Sie sind auf Seite 1von 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIPERTENSI
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot
jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab
utama stroke yang membawa kematian tinggi (Bustan, 2000).
Menurut Hull (1996), Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan
hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa
darah. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau
kedua-duanya secara terus-menerus.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu
saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar (misalnya 120/80 mmHg, angka 120 menunjukkan nilai tekanan
darah sistolik).
Tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Ini adalah tekanan minimum dalam
arteri pada suatu saat dan tercermin dari hasil pemeriksaan tekanan darah sebagai
Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

tekanan bawah yang nilainya lebih kecil (misalnya 120/80 mmHg, angka 80
menunjukkan nilai tekanan darah diastolik).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi


Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada berbagai individu. Tetapi
umumnya disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang sama atau lebih besar
dari 140/90 mmHg adalah khas untuk hipertensi (WHO, 1999).
Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH tahun 1999
Kategori

Tekanan Sistolik
(mmHg)

Tekanan Diastolik
(mmHg)

Optimal
Normal
Normal tinggi

<120
<130
130-139

<80
<85
85-89

Grade 1 Hypertension
Sub group: Borderline
Grade 2 Hypertension

140-159
140-149
160-179

90-99
90-94
100-109

Grade 3
Isolated Systolic Hypertension
Sub group: Borderline

180
140
140-149

110
<90
<90

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah JNC 7


Kategori

Normal
Prehypertension
Stage 1 Hypertension
Stage 2 Hypertension

Tekanan Sistolik
(mmHg)
<120
120-130
140-159
160

Dan
Atau
Atau
Atau

Tekanan Diastolik
(mmHg)
<80
80-89
90-99
100

Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7),
tahun 2003
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Hipertensi essensial atau primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum
dapat diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini.Oleh
karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita
hipertensi essensial ini.
2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyakit
kelenjar adrenal (Arief, 2008).

Hampir seluruh penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial (96-99%) dan


hanya sebagian kecil saja penderita hipertensi sekunder (1-4%), dari hipertensi sekunder
ini hanya 50% secara klinis dapat dibuktikan penyebabnya (Darmojo, 2001).

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi


Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Faktor
genetik, aktivasi syaraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium, faktor

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

renin, angiotensin, dan aldosteron merupakan faktor-faktor yang telah dibuktikan


mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan darah pada hipertensi (Soeparman et al.,
1994 ; Kaplan, 1990).

2.1.6 Diagnosis Hipertensi


Diagnisis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi keluhan yang sering dialami, lama
hipertensi, ukuran tekanan darah selama ini, riwayat pengobatan dan kepatuhan berobat,
gaya hidup, riwayat penyakit penyerta dan riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik terdiri
atas pengukuran tekanan darah, pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus organ serta
funduskopi. Pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium rutin, kimia darah (ureum,
kreatinin, gula darah, kolesterol, elektrolit) dan elektrokardiografi, serta radiologi dada.
Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan ekokardiografi dan ultrasonografi serta pemeriksaan
laboratorium canggih (Zulkhair, 2000).

2.1.7 Gejala Klinis Hipertensi


Ada gejala klinis yang tidak boleh diabaikan karena berhubungan dengan organorgan yang menderita kerugian yang tidak terkendali (Smith, 1991 dalam Wahyuni
2000), yaitu :
1. Serangan pusing, kekakuan, kehilangan keseimbangan, sakit kepala pagi hari,
penglihatan yang memburuk, semuanya secara bersama-sama menunjukkan ada
masalah dengan peredaran darah di otak.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

2. Kelumpuhan anggota badan, khususnya sebelah badan atau salah satu bagian muka
atau salah satu bagian tangan, kemampuan bicara menurun dapat menjadi peringatan
adanya stroke yang jika diobati dapat dicegah.
3. Terengah-engah pada waktu latihan jasmani, dengan rasa sakit pada dada yang
menjalar ke rahang, lengan, punggung atau perut bagian atas menjadi tanda
permulaan angina.
4. Susah bernapas, sehingga merasa lebih mudah bernapas jika tidak berbaring datar,
dengan gembung pada kaki, dapat menjadi tanda lain yang berkaitan dengan tekanan
darah tinggi, kegagalan jantung.
5. Sering bangun tiap malam untuk buang air kecil dan lebih banyak serta sering
mengeluarkan urin selama siang hari dapat menjadi tanda pertama gangguan ginjal.

