembali adekuat.
KH
BUN:
Kreatinin
:0,6-1,1 mg/dl
Ureum
:20-40 mg/dl
1)
gallop umum(S3 dan S4)dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi.
2)
3)
4)
5)
Ukur TTV
R/ Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung.Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung.
6)
7)
8)
9)
2.
DX.2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ,tirah baring lama.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
KH
:-
Monitor TTV sebelum dan setelah aktivitas khususnya bila pasien mengggunakan vasodilator, diuretic.
Catat respon kardiopulmunal setelah beraktivitas: takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
4)
mempengaruhi stress
6)
7)
8)
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh: mengejan, batuk.
R/ Aktivitas yang memerlukan menahan nafas (manuver valsava) dapat
mengakibatkan bradikardi,juga menurunkan curah jantung.
3.
DX.3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
jantung)/meningkatkan produktuvitas ADH dan reaksi Na/air.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan jumlah keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran cairan yang adekuat.
KH
:-
TTV:TD:100-140/80-90mmHg
curah
Intervensi
1)
2)
3)
Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.
R/ Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan
menurunkan
5) Kaji distensi leher dan pembuluh perifer. Lihat tubuh yang edema dengan atau tanpa pitting.Catat adanya edema umum (anasarka).
R/ Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembuluh vena
dan pembentukan edema perifer.
6)
7)
Auskultasi bunyi nafas , catat penurunan dan atau bunyi tambahan. Contoh: Krekel dan mengi. Catat adanya peningkatan
dispnea, takipnea, ortopnea dan batuk persiten.
R/ Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru . Gejala
pernapasan pada gagal jantung kanan (dispnea, batuk, ortopnea)dapat timbul lambat.
8)
Monitor TTV
R/ Hipertensi dan distensi vena jugularis menunjukkan
kelebihan
Kolaborasi
Pemberian diuretic ,contoh:Furosemid (Lasik).
R/ Meningkatkan laju aliran urine dan dapat menghambat reabsorbsi
Na/Cl pada tubulus ginjal.
KH
:-
Kulit hangat
TTV: TD:100-140/80-90mmHg.
N:60-100 x/menit
PaCO 2 = 35-45 mm Hg
PH = 7, 35_ 7,45
1)
2)
3)
4)
Anjurkan klien untuk tidak mengejan saat BAB, tidak menahan batuk, melakukan aktivitas yang berat .
R/ Manuver valsava menyebabkan rangsang vagal ,menurunkan frekuensi
jantung (bradikardi yang diikuti takikardi ).Keduanya menyebabkan penurunan curah jantung.
5)
6)
7)
8)
5.
DX.5.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan ventilasi (Kelemahan otot jantung).
Tujuan
KH
:-
RR:16-20 x/menit
Takikardi (-)
Sianosis (-)
TD=100-141 mmhg.
Intervensi :
1)
Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat adanya dispnea, penggunaan alat bantu nafas.
R/ Kecepatan pernapasan meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi, dan hipoksia,
2)
3)
4)
5)
Tingikan kepala, letakkan pada posisi duduk atau semi fowler, Bantu ambulasi.
R/ Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru, pencegahan dan
perbaikan kongesti paru .
6)
7)
8)
6.
DX. 6 Gangguan Pertukaran gas b.d Penurunan suplay O2 ke paru-paru (perubahan membrane kapiler-alveoli).
Tujuan
KH
RR = 16-20 X/menit
Cemas berkurang
Sianosis / pucat ( - )
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi nafas, catat crakels, mengi.
R/ Mengetahui adanya kongesti paru / pennumpukan secret membutuhkan
intervensi lebih lanjut.
2) Ajarkan klien batuk efektif, nafas dalam.
R/ Memberikan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
3) Anjurkan klien merubah posisi sesering mungkin.
R/ Mencegah atelektaksis dan pneumonia.
4) Beri posisi semi fowler dan sokong tangan dengan bantal.
R/ Memfasilitasi fungsi pernafasan sehingga pengembangan paru dapat
optimal
Kolaborasi :
5)
6)
7)
-
7.
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Kolaborasi
Therapi anti ansietas : Diazepam sesuai indikasi.
R/ meningkatkan relaksasi / istirahat dan menurunkan rasa cemas.
8.
DX. 8 Nyeri b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Tujuan
KH
:-
1)
Catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal dan respon hemodinamik (menangis, meringis, gelisah,
berkeringat, nafas cepat, TD atau frekuensi jantung berubah).
