Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIPERTENSI
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab
utama stroke yang membawa kematian tinggi (Bustan, 2000).
Menurut Hull (1996), Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan
hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa
darah. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau
kedua-duanya secara terus-menerus.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu
saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar (misalnya 120/80 mmHg, angka 120 menunjukkan nilai tekanan
darah sistolik).
Tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Ini adalah tekanan minimum dalam
arteri pada suatu saat dan tercermin dari hasil pemeriksaan tekanan darah sebagai
Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008
Universitas Indonesia
tekanan bawah yang nilainya lebih kecil (misalnya 120/80 mmHg, angka 80
menunjukkan nilai tekanan darah diastolik).
Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan Diastolik
(mmHg)
Optimal
Normal
Normal tinggi
<120
<130
130-139
<80
<85
85-89
Grade 1 Hypertension
Sub group: Borderline
Grade 2 Hypertension
140-159
140-149
160-179
90-99
90-94
100-109
Grade 3
Isolated Systolic Hypertension
Sub group: Borderline
180
140
140-149
110
<90
<90
Universitas Indonesia
Normal
Prehypertension
Stage 1 Hypertension
Stage 2 Hypertension
Tekanan Sistolik
(mmHg)
<120
120-130
140-159
160
Dan
Atau
Atau
Atau
Tekanan Diastolik
(mmHg)
<80
80-89
90-99
100
Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7),
tahun 2003
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hipertensi essensial atau primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum
dapat diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini.Oleh
karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita
hipertensi essensial ini.
2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyakit
kelenjar adrenal (Arief, 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Kelumpuhan anggota badan, khususnya sebelah badan atau salah satu bagian muka
atau salah satu bagian tangan, kemampuan bicara menurun dapat menjadi peringatan
adanya stroke yang jika diobati dapat dicegah.
3. Terengah-engah pada waktu latihan jasmani, dengan rasa sakit pada dada yang
menjalar ke rahang, lengan, punggung atau perut bagian atas menjadi tanda
permulaan angina.
4. Susah bernapas, sehingga merasa lebih mudah bernapas jika tidak berbaring datar,
dengan gembung pada kaki, dapat menjadi tanda lain yang berkaitan dengan tekanan
darah tinggi, kegagalan jantung.
5. Sering bangun tiap malam untuk buang air kecil dan lebih banyak serta sering
mengeluarkan urin selama siang hari dapat menjadi tanda pertama gangguan ginjal.
2.2
Komplikasi
Komplikasi penting lain tekanan darah tinggi ialah perkembangan lambat laun
penyakit dinding pembuluh arteri. Pada umumnya, ini terjadi karena stres. Yang khusus
adalah arteri-arteri otot jantung, aorta, pembuluh darah otak, pembuluh darah retina,
orgen yang paling peka dibalik mata. Atheroma (suatu endapan lemak pada dinding
lapisan arteria) dan kemudian artherosclerosis (arterisclerosis) berkembang. Dindingdinding pembuluh darah itu mengalami pengapuran dan tidak elastis. Setelah hal ini
terjadi, maka akan terjadi pembekuan (thrombus), dan inipun akan menimbulkan
komplikasi. Musibah di daerah otak dapat mengakibatkan kematian yang tiba-tiba.
Universitas Indonesia
Pembuluh darah ginjal sangat mudah terganggu karena tekanan darah yang terusmenerus berubah. Patologi ginjal dan penyakit ginjal boleh jadi akan timbul dan
mengakibatkan kematian. Sering pembuluh darah retina juga terpengaruh. Pemeriksaan
retina akan dapat menunjukkan beratnya dan perkembangannya tekanan darah tinggi.
Yang biasa ditemukan ialah garis-garis berwarna perak. Apabila nadi menindih
pembuluh darah halus maka akan terjadi penyempitan yang disebut nipping. Eksudat
(bahan yang merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam jaringan sekitarnya)
adalah komplikasi yang lebih parah, dan sangat membahayakan jika banyak (Knight,
2000).
2.3
Pengobatan
Perawatan yang paling mutakhir yang digunakan di seluruh dunia disebut beta-
Universitas Indonesia
2.4
2.4.1 Umur
Pada umumnya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur terutama
setelah umur 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur dibawah
40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi di atas umur 50 tahun angka tersebut terus
meningkat mencapai 20-30%, sehinggga ini sudah menjadi masalah yang serius untuk
diperhatikan (Depkes RI, 2000). Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti
Jakarta, Padang, bandung, Yogya, Denpasar dan Makassar terhadap umur lanjut (55-85
tahun) didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5% (Kamso,2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak tinggi.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadi endapan kolesterol
dalam dinding pembuluh darah. Apabila endapan ini semakin banyak dapat menyumbat
pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah (Anies, 2006).
Lemak merupakan 42% dari total kalori yang dikonsumsi dalam diet rata-rata
orang Amerika. Tekanan darah akan menurun bila lemak dikurangi sampai 25% dari
total kalori. Secara teoritis bila lemak dikurangi sampai 25%, garam dibatasi dan berat
badan ideal dipertahankan, hipertensi akan terkontrol atau menghilang sebanyak 85%
dari semua penderita hipertensi tanpa perlu penggunaan obat-obatan (Hull, 1996).
Universitas Indonesia
natrium dalam diet mungkin berperan dalam mencegah dan mengendalikan hipertensi.
Bila buah-buahan dan sayur-sayuran segar ditingkatkan konsumsinya (makanan yang
mengandung kalium) dan makanan yang diproses serta makanan yang asin lainnya
dikurangi maka rasio antara kalium dan atrium menyebabkan penurunan tekanan darah
(Hull, 1996).
