Sie sind auf Seite 1von 6

Novita Apramadha Kartika Sari

115070107111050
PDB 2011

Kasus Ca Colon Stadium 3a


Tn. Anto, 64 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 4 bulan sejak MRS,
warna merah segar, menempel pada tinja. BAB berdarah hampir setiap hari. Nafsu makannya
berkurang 1 minggu sejak MRS. Kembung (+). Flatus (+). BAK normal..Perubahan pola
BAB (+) sejak 1 tahun terakhir. Demam (-), batuk (-), sesak (-), sakit kepala (-), keluar
benjolan di anus saat mengedan (-). Penurunan berat badan (+). Pasien dirujuk ke bedah
digestif. Sebelum sakit frekuensi BAB teratur sekali sehari, senang makan sayur dan buah.
Riwayat merokok (+) selama 20 tahun, sudah berhenti selama 1 bulan terakhir. Dalam 1 hari
pasien dapat menghabiskan 1 bungkus. Konsumsi alkohol (+).
Pada pemeriksaan rectal touche didapatkan teraba massa, di atas sfingter ani,
konsistensi keras, mobile, nyeri tekan (+). Pada sarung tangan: feses (+), darah (+), lendir (-).
Kesan pada kolonoskopi : Displasia berat, karsinoma insitu, rectum. CT Scan Kesan : Tumor
rektosigmoid, tampak pembesaran kelenjar limfa di sekitar arteri mesenterika superior. Tidak
didapatkan metastase ke organ lain.Patologi Anatomi didapatkan kesan Adenokarsinoma
berdiferensiasi baik, T3, rektosigmoid.

Identitas Pasien
Usia
Alamat
Pekerjaan

: Tuan Anto
: 64 tahun
: Jl.Bandung No.12 Malang
: Pengusaha tekstil

1. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Perubahan pola kebiasaan defekasi, baik diare ataupun konstipasi, perdarahan per
anum (darah segar), penurunan berat badan, faktor predisposisi, riwayat kanker dalam
keluarga, riwayat polip usus, riwayat kolitis ulserosa, riwayat kanker payudara/ovarium,
uretero-sigmoidostomi, serta kebiasaan makan (rendah serat, banyak lemak). Semakin distal
letak tumor semakin jelas gejala yang ditimbulkan karena semakin ke distal feses semakin
keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen yang menyempit, bahkan bisa disertai nyeri dan
perdarahan, bisa jelas atau samar. Warna perdarahan sangat bervariasi, merah terang,
mahogany, dan kadang merah kehitaman.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur
Untuk menilai tonus dari muskulus sfingter ani, ampula rektum, mukosa dan massa.
Tonus sfingter ani dinilai kuat atau lemah, ampula rektumnya kolaps atau tidak dan isinya,

Novita Apramadha Kartika Sari


115070107111050
PDB 2011
mukosa dinilai permukaannya apakah kasar, licin atau berbenjol benjol, dan dinilai apakah
teraba massa, lokasinya, batasnya dan permukaannya. Kemudian dinilai juga apakah terdapat
perdarahan. Menetapkan ukuran dan derajat fiksasi serta jarak tumor dari garis anokutan.
Lokasinya 1/3 tengah dan 1/3 distal rektum.
c. Pemeriksaan Penunjang
Imaging yang Direkomendasikan Pada Kanker Kolorektal Berdasarkan Studi CrossSection
Masalah

Investigasi

Rekomendasi

Keterangan

MRI

Diindikasikan

- Untuk mendeteksi metastases

diagnostik/klinis
Staging

CT Scan

liver
- Menilai mesorectal margin
- Dengarn

endorectal

digunakan

untuk

coil,
menilai

kategori T dan N
Ultrasound

Diindikasikan

- Untuk mendeteksi metastasis


ke liver
- TRUS

lebih

akurat

memprediksi kategori T
Response

MRI

Assessment

CT

Diindikasikan

- Digunakan setelah 3 siklus


terapi untuk menilai respon
tumor
- Digunakan

4-6

minggu

setelah

kemoradioterapi

neoajuvan

untuk

menilai

respon tumor
Follow-up

MRI

Diindikasikan

CT

metastasis liver tinggi

Ultrasound
Investigasi suspek

MRI

relaps

CT

Pasien dengan resiko

atau relaps
Diindikasikan

Diagnosis

rekurensi

pasien dengan suspek


klinis rekuren

Novita Apramadha Kartika Sari


115070107111050
PDB 2011
Endoskopi
Diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien mempunyai
kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.
Kolonoskopi
Untuk memeriksa seluruh bagian rectum dan usus besar. Kolonoscopi umumnya
dianggap lebih akurat daripada barium enema, terutama dalam mendeteksi polip kecil. Jika
ditemukan polip pada usus besar, maka biasanya diangkat dengan menggunakan
colonoscope dan dikirim ke ahli patologi untuk kemudian diperiksa jenis kankernya. Tingkat
sensitivitas kolonoscopi dalam diagnosis adenokarsinoma atau polip kolorektal adalah 95%.
Namun tingkat kualitas dan kesempurnaan prosedur pemeriksaannya sangat tergantung pada
persiapan kolon, sedasi, dan kompetensi operator.
Biopsi
Untuk konfirmasi adanya malignansi. Biopsi biasanya dilakukan dengan endoskopi.
Pneumocolom Computed Tomography
Dapat memberikan informasi kondisi di luar kolon, termasuk stadium invasi lokal, metastasis
hepar dan kelenjar getah bening.