Kaji skala nyeri yang meliputi lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas dan penyebaran.
R/ nyeri harus bisa digambarkan oleh pasien, membantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang lain.
3)
4)
Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan yang nyaman serta pendekatan kepada pasien dengan tenang
dan saling percaya.
R/ menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung
serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini
5)
6)
7)
Kolaborasi
Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan jumlah O2 serta mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
9.
DX. 9 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan b.d kurangnya informasi
Tujuan
KH
1)
2)
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyebab, faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
R/ Langkah penting pembatasan atau mencegah penyakit.
3)
Jelaskan pada klien tentang program kesehatan yang harus dilakukan oleh klien.
R/ berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.
4)
Menghilangkan stress.
R/ menambah pengetahuan dan memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi sehubungan dengan kondisi dan mencegah komplikasi.
5)
Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor resiko yang ada pada dirinya (stress, merokok, keturunan, umur, jenis kelamin)
R/ Perilaku ini mempunyai efek merugikan langsung pada fungsi kardiovaskuler dan dapat mengganggu penyembuhan, meningkatkan resiko terhadap komplikasi.
C. IMPLEMENTASI
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
http://binbask.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-kardiomiopati.html
kardiomiopati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah
ke seluruh tuuh,ole karena itu kita harus senantiasa memperhatikan kesehatan jantung
kita,selain itu penyakit jantung merupaka penyakt maut yang mematikan dieluruh dunia. Salah
satunya yaitu kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat freuensinya. Dibeberapa
negara. Kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai sebesar 30%.
Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyaki yang langsung mengenai otot jantung
(miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi lemah. Penyakit ini tergolong khusus karena
kelainan-kelainan yang ditimbulkan bukan terjadi akibat penyakit perikardium,hipertensi,
koroner, kelainan kongenital atau kelainan katub. Walaupun sampai saat ini penyebab
kardiomiopati masih belum dapat dijelaskan secara pasti, tetapi kardiomiopati diduga kuat
mempengaruhi oleh faktor genetik. Kardiomiopat dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
1.
Kardiomiopati dilatasi, adalah kardiomiopati yang paling umum, terdapat pada 100 orang dan
manakala otot jantung melemah dan tak mampu memompa darah secara efektif. Otot jantung yang
melemah kendur dan rongga jantung membengkak. Kebanyakan disebabkan oleh penyakit arteri
koroner, tetapi sekitar 30% disebabkan faktor genetis
2.
Kardiomiopati hipertrofik, terjadi manakala di dinding jantung menebal, sehingga dapat mencegah
darah lewat jantung. Kelainan ini cukup jarang dijumpai pada sekitar 0.2% penduduk Amerika
Serikat (USA) atau terdapat pada 2 dalam 1000 orang dan dapat mengenai laki-laki maupun
perembpuan semua umur. Gejala awal dan perjalanan penyakitnya sangat bercariasi. Beberapa
pasien tetap stabil setelah diagnosis dan beberapa lainnya membaik. Tetapi beberapa pasien
menunjukkan gejala memburuk dan menyebabkan usia pendek. Dalam kebanyakan kasus,
kardiomiopati hipertrofik menyebabkan gagal jantung kongestif
3.
Kardiomiopati restriktif, merupakan kardiomiopati jarang (erjadi 1 dalam 1000 orang) terjadi
manakala dinding jantung menjadi kaku dan tidak sukup lentur untuk terisi darah. Akibat jantung
tidak terisi darah, maka kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi tidak
efektif.Beberapa keadaan menjadi penyebab kelainan ini, tetapi yang paling sering adalah adanya
timbunan
suatu
protein
yang
dikenal
sebagai
amyloid
di
otot jantung.
Disamping
itu, hemochromatosis dan akibat penyakit jantung lainyang beberapa diantaranya diwariskan, juga
merupakan penyebab timbulnyakardiomiopati restriktif.
1.2
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
1.3
Tujuan
1.
2.
3.
4.
1.4
Manfaat
1.
kardiomiopati
2.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami asuhan keperawtan terhadap
pasien kardiomiopati
3.
Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kardiomiopati
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Kardiomiopati kongestif/Dilatasi adalah suatu penyakit miokard yang primer atau idiopatik yang
ditandai
dengan
dilatasi
ruangan-ruangan
jantung
dan
gagal
jantung
kongestif.