2.2

Komplikasi
Komplikasi penting lain tekanan darah tinggi ialah perkembangan lambat laun

penyakit dinding pembuluh arteri. Pada umumnya, ini terjadi karena stres. Yang khusus
adalah arteri-arteri otot jantung, aorta, pembuluh darah otak, pembuluh darah retina,
orgen yang paling peka dibalik mata. Atheroma (suatu endapan lemak pada dinding
lapisan arteria) dan kemudian artherosclerosis (arterisclerosis) berkembang. Dindingdinding pembuluh darah itu mengalami pengapuran dan tidak elastis. Setelah hal ini
terjadi, maka akan terjadi pembekuan (thrombus), dan inipun akan menimbulkan
komplikasi. Musibah di daerah otak dapat mengakibatkan kematian yang tiba-tiba.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Pembuluh darah ginjal sangat mudah terganggu karena tekanan darah yang terusmenerus berubah. Patologi ginjal dan penyakit ginjal boleh jadi akan timbul dan
mengakibatkan kematian. Sering pembuluh darah retina juga terpengaruh. Pemeriksaan
retina akan dapat menunjukkan beratnya dan perkembangannya tekanan darah tinggi.
Yang biasa ditemukan ialah garis-garis berwarna perak. Apabila nadi menindih
pembuluh darah halus maka akan terjadi penyempitan yang disebut nipping. Eksudat
(bahan yang merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam jaringan sekitarnya)
adalah komplikasi yang lebih parah, dan sangat membahayakan jika banyak (Knight,
2000).

2.3

Pengobatan
Perawatan yang paling mutakhir yang digunakan di seluruh dunia disebut beta-

blockers. Yang pertema kali ditemukandalam seri ini ialah proparanolol.


1. Propanol pertama kali dipakai untuk mengurangi seringnya dan beratnya angia
jantung. Juga berguna mengurangi ketidak-teraturan pada jantung. Kemudian terasa
juga faedahnya untuk menurunkan darah tinggi. Kini beta-blockers digunakan secara
luas untuk perawatan tekanan darah tinggi. Yang termasuk kelompok ini adalah
atenolol, metapropolol, alpremenolol,oxprenolol, pindolol.
2. Diuretik Oral, beberapa tahun ini penggunaan sekelompok obat yang disebut diuretik
oral agak luas juga. Pada mulanya ini digunakan untuk membuang kelebihan cairan
dari dalam tubuh. Faedahnya untuk menurunkan tekanan darah tinggi segera terasa,
dan penggunaannya dewasa ini sudah agak meluas.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

3. Chlorothiazide, pertama kali muncul pada tahun 1950-an. Penggunaannya masih


tetap luas dan banyak dokter yang mengatakan bahwa itu adalah yang paling mantap
untuk menurunkan darah tinggi (Knight, 2000)
Berbagai penelitian membuktikan bahwa ternyata tekanan darah tinggi yang ringan
dapat ditanggulangi tanpa obat, hanya dengan melakukan olahraga secara teratur (Anies,
2006).

2.4

Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Hipertensi

2.4.1 Umur
Pada umumnya tekanan darah akan naik dengan bertambahnya umur terutama
setelah umur 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur dibawah
40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi di atas umur 50 tahun angka tersebut terus
meningkat mencapai 20-30%, sehinggga ini sudah menjadi masalah yang serius untuk
diperhatikan (Depkes RI, 2000). Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti
Jakarta, Padang, bandung, Yogya, Denpasar dan Makassar terhadap umur lanjut (55-85
tahun) didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5% (Kamso,2000).

