Sie sind auf Seite 1von 4

ASURANSI MENURUT ISLAM

A.
Pengertian
Menurut pasal 246 Watboek zan Koophandel (kitab Undang-undang Perniagaan) bahwa yang
dimaksuddengan asuransi adalah suatu persetuan di mana pihak yang meminjam berjanji kepada
pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai peganti kerugian, yang mungkin
akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
Menurut Fuad Mohd. Fachruddin yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu perjanjianperuntungan. Sebelumnya beliau menjelaskan definisi asuransi menurut Kitab Undang-Undang
perniagaan
pasal
246.
B.
Macam-Macam
Asuransi
Asuransi yang terdapat pada negara-negara di dunia ini bermacam-macam. Hal ini terjadi karena
bermacam-macam pula sesuatu yang diasuransikan. Untuk lebih jelasnya , berikut ini macammacam
asuransi
itu.
a.
Asuransi
timbal
balik
maksud asuransi timbal balik adalah beberapa orang memberikan iuran tertentu yang dikumpulkan
dengan maksud meringankan atau melepaskan beban seseorang dari mereka saat mendapat
kecelakaan. Jika uang yang dikumpulkan tersebut telah habis, dipungut lagi iura yang baru untuk
persiapan
selanjutnya,
demikian
seterusnya.
b.
Asuransi
Dagang
asuransi dagang adalah beberapa manusia yang senasib bermufakat dala mengadakan
pertanggungjawaban bersama untuk memikul kerugian yang menimpa salah seorang anggota
mereka. Apababila timbul kecelakaan yang merugikan salah seorang anggota kelompok yang telah
berjanji itu, seluruh orang yang tergabung dalam perjanjian tersdebut memikul beban kerugian itu
dengan cara memungut derma (iuran) yang telah ditetapkan atas dasar kerja sama untuk
meringankan
teman
semasyarakat.
c.
Asuransi
Pemerintah
asuransi pemerintah adalah menjamin pembayaran harga kerugian kepada siapa saja yang
menderita diwaktu terjadinya suatu kejadian yang merugiakan tanpa mempertimbangkan
keuntungannya, bahkan pemerintahan menaggung kekurangan yang ada karena uang yang dipungut
sebagai iuran dan asuransi lebih kecil daripada harga pembayaran kerugian yang harus diberikan
kepada penderita diwatu kerugian itu terjadi. Asuransi pemerintah dilakukan secara oblligator atau
paksaan dan dilakukan oleh badan-badan yang telah ditentukan untuk masing-masing keperluan.
d.
Asuransi
jiwa
Maksud asuransi jiwa adalah asuransi atas jiwa orang-orang yang mempertanggungkan atas jiwa
oranglain, penanggung (asurador) berjanji akan membayar sejumlah uang kepada orang yang
disebutkan namanya dalam polis apabila yang mempertanggungkan (yang ditanggung) meninggal
dunia
atau
sesudah
melewati
masa-masa
tertentu.
e.
Asuransi
atas
Bahaya
Yang
Menimpa
Badan
asuransi atas bahaya yang menimpa badan adalah asuransi dengan keadaan-keadaan tertentu pada
asuransi jiwa atas kerusakan-kerusakan diri seseorang, seperti asuransi mata, asuransi telinga,
asuransi tangan, atau asuransi atas penyakit-penyakit tertentu. Asuransi ini banyak dilakukan oleh
buruh-buruh industri yang menghadapi bermacam-macam kecelakaan dalam meninaikan tugasnya.
f.
Asuransi
Terhadap
Bahaya-bahaya
Pertanggungjawaban
sipil
Maksud asuransi terhadap bahaya-bahaya pertanggungjawaban sipil adalah asuransi yang diadakan
terhadap benda-benda, seperti asuransi rumah, perusahaan, mobil, kapal udara, kapal laut motor,
dan
yang
lainnya.
Di
RPA
asuransi
mengenai
mobil
dipaksaan.
C.
Pendapat
Ulama
Tentang
Asuransi
Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk masalah ijtihadiyah, artinya hukumnya
perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan leh Alquran dan Al-Sunnah secara eksplisit.