(FKUI,1996:1072)
Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau
pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri,
dan statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Waluyo,2001:833)
dan mengganggu
Klasifikasi
Bila kardiomiopati di klasifikasikan berdasarkan etiologi maka dikenal bentuk dasar yaitu :
1. Tipe primer, apabila terdapat penyakit pada jantung dengan penyebab yang tidak diketahui. T
ermasuk didalamnya istilah idiopatik kardiomiopati, familial kardiomiopati dan fibrosis endomioka
rdium.
2. Tipe
sekunder,
apabila
ditemukan
penyakit
miokardium
dengan
penyebab
yang
dapatdiketahui, termasuk bila berhubungan dengan penyakit yang mengaitkan systemorgan lain.
Sedangkan bila klasifikasi berdasarkan klinis dan patofisiologi, makakardiomiopati dibagi menjadi
dilatasi, restiktif dan hipertrofik.
Merupakan jenis kardiomiopati yang paling banyak ditemukan. Dengankelainan yang ditemukan:
dilatasi ventrikel kanan dan atau ventrikel kiri,disfungsi
kontraktilitas
pada
salah
satu
atau kedua ventrikel, emboli dan seringkalidisertai gejala gagal jantung kongestif. Dulu kelainan
ini
sering
disebut
dengan
kardiomiopati
kongestif, tetapi kini terminology yang dipergunakan adalah kardiomiopati dilatasi karena pada
saat awal abnormalitas yang ditemukan adalah pembesaran ventrikel dan disfungsi kontraktilitas
sistolik,
dengan
tanda
dan
gejala
gagal
jantung
kongestif yang
timbul
kemudian. Apabila hanya ditemukandisfungsi kontraktilitas dengan dilatasi minimal dari ventrikel
kiri,
maka
kelompok
penyakit
atlit
sehat
sering
ditemukan.
mengenai usia
pertengahan dan lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan perempuan. Insiden kejadian
dilaporkan 5-8 kasus per 100.000 populasi per tahundan kejadian ini terus meningkat
jumlahnya.
Kejadian pada pria dan kulit hitamdikatakan tiga kali lebih sering dibandingkan populasi kulit
putih
dan
perempuan.
Dan angka kelangsungan hidup pada kulit hitam dan pria lebih buruk dibandingkan
kulit
putih
dan perempuan.
Kardiomiopati hipertrofi
Dalam kardiomiopati hipertrofi, massa jantung meningkat me- lebihi bagian peningkatan dalam
ruangan ventrikel. Sehingga rasio volume rongga ventrikelterhadap tebal dinding ventrikel
menurun. Kardiomiopati hipertrofi bisa dibagi lebih lanjut menurut pola distribusi peningkatan
massa ventrikel.
1.
Simetris dalam jantung dengan kardiomiopati hipertrofi bentuk simetris, ada peningkatan konsentrik
pada tebal dinding ventrikel
2.
dinding ventrikel tetapi peningkatan massa terdistribusi tidak sama. Beberapa pola kardiomiopati
hipertrofi yang asimetris telah dikenal, tetapi yangterlazim adalah hipertrofi septum asimetris.
Bentuk
kardiomiopati
hipertrofi
ini
disebut
kardio
miopati obstruktif
hipertrofi stenosis sub aorta hipertrofi idiopatik dan hipertrofi septum asimetris. Biasanya septum
menebal 30% atau lebih dalam dinding bebas ventrikel kiri suatu penentuan mudah dibuat
dengan kardiomiopati hipertrofi ada kelainan histologist yang jelas. Dalam septum dan kadangkadang
dalam
dalam
membedakan
keadaan ini.
hipertrofi,
fungsi
ventrikel
normal
atau
tertekan.
Rongga
ventrikelumumnya tidak berdilatasi dan dinding ventrikel bisa normal atau sedikitmeningkat teba
lnya. Endokardium mural bisa menebal padat pada sejumlah bentuk lainan
(fibroelastosis endokardium) dengan restriksi endokardium yangmerupakan
disfungsi ventrikel.
2.3
Etiologi
sebab
utama
Kardiomiopati berdilatasi
Pada
waktu
kardiomiopati
berdilatasi
muncul
secara
klinik,
etiologi
biasanyatidak jelas. Di dunia barat, infeksi virus yang jauh mungkin sebab terseringkardiomiopat
i berdilatasi
sehingga
harus
Agen virus Coxsackie, echovirus dan influenza yang terlazim. Banyak virus lain telahdilibatkan.