2.4.2 Jenis kelamin


Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak
yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi


hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada
wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal
(Pratiwi, 2004). Hasil SKRT 2004 diketahui bahwa prevalensi hipertensi pada
perempuan (16%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (12%).

2.4.3 Riwayat Keluarga


Tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan tetapi seseorang
memiliki potensi untuk mendapat hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Anies, 2006). Kaplan (1998) menyatakan bahwa kemungkinan untuk
menderita hipertensi pada seseorang yang orang tuanya mempunyai riwayat hipertensi
sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan orang lain yang tidak mempunyai riwayat
hipertensi pada orang tuanya. Faktor genetik yang berhasil diidentifikasi adalah yang
terkait pada kromosom 12p dengan fenotip postur tubuh pendek disertai brachydactyly
dan defek neurovaskuler.

2.4.4 Diet Tinggi natrium


Garam membantu menahan air dalam tubuh. The American Heart Association
step II Diet menganjurkan sesorang rata-rata mengkonsumsi tidak lebih dari 2.400 mg
garam per hari, terutama orang yang peka terhadap garam. Intake garam yang berlebihan
dapat menyebabkan hipertensi maupun terlalu banyak air yang bertahan di dalam tubuh.
Jika terlalu banyak mengandung air, akan meningkatkan volume darah tanpa adanya

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

penambahan ruang. Peningkatan volume ini mengakibatkan bertambahnya tekanan di


dalam arteri (Wetherill and Kereiakes, 2000).
Kajian-kajian yang dilakukan terhadap orang-orang dari banyak negara, dari
Timur dan Barat telah menunjukkan korelasi luas antara konsumsi garam dan tekanan
darah. Orang jepang yang tinggal di Jepang memiliki diet dengan kadar garam rendah.
Ketika mereka bermigrasi ke Amerika Serikat dan beralih ke diet Barat, konsumsi garam
mereka meningkat dan demikian pula tekanan darah mereka (Soeharto, 2000).
Konsumsi garam sebaiknya dibatasi, maksimal 2 gram garam dapur untuk diet
setiap hari (Anies, 2006). Satu hal penting ialah bahwa pembatasan penggunaan garam
akan mencegah berkembangnya tekanan darah tinggi, dan membantu menguranginya
kalau hipertensi sudah menyerang. Juga harus diingat bahwa garam yang menyebabkan
hipertensi adalah sodium. Mineral ini juga ada dalam bubuk pengembang kue dan
monosodium glutamat (Soeharto, 2000).

2.4.5 Diet Tinggi Lemak


Lemak dalam diet meningkatkan risiko untuk mendapat hipertensi. Diet tinggi
lemak berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,
terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi
lemak tak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tak jenuh polivalen secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian, dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah (Hull, 1996).

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak tinggi.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadi endapan kolesterol
dalam dinding pembuluh darah. Apabila endapan ini semakin banyak dapat menyumbat
pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah (Anies, 2006).
Lemak merupakan 42% dari total kalori yang dikonsumsi dalam diet rata-rata
orang Amerika. Tekanan darah akan menurun bila lemak dikurangi sampai 25% dari
total kalori. Secara teoritis bila lemak dikurangi sampai 25%, garam dibatasi dan berat
badan ideal dipertahankan, hipertensi akan terkontrol atau menghilang sebanyak 85%
dari semua penderita hipertensi tanpa perlu penggunaan obat-obatan (Hull, 1996).

2.4.6 Diet Rendah Kalsium


Individu dengan hipertensi mengkonsumsi sedikit kalsium dan makanan yang
kaya akan kalsium seperti susu tidak berlemak dan rendah lemak dan yoghurt daripada
individu yang bebas dari penyakit tersebut. Bila diet ditambahkan kalsium dengan dosis
harian 1000 mg, maka tekanan diastolik akan menurun pada individu dengan hipertensi
ringan sampai sedang. Pada beberapa orang, tekanan darah menurun bila kalsium
ditambahkan ke dalam diet natrium (Hull, 1996).