Para imam mujtahid seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hanbal dan
para mujtahid yang semasa dengannya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena pada
masanya asuransi belum dikenal. Sistem asuransi baru dikenal di dunia Timur pada abad XIX Masehi.
Dunia Barat sudah mengenal sistem asuransi ini sejak abad XIV Masehi, sedangkan para ulama
mujtahid
besar
hidup
pada
sekitar
abad
II
s.d
IX
Masehi.
Di kalangan ulama atau cendekiawan Muslim terhadap empat pendapat tentang hukum asuransi,
yaitu:
a. mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti sekarang ini, termasuk
asuransi jiwa, klmpok ini antara lain antara lain Sayyid Sabiq yang diungkap dalam kitabnya Fiqh alSunnah, Abdullah al-Qalqili, Muhammad Yusuf al-Qardhawi, dan Muhammad Bakhit al-Muthi,
alasannya
antara
lain:

asuransi
pada
hakikatnya
sama
dengan
judi;

mengandung
nsur
tidak
jelas
dan
tidak
pasti;

mengandung
unsur
riba/rente;
mengandung unsur eksploitasi karena apabila pemegang polis tidak bisa melanjutkan pembayaran
preminya
yang
telah
dibayarkan;
premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang poils diputar dalam praktik riba (karena
uang
tersebut
dikreditkan
dan
dibungakan);
asuransi termasuk akad sharfi, artinya jual beli atau tukar-menukur mata uang tidak dengan uang
tunai;
hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti mendahului takdir Tuhan Yang
MahaEsa.
b.
Membolehkan
semua
asuransi
dalam
praktiknya
dewasa
ini.
Pendapat ini dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Musa
dan
alasan-alasan
yang
dikemukakan
sebagai
berikut:

tidak
ada
nash
Alquran
maupun
nash
al-Hadis
yang
melarang
asuransi;
kedua pihak yang berjanji (asuradatordan yang mempertanggungkan) dengan penuh kerelaan
menerima
oprasi
ini
dilakukan
dengan
memikultanggung
jawab
masing-masing;
asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan asuransi menguntungkan
kedua
belah
pihak;
asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkemul dapat diinvestasikan
(disalurkan kembali untuk dijadikan modal) untuk proyek-proyek yang priduktif dan untuk
pembangunan;
asuransi termasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan akad kerja sama bagi hasil
antara pemegang polis (pemilik modal) dengan pihak perusahaan asuransi yang mengatur modal
atas
dasar
bagi
hasil
(profit
and
loss
sharing);

asuransi
termasuk
syirkah
taawuniyah;

dianalogikan
atau
diqiaskan
dengan
sistem
pensiun,
seperti
taspen;
operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan bersama;
asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda, kekayaan, dan keperibadian.
Dengan alasan-alasan yang demikian, asuransi dianggap membawa manfaat bagi pesertanya dan
perusahaan asuransi secara bersamaan. Praktik atau tindakan yang dapat mendatangkan
kemaslahatan
orang
banyak
dibenarkan
oleh
agama.
Lebih jauh Fuad Mohammad Fachrudin menjelaskan bahwa asuransi sosisal, seperti asuransi
kesehatan dan asuransi kecelakaan, diakibatkan oleh pekerjaan. Negara melakukannya terhadap
setiap orang yang membayar iuran premi yang ditentukan untuk itu, negara pula yang memenuhi
kekurangan yang terdapat dalam perbedaan uang yang telah dipungut dengan uang pembayar
kerugian. Maka asuransi ini menuju kearah kemaslahatan umum yang bersifat sosial. Oleh karena
itu
,
asuransi
ini
dibenarkan
oleh
agama
Islam.
Asuransi terhadap kecelakaan, jika asuransinya tergolong kepada asuransi campur (asuransi yang di
dalamnya termasuk penabungan). Hakikat asuransi campur mencakup dua premi, yaitu ubntuk
menutup bahaya kematian dan untuk menyiapkan uang yang harus dibayar jika dia tidak meninggal
dunia dalm jangka waktu yang telah ditentukan, maka hukumnya dibolehkan oleh agama Islam
karena asuransicampur didalamnya terdapat dorongan untuk menabung dan penabungan itu untuk
kemaslahatan umum. Syaratnya, perusahaan asuransi berjanji kepada para pemegang polis bahwa
uang preminya tidak dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan riba, hal ini sama dengan hhukm
penabungan pada pos, adapun asuransi keclakaan yang diadakan (dilaksanakn) dengan asuransi
biasa menurut Fuad Mohammad Fachruddin tidak dibolehkan, karena asuransi ini tidak menuju ke
arah
kemaslahatan
umum
dan
kepentingan
bersama.

c. membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial
semata.
Pendapat ini dikemukakan oleh Muhamad Abu Zahrah. Alasan yang dapat digunakan untuk
membolehkan asuransi yang berifat sosial sama dengan alasan pendapat kedua, sedangkan alasan
penggharaman asuransi bersifat komersial semata-mata pada garis besarnya sama dengan alasan
pendapat
pertama.
d. Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil syari yang secara jelas
mengharamkan ataupun secara jelas menghalalkannya. Apabila hukum asuransi dikatagorika
syubhat, konsekuensinya adalah umat Islam dtuntut untuk berhati-hati (al-ihtiyath) dalam
menghadapi asuransi. Umat Islam baru dibolehkan menjadi polis atau mendirikan perusahaan
asuransi
apabila
dalam
keadaan
darurat.
D.
Harapan
Zuhudi
Terhadap
Asuransi
Setelah masfuk Zuhdi mengkaji dan menjelaskan asuransi, beliau berusaha menyimpulkan dan
mengemukakan beberapa harapanya. Kesimpulan dan harapan Zuhdi adalah sebagai berikkut.
a. Pada dasarnya harapan asuransi termasuk asuransi jiwa adalah dibolehkan oleh agama Islam.
b. Untuk memasyarakatkan asuransi dikalangan bangasa Indonesia yang kebanyakan beragama
Islam, hendaknya pihak asuransi mengadakan asuransi pembaharuan manajemen dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
dan
jiwa
syariat
Islam.
c. Dana yang terkumpul berupa premi-premi yang dibayar oleh para pemegang polis kepada
perusahaan asuransi hendaknya dimanfaatkan untuk proyek-proyek yang produktif dan
peembangunan.
d. Sebagai keuntungan dari perusahaan suransi hendaknya digunakan untuk kepentingankepentingan
kemasyarakatan
dan
keagamaan;
e. Majelis Ulma Indonesia (MUI) pusat sebagai pembawa aspirasi umat Islam Indonesia hendaknya
segera mengeluarkan fatwa hukum asuransi, agar umat islam di Indonesia mempunyai pandangan
dan
pegangan
yang
lebih
mantap
terhadap
asuransi.
E. Keputusan Konfrensi Negara-Negara Islam Sedunia Di Kualalumpur Mengenai Asuransi
Mengingat asuransi sudah terdapat dan berjalan di sebagian besar negara yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam maka negara-negara Islam sedunia berkonfermasi dengan keputusankeputusan
sebagainberikut.
a. Asuransi yang di dalamnya terdapat unsur riba dan eksploitasi adalah haram.
b.
Asuransi
yang
bersifat
koperatif
hukumnya
halal:
Asuransi yang khusus untuk suatu usaha dapat dilakukan oleh manusia (sekumpul manusia) atas
dasar
koperatif;
Suatu asuransi yang tidak terbatas untuk sesuatu usaha dapat dilakukan oleh pemerintah;
Konferensi menganjurkan pemerintah-pemerintah Islam untuk mengadakan asurans yang bersifat
koperatif
antara
negara-negara
Islam.
Peserta-peserta asuransi ini membayar iuran berupa uang yang tidak boleh diambil kembali kecuali
pada
saat
ia
berhak
menerimanya.
c. mengingat pentingnya perdagangan internasional, maka asuransi dalam lingkup internasional
yang
ada
sekarang
diangga
halal,
berdasarkan
hukum
darurat.
F.
Asuransi
Dalam
Sistem
Islam
Dijelaskan oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi bahwa asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar
bagi manusia karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya memerlukan santunan. Asuransi
merupakan organisasi penyantun masalah-masalah yang universal, seperti kematian mendadak,
cacat, penyakit pengangguran, kebakaran, banjir, badai, dan kecelakaan- kecelakaan yang
bersangkutan dengan transportasi serta kerugianfinansial yang disebabkannya. Kecelakaankecelakaan seperti diatas tidak hanya bergantung pada tindakan para sukarelawan, kenyataan ini
menuntut asuransi untuk diperlakukan sebagai kebutuhan dasar manusia pada ruang lingkup yang
sangat
luas
dari
kegiatan-kegiatan
dan
situasi
manusia.
Keperluan perindungan menghadapi malapetaka dan kerugian finansial yang berkaitan dengan yang
dihadapi setiap orang sama pentingnya dengan pemeliharaan ketertiban. Untuk melenyapkan akibat
buruk dari jenis kecelakaan yang diungkapkan di atas yang berkaitan dengan ketentuan
kesejahtraan umum dan jaminan sosial, dalam suatu sistem yang Islami merupakan tugas negara
untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan dan