2.
1. Riketsia
2. Bakteri
3. Jamur
4. Parasit : Tripanosomiasis, taksoplasma, trikinosis, Skitosomiasise
5. Sarkoidosis
primer. Walaupun jarang dalam praktek klinik, namun keadaan ini harus dipertimbangkan.
1.
Endokrin
2.
Penyakit
tiroid
hipotiroidisme
khas
ada
dengan
4.
Akromegalid kalsinoid
Lain
2.
Hipofosfatemia
3.
Defisiensi karnitin
4.
Urenia
5.
Obesitas
Herediter a
1.
Idiopatik
2.
3.
Distrofi otot
Iskemik
Penyakit arteri koronaria beberapa pembuluh darah yang parah bisamenyebabkan kardiomio pati
berdilatasi tanpa infark miokardium yang terbuktisecara klinis atau kerusakan miokardium yang
bermakna. Dalam keadaan pen-yakit koronaria yang tenang, keadaan ini bisa ada secara klinik
sebagai kardiomiopatiidiopatik dan mempunyai masalah diagnostic.
Kardiomiopati hipertrofi
1.
Herediter
Hipertensi
bisa
menyebabkanhipertrofi
simetris
yang
jelas
Senilis
Jantung tua disertai dengan rongga ventrikel yang kecil, ventrikel tidak komplians bisa ada seba
gai penyakit hipertrofi. Amiloidosis, senilis atausbaliknya,
hipertrofi.
1.
bisa
ada
sebagai
kardiomiopati
menyebedakan
keadaan
ini
adalah
bahwa
keadaan
ini cenderung
Contoh
penyebab
sepintas
kelainan
fungsional ini mencakup hipovolemia dansyok; rangsangan adrenergic akut dan pasca perbaikan
katup mitral untuk sindrom prolaps katup mitral.
Kardiomiopati restriktiva
1.amiloid
2.sarkoidosis
3.hemokromatosis
4.endokarditis fibroplastik eosinofilik (endokarditis loffler), fibrosisendomiokardium
Keadaan ini disertai dengan endokardium muralfibrosa,yang merupakan sebab utama restriksi
fungsi miokardium yang lebih lazim terlihat di afrika.
5.penyakit whipple
6.penyakit penimbunan glikogen
7. sfingolipodosis
a.penyakit fabrys
b.penyakit gaucher
2.4
Patofisiologi
Kardiomiopati kongesti atau berdilatasi
1.Peningkatan sedang dalam massa miokardium, tetapi rongga ventrikel berdilatasi parah.
Biasanya keempat kamar jantungmembesar dan sering mengandung trombi mural, yang
terakhir menyebabkan embolisme sistemik.2.Gangguan fungsi sistolik. Pengurangan fraksi ejeksi
(biasanyakurang dari 40%).3.Tidak ada gangguan pengisian ventrikel kiri4.Dengan dilatasi parah
rongga
ventrikel,
maka
timbul
dengan
katup
normal
secara
Kardiomiopati hipertrofi
timbul
aritmia atrium
dan
ventrikel.
Sindrom
WOC Kardiomiopati
1. Genetis
4. alkohol
3. infeksi konsakkie
5. obat anti kanker dexorubicin & daunorubicin
2. arteri koroner
Mutasi
protein
jantung
Yaitu
sarkomer
pasokan
darah
tdk
peradangan
otot
memperkuat
troponin
jantung
dan
akut(miokarditis)
miosin
memadai
ke
otot
berkembangnya
ranati
berat
miokarditis
merusak miokardium
MK : penurunan perfusi
(karena turunnya
secara
akut
Alel
tidak
pulmoner
kardio
resistensi individu)
Mungkin menjadi
inflamasi(miokarditis)
Kerusakan
protein
sarkorner
Hipoksia
otot
jantung
defisiensi nutrisi
Hipoksemia miokard
Disfungsi otot jantung
MK : nyeri
aktif
predisposisi
KARDIOMIOPATI
Kardiomiopati
dilatasi
Kardiopati
hipertrofik
Dilatasi
Kardiomiopati restritif
ventrikel
kiri
spetum
hipertrofi
ventrikel
terutama
Ventrikel
Kegagalan
pengisian ventrikel
ventrikel
kanan
ASA
terapi
ESO ; mual
cardiac
MK :
Tahapan
balik
vena
tahapan
porta
vena
edema paru
efusi
pleura
Edema perifer
terkonjugasi
Gg.difusi O2
penurunan bilirubin
Gg.ekspansi paru
& CO2
Hiperbilirubin
MK : Gg.pola
MK
resiko
kerusakan
integritas
kulit
MK
kerusakan
nafas
MK : kelebihan V cairan
2.6
a.
pertukaran gas
Penatalaksanaan medis
Obat Digitalis
Cardiak Output seperti digitalis mempunyai efek isotropic positif dan digunakan untuk
meninngalkan
miokardium
contractility
dan
cardiac
output.