Novita Apramadha Kartika Sari


115070107111050
PDB 2011
Pada stadium 3a, kanker tumbuh pada submukosa. Dapat juga tumbuh pada muskularis
propia. Kanker menyebar pada 1-3 limfonodi dekat tumor primer, tetapi belum menyebar ke
arah distal. Pada tadium 3 a, sistem TNM dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. - T1-T2: Jika kanker tumbuh di submukosa, termasuk T1. Kanker yang tumbuh di
muskularis propria dikategorikan T2.
- N1a-N1b: kanker menyebar pada 1-3 limfonodi. N1a mengindikasikan 1 limfonodi,
sedangkan N1b mengindikasikan 2-3.
- M0: tidak menyebar ke organ lain
2. - T1: kanker tumbuh pada submukosa
- N2a: Kanker menyebar 4-6 limfonodi
- M0: Kanker tidak menyebar ke organ lain

2. Penanganan
Pembedahan sebagai modalitas terapi kuratif stage I-III. Tujuan utama tindakan operatif ialah
memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun non kuratif. Kemoterapi dan
radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.
a.Pembedahan dilakukan dengan wide surgical resection dan anastomosis. Pembedahan
banyak dilakukan dengan teknik laparoskopi.
b. Kemoterapi ajuvan
- FOLFOX4 (oxaliplatin, leucovorin, and fluorouracil [5-FU]): Oxaliplatin 85mg/m2
diberikan 2 jam infus pada hari 1, leucovorin 200mg/m2 diberikan 2 jam infus pada hari
1dan 2, diikuti dengan loading dose 5-FU 400mg/m2 bolus intravena, kemudian 5-FU
600mg/m2 diberikan melalui ambulatory pump selama 22 jam pada hari 1 dan hari 2 setiap
2 minggu.
- Regimen levamisole (5-FU dan levamisole)
Bolus 5-FU 450 mg/m2 per hari pada hari 1-5, kemudian setelah 28 hari ditambah
levamisole 50 mg oral 3x sehari selama 3 hari setiap 2 minggu.
c. Nutrisi
- Terapi nutrisi diberikan kepada penderita malnutrisi atau pada penderita yang dalam
perjalanan penyakitnya diperkirakan akan menjadi malnutrisi (Waller, 1996; Boediwarsono,
2006). Secara praktis bila didapatkan 2 dari 3 berikut ini, yaitu adanya penurunan berat badan
> 10% dalam kurun waktu 3 bulan, kadar trasferin serum < 150 mg/dl, kadar albumin serum
< 3,4 g/dl merupakan indikasi pemberian terapi nutrisi (Waller, 1996; Boediwarsono, 206).

Novita Apramadha Kartika Sari


115070107111050
PDB 2011
Pada penderita kanker kolon, diberikan makanan porsi kecil dan sering, dibatasi lemak, serat,
monokarbohidrat dan laktosa, ditambahkan calcium, magnesium, zine dan Vit B12 secara
parenteral.

3. Komplikasi
- Komplikasi setelah penanganan:
Post operasi: Perdarahan dan infeksi setelah operasi, retensi urin, nyeri
Pos kemoterapi dan bioterapi dengan agen: mual, muntah diare, alergi
Terapi radiasi: reaksi kulit, luka bakar, mechanical blockage, perdarahan dan
radionekrosis
-

Obstruksi intestin

Rekurensi

Metastasis

Development of a Second Primary Cancer

4. Pencegahan Terhadap Komplikasi


- Follow up post operasi, monitoring kesehatan pasien, dengan meminta berkunjung sesuai
jadwal yang ditentukan.
- Mencegah kanker baru dengan mengulangi kolonoskopi setiap 3 tahun sampai tidak ada
adenoma baru. Kemudian mengulang tiap 5 tahun sampai deteksi tumor baru tidak
mempengaruhi kehidupan pasien. Jika tidak

ada kolonoskopi, kontras barium enema

kombinasi dengan sigmoidoskopi merupakan pilihan alternatif.


- Pada pasien yang dilakukan low anterior resection of rectal cancers, digital rectal
examinations dan proctoscopy atau sigmoidoscopy dilakukan 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan
2 tahun untuk mencari kemungkinan rekuren.
- Diet tinggi serat, rendah lemak, membatasi makan daging merah, hindari makanan tinggi
garam, berasap, pilih susu rendah lemak, batasi konsumsi alkohol.
- Tidak merokok

Sumber:
-

American Cancer Society.Nutrition for the Person With Cancer During Treatment: A
Guide for Patients and Families. 2014.

Novita Apramadha Kartika Sari


115070107111050
PDB 2011
Erprisman, Ekawati. 2012. Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker.
https://id.scribd.com/doc/169292000/Terapi-Nutrisi-Pada-Pasien-Kanker. Diakses
pada 3 Desember 2014.

Dragovich., et al. Colon Cancer http://emedicine.medscape.com/article/277496overview#showall. Diakses pada 2 Desember 2014.

Siregar, G.A. Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Kanker Usus Besar.2008. USU erepository.

National Cancer Institute. Colon Cancer Treatment. 2014.


http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/colon/HealthProfessional/page8#S
ection_358. Diakses pada 2 Desember 2014.

Das könnte Ihnen auch gefallen