Sie sind auf Seite 1von 7
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003 TEKNOLOGI KAWIN SUNTIK (INSEMINASI BUATAN ) PADA TERNAK KELINCI R. Denny Purnama Balai Penelitian Ternak,P.O.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Kawin suntik atau inseminasi buatan (1B) adalah suatu terobosan teknologi reproduksi yang telah dikembangkan di Indonesia dan aplikasinya pada ternak sapi telah memasyarakat. Khususnya teak kelinci teknologi IB baru dimanfaatkan secara terbatas pada bidang penelitian. Keuntungan teknik IB dalam usaha pembibitan kelinci adalah dapat membatasi jumtah pejantan yang dipelihara. Pada tulisan inj akan membahas mengenai cara kawin suntik (IB) pada kelinci secara lengkap mulai dari cara penampungan semen,proses evaluasi semen, proses pengenceran semen, induksi ovulasi dan cara melakukan IB, Mudah-mudahan apa yang ditulis dapat memberikan manfaat pada kemajuan usaha budidaya kelinci di Indonesia. ‘Kata Kunci : Kawin Suntik, Kelinci. PENDAHULUAN ‘Teknologi kawin suntik atau dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) merupakan terobosan teknologi reproduksi yang telah lama dikembangkan di Indonesia dan aplikasinya pada ternak sapi telah memasyarakat . Aplikasi teknologi ini pada ternak kelinci, khususnya di negara-negara maju seperti di Eropa (Jerman, Prancis, Italy , Hungary dan lain-lain) telah dimanfaatkan dengan baik schingga mampu berperan dalam pengembangan peternakan kelinci dinegara tersebut. Teknik IB apabila dilakukan dalam usaha pembibitan dengan skala besar, sangat efisien karena dapat membatasi penggunaan pejantan secara drastis (Sartika., 1994), Di Indonesia pemanfaatan teknologi IB pada teak kelinci masih sangat terbatas dan belum memasyarakat, umumnya dilakukan berkaitan dengan penelitian untuk pengujian fertlitas. Untuk ‘memacu perkembangan budidaya ternak kelinci di Indonesia, maka pemanfaatan teknologi IB sudah saatnya dimasyarakatkan dan diharapkan dapat menggairahkan usaha beternak kelinci, terutama untuk kelinci Ras. PENGERTIAN Teknologi IB adalah suatu proses mendepositkan semen kedalam saluran reproduksi betina yang sedang estrus dengan bantuan alat buatan manusia (Hafez dkk., 2000 ). ‘Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi secara lengkap mengenai teknik 1B pada ternak kelinci dan upaya-upaya yang menunjang keberhasilan kawin suntik tersebut. Dari 46 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003, informasi yang disampaikan diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak kelinci terutama yang berusaha pada pembibitan kelinci dan penyuluh lapangan sehingga usaha budidaya kelinci dapat lebih berkembang di Indonesia BAHAN DAN CARA KERJA Bahan dan Alat 1. Ternak kelinci pejantan unggul yang akan diambil semennya, 2, Ternak kelinci betina yang akan di IB dan ternak betina yang akan digunakan sebagai pemancing pejantan pada waktu pengambilan semen 3. Peralatan untuk menampung semen terdiri dari : a) Vagina buatan yang dirancang untuk ternak kelinci, b) bahan pelicin (KY Jelly atau vaselin) , c) air panas yang disimpan dalam thermos, d) tabung gelas yang berskala untuk menampung semen,gelas piala, thermometer dan kertas tissue. 4, Peralatan untuk evaluasi semen yang terdiri dari; a) mikroskop, b) | set Haemocytometer, c) pH meter, d) gelas objek, e) gelas penutup dan f) pipet Pasteur. (Gambar 1). Untuk dilapangan peralatan evaluasi semen akan sulit didapat, oleh sebab itu cukup melakukan pemeriksaan secara organoleptik Gambar 1. Peralatan untuk evaluasi semen 5, Bahan pengencer ( Larutan Na Cl fisiologis 0,90 % ) 6. Bahan dan peralatan untuk melakukan kawin suntik yang terdiri dari : a) hormon untuk induksi ovulasi seperti HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dengan merek Chorulon ® atau dapat juga ‘menggunakan hormon jenis lain seperti LH (Luteinizing Hormone) dengan merek Receptal ®, b) semen cair kelinci (yang telah diencerkan) , c) Kateter IB yang dirancang untuk kelinci dan spuit ukuran I ml. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47 Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003 CARA KERJA ‘A. Cara penampungan semen kel Penjantan kelinci yang akan ditampung semennya dipilih, pejantan yang sehat dan unggul, yang ‘memiliki libido tinggi dan memiliki catatan reproduksi yang baik. Vagina buatan yang telah disiapkan diisi dengan air hangat dengan suhu 39° - 41° C (diukur dengan thermometer) sampai inner liner menyempit. Selanjutnya mulut vagina buatan diolesi dengan bahan pelicin dan tabung penampung yang telah ditutup dengan alumunium foil dipasangkan pada bagian belakang dari vagina buatan. Proses penampungan dilakukan dikandang pejantan dengan cara memasukan kelinci betina sebagai pemancing. Pada saat libido pejantan sudah terangsang biasanya pejantan akan menaiki betina dan pada saat pejantan ereksi; vagina buatan yang dipegang pada tangan kanan disorongkan kearah penis pejantan dan biasanya akan terjadi ejakulasi. Untuk mendapatkan kualitas semen yang baik, penampungan semen sebaiknya dilakukan dua kali ‘ejakulasi. Dari pengalaman, sering terjadi pada ejakulasi pertama tidak ada spermanya (kosong) dan hanya berisi plasma semen. B. Proses Evaluasi semen Evaluasi semen diperlukan untuk mengetahui kualitas semen yang ditampung, sehingga dari hasit pemeriksaan dapat ditentukan jumlah bahan pengencer yang akan ditambahkan. Pemeriksaan semen meliputi 1. Pemeriksaan makroskopis yaitu pemeriksaan organoleptik yang terdiri dari pengukuran volume, mencium bau, warna, pengukuran pH dan memeriksa kekentalan (konsistensi). 2. Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari pemeriksaan gerakan massa, konsentrasi dan motilitas. Pada pemeriksaan dengan harus menggunakan mikroskop dan dikerjakan di laboratotium. Untuk pemeriksaan motilitas, digunakan preparat ulas dengan pewamaan Eosin (Aminah. dan Layla, 2000). Gambaran hasil determinasi semen dapat dilihat pada Tabel 1 C. Pengenceran semen ‘Tujuan pengenceran semen adalah untuk memperbanyak volume semen sampai dengan konsentrasi tertentu, schingga dapat menginseminasi betina dalam jumlah banyak ( Taurin, 1977). Untuk kawin suntik dengan menggunakan semen segar, bahan pengencer yang biasa dipakai adalah larutan NaCl fisiologis 0,90 % karena larutan ini memiliki tekanan osmotic yang equivalen dengan darah. 48 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003 Tabel. 1. Gambaran hasil determinasi semen Kelinci Rex. [——Pengamatan 77 No_Pojantan ABZ AGT | Rata-Rata Wakroskopis Volume (rn) os 06 o7 056 Waa Putih'susu | Putin susu | Putin'suey | Putih susu Bau Akasia Akasia Akasia Akasia pH 69 7 7 66 Kekentalan Sedang Sedang Sedang Sedang Mikroskopis Gi ssa oad + ea b.Konsentrasi(Juta/m) | 260 310 330 b.Motiitas (%) 0 80 70 Kesimpulan; 4347 R776 5% = Rarum konsentrasi ‘Sumber Balitnak Untuk semen yang disimpan, bahan pengencer yang dipakai adalah tras kuning telur, larutan gula (fos) dan aquades dengan perbandingan masing-masing 10%, 5% dan 85 %., Lifos merupakan larutan bergula yang berguna sebagai sumber energi, sedangkan kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang berguna untuk menjaga sel sperma dari Cold Shock akibat dari pendinginan. Untuk ‘mencegah timbulnya bakteri, dapat ditambahkan antibiotika yaitu 1000-1U Streptomisin dan 1000 —IU Penisilin per mililiter pengencer, Setelah semen selesai diperiksa dan diketahui kualitasnya dan kuantitasnya,maka dapat segera ditambahkan bahan pengencer dengan jumlah tertentu untuk mendapat kan konsentrasi