Kegiatan
mereka
dengan
peningkatan cardiac output berlanjut dengan waktu kondisi, dan peningkatan refractory period .
Permulaan obat-obat tersebut diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh efisiensi cardiac
output yang maksimal. Jika efektivitas obat itu diperoleh sangat besar, dosis lebih rendah
digunakan untuk pemeliharaan. Efek samping obat ini adalah mual dan muntah.
b.
Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara halus oleh karena mempersatukan vena,
menurunkan resistensi peripheral, dan akhirnya menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator
dalam dosis rendah adalah aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut
tekanan, dalam dosis tinggi, hal itu menurunkan kelebihan daya. Efek samping obat ini
diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala atau compensatory.
c.
Istirahat
Pasien harus diletakan pada posisi untuk menghindari ketidakperluan membuang energi. Jika
pasien dalam ortopneu harus didukung dalam posisi fowler yang tingi. Pasien harus dimobilisasi
secara teratur untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah robeknyajaringan dikarenakan
tekanan dari edema.
d.
Penambahan oksigen digunakan untuk menjamin secara adekuat oksigen ke sel-sel. Selama
pemberian oksigen ini, harus diobservasi warna, respirasi dan tanda-tanda vital.
e.
Bila payah jantung, hal itu menyulitkan sirkulasi darah, dan akumulasi cairan di dalam jaringan.
Volume darah dapat diturunkan dengan menggunakan diuretic, diet pembatasan sodium. Bila
perlu dilakukan paracentesisi untuk mengangkat kelebihan cairan di operut. Perubahan CVP,
berat badan dan tekanan artery pulmonary adalah kemajuan yangbaik dalam indikasi
mengurangi volume darah. Seperti volume darah diturunkan penguatan kardiak akan meningkat
dan oksigen ke sel-sel diperbaiki.
f.
Diuretik digunakan untuk meningkatkan pengeluaran cairan secara cepat. Bila pasien diberi
diuretic, biasanya pasien menjadi lemah atau kebimbangan. Harus diobservasi kehilangan
elektrolit, ketika diuretic digunakan. Kehilangan tersebut dapat berupa kehilangan potassium,
klorida, sodium, dan calsium. Kehilangan pitasium dan klorida dapat menajdi asidosis metabolic.
Observasi juga tanda-tanda kehilangan elektrolit yaitu haus, kram, pada poerut, lemah, banyak
tidur, kejang otot.
g.
Membatasi pemasukan sodium dalam cara lain, sehingga darah dapat diturunkan. Sodium
menyeabkan retensi air, sumber eliminasi diet dari sodium dapat mencegah dan mengontrol
rtensi cairan.
h.
Rotating tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan kembalinya darah vena. Sirkulasi darah vena
di tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja dari jantung diperkecil/dikurangi. Tourniquet
biasanya digunakan selama dekompensasi dan edema pulmonary keras dan hanya sampai
kekuatan kardiak ditingkatkan. Beberapa ahli menentang penggunaan ini karena menyebabkan
darah berkumpul pada ekstremitas bagian bawah, tergantung pada posisi.
i.
Pembedahan
Transplantasi jantung adalah pilihan pengobatan pada klien dengan kardiomiopati dilatasi berat
(DCM) Kriteria untuk seleksi dilakukannya transplantasi jantung adalah:
2.7
Komplikasi
Gagal jantung
Merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada DCM. Terjadi ketika otot jantung tidak
cukup kuat untuk memompa darah yang cukup untuk seluruh tubuh, menyebabkan edema di
paru-paru dan/ atau jaringan/ perifer. Beberapa orang memiliki penyakit yang stabil dan kondisi
yang agak sedikit buruk. Sementara yang lain memiliki gejala berubah-ubah yang disebut gagal
jantung. Hal ini mempengaruhi kedua sisi jantung( kiri dan kanan) menyebabkan gejala sesak
nafas, edema tungkai, bendungan vena jugularis dan perut terasa penuh.