2.4.7 Diet Tinggi Kalium


Diet tinggi kalium yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran mungkin
dapat melindungi individu dari hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan
menrunkan tekanan sistolik dan diastolik pada beberapa kasus. Rasio kalium dan

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

natrium dalam diet mungkin berperan dalam mencegah dan mengendalikan hipertensi.
Bila buah-buahan dan sayur-sayuran segar ditingkatkan konsumsinya (makanan yang
mengandung kalium) dan makanan yang diproses serta makanan yang asin lainnya
dikurangi maka rasio antara kalium dan atrium menyebabkan penurunan tekanan darah
(Hull, 1996).

2.4.8 Diet Tinggi Alkohol


Wasir (1996) menyatakan bahwa berlebihan mengkonsumsi alkohol (>2 gelas
bir/wine/whiskey/hari) merupakan faktor resiko hipertensi. Menurut suatu penelitian,
diluar efek umur hipertensi lebih sering ditemukan pada orang yang berkulit hitam
peminum alkohol. Selanjutnya para pakar setuju bahwa konsumsi alkohol yang
berlebihan sepanjang waktu menimbulkan pengaruh yang berbahaya termasuk tekanan
darah tinggi, sirosis hati, dan kerusakan jantung (Wetherill and Kereiakes, 2000).

2.4.9 IMT (Indeks Masa Tubuh)


Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi
lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan (Soegondo,2005). Kaitan erat antara kelebihan berta badan dan
kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT
berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi. Bila
berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Bila berat badan menurun, maka volume darah total juga berkurang, hormon-hormon
yang berkaitan dengan tekanan darah berubah, dan tekanan darah berkurang (Hull,
1996).
Tabel 2.3
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
Berat Badan Kurang
<18,5
Kisaran Normal
18,5-24,9
Berat Badan Lebih
>25
Pra-Obes
25,0-29,9
Obes Tingkat I
30,0-34,9
Obes tingkat II
35,0-39,9
Obes Tingkat III
>40
menurut WHO technical series, 2000 (Soegondo, 2005)

2.4.10 Stres
Menurut Selye stres adalah respos tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang manakala
yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Jika mengalami
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat
menjalankan fungsi pekerjaanya dengan baik, maka ia mengalami distres (Hawari,
2001).
Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai
kecenderungan stres emosional yang tinggi (Pinzon, 1999). Stres atau ketegangan jiwa
dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Jika stres berlangsung lebih lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag (Selpi, 2004).

2.4.11 Merokok
Winniford (1990) mengatakan bahwa peningkatan takanan darah dan denyut
jantung mulai terjadi 1 menit setelah merokok. Setelah 10 menit denyut jantung
meningkat sampai 30% seangkan tekanan sistolik meningkat 10%. Merokok tidak hanya
dapat meningkatkan tekanan darah tapi juga merupakan faktor resiko yang sangat kuat
untuk penyakit jantung koroner (Wasir, 1998).
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung melalui
mekanisme sebagai berikut: Pertama, merangsang syaraf simpatis untuk melepaskan
norepineprin melalui syaraf

andrenegri dan meningkatkan catecolamine yang

dikelurakan melalui medula adrenal. Kedua, merangasang chemoreseptor di arteri


karotis dan aorta bodies dalam meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Ketiga
secara langsung melalui otot jantung mempunyai efek inotropik (+) dan efek
chronotropik (Winniford, 1990).
Kebiasaan merokok memang merupakan salah satu faktor risiko penting sampai
terjadinya penyakit jantung koroner, disamping faktor risiko lain seperti tekanan darah
tinggi, tingginya kadar lipid atau lemak dalam darah, kegemukan dan lain-lain (Aditama,
2002).