yang diinginkan, Sebagai contoh, untuk pengenceran semen pejantan kelinci Rex No A 82 dengan volume semen 0,6 cc dan konsentrasi 310 juta sel, jika akan melakukan inseminasi maka terlebih dahulu harus diencerkan. Untuk 20 ekor induk dengan dosis IB 0,5 ec/ekor maka diperlukan penambahan bahan pengencer adalah 9,4 cc. Pethitungan konsentrasi sperma motil IB adalah sebagai berikut : Konsentrasi sperma motil 1B/Ekor = Volume X Konsentrasi X Motilitas Jumlah ternak yang di $= 7.44 Juta Dengan dosis IB 0,5 cc/ckor berarti konsentrasi semen IB adalah 7.44 Juta sperma motil. Dosis IB dengan konsentrasi 7.44 Juta telah memenuhi persyaratan sesuai dengan yang dilaporkan Subandi (1983), bahwa konsentrasi sperma motil | juta, 4 juta, 7 juta dan 10 juta tidak berbeda nyata terhadap persentase kebuntingan, lama bunting, Jitter size dan bobot lahir, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003 D. Induksi Ovutasi Pada kegiatan IB induksi ovulasi diperlukan untuk sinkronisasi estrus sehingga dapat dilakukan IB secara serentak. Waktu yang tepat untuk induksi adalah 5 — 6 jam sebelum IB dilakukan. Preparat hormon yang digunakan untuk IB kelinci adalah HCG atau dapat juga memakai hormon LH (Lutein- izing Hormone) secara intravena dengan dosis 30 IU/ekor. E. Cara melakukan Inseminasi Buatan (1.B) Inseminasi buatan dilakukan 5 jam setelah penyuntikan hormon HCG. Semen cair hasil pengenceran disap dengan keteter khusus yang dirancang untuk teak kelinci sebanyak 0,5 cc, kemudian kateter dimasukkan ke dalam vagina dengan ujung yang membengkok diarahkan kepunggung induk kelinci setelah bagian yang membengkok masuk kateter diputar 180° dan terus didorong secara hati-hati sampai menyentuh serviks uteri Selanjutnya semen cair disemprotkan perlahan-lahan dan kateter ditarik keluar. Kateter IB yang telah dipakai dibersinkan dengan NaCl fisiologis dan disterilkan, Untuk kesehatan reproduksi , sebuah kateter IB sebaiknya dipakai untuk satu induk. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk memperoleh keberhasilan IB pada temnak kelinci perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang menunjang diantaranya koleksi dan determinasi semen. Pada waktu koleksi semen, suhu air Vagina buatan yang harus sesuai yaitu berkisar 39 °- 41°C . Pada waktu penampungan semen harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai karet vagina buatan sobek yang dapat menyebabkan kebocoran, Oleh sebab itu setiap penampungan sebaiknya disediakan beberapa buah vagina buatan sebagai cadangan. Suhu air yang terlalu panas dalam vagina buatan akan menyebabkan kematian sperma, sedangkan jika kurang panas dapat menghambat terjadinya ¢jakulasi. Demikian juga dengan air yang bocor dapat mencemari semen dan membunuh sperma. Pada waktu membawa semen, gelas penampung harus ditutup dengan alumunium foil untuk menghindari cahaya matahari yang dapat ‘membunuh sperma, Saat yang paling tepat untuk melakukan kawin suntik adalah 5 - 6 jam setelah dilakukan induksi ovulasi (penyuntikan hormon), karena pada saat itu diperkirakan telah terjadi ovulasi. Penggunaan semen segar untuk IB sangat dianjurkan karena lebih menjamin keberhasilan IB dibandingkan menggunakan semen yang disimpan. Semen yang disimpan mengalami Cold Shock selama penyimpanan yang dapat menurunkan kualitas semen. ‘Untuk perawatan organ reproduksi induk kelinci, kegiatan IB harus dilakukan dengan bersih dan steril terutama pada peralatan yang dipakai. Hal ini penting agar induk dapat melakukan kegiatan reproduksi dalam waktu yang lama, Kateter IB disediakan mencukupi jumlah induk yang akan di IB sehingga kateter tidak dipakai untuk induk lain, Kateter IB yang telah dipakai segera dibersihkan dengan Na Cl fisiologis dan disterilkan kemudian