Universitas Indonesia
Bila berat badan menurun, maka volume darah total juga berkurang, hormon-hormon
yang berkaitan dengan tekanan darah berubah, dan tekanan darah berkurang (Hull,
1996).
Tabel 2.3
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
Berat Badan Kurang
<18,5
Kisaran Normal
18,5-24,9
Berat Badan Lebih
>25
Pra-Obes
25,0-29,9
Obes Tingkat I
30,0-34,9
Obes tingkat II
35,0-39,9
Obes Tingkat III
>40
menurut WHO technical series, 2000 (Soegondo, 2005)
2.4.10 Stres
Menurut Selye stres adalah respos tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang manakala
yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Jika mengalami
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat
menjalankan fungsi pekerjaanya dengan baik, maka ia mengalami distres (Hawari,
2001).
Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai
kecenderungan stres emosional yang tinggi (Pinzon, 1999). Stres atau ketegangan jiwa
dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
Universitas Indonesia
Jika stres berlangsung lebih lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag (Selpi, 2004).
2.4.11 Merokok
Winniford (1990) mengatakan bahwa peningkatan takanan darah dan denyut
jantung mulai terjadi 1 menit setelah merokok. Setelah 10 menit denyut jantung
meningkat sampai 30% seangkan tekanan sistolik meningkat 10%. Merokok tidak hanya
dapat meningkatkan tekanan darah tapi juga merupakan faktor resiko yang sangat kuat
untuk penyakit jantung koroner (Wasir, 1998).
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung melalui
mekanisme sebagai berikut: Pertama, merangsang syaraf simpatis untuk melepaskan
norepineprin melalui syaraf
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.14 Pil KB
Kebanyakan alat kontrasepsi mengandung kombinasi estrogen dan progesteron
dalam proporsi yang bervariasi dan mungkin bertentangan dengan sistem reninangiotensin, yang menjaga keseimbangan regulasi cairan tubuh. Hal ini menyebabkan
sedikit kenaikan pada tekanan darah sampai menghambat garam dan air. Beberapa
wanita sensitif terhadap pil KB dan menimbulkan hipertensi. Ketika banyak wanita
menggunakan pill KB, kontrasepsi oral ini diduga menyebabkan lebih hipertensi
daripada penyebab lain dari secondary hipertensi jika digabungkan bersama (Patel,
1995).
Universitas Indonesia
2.5
Kerangka Teori
Menurut Bustan (2000), faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor
risiko hipertensi adalah umur, suku/ras, urban/rural, geografis, seks, gemuk, personality
type A, diet, DM, water compotition, alkohol, rokok, kopi, pil KB. Selain itu menurut
Patel (1995), faktor risiko untuk hipertensi esensial adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, ras, stres, kelas sosial, kelebihan alkohol, kelebihan kopi, merokok, diet,
kelebihan gula dan/atau kekurangan potasium, lemak, gula, obesitas, hidup yang
sedentary, kurang tidur.
Universitas Indonesia
genetik
Faktor Perilaku
Diabetes
Melitus
Merokok
Alkohol
IMT
S
U
K
U
/
E
T
N
I
K
Tinggi
Natrium
Tinggi
lemak
Tinggi
kalsium
A
R
T
E
R
O
S
K
L
E
R
O
S
I
S
Riwayat
keluarga
HIPERTENSI
Umur
Jenis
Kelamin
Pil KB
Stres kerja
Pekerjaan
Tinggi
kalium
Aktivitas fisik
Detak
Jantung
Sumber: Kaplan (2002), WHO (2001), Wainwright (2002), Bustan (2000), Patel (1995)
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
Faktor Risiko:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. IMT
4. Merokok
Hipertensi
5. Diabetes Melitus
6. Aktivitas Fisik
Universitas Indonesia
3.2.
Definisi Operasional
No
Varabel
Definisi
Cara Ukur
1.
Variabel dependen
Observasi data
Hipertensi
sistolik 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg. Hasil regristrasi pasien
Hasil Ukur
1. Hipertensi
Skala Ukur
Ordinal
2. Normal tensi
2.
Umur
Observasi data
1. < 40 tahun
regristrasi pasien
2. 40 tahun
Observasi data
1. Laki-laki
regristrasi pasien
2. Perempuan
Ordinal
3.
4.
Jenis Kelamin
Observasi data
1. Overwight
(IMT)
regristrasi pasien
( 25 kg/m2)
2. Normal
(<25 kg/m2
Nominal
Ordinal
Universitas Indonesia
5.
Merokok
Observasi data
regristrasi pasien
1. Tidak
Ordinal
merokok
2. Merokok/
mantan
perokok
6.
Diabetes Melitus
Observasi data
1. Ya
regristrasi pasien
2. Tidak
Observasi data
1. Ada (ringan,
regristrasi pasien
Normal
7.
Aktivitas fisik
Ordinal
sedang, berat)
2. Tidak ada
Universitas Indonesia
3.3
Hipotesis
3.2.1 Ada hubungan antara umur dengan hipertensi pada responden yang tinggal di
Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.2 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada responden yang
tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.3 Ada hubungan antara IMT dengan hipertensi pada responden yang tinggal di
Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.4 Ada hubungan antara merokok dengan hipertensi pada responden yang tinggal di
Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.5 Ada hubungan antara diabetes melitus dengan hipertensi pada responden yang
tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.6 Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi pada responden yang
tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007.
Universitas Indonesia