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

2.4.12 Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik dalam bentuk olahraga secara teratur memberikan banyak
keuntungan bagi para lanjut umur. Keuntungan tersebut antara lain berkurangnya berat
badan, tekanan darah, kadar kolesterol serta penyakit jantung. Olahraga secara teratur
juga dapat menunda efek-efek penuaan dan mengurangi kemungkinan depresi.
Penelitian Dr. Ralph Paffenbarger pada 15.000 alumni Harvard yang dipantaunya
selama 15 tahun menunjukkan bahwa pria yang berolahraga secara teratur memiliki
peluang lebih kecil untuk terkena hipertensi (Pickering, 1996).
Aktivitas fisik yang akan dilakukan secara teratur diketahui dapat mengurangi
kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya tahan jantung serta paru-paru
sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Kingwell dan Jennings, 1993).
Peningkatan aktivits fisik merupakan komponen penting dari program penurunan
berat badan. Walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan lebih
banyak dalam waktu enam bulan. Kebanyakan penurunan berat badan terjadi akrena
penurunan asupan kalori. Aktifitas fisik yang lama sangat membantu pada pencegahan
peningkatan berat badan. Keuntungan tambahan aktivitas fisik adalah terjadi
pengurangan risiko kardiovaskuler dan diabetes lebih banyak dibandingkan dengan
pengurangan berat badan tanpa aktivitas fisik saja (Soegondo, 2005).

2.4.13 Diabetes Melitus


Menurut ADA (2005) Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes


berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (Suyono dkk,
2004).
Penelitian epidemiologis sampai saat ini umumnya menyokong pendapat bahwa
hipertensi banyak dijumpai pada diabetes melitus daripada non diabetes melitus dan
penelitian Reavan (1990), dalam penelitian ulangan pada penelitian Barret (1981)
tekanan darah pada pasien dengan TGT dan Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
lebih tinggi daripada pasien dengan toleransi normal (Suyono, 1993).

2.4.14 Pil KB
Kebanyakan alat kontrasepsi mengandung kombinasi estrogen dan progesteron
dalam proporsi yang bervariasi dan mungkin bertentangan dengan sistem reninangiotensin, yang menjaga keseimbangan regulasi cairan tubuh. Hal ini menyebabkan
sedikit kenaikan pada tekanan darah sampai menghambat garam dan air. Beberapa
wanita sensitif terhadap pil KB dan menimbulkan hipertensi. Ketika banyak wanita
menggunakan pill KB, kontrasepsi oral ini diduga menyebabkan lebih hipertensi
daripada penyebab lain dari secondary hipertensi jika digabungkan bersama (Patel,
1995).

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

2.4.15 Suku/Golongan Etnik


Berbagai golongan etnik dapat berbeda dalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan angka kesakitan dan
kematian (Sutrisna, 1994).
Besar variasi antar suku di Indonesia, Lembah Baliem Jaya (0,6%), Sukabumi,
Jawa Barat (28,6%) (Bustan, 2000). Peringkat prevalensi tertinggi tahun 2000 pada Suku
Minang di bukit Tinggi (41,8%) (Enday, 1996).

2.5

Kerangka Teori
Menurut Bustan (2000), faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor

risiko hipertensi adalah umur, suku/ras, urban/rural, geografis, seks, gemuk, personality
type A, diet, DM, water compotition, alkohol, rokok, kopi, pil KB. Selain itu menurut
Patel (1995), faktor risiko untuk hipertensi esensial adalah umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, ras, stres, kelas sosial, kelebihan alkohol, kelebihan kopi, merokok, diet,
kelebihan gula dan/atau kekurangan potasium, lemak, gula, obesitas, hidup yang
sedentary, kurang tidur.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Bagan 2.1 Kerangka Teori Faktor Risiko Hipertensi

genetik

Faktor Perilaku

Diabetes
Melitus

Merokok

Alkohol

IMT

S
U
K
U
/
E
T
N
I
K

Tinggi
Natrium

Tinggi
lemak

Tinggi
kalsium

A
R
T
E
R
O
S
K
L
E
R
O
S
I
S

Riwayat
keluarga

HIPERTENSI

Umur

Jenis
Kelamin

Pil KB

Stres kerja

Pekerjaan

Tinggi
kalium
Aktivitas fisik

Detak
Jantung

Sumber: Kaplan (2002), WHO (2001), Wainwright (2002), Bustan (2000), Patel (1995)

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Hipertensi dapat disebabkan berbagai hal seperti umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, diet tinggi natrium, diet tinggi lemak, diet rendah kalsium, diet tinggi kalium,
diet tinggi alkohol, IMT, stres, merokok, aktivitas fisik, diabetes melitus, pil KB, suku/
golongan etnik. Dari kerangka teori tersebut maka dibuat kerangka konsep sebagai
berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Faktor Risiko Hipertensi

Faktor Risiko:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. IMT
4. Merokok

Hipertensi

5. Diabetes Melitus
6. Aktivitas Fisik

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

3.2.