memenuhi kebutuhan yang muncul akibat kecelakaan mendadak, cacat bawaan, pengangguran
sementara, usia lanjut ataupun kematian wajar dari pencari nafkah keluarga. Pada umumnya
negara-negara akan mengandalkan pendapatnya sendiri untuk memenuhi kewajiban-kewajiban ini.
Dalam kasus tertentu, sejumlah sumber khusus dapat juga disadap untuk keperluan ini, misalkan
pihak majikan dibebani atas nama para pegawai dan pekerja mereka, pihak pemerintah dibebani
atas
nama
para
pegawai
negeri
sebagaimana
halnya
upah
atau
gaji.
Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nilai-nilai Islam diajukan oleh uhammad
Nejatullah
Shiddiqi
sebagai
berikut.
a. Semua asuransi yang menyangkut bahaya pada jiwa manusia, baik mengenai angota badan
maupun kesehatan harus ditangani secara eksklusif di bawah pengawasan negara. Jika nyawa
anggota badan atau kesehatan manusia tertimpa akibat kecelakaan pada industri atau ketika
sedang melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh majikannya, badan pertolongan dan ganti rugi
dibebankan pada pemilik pabrik atau majikannya. Prinsip yang sama dapat diterapkan ketika
memutuskan masalah pengangguaran, apakah tindakan yang harus dilakuka oleh majikan atau
pemilik pabrik setelah mengakibatkan menganggurannya orang yang bersangkutan. Bersama dengan
ini haruslah individu diberi kebebasan mengambil asuransi guna menanggulangi kerugian yang
terjadi pada kepentingan dirinya dan keluarganya oleh berbagai kecelakaan sehingga ia dapat
memelihara
produktivitas
ekonomi
serta
kelanjutan
bisnisnya.
Asuransi seperti diatas juga harus menjadi kepentingan negara dengan membawa semua asuransi ke
bawah wewenang dilaksanakan oleh negara. Negara harus mengambil langkah-langkah untuk
melindungi kekayaan dan harta milik orang banyak dari kebakaran, banjir, kerusakan gempa bumi,
badai, dan pencurian. Kesempatan haruslah diberikan kepada setiap individu untuk mengambil
asuransi terhadap kerugian finansial yang terjadi. Uang ganti rugi hendaklah ditetapkan dalam
setiap kasus menurut persetujuan kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran premi oleh
pemilik kekayaan. Dalam seseorang jatuh miskin disebabkan oleh suatu musibah, orang tersebut
harus ditolong dari kemiskinannya dengan sistem jaminan sosial. Jaminan ini mesti dapat diperoleh
tanpa pembayaran premi apa pun. Akan cocok kiranya jika perusahaan-perusahaan besar seperti
industri pesawat terbang wajib untuk diasuransikan, rumah tempa tingal juga dapat dipertimbangan
menurut jalur-jalurini, badan swasta yang melakukan usaha asuransi bagi brang-barang kekayaan
juga
dapat
diizinkan.
b. Hendaklah sebagian besar bentuk asuransi yang berkaitan dengan jiwa, perdagangan laut,
kebakaran, dan kecelakaan dimasukan dalam sektor negara. Beberapa di antaranya yang berurusan
dengan kecelakaan-kecelakaan tertentu, hak-hak, dan kepentingan-kepentingan serta kntrakkontrak yang bisa diserahkan kepada sektor swasta.

Das könnte Ihnen auch gefallen