dibungkus dengan alumunium foil. 50 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003 Pola Ovutasi dan Fertilisasi Waktu yang dibutuhkan rata-rata untuk kapasitasi sperma agar dapat membuahi sel telur adalah sekitar 6 jam (Adams, 1981 ). Kemampuan hidup sperma didalam saluran kelamin betina dapat bertahan selama 30 — 36 jam, sedang kan sel telur dapat bertahan sekitar 6 — 8 jam (Cole dan Cupps, 1977 ), Berdasarkan pendapat diatas maka pola ovulasi dan fertilisasi dapat digambarkan pada Gambar 2. waar Py ‘Saat Kawin Suntk(iS) | Saattorjadi Fenilisasi (pembuahan) —— Gambar 2. Gambaran pola ovulasi dan fertilisasi. Deteksi Kebuntingan Untuk mengetahui keberhasilan kawin suntik (IB) pada ternak kelinci kebuntingan. Deteksi kebuntingan dapat dilakukan 14 hari setelah kawin suntik yaitu menggunakan teknik palpasi per cutan ventro caudal dengan cara melakukan perabaan foetus pada perut induk bagian bawah ( Sumadia dan Purnama, 2000 ). Untuk memastikan kebuntingan , palpasi ulang perlu dilakukan pada hari ke 21dan pada saat itu foetus kelinci sudah membesar sehingga kesalahan palpasi tidak mungkin terjadi. Jika pada saat palpasi hari ke 21 positip bunting, maka pada hari ke 28 dapat dipersiapkan kotak beranak yang diisi dengan serutan kayu sebagai alas. KESIMPULAN Dari paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa teknik IB pada ternak kelinci tidak terlalu sulit untuk dilakukan dengan adanya pelatihan, Teknologi ini dapat diadopsi dan dipalikasikan oleh peternak kelinci khususnya yang berusaha dibidang pembibitan sehingga dapat memajukan usaha pengembangan kelinci di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Buyung Taurin dan Ibu Dra lis Arifiantini Msi, Staf Pengajar Bagian Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan magang dalam pelatihan Teknik IB pada ternak kelinci dan membantu penyediaan bahan pustaka. Ucapan terima kasih juga disampaikan untuk Tim pembahas yang telah mengkoreksi tulisan ini sehingga dapat dimuat dalam prosiding. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian $1 Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003 DAFTAR BACAAN Adams, C.E. 1981. Artificial insemination in rabbit the technique and application to practice. J.Appl. Rabbit Res. 4: 10-13 Aminah, S.dan Zulqoyah Layla. 2000. Teknik menghitung jumlah sel spermatozoa yang hidup dari semen kambing dengan pewarnaan eosin. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Tanggal § September 2000. Puslitbangnak Bogor. Cole, H.M. and P.T. Cupps. 1977. Reproduction in domestic animals, 3 Ed. Academic Press, London. Hafez, E.S.E., B.Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7* Ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, Pumama.D, 1998. Pemanfaatan teknologi kawin suntik (1.B) dalam usaha meningkatkan produktivitas induk kelinci di Indonesia, Prosiding Loka Karya Fungsional Non Peneliti tanggal 16 Desember 1998, Puslitbangnak Bogor. Sartika.T. 1994, Inseminasi Buatan pada kelinc ditinjau dari beberapa tingkat kelahiran (parity). Prosiding ‘Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi I! tanggal 6-7 September 1994, LIPI Cibinong. ‘Subandi D.S. 1983. Beberapa tingkat konsentrasi sperma motil pada inseminasi buatan kelinci Ras persilangan. Karya IImiah Fakultas Peternakan IPB Bogor. ‘Sumadia, ,W.P dan R. Denny Pumama. 2000. Deteksi kebuntingan kelinci dengan cara palpasi Percufan Ventro Caudal. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Tanggal 5 September 2000. Puslitbang Peternakan Bogor Taurin, M.B, 1977. Penyimpanan semen beku dalam bentuk pellet dari sapi Holstein Frishian dan Peranakan Ongole. Thesis Fakultas Peternakan IPB Bogor. 52 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Das könnte Ihnen auch gefallen