Definisi Operasional

No

Varabel

Definisi

Cara Ukur

1.

Variabel dependen

Peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan

Observasi data

Hipertensi

sistolik 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg. Hasil regristrasi pasien

Hasil Ukur

1. Hipertensi

Skala Ukur

Ordinal

2. Normal tensi

didapatkan melalui pemeriksaan oleh dokter dengan alat


tensimeter. Kriteria berdasarkan JNC 7.

2.

Umur

Lamanya pasien hidup dihitung menurut ulang tahun

Observasi data

1. < 40 tahun

terakhir pasien saat berobat ke puskesmas. Umur

regristrasi pasien

2. 40 tahun

Observasi data

1. Laki-laki

regristrasi pasien

2. Perempuan

Ordinal

dikelompokkan berdasarkan Bustan (2000).

3.

4.

Jenis Kelamin

Status gender pasien yang berobat ke puskesmas

Indeks Masa Tubuh

Keadaan gizi orang dewasa yang dihitung dari

Observasi data

1. Overwight

(IMT)

perbandingan antara Berat Badan dalam Kg dibagi

regristrasi pasien

( 25 kg/m2)

dengan Tinggi Badan dalam meter dikuadratkan. Hasil

2. Normal

didapatkan dari pemeriksaan oleh tenaga medis di

(<25 kg/m2

Nominal

Ordinal

puskesmas dengan alat pemeriksa tinggi badan dan berat


badan. Dikelompokkan berdasarkan kategori WHO

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

5.

Merokok

Kebiasaan merokok yang dimiliki pasien yang berobat ke

Observasi data

puskesmas, hasil didapatkan dari pemeriksaan yang

regristrasi pasien

1. Tidak

Ordinal

merokok
2. Merokok/

dilakukan oleh dokter melalui tanya jawab

mantan
perokok

6.

Diabetes Melitus

Keadaan penyakit diabetes melitus yang dimiliki oleh

Observasi data

1. Ya

pasien yang berobat di puskesmas yang didapatkan dari

regristrasi pasien

2. Tidak

Aktivitas yang yang melibatkan kegiatan fisik yang

Observasi data

1. Ada (ringan,

dillakukan sehari-hari yang dilakukan pasien yang

regristrasi pasien

Normal

hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter melalui


tanya jawab, jika memiliki riwayat atau berstatus DM
akan diperiksa dengan glukometer. Status diabetes
berdasarkan catatan medis.

7.

Aktivitas fisik

berobat di puskesmas. Hasil didapatkan dari pemeriksaan

Ordinal

sedang, berat)
2. Tidak ada

melalui wawancara yang dilakukan oleh doker


berdasarkan kriteria kuisioner nilai skor kardiovaskular.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

3.3

Hipotesis

3.2.1 Ada hubungan antara umur dengan hipertensi pada responden yang tinggal di
Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.2 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada responden yang
tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.3 Ada hubungan antara IMT dengan hipertensi pada responden yang tinggal di
Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.4 Ada hubungan antara merokok dengan hipertensi pada responden yang tinggal di
Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.5 Ada hubungan antara diabetes melitus dengan hipertensi pada responden yang
tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007,
3.2.6 Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan hipertensi pada responden yang
tinggal di Kelurahan Jagakarsa Tahun 2007.

Beberapa faktor risiko..., Desyana Endarti Hendraswari, FKM UI, 2008

Universitas Indonesia

Das könnte Ihnen auch gefallen