1.
Merupakan kelainan irama jantung yang paling sering pada DCM. Denyut jantung ireguler dan
cepat, menyebabkan rasa berdebar-debar, meningkatkan napas yang pendek/ sesak nafas. Hal
tersebut dapat berkaitan dengan gejala yang semakin memburuk atau perkembangan dari
bekuan darah / emboli. Risiko dari bekuan tersebut diatasi dengan pemberian warfarin yang
digunakan untuk mengencerkan darah jika terjadi fibrilasi atrium.
1.
Pada DCM, aliran darah yang melewati jantung lebih lambat dari biasanya. Hal ini menyebabkan
bekuan darah terbentuk di jantung. Jika bekuan darah tersebut terlepas dari jantung dan ikut
dalam sirkulasi, maka dapat menyebabkan kerusakan otak/ stroke. Pada DCM dengan
pembesaran jantung, diperlukan pengobatan dengan warfarin/ antikoagulan, untuk mencegah
pembentukan bekuan darah.
1.
Hal tersebut secara umum menyebabkan pusing, sesak nafas, palpitasi dan dapat juga
asimtomatik. Beberapa kelainan irama yang dapat terjadi pada DCM :
1.
Ektopik ventrikular
Terjadi karena aritmia yang berat atau perkembangan bekuan darah yang besar. Obat- obatan
dan/ atau ICD dapat mengurangi risiko ini.
1.
Heart block
Jika sistem konduksi elektrikal jantung dalam jantung gagal untuk berfungsi dengan baik,
jantung akan menjadi terlalu lambat. Jika terjadi pandangan mata terasa gelap/ tidak sadar,
maka diperlukan pacemaker.
6.
1.
hipotensi
2.
3.
dan artritis)
4.
pusing
5.
gangguan pencernaan
2.8
Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis dan
sistematis, dinamis, dan teratur yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan
asuhan keperawatan yang metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang
bersifat bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 1994:22).
Perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien harus melalui proses keperawatan
sesuai dengan teori dan konsep keperawatan dan diimplementasikan secara terpadu dalam
tahapan
yang
terorganisir
meliputi
pengkajian,
perencanaan
keperawatan,
tindakan
PENGKAJIAN
a.
Pengumpulan Data
1)
Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada usia
pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2)
Riwayat Kesehatan
adanya
Kelainan
autoimun,
Hipertensi
sistemik,
Autoantibodi
yaitu antimyocardial
antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan
scurvy), gangguan imunitas (leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses
(alkohol dan chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB
dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga,
bila ada cantumkan dalam genogram.
3)
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien
mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron.
Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan
adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari
untuk eliminasi BAK.
4)
a)
Pemeriksaan Fisik
Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan
bantuan pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori
pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b)
Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada
auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung
dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin
kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
c)
Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya
nyeri abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites
d)
Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e)
Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f)
Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan
keadaan kateterisasi .
g)
Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abuabu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.
5)
Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat penyakit, keprihatinan
finansial dan hospitalisasi.
6)
Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya,
hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut
serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.
7)
Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama
yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.
8)
Data Penunjang
Kadang-kadang
ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan kelainan katup
mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume akhir
diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF)
mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini
dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi,
juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang
berkurang.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya
berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang dan tekanan pengisian
intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan
dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana
neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
2.
ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang
yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyimpangan yang menggunakan respon manusia (status
kesehatan, pola interaksi, baik aktual maupun potensial sebagai individu atau kelompok dimana
perawat
dapat
mengidentifikasi
dan
melaksanakan
intervensi
secara
legal
untuk
Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas
Aktivitas
intoleran
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara
suplai
menurunnya curah jantung )/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.
4.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran kapiler-
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
PERENCANAAN
dengan pasien dengan gagal jantung (Ignatavicius et al, 1995: 919) Menurut Doengoes, (alih
bahasa I Made Kariasa, 2000:762) adalah:
a.
Penurunan
curah
jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan tanda vital yang dapat diterima ( disritmia terkontrol atau hilang )
Intervensi
Rasional
2.
S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama gallops
umum ( S3 dan S4 ) dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
Mur-mur dapat menunjukkaninkompetensi/
stenosis katup.
3.
Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial,
7. Kaji perubahan pada sensori, contoh
popliteal, dorsalis pedis dan postibial. Nadi
letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
mungkin cepat hilang atau tidak
depresi
teraturuntuk dipalpasi dan pulsus alternan (
denyut kuat lain dan denyut lemah )
8. Atur posisi semi rekumben pada tempat mungkin ada.
tidur atau kursi
4.
Pada GJK dini, sedang dan kronis TD
9. Tinggikan kaki, hindari tekanan pada
dapat meningkat sehubungan dengan SVR.
bawah lutut
Pada GJK lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat
10. Periksa nyeri tekan betis, menurunnya
6.
Ginjal berespon untuk menurunka
curah jantung dengan menahan cairan dan
Vasodilator : contoh nitrat (nitro-dur, isodril), natrium. Haluaran urine biasanya menurun
arteriodilator, contoh hidralazin (Apresoline), selama sehari karena perpindahan cairan ke
kombinasi obat, contoh prazosin (Minippres)
jaringan tetapi dapat meningkat pada malam
hari sehingga cairan berpindah kembali ke
Digoksin ( Lanoxin )
sirkulasi bila pasien tidur.
Captopril ( Capoten ), lisinopril ( Prinivil ),
enalapril ( Vasotec )
Morfin Sulfat
Transquilizer/sedatif
7.
Dapat menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
8.
Istirahat fisik harus dipertahankan
selama GJK akut atau refaktori untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan / konsumsi oksigen
miokard dan kerja berlebihan
9.
Menurunkan stasis vena dan dapat
menurunkan insiden thrombus/pembentukan
embolus
Aktivitas
intoleran
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara
suplai
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya
Intervensi
Rasional
1.
Periksa tanda vital sebelum dan sesudah
segera aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic, penyekat
beta.
2.
2.
Penurunan/ketidakmampuan
c.
( menurunnya curah jantung )/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.
Tujuan : volume cairan dalam batas normal/ adekuat
Kriteria hasil :
-
Intervensi
1. Pantau haluaran urine, catat jumlah dan
warna saat hari dimana diuresis terjadi.
2. Pantau/hitung keseimbangan
pemasukkan dan pengeluaran selama 24
jam.
3. Pertahankan duduk atau tirah baring
dengan posisi semifowler selama fase
akut.
4. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional
1.
Haluaran urine mungkin sedikit dan
pelkat ( khususnya selama sehari ) karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi telentang
membantu diuresis : sehingga haluaran urine
dapat ditingkatkan pada malam/selama tirah
baring.
2.
Terapi diuretic dapat disebabkan
oleh kehilangan cairan tiba-tiba/
berlebihan ( hipovolemia ) meskipun
edema/asites masih ada.
3.
Posisi telentang meningkatkan
5. Kaji distensi leher dan pembuluh
filtrasi ginjal dan menurunkan produksi
perifer. Lihat area tubuh dependen untuk ADH sehingga meningkatkan diuresis.
edema dengan/tanpa pitting ; cata adanya
edem tubuh umum ( anasarka ).
4.
Peningkatan 2,5 kg menunjukkan
kurang lebih 2 L cairan. Sebaliknya
6. Ubah posisi dengan sering. Tinggikan diuretic dapat mengakibatkan cepatnya
kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit, kehilangan/perpindahan cairan dan
pertahankan tetap kering dan berikan
kehilangan berat badan.
bantalan sesuai indikasi.
5.
Retensi cairan berlebihan dapat
dimanifestasikan oleh pembendungan
vena dan pembentukan edema. Edema
perifer mulai pada kaki/mata kaki ( atau
area dependen ) dan meningkat sebagai
kegagalan paling buruk. Edema pitting
adalah gambaran secara umum hanya
setelah retensi sedikitnya 5 kg cairan.
8. Selidiki keluhan dipsnea ektrem tiba- Peningkatan kongesti vascular (
tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sehubungan dsengan gagal jantung kanan
sensasi sulit bernafas, rasa panik atau
) secara nyata mengakibatkan edema
ruangan sempit.
jaringan sistemik.
7. Auskultasi bunyi nafas, catat
penurunan dan/atau bunyi tambahan.
Contoh krekels, mengi. Catat adanya
peningkatan dispnea, takipnea, ortopnea,
dipsnea nocturnal paroksismal, batuk
persisten.
6.
Pembentukan edema, sirkulasi
melambat, gangguan pemasukan nutrisi
7.
Kelebihan volume cairan sering
12. Ukur lingkar abdomen sesuai
menimbulkan kongesti paru. Gejala
indikasi.
edema paru dapat menunjukan gagal
jantung kiri akut. Gejala pernafasan pada
13. Dorong untuk menyatakan perasaan gagal jantung kanan ( dispnea, batuk,
sehubungan dengan pembatasan.
ortopnea ) dapat timbul lambat tetapi
lebih sulit membaik.
14. Palpasi hepatomegali. Catat keluhan
nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri 8.
Dapat menunjukan terjadinya
tekan.
komplikasi ( edema paru/emboli ) dan
berbeda dari ortopnea dan dispnea
15. Catat peningkatan lethargi, hipotensi nocturnal paroksismal yang terjadi lebih
dan kram otot.
cepat dan memerlukan intervensi segera.
16. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : diuretic, thiazid dan tambahan
kalium .
9.
Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukan kelebihan volume cairan dan
dapat menunjukan terjadinya/peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran kapiler-
Intervensi
1.
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels,
mengi.
2.
Anjurkan pasien batuk efektif,
nafas dalam.
3.
Rasional
1. Menyatakan adanya kongesti
paru/pengumpulan secret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
e.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
Intervensi
Rasional
2.
Meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan.
3.
Memperbaiki sirkulasi/menurunkan
waktu satu area yang mengganggu aliran
darah.
4.
Terlalu kering atau lembab merusak
kulit dan mempercepat kerusakan.
5.
Edema dependen dapat
menyebabkan sepatu terlalu sempit,
meningkatkan resiko tertekan dan
kerusakan kulit pada kaki.
6.
Edema interstitial dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan
kulit/terjadinya infeksi.
7.
Menurunkan tekanan pada kulit,
dapat memperbaiki sirkulasi.
f.
Intervensi
Rasional
1.
Diskusikan fungsi jantung normal. Meliputi 1.
Pengetahuan proses penyakit dan
informasi sehubungan dengan perbedaan dari harapan dapat memudahkan ketaatan pada
fungsi normal. Jelaskan perbedaan antra
program pengobatan.
serangan jantung dan GJK
2.
3.
Diskusikan pentingnya menjadi
seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan
dan istirshat diantara aktivitas.
2.
Pemahaman program, obat dan
pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
3.
Aktivitas fisik berlebihan dapat
berlanjut menjadi melemahkan jantung,
eksaserbasi kegagalan.
4.
Diskusikan pentingnya pembatasan
4.
Pemasukkan diet natrium diatas 3
natrium.
gr/hari akan menghasilkan efek diuretic.
5.
Diskusikan obat, tujuan dan efek
Pemahaman kebutuhan terapeutik
samping. Berikan instruksi secara verbal 5.
dan
pentingnya
upaya pelaporan efek
dan tertulis.
samping obat dapat mencegah terjadinya
6.
Anjurkan makan diet pada pagi hari. komplikasi obat.
7.
Anjurkan dan lakukan demonstrasi
ulang kemampuan mengambil dan
mencatat nadi harian dan kapan memberi
tahu pemberi perawatan.
6.
Memberikan waktu adekuat untuk
efek obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah /membatasi menghentikan
tidur.
paru, pneumonia.
10. Kondisi kronis dan
berulang/menguatnya kondisi GJK sering
melemahkan kemampuan koping dan
kapasitas dukungan pasien dan orang
terdekat, menimbulkan depresi.
11. Pengenalan dini terjadinya
komplikasi dan keterlibatan pemberi
perawatan dapat mencegah
toksisitas/perawatan di rumah sakit.
12. Dapat menambahkan bantuan
dengan pemantauan
sendiri/penatalaksanaan di rumah.
5.
IMPLEMENTASI
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan melihat respon klien, mengacu
pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah
tercapai
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup oleh
manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini
umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati
dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang
secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar,
sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai perikarditis.
Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling
sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang
didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.
3.2
Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada
klien
pengobatannya.
dan
keluarga
agar
mereka
faham
dengan
myocarditis
dan
bagaimana
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.Inefective
Endocarditis.
:http://www.satriaperwira.wordpress.com
Diakses
dari
Endokarditis.
Diakses
Juni.
2010. Keperawatan
Kardiovaskuler. Jakarta: