Sie sind auf Seite 1von 330

World Health

n
Organization
Periksa klinis
dan
anthropometri
BB dan TB anak

YANKES RUJUKAN

PEDOMAN PELAYANAN GIZI


BAGI PETUGAS KESEHATAN

ANAK

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK


ISBN
978-979-19477-3-2
Penyakit ringan
Gizi kurang

Penyakit berat
Gizi kurang

Gizi buruk
Penyakit ringan /
berat

RAWAT JALAN
Obati penyakit
Penambahan energi
dan protein 20 50 %
diatas AKG

RAWAT INAP
Obati penyakit
Penambahan energi
dan protein 20 50 %
diatas AKG

RAWAT INAP
Obati penyakit
Diet gizi buruk
10 tata laksana gizi
buruk
PULANG

P
U
S
K
E
S
M
A
S

RUMAH
TANGGA

Posyandu / Pusat
Pemulihan Gizi
(PPG)

ASUHAN GIZI
DI PUSKESMAS

Datang sendiri
Dirujuk :
MTBS
Non MTBS

ASUHAN
GIZI
DI PUSKESMAS
ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

Buku Saku

WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

Buku saku asuhan gizi di Puskesmas : pedoman pelayanan gizi bagi petugas kesehatan

1. Nutrition disorders. 2. Nutritional status. 3. Child nutrition disorders. 4. Infant nutrition disorders.
5. Maternal welfare. 6. Child welfare. 7. Infant welfare. 8. Handbooks. 9. Indonesia. I. WHO Country

ISBN 978 979 19477 3 2


Office for Indonesia. II. Indonesia. Ministry of Health.

NLM Classification: WD 101

BB
(kg)
6
9
13
19
27
34
46
56
60
62
62
60
58
36
46
50
54
55
55
54
53

TB
(cm)
61
71
91
112
130
142
158
166
168
168
168
168
168
145
155
157
159
159
159
159
159

Energi
(kkal)
12
16
20
28
38
50
62
62
62
62
62
60
58
52
60
58
58
58
57
57
55
+18
+18
+18
+17
+17

550
700
1050
1550
1800
2100
2550
2650
2700
2550
2250
1800
1500
2000
2150
2150
2250
2100
1900
1500
1400
+180
+300
+300
+330
+400

Protein
(g)

BB
(kg)
6
9
13
19
27
34
46
56
60
62
62
60
58
36
46
50
54
55
55
54
53

TB
(cm)
61
71
91
112
130
142
158
166
168
168
168
168
168
145
155
157
159
159
159
159
159

3
4
6
9
10
12
14
15
15
14
13
10
8
11
12
12
12
12
10
9
8
+4
+4
+4
+3
+3

0.3
0.4
0.7
1.0
1.1
1.3
1.5
1.6
1.6
1.6
1.4
1.1
0.9
1.2
1.3
1.3
1.4
1.3
1.1
0.9
0.9
+0.3
+0.3
+0.3
+0.4
+0.4

0.3
0.4
0.6
0.8
0.9

+0.3
+0.3

+0.3
+0.3
+0.3

1.0
1.1
1.1
1.1
1.1
1.0
0.8
0.7

1.1
1.2
1.3
1.4
1.3
1.2
1.0
0.8

Vitamin B3
(mg)

Vitamin B2
(mg)

Vitamin B1
(mg)

+0.5
+0.5

+0.4
+0.4
+0.4

1.2
1.2
1.2
1.3
1.3
1.5
1.5
1.5

1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.7
1.7
1.7

0.1
0.3
0.5
0.6
1.0

Vitamin B6
(mg)

375
400
425
425
425
425
425
425
+25
+25
+25
+75
+75

20
25
30
30
30
30
30
30
+0
+0
+0
+5
+5

+25
+25

+10
+10
+10

50
65
75
75
75
75
75
75

50
75
90
90
90
90
90
90

11
15
15
15
15
15
15
15
35
55
55
65
65
65
65
65

145
155
157
159
159
159
159
159
36
46
50
54
55
55
54
53
600
600
600
500
500
500
500
500
15
15
15
15
15
15
20
20
11
15
15
15
15
15
15
15
35
55
55
65
65
65
65
65

+300
+300
+350
+0
+0
+0
+0
+0
+0
+0
+0
+0

+350
+350
+0
+0
+4
+4
+0
+0

+0
+0
+0
+0
+0

+200
+200

1250
1250
1250
700
700
700
700
700

1250
1250
1250
700
700
700
700
700

100
250
500
500
500

P
(mg)

+200
+200
+200

1200
1200
1200
1100
1000
1000
1000
1000

1200
1200
1100
1000
1000
1000
1000
1000

200
250
650
1000
1000

Ca
(mg)

+20
+20

+0
+0
+0

162
207
225
324
330
330
324
318

153
207
252
350
350
350
350
350

30
55
60
95
135

Mg
(mg)

+400
+400

+100
+100
+100

700
795
890
900
900
900
900
900

700
795
890
900
900
900
900
900

200
220
340
440
570

Cu
(ug)

+20
+20

+3,5
+3.5
+3.5

21.0
22,5
24.0
30,5
28,8
25,5
20,8
19,1

25.0
30.0
35.0
36,5
35,2
31,2
25,5
20,4

0,2
5,5
11.0
15.0
20.0

Cr
(ug)

+6
+8

+0
+9
+13

20
26
26
26
26
12
12
12

13
19
15
13
13
13
13
13

0,5
7
8
9
10

Fe
(mg)

+100
+100

+100
+100
+100

120
150
150
150
150
150
150
150

120
150
150
150
150
150
150
150

90
120
120
120
120

I
(ug)

+4,5
+4.5

+1,2
+4,2
+10,2

12,9
15,8
14
9,3
9,8
9,8
9,8
9,8

14,0
18,2
16,9
13,0
13,4
13,4
13,4
13,3

1,3
3,0
4.0
5.0
11,3

+10
+10

+5
+5
+5

20
30
30
30
30
30
30
30

20
30
30
30
30
30
30
30

5
10
17
20
20

+0,8
+0.8

+0,2
+0.2
+0.2

1,6
1,6
1,6
1,8
1,8
1,8
1,8
1,8

1,9
2,2
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3

0,003
0,6
1,2
1,5
1,7

+0
+0

+0
+0
+0

1,9
2,4
2,5
2,5
2,7
2,7
2,7
2,7

1,7
2,4
2,7
3,0
3,1
3,1
3,1
3,1

0,01
0,4
0,6
0,9
1,2

+0
+0

+0
+0
+0

1500
1500
1500
1500
1500
1300
1200
1200

1500
1500
1500
1500
1500
1300
1200
1200

120
200
1000
1200
1200

Na
(mg)

15
15
15
15
15
15
20
20

F
(mg)

600
600
600
600
600
600
600
600
Mn
(mg)

34
46
56
60
62
62
60
58
Se
(ug)

142
158
166
168
168
168
168
168
Zn
(mg)

5
10
15
20
25

Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua

375
550
550
550
550
550
550
550

20
25
30
30
30
30
30
30

40
50
40
45
45

4
5
6
7
7

36
46
50
54
55
55
54
53

125
150
200
250
375

5
6
8
12
12

Vitamin C
(mg)

5
5
155
15
15

+400
+400

+0
+0
+0

4500
4700
4700
4700
4700
4700
4700
4700

4500
4700
4700
4700
4700
4700
4700
4700

400
700
3000
3800
3800

K
(mg)

Vitamin K
(g)

145
155
157
159
159
159
159
159

Choline
(mg)

Biotin
(g)

+800
+500

375
400
400
450
500

Vitamin E
(mg)

34
46
56
60
62
62
60
58

0
0

+45
+55

+300
+300
+300

6
9
13
19
27

Vitamin D
(g)

142
158
166
168
168
168
168
168

+2
+2

0
0
0

+25
+40
+40

1800
2000
2100
2300
2300
2300
1600
1500

61
71
91
112
130

Vitamin A
(g)

6
9
13
19
27

+100
+100

+0.4
+0.4

+1
+1
+1

28
30
30
32
30
26
21
20

270
300
300
320
300
280
250
220

1800
2000
2200
2500
2600
2600
1900
1600

BB
(kg)

61
71
91
112
130

+200
+200
+200

+0.2
+0.2
+0.2

4
5
5
5
5
5
5
5

29
35
37
38
36
32
25
21

290
350
350
370
380
330
300
250

800
1200
1500
1900

Air
(mL)

TB
(cm)

BB
(kg)

400
400
400
400
400
400
400
400

1.8
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4

4
5
5
5
5
5
5
5

0
10
15
22
25

58
80
145
210
250

Serat
(g)

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -<6 bl
6-<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua

TB
(cm)

400
400
400
400
400
400
400
400

1.8
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4

1.7
1.8
2
2
3

Pantotenat
(mg)

+11
+13

+6
+10
+10

70
70
70
75
60
50
40
40

70
85
88
90
70
60
50
42

30
35
40
60
70

Karbohidrat
(g)

KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK


ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -<6 bl
6-<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th

65
80
160
200
300

Folat
(g)
0.4
0.5
0.9
1.2
1.2

Vitamin B12
(g)

Lemak
(g)

DAFTAR ANGKA KECUKUPAN VITAMIN, 2012

TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -<6 bl
6-<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ thn
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua

TABEL 2b. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -< 6 bl
6 -<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua

TABEL 1. KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

DAFTAR ANGKA KECUKUPAN GIZI, 2012


KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DI ANJURKAN
UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

BUKU SAKU

ASUHAN GIZI
DI PUSKESMAS
PEDOMAN
PELAYANAN GIZI
BAGI PETUGAS KESEHATAN

Kerjasama
Kementerian Kesehatan RI
dan
WHO Indonesia

World Health
n
Organization
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TIM PENYUSUN
Pengarah :
Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H. MARS.
Direktorat Jendral Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak,
Dr. Minarto, MPS.
Direktur Gizi Masyarakat
Sugeng Eko Irianto. MPS. Ph.D
WHO Indonesia
Kontributor :
Iip Syaiful, Andry Harmany, Yetty MP Silitonga, Julina, Moesijanti Y.E.
Soekarti, Irfany Anwar, Syarif Darmawan, A.Razak Thaha, Veni Hadju,
Suryani Asad, Satriono, Nurpudji Astuti, Sri Kardjati, Sri Sudaryani Nasar,
JC Susanto, Sulastini, Itje Aisah Ranida, Suroto, Djasmidar , Tatang S. Falah
Asrijanti, Inti Mudjiati Hera Nurlita, Retnaningsih, Sugeng Eko Irianto,
Sri Sukotjo, Siti Fatimah, Rofiqi.

ii

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KATA PENGANTAR
Sampai saat ini masalah gizi masih menjadi masalah yang besar di Indonesia.
Seperti negara-negara berkembang lainnya, masalah gizi cenderung bertambah
berat dengan terjadinya beban ganda karena masalah kekurangan gizi belum
teratasi, pada saat yang sama masalah kelebihan gizi makin meningkat.
Menghadapi beban ganda masalah gizi di negeri ini, dibutuhkan penanganan
yang komprehensif mulai dari tindakan preventif dan promotif hingga kuratif dan
rehabilitatif.
Di bidang gizi, kesadaran akan pentingnya pendekatan promotif dan preventif
telah dimanifestasikan dalam berbagai bentuk program yang dilengkapi dengan
buku-buku pedoman pelaksanaan program. Sementara saat ditemukan kasus
atau masalah gizi pada tingkat yang membutuhkan tindakan kuratif di lini terdepan
pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas, para petugas yang bertanggung jawab
untuk hal tersebut belum memiliki buku pedoman yang memadai.
Oleh karena itu , Kementerian Kesehatan menyusun buku saku yang dapat
digunakan sebagai pedoman praktis dalam melakukan tugas sehari-hari.
Penyusunan buku ini telah melewati sebuah proses yang panjang dengan
melibatkan banyak pihak yang kompeten antara lain para pakar dari berbagai
perguruan tinggi dan organisasi profesi gizi (khususnya PERSAGI dan PDGKI)
serta praktisi lapangan mulai dari tingkat Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten hingga Puskesmas. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi
hingga tersusunnya buku ini.

Kami menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
buku ini. Besar harapan kami, semoga buku saku ini dapat bermanfaat bagi
petugas kesehatan di Puskesmas dalam memberikan pelayanan gizi kepada
masyarakat secara paripurna.
Direktur Bina Gizi

Dr. MINARTO, MPS


NIP. 195412111978111001
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

iii

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Tim Penyusun...............................................................................................
Kata Pengantar ............................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................
Daftar Tabel ..................................................................................................
Daftar Bagan ................................................................................................
Daftar Gambar ..............................................................................................
Daftar Lampiran ...........................................................................................
Daftar Istilah .................................................................................................

ii
iii
iv
vii
x
xi
xii
xv

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan ..............................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Tujuan ......................................................................................................
C. Tugas Fungsi ...........................................................................................
D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas ............................................

1
1
1
2
4

BAB II DIAGNOSA GIZI


Diagnosa Gizi ..............................................................................................
A. Pendahuluan ............................................................................................
B. Konsep dasar Masalah Gizi ....................................................................
C. Diagnosa Gizi ..........................................................................................

7
7
9
13

1. Domain Intake ..................................................................................... 15


2. Domain Klinik ...................................................................................... 19
3. Domain Behavior ................................................................................. 21

iv

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB III LANGKAH-LANGKAH ASUHAN GIZI KLINIK


Langkah-Langkah Asuhan Gizi Klinik ......................................................
A. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien ......................................
B. Pengkajian data (Assessment) ................................................................
C. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi ........................................
D. Intervensi Gizi termasuk Planning (perencanaan terapy diet) .................
E. Monitoring dan Evaluasi Gizi ..................................................................
F. Dokumentasi Asuhan Gizi Puskesmas .....................................................

27
28
28
35
37
39
39

BAB IV ASUHAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI PADA BALITA


Asuhan Penanggulangan Masalah Gizi pada Balita ..............................
A. Asuhan Penanggulangan Gizi Kurang .....................................................
B. Asuhan Gizi Penanganan Gizi Buruk ......................................................
C. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan ...............................

45
46
50
78

BAB V MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI


Masalah Gizi pada Ibu hamil dan Ibu Menyusui ...................................... 87
A. Masalah Gizi pada Ibu Hamil ................................................................... 87
1. Gizi Seimbang pada Ibu hamil ............................................................ 88
2. Kurang Energi Kronik .......................................................................... 89
3. Anemia Gizi Besi ................................................................................. 91
4. Defisiensi Asam Folat .......................................................................... 96
5. Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan Penyakit terkait Kehamilan....... 100
Hiperemesis Gravidarum 98 Pre eklampsia & Eklampsia ............................100
B. Asuhan Gizi Ibu Menyusui ....................................................................... 111
1. Fisiologi Menyusui ................................................................................112
2. Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui ..............................................116

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB VI ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR


Asuhan Gizi pada Penyakit Menular dan Tidak Menular ............................ 121
A. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular ...................................................... 122
1. Diare pada Balita ................................................................................ 122
Menilai Dehidrasi ................................................................................ 123
Penanganan Diare di Rumah .............................................................. 124
Diare tanpa Dehidrasi ......................................................................... 124
Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang .................................... 124
Jenis Diare .......................................................................................... 128
Diare akut ........................................................................................... 128
Diare Persisten ................................................................................... 129
Diare dengan Gizi Buruk .................................................................... 132
2. Tuberculosis (TBC) ............................................................................ 132
3. HIV dan AIDS ..................................................................................... 138
4. Demam Thypoid ................................................................................. 151
B. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular ............................................. 155
1. Tata Laksana Diet Diabetes mellitus ................................................... 155
2. Tata Laksana Diet pada Penderita Hipertensi ..................................... 175
3. Tata Laksana Gizi pada Penderita Obesitas ....................................... 185
4. Tata Laksana Terapi Diet Pada Dislipidemia ....................................... 195
5. Tata laksana Diet pada Penderita Hyperurecemia dan Gout .............. 206
6. Tata laksana diet pada Penyakit Hati ................................................. 214
Hepatitis .............................................................................................. 214
Hepatitis Akut ...................................................................................... 215
Hepatitis Kronis ................................................................................... 216
Chirrosis Hepatis ................................................................................ 217
Tata Laksana Diet Pada Gastritis ............................................................ 219
Daftar Pustaka ........................................................................................ 223
Lampiran-Lampiran ................................................................................. 227
vi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR TABEL

Tabel 1
Indikator status gizi klinik defisiensi atau kelebihan gizi ............................. 32

Tabel 2
Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis pembesaran
kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO ..................................................... 34

Tabel 3
Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas .................... 51

Tabel 4
Sepuluh Langkah Tata Laksana Anak Gizi Buruk ....................................... 57

Tabel 5
Cara Mengatasi Hipoglikemi ....................................................................... 58

Tabel 6
Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia ............................................... 59

Tabel 7
Tanda Dehidrasi .......................................................................................... 60

Tabel 8
Dosis Pemberian Vitamin ............................................................................ 63

Tabel 9
Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase .................................................................... 66

Tabel 10
Kebutuhan kalori dan protein menurut umur dan jenis kelamin .................. 82

Tabel 11
Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 24 bln ) Setiap Kali Makan ....... 85

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

vii

Tabel 12
Pola Makan secara Umum untuk Memperoleh Gizi Seimbang
pada Ibu Hamil .......................................................................................... 89
Tabel 13
Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO ................................................... 92

Tabel 14
Derajat Keparahan Anemia pada Ibu hamil menurut WHO ...................... 92

Tabel 15
Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet Hiperemesis ....................... 104

Tabel 16
Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan .............. 110

Tabel 17
Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui 118

Tabel 18
Bentuk Klinis Diare .................................................................................... 122

Tabel 19
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare ......................................... 123

Tabel 20
Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama .......................................... 125

Tabel 21
Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak diare .............................. 131

Tabel 22
Interpretasi Nilai IMT .................................................................................. 135

Tabel 23
Kebutuhan Energi pada penderita TB anak .............................................. 138

viii

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Tabel 24
Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama
Kehamilan dan Menyusui ............................................................................ 144

Tabel 25
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA
( HIV dan AIDS ) ......................................................................................... 149

Tabel 26
Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH (1999) ......................................... 177

Tabel 27
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul ............................. 187
Tabel 28
Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Badan ...................... 194
Tabel 29
Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap PKV
(penyakit kardiovaskular) ............................................................................ 200

Tabel 30
Komposisi Diet untuk Dislipidemia .............................................................. 201

Tabel 31
Daftar Kandungan Purin pada Bahan Makanan ......................................... 210

Tabel 32
Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein ...................... 219

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ix

DAFTAR BAGAN
Bagan 1
Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas ..............................................

Bagan 2
Status Gizi Optimal sebagai sebuah Keseimbangan antara
Intake Zat Gizi dan Kebutuhan Gizi............................................................ 10
Bagan 3
Perkembangan Defisiensi Gizi secara Klinik dengan intake
Makanan, Biokimia dan evaluasi Klinik....................................................... 12
Bagan 4
Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk.............. 54
Bagan 5
Alur Penanganan Gangguan Gizi Akut....................................................... 55
Bagan 6
Modifikasi Penyebab Gizi Salah (Unicef, 1992)......................................... 79

Bagan 7
Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang
Mempengaruhi........................................................................................... 114
Bagan 8
Mekanisme terjadinya Diabetes mellitus type I.......................................... 157
Bagan 9
Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I...................................... 157

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat pada Ibu Hamil............................... 98
Gambar 2
Peran Natrium pada Pre Eklampsia dan Eklampsia ................................... 108
Gambar 3
Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI ............................................ 113
Gambar 4
Profil Gula Darah, Insulin, dan Glukagon setelah Makan ........................... 168

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk Di Rumah Sakit / Puskesmas
Perawatan.................................................................................................... 228

Lampiran 2
Cara Pembuatan PMT dan Penyuluhan Gizi dan Kesehatan...................... 229

Lampiran 3
Cara Pembuatan RESOMAL...................................................................... 230

Lampiran 4
Formula WHO.............................................................................................. 232

Lampiran 5
Makanan Fase Rehabilitasi.......................................................................... 234

Lampiran 6
Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan.................................................... 235

Lampiran 7
Contoh Menu Ibu Hamil KEK....................................................................... 237

Lampiran 8
Contoh Menu Ibu Hamil Anemia.................................................................. 238

Lampiran 9
Contoh Menu Ibu Hamil pre Eklampsia...................................................... 240

Lampiran 10
Bagan Tatalaksanan Diare........................................................................... 241

Lampiran 11
Jenis Diet Penderita Diare Persisten........................................................... 246

Lampiran 12
Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun).................................................................. 247

Lampiran 13
Daftar Bahan Makanan Penukar.................................................................. 248
xii

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 14
Contoh Menu untuk Penderita Hipertensi (Diet Rendah Garam)................ 262

Lampiran 15
Jenis Antioksidan dan Sumbernya.............................................................. 264

Lampiran 16
Daftar Angka Kecukupan Gizi, 2012........................................................... 265

Lampiran 17
Daftar Angka Kecukupan Vitamin, 2012..................................................... 266

Lampiran 18
Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan................. 267

Lampiran 19
Daftar Angka Kecukupan Mineral, 2012 ..................................................... 268

Lampiran 20
Grafik IMT Balita (WHO, 2007)................................................................... 269

Lampiran 21
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)............................................... 271

Lampiran 22
KMS Anak Perempuan................................................................................ 272

Lampiran 23
KMS Anak Laki-Laki.................................................................................... 274

Lampiran 24
Grafik Berat Badan Anak laki Menurut Umur (Z Score).............................. 276

Lampiran 25
Grafik Berat Badan Anak Perempuan Menurut Umur Z-Score).................. 277

Lampiran 26
Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur (z-score)......... 278

Lampiran 27
Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut Umur (z-score)..... 279

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

xiii

Lampiran 28
Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki ............ 280
Lampiran 29
Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan....... 281
Lampiran 30
Tabel Berat Badan menurut Umur Anak laki-Laki 0-5 tahun (Z-Scores) ..... 282
Lampiran 31
Tabel Berat Badan menurut Umur Anak Perempuani
0-5 tahun (Z-Scores).................................................................................... 284
Lampiran 32
Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur
Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)........................................................... 286
Lampiran 33
Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur
Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)...................................................... 289
Lampiran 34
Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan
Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores)............................................................... 292
Lampiran 35
Tabel IMT / Umur......................................................................................... 300
Lampiran 36
Nilai Standar Pemeriksaan Laboratorium dan Elektrolit............................... 306

xiv

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR ISTILAH
Edema +++

: Edema berat yang ditandai dengan pembengkakan mulai


dari kedua kaki, paha, tangan, lengan dan wajah

Edema ++

: Edema sedang, ditandai dengan pembengkakan pada


kedua kaki, ditambah paha bagian bawah, tangan atau
lengan bagian bawah

Edema +

: Edema ringan, ditandai dengan pembengkakan pada


kedua kaki

Laserasi

: Terputusnya keutuhan jaringan

Xanthoma

:
Benjolan kekuning-kuningan
penimbunan zat lemak

Metode
Kangguru /
Kangoroo
Mother
Care
( KMC)

: Kontak langsung antara kulit ibu dan bayi prematur/


BBLR ( skin to skin contact ) yang dilakukan sejak dini
dan berkelanjutan baik selama masih di rumah sakit
maupun di rumah, disertai pemberian ASI eksklusif dan
pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi

Terapi Gizi

: Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk


penyembuhan penyakit , sesuai dengan hasil diagnosis
termasuk konseling gizi, baik sebelum, pada saat, dan
sesudah perawatan

Food Recall

: Metode analisa konsumsi makanan dengan cara mencatat


jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada
periode 24 jam yang lalu

pada

kulit

karena

Nutrisi Parenteral : Pemberian zat gizi melalui pembuluh darah


Nutrisi Per Enteral
: Pemberian makanan ke saluran cerna melalui pipa
sonde

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

xv

Pemberian

: Pemberian makanan dengan cara melalui tabung suntik
makanan secara selama 5 -10 menit
bolus

Diagnosa Gizi

: Kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah


gizi actual dan atau beresiko menimbulkan problem gizi
yang merupakan tanggung jawab petugas gizi Puskesmas
untuk menanganinya secara mandiri

Problem gizi (P) : Masalah gizi aktual pasien


Etiologi

: Menunjukkan faktor penyebab atau faktor-faktor yang


berkontribusi terjadinya problem gizi (E)


Sign
dan
symptoms

: Tanda dan gejala dari suatu problem gizi , biasanya tanda


itu dari data objektif sedangkan gejala berasal dari data
subjektif (S)

Hypernatremia

intrasellular

: Kelebihan kadar Natrium di dalam sel

Hypokalemia

intrasellular

: Kekurangan kadar Kalium di dalam sel

Hypoglikemia

: Kekurangan kadar gula dalam plasma darah

xvi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan primer, yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan
termasuk masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang terkait
dengan gizi di masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun dengan
keterbatasan berbagai faktor pendukung, maka penanganan masalah tersebut
belum optimal. Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan termasuk
tenaga gizi bekerja belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
Fenomena ini, akan memberikan implikasi yang besar terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan dan gizi di Indonesia.
Masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi yang sering muncul di
masyarakat seperti masalah pada anak (diare, malGizi, dan lain-lain), masalah
ibu hamil dan menyusui (anemia gizi, Kurang Energi Kronik, dan toksemia
kehamilan yaitu preeklampsia dan eklampsia), penyakit infeksi (diare,
tuberkulosis, dan seterusnya) dan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes
mellitus, dan sebagainya). Melihat kompleksnya masalah yang ada, diperlukan
kompetensi petugas yang handal dan profesional dalam manajemen
pelayanan kesehatan dan gizi di Puskesmas. Pelaksanaan pelayanan klinik
yang bermutu di Puskesmas merupakan salah satu indikator penting dalam
kinerja Puskesmas.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Buku saku asuhan gizi ini dibuat sebagai pedoman bagi petugas di Puskesmas
(dokter, perawat,/bidan dan ahli gizi) dalam memberikan asuhan gizi pada
pasien yang datang berkunjung di Puskesmas sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya (tupoksi)
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

TUGAS DAN FUNGSI


Tujuan Khusus :
Buku saku asuhan gizi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam :
1. Menentukan diagnosis gizi secara dini dan tepat
2. Melakukan intervensi gizi
3. Melakukan monitoring evaluasi

C. Tugas dan Fungsi


Proses pelayanan gizi harus dilakukan dengan pendekatan tim yang terdiri
atas dokter, perawat/bidan, dan Nutrisionis/dietisien (Tim Asuhan Gizi) dengan
rincian tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Dokter :
a. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta menegakkan
diagnosis medis
b. Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laborotarium, dan perawatan
c. Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal berkolaborasi dengan
petugas gizi (Ahli Gizi)
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan
e. Melakukan konseling penyakit
f. Melakukan rujukan
2. Perawat/Bidan :
a. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan bagi pasien
b Melaksanakan tindakan dan perawatan (pengukuran berat badan dan
tinggi badan, infus, Naso Gastric Tube /NGT) sesuai instruksi dokter
c. Memotivasi anak dan keluarga agar anak mau makan
d.
Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada
penderita

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

3. Nutrisionis/ Dietisien
a. Bertanggung jawab memberikan asuhan gizi
b. Melakukan pengkajian gizi dengan anamnesis gizi.
c. Menentukan diagnosa gizi melalui kolaborasi dengan dokter
d. Menerjemahkan preskripsi diet ke dalam jenis dan jumlah makanan
e. Melakukan intervensi gizi : penyuluhan dan konseling gizi (sewaktu
dirawat ataupun sewaktu akan pulang) dan bertanggung jawab terhadap
terapi diet dan penyelenggaraan makan.
f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

TUGAS DAN FUNGSI

1. PENDAHULUAN

ALUR PELAYANAN GIZI TERPADU DI PUSKESMAS


D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas
MASUK KE PUSKESMAS
DATANG SENDIRI
Dokter/Perawat/Ahli Gizi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik/klinis
Pengukuran anthropometri
Pemeriksaan
Penunjang

Diagnosis
Penyakit
Status Gizi

FOLLOW UP
/ EVALUASI /
PEMANTAUAN /
RUJUKAN

RUJUK KE RS

RAWAT JALAN

Ya

Tidak

Dokter/Ahli Gizi/
Farmasi

Rawat Inap
Di Puskesmas

Pulang
Ya

Tidak

Sembuh/
Membaik

TIM ASUHAN GIZI


Dokter
Asuhan
Medik
Terapi obat
Konseling
penyakit

Pulang
ke
rumah

Ya

Perawat/
Bidan
Asuhan
Keperawatan

Ahli Gizi
Intervensi
Gizi
Terapi Diet

Sembuh/
Membaik

Tidak

Konseling
gizi

Bagan 1. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas


4

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

CATATAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

CATATAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB II

DIAGNOSA GIZI
Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang
memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui asuhan
gizi. Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas fungsional
seorang dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi layanan
atau asuhan medis, sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan asuhan
gizi Puskesmas meliputi aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi komunitas
(gizi masyarakat) dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi
pada klien/pasien. Begitu pula perawat ataupun bidan bertugas memberikan
asuhan keperawatan ataupun asuhan kebidanan. Dokter dalam melakukan
tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa medis, sedangkan perawat
menentukan dignosa keperawatan, bidan menentukan asuhan kebidanan
sedangkan petugas gizi Puskesmas menentukan diagnosa gizi. Semua aspek
layanan ini khususnya asuhan gizi diperlukan peran masing-masing dalam
konteks kolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada klien atau pasien
sehingga tercipta asuhan yang berkesinambungan atau komprehensif dalam
memberikan layanan
Sampai saat ini kompetensi ahli gizi dalam pendekatan team work suatu
layanan belum berperan optimal, dan cenderung tumpang tindih, sehingga
diperlukan pemahaman konsep kolaborasi berdasarkan kompetensi masingmasing, sehingga ada kemandirian profesionalisme layanan yang saling
mendukung memberikan layanan terkoordinasi pada pasien sebagai sasaran
layanan.Dalam upaya kuratif dan rehabilitatif yang paripurna untuk asuhan
pasien/klien di Puskesmas diperlukan 3 jenis layanan yaitu;
a. Pelayanan/asuhan medis (medical care)
b. Pelayanan/asuhan keperawatan (nursing care)
c. Pelayanan/asuhan gizi (nutrition care)
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

2. DIAGNOSA GIZI

A. Pendahuluan

2. DIAGNOSA GIZI

KONSEP DASAR MASALAH GIZI


Ketiga jenis pelayanan tersebut mempunyai peranan masing-masing, akan
tetapi saling terkait dan berkesinambungan, karenanya perlu sinkronisasi
secara serasi dan terpadu. Agar kegiatan asuhan gizi di Puskesmas berjalan
lebih optimal, perlu didukung sistem administrasi yang mapan dan pembagian
tugas yang jelas. Asuhan gizi di Puskesmas dalam kaitannya dengan fungsi
kuratif dan rehabilitatif, bertujuan agar setiap pasien dapat dipenuhi kebutuhan
zat gizinya secara optimal
Pada dasarnya asuhan gizi di Puskesmas sangat penting dipahami oleh semua
tim bahwa gizi berperan penting dalam upaya pelayanan kesehatan baik upaya
preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif. Sampai saat ini asuhan gizi
sebagai tugas pokok dan fungsi profesionalisme ahli gizi di Indonesia masih
belum tersosialisasi sampai tingkat Puskesmas dalam menentukan bahasa
diagnosa gizi. Dokter dalam memberikan asuhan medis sudah menggunakan
sistem kesamaan bahasa di dalam menentukan diagnosa medisnya misalnya;
Systematized Nomenclature of Medicine (SNOMED), Unified Medical Language
System (UMLS), International Classification of Disease (ICD-9-CM), Common
Procedural Terminology (CPT) dan sebagainya. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan sudah menggunakan standar bahasa diagnosa keperawatan
yang jelas, misalnya ; North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
International Classification of Nursing Practice (ICNP), Nursing Interventions
Classification (NIC), Patient Care Data Set (PCDS), dan sebagainya. Maka untuk
membangun kerja profesionalisme ahli gizi dalam memberikan asuhan gizi di
Puskesmas diperlukan pula acuan kesamaan bahasa yang mungkin bisa diadopsi
dari konsep upaya standar bahasa diagnosa gizi yang digunakan oleh organisasi
profesi gizi Amerika Serikat yakni ; American Dietetic Association (ADA) sehingga
tidak terjadi tumpang tindih bahasa diagnosa antara dokter dan ahli gizi, karena
dokter bukan ahli gizi dan ahli gizi bukan dokter. Konsep penyamaan bahasa
diagnosa gizi terdapat dalam kerangka asuhan gizi yang dipandang sebagai
suatu proses layanan yang dinamis, maka pemahaman konsep menentukan
dan menyamakan bahasa diagnosa gizi terdapat kerangka proses asuhan gizi
yang tertuang dalam kerangka Nutrition Care Process (NCP). Maka bukan hal
berlebihan jika konsep ini perlu diperkenalkans secara luas sebagai sebuah pola
dasar memberikan asuhan gizi di Puskesmas meskipun pada implementasinya
boleh diaplikasikan bertahap sesuai kemampuan tenagaan gizi di Puskesmas.
8

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KONSEP DASAR MASALAH GIZI

Petugas gizi di Puskesmas dalam menentukan masalah gizi perlu pemahaman


tentang bagaimana masalah gizi itu terjadi. Konsep pemahaman proses terjadinya
gangguan gizi pada pasien atau klien ini menjadi titik kritis dalam menentukan
diagnosa gizi secara profesional, sehingga tim asuhan layanan kesehatan (baik
dokter, perawat atau pun bidan) bisa memahami dalam komunikasi tim.

B. Konsep Dasar Masalah Gizi


Status gizi adalah derajat ekpresi terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologi.
Gangguan gizi akan terjadi jika pemenuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau
terpenuhi berlebihan dalam kurun waktu tertentu, sehingga bermanifestasi
dalam bentuk gangguan gizi, baik masalah kelebihan gizi maupun kekurangan
gizi. Konsep dasar status gizi yang optimal merupakan variabel sebagai ekspresi
dari keseimbangan antara intake zat gizi dan kebutuhan untuk memperoleh
derajat keseimbangan fisiologi yang optimal. Berikut merupakan mekanisme
keseimbangan gizi serta faktor-faktor penting yang mempengaruhi.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

2. DIAGNOSA GIZI

Dasar berpikir konsep Asuhan Gizi pasien di Puskesmas adalah memahami


konsep diagnosa gizi yang berkaitan dengan masalah gizi pasien dan status gizi
pasien . Masalah tersebut berkaitan erat dengan gangguan proses pencernaan,
metabolisme dan ekskresi yang berkaitan dengan berbagai penyakit. Masalah
gizi bisa muncul saat sebelum pasien berkunjung ke Puskesmas, tetapi dapat
pula timbul pada saat selama menjalani perawatan di Puskesmas (terutama
Puskesmas perawatan). Masalah kekurangan zat gizi bisa berupa ; mulai
keadaan deplesi sampai terjadi keadaan yang secara klinis lebih nyata sebagai
suatu wujud defisiensi. Berbagai masalah kekurangan atau kelebihan zat gizi,
sampai sekarang masih dikenal sebagai bukan masalah gizi, karena ilmu gizi
klinik pada hakekatnya tersebar di berbagai bidang keahlian klinik. Misalnya
kekurangan air dikenal sebagai gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Kekurangan zat besi lebih dikenal sebagai masalah hematologi dari pada dikenal
sebagai masalah gizi.

KESEIMBANGAN GIZI

Keseimbangan Gizi
Kebiasaan

Ekonomi

2. DIAGNOSA GIZI

Kondisi emosional

Pola Budaya
Penyakit

Penyakit infeksi, demam,


stress fisiology
Pertumbuhan
Fungsi Pemeliharaan
Stres psikology
Aktivitas

Asupan Makanan/
Intake

A
B
S
O
R
P
T
I
O
N

Kebutuhan Gizi untuk


Kesehatan Optimal

Asupan Gizi

Bagan 2. Status Gizi Optimal sebagai sebuah Keseimbangan


antara Intake Zat Gizi dan Kebutuhan Gizi (diadopsi
dari Dorice M. Czajka-Narins, 1994).
Tehnik yang tepat dalam assassement gizi dapat
mendeteksi perkembangan kekurangan gizi tahap awal, sehingga
pemberian terapi makanan sedini mungkin dapat memperbaiki
defisiensi gizi melalui dukungan dan konseling gizi sehingga
Tehnik
yang tepat dalam
asesmen
gizi berlanjut
dapat mendeteksi
perkembangan
perkembangan
defisiensi
gizi tidak
menjadi lebih
berat.
kekurangan
gizi tahap
awal, sehingga
pemberian
terapi pertumbuhan
makanan sedini
Tehnik yang
lain termasuk
uji kondisi
fisik, deteksi
mungkin
memperbaiki, defisiensi
gizi melalui
dukungan
dan konseling
dan dapat
perkembangan
fungsi berbagai
organ
dan sistem
organ, gizi
sehingga
perkembangan
gizi tidak
lebih berat.
perilaku,
kadar zatdefisiensi
gizi dalam
urin berlanjut
, darah menjadi
atau jaringan
sertaTehnik
dan kuantitas
konsumsi
zat gizi.
yang kualitas
lain termasuk
uji kondisi
fisik, deteksi
pertumbuhan dan perkembangan ,

fungsi berbagai organ dan sistem organ, perilaku, kadar zat gizi dalam urin ,
darah atau jaringan serta kualitas dan kuantitas konsumsi zat gizi.
9

10

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KESEIMBANGAN GIZI

Sebagai acuan pemahaman yang sama di bawah ini merupakan kata-kata kunci
yang perlu dipahami secara seksama oleh petugas gizi Puskesmas :
1. Status gizi : ekspresi derajat kebutuhan fisiologis terhadap zat gizi yang
didapatkan/dikonsumsi.
2. Malnutrisi : Gizi salah meliputi 2 kelompok kelainan gizi :
a. Undernutrition : kekurangan gizi
b. Overnutrition : kelebihan gizi
3. Overnutrition/kelebihan gizi : Keadaan patologi yang disebabkan kelebihan
salah satu atau lebih zat gizi
4. Eunutritional state : tingkat keadaan gizi yang optimal /optimum
5. Undernutrion/Defisiensi gizi : keadaan patologi yang disebabkan konsumsi
zat gizi yang tidak cukup dalam kurun waktu tertentu.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

11

2. DIAGNOSA GIZI

Masalah gizi ini menjadi dasar pemikiran dalam membuat deskripsi kalimat
diagnosa gizi, baik pada individu maupun pada aspek komunitas. Masalah gizi
harus dipandang sebagai sebuah proses yang sedang terjadi di hadapan ahli gizi
di Puskesmas. Pemahaman pada proses atau tahap mana masalah gizi terjadi ini
menjadi peluang Ahli Gizi atau petugas gizi Puskesmas dalam mengembangkan
atau menentukan diagnosa gizi yang tepat sehingga mampu menetapkan
intervensi yang lebih tepat. Oleh karena itu masalah gizi baik berupa kekurangan
atau kelebihan gizi yang muncul pada individu ataupun komunitas perlu dipahami
terlebih dahulu. Model proses kekurangan atau kelebihan gizi itu memiliki alur
proses yang mirip, meskipun tidak mesti sama prosesnya, sehingga dalam hal
ini perlu kita pahami model atau tahapan-tahapan/proses kejadian defisiensi
gizi atau kelebihan gizi sebagai sebuah proses yang sedang berkembang. Di
bawah ini merupakan skema perkembangan alur gangguan gizi yang terjadi baik
sifatnya individual maupun pada komunitas.

DIAGNOSA GIZI
Mekanisme Perkembangan Defisiensi Gizi

2. DIAGNOSA GIZI

Well nourished
individual

Inadequate dietary intake


Or Impaired absorption Or increased nutrient loss from

Depletion of tissue level and body store

Altered biologic & fhysiologic


Individual at risk

Dietary
survey
Nutrion

Biological
&
Physiological
Studies
metabolic

Deterioration in capacity of cell to function

Accutely Malnourished
individual

Clinical symptoms

Clinical sign
&
symptoms

Morbidity

Mortality

Vital statistic

Bagan 3. Perkembangan Defisiensi Gizi secara Klinik dengan intake


Makanan, Biokimia dan evaluasi Klinik (diadopsi dari
Beaton GH dan Patwardhan VN : Physiological and
Practical Considerations of Nutritien Function and
Requerement. In Beaton GH and Bengoa JM (eds) :
Nutrition and Preventive Medicine, Geneva, Switzerland.
World Health Organization, 1973. p 445-481. (WHO
Monograph Series No. 62).
Diagnosa gizi mengacu pada pengukuran status gizi yang
terjadi, baik status gizi aspek konsumsi zat gizi atau intake, status
Diagnosagizi
giziantropometri,
mengacu pada
pengukuran
terjadi,
status
gizi klinik, status
status gizi
gizi yang
biokimia
ataubaik
punstatus
gizi aspekstatus
konsumsi
zatberhubungan
gizi atau intake,
status
gizisocial,
antropometri,
gizi yang
dengan
aspek
ekonomi, status
peri- gizi
laku gizi
dsb. biokimia
Status gizi
daripun
berbagai
adalah aspek
klinik, status
atau
status parameter
gizi yang ini
berhubungan
dengan
ekspresi
dari aspek
konsumsi,
yang parameter
sedang
aspek social,
ekonomi,
perilaku
dsb. sebagai
Status sebuah
gizi dariproses
berbagai
ini

adalah aspek ekspresi dari aspek konsumsi,


sebagai sebuah proses yang
11
sedang berlangsung, memiliki dasar latar belakang atau kausa/penyebab
meliputi banyak aspek seperti ; perilaku (pengetahuan, sikap dan kemampuan
psikomotorik), kebiasaan atau pola budaya, lingkungan social, emosional atau
psikososial, dan yang tak kalah pentingnya adalah kondisi patologis. Aspek lain
yang perlu dipahami dalam kaitan diagnosa gizi adalah semua tingkat status
12

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIAGNOSA GIZI

C. Diagnosa Gizi
Diagnosa Gizi adalah mengidentifikasi dan memberikan label pada problem gizi
yang spesifik, yang merupakan tanggung jawab profesi gizi untuk menanganinya
secara mandiri. Dalam melaksanakan Asuhan Gizi Klinik , Petugas Gizi
Puskesmas dituntut bisa menegakkan diagnosa gizi secara mandiri tanpa
meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di Puskesmas dalam memberikan
layanan. Dalam asuhan gizi dikenal dua konsep penting yaitu ; Asuhan terstandar
(Standardized care) dan Proses terstandar (Standardized Process). Asuhan Gizi
terstandar memberikan klien/pasien di Puskesmas menerima asuhan gizi yang
sama, sedangkan proses terstandar dalam asuhan gizi memberikan klien/pasien
struktur dan kerangka yang konsisten yang digunakan dalam memberikan asuhan
gizi. Dalam kontek asuhan gizi lebih mengarah pada suatu proses Asuhan , oleh
karena itu maka asuhan gizi didasarkan pada penetapan diagnosa gizi sebagai
sebuah proses yang dinamis/ tidak statik. Maka asuhan gizi itu adalah lebih tepat
merupakan istilah PROSES ASUHAN GIZI (Nutrition Care Process ).
Diagnosa gizi didasarkan pada langkah-langkah manajemen asuhan gizi dalam
memberikan diagnosa gizi pada problem /masalah gizi individual ataupun
kelompok masyarakat. Jadi Proses Asuhan gizi itu berorientasi pada problem
gizi yang aktual. Problem gizi ini yang kemudian ditetapkan dalam determinasi
bahasa diagnosa yang harus diupayakan sama bagi Ahli gizi manapun sebagai
dasar komunikasi profesi dan berlaku menyeluruh. Jadi Diagnosa gizi ini menjadi
bahasa standar sesama ahli gizi di Puskesmas. Oleh karena itu maka petugas
gizi Puskesmas sebagai bagian Ahli Gizi Indonesia memiliki standar bahasa yang
sama, tidak lagi menggunakan diagnosa medis sebagai bahasa diagnosa gizi.
Penggunaan standar bahasa yang sama ini memiliki manfaat : meningkatkan
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

13

2. DIAGNOSA GIZI

gizi yang muncul sebagai sebuah problem menjadi tanda proses gangguan
gizi yang sedang terjadi baik antropomtris, biokimia, kondisi fisik/klinis, data
riwayat gizi, riwayat penyakit. Maka Petugas gizi Puskesmas sebaiknya mulai
mendiskripsikan sebuah problem/masalah gizi yang sedang terjadi ditelusuri
penyebabnya dan ditunjukkan dengan bukti atau tanda dari aspek status gizi
atau informasi medis yang terkait dengan masalah gizi yang terjadi.

2. DIAGNOSA GIZI

DOMAIN INTAKE (ASUPAN) /(NI)


komunikasi diantara sesama profesi Ahli Gizi, meningkatkan komunikasi dengan
tim kesehatan yang lain dan dapat menyiapkan kerangka pendidikan gizi.
Jika diagnosa gizi tidak mampu diltegakkan oleh petugas gizi puskemas akan
menimbulkan kesalahan dalam intervensi gizi, atau dengan kata lain pasien/
klien hanya mendapatkan asuhan terstandar yang sama meskipun problemnya
berbeda.
Proses Asuhan Gizi adalah : suatu metoda problem solving yang sistematis,
menggunakan cara berfikir kritis dalam membuat keputusan menangani
berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi
yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Dalam upaya intervensi gizi dalam
konsep asuhan gizi dipandang sebagai sebuah proses menetapkan diagnosa
gizi berdasarkan data-data yang menjadi problem dari hasil pengumpulan data
(assesment), kemudian dilakukan intervensi dan monitoring evaluasi .
Ada empat langkah penting petugas gizi di Puskesmas dalam memberikan
proses asuhan gizi yaitu :
1. Mengumpulkan data gizi (Nutrition assessment)
2. Menetapkan diagnosa gizi (Nutrition Diagnosis)
3. Merencanakan dan menetapkan intervensi gizi (Nutrition intervention)
4. Monitoring dan evaluasi intervensi gizi (Nutrition monitoring and evaluation)
Dalam menetapkan diagnosa gizi petugas gizi puskemas adalah menetapkan
problem atau masalah gizi (Problem) yang muncul, sekaligus menetapkan
penyebab (Etiology) dan menunjukkan fakta berupa tanda dan gejala (Sign &
Symstomp). Agar lebih jelas perhatikan kerangka alur proses langkah Asuhan
gizi di bawah ini ;

14

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

muncul, sekaligus menetapkan penyebab (Etiology) dan


menunjukkan fakta berupa tanda dan gejala (Sign & Symstomp).
Agar lebih jelas perhatikan kerangka alur proses langkah Asuhan
DOMAIN INTAKE (ASUPAN) /(NI)
gizi di bawah ini ;
Nutrition
Assessment

Nutrition
Diagnosis

Nutrition
Intervention

Etiology(E)

Signs/ (S)
Symptoms

Penetapan standar bahasa diagnosis berpedoman pada Interna-

Penetapan standar bahasa diagnosis berpedoman pada International


tional Dietetics and Nutrition Terminology Reference Manual
Dietetics and Nutrition Terminology Reference Manual yang dipublikasi
yang dipublikasi oleh American Dietetic Association (ADA).
oleh American Dietetic Association (ADA).
Problem : Diagnosa gizi
Problem : Diagnosa gizi
Etiology : Penyebab problem/masalah gizi
Etiology : Penyebab problem/masalah gizi
Sign : Tanda klinis yang muncul
Sign : Tanda klinis yang muncul
Symstomps : Gejala yang dikatakan/dirasakan klien/pasien
Symstomps : Gejala yang dikatakan/dirasakan klien/pasien
Jadi susunan diagnosa gizi itu merupakan rangkaian kalimat yang
Jadi susunan diagnosa gizi itu merupakan rangkaian kalimat yang ditulis oleh
ditulis oleh petugas gizi dalam susunan pernyataan mengikuti kaidah
petugas gizi dalam susunan pernyataan mengikuti kaidah P, E dan S (PES), maka
P, E dan S (PES), maka petugas gizi memiliki kaidah Problem/
petugas gizi memiliki kaidah Problem/masalah gizi yang berhubungan
masalah gizi yang berhubungan dengan penyebab dan dibuktidengan penyebab dan dibuktikan dengan tanda dan atau gejala.
kan dengan tanda dan atau gejala.

Dalam menyusun kaidah diagnosa gizi petugas gizi Puskesmas mengacu pada
prinsip-prinsip taksonomi diagnosa gizi yang terdiri dari :
1. 3 domain (domain Intake/asupan, domain Klinik dan domain behavior/
perilaku dan Lingkungan)
14
2. Kelas
3. Sub kelas
4. 3 unsur ini sampai saat ini tersusun dalam 62 masalah gizi.
1. Domain Intake (Asupan) /(NI)
Masalah yang paling actual dikaitkan dengan intake energi,zat-zat gizi, zat
bioactive untuk diet oral atau dukungan gizi (Nutrition Support). Domain Intake
ini terdiri dari 5 kelas dan beberapa subkelas. Lima kelas yang merupkan
domain intake adalah sebagai berikut :
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

15

2. DIAGNOSA GIZI

Problem (P)

Monitoring/
Evaluation

2. DIAGNOSA GIZI

KELAS ZAT-ZAT GIZI


Keseimbangan Energi

NI-1

Asupan peroral/dukungan gizi

NI-2

Intake Cairan

NI-3

Substansi Bioaktif

NI-4

Zat-zat gizi

NI-5

Kelas zat-zat gizi memiliki 5 subkelas


Kelas Intake : Keseimbangan Energi (1) adalah merupakan masalah

aktual perubahan energi, problem atau masalah yang berkaitan dengan kelas
ini adalah ;
Metabolisme yang meningkat (hypermetabolisme)
(tidak digunakan lagi)

NI-1.1

Peningkatan kebutuhan Energi ekpenditur

NI-1.2

Penurunan metabolisme (hypometabolisme) (tidak digunakan lagi) NI-1.3


Kekurangan Asupan Energi

NI-1.4

Kelebihan Asupan Energi

NI-1.5

Kelas Intake : Intake makanan peroral/dukungan gizi (2)


Masalah aktual asupan makanan/minuman peroral/dukungan gizi , masalah
yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan makanan /minuman peroral

NI-2.1

Kelebihan asupan makanan/minuman peroral

NI-2.2

Kekurangan asupan per enteral/parenteral

NI-2.3

Kelebihan asupan per enteral/parenteral

NI-2.4

Ketidaksesuaian pemberian gizi per enteral

NI-2.5

Kekurang optimalan komposisi makanan enternal atau


penyediaannya NI-2.5
Ketidaksesuaian pemberian gizi parental

NI-2.6

Kelebihan asupan gizi parental

NI-2.7

16

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KELAS INTAKE
Kekurang optimalan komposisi makanan parenteral atau
penyediaannya NI-2.8
Keterbatasan penerimaan makanan

NI-2.9

Masalah aktual asupan cairan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini
adalah :
Kekurangan asupan cairan

NI-3.1

Kelebihan asupan cairan

NI-3.2

Kelas Intake : zat bioaktif (4)


Masalah aktual asupan zat bioaktif, termasuk komponen tunggal/multiple
pangan fungsional, kandungan zat bioaktif, makanan tambahan, alkohol dan
sebagainya. Masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan zat bioaktif

NI-4.1

Kelebihan asupan zat biokatif

NI-4.2

Kelebihan konsumsi alkohol

NI-4.3

Kelas Intake zat gizi (5)


Masalah aktual asupan zat gizi individu ataupun kelompok masyarakat
dibandingkan dengan KGA atau kebutuhan, masalah yang berkaitan dengan
diagnosa ini adalah :
Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu

NI-5.1

Malgizi (gizi salah) protein dan energi yang nyata (KEP nyata)

NI-5.2

Kekurangan asupan protein-energi

NI-5.3

Penurunan kebutuhan zat gizi khusus (disebutkan)

NI-5.4

Ketidakseimbangan zat gizi

NI-5.5

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

17

2. DIAGNOSA GIZI

Kelas Intake : Intake Cairan (3)

SUB KELAS ASUPAN

2. DIAGNOSA GIZI

Sub Kelas Asupan


Lemak dan Kolesterol (5.6)
Protein (5.7)
Asupan karbohidrat dan serat (5.8)
Asupan vitamin (5.9)
Asupan Mineral (5.10)
Intake multivitamin (5.11)
Domain Sub Kelas intake (asupan) : lemak dan
Kolesterol (5.6)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi lemak : masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan lemak

NI-5.6.1

Kelebihan asupan lemak

NI-5.6.2

Ketidak seimbangan komposisi lemak dalam makanan

NI-5.6.3

Domain Sub Kelas Intake (asupan) : Protein (5.7)


Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi protein :
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan protein

NI-5.7.1

Kelebihan asupan protein

NI-5.7.2

Ketidak seimbangan komposisi asam amino dalam makanan NI-5.7.3


(dijelaskan)
Domain Intake Sub Kelas : Karbohidrat dan Serat (5.8)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi karbohidrat dan serat,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :

18

Kekurangan asupan karbohidrat

NI-5.8.1

Kelebihan asupan karbohidrat

NI-5.8.2

Ketidakseimbangan asupan jenis karbohidrat

NI-5.8.3

Ketidakkonsistenan asupan karbohidrat

NI-5.8.4

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOMAIN KLINIK (NC)


Kekurangan asupan serat

NI-5.8.5

Kelebihan asupan serat

NI-5.8.6

Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi vitamin tertentu ,


masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan vitamin tertentu(dijelaskan)

NI-5.9.1

Kelebihan asupan vitamin tertentu

NI-5.9.2

(vitamin tertentu itu meliputi masalah spesifik vitamin larut air dan larut
lemak).
Domain Intake Sub Kelas : Intake Mineral (5.10)
Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi mineral tertentu ,
masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Kekurangan asupan mineral tertentu

NI-5.10.1

Kelebihan asupan mineral tertentu

NI-5.10.2

(mineral tertentu itu meliputi masalah spesifik mineral makro, mikro


termasuk trace element)
Domain Intake sub kelas : Intake Multivitamin (5.11)
Prediksi Ketidakcukupan asupan zat gizi spesifik

NI-5.11.1

Predikdsi Kelebihan asupan zat gizi spesifik

NI-5.11.2

2. Domain Klinik (NC)


Domain ini berkaitan dengan masalah gizi dari aspek status gizi yang
teridentifikasi dikaitkan dengan kondisi kesehatan fisik/klinik, Antropometri,
biokimia dan perubahan fungsi saluran pencernaan. Domain klinik terdiri dari
3 kelas yaitu ;
1. Domain klinik kelas fungsional

(NC-1)

2. Domain klinik kelas biokimia

(NC-2)

3. Domain Klinik kelas berat badan

(NC-3)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

19

2. DIAGNOSA GIZI

Domain intake Sub Kelas : Intake vitamin (5.9)

DOMAIN KLINIK KELAS BIOKIMIA

2. DIAGNOSA GIZI

Domain Klinik Kelas Fungsional (1)


Masalah yang berkaitan dengan perubahan fisik /fungsi mekanis yang
berhubungan dengan resiko timbulnya masalah gizi, misalnya ; semua
gangguan yang berhubungan dengan proses mengunyah, menelan,
pemberian ASI, gangguan fungsi saluran cerna. Masalah yang berkaitan
dengan diagnosa ini adalah :
Kesulitan menelan

NC-1.1

Kesulitan mengunyah/menggigit

NC-1.2

Kesulitan dalam pemberian ASI

NC-1.3

Perubahan fungsi Gastro intestinal (GI)

NC-1.4

Domain Klinik Kelas Biokimia (2)


Masalah gizi yang berkaitan dengan perubahan kapasitas metabolisme zat
gizi sebagai hasil dari pengobatan, gangguan metabolisme, stress metabolik
(pembedahan) yang secara objektif ditunjukkan dengan perubahan nilai
biokimia (nilai laboratorium), masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini
adalah :
Gangguan penggunaan zat gizi (perubahan kemampuan absorbsi) NC-2.1
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi tertentu (disebutkan) NC-2.2
Interaksi Obat dan makanan

NC-2.3

Prediksi Interaksi Obat dan Makanan

NC-2.4

Domain Klinik Kelas Berat Badan (3)


Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; penurunan berat
badan yang berlangsung secara kronik , hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan berat badan biasanya (sebelum terjadi gangguan)
dibandingkan dengan berat badan yang seharusnya (idaman/diinginkan)
Usual body weight/Desirable body weight atau UBW / DBW. Masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :

20

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOMAIN BEHAVIORAL/ENVIRONMENTAL (NB)


Berat badan kurang

NC-3.1

Penurunan berat badan yang tidak direncanakan(kurus/sangat kurus)


NC-3.2
NC-3.3

Peningkatan berat badan yang tidak direncanakan

NC-3.4

Pertumbuhan rata-rata yang tidak optimal

NC-3.5

Pertumbuhan rata-rata yang berlebih

NC-3.6

3. Domain Behavioral/Environmental (NB)


Domain ini berkaitan dengan masalah gizi yang timbul/tampak berhubungan
dengan aspek pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), ketrampilan
(psikomotorik), kepercayaan, aktivitas fisik, suplay pangan atau akses
pangan, keamanan pangan dan lain-lain. Domain ini memiliki 3 kelas yaitu:
Pengetahuan dan keyakinan

NB-1

Aktifitas fisik dan fungsi

NB-2

Kemanan dan akses pangan

NB-3

Domain Behavior/Enviromental Kelas Pengetahuan dan


Kepercayaan (1)
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah ; pengetahuan dan
kepercayaan terbaru, terlaporkan dan terdokumentasi , masalah yang
berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan pangan dan gizi

NB-1.1

Kepercayan dan sikap yang salah tentang pangan dan gizi

NB-1.2

Tidak siap untuk menerima diet (perubahan life style makanan)

NB-1.3

Kurang kemampuan memonitor diri sendiri

NB-1.4

Kesalahan pola makan

NB-1.5

Keterbatasan pemahaman kebutuhan zat gizi

NB-1-6

Kesalahan dalam pemilihan bahan makanan

NB-1.7

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

21

2. DIAGNOSA GIZI

Berat badan lebih (obesitas)

DOMAIN BEHAVIOR/ENVIROMENTAL

2. DIAGNOSA GIZI

Domain Behavioral/Enviromintal Kelas Aktivitas Fisik dan


Fungsi (2)
Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; aktivitas fisik aktual,
perawatan diri, kualitas hidup yang dilaporkan, terobservasi/terekam dari
anamnesa, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :
Tidak beraktifitas fisik (kurang aktivitas)

NB-2.1

Kelebihan aktifitas fisik/olah raga

NB-2.2

Ketidakmampuan merawat diri

NB-2.3

Ketidakmampuan menyiapkan makanan sendiri

NB-2.4

Kualitas gizi yang buruk dalam kehidupan

NB-2.5

Kesulitan makan sendiri

NB-2.6

Domain Behavior/Enviromental
Keamanan Pangan (3)

Kelas

Akses

dan

Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; masalah teraktual
terhadap keamanan dan akses pangan, masalah yang berkaitan dengan
diagnosa ini adalah :
Konsumsi makanan yang tidak aman

NB-3.1

Keterbatasan terhadap akses pangan

NB-3.2

Ahli gizi di Puskesmas dalam menentukan diagnosa gizi dimulai dengan


melakukan identifikasi dan penomoran (identification and labeling) dari data
yang tidak normal (daftar masalah), kemudian dilakukan pengelompokan
berdasarkan kelainan tertentu (clustering) serta sintesis data untuk menuju
diagnosis gizi tertentu yang disebut Domain.
Problem dalam diagnosa gizi dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok

domain di atas yaitu domain intake/asupan gizi, klinik dan perilaku. Masingmasing domain tersebut dibagi menjadi beberapa kelas bisa terdiri dari
beberapa sub kelas.
Diagnosa gizi diatas terdiri dari tiga komponen :
22

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOMAIN BEHAVIORAL/ENVIRONMENTAL
1. Masalah / Problem (P)
Adalah semua masalah gizi yang nyata sedang terjadi pada klien/pasien :
2. DIAGNOSA GIZI

1. Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration)


2. Penurunan dari kebutuhan normal (decrease)
3. Peningkatan dari kebutuhan normal (increase)
4. Resiko munculnya masalah/gangguan gizi tertentu

2. Etiology /Penyebab (E)


Penyebab adalah semua hal/faktor yang dapat menyebabkan munculnya
masalah (problem gizi) pasien/klien. Komponen penyebab ini bisa merupakan
komponen gizi yang dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring
atau merupakan komponen medis yang dibuat dokter.
3. Gejala/Tanda (sign/sympstom) (S)
Gejala atau tanda adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda
yang didapatkan dari klien/pasien yang terkait dengan munculnya problem
gizi. Komponen gejala atau tanda ini bisa merupakan komponen gizi yang
dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring atau merupakan
komponen medis yang dibuat dokter.
Skema berikut ini merupakan ilustrasi yang memudahkan ahli gizi Puskesmas
menegakkan diagnosa gizi pada klien/pasien berdasarkan domain :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

23

2. DIAGNOSA GIZI

Problem (P)
Domain Intake/
Asupan Gizi,
Klinik dan Behavioral/
environmental
(E)
Beberapa faktor
penyebab/faktor
resiko yang menimbulkan problem gizi
meliputi aspek;
patofisiologis, psikososial, budaya
(pengetahuan),
lingkungan, kondisi
stress fisik, psikologis, stress metabolic, aspek ekonomi dsb.

(S)
Tanda Subjektif/
Objektif (dari
assessment Gizi)
Data Biokimia
Data Antropometri
Data fisik/klinis
Data Riwayat gizi
Data Riwayat
penyakit

24

Didefinisikan secara spesifik sesuai deskripsi


kelompok problem domain intake : Menjadi
Tujuan terapi Gizi

Dideskripsikan secara spesifik yang paling


berhubungan dengan problem , ini menjadi
domain intervensi.

Dideskripsikan sebagai tanda atau gejala problem yang muncul sebagai dasar monitoring
dan evaluasi intervensi gizi .
Contoh : Penurunan kebutuhan mineral Na
sehubungan dengan hipertensi ditandai dengan tekanan darah 190/95 mmHg .
Ketidaksesuaian asupan jenis karbohidrat sederhana disebabkan karena diabetes mellitus
ditandai kadar gula darah acak 345 mg/dl.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS23

CATATAN
2. DIAGNOSA GIZI

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

25

2. DIAGNOSA GIZI

CATATAN

26

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB III

LANGKAH-LANGKAH ASUHAN
GIZI KLINIK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

27

3. ASUHAN GIZI

Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process), petugas gizi Puskesmas dituntut mampu melakukan proses rekam
(record) data yang benar dan tepat. Sayangnya sampai saat ini petugas gizi
Puskesmas belum memiliki pedoman baku berupa format resmi yang menjadi
pedoman dalam asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas, sehingga hal ini
mendesak sekali agar diberikan suatu pedoman sederhana bagi petugas
gizi Puskesmas dalam melakukan langkah-langkah asuhan gizi sekaligus
dokumentasinya. Dokumen asuhan gizi ini menjadi penting dalam rangka
meningkatkan peran gizi sebagai salah satu komponen penting dalam asuhan
klien/pasien Puskesmas. Sebagus apapun peran petugas gizi Puskesmas
dalam memberikan asuhan gizi jika tidak terdokumentasi proses asuhannya,
maka proses asuhan itu menjadi intervensi yang tidak dinamis untuk
keperluan perbaikan layanan gizi di Puskesmas, karena data asuhan yang
terdokumentasi menjadi dasar proses asuhan selanjutnya. Faktanya adalah ;
bahwa petugas gizi Puskesmas dalam memberikan asuhan gizi tidak mampu
memberikan perbaikan problem gizi pasien/klien karena proses lanjutan suatu
intervensi adalah monitoring dan evaluasi problem gizi sebagai suatu proses
yang dinamis. Sehingga setiap problem gizi klien/pasien dan komunitas harus
terdokumentasi dengan benar mulai dari proses assessment (instrumen yang
digunakan, jenis data yang dikumpulkan baik data objektif/subjektif, sosio
ekonomi, dll), penetapan problem gizi (diagnosa gizi), intervensi gizi yang
dilakukan dan akan dilakukan (planning) serta komponen monitoring dan
evaluasi. Dokumen asuhan gizi ini sangat penting dalam kolaborasi dengan
praktisi lain di Puskesmas, sehingga dokumen asuhan gizi ini menjadi dasar
komunikasi dalam menyelesaikan problem kesehatan dan gizi pasien/klien
Puskesmas.

PEMAHAMAN PATOFISIOLOGI
Sebagai dasar menentukan format dokumentasi dalam proses asuhan gizi
pasien/klien di Puskesmas maka perlu dipahami langkah-langkah yang perlu
dilakukan petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi klinik
di Puskesmas sebagai berikut :

A. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien

3. ASUHAN GIZI

Bahwa petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi perlu
memahami tentang konsep-konsep dasar terjadinya suatu penyakit terutama
aspek patofisiologinya. Dasar pemikiran kritisnya adalah ; bahwa problem
gizi saling terkait dengan penyakit, ada hubungan timbal balik langsung
antara problem gizi dengan penyakit. Pemahaman ini menjadi dasar bahwa
pada prinsipnya setiap penyakit memiliki aspek patofisiologi yang penting
memberikan kontribusi terhadap timbulnya gangguan gizi pasien/klien. Maka
dalam memberikan asuhan gizi pada pasien/klien seorang petugas gizi
Puskesmas harus memahami konsep patofisiologi, etiologi, ciri-ciri perubahan
jaringan yang disebabkan penyakit dari suatu penyakit tertentu. Hal pokok yang
tidak boleh dilupakan petugas gizi Puskesmas dalam pemahaman konsep
patofisiologi adalah perlu mulai belajar memahami dari konsep patofisologi
yang mencakup berbagai gangguan metabolisme gizi yang terjadi dari suatu
penyakit. Dengan pemahaman ini maka petugas gizi Puskesmas akan bisa
memiliki dasar berpikir resiko gangguan gizi yang akan muncul dari suatu
penyakit. Pada aspek kolaborasi dengan tim asuhan yang lain baik asuhan
medis dan keperawatan ada pemahaman yang sama dalam memahami
problem kesehatan yang sedang terjadi pada pasien/klien. Kata kuncinya;
problem gizi saling berkaitan langsung dengan penyakit.

B. Pengkajian data (Assessment)


Dalam melakukan proses pengkajian data, maka petugas gizi Puskesmas


/ ahli gizi menggali data meliputi dua data penting yaitu ; data subjektif
dan objektif. Pengkajian data dimulai dengan mengumpulkan data melalui
riwayat gizi, pengukuran antropometri, data laboratorium, kebiasaan/
perilaku makan, data pendidikan data sosial ekonomi dsb. Langkah
selanjutnya adalah mengorganisir atau mengkelompokkan berdasarkan
jenis data yang saling terkait. Data yang tidak normal bisa berupa resiko
28

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

2.1 Data Subjektif


A. Riwayat Gizi :
A.1 Riwayat gizi sekarang (RGS)
Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data
yang perlu dikaji misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/
emesis, hasil recall, dsb.
A.2 Riwayat gizi dahulu (RGD)
Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum, pantangan,
alergi, intoleransi, makanan yang disukai dan makanan tidak
disukai, dsb
B. Riwayat penyakit
B.1 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk
Puskesmas. Biasanya data ini didapatkan dari data medical
record; berhubungan dengan informasi gejala-gejala yang
dirasakan pasien sehubungan dengan penyakitnya.
B.2 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD).
Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya :
data ini biasanya diambil dari dari catatan Medical record.
Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi, riwayat pengobatan,
atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

29

3. ASUHAN GIZI

yang potensial menimbulkan masalah gizi. Sumber data data berupa


data primer maupun sekunder (data rekam medik). Assessment gizi lebih
detail atau dalam dibandingkan sekedar sreening, karena langkah ini
sudah meliputi kegiatan: membandingkan data dengan standar normal /
baku serta prediksi data sebagai sebuah resiko timbulnya problem gizi.
Jadi assesment gizi adalah pendekatan yang kompherehensif untuk
mendifinisikan status gizi menggunakan data medis, sosial, data gizi,
riwayat penyakit/pengobatan, data fisik/klinis, antropometri dan data
laboratorium. Berikut ini merupakan uraian singkat tentang komponenkomponen data yang perlu diorganisir sehingga memudahkan dalam
pengkajian data bagi ahli gizi Puskesmas.

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)


B.3 Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Data penyakit yang diderita keluarga biasanya yang
berhubungan dengan penyakit pasien atau penyakit lain,
biasanya data ini diambil dari catatan medical pasien, atau
ditanyakan langsung pada pasien/klien.

3. ASUHAN GIZI

C. Data Sosial dan Ekonomi


Data ini menggambarkan data pekerjaan pasien/klien, jumlah
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, aspek pengetahuan
dan sebagainya.
2.2 Data Objektif
A. Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran
dimensi tubuh pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi
badan/panjang badan, jenis kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status
gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar kepala, Triceps Skin Fold
(TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar pinggang/perut
(waist circumference) dan sebagainya.
B. Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak,
asli/palsu, kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran,
Gejala klinis penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna
urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda vital ( tensi, temperatur,
Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan dari catatan
medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan aspek gizi.

30

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

D. Data Pemeriksaan Penunjang


Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan adalah;
Rongent (RO), USG Abdomen, IVP, CT Scan, PA dan sebagainya,
termasuk rencana pemeriksaan seperti jenis radiologi tertentu.

Data pemeriksaan klinis gangguan gizi (problem gizi) yang berhubungan


dengan pemeriksaan klinis yang bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas
didasarkan pada tanda dan gejala yang ada pada pasien . Metode penilaian
klinis didasarkan pada perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi atau kelebihan gizi, dilakukan dengan pengamatan
pada jaringan epitel (supervicial epithel tissue) seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral/mulut. Dibawah ini beberapa gejala klinis defisiensi atau
kelebihan gizi yang bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas melakukan
pengkajian klinik .

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

31

3. ASUHAN GIZI

C. Data Laboratorium
Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran
laboratorium sesuai penyakit, atau untuk keperluan
diagnosa
penyakit pasien yang terdokumentasi di dalam cacatan medik
pasien. Sampai saat ini tidak/belum semua Puskesmas memiliki
peralatan laboratorium diagnostik yang lengkap, tetapi hampir
semua Puskesmas memiliki pemeriksaan laboratorium sederhana.
Petugas gizi bisa menyesuaikan data laboratorium sesuai
kemampuan Puskesmas. Data-data laboratorium yang dijadikan
data objektif yang berkaitan dengan masalah gizi antara lain
adalah; Hb, Protein total, Albumin, transferin, hematokrit/PCV,
LED, MCV, MCHC, CHI, Ferritrin, urea

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)


Tabel 1. Indikator status gizi klinik defisiensi atau kelebihan gizi
Indikator yang Perlu Diamati

3. ASUHAN GIZI

Rambut :
Pudar, kering, mudah patah
Mudah dicabut (tanpa rasa
sakit)
Rambur Rontok
Tanda bendera (hilangnya
pigmen rambut sekeliling
kepala)
Kepala dan Leher :
Ubun-ubun cembung (pada
bayi)
Sakit kepala
Epistaksis (mimisan )
Pembesaran tiroid
Mata :
Xerosis (kekeringan) pada
konjungtiva dan kornea
Konjungtiva pucat
Sklera biru
Vaskularisasi kornea
Mulut :
Keilosis atau stomatitis
Angular (lesi pada sudut mulut)
Glositis (lidah merah dan sakit )
Gingivitis ( peradangan pada
gusi )
Hipogeusia, disgeusia ( rasa
pengecapan berkurang,
pengecapan buruk )
Karies dentis
Bintik-bintik hitam pada gigi
Atrofi papila lidah
Kuku :
Koilonikia ( kuku berbentuk
sendok )
Rapuh, mudah pecah

Kemungkinan Defisiensi

Kemungkinan Kelebihan

Protein
Protein, Zn
Vitamin A

Biotin
Protein, Cu

Vitamin A
Vitamin A, D

Vitamin K
Yodium
Vitamin A
Fe
Fe
Vitamin B2
Vitamin B2
Niasin, asam folat,
Vit.B12, Vit. lainnya
Vitamin C
Zn
Flour
Fe, Vitamin B

Flour

Fe
Protein
Lanjutan Tabel......

32

30

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)


Tabel Lanjutan.
Indikator yang Perlu Diamati

Jantung :
Pembesaran, takikardia, kegagalan
jantung
Jantung kecil
Kegagalan jantung mendadak,
kematian
Aritmia
Hipertensi

Vit. A, Zn, EFA


Vit.A, EFA, Vit. B

Kemungkinan
Kelebihan
Vitamin A

Zn
Vit. C, K
Niasin, Vit. B2, Vit.
B6
Niasin

3. ASUHAN GIZI

Kulit :
Kering, bersisik
Hiperkeratosis folikularis ( menyerupai bulu roma yg berdiri)
Lesi eksematosa
Petekia, ekimosis
Sebore nasolabialis ( berminyak,
bersisik pada daerah di antara
hidung dan bibir atas )
Kulit lebih gelap dan mengelupas
pada bagian yang terkena matahari
Penyembuhan luka yang lambat

Kemungkinan
Defisiensi

Protein, Zn, Vit. C


Vitamin B1
Energi
Se
Mg, K, Se
Ca, K

Na

Abdomen :
Hepatomegali
Asites

Protein
Protein

Ekstremitas, Otot Rangka :


Kehilangan massa otot ( terutama
bagian temporal )
Edema
Nyeri tekan pada betis
Iga berbentuk manik-manik, atau
rachitic risary (anak-anak)
Nyeri tekan pada tulang dan
persendian
Kaki X, kaki O, tulang yang rapuh

Energi
Protein, Vitamin
B1
Vit . B1 atau C,
biotin, Se
Vitamin C, D
Vit. C, D, Ca, P
Vit. D, Ca, P, Cu

Vitamin A

Vitamin A

Lanjutan Tabel......

31

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

33

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)


Tabel Lanjutan.

3. ASUHAN GIZI

Indikator yang Perlu Diamati


Neurologi (syaraf) :
Parestesia ( sakit dan perasaan geli
atau sensasi yang berubah pada
anggota gerak )
Lemah
Ataksia, penurunan perasaan
getaran dan posisi
Tremor
Penurunan refleks tendon
Konfabulasi, disorientasi
Mengantuk, letargi
Depresi

Kemungkinan
Defisiensi

Kemungkinan
Kelebihan

Vit. B1, B6, B12,


Biotin
Vit. C, B1, B6,
B12, Energi
Vit. B1, B12
Mg
Vitamin B1
Vitamin B1
Vitamin B1
Vitamin B1, Biotin

Vitamin A, D

Tabel 2. Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis


pembesaran kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO
Indikator

Pembesaran Kelenjar

Normal (0)

Tidak ada pembesaran kelenjar

Tingkat IA

Pembesaran Kelenjar tidak tampak walaupun leher pada posisi


tengadah maksimum
Pembesaran Kelenjar teraba ketika dipalpasi

Tingkat IB

Pembesaran Kelenjar gondok terlihat jika leher pada posisi


tengadah maksimum
Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasi

Tingkat II

Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala


normal, dari jarak 1 meter

Tingkat III

Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari jarak jauh (5-6


meter)

34

32

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENETAPAN PROBLEM GIZI

C. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi

Misalnya :
Domain Asupan :

Penderita diare : mengalami penurunan berat badan drastis, kulit kering,


turgor menurun, jumlah urin sedikit (< 30 ml/hari). Maka diagnosa gizinya
bukan dehidrasi tetapi ;
Kekurangan asupan cairan (P) disebabkan gangguan fisiologis berupa
peningkatan kehilangan cairan melalui diare (E) ditandai dengan;
penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor kulit menurun dan
jumlah urin < 30 ml/hari (S). (lihat NI-3.1).
Penderita Obesitas : memiliki BMI 32 kg/m2, penurunan berat badan
seminggu hanya 80 g, konsumsi energi rata-rata perhari lebih 45% dari
yang seharusnya diprogramkan, penderita belum memahami tentang
pelaksanaan diet rendah energi yang dijalankan, maka diagnosa gizinya :
Kelebihan asupan energi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
diet rendah energi yang dijalankan (E) ditandai ; penurunan berat badan
seminggu hanya 80 g serta kelebihan asupan energi 45% dari yang
seharusnya.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

35

3. ASUHAN GIZI

Penentuan diagnosa gizi atau masalah gizi pada pasien /klien didasarkan
pada problem gizi yang bisa diperoleh dari assessment data (pengkajian
data) yang tidak normal, kemudian dijadikan kelompok problem yang
selanjutnya dijadikan diagnosa gizi dengan statement Problem (P),
etiologi/penyebab (E) dan tanda/gejala (sign/symptom) atau (S). Deskripsi
kalimat diagnosa berdasarkan pada statement terminologi diagnosa
gizi (lihat bab diagnosa Gizi) bukan mengacu pada penulisan diagnosa
penyakit/diseases dokter. Petugas gizi Puskesmas harus mulai belajar
menegakkan diagnosa gizi berdasarkan kelompok atau domain (intake,
klinik dan behavior/perilaku), sebelum melakukan proses asuhan gizi
klinik di Puskesmas.

INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING


Domain klinik :

3. ASUHAN GIZI

Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah dan perut kembung,


sedangkan kadar gula darahnya sering tidak terkendali sejak lama (3 bulan
terakhir), rata-rata kadar gula darah acaknya : 312 mg/dl, rata-rata konsumsi
energi dibandingkan kebutuhan hanya 30%, penderita memiliki pemahaman
jika konsumsi kurang gula darahnya akan turun. Maka diagnosa gizi klinik
bisa sebagai berikut :
Perubahan Fungsi gastrointestinal (P) berkaitan dengan peningkatan
kadar gula darah yang tidak terkendali serta pengetahuan yang
keliru tentang terapi dietnya (E) ditandai dengan; mual, muntah dan perut
kembung, rata-rata kadar gula darah acaknya 312 mg/dl dan asupan energi
hanya 30% kebutuhan (S).
Domain Perilaku/Lingkungan :
Seorang laki-laki menderita stroke dengan lumpuh pada tangan kanan,
selalu keluar air liur, setiap makan selalu mengalami kesulitan karena
mulutnya miring ke kiri, ia hanya mampu memasukkan makanan 1/3 porsi
yang diberikan sehari. Maka diagnosa gizi behavior bisa sebagai berikut :
Gangguan memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut (P)
berkaitan dengan kondisi patofisiologis (stroke) yaitu kelumpuhan
pada tangan kanan, (E) ditandai dengan selalu keluar air liur, mulut
miring ke kiri, dan asupan yang rendah ; 1/3 porsi (S), diagnosa
stroke dokter. (lihat NB-2.6)

36

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING

D. Intervensi Gizi termasuk Planning


(perencanaan terapi diet)
Perencaan terapi diet didasarkan pada penetapan diagnosa gizi meliputi;
1. Penentuan kebutuhan gizi untuk terapi gizi berupa perkiraan atau
estimasi kebutuhan energi menggunakan metode perhitungan langsung
& tak langsung (Energi: Krause, Copper I/II, du Bois, PERKENI, Selected
Centre, Harris bennedict.
2. Penentuan Tujuan, prinsip dan syarat
4. Merencanakan penyuluhan/konseling gizi
5. Merencanakan monitoring dan evaluasi
IIntervensi gizi meliputi perencanaan dan implementasi Intervensi
ditujukan untuk melakukan manajemen dari diagnosis terutama
faktor penyebab (etiologi) yang telah ditetapkan sebelumnya meliputi
manajemen dari faktor resiko, faktor perilaku, faktor lingkungan dan aspek
gizi dari status kesehatan pasien/klien.
Tujuan intervensi gizi disusun berdasarkan diagnosa gizi dan disesuaikan
dengan assessement berdasarkan data S dan O. Contoh diskripsi kalimat
tujuan sesuai diagnosa gizi : memberikan makanan yang adekuat dan tidak
memberatkan kerja saluran cerna, menaikkan berat badan, memberikan
makanan untuk
mencapai kadar gula yang optimal, memberikan
makanan guna memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat. Sedangkan
prinsip terapi atau intervensi gizi diberikan guna mencapai tujuan yang
ditetapkan, misalnya; rendah garam, rendah energi, bentuk makanan,
tinggi energi, tinggi kalium (potassium) dsb.
Penyusunan syarat intervensi gizi adalah : poin perencanaan yang
berisi kalimat yang mendukung prinsip intervensi gizi. Hal-hal yang
perlu dituliskan dengan jelas dan sifatnya kuantitatif pada kalimat syarat
intervensi gizi adalah :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

37

3. ASUHAN GIZI

3. Merencanakan susunan menu

INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING


1. Nilai Zat gizi termasuk kebutuhan energi, kebutuhan cairan (sesuai
estimasi) dan mengacu pada prinsip intervensi gizi.
2. Zat gizi yang ditambah, dikurangi, dibatasi atau dihilangkan sama
sekali
3. Bentuk makanan, frekuensi pemberian makanan, waktu pemberian
makanan, metode pemberian (peroral, per enteral, parenteral), tahap
pemberian makanan dan lama pemberian diet.
4. Bahan makanan yang dilarang, dibatasi, dianjurkan.

3. ASUHAN GIZI

Dalam menyusun menu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :


1. Menyesuaikan dengan prinsip dan syarat intervensi gizi
2. Memenuhi syarat nilai gizi seimbang
3. Sesuai pola makan dan kebiasaan pasien/klien
4. Ketersediaan bahan makanan
5. Kemudahan dalam penyiapan
6. Sesuai kondisi social ekonomi dan sumber daya termasuk peralatan.
Dalam penyusunan perencanaan penyuluhan atau konseling, maka
susunan perencanannya adalah meliputi :
1 Tujuan umum dan khusus penyuluhan/konseling
2. Sasaran
3. Metode penyuluhan yang digunakan
4. Waktu yang diperlukan
5. Tempat penyuluhanj/konseling
6. Alat peraga atau media yang digunakan
7. Materi penting yang perlu disampaikan
8. Rencana evaluasi proses penyuluhan
Susunan planning penyuluhan ini merupakan bagian terintegrasi
disamping terapi diet yang disusun dalam intervensi gizi. Setelah
perencanaan ini telah diverifikasi dan lengkap selanjutnya dilakukan
38

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

MONITORING DAN EVALUASI GIZI


implementasi intervensi gizi. Dalam hal ini diperlukan komunikasi dengan
klien/pasien, keluarga dan tim kerja terkait. Implementasi meliputi
penyediaan diet pada pasien rawat inap maupun penyediaan makanan /
diet secara mandiri oleh pasien berdasarkan planning intervensi gizi yang
diberikan pada pasien rawat jalan.

E. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Secara sederhana monitoring evaluasi terapi/intervensi gizi meliputi :


1. Data subjektif dan perkembangan keluhan pasien/klien
2. Data objektif antropometri, biokimia, klinis, pemeriksaan penunjang
yang menjadi indikator tujuan terapi diet/intervensi gizi
3. Data asupan makanan dan asupan gizi
4. Data pemeriksaan medik dsb.

F. Dokumentasi Asuhan Gizi Puskesmas


Dalam melaksanakan proses asuhan gizi pada pasien/klien Puskesmas
merupakan hal yang tak kalah pentingnya adalah pencatatan atau
dokumentasi setiap langkah-langkah asuhan dari awal sampai akhir
asuhan. Dokumentasi ini penting sebagai bentuk fakta tertulis kondisi
problem gizi aktual pasien yang dikumpulkan oleh ahli gizi Puskesmas,
sebagai data untuk rekam data gizi sekaligus laporan proses asuhan
gizi (reporting/recording). Ada banyak format pendokumentasian proses
asuhan gizi yang dipergunakan dalam asuhan gizi antara lain:
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

39

3. ASUHAN GIZI

Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan berupa assessment ulang


terhadap parameter yang menjadi tanda dan gejala dari suatu problem
gizi baik itu berupa data subjektif maupun data objketif. Evaluasi
adalah kegiatan membandingkan parameter yang
dimonitor
sebelum dan sesudah intervensi gizi terhadap nilai-nilai standar yang
direkomendasikan. Dalam hal evaluasi dibutuhkan kemampuan untuk
melihat apakah intervensi gizi yang dilakukan sudah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS


1. Format A D I M E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :

3. ASUHAN GIZI

A : Assessment /pengumpulan data


D : Diasgnosis atau diagnosa gizi atau pernyataan PES
I : Intervention atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi,
Tujuan intervensi
M : Monitoring
E : Evaluation atau evaluasi

2. Format P G I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P

: Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan


PES)
G : Goal atau tujuan intervensi gizi atau perskripsi zat gizi
I : Intervention atau intervensi gizi dan Tujuan intervensi
E : Evaluation/evaluasi

3. Format D A R
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D
A

: Data diagnosis atau pernyataan PES


: Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi

4. Format D A R - O
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
D : Data diagnosis atau pernyataan PES
A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat
gizi, Tujuan intervensi
R : Respon / hasil intervensi
O : Out Put

40

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS


5. Format P I E
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :
P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan PES)
I : Intervention/Intervensi Gizi
E : Evaluation/evaluasi

6. Format S O A P
Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :

Format proses asuhan gizi untuk petugas gizi Puskesmas dapat dijadikan
acuan dokumentasi atau menggunakan format lainnya yang penting
essensi proses asuhan gizi di Puskesmas dapat terakomodir dalam
pelayanan gizi serta semua parameter yang digunakan dapat terukur
sehingga format proses asuhan gizi terstandar menggunakan tata alur
menurut format dokumentasi A D I M E.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

41

3. ASUHAN GIZI

S : Subjective/Data Subjektif
O : Objektive/Data Objektif
A : Assessment atau Diagnosa gizi atau pernyataan PES
atau perskripsi zat gizi
P : Planning atau perencanaan, Intervensi Gizi dan Tujuan
intevesi

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

Data dasar :
Data Subjektif meliputi :
Data Riwayat Gizi Sekarang dan
dahulu
Data Riwayat Penyakit sekarang,
riwayat penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Keluarga
Data Sosial/ekonomi
Data Objektif : Antropometri,

3. ASUHAN GIZI

Daftar Masalah / Problem :


Daftar masalah ini merupakan inventarisir data Objektif maupun data Subjektif
yang tidak normal yang dideskripsikan
sebagai sebuah problem, etiology atau
penyebab dan tanda/gejala (sign/
simpstom.

Diagnosa Gizi :
Dari daftar masalah yang ada memungkinkan Petugas gizi Puskesmas/ahli gizi
dapat mendiskripsikan Diagnosa Gizi
dalam bentuk statemen atau pernyataan
PES.

Planning :
Tujuan, Prinsip dan
Syarat Intervensi Gizi.
Estimasi : kebutuhan
energi dan zat Gizi
Rencana Monitoring &
Evaluasi

42

Rencana Penyuluhan :
berisi ; tujuan metode,
materi konseling, media, waktu, sasaran,
rencana monitoring dan
evaluasi dsb.

40
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

II. Data Objektif


Skrining Gizi:
Antropometri:
Fisik dan Klinis:
Biokimia:
Data lab. Penunjang:

Riwayat Nutrisi (RN)


RNS:
RND:
Riwayat Penyakit:
RPS:
RPD:
Data Sosek

I. Data Subjektif:
Riwayat aktifitas :

DATA DASAR

DAFTAR
MASALAH

DIAGNOSA GIZI (PES)


PENYULUHAN

R E N C A N A
Tujuan:
Prinsip:
Syarat:
Estimasi Perhitungan kebutuhan
energi dan zat gizi.

TERAPI NUTRISI

Resume Rencana Asuhan Gizi Pasien/Klien

3. ASUHAN GIZI

Register
:
Nama PX
:
Umur
:
Dx Medis
:
Jenis Kelamin :

MONITORING

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

Contoh Format yang bisa digunakan untuk dokumentasi proses

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

43

3. ASUHAN GIZI

CATATAN

44

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB IV

ASUHAN PENANGGULANGAN
MASALAH GIZI PADA BALITA
Salah gizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi Klinis yang
disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali
disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi,
buruknya absorpsi, atau kehilangan zat gizi dalam jumlah besar. Istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebih an gizi yang disebabkan oleh makan
berlebihan atau masuknya nutrien tertentu secara berlebihan ke dalam tubuh.

Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan angka kesakitan dan


kematian, serta hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Deteksi dini anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan
melalui pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kader posyandu sebaiknya
merujuk anak ke Puskesmas/Pustu/ Polindes jika:
1. Dua bulan berturut-berturut TIDAK mengalami kenaikan berat badan
sesuai garis baku (2T)
2. Terlihat kurus
3. Edema (minimal kedua punggung kaki)
4. Trend garis pertumbuhannya mengarah ke BGM (Bawah Garis Merah)
5. LiLA < 12,5 cm
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

45

4. ASUHAN GIZI BALITA

Kondisi kesehatan dan gizi anak balita di Indonesia tampaknya masih


merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Berdasarkan
data Riskesdas 2010 pada balita angka prevalensi BB kurang dan sangat
kurang sebesar 17,9% (BB/U), prevalensi kurus dan sangat kurus 13,3%
(BB/TB-PB), kegemukan 14,0% (BB/TB-PB), prevalensi pendek dan sangat
pendek 35,6% (TB/U).

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG

A. Asuhan Penanggulangan Gizi Kurang


Seorang balita dinyatakan menderita gizi kurang jika indeks antropometrinya
(BB/TB) berada pada kisaran -3 SD s/d -2 SD (WHO, 2009). Gizi kurang
dapat ditegakkan dengan kriteria sebagai berikut :
1. LILA 11.5 cm - 12.5 cm
2. BB/TB > -3 SD s/d < -2 SD
3. Tidak ada oedema dan
4. Nafsu makan baik
5. Keadaan umum baik

4. ASUHAN GIZI BALITA

Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein


dalam makanan sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi
dan atau adanya penyakit infeksi (sebagai manifestasi adanya gangguan
pertumbuhan).
Prinsip pemberian makanan tambahan Pemulihan pada dasarnya harus
mengacu pada konsep kepadatan energi dan nilai energi dari protein yang
dikandungnya atau PER (Protein Energi Ratio).
Rincian cara pembuatan PMT pemulihan dan penyuluhan gizi dan
kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 223. Penanganan
balita gizi kurang adalah :
1. Pemberian PMT Pemulihan padat gizi , 350 kkal dengan protein 15 g
selama 90 hari.
2. Baduta dari keluarga miskin (6-24) bulan diberikan MP-ASI sebagai
makanan tambahan.
3. Penyuluhan dan demo cara persiapan pemberian PMT pemulihan.
4. Konseling makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT). Pantau
pertumbuhan di Posyandu setiap bulan serta stimulasi.
5. Bila dalam 2 bulan tidak ada kenaikan BB atau BGM, segera lakukan
konfirmasi BB/TB.
Sekedar diingat bahwa dalam menentukan gangguan gizi kurang dapat
dilakukan dengan berbagai indek antropomentri dengan makna yang
46

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG


berbeda dalam memandang kejadian kurang gizi yang terjadi :
a. Indek BB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi umum
b. Indek TB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi kronis
c. Indek BB/TB : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi akut.
Prinsip yang sangat penting dalam memberikan makanan tambahan
untuk rehabilitasi anak dengan gangguan gizi kurang adalah memberikan
makanan dengan konsep kepadatan energi yang tinggi tetapi memiliki
volume atau porsi yang kecil. Hal yang perlu dilakukan dalam menyusun
menu maupun Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gangguan
gizi kurang adalah :
Kumpulkan potensi : ketersediaan makanan sumber energi utama
Karbohidrat (bahan makanan pokok)
Kumpulkan potensi utama bahan makanan sumber protein (hewani dan
nabati)

KUMPULKAN POTENSI bahan makanan sumber vitamin & mineral


(sayur dan buah).
Minimal empat potensi tersebut jika sudah dapat dikumpulkan dari keluarga
balita gizi kurang, baru petugas gizi bisa menyusun makanan/PMT yang
sesuai dengan kemampuan potensi keluarga.
Langkah-langkah menghitung kepadatan energi dari suatu menu makanan
atau makanan tambahan adalah sebagai berikut :
1. Hitung semua kandungan energi dan protein semua bahan makanan
yang akan diolah kemudian ditimbang sebelum dimasukkan ke dalam
wadah pengolahan.
2. Olah bahan makanan tersebut (masak)
3. Timbang kembali makanan yang telah masak (matang)
4. Bagi nilai energi dengan berat makanan yang telah matang.
5. Kepadatan energi dinyatakan dalam satuan energi (kalori) / gram berat
matang.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

47

4. ASUHAN GIZI BALITA

Kumpulkan potensi utama bahan makanan sumber lemak (minyak)


sebagai KATA KUNCI PENTING MEMBUAT MAKANAN PADAT
ENERGI TIDAK BULK/VOLUMENUS.

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG


ASI atau formula pengganti air susu ibu (PASI) memiliki kepadatan energi
0,7 kkal/gram, sedangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) memiliki
kepadatan energi 1 kkal/gr. Makanan biasa rata-rata mengandung
kepadatan energi 1,5 kkal/gr sedangkan makanan padat energi harus
memiliki kepadatan energi >1,5 kkal/gr.
Kandungan protein dari makanan padat energi seharusnya memiliki nilai
yang tinggi pula dalam makanan tumbuh kejar, oleh karena itu perlu pula
dihitung persentase rasio energi protein dari makanan yang telah diolah
terutama makanan tambahan. Rumus menghitung rasio protein energi
adalah dinyatakan dalam protein energi ratio (PER) sebagai berikut :
PER = Berat Protein (gr) x 4 kal x 100%

4. ASUHAN GIZI BALITA

Total Energi (makanan)

Rasio energi protein pada makanan orang dewasa cukup antara 8 - 10


%, pada balita sehat cukup antara 10 - 12 %. Orang
dewasa sakit
membutuhkan makanan dengan PER 10-12% sedangkan pada balita sakit
atau gizi kurang
PERnyamakanan
12 - 15%. pada balita dengan
Dalamsebaiknya
memberikan
gangguan gizi kurang atau pun balita dengan gizi buruk untuk

Dalam
memberikan makanan pada balita dengan
gangguan gizi kurang
fase rehabilitasi maka terapi utama sebenarnya difokuskan pula
atau
pun
balita
dengan
gizi
buruk
untuk
fase
rehabilitasi
maka terapi
pada pemberian makanan utamanya, baru pemberian makanan
utama
sebenarnya difokuskan pula pada pemberian makanan utamanya,
tambahan sehingga membawa manfaat dalam menaikkan derajat
baru
pemberian makanan tambahan sehingga membawa manfaat dalam
status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengamenaikkan
derajat status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah
turan waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pempengaturan
waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pemberian
berian makanan yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pembemakanan
yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pemberian makanan
rian makanan yang optimal :
yang optimal :

48

06.30

09.30

12.30

15.30

18.30

12.30

Makan
Pagi
20%

Snack
Pagi
10%

Makan
Siang
30%

Snack
Sore
10%

Makan
Malam
20%

Snack
Malam
10%

pemberian
makanan tambahan sebaiknya diberikan
Buku Waktu
Saku ASUHAN
GIZI DI PUSKESMAS
pada titik waktu pemberian makanan selingan, sehingga tidak

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG


Waktu pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan pada titik waktu
pemberian makanan selingan (snack), sehingga tidak mengganti makanan
utama yang bisa berakibat anak justru tidak mau menghabiskan makanan
utamanya karena telah diganti makanan selingan berupa makanan
tambahan yang padat energi.
Selain diupayakan pemenuhan kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, lemak
dan protein) pada balita gangguan gizi kurang maka sebelum indikator BB/
TB < -2 Z-score (SD) petugas gizi Puskesmas harus mengupayakan selalu
dilakukan koreksi atau penambahan pemenuhan zat gizi mikro yang sangat
penting dalam metabolisme energi balita yaitu pemenuhan vitamin dan
mineral dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Berikan suplemen vitamin A sesuai umur pada saat penangan tersebut,
jika ditemukan ada tanda-tanda xerophtalmia atau menderita campak
dalam 3 bulan terakhir maka suplemen vitamin A diberikan pada hari 1, 2
dan hari ke 15 penanganan.

3. Berikan suplemen vitamin asam folat 5 mg pada saat penanganan (


hari pertama) selanjutnya berikan 1 mg/hari sampai indikator BB/TB
-2 Z-score/SD
4. Berikan suplemen Zn baik sirup atau tablet 10 mg/hari sampaiindikator
BB/TB -2 Z-score/SD
Modifikasi konsistensi makanan perlu dilakukan jika balita yang mengalami
gangguan gizi kurang mengalami sakit /gangguan hambatan pertumbuhan
umum yang biasa terjadi pada balita misalnya ;
1. Demam
2. Batuk, pilek, sesak nafas
3. Diare
4. Infeksi telinga bernanah (otitis media)
5. TBC Paru.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

49

4. ASUHAN GIZI BALITA

2. Berikan suplemen vitamin B komplek setiap hari dan vitamin C 50 mg/hari


sampai indikator BB/TB -2 Z-score/SD

PENANGANAN GIZI BURUK


maka pemberian makanan harus diubah pada konsistensi dibawahnya,
misalnya jika anak sesuai pola makan menurut umur diberikan makanan biasa
harus diubah menjadi konsistensi makanan lunak, jika anak (bayi) diberikan
makanan lumat maka pemberian makanan diubah menjadi makanan cair.
Dalam penanganan balita gangguan gizi kurang dengan sakit (hambatan
pertumbuhan) maka penanganannya juga fokus pada pengobatan sakitnya.
Dalam hubungannya dengan pemberian makanan pada balita dengan
gangguan gizi kurang yang sedang mengalami peradangan hati-hati pada
pemberian sumber bahan makanan terutama minyak. Sebaiknya dihindari
bahan makanan yang mengandung asam lemak omega 6 karena akan
meningkatkan reaksi peradangan sehingga perlu dihindari pengolahan
menggunakan minyak selama balita mengalami sakit.

4. ASUHAN GIZI BALITA

B. Asuhan Gizi Penanganan Gizi Buruk


Penanganan penderita gizi buruk, perlu pendekatan khusus, karena tidak
semua pasien penderita gizi buruk memerlukan pelayanan rawat inap.
Gizi buruk tanpa komplikasi medis (anoreksia, pneumonia berat, anemia
berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran) dapat
ditangani secara rawat jalan.

50

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK


Tabel 3 Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas
No.
1

Mekanisme

Penentuan Status Gizi


a. Klinis
Dilakukan pada
Deteksi:
setiap pasien baru
Hipotermia
dan dimonitor
Hipoglikemia
setiap hari,
Dehidrasi
dilakukan pada
Infeksi
saat pasien baru
masuk
b. Antropometri:
Penimbangan
ukur BB dan
dilakukan setiap
TB, PB
hari
c.
Prosedur
Laboratorium :
laboratorium
Glukosa
darah, Hb,
Urin & feses
d. Anamnesis
Wawancara
riwayat gizi
Intervensi
a. Klinis
Mengatasi:
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Infeksi
b. Diet
Menentukan
preskripsi diet
Menerjemahkan
preskripsi diet ke
dalam jenis &
jumlah bahan
makanan
Pemantauan
status gizi
Penyuluhan gizi
Pemberian
makan
Persiapan pulang
Penyuluhan gizi
untuk dirumah
Pelaporan

Perkembangan:
Pemeriksaan
fisik,
Laboratorium
Antropometri &
asupan makanan

Pelaksana
Teknis

Penanggung
Jawab

Dokter/
perawat

Dokter

Ahli Gizi/
TPG

Dokter

Dokter/
analis

Dokter

Ahli gizi/
TPG

Dokter

Dokter/
perawat

Dokter

Dokter

Dokter

4. ASUHAN GIZI BALITA

Kegiatan

Ahli Gizi/
TPG

Ahli Gizi/
TPG
Ahli Gizi/
TPG
Perawat
Perawat/
TPG
Ahli gizi/
TPG
Dokter/ Ahli
Gizi/
Perawat

Dokter

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

51

PENANGANAN GIZI BURUK


Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau pengukuran
antropometri adalah:
Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau
pengukuran
1. Gejala
Klinis antropometri adalah:
2.1 Gejala klinis
a

4. ASUHAN GIZI BALITA

52

Marasmus
Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang,
terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng,
rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy
pants), perut umumnya cekung, tulang rusuk menonjol
(iga gambang, piano sign), sering disertai penyakit
infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare
persisten
Kwasiorkor
Perubahan status mental: apatis & rewel, rambut tipis,
kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa sakit dan rontok, wajah membulat dan sembab,
pandangan mata sayu, pembesaran hati, edema
minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting
edema, otot mengecil (hipotrofi), kelainan kulit berupa
bercak merah muda yg meluas & berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis), sering disertai: penyakit infeksi
(umumnya akut) seperti anemia dan diare.
Tentukan derajat edema untuk menentukan jumlah
cairan yang diberikan
Derajat edema:
+
Kedua punggung kaki
++
Tungkai & lengan bawah
+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)
Marasmik-kwashiorkor :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB
-PB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

50

PENANGANAN GIZI BURUK


2. Pengukuran antropometri
Standar antropometri yang digunakan adalah berdasarkan pengukuran :
BB/TB-PB < -3 Z-score/SD atau Lingkar Lengan Atas (LLA) < 11,5 cm.
Jika gejala klinis tidak jelas namun BB/TB-PB < -3 Z-score/SD tetap
dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Sebaliknya, jika secara klinis mendukung
(terlihat sangat kurus) namun tidak memenuhi syarat antropometri (misal
BB/TB-PB > -3 Z-score/SD), hal ini tetap dinyatakan sebagai Gizi Buruk.
Keadaan ini dapat ditemukan pada anak yang mengalami mikrosefal (lingkar
kepala kecil) atau terdapat pembesaran organ-organ tubuh/organomegali.
Khusus pada penderita kwashiorkor, jika sudah terlihat edema yang
simetris, diagnosis dapat ditegakkan tanpa pemeriksaan antropometri.
Pemeriksaan secara antropometri hanya membantu menentukan derajat
kekurusan, namun gambaran klinis lebih penting.

aAnoreksia
aPneumonia
aAnemia berat
aDehidrasi berat
aDemam sangat tinggi
aPenururunan kesadaran
Penyulit atau komplikasi medis inilah yang mengindikasikan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan baik di Puskesmas yang sudah memiliki
TFC atau rumah sakit yang sudah memiliki unit perawatan gizi buruk.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

53

4. ASUHAN GIZI BALITA

Gizi buruk adalah bentuk gangguan gizi akut, sangat mungkin juga timbul
komplikasi atau penyulit dari aspek medis sebagai berikut :

4. ASUHAN GIZI BALITA

54

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Terlihat sangat kurus
BB/PB atau BB/TB
< - 3SD
LILA <11,5 cm (untuk
anak usia 6-59 bulan
dan
Nafsu makan baik
Tanpa komplikasi
medis

Anak dengan satu atau


lebih tanda berikut:

Rawat Jalan

Gizi buruk
Tanpa Komplikasi

Anak dengan satu atau


lebih tanda berikut:
Terlihat sangat kurus
Edema minimal, pada
kedua punggung tangan
/
kaki
BB/PB atau BB/TB <-3SD
LILA <11,5 cm (untuk
anak
usia 6-59 bulan ; dan
Nafsu makan baik
Tanpa komplikasi medis

PMT
Pemulihan

Gizi
kurang

klinis baik

nafsu makan baik

dan

tidak ada edema

Bila LILA 11,5 cm <


12,5 cm (untuk anak
usia 6-59 bulan)
(BB/TB < -2 SD s.d -3
SD)

Sumber : Pedoman PGBM KemKes, 2009

Bagan 4. Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk

Rawat Inap di
RS/Pusk RI/TFC

Gizi buruk
Dengan
Komplikasi

Anak dengan satu atau


lebih tanda berikut:
Terlihat Sangat kurus
Edema pada seluruh tubuh
BB/PB atau BB/TB < -3 SD
LiLA < 11,5 cm (untuk anak
usia 6-59 bulan) dan
salah satu atau lebih dari
tanda-tanda
komplikasi
medis berikut:
anoreksia
pneumonia berat
anemia berat
dehidrasi berat
demam sangat tinggi
penurunan kesadaran

Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA


di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK

Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk


dapat dilihat pada bagan 4 di bawah ini

PENANGANAN GIZI BURUK


Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk
dapat dilihat pada bagan 4 di bawah ini

Tanpa komplikasi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

55

PMT Terapi
Pengobatan
KIE

Tanpa komplikasi

Stabilisasi

Komplikasi

< - 3 SD atau
- 3 SD dengan
edema pada 2 kaki
atau Lila < 12,5 cm

Bagan 5. Alur Penanganan Gangguan Gizi Akut

BB/TB - 3 SD
dan edema (-)

4. ASUHAN GIZI BALITA

SEMBUH
BB/TB -2 SD

PMT Pemulihan
(Suplementary feeding)
Pengobatan, KIE

Komplikasi

< 2 SD s/d - 3
atau Lila < 12,5 cm

SKRINING
BB/TB, LILA

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

PENANGANAN GANGGUAN GIZI AKUT BERBASIS MASYARAKAT


(CTC / CFC)

PENANGANAN GIZI BURUK

PENANGANAN GIZI BURUK


Penderita gizi buruk dengan komplikasi dan tanda bahaya perlu dirawat
inap sesuai dengan Tatalaksana Anak gizi Buruk . Pedoman Tatalaksana
Gizi buruk menggunakan sepuluh langkah dalam 5 kondisi klinis. Kondisi
I-V ditentukan berdasarkan ada/tidaknya tanda bahaya yaitu :
a. Renjatan/ syok
b. Letargis
c. Diare, Muntah dan atau dehidrasi.
( Buku Bagan dan Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk )

4. ASUHAN GIZI BALITA

Gizi buruk tanpa komplikasi dan tanda bahaya dapat dirawat jalan melalui
Klinik Gizi Puskesmas / Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat (PGBM), diberi pengobatan dan makanan padat gizi /
energi serta konseling gizi seminggu sekali sampai dengan BB/TB-PB > -2
SD atau anak mengalami kenaikan berat badan 15-20% dari berat badan
terendah pada saat pemeriksaan status gizi. Pada umumnya anak membaik
dalam waktu 17 minggu.
Penanganan balita gizi buruk tanpa komplikasi adalah sebagai berikut :
a Pemberian PMT Pemulihan yang padat gizi dengan kandungan energi
500 kkal selama 10 minggu
a Penyuluhan gizi dan demo cara penyiapan sampai pemberian makanan
pemulihan gizi yang padat gizi
a Konseling pemberian makanan bayi dan anak (ASI, PMT, MP-ASI)
a Memantau penambahan BB dan pemeriksaan klinis setiap minggu, TB/
PB dieriksa setiap bulan oleh tenaga kesehatan.
a Memberikan stimulasi tumbuh kembang melalui BKB, atau Pos PAUD
bila memungkinkan.
a Bila pertambahan BB < 50 g/kg BB perminggu dalam 3 minggu terakhir
atau ada gejala sakit, Rujuk ke Puskesmas TFC/RS untuk pengobatan
penyakit dan pemeriksaan lanjut.

56

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Mengobati infeksi

Memperbaiki kekurangan zat gizi


mikro

Memberikan
makanan stabilisasi
& transisi

Memberikan
makanan tumbuh
kejar

Memberikan stimulasi untuk tumbuh


kembang

Mencegah & mengatasi dehidrasi

Memperbaiki gangguan keseimbangan


elektrolit

Mencegah & mengatasi Hipothermia

Mencegah & mengatasi Hipoglikemia

Tindakan

Tanpa
Fe

Stabilisasi H
1 2

Transisi
H 37

4. ASUHAN GIZI BALITA

No

Rehabilitasi mg
26

+ Fe

Tindak
Lanjut mg
7

2.3 Sepuluh langkah dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk


Tabel 4 . Sepuluh Langkah Tata laksana Anak Gizi Buruk

PENANGANAN GIZI BURUK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

57

PENANGANAN GIZI BURUK


a. Mengatasi / Mencegah Hipoglikemia
Hipoglikemia bila kadar glukosa darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl.
Tabel 5. Cara Mengatasi Hipoglikemia

4. ASUHAN GIZI BALITA

TANDA

CARA MENGATASI

SADAR
(TIDAK LETARGIS

Berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir 10%


Secara oral atau atau NGT (bolus) sebanyak 50 ml

TIDAK SADAR
(LETARGIS)

Berikan larutan Glukosa 10% secara intravena (iv) (Bolus)


sebanyak 5 ml/kgBB
Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula
pasir 10% secara oral atau NGT (Bolus) sebanyak 50 ml

RENJATAN
(SYOK)

Berikan cairan intravena (iv) berupa Ringer Laktat dan


Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%)
sebanyak 15 ml /kgBB selama 1 jam pertama atau 5 tetes/
menit/kgBB
Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% secara intravena
(iv)(Bolus) sebanyak 5 ml/kg BB

b. Mengatasi/Mencegah Hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 0C (Ukur selama
5 menit). Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi buruk
sangat terbatas sehingga anak tidak mampu memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan upaya
untuk menghemat cadangan energi.

58

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

9.

8.

7.

6.

Tutuplah tubuh anak termasuk kepalanya.


Hindari adanya hembusan angin di dalam ruangan perawatan
Pertahankan suhu ruangan sekitar 25 - 30 oC.
Usahakan agar anak tetap diselimuti pada malam hari.
Jangan membiarkan anak tanpa baju terlalu lama pada saat tindakan
pemeriksaan dan penimbangan.
Usahakan tangan dari pemberi perawatan pada saat menangani
anak gizi buruk dalam keadaan hangat.
Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah oleh karna air
kencing atau keringat atau sebab-sebab yang lain.
Bila anak baru saja dibersihkan tubuhnya dengan air, segera
keringkan dengan sebaik-baiknya.
Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini
untuk menghindari bila ibu anak/pengasuh lupa membungkus botol
dengan kain akan menyebabkan kulit anak terbakar.

1. Bila suhu <36 oC harus dilakukan tindakan menghangati untuk


mengembalikan lagi suhu tubuh anak.
2. Pemanasan suhu tubuh anak yang hipotermia adalah dengan cara
kanguru, yaitu dengan mengadakan kontak langsung kulit ibu dan
kulit anak untuk memindahkan panas tubuh ibu kepada tubuh anak
dan anak digendong serta diselimuti seluruh tubuhnya.
3. pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan
lampu . Lampu harus diletakkan 50 cm dari tubuh anak.
4. Suhu tubuh harus dimonitor setiap 30 menit untuk memastikan
bahwa suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi akibat pemanasan.
5. Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah mencapai 37 oC

Cara untuk memulihkan penderita gizi buruk yang mengalami


hipotermia adalah:

Keadaan ini pada anak gizi buruk dapat dengan mudah jatuh
pada hipotermia, cara untuk mempertahankan agar tidak
hipotermia adalah:

4. ASUHAN GIZI BALITA

1.
2.
3.
4.
5.

Suhu tubuh <36 oC

Suhu tubuh 36-37,0 oC

Tabel 6. Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia

PENANGANAN GIZI BURUK

59

PENANGANAN GIZI BURUK


c. Mengatasi/mencegah Dehidrasi
Untuk menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk dapat
digunakan 4 tanda utama yaitu letargis, anak haus, mata cekung dan
kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat. Tanda dehidrasi lain yang
mungkin ditemukan adalah anak gelisah dan rewel, tidak ada air mata,
mulut dan lidah kering, diuresis berkurang.
Tidak mudah menentukan dehidrasi pada anak gizi buruk, karena
letargis, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat
sering ditemukan pada anak gizi buruk.
Tabel 7. Tanda Dehidrasi
Tabel 7. Tanda Dehidrasi

4. ASUHAN GIZI BALITA

NO

Letargis

Anak gelisah dan


rewel
Tidak ada air
mata
Mata cekung

3
4

5
6

60

TANDA

Mulut dan lidah


kering
Haus

Kembalinya
cubitan/turgor
kulit lambat

CARA MENENTUKAN
Tampak mengantuk, lemas, tidak waspada,
tidak tertarik terhadap kejadian sekitar
Tampak gelisah dan rewel terutama bila
disentuh/ditangani untuk suatu tindakan
Tidak terlihat air mata saat anak menangis
Tanya ibu : mata cekung tersebut memang
seperti biasanya ataukah baru beberapa saat
timbulnya (mata anak gizi buruk tampak
cekung, mirip tanda dehidrasi)
Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
menentukan apakah lidah dan mulutnya kering
Lihat, apakah anak ingin meraih cangkir saat
melihat atau diberi minum. Saat minuman itu
disingkirkan atau habis, apakah anak tampak
masih ingin minum?
Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat
mencubit kulit perut bagian tengah antara
umbilicus dan sisi perut.
Posisikan tangan anda sejajar/lurus dengan
garis tubuh, bukan melintang. Tarik lapisan
kulit dan jaringan bawah kulit pelan-pelan.
Cubit selama 1 detik dan lepaskan. Jika kulit
masih terlipat ( belum kembali rata selama > 2
detik), dikatakan turgor lambat. ( catatan :
turgor biasanya lambat pada anak wasting
walaupun tidak dehidrasi)

Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi :


Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat
dari oralit yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral

PENANGANAN GIZI BURUK


Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi :
Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat dari
oralit yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral mix.
Oralit :
Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar
kadar Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi
air, edema dan gagal jantung.
Gula :
Untuk menambah energi dan mencegah hipoglikemia
Larutan elektrolit/mineral mix :
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit dan mineral seberti
kalium, magnesium, cuprum dan seng/Zinc

d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada anak gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Tubuh anak gizi buruk relatif mengandung kadar natrium (Na)
lebih tinggi dan kalium (K) lebih dibanding anak normal. Karena itu
pemberian cairan tidak boleh yang mengandung Na tinggi dan harus
mendapat tambahan K.
Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit tersebut, diberikan
mineral mix yang dicampurkan ke dalam formula khusus ( F75, F100)
dan ReSoMal.
e. Obati/cegah infeksi
Anak Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya
menurun sehingga perlu diberi antibiotika walaupun seringkali gejala
infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi tidak nyata, berikan kotrimoksasol.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

61

4. ASUHAN GIZI BALITA

Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak tersedia, sebagai alternatif atau


pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan pengganti ReSoMal.

PENANGANAN GIZI BURUK


Bila ditemukan adanya infeksi atau komplikasi ( renjatan, hipoglikemia,
hipotermia, dermatosis, infeksi saluran nafas atau infeksi saluran kencing
atau letargis/tampak sakit, dsb) maka diberikan gentamisin iv atau im
ditambah dengan ampisilin iv atau im selama 2 hari dan dilanjutkan
dengan amoksilin atau ampisilin oral selama 5 hari ( dosis lihat tabel ).
Apabila anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, makan ditambahkan
kloramfenikol iv atau im (25 mg/kg BB/kali) setiap 8 jam selama 5 hari.
Bila anak diperkirakan menderita meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk
memastikan. Bila ternyata menderita meningitis purulenta, kloramfenikol
diberikan 25 mg/kgBB/kali) setiap 6 jam sampai 10 hari. Gentamisin
diberikan apabila diuresis sudah normal (1-2 ml/kgBB/jam)
f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

4. ASUHAN GIZI BALITA

Setiap anak gizi buruk umumnya mengalami kekurangan zat gizi mikro,
sehingga perlu diberi vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin dapat
diberikan multivitamin.
1). Vitamin B (B1, B2, B6, B12)
Gejala klinis kekurangan vitamin B (B1, B2, B6, B12) sebagai berikut:
a. Tidak ada kenaikan berat badan dan postur tubuh lebih kecil dari
anak yang sehat (defisiensi vitamin B1)
b. Diare ( defisiensi vitamin B1, B12)
c. Stomatitis angularis : pada sudut mulut terdapat maserasi dan
retak-retak/fisura (defisiensi B2, B6)
d. Glositis : lidah berwarna merah muda dan licin karena hilangnya
struktur papil lidah (defisiensi vitamin B2,B6,B12)
e. Dermatosis seboroik: perubahan kulit berupa luka seboroik pada
lipatan nasolabium, sekitar hidung, daun telinga dan kelopak mata.
Kadang-kadang dermatitis pada tangan, sekitar vulva, anus dan
perineum (defisiensi vitamin B2, B6)
f. Anemia dengan gangguan pembentukan/proses pematangan
eritrosit (defisiensi vitamin B12)
62

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK


g. Perubahan pada mata sehingga menimbulkan fotofobia, lakrimasi
berlebihan, rasa panas dan pusing (defisiensi vitamin B2)
2) Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan zat kolagen oleh fibroblast
hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan :
a. penyakit skorbut
b. gangguan pertumbuhan
c. perdarahan kapiler
d. gangguan pematangan eritrosit
d. gangguan pematangan eritrosit
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
e. gangguan pembentukan tulang dan dentin
f. gangguan
dalam
respirasi
f. gangguan
dalam
respirasijaringan
jaringan
Tabel
Dosis
Pemberian
Vitamin
Tabel
8. 8.
Dosis
Pemberian
Vitamin

Asam Folat
Vitamin
B
kompleks

Dosis
BB < 5 kg : 50 mg/hari ( 1 tablet)
BB 5 kg : 100 mg/hari
Hari I : 5 mg/hari
Selanjutnya 1 mg/hari
1 tablet/hari

3) Vitamin A
3) Vitamin
A
Khusus
Vitamin
A diberikan satu kali pada hari pertama saja,
kecuali
disertai
kelainan
mata
akibat
KVA
Khususbila
Vitamin
A diberikan
satu kali pada
pada hari
pertama
saja, kecuali
bila disertaivitamin
kelainanApada
mata akibat
KVA (Xeroftalmia),
(Xeroftalmia),
diberikan
juga pada
hari ke-2 danvitamin
ke-15,A
diberikan
padausia
hari ke-2 dan ke-15, dengan dosis sesuai usia
dengan
dosisjuga
sesuai
4) Asam
folat
4) Asam
folat
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/
Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
hari
5) Zat besi atau Fe
Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi
walaupun anak menderita anemia,
karenaGIZI
bila
diberikan pada
Buku Saku ASUHAN
DI PUSKESMAS
63
fase sebelumnya dikhawatirkan belum cukup protein untuk

4. ASUHAN GIZI BALITA

Jenis
Vitamin
Vitamin C

PENANGANAN GIZI BURUK


5) Zat besi atau Fe
Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi walaupun
anak menderita anemia, karena bila diberikan pada fase sebelumnya
dikhawatirkan belum cukup protein untuk mengikat Fe yang diserap
sehingga mengakibatkan adanya Fe bebas dalam darah. Fe bebas ini
bersifat sebagai radikal bebas yang dapat merusak dinding sel serta
memperberat infeksi yang ada karena merupakan makanan kuman.
Dosis Fe yang diberikan 1-3 mg Fe elemental/kgBB/hari.
g. Pemberian makanan untuk fase stabilisasi dan transisi

4. ASUHAN GIZI BALITA

Anak gizi buruk mengalami gangguan metabolisme dan fungsi organ,


khususnya sistem pencernaan, hati dan ginjal. Sistem pencernaan
anak gizi buruk mengalami gangguan karena terjadinya atrofi mukosa
usus sehingga produksi enzim pencernaan berkurang, khususnya
enzim laktase. Oleh karena itu, perlu diberi makanan khusus pada fase
stabilisasi berupa Formula 75 dengan ketentuan sebagai berikut :
1). Energi

: 80-100 kkal/kgBB/hari

2). Protein

: 1 1,5 g/kgBB/hari

3). Cairan

: 130 ml/kgBB/hari , atau 100 ml/kgBB/hari bila


ditemukan edema berat

Fase Stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan kondisi anak dan bukan


untuk menaikkan berat badan
Pada fase transisi diberikan Formula 100 dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Energi

: 100 150 kkal/kgBB/hari

2) Protein

: 2 -3 g/kgBB/hari

Umumnya pada fase ini mulai terjadi kenaikan berat badan


Pemberian makanan pada penderita gizi buruk dibagi dalam 4 fase,
yaitu: Fase Stabilisasi, Fase Transisi, dan Fase Rehabilitasi, kemudian
dilanjutkan dengan fase pemberian makanan pada fase tindak lanjut.
Pada fase stabilisasi (1-2 hari) perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
64

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK


karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik
berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan
dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup hanya
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Teruskan pemberian ASI bila anak telah mendapat ASI, kemudian
dianjurkan memberi Formula WHO 75 dengan menggunakan cangkir/
gelas. Bila anak terlalu lemah berikan dengan menggunakan Naso
Gastric Tube (NGT)
Pemberian Formula WHO 75 jadwal pemberian makanan harus disusun
sesuai dengan kebutuhan anak :

Pada fase transisi hari pertama (I) dan hari ke dua (II) diberikan F 100
dengan dosis atau volume F75. Pada hari ke tiga (III) diberikan F 100
menggunakan dosis F 100 yaitu 100-150 cc/kg BB/hari. Selanjutnya 4
jam berikutnya dosis dinaikkan 10 ml secara bertahapdengan catatan
tidak boleh melebihi dosis maksimum F 100. Pada hari ke empat (IV)
F 100 diberikan tiap 4 jam dengan dosis tidak boleh melebihi dosis
maksimal F 100. Bila F 100 sudah dapat dihabiskan, maka dapat
dilajutkan memasuki fase pemberian makanan fase rehabilitasi.
Pada Fase Rehabilitasi adalah fase pemberian makanan tumbuh kejar.
Pemberian makanannya adalah diberikan F 100 dan diberikan pula
makanan padat sesuai BB anak, yaitu :
1. BB < 7 kg, diberikan makanan bayi, mulai dari bubur saring,
bubur susu, makanan lembik (nasi tim).
2. BB > 7 kg, dan berumur lebih dari 24 bulan diberikan
makanan lunak atau makanan biasa.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

65

4. ASUHAN GIZI BALITA

Pada fase stabilisasi pemberian formula setiap 2 jam sekali. Selanjutnya


frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap 3 jam, . Pada
hari ke 5 s/d hari ke 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam.Lanjutkan
pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu I). Fase akhir
stabilisasi diberikan F75 dengan volume dosis F 100.

PENANGANAN GIZI BURUK


Setelah memasuki fase rehabilitasi dan kenaikan BB sudah memenuhi
syarat, penderita dapat dipulangkan dan segera memasuki pemberian
makanan fase tindak lanjut.
Tabel 9. Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase
ZAT GIZI

ZAT GIZI
Energi Energi
Protein

Protein
Cairan
Mikronutrien

4. ASUHAN GIZI BALITA

FE
TabletFe
besi/folat (Fe SO4
200mg+0.25 mg asam
Folat)
SirupCairan
besi (Fe SO4 150
ml) 1-3 mg elemental
Vitamin A

Formula

STABILISASI

STABILISASI
(hari ke 1-2)
100
kkal/kg
80-100
kkal/kgBB/hr
BB/hr

100- kkal/kgBB/hr
150
100-150

1-1,5
gr/
130 ml/kgBB/hr atau
kgBB/hr
100 ml/kgBB/hr bila

2-3 gr/kgBB/
150 ml/kgBB/hr
hr

1-1.5 kkal/kgBB/hr

ada edema berat

Kkal/Kg BB/

2-3
hrgram/kgBB/hr

Tidak diberiTidak diberikan


kan
130 ml/kgBB/
150 ml/kg
hr atau
BB/hr
100 ml/kgBB/
Umur
Dosis
hr bila
ada
< 6 bln
50.000 SI (1/2 kapsul Biru)
edema
100.000
SI (1 kapsul Biru)
F-756 - 11 bln
F-100
1 - 5 tahun

Vitamin lain:

FASE
TRANSISI
TRANSISI
(hari ke 3-7)

200.000 SI (1 kapsul Merah)

REHABILITASI

REHABILITASI
(minggu ke 2-6)
150-220
kkal/
150-220
kkal/kgBB/hr
kgBB /hr
4-6 gram/kgBB/hr

4-6 gr/kgBB /hr

150-200 ml/kgBB/hr

Beri
tiap hari selama 4 minggu
Diberikan
untuk anak umur 6 bulan
samapai 5 tahun

150-200 ml/Kg

Dosis
lihat Buku 1 Hal. 16
BB/hr

Penderita
Xerophthalmia

F-100
dan
Lihat Buku
II hal.MP6
ASI / makanan
padat gizi

Lakukan pemantauan
dan pencatatan terhadap :
BB < 5 kg: 50 mg/hari (1 tablet)
BB 5 kg: 100
mg/hari
(2 tablet)
Jumlah yang diberikan
dan
sisanya
Banyaknya
muntah
Asam
folat
5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B. Komplek
1 tablet/ hari
Frekwensi dan konsistensi
buang air besar
Berat badan (harian)
Vitamin C

Mineral Mix *)
Zinc
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up
Kalium
Natrium
growth)
Magnesium
Cuprum
Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan )

jaringan
tubuh sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu :
*) Diberikan dalam bentuk larutan elektrolit/mineral, pemberiannya dicampurkan kedalam Resomal, F-75 dan F-100
a. Energi
: 150 220 kkal/kgBB/hari
(dosis pemberiannya lihat cara membuat Cairan ReSoMal dan Cara membuat larutan mineral mix, Buku II hal. 19)
b. Protein
: 4 6 g/kgBB/hari
Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara bertahap ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan
66 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
bayi, 7 kg diberikan makanan anak )

PENANGANAN GIZI BURUK


Lakukan pemantauan dan pencatatan terhadap :
Jumlah yang diberikan dan sisanya
Banyaknya muntah
Frekwensi dan konsistensi buang air besar
Berat badan (harian)
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up growth)
Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan ) jaringan tubuh
sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu :
a. Energi

: 150 220 kkal/kgBB/hari

b. Protein

: 4 6 g/kgBB/hari

Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara bertahap


ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan bayi, 7 kg
diberikan makanan anak )
Pada fase tindak lanjut, pemberian makanan di rumah berupa makanan
keluarga padat gizi dan PMT-P ( energi 350 kkal dan protein 15 g )
dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk)

Contoh makanan fase rehabilitasi (Lihat Lampiran 5)


Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan


anak, yang dapat dilakukan dengan :
1. Menimbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
2. Menghitung kenaikan berat badan setiap minggu dengan
interpretasi:
(a) Baik : bila kenaikan BB 50 g/KgBB/minggu, . selama 2
minggu berturut-turut,
(b) Kurang : bila kenaikan BB < 50 g/KgBB/minggu, perlu
reevaluasi secara menyeluruh.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

67

4. ASUHAN GIZI BALITA

Hati-hati over load cairan, lakukan pemantauan (lihat buku Bagan

PENANGANAN GIZI BURUK


i. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku. Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam
memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. Oleh karena itu perlu
diberikan petunjuk kepada orang tua dan keluarga untuk memberikan
stimulasi perkembangan anak dengan penuh kasih sayang, sambil
bermain, bernyanyi dan menciptakan suasana yang menyenangkan
Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak yaitu kemampuan
gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Stimulasi terstruktur dilakukan secara intensif setiap hari selama 15-30
menit
4. ASUHAN GIZI BALITA

j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah


Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam
perawatan, misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya
Anak dapat dipulangkan bila :
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif, nafsu
makan baik.
2) BB/TB-PB > -3 SD (Z-score)
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu sudah memahami cara merawat anaknya dan mendapat konseling
gizi
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di
rumah setelah anak dipulangkan. Anjurkan untuk kontrol teratur setelah
pulang, 1x / minggu pada bulan pertama, 1 atau 2 kali perminggu pada
bulan kedua, selanjutnya 1x / bulan sampai 6 bulan atau lebih. Selain
itu dianjurkan juga untuk melangkapi imunisasi dasar ataupun ulangan
sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi)
68

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

4. ASUHAN GIZI BALITA

k. Skema langkah-langkah Sederhana Penanggulangan


Balita Gizi Buruk dalam Berbagai Kondisi Klinis

PENANGANAN GIZI BURUK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

69

PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA

KONDISI : I
Jika Ditemukan
Renjatan (syok)
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana I pd halaman: 8-9 (Buku I
Tata Laksana Gizi
Buruk)

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)


68

70

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK


KONDISI : II
Jika Ditemukan
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana II pd
halaman: 10
(Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

69

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

71

PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA

KONDISI : III
Jika Ditemukan
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana III pd
halaman: 11
(Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

70

72

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK


KONDISI : IV
Jika Ditemukan
Letargis
Rencana IV pd
halaman: 12
(Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

71

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

73

PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA

KONDISI : V
Jika tidak ditemukan
Renjatan (syok),
Letargis
Muntah dan/diare/
dehidrasi
Rencana V pd
halaman: 13

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

72

74

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK


Hal penting yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan
selama fase Stabilisasi :
Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada
fase stabilisasi (lihat Buku Tata Laksana Gizi Buruk) bila ada tanda bahaya
sebagai berikut :
1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau
2. Vena Jugularis terbendung, atau
3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak
(Keterangan tentang tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II )

a) Evaluasi setelah 1 jam bila membaik lanjutkan Rencana sampai


selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh
kejar.
b) Bila tidak membaik, kemungkinan gagal jantung tangani sesuai
kondisi atau rujuk.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

75

4. ASUHAN GIZI BALITA

Usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak


habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat
Oral berikan semua lewat NGT. (sesuai dengan kondisi anak)

PENANGANAN GIZI BURUK


Vena Jugularis

Arteria carotis

4. ASUHAN GIZI BALITA

Musculus sternocleidomastoideus

Vena Jugularis

Penanda bendungan vena jugularis menunjukkan tanda bahaya


Pada penderita KEP berat yang mengarah pada kegagalan jantung
kongestif terutama jantung kanan.

74

76

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

F-75 pada Buku I Hal. 23-24,

sampai mencapai volume minimum pada

tabel F100.

4. ASUHAN GIZI BALITA

3. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan


Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi
buruk, dapat terjadi saat anak masih aktif, mau makan dan bergizi
baik. Di dalam penilaian pertumbuhan, aspek yang dinilai adalah
arah garis pertumbuhannya dan bukan letaknya.
Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2
bulan atau lebih pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N),
bila grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama
atau lebih dengan Kenaikan BB Minimal (KBM) .
75

23-24,

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


sampai mencapai volume
minimum pada
Catatan
:

77

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

C. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan


Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi buruk,
dapat terjadi saat anak masih aktif, mau makan dan bergizi baik. Di
dalam penilaian pertumbuhan, aspek yang dinilai adalah arah garis
pertumbuhannya dan bukan letaknya.
Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2 bulan atau
lebih pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N), bila grafik BB
mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama atau lebih dengan
Kenaikan BB Minimal (KBM) .
Disebut Tidak Naik (T), bila grafik BB mendatar atau menurun memotong
garis pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM. (Lihat
Lampiran 6 cara membaca arah garis pertumbuhan).
1. Analisis Penyebab Gangguan Pertumbuhan
4. ASUHAN GIZI BALITA

Gangguan pertumbuhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi


dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab utama, yaitu faktor
asupan makanan yang kurang dan faktor penyakit (Bagan 6). Faktor
asupan makanan yang kurang akan menyebabkan berkurangnya daya
tahan tubuh sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.
Anak yang sakit, dapat mengalami penurunan nafsu makan sehingga
berkurang asupan makanan yang diterimanya. Sinergisme tersebut
akan menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
akhirnya mengalami gizi buruk.
Penyebab gangguan asupan makan berdasarkan aspek gizi adalah
sebagai berikut :
a. Anak tidak mau makan
b. Tidak ada yang dimakan
c. Pantang makanan (tidak boleh dimakan)
d. Kualitas makanan rendah

78

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


Asupan zat gizi anak yang rendah, dapat disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu karena sakit, akses terhadap makanan yang kurang dan
pola asuh yang tidak tepat.
Pola asuh yang tidak tepat salah satunya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan orang tua atau pengasuh. Pada umumnya masyarakat
memberikan makanan pada anak umur 6-24 bulan berupa makanan
yang rendah lemak, sehingga nilai energi anak menjadi rendah.
Padahal WHO menganjurkan pemberian makanan yang mengandung
lemak 30-45% dari total energi.
Bagan 6 : Modifikasi Penyebab Gizi Salah dan Intervensi
(Unicef, 1992)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

79

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


2. Asuhan Gizi Pada Anak Yang Mengalami Gangguan
Pertumbuhan
Penanganan gangguan pertumbuhan tergantung dari penyebabnya,
yaitu faktor makanan, faktor penyakit dan faktor pola asuh.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan
pertumbuhan berdasarkan tatalaksana gizi meliputi :
a. Pemberian ASI eksklusif
ASI adalah makanan terbaik untuk anak, sehingga dianjurkan
memberikan ASI saja pada bayi kurang dari 6 bulan. Selanjutnya
ASI tetap diberikan disertai pemberian MP ASI yang benar dan
adekuat.
Beberapa butir penting dalam pemberian ASI :
a. ASI adalah makanan yang terbaik (Breastfeeding is the best)
b. Pada umumnya ibu mampu memberi kecukupan ASI.
4. ASUHAN GIZI BALITA

c. Produksi ASI akan banyak jika payudara ibu sering disusu dan
dikosongkan
d. Bayi membawa cadangan energi dan cairan, sehingga bayi
mampu bertahan 2-4 hari setelah lahir (WHO, 1989), atau
dengan pernyataan lain yaitu bayi lahir dalam keadaan
overhidrasi (Unicef 2007). Sementara ASI baru keluar pada hari
ke 2 4, sehingga wajar jika BB bayi sedikit turun beberapa hari
setelah lahir.
e. ASI dapat memberikan rasa kenyang hanya 1,5 jam, sedangkan
susu formula 3 jam. Pemberian susu formula akan menyebabkan
bayi lama kenyang, sehingga produksi hormon prolaktin akan
turun dan akibatnya produksi ASI menurun. Selain itu, pemberian
susu formula akan menyebabkan bayi bingung puting.
f. Tanda kecukupan ASI adalah :
a) BB bayi turun tidak lebih dari 10%, dan kembali ke BB lahir
paling lambat saat bayi umur 2 minggu.
80

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


b) Buang air kecil 5x atau lebih sehari
c) Tumbuh sesuai jalur pertumbuhan dalam KMS
g. Pemberian ASI saja, artinya ASI saja dapat mencukupi kebutuhan
bayi, tetapi Jika bayi diberi minuman lain, dapat berakibat
produksi ASI akan berkurang.
b. Pemberian MP ASI
Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang
sangat mengkhawatirkan. King (1996) menyebutnya sebagai masa
kritis (weaning period is critical period) dengan alasan:
a. Pertumbuhan anak masih cepat, bahkan disertai dengan
pertumbuhan cepat pada otak, tetapi makanan yang diberikan
sering dengan kepadatan (densitas) energi dan gizi yang rendah,
tetapi mengenyangkan atau makanan yang volumenya besar
(bulky).

c. Anak sudah sering diajak keluar rumah, sehingga sangat tinggi


kemungkinannya tertular penyakit
d. Anak pada umur ini juga sudah jarang kontrol ke Posyandu
karena imunisasinya hampir lengkap.
WHO 2008, menganjurkan untuk memberikan makanan pada
anak yang mengalami hambatan pertumbuhan, pendek, dan gizi
kurang dengan asupan gizi yang dianjurkan yaitu : lebih rendah dari
rekomendasi untuk anak penderita gizi buruk tetapi lebih tinggi dari
anak gizi normal, dengan kalori sekitar 120-150 kkal/kg/BB atau
dengan menghitung BB anak dibagi BB standar dikalikan Angka
Kecukupan Gizi (AKG).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

81

4. ASUHAN GIZI BALITA

b. Anak pada umur ini sering sakit karena kekebalan yang didapat
dari ibu sudah habis.

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


Cara menghitung kebutuhan gizi :
a. Menghitung BB ideal sesuai dengan TB/PB

Cara menghitung kebutuhan gizi :


b. MenghitungBB
kalori:
BBsesuai
ideal Xdengan
kebutuhan
energi
a. Menghitung
ideal
TB/PB
b. Menghitung
BB ideal
kebutuhanprotein
energi
c. Menghitungkalori:
protein:BB
ideal X kebutuhan
c. Menghitung
protein:BB
ideal
X kebutuhan
Jenis bahan makanan
yang
dianjurkan
untuk protein
mencukupi kebutuhan
makanan
yang dianjurkan
untuk
mencukupi
giziJenis
anak bahan
terdiri dari:
kacang-kacangan,
cerealia,
padi-padian,
ikan,
kebutuhan
gizi anak
terdiri
kacang-kacangan, cerealia, padi
telur, daging,
minyak,
dandari:
sebagainya.
-padian, ikan, telur, daging, minyak, dan sebagainya.

Tabel 10 : Kebutuhan Energi dan protein menurut umur dan jenis

4. ASUHAN GIZI BALITA

Tabel 10 : Kebutuhan Energi dan protein menurut umur dan jenis


kelamin
kelamin
.
Umur (tahun)

Energi
(kkal/ kgBB)

Protein
(gr/ kgBB)

0-1
1-3
4-6
7-9
10-12

110-120
100
90
80
Laki-laki : 60-70
Perempuan : 50-60
Laki-laki : 50-60
Perempuan: 40-60

1,5-2,2
1,23
1,2
1
1
1
1
1

12-18

SumberSumber
: Penuntun
Diet Anak,
2001.
: Penuntun
Diet Anak,
2001.
Pesan kunci praktek pemberian MP-ASI:
a. Timbanglah anak setiap bulan :anak sehat, tambah umur,
Pesanberat,
kunci praktek
tambah
tambahpemberian
pandai. MP-ASI:
a. dan
Timbanglah
anak mendapat
setiap bulanASI
:anak
sehat,2tambah
tambah
b. Bayi
anak yang
selama
tahun umur,
atau lebih,
tambah
akan berat,
tumbuh
kuat pandai.
dan sehat serta berkembang dengan baik
c. Bayi
dan dan
anakanak
yang
diberi
MP-ASI
6 bulan
b. Bayi
yang
mendapat
ASImulai
selamausia
2 tahun
atau dan
lebih,ASI
akan
terus tumbuh
diberikan
tumbuh
dan
berkembang
dengan
kuatakan
dan sehat
serta
berkembang
dengan
baik baik
d. Bubur
MP-ASI
yang
kental mulai
akanusia
memberikan
energi
c. Bayi
dan anak
yangcukup
diberi MP-ASI
6 bulan dan ASI
terus
lebih diberikan
banyak akan
bagi tumbuh
anak daripada
bubur dengan
MP-ASI
dan berkembang
baikyang terlalu
encer
d. Bubur MP-ASI yang cukup kental akan memberikan energi lebih
e. Makanan
sumber
hewani
sangat
untuk
banyak
bagi anak
daripada
buburbaik
MP-ASI
yanganak,
terlaluagar
enceranak
tumbuh dan berkembang dengan baik

82

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


e. Makanan sumber hewani sangat baik untuk anak, agar anak tumbuh
dan berkembang dengan baik.
f. Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang
tanah, kacang hijau, kacang polong dan kacang lainnya serta hasil
olahnya seperti tahu dan tempe adalah makanan yang abik buat
anak.
g. Sayuran dan buah berwarna hijau / kuning / merah membantu
kesehatan mata anak dan meningkatkan daya tahan tubuh melawan
penyakit
h. Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 3 kali makan
utama disertai makanan selingan dan berikan makanan yang
beraneka ragam
i. Seiring dengan pertumbuhan anak, jumlah makanan yang dibutuhkan
meningkat
j. Anak kecil perlu belajar cara makan : beri semangat dan bant
sepenuhnya dengan penuh kesabaran

c. Pemantauan :
Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1 (Naik
bulan ke-1) atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi masih T
(TIDAK NAIK) maka perlu dikaji lagi :
1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab belum
teratasi.
2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat
3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup
4 Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

83

4. ASUHAN GIZI BALITA

k. Bujuk anak untuk tetap makan dan minum selama sakit dan berikan
makanan tambahan dalam masa pemulihan agar kesehatan anak
pulih kembali.

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


d. Rekomendasi Makan untuk Anak Sakit dan Sehat
1. Umur 0 6 bulan
a. Berikan ASI saja sampai anak berusia 6 bulan. Menyusui semau
anak (on demand), setidaknya 8 kali sehari
b. Jangan diberi makanan dan minuman lain.
c. Jika anak terlihat masih lapar setelah menyusu, harus segera
dilakukan konseling menyusui untuk membantu ibu dalam
meningkatkan produksi ASI.

4. ASUHAN GIZI BALITA

d. Nilai kecukupan ASI (kenaikan berat badan cukup atau tidak)

84

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN


Tabel. 11 Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 24 bln ) Setiap
Kali Makan
Usia
6 8 bln

9 -11 bln

ASI
Makanan
Lumat
(biskuit,
sayuran,
daging dan
buah
yang
dilumatkan,dl
l)
ASI
Makanan
lembik atau
dicincang
yang mudah
ditelan anak
Makanan
selingan
yang dapat
dipegang
anak
diberikan
diantara
waktu makan
lengkap
Makanan
Keluarga

ASI

Berapa Kali Sehari


Usia 6 bulan
Teruskan
pemberian ASI,
ditambah
makanan lumat
2xsehari
Usia 7 8 bln :
Teruskan
pemberian ASI
ditambah
makanan lumat
3x sehari
Teruskan
Pemberian ASI
Makanan lembik
3x sehari
Makanan
selingan 2 kali/
hari

Makanan keluar
-ga 3x makan
Makanan
Selingan
2x
sehari
Teruskan pem
berian ASI

Berapa Banyak
Setiap Kali Makan
Usia 6 bln :
Pemberian
makanan lumat 23 sendok makan
Usia 7-8 bln :
pemberian
makanan
lumat
secara bertahap
bertambah hingga
mencapai gelas
atau 125 cc setiap
kali makan
1/2
gelas
/
mangkuk
atau
125 cc

4. ASUHAN GIZI BALITA

1224
bln

Bentuk
Makanan

gelas nasi /
penukar
1 potong kecil
ikan/daging/
ayam/telur
1 potong kecil
tempe/ tahu atau
1 sdm kacangkacangan
gelas sayur
1 potong buah
gelas bubur / 1
potong kue / 1
potong buah

Sumber : Modul Pelatihan Konseling MP-ASI, 2010


83

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

85

Catatan :
1. Pada usia 6-11 bulan ASI memenuhi lebih-kurang separuh
kebutuhan gizi bayi
2. Pada usia 12-23 bulan ASI memenuhi lebih kurang 1/3
kebutuhan zat gizi bayi
3. Untuk anak sakit, berikan cairan/minum lebih banyak (ekstra)
serta pemberian makan dengan jumlah lebih sedikit tapi sering
4. 1 mangkok = 250 ml
2. Umur 2 tahun atau lebih
a. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari

4. ASUHAN GIZI BALITA

b. Ditambah 2 kali snack bergizi


Diet sehari-hari yang baik hendaknya mencukupi jumlah dan
mutunya, padat energi (contoh : makanan sereal dengan ditambah
minyak); daging, ikan, telur, sayur dan buah (WHO, 2005) .

CATATAN

86

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB V

MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL


DAN IBU MENYUSUI
A. Masalah Gizi pada Ibu Hamil
Kehamilan adalah satu proses faali pada semua mamalia yang akan
menjadikan awal kehidupan generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan
yang paling esensial untuk mendapatkan keturunan yang sehat adalah
asupan gizi yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan SK
MenKes no 1593/SK/XI/2005 tentang anjuran AKG yang merujuk pada
hasil WNPG 2004 bahwa kebutuhan ibu hamil rata-rata 1980-2200 kkalori
per hari dan 67 gram protein.

Kurang energi kronis, anemia gizi besi dan GAKI pada ibu hamil membawa
risiko terhadap gagal tumbuh pada janin, bayi lahir kurang (BBLR) dan ibu
dapat mengalami perdarahan pada saat melahirkan. Bila tidak dikoreksi
tepat waktu, keadaan ini akan mengakibatkan kematian ibu, kematian
janin dalam kandungan dan bayi lahir mati.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

87

5. MASALAH GIZI BALITA

Masalah gizi pada ibu hamil yang sering dijumpai di masyarakat adalah
kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan ibu menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) yang ditandai dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas
(LLA) < 23,5 cm. Selain kurang energi dan protein, masalah lain yang
sering dijumpai pada ibu hamil adalah kekurangan vitamin dan mineral,
antara lain kekurangan asam folat, zat besi, zat seng dan yodium.
Manifestasi dari kekurangan vitamin dan mineral tersebut adalah anemia
gizi besi, GAKI dan rentan terhadap penyakit infeksi.

GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL


1. Gizi Seimbang pada Ibu Hamil
Dampak kekurangan Gizi pada ibu hamil secara umum akan menimbulkan
kerugian sebagai berikut :
Pengaruh Pada Ibu Hamil :
a. Ibu lemah & kurang nafsu makan
b. Perdarahan dalam masa kehamilan
c. Kemungkinan terkena infeksi tinggi
d. Anemia ( kurang darah ) Hb < 11 g /dL
Pengaruh Pada janin yang dikandungnya :
a. Keguguran
b. Bayi lahir mati
c. Cacat bawaan
d. Anemia pada bayi
e. Berat badan lahir rendah
f. Keadaan umum kesehatan bayi baru lahir kurang

5. MASALAH GIZI BALITA

Pengaruh pada Saat Persalinan :


a. Persalinan sulit
b. Persalinan sebelum waktunya ( prematur)
c. Perdarahan setelah persalinan
d. Persalinan dengan operasi cenderung meningkat
Karena itu maka pada ibu hamil harus menjaga pola makan seimbang
selama kehamilan dengan tujuan :
a. Menjaga kesehatan ibu hamil
b. Untuk kesehatan janin yang dikandung
c. Persiapan persalinan.
d. Untuk pemulihan pasca melahirkan

88

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Asam folat
: 100%
Mg
: 14%
Ca
: 50%
Se
: 18%
Fe
: 200 300%
I
: 17%
Vitamin D
: 100%
Zn
: 25%KRONIK (KEK)
KEKURANGAN
ENERGI
Vitamin E
: 25%
Vit C
: 17%
Vitamin K
: 8%
Vit B1
: 36%
Peningkatan
kebutuhan
zat gizi Riboflavin
pada Ibu: 23%
hamil:
B6
: 27%
Niacin Pola Makan
: 13%
Pedoman
Ibu Hamil untuk mendapatkan Gizi Seimbang,
Pedoman Pola Makan Ibu Hamil untuk mendapatkan Gizi
terdapat
pada terdapat
tabel 12 di
bawah
ini12
: di bawah ini :
Seimbang,
pada
tabel
Tabel
12.Makan
Polasecara
Makan
secara
Umum untuk
Memperoleh
Tabel
12. Pola
Umum
untuk Memperoleh
Gizi Seimbang
pada Ibu Gizi
Hamil.
Seimbang pada Ibu Hamil.
IBU HAMIL
BAHAN
MAKANAN
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran
Buah
Gula
Susu
Air

WANITA DEWASA TIDAK


HAMIL

Tribulan I

Tribulan II

3 Piring
1 Potong
3 Potong
1 Mangkok
2 Potong
5 sdm
4 Gelas

3 piring
1 Potong
3 Potong
1 Mangkok
2 Potong
5 sdm
1 Gelas
4 Gelas

4 Piring
2 Potong
4 Potong
3 Mangkok
2 Potong
5 sdm
1 Gelas
6 Gelas

Tribulan III
3 Piring
3 Potong
5 Potong
3 Mangkok
2 Potong
5 sdm
1 Gelas
6 Gelas

2.1.2
Kekurangan
EnergiKronik
Kronik
(KEK)
Kekurangan Energi
(KEK)
a. Pengertian :
a. Pengertian :

KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/


KEK
adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/
kronik.
kronik.

b. Diagnosis ::
b.

c. Tindakan :
87
Secara umum, diet pada ibu hamil dengan KEK adalah
menambah porsi makanan lebih banyak atau lebih sering dari
kebiasaan sebelum hamil dan istirahat lebih banyak, serta
periksa antenatal secara teratur, untuk memacu peningkatan
berat badan yang adekuat (Depkes RI, 1996).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

89

5. MASALAH GIZI BALITA

Ibu
Ibuhamil
hamildengan
denganukuran
ukuranlingkar
lingkarlengan
lenganatas
atas(LiLA)
(LiLA) 23,5
23,5cmcm
dinyatakan menderita
menderita KEK
KEK
dinyatakan

KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK)


Tindakan yang harus dilakukan :
1).Ibu harus makan 1 porsi lebih banyak daripada biasanya, dan
minum minimal 8 gelas sehari (1,5 sampai 2,0 liter)
2).Memberikan makanan tambahan dengan nilai kalori 500 kkal
dan 17 gram protein setiap hari, selama minimal 3 bulan ( 90 hari )
3).Waktu istirahat yang cukup pada siang hari
4).Konseling gizi kepada ibu hamil KEK dan keluarganya untuk
menanamkan pengertian, memperbaiki sikap dan perilaku sehat
bagi ibu, keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

5. MASALAH GIZI BALITA

d. Monitoring dan Evaluasi :


1) Pantau pertambahan berat badan dengan menimbang tiap
bulan. Pertambahan berat badan ideal selama hamil adalah
10-12 kg, dengan distribusi :
trimester I : + 1 kg
trimester II : + 3 kg
trimester III : + 6 kg
2) Jika pertambahan berat badan dalam 1 bulan mencapai 1 kg
atau lebih, teruskan pemberian makanan tambahan sampai
90 hari.
3) Jika pertambahan berat badan dalam 1 bulan kurang dari 1 kg,
lakukan tindakan berikut ini:
Kaji ulang asupan gizi.
Jika asupan makan ibu hamil tidak sesuai dengan anjuran
karena faktor kemiskinan, upayakan bantuan pangan melalui
program GAKIN yang ada (bila memungkinkan). Jika ibu
tidak termasuk GAKIN, lakukan konseling dan pendampingan
keluarga untuk meningkatkan kesadaran gizi.
a. Tingkatkan makanan tambahan menjadi 2x lipat, sehingga
kandungan gizi bertambah dalam makanan tambahan
yang dikonsumsi menjadi 1000 kal dan 34 gram protein
setiap hari selama 1 bulan.
90

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ANEMIA GIZI BESI


b. Waktu istirahat ditambah lagi menjadi 2 jam pada siang
hari.
c. Pastikan adanya pertambahan berat badan yang diharapkan
1 bulan kemudian.
4) Jika dalam 1 bulan pertambahan berat badan masih tetap kurang
dari 1 kg, segera dirujuk.
Contoh menu ibu hamil KEK (Lihat Lampiran 7 halaman 232)
3 Anemia Gizi Besi
a. Pengertian :
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal,
sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah
merah.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

91

5. MASALAH GIZI BALITA

b. Diagnosis:
Nilai kadar Hemoglobin <11 gr/dl dengan menggunakan
metode cyanmethemoglobin (sebagian besar Puskesmas
masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk
digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi.
Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria
sebagai berikut :

masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk


digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi.
ANEMIA
GIZI BEZI
Diagnosa
Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 13. Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO.
Tabel 13. Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO.
No.
1

Parameter
Hemoglobin
Laki-laki Dewasa

Anemia defisiensi
Besi

Normal

< 13 gr/dl

15 g/dl

Wanita Dewasa (tidak


hamil)

< 12 gr/dl

13 14 g/dl

Wanita Dewasa (hamil)

<11 gr/dl

12 g/dl

< 13%

32 -35%

MCHC

Serum Iron (SI)

< 50 ugr%

80 160 ugr%

TIBC

> 400 ugr%

250 -400 ugr%

Jenuh Transferin

< 15 %

30 -35%

Ferritrin Serum

< 12 ugr/l

12 200 ugr/l

5. MASALAH GIZI BALITA

90
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada kehamilan , dapat
WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada
dilihat pada tabel 14.
kehamilan , dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel
14.
Derajat
Keparahan
padamenurut
Ibu hamil
Tabel 14.
Derajat
Keparahan
Anemia Anemia
pada Ibu hamil
WHOmenurut
WHO
Kriteria Anemia
Anemia Ringan

Kadar Hemoglobin
10 11 g/dl

Anemia Sedang

7 10 g/dl

Anemia Berat

< 7 g/dl

Penentuan anemia zat besi secara spesifik juga ditentukan


dengan ukuran indek erytrosit dalam bentuk anemia hipokrom
92 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
mikrositer dengan kriteria sebagai berikut :

ANEMIA GIZI BEZI


Penentuan anemia zat besi secara spesifik juga ditentukan
dengan ukuran indek erytrosit dalam bentuk anemia hipokrom
mikrositer dengan kriteria sebagai berikut :
a. MCV (Volume sel rata-rata) : Nilai normal 70 -100 fl, mikrositik
< 70 fl dan makrositik > 100 fl.
b. MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam 1 eritrosit .
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan pg dan
makrositik > 31 pg.
c. MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rat-rata.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit.
Nilai normal 30-35% dan Hipokrom < 30%.
Catatan : Pemeriksaan ini menjadi sangat penting pada
Puskesmas yang sudah memiliki peralatan laboratotium yang
lebih lengkap, terutama pada Puskesmas Perawatan.
c. Tindakan:
Anemia ibu hamil perlu ditangani segera melalui asupan gizi yang
baik sesuai kebutuhan. Makanan yang harus dikonsumsi adalah
yang kaya akan zat besi, tapi sebaiknya juga kaya protein. Contohya
daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau
yang mengandung vitamin dan mineral (Paath EF dkk., 2004).
Jika kadar Hemoglobin (Hb) 910.9 g/100 ml, lakukan tindakan
sebagai berikut:
a) Ibu harus makan 1 piring lebih banyak dari biasanya dan
minum minimal 8 gelas sehari (1,5 2,0 liter)
b) Makan makanan sumber protein hewani dan Vitamin C setiap
hari untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus dan
pemanfaatan zat besi dalam tubuh
c) Minum 1 tablet Fe (mengandung 60 mg elemental iron dan
0,025 mg asam folat) per hari selama 90 hari . Bagi ibu hamil
yang berada di daerah endemis malaria perlu pertimbangan
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

93

5. MASALAH GIZI BALITA

1) Tindakan yang harus dilakukan:

ANEMIA GIZI BEZI


khusus berdasarkan hasil anamnesis dan diagnosis gizi dan
penyakit yang ditegakkan dengan baik
2) Dalam pemilihan bahan makanan tinggi zat besi, maka
bahan makanan dibagi 2 yaitu :

a) Bahan makanan mengandung zat besi jenis heme : ini


terdapat pada hemoglobin & mioglobin pada produk-produk
hewani : daging ayam, ikan, hati dsb. Zat besi bentuk
heme ini mudah diserap tubuh 25% dari zat besi yang
dikandungnya.
b) Bahan makanan mendung zat besi non heme ; ini banyak
terdapat pada produk-produk makanan nabati seperti ; pada
sayuran hijau (daun papaya, daun singkong, daun katu, daun
mangkudu dsb) hanya saja nilai penyerapan dalam tubuh
lebih sedikit dibandingkan dengan zat besi jenis heme yaitu
sekitar 5% saja, untuk meningkatkan nilai serapan zat besi
non heme diperlukan MFP (meat, fish, poultry) factor seperti ;
daging, ikan dan daging dari unggas, tidak termasuk telur.
3) Prinsip-prinsip Pemberian makanan pada ibu hamil anemia
defisiensi zat besi :

Diet tinggi zat besi : hati, ginjal, daging, kuning telur, buah-buahan
kering, sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan
5. MASALAH GIZI BALITA

a. Pertimbangkan faktor bioavaibility bahan makanan tinggi zat


besi , dimana tergantung pada simpanan Fe dalam tubuh,
bentuk zat besi yang dikandung makanan (heme > non heme
: 10-20% > 3 8%). MFP (meat, fish dan poultry)lebih besar
penyerapannya. MFP meningkatkan penyerapan besi non
heme, vitamin C , Ca, keasaman lambung.
b. Pertimbangkan pula penghambat bioavailability zat besi :
alkali, fosfat, serat, carbonat, phytat , oksalat, malabsorbsi
syndrome, infeksi usus, kejenuhan deposit Fe dalam usus,
bahan preserfatif makanan, (EDTA), reseksi usus lambung.
94

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ANEMIA GIZI BEZI


c. Ingat pula bahwa protein merupakan komponen penting pembentukan darah.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan Zat Besi ( Fe )

Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan


yang disantap pada waktu makan.
a) Zat pemacu ( enhancers ) penyerapan zat besi ( Fe ) :
(1) Vitamin C ( asam askorbat ) pada buah
(2) Asam malat dan tartrat pada sayuran : wortel, kentang,
brokoli, tomat, kobis, labu kuning
(3) Asam amino cystein pada daging sapi, kambing, ayam, hati,
ikan.
(4) Suatu hidangan yang mengandung salah satu atau lebih
dari jenis makanan tersebut akan membantu optimalisasi
penyerapan zat besi.

b) Zat penghambat ( inhibitors ) penyerapan Fe :


(a) Fitat pada dedak, katul, jagung, protein kedelai, susu
coklat, dan kacang-kacangan
(b) Polifenol ( termasuk tanin ) pada teh, kopi, bayam, kacangkacangan
(c) Zat kapur/kalsium pada susu, keju

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

95

5. MASALAH GIZI BALITA

(5) Protein hewani maupun protein nabati tidak meningkatkan


absorbsi tetapi bahan makanan yang disebut meat factor
seperti daging, ikan, dan ayam walaupun dalam jumlah
yang sedikit akan meningkatkan zat besi non hem yang
berasal dari serealia dan tumbuh-tumbuhan. Jadi bila
konsumsi makanan sehari-hari tidak ada bahan makanan
tersebut di atas, maka absorbsi zat besi dari makanan
sangat rendah. Perlu diketahui bahwa susu, keju dan telur
tidak meningkatkan absorbsi zat besi.

DEFISIENSI ASAM FOLAT


d. Monitoring dan Evaluasi
1) Periksa kadar hemoglobin setelah 3 bulan
2) Jika kadar Hb naik, teruskan makan 1 piring lebih banyak,
konsumsi tablet Fe dan makan makanan sumber protein
hewani tiap hari, sampai waktu melahirkan
3) Jika kadar Hb tidak naik, segera dirujuk ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi
e. Panduan penyusunan diet anemia
Diet untuk ibu hamil anemia harus mengandung zat besi, asam
folat dan vitamin B12 dalam jumlah cukup dan disesuaikan
dengan tingkat penurunan kadar hemoglobin. Berikut adalah
beberapa contoh bahan makanan yang dapat meningkatkan
kadar hemoglobin:
1) Kelompok makanan kaya akan zat besi, folat dan vitamin B12:
tempe, ikan, udang, kerang-kerangan, hati dan daging merah
dan lain-lain.
2) Kelompok makanan kaya protein: telur, ikan, susu, daging dan
lain-lain.

5. MASALAH GIZI BALITA

3) Kelompok sayuran hijau: bayam, daun singkong, kangkung dan


lain-lain.
4) Kelompok buah yang kaya vitamin C: jambu, jeruk atau tomat
dan lain-lain.
Contoh menu untuk ibu hamil dengan anemia
(Lihat Lampiran 8 halaman 233 )
4. Defisiensi Asam Folat
Ibu hamil rentan menderita defisiensi asam folat, 24-60 % ibu hamil
rentan menderita defisiensi asam folat. Asam folat disebut juga folasin
yang berperan sebagai koenzim (pengaktif enzim sel tubuh manusia)
dan bahan yang berperan dalam regenerasi sel tubuh manusia.

96

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DEFISIENSI ASAM FOLAT


Defisiensi Asam folat pada ibu hamil dewasa ini banyak menimbulkan
gangguan penutupan tulang tengkorak, sehingga bayi lahir tidak
sempurna fisik. Kekurangan asam folat terjadi karena kurang
konsumsi, gangguan penyerapan, kebutuhan meningkat misalnya;
ibu hamil, pengaruh obat-obatan dan alcohol . Defisiensi asam folat
berdampak pada :
a. Gangguan metabolisme DNA (pembentukan sel tubuh) , terjadi
perubahan morfologi (bentuk-bentuk) sel yg cepat membelah
seperti: sel lambung, usus, vagina, servik(leher) rahim, gangguan
saluran cerna.
b. Menghambat pertumbuhan, anemia megaloblastik & gangguan
darah lainnya, glositis (lidah Luka).
a. Gejala Defisiensi Asam folat pada Ibu Hamil :
1) Kepekaan meningkat
2) Lelah berat
3) Insomnia
4) Kejang
5) Rest leg Syndrome
6) Anemia megaloblastik ( Diare, depresi, lelah berat, ngantuk
berat, pucat dan perlambatan pada nadi).

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

97

DEFISIENSI ASAM FOLAT

Dampak lanjut

defisiensi asam folat pada ibu hamil a

Dampak
lanjut defisiensi
defisiensi asam
asamfolat
folatpada
pada ibuhamil
hamilakan
aka
Dampak
lanjut
b)menimbulkan
Dampak
lanjut
asam folat pada
ibu hamil ibu
akan
:defisiensi
menimbulkan
:
menimbulkan :
menimbulkan:
Neural
Tube
Defect
(NTD)
Neural
Tube
Defect(NTD)
(NTD)
1) Neural Tube
Defect
(NTD)
Neural
Tube
Defect
Dampak lanjut
defisiensi
asam folat pada ibu hamil akan
Prematuritas
2) Prematuritas
Prematuritas
Prematuritas
menimbulkan
:
3) BeratBerat
Badan Lahir
Rendah
Badan
Lahir Rendah
Berat
Badan
LahirRendah
Rendah
Neural
TubeBadan
Defect Lahir
(NTD)
Berat
Prematuritas
Berat Badan Lahir Rendah

5. MASALAH GIZI BALITA

Gambar
1. Dampak
Defisiensi
Folat
Pada Ibu
Gambar
1. Dampak
Lanjut Lanjut
Defisiensi
Asam FolatAsam
Pada Ibu
Hamil
Hamil
Gambar
1. Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat

Pada Ibu
Gambar 1. Hamil
Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat Pada Ibu
Untuk mencegah timbulnya
defisiensi asam folat maka perlu dilakukan
Hamil defisiensi
Untuk
mencegah
folat makaAsam
perlu Folat Pada Ibu
Gambar
1.timbulnya
Dampak
Lanjutasam
Defisiensi
suplementasi asam folat :

dilakukan
suplementasitimbulnya
asam folat :defisiensi asam folat maka perlu
Untuk
mencegah
Hamil
1) Suplementasi
asam
folat 28 sebelum
ovulasi
Suplementasi
asam
folat 28 sebelum
ovulasi
Untuk
mencegah
timbulnya
asam folat maka perlu
dilakukan
suplementasi
asamdefisiensi
folat :
2) Pada kehamilan
TI : 280 g/hari,
Pada kehamilan TI : 280 g/hari,
dilakukan
suplementasi
asam
folat
:
3) Pada
kehamilan TIItimbulnya
: 660 g/harifolat
Suplementasi
28 sebelum
ovulasi
Untuk
mencegah
defisiensi
asam
folat maka perlu
Pada
kehamilan TII :asam
660 g/hari
4) PadaSuplementasi
kehamilan TIII :470asam
g/harifolat 28 sebelum ovulasi
Pada
kehamilan
TI
:
280
g/hari,
Pada
kehamilan
TIII
:470
g/hari
dilakukan suplementasi asam folat :

Pada kehamilan TI : 280 g/hari,

PadaCDC
kehamilan
TII :folat
660 g/hari
Rekomendasi
1992:asam
Suplementasi
28 sebelum ovulasi
Pada
kehamilan
TII
:
660
g/hari
Pada
kehamilan
TIII
:470
g/hari
1) Profilaksis
0,4
mg/hr
untuk
wanita
dalam
usia reproduksi
Pada kehamilan TI : 280 g/hari,
:470
g/hari
2) DosisPada
4 mg/hrkehamilan
mulai 1 bulanTIII
sebelum
hamil
sampai trimester I untuk
Pada
kehamilan
TII : 660 g/hari
wanita
dengan
riwayat NTD

98

Pada kehamilan TIII :470 g/hari

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

96

DEFISIENSI ASAM FOLAT

c) Sumber Asam Folat

1) Hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, ikan kembung, ganggang laut,
kepiting.
2) Ubi jalar, gandum, bungkil kacang tanah, asparagus, bayam,
rumput laut kering, daun kacang, daun selada, kucai.
3) Kacang kedele, kacang hijau, kacang merah, pindakas.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan di sebabkan karena defisiensi
asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi
makanan.
d) Pencegahan anemia megaloblastik

Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di


daerah-daerah dengan frekwensi anemia megaloblastik yang tinggi.
Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil maka
besi harus ditambah dengan asam folik, adapun teraphy yang dapat
diberikan adalah :
e) Terapi Pada Ibu hamil dengan Anemia Megaloblastik

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

99

5. MASALAH GIZI BALITA

a) Asam folik : 15-30 mg/hr


b) Vitamin B 12 : 3 x 1 tab/hr
c) Sulfas ferrosus : 3 x 1 tab/hr
d) Pada kasus yang berat dan pengobatan peroral hasilnya lambat
sehingga dapat diberikan transfusi darah.

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


5. Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan Penyakit terkait
Kehamilan
a. Hiperemesis Gravidarum
1) Pengertian Hyperemesis
a) Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
b) Hyperemesis : muntah berlebih pada kehamilan
c) Muntah pada usia kehamilan 2 atau 3 bulan pertama pada pagi
hari terutama setelah makan morning sickness
d) Jika muntah 6 -10 kali sehari : hyperemesis patologis ~ akan
menimbulkan defisiensi :energi, protein, vitamin dan mineral
elektrolit.
2) Penyebab : belum diketahui
Diduga sebagai akibat dari :
a) Perubahan aliran darah setelah tidur
b) Hyperaktivitas Thyroid Glands
c) Kondisi psikologis

5. MASALAH GIZI BALITA

3) Patofisologi
Akibat mual muntah terus menerus akan menimbulkan dehidrasi
dan elektrolit berkurang, sehingga timbul hemokonsentrasi, aseton
darah meningkat dan dapat menimbulkan kerusakan pada liver.
4) Tingkat Keparahan Hiperemesis Gravidarum
a) Tingkat 1, lemah,napsu makan menurun, BB mengalami
penurunan,nyeri epigastrium, nadi meningkat,turgor kulit
berkurang,tekanan darah sistolik menurun, lidah kering, mata
cekung.
b) Tingkat 2, apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor,
mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria,
aseton tercium dalam hawa pernafasan.
100

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


c) Tingkat 3,Keadaan Umum lebih lemah lagi, muntah-muntah
berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun. Komplikasi fatal
ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan mental.
Ikterik
5) Penanganan
a) Edukasi tentang kehamilan
b) Makan porsi kecil tapi sering
c) Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit
dengan teh hangat.
d) Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi
glukosa
e) Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex
f) Terkadang diperlukan terapi psikologik
g) Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5%
dalam NaCl sebanyak 2-3 liter/24 jam
h) Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung
i) Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan

6)
Prinsip Penyusunan
Gravidarum

Diet

pada

Hyperemesis

a) Energi dan protein diberikan tinggi


b) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan
c) Porsi makanan diberikan kecil dan frekuensi pemberian
makanan diberikan sesering mungkin
d) Bentuk makanan dipilih menu yang kering-kering tidak berair,
mudah cerna dan ditoleransi.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

101

5. MASALAH GIZI BALITA

Dengan penanganan yang baik keluhan akan berkurang, namun


penyakit akan kambuh jika proses penyembuhan tidak berjalan
dengan baik.

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


e) Makanan selingan sebaiknya diberikan makanan tinggi cairan
guna memenuhi kebutuhan cairan, hanya saja perlu dihindari
pemberian bersama dengan makan utama
f) Diberikan supleman vitamin B6 dan B1 untuk menurunkan rasa
mual
g) Bentuk makanan harus menarik
h) Jika hyperemesis makin berat perlu rawat inap di rumah sakit
untuk koreksi cairan dan elektrolit.
7) Contoh Aplikasi diet hyperemesis Gravidarum
Prinsipnya setiap petugas gizi bisa membuat standar sendiri
untuk aplikasi diet hyperemesis di Puskesmas, namun jika ingin
menggunakan acuan atau referensi yang ada bisa menggunakan
standar diet yang digunakan di Instalasi RSCM untuk kemudahan,
tetapi tidak mutlak karena asuhan gizi pada hyperemesis sangat
individual, yang paling penting sesuai dengan kondisi diagnosa
gizi yang terjadi pada pasien hyperemesis.

5. MASALAH GIZI BALITA

Contoh aplikasi standar diet Instalasi gizi RSCM :


a) Tujuan diet :
(1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol
asidosis
(2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat
gizi yang cukup.
b) Syarat diet :
(1) Karbohidrat tinggi, yaitu 75 80 % dari kebutuhan energi
total
(2) Lemak rendah, yaitu 10 % dari kebutuhan energi total
(3) Protein sedang, yaitu 10 15 % dari kebutuhan energi total
(4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7 10 gelas per
hari

102

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


c) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
berat . Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar
atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1 -2 jam sesudahnya.
Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C,
sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
d) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap
ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi
e) Diet Hiperemesis III
Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan
hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien,
minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup energi dan semua zat gizi.

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

103

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


Tabel 15. Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet
Hiperemesis
Bahan
Makanan

Diet Hiperemesis
I
Berat
URT
(g)

Diet Hiperemesis
II
Bera
URT
t (g)

Beras
Roti
Biskuit
Daging
Telur Ayam
Tempe
Sayuran
Buah

120
700

150
80
20
100
50
50
150
400

Minyak
Margarin
Jam/sele
Gula Pasir
Susu

30
50
-

6 iris
7 ptg
sdg
3 sdm
5 sdm

10
20
30
-

2 gls
nasi
4 iris
2 bh
2 ptg
sdg
1 btr
2 ptg
sdg
1 gls
4 ptg
sdg
pepaya
1 sdm
2 sdm
3 sdm
-

Diet Hiperemesis III


Berat
(g)
200
80
40
100
50
100
150
400
10
20
20
200

URT
3 gls nasi
4 iris
4 bh
2 ptg sdg
1 btr
4 ptg sdg
1 gls
4 ptg sdg
pepaya
1 sdm
2 sdm
2 sdm
1 gls

5. MASALAH GIZI BALITA

Sumber : Penuntun Diet, RSCM, 2004


Sumber : Penuntun Diet, RSCM, 2004
Pre Eklampsia dan Eklampsia

Pre
Eklampsia
dan Eklampsia
Salah
satu kondisi
serius dan dapat berakhir dengan
Salah pada
satu kondisi
seriusadalah
dan dapat
dengan
pada
kematian
ibu hamil
pre berakhir
eklampsia
dankematian
eklampsia.
ibu hamil adalah
pre eklampsia
eklampsia.istilah
Preeklampsia
Preeklampsia
dikenal
dengan dan
beberapa
antara dikenal
lain
dengan beberapa
istilah
antara lainatau
keracunan
kehamilan
keracunan
kehamilan
(toksemia)
hipertensi
yang(toksemia)
terjadi
hipertensi
yang terjadi pada masa kehamilan.
padaatau
masa
kehamilan.

104

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


1) Pengertian
Pre eklampsia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kejadian
hipertensi, proteinuria, dan edema. Umumnya mulai timbul pada minggu
ke 20 kehamilan. Gejala lainnya yang juga sering ditemukan adalah
pusing, lelah, sakit kepala dan penambahan berat badan yang berlebihan
dalam waktu pendek.
Eklampsia Merupakan kelanjutan dari pre eklampsia yang tidak
tertanggulangi secara baik yaitu semua gejala preeklampsia terjadi disertai
dengan kejang, yang merupakan stadium akhir dari pre eklampsia.
Salah satu faktor pencetus utama pre eklampsia adalah kurang gizi pada
waktu hamil, adanya stres yang dihadapi ibu hamil seperti lingkungan
tempat tinggal dan keadaan sosial-ekonomi yang kurang memadai, akan
memperberat risiko pre eklampsia
2) Diagnosis
1) Subyektif : nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium.
2) Obyektif :
a) Edema
b) Proteinuria : 300 mg/24 jam atau 30 mg pada pemeriksaan
tunggal, atau +1pada pemeriksaan dipstik ( carik celup )

Eklampsia : kelainan kehamilan yg ditandai 3 jenis TRIAS Utama :


hipertensi, Oedema dan Proteinuria ditambah Konvulsi.
Gejala :
a) Sakit Kepala fontal
b) Skotoma
c) Diplopia
d) Penglihatan kabur
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

105

5. MASALAH GIZI BALITA

c) Hipertensi : Sistolik >140 mmHg; Diastolik > 90 mmHg


Pre-eklampsia : kehamilan yang ditandai 2 dari 3 jenis TRIAS Utama:
hipertensi, Oedema dan Proteinuria

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


e) Nyeri epigastrium
f) Mual & muntah
g) Tekanan darah Tinggi
h) Oedema, proteinuria
i) Gelisah
j) Kejang (konvulsi)
k) Hipoalbuminemia, hipovolemia & hemoconcentrasi
4) Penatalaksanaan
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan aneka ragam dengan
gizi seimbang sesuai dengan ketersediaan pangan di lingkungan tempat
tinggal dan berlatih untuk mengendalikan stres.

5. MASALAH GIZI BALITA

Selama ini gizi kurang pada ibu hamil belum dipahami sebagai pencetus
utama terjadinya pre eklampsia. Dengan demikian, penanganan pre
eklampsia hanya difokuskan kepada gejala yang tampak seperti
pemberian diuretika, obat antihipertensi, diet rendah garam dan rendah
protein untuk mengatasi edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, penanganan preeklampsia tidak
lagi difokuskan hanya pada satu zat gizi saja seperti pemberian tablet
kalsium atau tablet magnesium sulfat. Pendekatan yang baru bersifat
holistik dengan pemberian semua zat gizi yang dibutuhkan sesuai
dengan AKG yang dianjurkan, dalam bentuk makanan beraneka ragam
dan gizi seimbang.
5) Tindakan yang harus dilakukan meliputi :
a) Setiap kali kontak dengan ibu hamil lakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
(1) Ukur tekanan darah
(2) Ukur LiLA
(3) Anamnesis gizi, tentukan besaran asupan zat gizi
(4) Utamanya energi dan protein yang dikonsumsi ibu setiap hari.
106

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


b). Pastikan diagnosis apakah ada risiko pre eklampsia sebagai berikut:
(1) Jika tensi meningkat dan asupan gizi kurang dari 2.200 Kal dan 67
gram protein, yang harus dilakukan adalah :
(a) Obati pre eklampsia sesuai dengan pedoman yang ada
(b) Lakukan konseling gizi untuk meningkatkan asupan energi
dan protein agar mencapai AKG yaitu 2.200 kal dan 67 gram
protein
(c) Makan makanan yang mengandung kadar kalsium tinggi, kaya
akan vitamin D dan protein seperti susu, telur, daging, ikan.
Selain itu, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna orange
juga mengandung kalsium, vitamin D dan mineral, sehingga
tidak boleh diabaikan dalam penyusunan menu sehari-hari
(2) Jika ibu hamil KEK, tangani KEK sesuai langkah-langkah di atas
(3) Jika ibu hamil mengalami stres, kurangi beban stres dengan
mengajak berdiskusi sekitar 10-15 menit. Dengarkan keluhan ibu,
tunjukkan rasa empati dan anjurkan kontrol setelah 2 minggu.
6). Monitoring dan Evaluasi Pasien segera dirujuk apabila :
a) Keluhan bertambah banyak dan berat
b) Tensi tidak dapat dikendalikan
c) Anjuran makan tidak dipatuhi

Peran asuhan gizi pada pre eklampsia dan eklampsia sangat penting
karena masalah gizi hampir selalu mengiringi ibu hamil yang menderita
pre eklampsia maupun eklampsia. Ibu hami dengan status gizi kurang
dan lebih (obesitas) ada kecenderungan mengalami pre eklampsia
dan eklampsia. Kehilangan protein melalui urin harus diatasi dengan
penggantian dari makanan sehari-hari. Pemberian suplemen protein
pada beberapa penelitian tidak menurunkan gejala pre eklampsia dan
eklampsia.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

107

5. MASALAH GIZI BALITA

7) Terapi Diet

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


Disamping problem kehilangan protein pada pre eklampsia dan eklampsia
sering terjadi gangguan metabolisme terkait zat gizi khususnya lemak,
dimana pada penderita sering diikuti masalah gangguan profil lipid
meliputi : penurunan kolesterol HDL, pengkatan Trigliserida,peningkatan
kolesterol LDL, penigkatan small dense LDL. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan (eicosapentaenoic +
docahexaenoic, pimrose oil ( linolenic acid) pada penderita
pre eklampsia dan eklampsia menurunkan gejala pre eklampsia dan
eklampsia sampai 31%.
Dulu karena ada gejala oedema maka pre eklampsia dan eklampsia
diberikan makanan rendah natrium.Dengan konsep terbaru hal ini
menjadi tidak berlaku karena manfaatnya tidak ada dan gangguan yang
terjadi akibat restriksi garam (Na) pada pre eklampsia dan eklampsia
justru menimbulkan kerugian, sehingga saat ini diet rendah garam ketat
tidak dianjurkan lagi.
Mekanismenya sebagai berikut :

5. MASALAH GIZI BALITA

Mekanismenya sebagai berikut :

Gambar 2. Peran Natrium pada Pre eklampsia dan Eklamp-

Gambar 2. Peran Natrium


sia. pada Pre eklampsia dan Eklampsia.

secara
umum pada pre eklampsia dan
Buku Sakudiet
ASUHAN
GIZI DI PUSKESMAS
108 Terapi
eklampsia :

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


Terapi diet secara umum pada pre eklampsia dan eklampsia :
a) Cukup energi, dan semua zat gizi dalam semua kondisi klinis yang berat.
Tinggi protein (1.5-2 g/kgBB/hari)
b) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita.
c) Cairan diberikan 2500 cc /hari. Pada kondisi oliguri batasi dan
sesuaikan cairan yang masuk dan keluar.
8) Contoh Aplikasi Panduan penyusunan diet pre eklamsia dan
eklampsia di RSCM ;
a) Tujuan Diet :
(1) Menjaga agar penambahan BB tidak melebihi normal
(2) Mengganti protein yang hilang lewat urin
(3) Mencegah/mengurangi retensi garam/air
(4) Memberikan energi dan zat gizi sesuai kemampuan
b) Syarat Diet :
(1) Cukup energi :
(a) Trimester I

: penambahan 180 kkal

(b) Trimester II dan III : penambahan 300 kkal


(2) Tinggi Protein : 1,5 gr/kg BB + Protein yang keluar melalui Urin
(4) Cairan :
(a) Bila preklampsia berat dan eklampsia cairan 35 ml/kg BB / 24 jam
(b Selain itu 40 ml/kg BB/ 24 jam
(5) Komposisi Asam Lemak Jenuh ( ALJ ) : Asam Lemak Tidak Jenuh
Tunggal ( ALTJT ) : Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda ( ALTJG )
adalah 8%: 10% : 10%
(6) Kalsium > 950 mg/hari apabila ditemukan hipokalsemia

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

109

5. MASALAH GIZI BALITA

(3) Garam : 6 gr / hari ( 1,5 sdt garam dapur )

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


7) Magnesium (Mg), Zinc (Zn), Zat Besi (Fe) disesuaikan dengan
daftar AKG 2004.
8) Bentuk makanan : sesuai kemampuan ( Makanan Cair s/d
Makanan Biasa )
Lihat lampiran kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan
Contoh Menu untuk ibu hamil dengan Pre-eklampsia (Lihat Lampiran 9
halaman 235)
Tabel 16.
kebutuhan
jumlah setiap
zat gizi
selamazat
kehamilan
Tabel
16.Tambahan
Tambahan
kebutuhan
jumlah
setiap
gizi selama kehamilan.
Kebutuhan sebelum hamil

5. MASALAH GIZI BALITA

Jenis zat gizi


Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Air
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B3
Vitamin B6
Vitamin B12
Asam folat
Pantotenat
Biotin
Choline
Vitamin C
Kalsium (Ca)
Fosforus (P)
Magnesium (Mg)
Tembaga (Cu)
Kromium (Cr)
Besi (Fe)
Yodium (I)
Seng (Zn)
Selenium (Se)
Mangan (Mn)
Flourin (F)
Natrium (Na)
Kalium (K)

19 29
tahun
2,250
58
75
320
32
2,300
500
15
15
65
1.1
1.4
12
1.3
2.4
400
5
30
425
75
1,100
700
324
900
30.5
26
150
9.3
30
1.8
2.5
1,500
4,700

30 49
tahun
2,100
58
60
300
30
2,300
500
15
15
65
1.1
1.3
12
1.3
2.4
400
5
30
425
75
1,000
700
330
900
28.8
26
150
9.8
30
1.8
2.7
1,500
4,700

Tambahan kebutuhan selama hamil


Trimester I

Trimester II

Trimester III

180
18
6
25
0
300
300
0
0
0
0.3
0.3
4
0.4
0.2
200
1
0
25
10
200
0
20
100
3.5
0
100
1.2
5
0.2
0
0
0

300
18
6
40
0
300
300
0
0
0
0.3
0.3
4
0.4
0.2
200
1
0
25
10
200
0
20
100
3.5
9
100
4.2
5
0.2
0
0
0

300
18
6
40
0
300
350
0
0
0
0.3
0.3
4
0.4
0.2
200
1
0
25
10
200
0
20
100
3.5
13
100
10.2
5
0.2
0
0
0

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012.


110

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Satuan
kkal
gr
gr
gr
gr
ml
g
g
mg
g
mg
mg
mg
mg
g
g
mg
g
mg
mg
mg
mg
mg
g
g
mg
g
mg
g
mg
mg
mg
mg

ASUHAN GIZI PADA IBU MENYUSUI

B. Asuhan Gizi Pada Ibu Menyusui


Pada era tahun 70-an Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan
fisologis awal yang bagus mengalami penurunan pemakaian. Penyebabnya
sangat beragam namun secara umum karena ASI tidak keluar disebabkan
karena stress mental, sakit dan kurang gizi pada fase laktasi.
Dengan bertambahnya pencapaian tingkat pendidikan justru makin menurun
penggunaan ASI. Hal lain yang menjadi hambatan pemakaian ASI adalah iklan
susu formula yang begitu gencar. sudah waktunya untuk tidak lagi memberi
peluang sama sekali iklan susu masuk ke dalam institusi layanan kesehatan.
Sebenarnya Iklan susu formula sangat tidak dianjurkan dalam suatu Negara
oleh karena merampas hak anak untuk dapat menikmati Hak mendapatkan
ASI.
Apabila susu formula menjadi stimulasi awal pemberian makanan bayi baru
lahir maka proses pemberian ASI selama 6 bulan berturut-turut secara eksklusif
tidak akan bisa berjalan secara optimal. Sebab, stimulasi ini akan dicatat pada
proses pembentukan synapsis otak bayi sehingga ketika bayi diperkenalkan
dengan putting susu ibu menjadi bingung atau Bingung Puting.

1. Menanamkan pemahaman kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI


secara fisiologis terhadap usus bayi.
2. Mengajarkan dan mempraktekkan cara menyusui yang benar .
3. Mengajarkan dan mempraktekkan perlunya menjaga gizi seimbang pada
ibu menyusui untuk menjaga kualitas zat gizi dan volume ASI.
4. Menyelesaikan masalah gizi yang diderita ibu menyusui.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

111

5. MASALAH GIZI BALITA

Untuk mendukung program pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan


pertama yang harus dilakukan petugas gizi Puskesmas adalah :

FISIOLOGI MENYUSUI
Penyuluhan gizi seimbang pada ibu menyusui akan berhasil jika transfer
pemahaman tentang pemberian air susu ibu yang benar tidak sekedar aspek
pengetahuan, tetapi yang paling penting adalah aspek ketrampilan ibu dalam
pemberian ASI dan ketrampilan ibu dalam memenuhi gizi seimbang selama
menyusui. Menyusui merupakan dimensi praktek bukan dimensi pengetahuan
belaka. Maka jangan hanya berslogan ASI Eksklusif tapi praktekkan ke
masyarakat terutama ibu menyusui.
Penurunan penggunaan ASI disebabkan karena alasan :
- ASI dianggap tercemar
- Buah dada dianggap symbol sex semata, sehingga jika memberikan ASI
dikhawatirkan mengubah bentuk payudara tidak indah lagi.
- Menyusui dianggap kolot atau perilaku primitive tidak modern
1. Fisiologi Menyusui
Buah dada (payudara) ibu tersusun dari dua jaringan penting yaitu :
a. Glandula Tissue (berupa jaringan parenkim)
b. Supporting Tissue (jaringan penyokong/ stroma).

5. MASALAH GIZI BALITA

Memahami struktur ini maka penting dijelaskan tentang teknik menyusui


yang benar dalam hal posisi bayi dan posisi ibu dalam memberikan ASI
sehingga tidak ada kekhawatiran lagi struktur payudara akan berubah
karena menyusui.
Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada
bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen alveoli,
proses ini dikendalikan oleh hormone prolaktin dan ACTH. Kedua hormone
ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada fase kedua,
air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke putting susu, setelah
sebelumnya terkumpul dalam sinus (lihat gambar).
Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci
oleh pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Seusai partus, kadar
hormone ini menyusut drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk
bereaksi sehingga menginduksi laktogenesis.
112

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

patan prolaktin untuk bereaksi sehingga menginduksi laktogenesis.

FISIOLOGI MENYUSUI

Gambar 3. Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI

Gambar 3. Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI

5. MASALAH GIZI BALITA

112

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

113

FISIOLOGI MENYUSUI

Bagan 8. Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang

5. MASALAH GIZI BALITA

Bagan 7. Mempengaruhi.
Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang
Produksi ASI
Mempengaruhi.

Produksi ASI dirangsang melalui "let down reflex yaitu rangsang


puting - hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga
Produksi ASI dirangsang melalui let down reflex yaitu rangsang puting
oksitosin akan keluar sebagai hormon yang memompa mioepitel
- hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga oksitosin akan keluar
duktus mamalia. Pada saat menyusui mungkin ibu merasakan
sebagai hormon yang memompa mioepitel duktus mamalia. Pada saat
ngilu / kontraksi di daerah uterus karena pengaruh oksitosin yang
menyusui mungkin ibu merasakan ngilu / kontraksi di daerah uterus karena
meningkat juga terhadap uterus. Milk Production Reflex(sucking
pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus. Milk Production
reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga keluar
Reflex(sucking reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga
hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI.
keluar hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI.
Pentingnya ASI
Transfer sistem imunologi pada bayi (Imunisasi) 1-5 hari perPentingnya ASI
tama : Colostrum (lebih banyak antibody, protein, mineral, vitaa. Transfer
min A). sistem imunologi pada bayi (Imunisasi) 1-5 hari pertama :
Colostrum (lebih
antibody,
mineral, vitamin
A).usus
Pemenuhan
zat banyak
gizi paling
ideal protein,
(paling fisiologis
dengan
yang memiliki
kapasitas
volume
lambung
hanya
10
cc yang
b. bayi)
Pemenuhan
zat gizi paling
ideal (paling
fisiologis
dengan
usus
bayi)
(kapasitas
simpan lambung
bayi) pada
usia10
4-6ccbulan
I, selain
memiliki kapasitas
volume lambung
hanya
(kapasitas
simpan
itu
ASI tidak
globulin
sehingga
tidakmengandung
mudah
lambung
bayi) mengandung
pada usia 4-6 bulan
I, selain
itu ASI tidak

menimbulkan
alergi)
. mudah menimbulkan alergi) .
globulin sehingga
tidak

c. Ekonomis

113

d. Tidak memberatkan ginjal dan saluran cerna bayi


114

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

FISIOLOGI MENYUSUI
e. Menjarangkan kehamilan (prolaktin & oksitosin)
f. Laktoferin berfungsi untuk mengikat zat besi
g. Hubungan psikososial hangat penuh kasih sayang.
h. Mempercepat penyembuhan luka melahirkan.
ASI jelas lebih hemat :
Menyusui selama 2 tahun = 375 l ASI setara dg 437 l susu sapi
Rata rata kebutuhan ASI = 800 cc/hari
Bayi usia 6-7 bulan : membutuhkan 150 liter susu sapi = 22 kg formula
Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan keluarga untuk :
a. Pembelian dot
b. Pembelian botol susu
c. Alat masak
d. Pendingin susu
e. Bahan bakar
f. Biaya pengobatan 10 kali lebih besar dibandingkan pemberian ASI
akibat sakit yang ditimbulkan.
Menyusui Mempercepat Pelangsingan
a. 100 cc ASI = 80-90 kkal
c. 850 cc ASI memerlukan 750 kkal
d. Penambahan energi saat menyusui 500 kkal/hari terjadi defisit 250 kal
dari cadangan energi
e. Menyusui selama 4 bulan = 250 kkal x 30 x 4 = 45.000kkal = 5 kg lemak
(BB) + materi-materi selama melahirkan (janin 3.4 kg, plasenta 0.45 kg,
amnion 0.9 kg, darah 0.6 kg dan darah rata-rata 500 cc
f. Total penurunan BB setelah melahirkan + menyusui = 10.35 kg.
g. Sucking baby menimbulkan oksitosin sekresi : rahim berkontraksi
menurunkan kegemukan (cepat langsing).
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

115

5. MASALAH GIZI BALITA

b. Simpanan lemak selama hamil = 100-200 kkal/hari

PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI


2. Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui
Energi
- 3 bulan I setelah melahirkan penambahan energi = 500 kalori
- 100 cc ASI memasok 67-77 kkal
- Efesiensi energi makanan konversi ke ASI rata-rata 80% (kisaran 76-94%)
- 100 cc ASI dibutuhkan 85 kalori
- 850 cc ASI mengandung 600 kkal
- Energi yg dibutuhkan 750 kkal
Protein
- Tambahan protein selama menyusui 20 g/hari
- 100 cc ASI mengandung 1.2 g protein ,850 cc ASI = 10g protein
- Efesiensi konversi protein makanan menjadi ASI 70%
- Penambahan protein untuk transformasi ke protein ASI dan hormon
prolaktin dan oksitosin.

5. MASALAH GIZI BALITA

Tujuan Gizi Seimbang Ibu Menyusui


Kebutuhan makanan bagi ibu menyusui lebih banyak daripada makanan
Ibu hamil.
Kegunaan makanan tersebut adalah :
- Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan.
- Memproduksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat untuk bayi.

116

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI


Pengaturan Makanan Seimbang pada Ibu Menyusui
1. Susunan hidangan sehari-hari harus seimbang, yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah serta susu.
2. Makanan pokok tidak hanya nasi, gunakanlah beraneka bahan makanan
pengganti seperti mie, jagung, kentang, ubi, roti dan sebagainya.
3. Lauk-pauk gunakanlah dari jenis hewani dan jenis nabati, seperti telur,
daging, ayam, ikan segar, hati, ikan asin, tempe, tahu, kacang-kacangan
dan sebagainya.
4. Sayuran lebih baik yang berwarna seperti bayam, kangkung, sawi, daun
katuk, wortel, buncis dan sebagainya, karena sayuran tersebut dapat
membantu merangsang pengeluaran/produksi ASI.
5. Pilihlah buah-buahan yang berwarna seperti pepaya, jeruk, apel, tomat
dan sebagainya yang banyak mengandung vitamin dan mineral.
6. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak + 6 gelas dalam satu hari, akan
lebih bermanfaat bila ibu menyusui minum cairan bergizi seperti : susu,
air kacang-kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau dan
sebagainya.
7. Tidak disarankan minum jamu setelah melahirkan
8. Yang terpenting tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui.

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

117

PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI


Di bawah ini adalah komposisi makanan ibu menyusui :
Di bawah ini adalah komposisi makanan ibu menyusui :

Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu
Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang
Menyusui
pada Ibu Menyusui

BAHAN
MAKANAN

Bayi 0-6 bln

Ibu Menyusui Bayi/Anak


Bayi 7-12 bln
Anak 13 -24 bln

Nasi

5 piring

4 Piring

4 Piring

Ikan

2 Potong

2 Potong

2 Potong

Tempe

5 Potong

4 Potong

4 Potong

Sayuran

3 Mangkok

3 Mangkok

3 Mangkok

Buah

2 Potong

2 Potong

2 Potong

Gula

5 sdm

5 sdm

5 sdm

Susu

1 Gelas

1 Gelas

1 Gelas

Air

8 Gelas

8 Gelas

8 Gelas

5. MASALAH GIZI BALITA

GUNAKAN MINYAK
MINYAK ATAU
ATAU SANTAN
SANTAN PADA
GUNAKAN
PADA WAKTU
WAKTU MEMASAK
MEMASAK
TERUTAMA
SEKALI
PADA
IBU MENYUSUI
DENGAN
TERUTAMA
SEKALI
PADA
IBU MENYUSUI
DENGAN
LINGKARLINGKAR
LENGAN
LENGAN ATAS (LILA) < 23,5 CM.
ATAS (LILA) < 23,5 CM.

118

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

117

CATATAN

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

119

5. MASALAH GIZI BALITA

CATATAN

120

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB VI

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT


MENULAR DAN TIDAK MENULAR
Saat ini, Indonesia tengah menghadapi transisi epidemiologi penyakit,
disamping penyakit menular yang belum tuntas teratasi, muncul pula penyakit
tidak menular yang juga menjadi sebab utama kematian di Indonesia.
Berdasarkan data Riskesdas 2010 selain penyakit menular (diare, TBC,
HIV/AIDS) yang masih tetap terjadi, masalah penyakit tidak menular seperti
Diabetes Mellitus, hipertensi, penyakit jantung dan kegemukan juga menjadi
masalah kesehatan yang cenderung meningkat di masyarakat.
Perubahan gaya hidup menjadikan penyebab utama kematian di Indonesia
mengalami pergeseran. Jika sebelumnya penyakit utama penyebab kematian
adalah penyakit menular, kini justru penyakit tidak menular juga menjadi salah
satu kontributor utama penyebab kematian di masyarakat. Pola makan tidak
sehat (tidak seimbang), sedentary activities, tingkat stress yang tinggi menjadi
pemicu utama berkembangnya penyakit tidak menular.
Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kedua jenis penyakit tersebut
di atas, diantaranya menurunnya kualitas hidup, produktifitas akan menjadi
rendah yang berimplikasi terhadap kerugian dari aspek ekonomi, dan lebih
fatal lagi dapat mengakibatkan kematian.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

121

5. PENYAKIT MENULAR

Berdasarkan penyebab masalah tersebut di atas, pola hidup sehat menjadi


suatu hal yang mutlak dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia untuk mengurangi kejadian penyakit menular dan tidak menular. Di
samping itu, dalam penatalaksanaan penderita (terapi obat dan asuhan gizi)
harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan tim (dokter, perawat/
bidan, dan petugas gizi).

DIARE

A. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular


1. Diare
Asuhan Gizi pada Penyakit Menular
1.
Diare

Diare pada Balita

1.1 Diare pada Balita


Yang Yang
dimaksud
dengandengan
diare diare
adalahadalah
anak anak
buangbuang
air besar
dengan
dimaksud
air besar
frekuensi
dan lamanya
lebihdiare
dari lebih
biasanya
kali sehari)
serta
dengan frekuensi
dan diare
lamanya
dari (3
biasanya
(3 kali
konsistensi
tinjakonsistensi
berubah dari
menjadi
cair danmenjadi
atau ditemukan
sehari) serta
tinjalembek
berubah
dari lembek
cair
darah
dalam
tinja. darah dalam tinja.
dan atau
ditemukan

Tabel
Tabel18.
18.Bentuk
BentukKlinis
KlinisDiare
Diare
DIAGNOSIS
Diare cair
akut
Kolera

5. PENYAKIT MENULAR

Disentri
Diare
persisten
Diare
dengan gizi
buruk
Diare terkait
antibiotik
Invaginasi

DIDASARKAN PADA KEADAAN


Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Diare seperti air cucian beras yang sering
dan banyak dan cepat menimbulkan
dehidrasi berat
Diare dengan dehidasi berat selama terjadi
KLB Kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
Vibrio Cholerae 01 atau 0139
Diare berdarah
Diare berlangsung 14 hari atau lebih
Diare Diare jenis apapun yang disertai tanda
gizi buruk
Mendapat pengobatan anti biotik oral spektrum
luas
Dominan darah dan lendir dalam tinja
Massa intra abdomenal
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

119

122

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE

Menilai Dehidrasi
1.2 Menilai Dehidrasi
Semua Semua
anak dengan
diare, harus
apakah menderita
anak dengan
diare,diperiksa
harus diperiksa
apakah
dehidrasi.
status dehidrasistatus
sebagai
dehidrasi
berat,
menderitaKlasifikasikan
dehidrasi. Klasifikasikan
dehidrasi
sebagai
dehidrasi
atau ringan/sedang
tanpa dehidrasiatau
(Lihat
Tabeldehidrasi
19) dan
dehidrasiringan/sedang
berat, dehidrasi
tanpa
pemberian
pengobatan
sesuai.pengobatan yang sesuai.
(Lihat Tabel
19) dan yang
pemberian

Tabel 19.Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare.

Tabel 19.Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare.


Klasifikasi
Dehidrasi berat

Dehidrasi ringan /
sedang

Tanpa dehidrasi

Tanda / gejala
Terdapat 2 atau lebih dari
tanda dibawah ini :
Letargis atau tidak
sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau
malas minum
Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
( 2 detik)
Terdapat 2 atau lebih tanda
dibawah ini :
Rewel, gelisah
Mata cekung
Minum dengan kuat, haus
Cubitan kulit kembali
lambat

Keadaaan baik
Mata tidak cekung
Cubitan kulit kembali
segera

Beri cairan untuk diare


dengan dehidrasi berat
(lihat rencana terapi C)

Beri anak cairan dan


makanan untuk
dehidrasi ringan (lihat
rencana terapi B)
Setelah rehidrasi,
nasihati ibu untuk
penanganan di rumah
dan kapan kembali
segera / kunjungan
ulang
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika anak tidak
membaik
Beri cairan dan
makanan untuk
menangani kasus tsb
di rumah (lihat
rencana terapi A)
Nasihati ibu kapan
kembali segera
Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika keadaan kasus
tidak membaik

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

123

5. PENYAKIT MENULAR

120

Pengobatan

DIARE
Tiga elemen utama dalam tata laksana diare pada anak yaitu terapi
rehidrasi, pemberian zink dan lanjutkan pemberian makan.
Penanganan Diare di Rumah
Diare tanpa Dehidrasi
Terapi A ( pada anak diare tanpa dehidrasi)
(a) Berikan cairan tambahan:

- Berikan ASI lebih sering dan lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI Eksklusif berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan
Kebutuhan cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai
tambahan sebanyak:
1. Umur < 1 tahun 50 100 ml setiap kali BAB
2. Umur 1 tahun 100 200 ml setiap kali BAB
3. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif atau tidak menyusu,
beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit, cairan rumah tangga
(kuah sayur, air tajin) atau air matang sebanyak 100-200 ml.

(b) Berikan tablet seng (zinc)


- Berikan tablet zink selama 10 hari dengan dosis sebagai berikut :
- Bayi umur < 6 bulan = tablet (10 mg per hari)
- Bayi umur 6 bulan = 1 tablet (20 mg per hari)
(c) Lanjutkan pemberian makanan/ASI

5. PENYAKIT MENULAR

Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang


Seorang anak dinyatakan mengalami dehidrasi ringan atau sedang jika
anak memiliki 2 atau lebih tanda berikut :
- Gelisah/rewel
- Haus dan minum dengan kuat
- Mata cekung
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
124

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE
Perhatian
: :
Perhatian
Jika anak hanya menderita salah satu tanda di atas dan
Jika
anaksatu
hanyatanda
menderita
salah satu
tanda
di atas dan
salah satu
salah
dehidrasi
berat
(misalnya
gelisah/rewel
tanda
(misalnya
dan malasdehidrasi
minum)
dan dehidrasi
malas berat
minum)
berartigelisah/rewel
anak menderita
berarti
anak/ringan.
menderita dehidrasi sedang /ringan.
sedang
Rencana Terapi B (Terapi diare dengan dehidrasi ringan/
Rencana Terapi B (Terapi diare dengan dehidrasi ringan/sedang) :
sedang) :
1. Berioralit
oralit sesuai
sesuai yang
dianjurkan
selamaselama
periode 3periode
jam pertama
1. Beri
yang
dianjurkan
3 jam
pertama
(a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
(a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama

Tabel 20. Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama


Tabel 20. Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama
Umur
BB
Jumlah
cairan

Sampai 4
bulan
< 6 kg

4 12
bulan
6 10 kg

12 24
bulan
1012 kg

25
tahun
1219kg

200 400

400 700

700 - 900

900-1400

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

122

125

5. PENYAKIT MENULAR

Jumlahoralit
oralit
yang
diperlukan
= 75
ml / kgBB
Jumlah
yang
diperlukan
= 75 ml
/ kgBB
1. Jika
anak
menginginkan
oralit
lebih banyak
dari
1. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak
dari pedoman
pedoman
atas,sesuai
berikan
sesuai cairan
kehilangan
cairan
di atas, di
berikan
kehilangan
yang sedang
yang
sedang berlangsung
berlangsung
2. Bila
mata
pemberianoralit
oralit
dihentikan
2. Bila matasembab
sembab pemberian
dihentikan
3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100
3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 200
200 ml air matang selama periode ini
ml air matang selama periode ini
4. Lanjutkan pemberian ASI
4. Lanjutkan pemberian ASI
(b) Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit :
1.(b)
Tunjukkanlarutan
kepada ibuoralit
cara memberikan
larutan tetapi
oralit : sering
Berikan
sedikit-sedikit
1.
Berikan
larutan
oralit
sedikit-sedikit
tetapi
sering
menggunakan
menggunakan sendok
2. Jika sendok
anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan
2. Jika
anaklebih
muntah,
tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi
lagi
dengan
lambat
dengan lebih lambat

DIARE
(c) Berikan tablet zinc selama 10 hari
(d) Mulailah pemberian makanan segera setelah masa pemberian
oralit
2. Setelah 3 jam :
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai :
a)Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah
b) Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
c) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A
d) Jelaskan 5 aturan perawatan di rumah:
e) Beri cairan tambahan
f) Beri tablet zink selama 10 hari
g) Lanjutkan pemberian ASI/makanan sesuai kelompok umur
dan kebutuhan
h) Pemberian antibiotik atas indikasi selektif
i) KIE (Komunikasi, informasi, dan Edukasi)
Makanan yang dianjurkan :

5. PENYAKIT MENULAR

1. Sereal atau makanan yang mengandung zat tepung dicampur


dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ ikan, jika mungkin
dengan 1 2 sendok teh minyak / minyak sayur yang ditambahkan
dalam setiap sajian
2. Berikan MP-ASI lokal yang direkomendasikan dalam Pedoman
MTBS (manajemen terpadu balita sakit)
3. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat
diberikan untuk penambahan kalium.
126

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE
4. Anak dibawah 6 bulan yang tidak diberi ASI diberikan 100 - 200 ml
susu selang seling dengan oralit/cairan rumah tangga
5. Pada anak umur <6 bulan : berikan zink tablet (10 mg/hr) selama
10 hr
6. Pada anak umur >6 bulan : berikan 1 tablet zink (20 mg/hr) selama
10 hr
7. Pemberian ASI dan makanan tetap dilanjutkan, seperti buahbuahan, cereal dan kacang-kacangan
Rencana Terapi C (Terapi diare dengan dehidrasi berat) : (lihat
bagan dalam lampiran 10 halaman 236)
1). Bayi:
a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat
pada 1 jam pertama dengan dosis 30 ml/kg BB
b. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat
dengan dosis 70 ml/kg BB pada 5 jam berikutnya
2). Anak 12 bulan sampai 5 tahun:
a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat pada 30 menit
pertama dengan dosis 30 ml/kg BB
b. Berikan terapi intravena Ringer Asetat dengan dosis 70 ml/kg
BB pada 2,5 jam berikutnya
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik.
Jika menemui anak dengan tanda dehidrasi berat segera rujuk ke
Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

127

5. PENYAKIT MENULAR

Bagan asuhan penanggulangan diare (Lihat Lampiran 10 halaman 236)

DIARE
Jenis-Jenis Diare dan Asuhan Gizi Pada Anak
Diare Akut
Melanjutkan pemberian makanan yang bergizi merupakan suatu
elemen yang penting dalam tatalaksana diare. Namun demikian,
pemberian makanan seringkali sulit karena anak biasanya tidak
mempunyai nafsu makan.
Asuhan gizi pada penderita diare akut adalah sebagai berikut :
1. Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit, lebih
sering dari biasanya jika memungkinkan.
2. Anak yang tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi
(memulai lagi pemberian ASI) atau beri susu formula yang biasa
diberikan
3. Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan
seperti biasanya
4. Berikan makanan padat sesuai umur anak, disajikan secara segar
dan dimasak, bisa ditumbuk atau digiling.
5. Jenis makanan yang direkomendasikan:

Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur


dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin
dengan 1-2 sendok teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam
setiap sajian.

6. Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam


pedoman MTBS di daerah tersebut.

5. PENYAKIT MENULAR

7. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat
diberikan untuk penambahan kalium.
8. Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya
6 kali sehari (porsi kecil tapi sering). Berikan makanan yang sama
setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan per hari
selama 2 minggu.

128

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE
9. Pasien harus segera dirujuk apabila terjadi kondisi berikut :
a. Anak harus diberikan cairan intra vena sedangkan alat tidak
bisa disediakan dalam waktu 30 menit
b. Tidak bisa menggunakan pipa naso gatric / naso gastric tube
(NGT) untuk rehidrasi
c. Anak tidak mau minum
Diare Persisten
Terdapat dua jenis diet untuk penderita diare persisten, sesuai dengan
kondisi pasien diare persisten (Lihat Lampiran 11 halaman 237 )
a. Diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang
dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)
b. Diet dengan rendah pati (starch) , tanpa susu (bebas laktosa)
Tujuan diet :
- Asupan makanan cukup
- Berat badan bertambah
- Diare berkurang
- Demam menghilang
Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan yang
dapat dipastikan setidaknya selama tiga hari berturut-turut. Diare
Persisten
Kegagalan diet ditunjukkan oleh:
1. Peningkatan frekuensi BAB anak (biasanya menjadi >10 kali berak
encer per hari), sering diikuti dengan kembalinya tanda dehidrasi
(biasanya terjadi segera setelah dimulai diet baru) ATAU

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

129

5. PENYAKIT MENULAR

2. Kegagalan pertambahan berat badan dalam waktu 7 hari.

DIARE
Tata Laksana Diet :
a.
Pemberian makanan untuk anak yang menderita Diare
Persisten Berat
a) ASI harus diberikan sesering mungkin selama anak masih ingin
menyusu
b) Anak-anak yang dirawat inap memerlukan diet khusus sampai
diare mereka berkurang dan berat badannya bertambah
c) Asupan makanan setidaknya 110 kkal/kg BB per hari
Bayi berumur di bawah 6 bulan
a. ASI eksklusif tetap diberikan.
b. Jika anak tidak mendapat ASI, beri susu formula yang tidak
mengandung laktosa.
c. Jika ibu menderita HIV dan memilih untuk tidak memberikan
ASI, ibu harus mendapatkan konseling yang tepat mengenai
penggunaan susu pengganti secara benar.
Bayi berumur 6 12 bulan
a. Pemberian makan harus dimulai kembali segera setelah anak
bisa makan
b. Berikan makanan 6 kali sehari sedikitnya 110 kalori/kg BB/hari.
b.
Pemberian Makanan untuk anak yang menderita Diare
Persisten Tidak Berat
1. Jika anak minum susu formula ganti dengan susu formula bebas
laktosa sehingga mudah dicerna

5. PENYAKIT MENULAR

2. Jika tidak memungkinkan, dapat diganti dengan susu formula


bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/kg BB/hari
3. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempe tapi jangan
diencerkan
130

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

formula bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/


kg BB/hari
3. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempeDIARE
tapi
jangan diencerkan
makanan lain
dengan
umurumur
anak anak
untuk
4. 4. Berikan
Berikan makanan
lainyang
yangsesuai
sesuai
dengan
memastikan
asupan asupan
kalori yang
cukup
bagi cukup
anak sampai
6 kali
untuk
memastikan
kalori
yang
bagi anak
sehari
sampai 6 kali sehari
sebagaimana
5. 5. Berikan
Berikan suplemen
suplemenzat gizi
zat mikro,
gizi termasuk
mikro, zink
termasuk
zink
ditunjukkan pada
Tabel 21 pada Tabel 21
sebagaimana
ditunjukkan
Tabel
: Suplemen
Multivitamin
dan Mineral
Untuk
anak
Tabel
2121
: Suplemen
Multivitamin
dan Mineral
Untuk anak
diare.
diare.

Suplemen multivitamin dan mineral


Semua anak dengan diare persisten perlu diberi suplemen
multivitamin dan mineral setiap hari selama dua minggu.
Bagi anak dengan diare persisten harus bisa menyediakan
berbagai macam vitamin dan mineral yang cukup banyak,
termasuk minimal dua kali RDAs (Recommended Daily
Allowances) asam folat, vitamin A, magnesium dan
copper.
Sebagai panduan, satu RDA untuk anak umur 1 tahun
adalah:
Asam Folat 50 micrograms
Zink 10 mg
Vitamin A 400 micrograms
Zat besi 10 mg
Tembaga (copper) 1 mg
Magnesium 80 mg

Perhatian secara seksama dalam pemberian makanan pada anak


dengan diare persisten sangatlah penting. Anak tersebut mungkin
128 mencerna susu sapi dibanding ASI,
saja menderita kesulitan dalam
sehingga
a. Ibu perlu dinasihati untuk mengurangi susu sapi (susu formula)
dalam diet anak untuk sementara

- Jika anak menyusu, beri ASI lebih sering, lebih lama, pada waktu
siang dan malam.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

131

5. PENYAKIT MENULAR

b. Teruskan pemberian ASI dan beri makanan pendamping ASI yang


sesuai:

DIARE
- Jika anak minum susu formula, lihatlah kemungkinan untuk
mengganti susu formula dengan susu formula bebas laktosa
sehingga lebih mudah dicerna.
- Jika susu formula tidak memungkinkan, batasi pemberian susu
formula hingga 50 ml/kg/hari. Campur susu dengan bubur nasi
ditambah tempe, tetapi jangan diencerkan
Diare dengan Gizi Buruk
Asuhan Gizi:
a. Sama dengan tatalaksana diare persisten
b. Pemberian makanan secara bertahap diikuti dengan upaya
pemulihan yang lebih lama
c. Pemberian makanan mengikuti tata laksana penanggulangan
gizi buruk dengan catatan F75 khusus untuk penderita diare
( F75 dengan tepung ). Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for
Malnutrition). ReSoMal terbuat dari Oralit yang diencerkan, gula
pasir, larutan elektrolit/Mineral Mix. Bila larutan elektrolit/mineral
mix tidak tersedia sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat
dibuat cairan pengganti ReSoMal
d. Pemberian suplementasi gizi mikro.
Tuberculosis (TBC)
2.1 Pengertian

5. PENYAKIT MENULAR

Tuberculosis : infeksi yg menyerang saluran pernafasan biasanya paru


dan dapat menyerang organ lain seperti; tulang, jaringan limfe, saluran
kemih, syaraf dan saluran cerna.

132

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE
2.2. Penyebab
- Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis dan mycobacterium
avium.
- Basil ini virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, mati dalam
cairan suhu 600C dalam 15-20 menit.
- Fraksi protein basil menyebabkan nekrosis jaringan, lemak tahan
asam dan penyebab terbentuknya fibrosis , sel epiteloid dan tuberkel
(sarang basil).
- Sel-sel mati dikeluarkan melalui batuk menimbulkan bekas yg
disebut caverne.
- Cara Penularan :
- Kontak langsung (luka)
- Oral
- Udara
2.3. Gejala
- Mula-mula tidak merasa enak badan dan lemah
- Anoreksi dan BB turun
- Sore demam dan malam hari berkeringat
- Batuk lebih dari 2 minggu mengeluarkan sputum
- Anemia
- Tenaga makin lemah Pada stadium akhir terbentuklah caverne dan
dapat disertai hemoptoe
- Pemeriksaan laboratorium : Hb dan LED.
- Rontgen : untuk menunjukkan ada kelainan paru.

133

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

2.4 Diagnosa
Diagnosa didapatkan dari pemeriksaan antara lain :
-

Mantoux test.

Pemeriksaan sputum

Thorax photo

2.5 Asuhan Gizi pada Tuberculosis


Asuhan gizi menjadi sangat penting pada penderita TBC, karena
penyakit ini berpotensi sebagai hambatan pertumbuhan pada anak
balita dan resiko tinggi menimbulkan masalah gizi yang disebabkan
hal-hal sebagai berikut :
- Turunnya sekresi kelenjar gastrik
- Kehilangan thiamin dan elektrolit melalui keringat
- Utilisasi vitamin C yang cepat
- Terganggunya detoksifikasi lever : glikogen menurun dan konversi
karoten menjadi vit A terganggu.
- Penghancuran protein oleh toksin basil TBC , sehingga menimbulkan
penurunan BB.
- Utilisasi (penggunaan) dan absorbsi zat gizi mikro mengalami
penurunan ; misalnya Zinc, Fe dan vitamin.
Langkah-langkah asuhan gizi pada penderita TBC :

5. PENYAKIT MENULAR

a. Pengukuran Antropometri
Apabila penderita TB adalah Bayi atau Balita, maka indeks
antropometrik yang digunakan untuk menilai status gizinya adalah
BB/U dan BB/PB(TB). Sedangkan jika penderita adalah remaja dan
dewasa, digunakan IMT sebagai indeks untuk menentukan status
gizi. Cara untuk memperoleh nilai IMT dapat digunakan rumus :

134

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

antropometrik yang digunakan untuk menilai status gizinya


adalah BB/U dan BB/PB(TB). Sedangkan jika penderita adalah
remaja dan dewasa, digunakan IMT sebagai indeks untuk
menentukan status gizi. Cara untuk memperoleh nilai IMT
dapat digunakan rumus :
= BB(kg)/
TB(m)2 BBBB
= satuan
= satuan
IMTIMT
= BB(kg)/
TB(m)2
= satuan
kg, kg,
TB TB
= satuan
m m
Interpretasihasil
hasilperhitungan
perhitungan
IMT,
dapat
dilihat
pada
Tabel
16.
Interpretasi
IMT,
dapat
dilihat
pada
Tabel
16. Selain
Selain
itu,
dapat
digunakan
grafik
IMT
untuk
mengetahui
itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui interpretasi hasil
interpretasi IMT
hasil
perhitungan
IMThalaman
(Lihat
perhitungan
(Lihat
Lampiran 12
127)Lampiran 12
halaman 127)

Tabel
Nilai
IMTIMT
Tabel22.
22.Interpretasi
Interpretasi
Nilai
Status Gizi

Kurus
Normal
Gemuk

Kategori
Kekurangan berat
badan tingkat berat
Kekurangan berat
badan tingkat ringan
Kelebihan berat badan
tingkat ringan
Kelebihan berat badan
tingkat berat

Batas ambang
< 17.0
17.0 18.5
> 18.5 25.0
> 25.0 27.0
> 27.0

Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pedoman IMT pada


Orang Dewasa (> 18 tahun)

Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pedoman IMT pada Orang

b.Dewasa
Anamnesis
(> 18Diet
tahun)
Recall makanan / Food Recall dalam sehari
Kebiasaan makan

b. Anamnesis Diet

- Recall makanan / Food Recall dalam sehari


- Kebiasaan makan

132

Pemberian Diet pada Penderita TB


Prinsip-prinsip pemberian makanan pada penderita TBC ;
- Tinggi energi, tinggi protein
- Cukup lemak, rendah 6, tinggi 3, rendah asam lemak jenuh.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

135

5. PENYAKIT MENULAR

- Diet seimbang

DIARE
- Tinggi zat besi, tinggi vitamin C, tinggi vitamin D, tinggi vitamin B6,
Vitamin B1.
- Kalsium didapat dari susu rendah lemak atau non fat
- Prinsip bentuk makanan pada fase TBC aktif adalah konsistensi
lunak.
- Tinggi serat dan cairan
- Cukup Na dan K
- Tinggi antioksidan
- Tinggi Vitamin A
Tujuan
- Makan secukupnya karena terjadi peningkatan kebutuhan energi
dan protein
- Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
- Menambah/mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mengurangi produksi CO2 melalui peningkatan konsumsi lemak
dan mengurangi konsumsi karbohidrat 40-50% dari total energi.
Syarat Diet
- Tinggi Energi Tinggi Protein
- Cukup Vitamin dan Mineral
- Mudah dicerna
- Porsi kecil tapi sering

5. PENYAKIT MENULAR

- Hindari makanan yang menimbulkan gas (kol, lobak, ubi, durian,


kedondong, nanas, nangka, tape ).

136

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE
Kebutuhan Zat Gizi
a. Dewasa
- Energi: diberikan 30-35 kkal/kgBB/hari secara bertahap sesuai
kondisi pasien
- Protein: diberikan 1,5-2 g/kg/BB
- Lemak: diberikan 20-25% dari total energi. Tetapi bila CO2
meningkat, maka diberikan lemak yang tinggi sampai 45% dari
total energi
- Karbohidrat: dianjurkan 60-70% dari total energi. Namun jika CO2
meningkat, dapat diberikan karbohidrat yang rendah sebanyak
40-50% dari total energi
- Vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup (Vitamin A, C, D,
B6, zink dan Fe)
- Cairan secukupnya, minimal 2 liter
- Selain itu dalam melakukan proses perhitungan kebutuhan
zat gizi terutama energi petugas gizi sebaiknya menggunakan
formula yang memperhitungkan faktor koreksi stres dan koreksi
status gizi, karena biasanya secara nyata kondisi penderita TBC
sangat individualistik.
b. Anak
Dalam melakukan estimasi kebutuhan gizi pada anak yang
menderita TBC perlu diperhitungkan pula faktor stress dan koreksi
status gizi, jadi tidak sekedar estimasi tinggi secara umum apalagi
hanya berpedoman pada kecukupan zat gizi belaka.

137

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS


Energi

Energi
Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak
Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak
BB 7-10 kg
Setiap 10 kg
pertama : 100
Kal/kg BB

Protein
Protein

Lemak
Lemak

Karbohidrat

Karbohidrat

BB 10-20 kg

BB 20-33 kg

10 kg pertama :
100 Kal/kg BB

10 kg pertama :
100 Kal/kg BB

10 kg kedua :
50 Kal/kg BB

10 kg kedua : 50
Kal/kg BB
Selebihnya : 20
Kal/kg BB

: diberikan 10-15% dari total energi


: diberikan 10-15% dari total energi
: diberikan 20-25% dari total energi
: diberikan60-70%
20-25%dari
dari total
total energi
: diberikan
energi

: diberikan 60-70% dari total energi

5. PENYAKIT MENULAR

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dilakukan melalui pengukuran BB setiap
Monitoring dan Evaluasi
minggu
- Indikator
Monitoring dilakukan
melalui pengukuran
BB setiap
minggu
keberhasilan
pengobatan
TB
adalah
- peningkatan
Indikator keberhasilan
pengobatan TB adalah peningkatan BB
BB
BinaGizi
Gizi
Masyarakat,
Depkes
(Direktorat
(Direktorat Bina
Masyarakat,
Depkes
RI) RI)
HIV
dan
3. HIV
danAIDS
AIDS
Paket
asuhan
Paket asuhangizi
gizi
Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dilakukan
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Pengkajian gizi
a. Pengkajiandiet
gizi { riwayat gizi ) : untuk mengetahui pola
Anamnesis
- Anamnesis
diet (riwayat
) : untukpantangan
mengetahui makanan,
pola makan,
makan,
kebiasaan
makan,giziadanya
makan,
adanya pantangan
alergi
makanan,
alergikebiasaan
makanan,
intoleransi
makanan,makanan,
keamanan
makanan
keamananobat
makanan
minuman,
efek
dan intoleransi
minuman,makanan,
efek samping
ARV,dan
masalah
yang
samping obatnafsu
ARV, makan
masalah (yang
mempengaruhi
nafsumual,
makan
mempengaruhi
masalah
mengunyah,
( masalah
mengunyah,
mual,panas
muntah,
konstipasi,
diare, rasa
muntah,
konstipasi,
diare, rasa
di dada),
penggunaan
panas divitamin,
dada), penggunaan
suplemen
vitamin, mineral,
suplemen
mineral, herbal,
konsumsi
alkohol herbal,
dan
konsumsi alkohol dan kafein.
kafein.

138

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

135

HIV DAN AIDS


- Riwayat personal meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga,
sosial ekonomi, kebiasaan merokok
- Pengukuran antropometri mencakup BB, TB/PB, IMT dan LiLA.
- Pemeriksaan klinis/fisik : tanda dan gejala kurang gizi ( sesuai
stadium HIV dan AIDS ); kehilangan massa lemak, massa otot,
kekurangan cairan dan zat gizi mikro
- Pemeriksaan laboratorium :
1). CD4+, Viral load, C-reactive Protein, Fibronectin
2). Pemeriksaan kadar Hemoglobin, hematokrit untuk mengetahui
apakah ODHA menderita anemia
3). Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada ODHA
dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah
terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin
4). Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida,
enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium, dan apabila
memungkinkan juga diperiksa asam folat, vitamin B12 dan
vitamin A. Tujuan pemeriksaan hal tersebut, untuk mengetahui
profil lipid, fungsi hati, kekurangan vitamin dan mineral dalam
tubuh. Kadar serum feritin akan meningkat pada fase akut
infeksi HIV
b. Penentuan Masalah Gizi
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya :
- Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat
- Kehilangan berat badan
- Efek samping obat-obatan, misalnya ARV
- Kurangnya pengetahuan tentang gizi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

139

5. PENYAKIT MENULAR

Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan keadaan klinis ODHA

HIV DAN AIDS


c. Intervensi Gizi
Pada ODHA yang memperoleh obat Anti Retro Viral - Opportunistic
Infection (ARV-OI) perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi
pencernaan seperti mual, muntah, diare, karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizinya
1) Stadium I : kebutuhan gizi mengikuti gizi seimbang
2) Stadium II : kebutuhan energi meningkat 10% dari kebutuhan
normal; Stadium III dan IV meningkat 20 30 % dari kebutuhan
normal
d. Konseling Gizi
Konseling gizi diberikan kepada ODHA, keluarga, pendamping
ODHA dan masyarakat lingkungannya. Konseling mencakup
penyuluhan tentang HIV dan AIDS dan pengaruh infeksi HIV
terhadap status gizi. Konseling juga meliputi asuhan gizi, terapi gizi
medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan
setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan
dan minuman, serta aspek psikologi dan efek samping dari ARV-OI
yang mempengaruhi nafsu makan
Asuhan Gizi pada ODHA (Penyakit HIV dan AIDS)
a. Tujuan Umum
Memberikan Intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV
b. Tujuan Khusus :
a) Tercapainya berat badan normal

5. PENYAKIT MENULAR

b) Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah


c)
Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk
memilihmakanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
d) Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
e) Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat .
140

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS


c. Prinsip Diet
Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) diberikan bertahap secara
oral, kaya vitamin dan mineral, serta cukup air.
d. Syarat Diet HIV dan AIDS ( Penuntun Diet)
1) Energi Tinggi. Pada perhitungan kebutuhan, diperhatikan
faktor stres, aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh.
Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan
suhu 1 C
2) Protein Tinggi, yaitu 1,1 1,5 g / kg BB untuk memelihara
dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian
protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati
3) Lemak cukup, yaitu 10 25% dari kebutuhan energi total.
Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila
ada malabsorbsi lemak digunakan lemak dengan ikatan
rantai sedang ( Medium Chain Trygliseride / MCT ). Minyak
ikan ( asam lemak omega 3 ) diberikan bersama minyak MCT
dapat memperbaiki fungsi kekebalan
4) Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 kali ( 150% ) Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan ( AKG ) , terutama vitamin
A,B6, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan
selenium. Bila perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa
suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat
menekan kekebalan tubuh.
5) Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna
6) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien
dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus
hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang
sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick
fluid), semi kental ( semi thick fluid ), dan cair ( thin fluid )

8) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan


pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

141

5. PENYAKIT MENULAR

7) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare


perlu diganti ( natrium, kalium, dan klorida )

HIV DAN AIDS


perorangan, dengan melihat kondisi dan Toleransi pasien.
Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka
dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde
sebagai makanan utama atau makanan selingan
9) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
10) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia
11) Bila ODHA mendapatkan obat ARV , pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat dimana ada obat
yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung
harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan
makanan
12) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit penyerta ( TB,
diare, sarkoma, oral kandidiasis )
e. Saran Untuk Meningkatkan Energi
1) Gunakan lemak MCT ( minyak kelapa), mentega dan margarin
2) Sediakan makanan kecil tinggi protein : kacang-kacangan, es
krim, yogurt
3) Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi energi: krim sup,
sereal panas, ikan goreng tepung
4) Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/minuman
manis, agar-agar disajikan sebagai makanan penutup
5) Makan secara perlahan dan nikmati secara santai

5. PENYAKIT MENULAR

f. Keamanan Makanan
- Hindari konsumsi bahan makanan mentah ( misalnya lalapan,
salad, telur matang, daging panggang matang )
- Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah
saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak
mengkontaminasi bahan makanan lain
142

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS


- Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
- Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
- Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
- Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan
makanan
- Hindari makanan yang sudah berjamur/basi
- Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
- Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/
mineral
- Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak
mencapai titik didih ( 100 0C )
- Menggunakan air panas dan sabur untuk membersihkan alat
dapur
- Lebih baik mengkonsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena
lebih terjamin keamanannya .
Asuhan gizi pada ibu hamil dan menyusui dengan HIV
Pada ODHA hamil, syarat diet sama dengan pada dewasa, hanya
ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan
multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan
yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak
boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.

143

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan


multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan
yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak
HIV DAN
AIDS
boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.

Tabel . 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama

Tabel . 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama


Kehamilandan
danMenyusui.
Menyusui.
Kehamilan
1

Menyusui

HIV Negatif gizi baik

Trimester

+0%

+ 10 %

+ 25 %

+ 25 %

HIV Positif gizi baik

+ 10 %

+ 20 %

+ 35 %

+ 35 %

+3040 %

+40-50%

+55-65%

+55-65%

+ 35%

+ 35%

+ 40%

+ 40%

HIV Positif, gizi baik,


dengan
penyakit
oportunistik
HIV Positif, gizi
kurang atau pada
remaja

Sumber: :Pedoman
PedomanTatalaksana
TatalaksanaGizi
Gizi
Bagi
ODHA,
2010
Sumber
Bagi
ODHA,
2010

Kebutuhan energi
energi untuk
untukibu
ibuhamil,
hamil,HIV
HIVnegatif,
negatif,berat
beratbadan
badan
normal
Kebutuhan
normal
pada trimester
trimester pertama
250
pada
pertama kenaikan
kenaikanminimal,
minimal,trimester
trimesterdua
duakenaikan
kenaikan
kkal kkal
dan trimester
tiga naik
Penambahan
energi energi
ini dapat
250
dan trimester
tiga 500
naikkkal/hari.
500 kkal/hari.
Penambahan
menaikkan
berat badanberat
ibu yang
sesuai
mendapatkan
ini
dapat menaikkan
badan
ibu dan
yangjanin
sesuai
dan janingizi
mendapatkan
gizi yang
cukup
untuk tumbuh normal.
yang cukup untuk
tumbuh
normal.
Kebutuhan energi saat menyusui diperkirakan 500 kkal per hari.
Kebutuhanenergi
energiyang
saatseimbang
menyusui
diperkirakan
500
kkalmenjaga
per hari.
Konsumsi
selama
menyusui
dapat
status
gizi energi
ibu. Panduan
WHO menyebutkan
bahwa dapat
bayi dari
ibu
Konsumsi
yang seimbang
selama menyusui
menjaga
HIV
positif
diberikan ASI
sampai bahwa
usia 6 bulan.
Hal-ibu
status
gizi tetap
ibu. Panduan
WHOeksklusif
menyebutkan
bayi dari
hal
yang diberikan
harus diperhatikan,
terkait
dengan
ASI
HIVpenting
positif tetap
ASI eksklusif
sampai
usiapemberian
6 bulan. Hal-hal
pada
ibuyang
ODHA
:
penting
harus
diperhatikan, terkait dengan pemberian ASI pada
ibu ODHA :

5. PENYAKIT MENULAR

141
a. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi
ARV , dianjurkan memberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan ASI,susu formula
yang dipilih harus memenuhi persyaratan AFASS ( Acceptable,
Feasible, Affordable, Sustainable, Safe )

b. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran


(mixed feeding) bagi bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan
dengan susu formula dan makanan minuman lainnya , lalu
menghentikan pemberian ASI setelah beberapa bulan.
c. Dianjurkan untuk memanaskan ASI ( minimal 660 C ) untuk
mematikan virus HIV
144

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS


d. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif atau
memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI
Beberapa hal penting yang harus disampaikan kepada ibu dan
keluarganya :
a) Pemberian ASI yang tidak eksklusif ( ASI bersama dengan susu
atau makanan lain ) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi
b) Ibu dan keluarga harus diberikan KIE ( Komunikasi, Informasi dan
Edukasi ) mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan
makanan
c) Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan
makanan
d) Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai
mendidih sebelum menggunakannya
e) Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman dalam
mempersiapkan makanan
f) Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak. Jika
akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan
dipanaskan kembali jika akan disajikan
g) Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang tertutup
Asuhan Gizi pada Bayi ( 0 6 bulan )

Cara yang dapat digunakan untuk memperkecil risiko transmisi melalui


ASI, yaitu :
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

145

5. PENYAKIT MENULAR

Makanan terbaik untuk bayi 0-6 bulan adalah ASI. Oleh karena itu,
bayi yang lahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan
pendampingan dan konseling mengenai pemilihan cara pemberian
makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai resiko dan manfaat
masing-masing pilihan tersebut. Apabila ibu memutuskan untuk tetap
menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 6 bulan.
Artinya hanya diberikan ASI saja, bukan mixed feeding ( ASI dan susu
formula bergantian).

HIV DAN AIDS


a. Memberikan ASI eksklusif dengan early cessation
b. Memanaskan ASI perah pada suhu minimal 660 C.
Kepada ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan gizi yang
adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal. Bagi ibu
dengan HIV positif yang memilih untuk tidak memberikan ASI dapat
memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS.
Rekomendasi WHO:
- Pemberian ASI untuk bayi dari ibu HIV Positif
- Pemberian formula, apabila ibu memenuhi kriteria AFASS
(Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe).
1. Acceptable (mudah diterima) :
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi
2. Feasible (mudah dilakukan) :
ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan keterampilan
yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi
3. Affordable (terjangkau) : ibu dan keluarga mampu membeli
susu formula
4. Sustainable (berkelanjutan) :

5. PENYAKIT MENULAR

susu formula harus diberikan setiap hari selama usia bayi, dan
diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu
formula tersebut dijamin keberadaannya
5. Safe (aman penggunaannya) : susu formula harus disimpan
secara benar,higienis dengan kadar gizi yang cukup, disuapkan
dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak
berdampak terhadap peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya. Apabila satu syaratnya
tidak terpenuhi, maka menyusui secara eksklusif adalah suatu
solusi.
146

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS


Asuhan Gizi pada Anak usia 6 24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi. Oleh karena itu makanan padat
harus segera diberikan pada waktu bayi berusia 6 bulan. Makanan
padat dapat diberikan paling awal sejak bayi berusia 4 bulan apabila
telah terdapat tanda-tanda gagal tumbuh atau ibu dengan HIV Positif
memutuskan untuk tidak memberikan ASI nya lagi.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi
semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu
paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada
usia 12 24 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan perharinya.
Pada usia di atas 24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan
makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan
memperhatikan kebersihan.
Pendekatan tata laksana gizi pada anak yang belum dan sudah
menampakkan manifestasi klinis kurang gizi berbeda. Pada anak yang
sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan
dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus
meliputi :
1) Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kembang optimal dapat tercapai
2) Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan
3) Selalu mencoba pemberian makanan per oral terlebih dahulu
4) Selalu mencuci buah dan sayuran dengan air hangat; kupas kulitnya
jika memungkinkan, dan masak hingga matang sebelum disajikan
5) Meningkatkan densitas kalori dengan menambahkan jenis bahan
yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
7) Melakukan pemantauan rutin tiap 2 4 minggu

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

147

5. PENYAKIT MENULAR

6) Obati penyakit penyerta

HIV DAN AIDS


g. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi ODHA
1) Berbagai jenis bahan makanan yang banyak didapatkan di
Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran
dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan
gizi pada ODHA
2) Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12
untuk mencukupi kebutuhan ODHA dan mengandung bakterisida
yang dapat mengobati dan mencegah diare
3) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang
mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan
energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel
4) Wortel mengandung beta karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh sebagai bahan pembentuk
CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta karoten
berfungsi sebagai anti radikal bebas. Seperti diketahui akibat dari
perusakan sel-sel oleh HIV, maka tubuh menghasilkan radikal
bebas
5) Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se, yang berfungsi untuk
mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk
pembentukan CD4

5. PENYAKIT MENULAR

6) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin


neutropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
7) Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi
sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk
asam lemak tak jenuh rantai tunggal (mono unsaturated fatty acid
= MUFA) berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan
LDL. Di samping itu, juga mengandung glutathion tinggi untuk
menghambat replikasi HIV.
8) Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin
9) Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
148

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS


10) Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik
dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram air panas
11) Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya.
Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA ( HIV
bagi ODHA ( HIV dan AIDS )
dan AIDS )
Dianjurkan

Tidak Dianjurkan

Sumber
karbohidrat

Semua
bahan
makanan kecuali yang
menimbulkan gas

Bahan makanan yang


menimbulkan gas seperti
ubi jalar

Sumber Protein
hewani

Susu, telur, daging,


dan
ayam
tidak
berlemak, ikan

Daging
dan
ayam
berlemak, kulit ayam

Sumber Protein
Nabati

Tempe,
tahu,
kacang hijau

Kacang merah

Sumber lemak

Minyak,
margarin,
santan, dan kelapa
dalam jumlah terbatas

Semua makanan yang


mengandung lemak tinggi
( digoreng, bersantan
kental )

Sayuran yang tidak


menimbulkan
gas
seperti labu kuning,
wortel,
bayam,
kangkung,
buncis,
kacang panjang, dan
tomat

Sayuran
yang
menimbulkan gas seperti
kol, sawi, dan ketimun

Buah-buahan

Pepaya, pisang, jeruk,


apel, dsb

Buah-buahan
yang
menimbulkan gas, seperti
nangka dan durian

Bumbu

Bumbu
yang
tidak
merangsang,
seperti
bawang
merah,
bawang putih, daun
salam, ketumbar, laos,
kecap

Bumbu yang merangsang


seperti cabe, lada, asam,
cuka, dan jahe

Minuman

Sirup, teh, dan kopi

Minuman bersoda dan


mengandung alkohol

Sayuran

dan

Sumber : Penuntun Diet, 2004


Sumber : Penuntun Diet, 2004
Buku Saku
147ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

149

5. PENYAKIT MENULAR

Bahan Makanan

HIV DAN AIDS


h. Monitoring dan Evaluasi
a) Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidaknya asupan gizi
ODHA
b) Berat Badan dan LLA
c) Data Laboratorium

5. PENYAKIT MENULAR

d) Masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi dan merupakan tanda
atau gejala dari problem gizi yang sedang terjadi dalam proses asuhan
gizi.

150

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DEMAM TIFOID (TYPHOID)


4. Demam Tifoid (Typhoid)
a. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C.. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer,
1998 ).
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk
melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran
pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai
di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak
dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
b. Gejala
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran
klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis
besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ;
1) Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2) Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
3) Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang
biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan
biasanya keluar lagi lewat mulut.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

151

5. PENYAKIT MENULAR

4) Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna


menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi
diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
buang air besar). Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang
tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing, dan sakit perut. Terjadinya
pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

DEMAM TIFOID (TYPHOID)


5) Pingsan, tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan
nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan
kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran. Pemeriksaan
Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap
kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau
menunjukkan kenaikan progresif.
c. Penatalaksanaan
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Perawatan
Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus.
a) Mobilisasi sesuai kondisi.
2) Diet
a) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula lunak kemudian makanan biasa)
b) Makanan mengandung cukup cairan, cukup energi, dan tinggi
protein
c) Tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan banyak gas
3) Obat
a) Antibiotik

5. PENYAKIT MENULAR

b) Obat Simpstomatik

152

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DEMAM TIFOID (TYPHOID)


Tata Laksana Gizi Pada Demam
1. Infeksi : Proses masuk dan berkembangnya M.O (mikroorganisme)
patogen ke dalam tubuh yang mengakibatkan radang.
2. Bila Tubuh terinfeksi : maka bisa timbul dehidrasi, asidosis, sehingga
suhu tubuh meningkat di atas normal yang disebut demam/febris.
3. Batasan demam : > 370C dlm kondisi istirahat dan 37.50C dalam
kondisi aktifitas sedang.
4. Demam/febris terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam tubuh
yang telah terangsang oleh pirogen eksogen yang berasal dari
mikroorganisme atau reaksi imunologik.
5. Pirogen : merupakan suatu protein identik dengan interleukin-1 dalam
hipotalamus. Zat ini merangsang pelepasan asam arachidonat yg
meningkatkan prostaglandin E2 yang menimbulkan piroksia.
7.
Demam juga berasal dari vasokontriksi perifer sehingga terjadi
dissipation (pengeluaran panas menurun) timbullah demam.
- Demam/peningkatan suhu tubuh juga dapat terjadi karena me
-ningkatnya aktifitas metabolisme.
a. Gizi pada Infeksi :
a. Peranan gizi dalam melindungi tubuh dari infeksi
b. Peranan gizi dalam mengatasi sifat infeksi
c. Pengaruh penyakit infeksi terhadap gizi dan keadaan gizi selanjutnya.
Perlindungan tubuh terhadap infeksi :
- Kulit dan lapisan mukosa
- Leukosyt dan retikuloendotel
- Reaksi rangsang : dengan menimbulkan demam

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

153

5. PENYAKIT MENULAR

- Antibody

DEMAM TIFOID (TYPHOID)


Pengaruh Demam terhadap Gizi :
a. Metabolisme naik, setiap kenaikan 10C di atas normal maka terjadi
kenaikan kebutuhan energi basal sekitar 13%, sehingga kebutuhan
cairan dan energi meningkat pula.
b. Penurunan cadangan gizi (glikogen dan adiposa)
c. Peningkatan pemecahan protein
d. Peningkatan kehilangan cairan : keringat, pernafasan
e. Ekskresi Na dan K meningkat
f. Gangguan pencernaan ; mual, muntah atau diare
b. Indikator yang Perlu Diamati pada Keadaan Demam
1). Data Klinis : luka radang dan sejenisnya, Gangguan pencernaan :
mual, muntah & diare, gangguan kesadaran dll.
2). Data Antropometri :
- Berat badan menurun akibat peningkatan metabolisme sehingga
lemak dan protein otot dipecah.
- Mata cekung dan kulit kurang elastis karena dehidrasi.
3). Faktor pengaruh konsumsi :
- Metabolisme meningkat
- Gangguan pencernaan : mual, muntah dan diare
4). Data laboratorium :
- LED meningkat
- Leukositosis

5. PENYAKIT MENULAR

c. Prinsip-Prinsip Pengaturan Diet pada Demam


1). Energi diberikan lebih tinggi karena kenaikan energi basal
2). Protein diberikan tinggi karena karena terdapat peningkatan
pemecahan protein dan peningkatan kebutuhan system imun akibat
peradangan seperti : leukosyt dan sebagainya
154

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


3). Cairan diberikan tinggi karena banyak kehilangan cairan melalui
pernafasan, muntah, diare, keringat dan kebutuhan untuk untuk
menstabilkan suhu tubuh
4). Elektrolit (mineral) terutama Na dan K diberikan tinggi untuk koreksi
keseimbangan akibat demam.
5). Bentuk makanan sebaiknya diberikan minimal lunak dan berlaku
syarat-syarat pengolahan menurut konsistensi lunak serta pemilihan
bahan makanan menurut syarat bentuk makanan lunak.
6). Pada kondisi demam diberikan makanan dalam bentuk olahan
menggunakan cairan lebih banyak (berkuah) atau banyak
menggunakan olahan buah dalam bentuk disetup atau dibuat jus
/dibuat sari buah.
7). Peningkatan kebutuhan vitamin untuk proses optimalisasi energi
terutama vitamin B komplek.
8). Sebaiknya lemak dikurangi terutama sumber bahan makanan yang
mengandung lemak pro imflamasi yaitu ; asam lemak omega 6: minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, margarine, mentega dan sebagainya.

B. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular


1. Tata Laksana Diet pada Diabetes Mellitus (DM)
a. Definisi
- DIABETES MELITUS (DM) ; penyakit menahun yang ditandai
peningkatan kadar glukosa darah.
- DM : suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

155

5. PENYAKIT MENULAR

- Diabetes Melitus : penyakit metabolik yang biasanya herediter, dengan


tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif ; gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat
yang disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


b. Klasifikasi Diabetes mellitus
Klasifikasi DM menurut PERKENI sesuai Anjuran klasifikasi ADA
(1997);
1. DM tipe I ; destruksi sel menjurus ke defisiensi insulin absolut ;
(autoimun, idiopati).
2. DM tipe 2 : bervariasi terutama : dominan RI relatif disertai def. insulin
relatif s/d terutama defek sekresi insulin disertai RI.
3. DM tipe Lain :
- Defek genetik fungsi sel (MODY/Maturity Onset Diabetes of the
Young 1, 2, 3., DNA mitokondria)
- Defek genetik Kerja insulin
-
Penyakit eksokrin Pangkreas : pangkreatitis,
pangkreatektomi, pangkreatopati fibrokalkulus

Tumor/

- Endokrinopati : Akromegali, sindrom cushing, feokromositoma,


hipertiroidisme
- Karena Obat/zat kimia : vacor, Pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilatin, interferon alfa dll.
- Infeksi : Rubella kongenental, cytomegalo virus (CMV)
- Sebab Imonologi yang jarang ; antibodi anti insulin
- Sindrom genetik lain yg berkaitan dengan DM ; Sindrom down,
Sindrom klenefelter, sindrom turner, dll.
4. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

5. PENYAKIT MENULAR

c. Patofisiologi Diabetes Mellitus Type I


- Defisiensi insulin terjadi karena reaksi autoimune karena : radang sel
insulitis, sehingga timbul antibodi ICA (Islet Cell Antibody) : reaksi antigen
antibodi sel beta dengan ICA ( sel mengalami infiltrasi karena diaktifkan
T Lymphosyt ).
- Penyebab : misalnya Virus ; cocksakie, rubella, cmV, herpes dan lain-lain
, sehingga ditemukan histocomtability A (HLA DR3, DR4, ).
- Angka kejadian ; biasanya 10 -20% .
156

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Acute

Honeymoon
Stress acut yg mendorong sekresi epinefrin, terjadi
penurunan insulin & menimbulkan gejala klinik

Ketoacidocis
12

14

13

Tahun : timbulnya kerusakan sel

Bagan 8. Mekanisme terjadinya Diabetes mellitus type I


Kelainan metabolisme pada penderita Diabetes Mellitus Type I
adalah Kelainan yang muncul pada DM tipe I yg tidak terkontrol :
HYPERGLIKEMIA DAN KETOASIDOSIS
INSULIN GLUKAGON

Breakdown
of tissue
protein

Gluconeogenesis
Glucose uptake by tissues

lipolysis

Glicogenolisis

Glucose uptake
by tissues

Free fatty Acid in


plasma
Hepatic Out put of
keton bodies

Hyperglycemia
Ketoacidosis

Bagan 9. Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

157

5. PENYAKIT MENULAR

155

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


d. Patofisiologi Diabetes Melitus Type II
- Diabetes Mellitus Tidak tergantung Insulin ( DMTTI ) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM ) adalah penyakit metabolik
kronis yang secara esensi mempunyai dua kelainan dasar yaitu
resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas.
- Sekresi insulin cukup , tapi ada keterlambatan , sehingga glukosa
sudah masuk tetapi insulin belum memadai
- Sel reseptor di jaringn perifer kurang (20.000-30.000) , obesitas <
20.000
- Jumlah reseptor cukup tapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulin
tidak efektif.
- Terdapat kelainan pasca reseptor : glikolisis terganggu.
- Kelainan campuran.
Gangguan metabolisme yang terjadi pada DM tipe 2 lebih ringan dari
DM tipe 1 (IDDM), gangguan ini disebabkan oleh kombinasi 2 faktor :
- Dysfungsional sel beta pangkreas
- Resistensi Insulin
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe II karena faktor-faktor :
- Obesitas (sentral) /apple shape
- Diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat
- Kurang gerak badan (Sedentary life Style)

5. PENYAKIT MENULAR

- Herediter
- Mekanisme patofisiologi yang mendasari RI belum diketahui secara
jelas. Tetapi defek seluler/molekuler yang diduga sebagai penyebab
RI adalah disfungsi reseptor insulin, abberant receptor signaling
pathway, dan abnormalitas transport dan metabolisme glukosa.

158

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

- Defek ambilan dan penggunaan glukosa yang dimediasi insulin akan


menurunkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen di otot dan hati.
Hal ini bisa timbul sebagian oleh karena komponen genetik.
- Beberapa abnormalitas genetik berkaitan dengan GLUT-4 dan
hiperglikemia kronik dapat menyebabkan gangguan ambilan glukosa
di otot melalui down regulation GLUT-4. Defek genetik yang lain dapat
terjadi pada tingkat penyandian reseptor insulin melalui apa yang disebut
Insulin Reseptor Substrate (IRS) Pathway.
- DM tipe 2 adalah bentuk umum penyakit diabetes. Sekitar 80%
dari populasi penderita diabetes mellitus di USA. Khas DM tipe 2
ini, perkembangannya tidak didahului oleh suatu gejala yang khas
sebelumnya.
- Pada akhirnya DM tipe II menjadi seperti DM Tipe I dimana akan
tergantung pada Insulin setelah sel beta pangkreas mengalami kelelahan
memproduki insulin.
- Selain itu ada satu mekanisme yang penting, namun tidak secara
langsung menyebabkan RI yaitu peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB)
dalam sirkulasi. Lipolisis dan metabolisme asam lemak mengalami
gangguan pada DM tipe 2 dan keadaan RI lainnya.
Pemahaman sedikit tentang patofisiologi ini pada ahli gizi Puskesmas menjadi
sangat penting agar mudah menganalisa berbagai problem gizi yang mungkin
terjadi pada diabetes mellitus sehingga memudahkan dalam menegakkan
diagnosa gizi maupun intervensinya.

159

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

e. Faktor Resiko Diabetes Mellitus


- Usia dewasa lebih dari 45 tahun
- Status Gizi lebih atau obesitas ; BB > 120% BB ideal atau IMT > 27
- Tekanan darah > 140/90 mmHg
- Riwayat keluarga ada yang menderita DM
- Riwayat kehamilan melahirkan bayi dengan BB lahir lebih dari 4000
g dan atau riwayat DM pada kehamilan
- Dislipidemia dimana kadar HDL < 35 mg/dl dan atau
250 mg/dl

trigliserida >

- Riwayat gangguan gula pernah mengalami TGT () atau GDPT


(..) darah
f. Diagnosa Diabetes Mellitus
Diagnosis DM ditegakkan bila ada keluhan khas DM berupa :
- Poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya
- Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/
dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.

5. PENYAKIT MENULAR

- Cara lain untuk menegakkan diagnosis DM adalah bila tidak ada


gejala khas, pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP) 126 mg/dl
atau Gula darah Sewaktu (GDS) 200 mg/dl yang dilakukan dua
kali pada waktu yang berbeda (jam/hari ) atau GD2JPP / Gula
Darah 2 Jam Pasca Pembebanan dengan Test Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) 200 mg/dl. ( PERKENI, 2003 )
-
Untuk kemudahan, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI, 2003) hanya menganjurkan pemeriksaan kadar glukosa
darah pada jam ke 2 saja. Alasan untuk kemudahan ini disarankan
oleh American Diabetes Association (ADA), yang bahkan juga
memakai hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mg/
dl untuk kriteria diagnosis.

160

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


g. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Gejala awal :
- Banyak Makan (Polyphagia)
- Banyak Minum (Polydipsi)
- Banyak Kencing (Polyuri)
Dilanjutkan dengan
- Polyneuritis (Gangguan Syaraf)
Gejala Kronik :
- Nafsu makan menurun
- Banyak minum & kencing
- Mudah capek/ mengantuk
- BB turun 5 - 10 Kg/2 - 4 minggu.
- Rasa mual bila berlanjut tidak sadarkan diri
- Kesemutan, Rasa tebal di kulit terutama kaki
- Kulit rasa panas, kram
- Mata kabur
- Gatal sekitar kemaluan (wanita).
- Gigi mudah goyah dan lepas
- Kemampuan sexual menurun (impoten)
- Ibu hamil sering keguguran/bayi lahir mati.
h. Penyulit/Komplikasi Diabetes Mellitus
Akut :
- Hyperglikemia
- Ketoasidosis
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

161

5. PENYAKIT MENULAR

- Hypoglikemia

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


Kronis :
Makroangiopati :
- PJK
- Otak (stroke)
- Gangguan Pembuluh darah tepi.
Mikroangiopati :
- Retinopati
- Nefropati
Neuropati/gagal syaraf
Rentan infeksi : TBC, Ginggivitis, Infeksi saluran kencing.
Kaki diabetik (ganggren) merupakan akibat Gabungan.
i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1. Diet Diabetes
2. Obat Hipoglikemik (penurun gula) yaitu Oral Antidiabetik (OAD) dan
Insulin
3. Olah Raga
4. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
5. Cangkok Pangkreas
Asuhan bagi penyandang DM sesuai standar pelayanan dasar yang
diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh dan
terpadu meliputi : upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Asuhan bagi penderita DM di Puskesmas meliputi:

5. PENYAKIT MENULAR

- Edukasi
- Pengelolaan makanan pada DM tipe 2 dan type 1
- Aktifitas fisik
- Manajemen obat
- Sistem rujukan
162

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


k. Prinsip-Prinsip Pengaturan Makan pada Diabetes Mellitus
1.
Jumlah makanan yang dianjurkan adalah seimbang, dengan
komposisi kalori dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak
20-25%
Prinsip :
- anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada
umumnya
- tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan
kalori (tidak berlebih)
- menu sama dengan menu keluarga
- teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan
2. Mencapai BB ideal, yang dihitung dengan cara :

BBI = (TB-100)-10% (TB-100)
Catatan : bagi wanita dengan TB < 150 cm dan pria < 160 cm, tidak
dikurangi lagi 10%.
Pengelompok status gizi :
- BB kurang : 90% BB Ideal
- BB normal : 90-110% BB Ideal
- BB lebih : 110-120% BB ideal
- Gemuk

: > 120% BB ideal

3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan status gizi


pasien
- IMT 18,5

= kurus

- IMT > 25,0

= gemuk

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

163

5. PENYAKIT MENULAR

- IMT 18,5-25,0 = normal

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


4. Tujuan Pengaturan Makan pada Penderita Diabetes Mellitus
- Menjaga gula darah dalam batas normal.
- Mencapai BB normal
- Menjaga Kadar Lemak darah dalam batas normal
- Menekan atau menunda timbulnya komplikasi DM
- Memperbaiki kesehatan umum pasien
5. Syarat Pengaturan Makanan Seimbang
Tepat komposisi/jumlah : Komposisi Makanan terdiri dari 3 x makan
utama dan 2-3 porsi makanan selingan sesuai kebutuhan zat gizi.
Tepat waktu : makan dengan selang waktu 3 jam sekali.
Tepat Jenis : ada bahan makanan :
1. Dianjurkan
2. Dibatasi
3. Bebas digunakan
4. Diperhitungkan
k. Paradigma Baru Diet Diabetes Mellitus
- Menganut konsep Makanan Seimbang.
- Diet memiliki makna makanan yang diatur ini tidak sama dengan
makanan yang ketat.
- Prinsip Tidak boleh makan enak sudah tidak berlaku seperti ;
- Tidak boleh makan nasi
- Harus makan kentang
5. PENYAKIT MENULAR

- Tidak boleh menyentuh gula dan sebagainya.


- Prinsip tepat komposisi/tepat jumlah :

164

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


a.
Makanan sehari-hari harus mendekati perhitungan kebutuhan
energi , ini menjadi kompetensi spesifik Ahli Gizi atau Petugas Gizi
Puskesmas
b. Kebutuhan energi Tiap penderita DM berbeda-beda, tergantung
pada :
- Berat badan dan tinggi badan (status Gizi)
- Jenis kelamin
- Umur
- Aktivitas fisik
- Kondisi kehamilan/laktasi
- Komplikasi (Faktor stress ; infeksi, trauma/operasi, kondisi
penyakit penyerta lainnya.
l. Perhitungan Kebutuhan Energi Penderita Diabetes Mellitus
1. Tentukan Status Gizi : dengan Rumus Brocca :
Berat badan Idaman = 90% (TB 100) x 1 kg
Catatan : bagi wanita dengan TB < 150 cm dan pria < 160 cm, tidak
dikurangi lagi 10%.
atau gunakan IMT;
Dimana Berat badan Idaman :
Pria

= TB (m)2 x 22.5 x 1 kg

Wanita

= TB (m)2 x 21 x 1 kg

2. Energi Basal : Pria = BBI x 30 kkal/Kg BB


Wanita = BBI x 25 kkal/Kg BB

165

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


3. Koreksi BMR dg faktor umur dg ketentuan :
> 40 tahun kurangi 5% utk tiap dekade sampai usia 59 tahun
60 69 tahun kurangi 10%
> 70 tahun kurangi 20%
4.Koreksi Aktivitas ; dengan ketentuan sbb ;
- Bedrest/istirahat = + 10%
- Ringan

= + 20%

- Sedang

= + 30%

- Berat

= + 40%

- Sangat Berat

= + 50%

5. Kehamilan dan Laktasi, pada kehamilan triwulan I ; + 150 kkal/hari,


Triwulan II & III + 350 kkal/hari, Masa laktasi + 550 kkal/hari
6. Adanya komplikasi dilakukan koreksi demam termasuk ganggren dan
stress sekitar 10 s/d 30%.

5. PENYAKIT MENULAR

7. Koreksi Status Gizi Jika terlalu kurus/terlalu gemuk

166

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

20 30 %

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


m. Pembagian
komposisi
dalam Makanan
m. Pembagian
komposisi
Energi Energi
dalam Makanan
Sehari Sehari

Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda

- Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda dengan


dengan pola makan seimbang orang normal Indonesia ;
pola makan seimbang orang normal Indonesia ;
Karbohidrat

- Karbohidrat

Protein
Lemak
- Protein

: 60 70 %

: 60 70 %
: 10 15 %
: 20 25 %
: 10 15 %

Pembagian komposisi: 20
energi
sehari :
- Lemak
25 makanan
%

- Pembagian komposisi energi makanan sehari :


20%

30%

25%

Makan
Utama Siang

Makan
Utama Pagi
Selingan
Pagi

5%

Makan Utama
Sore
Selingan
sore

Selingan
Malam

10%

10%

n. Prinsip Tepat Waktu Jadwal Makan

n. Prinsip
Tepat Waktu Jadwal Makan
Sebaiknya mengikuti pola kebiasaan setiap penderita DM,

- Sebaiknya
mengikuti
pola kebiasaan
penderita
DM, Hanya
Hanya saja
sebaiknya
mengikuti setiap
pola waktu
metabolisme
sajayang
sebaiknya
mengikuti
pola waktu
yang sehat yaitu
sehat yaitu
; interval
3 jam metabolisme
sekali.
; interval
3 jam
sekali.
Interval
ini mengikuti
beban metabolisme setelah makan
terhadap
kerja hormon
metabolisme
tubuh
orang
sehat
- Interval
ini mengikuti
bebandan
metabolisme
setelah
makan
terhadap
sehingga
kadar
gulasehat
darah.
kerja
hormonbisa
dan mengendalikan
metabolisme tubuh
orang
sehingga bisa
Fisiologi Profile
mengendalikan
kadarGula
gulaDarah,
darah. Insulin dan glucagon dalam

180 menit
makan
- Fisiologi
Profilesetelah
Gula Darah,
Insulin dan glucagon dalam 180 menit
setelah makan

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

167

5. PENYAKIT MENULAR

164

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Gambar 4. Profil Gula Darah , Insulin, dan Glukagon setelah Makan.

Gambar 4. Profil Gula Darah , Insulin, dan Glukagon setelah


SumberMakan.
: Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry,
Philadelphia.
SumberJB: Lippincot
ChampeCompany,
C. Pamela,
Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot Company, Philadelphia.

o. Prinsip Tepat Jenis

5. PENYAKIT MENULAR

o. Prinsip
Tepat Jenis
Dalam menyusun/memilih
bahan makanan sehari-hari pada penderita
menyusun/memilih
sehari-hari
tidak Dalam
dikenal bahan
makanan yang bahan
dilarang.makanan
Pada prinsipnya
jenis
pada
penderita
dikenal
bahan
makanan
yang hanya
dilarang.
bahan
makanan tidak
penderita
DM sama
dengan
orang sehat,
saja
Pada
prinsipnya
jenis
bahan
makanan
penderita
sama;
ada beberapa
jenis
bahan
makanan
yang perlu
dibatasi DM
; misalnya
dengan
oranggula
sehat,
hanyatermasuk
saja ada
beberapa
jenis bahan
penggunaan
sederhana
gula
pasir , sayuran
dengan
kandungan
energi
yang
tinggi, ;sumber
protein
yang mengandung
makanan
yang
perlu
dibatasi
misalnya
; penggunaan
gula
tinggi kolesterol,
sumber
lemak
yang
mengandung
asamkandungan
lemak jenuh,
sederhana
termasuk
gula
pasir
, sayuran
dengan
penggunaan
susu dsb.
Oleh karena
itu dalam
bahan makanan
energi
yang tinggi,
sumber
protein
yangmemilih
mengandung
tinggi
sebaiknya
digunakan
Daftar
Bahan
Makanan
Penukar.
Kholesterol, sumber lemak yang mengandung asam lemak
jenuh, penggunaan susu dsb. Oleh karena itu dalam memilih
bahan makanan sebaiknya digunakan Daftar Bahan Makanan
Penukar.

168

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

165

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)


Karbohidrat
- Komposisi Karbohidrat masih mengikuti pola makan seimbang pada
orang sehat yaitu ; 60 70 %.
- Pada Konsep diet DM sekarang lebih menekankan pada jumlah
Karbohidrat bukan pada jenisnya.
- Lebih banyak karbohidrat Komplek tetapi lebih sedikit/mengurangi
asupan karbohidrat sederhana
- Fruktosa dari buah dan madu ternyata masih lebih baik dibandingkan
karbohidrat komplek ; seperti; Nasi, Jagung, Mie dan kentang.
- Gula Pasir :
- Gula Pasir : terdiri dari dua unit molekul sederhana fruktosa dan
Glukosa.
- Bukti ilmiah belum menunjukkan bahwa gula pasir memperburuk
pengedalian gula darah penderita DM.
- PERKENI masih memperbolehkan penggunaan gula pasir sebesar
maksimal 5% dari kebutuhan energi sehari.
- Fruktosa :
- Fruktosa dari buah-buahan menaikkan kadar gula darah lebih
rendah dibandingkan gula pasir dan tepung-tepungan.
- Fruktosa dalam metabolisme sifatnya Non Insulin dependent Parsial
- Maksimum Dosisnya : 20% dari Total energi
- Pemanis Buatan (Sweetener)
- Pemanis berbahan fruktosa baik untuk penderita DM, hanya saja
tidak boleh lebih dari 20% kebutuhan energi, karena memiliki efek
merugikan berupa; kolesterol, LDL, uric acid dsb.
- Fruktosa dari buah alami sangat aman.

- Pemanis tidak bergizi ; Sakarin, aspartam, acesulfam K (batasi pada


penderita DM).
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

169

5. PENYAKIT MENULAR

- Sorbitol, manitol dan xylitol (gula alkohol) memiliki respon glikemik


rendah, sehingga aman pula badi penderita DM.

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


Protein
- Konsensus PERKENI menganjurkan kebutuhan protein pada penderita
DM adalah 10 15 % total kebutuhan energi.
- Asupan protein diturunkan jika terjadi nefropati ataupun tanda objektif
mikroalbunuria menjadi 0.8 g/Kg BB.
- Pada kegagalan Ginjal (nefropati diabetikum) pemberian protein
diberikan cukup atau tinggi sesuai Dialisis (Cuci darah) yang dilakukan.
- Pemberian Protein jika terjadi kegagalan ginjal bisa diberikan 0.5 0.7
g/kg BB. Pada kondisi dialysis irregular tetap diberikan 0.5 - 0.7 g/kg
BB. Jika dilakukan hemodialisis regular/teratur diberikan 1 - 1.2 g/kg
BB, sedangkan pada penderita dengan peritoneal dialysis diberikan
lebih tinggi 1.2 - 1.4 g/kg BB.
Lemak
- Anjuran konsumsi Lemak : 20 25 % dari total kebutuhan energi
- Konsumsi lemak sebaiknya tidak boleh melebihi 30% asupan energi.
- Asupan lemak penderita DM untuk mencegah atau menangani
dislipidemia : mengikuti aturan Step II dimana komposisi lemak
makanan sehari sebaiknya :
- Total Lemak 25%
- SFA (lemak Jenuh) < 7%
- MUFA (lemak tak jenuh Tunggal) < 10%
- PUFA (lemak tak jenuh ganda) < 10%
- Kholesterol < 250 mg/hari

5. PENYAKIT MENULAR

Serat
- Sayur-sayuran dan buah-buahan terutama golongan sayuran dan
buah tinggi serat karena dapat menurunkan kadar lipid/lemak darah
dan Gula darah (serat dianjurkan 20 -30 g/hari). 25 g/hari

170

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


- Serat larut air : pektin dan gum(Oat, cantel, kacang-kacangan, sayuran
, buah, tempe)
- Serat tidak larut air : sellulosa, lignin, hemisellulosa (bekatul, beras
merah, serealia, kacangan, buah-buahan, sayuran tua, oat, tempe).
Garam dalam hal ini Natrium (sodium)
- Orang sehat : 3000 mg/hari
- Penderita Diabetes Mellitus : 2400 mg/hari
- Pembatasan lebih ketat lagi jika diikuti kelebihan garam dalam tubuh,
seperti kondisi hipertensi, oedema dsb.
p. Tujuan Terapi diet
Tujuan dari terapi diet diabetes mellitus sebenarnya mengacu pada problem
gizi yang terjadi pada penderita Diabetes Mellitus tidak bisa dilakukan
generalisasi, karena prinsipnya setiap penderita memiliki diagnosa gizi
spesifik berdasarkan pada prinsip proses asuhan gizi (Nutrition Care
Process). Tetapi pada aspek manajemen terapi diet diabetes mellitus
secara umum tujuan terapi diet itu adalah : membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik, dengan cara :
- Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal

- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang


optimal
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

171

5. PENYAKIT MENULAR

- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan


insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama,
serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


q. Syarat Diet secara Umum
- Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan
kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25 - 30 kkal/kg BB
normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus,
misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang
(30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan
( masing-masing 10-15% )
- Kebutuhan Protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari
lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu
300 mg/hari
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu
60 70%
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula
murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam
jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol
LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai
pengaruh laksatif.

5. PENYAKIT MENULAR

- Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut


air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata
memenuhi kebutuhan serat sehari
-
Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang
sehat, yaitu 3000 mg/hari Na. Apabila mengalami hipertensi, asupan
garam harus dikurangi ( diet rendah garam ).
172

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


- Cukup Vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,
penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperlukan
- Diet Penyakit Diabetes Melitus dengan Nefropati :
- Tujuan :
(a) Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah
(b) Mencegah menurunnya fungsi ginjal
(c) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Syarat Diet :
(a) Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal
(b) Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8
g/kg BB. Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung
pada kondisi pasien. Sebanyak 65% protein berasal dari sumber
protein bernilai biologik tinggi
(c) Karbohidrat sedang, yaitu 55 60% dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan
lipida darah. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber
karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa
gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama
makanan utama dan bukan di antara waktu makan.
(d) Lemak normal, yaitu 20 25% dari kebutuhan energi total.
Utamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan
asam lemak jenuh hendaknya < 10% asupan energi total.
Kolesterol < 250 mg
(e) Natrium : 1000 3000 mg, tergantung pada tekanan darah,
adanya edema, dan ekskresi natrium

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

173

5. PENYAKIT MENULAR

(f) Kalium dibatasi hingga 40 70 mEq ( 1600 2800 mg ) atau 40


mg/kg BB, bila ada hiperkalemia ( GFR 10 ml/menit ) atau bila
jumlah urin < 1000 ml/hari

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR


(g) Fosfor tinggi : 8 12 mg/kg BB ( diperlukan obat pengikat fosfor )
(h) Kalsium tinggi : 1200 1600 mg ( diperlukan suplemen )
(i) Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen
vitamin B kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin C.
r. Prinsip Umum pengaturan diet
- Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditakar sampai mencapai diet
dan porsi yang sesuai
- Makan sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang
telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang
menggunakan insulin atau obat-obatan anti diabetes
- Untuk mendapatkan variasi menu, gunakan daftar bahan makanan
penukar (Lihat lampiran 13)
- Makanlah sayur-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat dalam
jumlah yang banyak
- Laksanakan diet secara disiplin untuk mencapai BB normal
- Pengaturan diet diatas harus disertai dengan pengaturan pola hidup
lainnya seperti latihan fisik, tidak merokok, tidak mengkonsumsi
alkohol dan penanggulangan stress .
- Pada waktu menggoreng, minyak jangan dibiarkan terlalu panas dan
jangan digunakan berulangkali.
- Bila penyakit disertai dengan hipertensi dan / oedema, menurut
beratnya penyakit, makanan diberikan diet hyperlipidemia rendah
garam.

5. PENYAKIT MENULAR

- Dianjurkan pengolahan bahan makanan dengan dipanggang atau


dibakar, direbus dan pengolahan tanpa menggunakan lemak jenuh.

174

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


Tata Laksana Diet pada Penderita Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
- Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai
pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui
arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh
ke titik terendah saat jantung mengisi darah kembali, atau disebut
juga tekanan arteri di antara denyut jantung.
- Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap
- Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih besar dari 90 mmHg
- Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
besar dari 90 mmHg.
- Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg
(NHLBI, 2006).
- Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah = 140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di
atas 18 tahun). Jika terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan
darah tersebut (atau dua-duanya, sistol dan diastol), sudah dapat
dikatakan terjadi hipertensi.
b. Penyebab Hipertensi
- Hipertensi Pirmer : tidak diketahui (90%)
- Hipertensi sekunder ; penyebab berkaitan dengan penyakit tertentu
(10%)

175

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


c. Subjek yang beresiko Menderita Hipertensi
Seseorang yang beresiko menderita hipertensi adalah ;
- Overweight/obesitas
- Laki-laki usia di atas usia 45 tahun
- Wanita usia di atas 55 tahun
- Memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi
- Mengalami pre hipertensi (hipertensi perbatasan) yaitu tekanan
darah 120 139/ 80 89 mmHg).
- Selain faktor-faktor tersebut di atas maka ada kondisi yang berpotensi
menimbulkan hipertensi pada seseorang sebagai berikut :
- Makan terlalu banyak garam dalam pola makan sehari-hari
- Minum alkohol
- Rendah kalium dalam pola makan sehari-hari
- Tidak cukup beraktifitas (sedentary life style)
- Sedang menjalani pengobatan tertentu (ada obat yang memicu
timbulnya hipertensi)
- Mengalami tekanan bathin berkepanjangan (stress)
- Merokok ( merokok menimbulkan peningkatan tekanan darah
temporer)
d. Komplikasi yang ditimbulkan Hipertensi

5. PENYAKIT MENULAR

Hipertensi bila tidak dikontrol dengan baik dapat berbahaya


dan menimbulkan bahaya dan berisiko menderita stroke atau CVA
(cerebro vascular accident), penyakit jantung dan pembuluh darah
dengan segala manifestasinya (misalnya miokard infark), gangguan
pada retina mata, gagal ginjal dan dapat berisiko sangat fatal.

176

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

(cerebro vascular accident), penyakit jantung dan pembuluh


darah dengan segala manifestasinya (misalnya miokard infark),
gangguan pada retina mata, gagal ginjal dan dapat berisiko
sangat fatal. TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

e. Klasifikasi Hipertensi

e. Klasifikasi Hipertensi
Tabel
Klasifikasihipertensi
hipertensi menurut
(1999)
Tabel
26.26.
Klasifikasi
menurutWHO/ISH
WHO/ISH
(1999)
Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

< 120

< 80

Normal
Normal tinggi
Hipertensi ringan
Hipertensi sedang

< 130
130 139
140 159
160 179

< 85
85 89
90 99
100 109

Hipertensi berat
Hipertensi Sangat
berat

180 209
> 210

110 119
> 120

Optimal

f. Tanda dan Gejala Hipertensi


- Hipertensi dikenal sebagai silent killer karena penderita
174 tetapi dalam beberapa tahun belum
sudah menderita hipertensi
merasakan gejala, penderita baru menyadari setelah beberapa
kali dilakukan pengukuran tekanan darah dan ternyata tekanan
darah tingginya menetap. Gejala umum yang biasa dirasakan
pada orang yang mengalami tekanan darah adalah: pusing,
mual dan muntah, sakit kepala biasanya di daerah tengkuk dan
berlangsung terus menerus, penglihatan kabur, cepat lelah, sesak
nafas dan susah beristirahat.
- Pada kebanyakan orang biasanya hipertensi tidak memperlihatkan
gejala-gejala. Gejala yang dimaksud di sini terutama berhubungan
dengan efek hipertensi pada beberapa organ tubuh seperti; otak,
mata, jantung dan ginjal

- Tidak minum kopi atau merokok 30 menit sebelum dilakukan


pemeriksaan
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

177

5. PENYAKIT MENULAR

- Pengukuran tekanan darah yang baik adalah; dilakukan dalam


posisi duduk atau tidur. Sebelum dilakukan pengukuran tekanan
darah perlu diperhatikan sebagai berikut ;

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


- Gunakan pakaian lengan pendek
- Kosongkan kantung kemih dengan buang air kecil, karena
penuhnya kantung kencing mempengaruhi tekanan darah.
- Duduk selama 5 menit sebelum pengukuran tekanan darah
(Pedoman , NHLBI, 2006).
g. Terapi Diet Pada Penderita Hipertensi
Prinsip terapi diet pada hipertensi :
- Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
- Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
- Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan
obat yang diberikan
1. Penurunan berat badan
Pemberian makanan yang adekuat/cukup seimbang dari
kebutuhan energi pada penderita hipertensi berfungsi untuk :

segi

- Menurunkan berat badan bila terjadi kelebihan berat badan atau


obesitas dengan pengurangan energi dalam susunan diet yang
aman.
- Menaikkan berat badan apabila terdapat status gizi kurang /
undernutrition.

5. PENYAKIT MENULAR

- Mempertahankan berat badan apabila penderita hipertensi


memiliki status gizi normal /eunutritional state
- Penurunan berat badan biasanya berdampak pula disertai
penurunan tekanan darah, saat ini strategi penurunan berat badan
lebih dioptimalkan pada pengaturan komposisi lemak tubuh.
Penurunan berat badan dari hasil riset sebesar 11.7 kg dapat
menurunkan tekanan darah sebesar 12.7 sampai dengan 20.7
mmHg.

178

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


2. Pembatasan Alkohol, rokok dan kafein.
- Orang-orang yang mengkonsumsi 3 .....atau lebih minuman
beralkohol per hari mempunyai tekanan darah yang meningkat .
- Kafein pada kopi menyebabkan vasokontriksi . Dengan berhenti
minum kopi aktivitas renin plasma dan norepinefrin akan menurun.
Merokok mengakibatkan vasokontriksi , dengan berhenti merokok
dapat menurunkan aktivitas syaraf simpatik dan kadar norepinefrin
akan turun.
3. Pembatasan Natrium (Na)
- Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang peka terhadap
garam (salt sensitive) dan ada yang resisten terhadap garam.
Penderita - penderita yang peka terhadap garam (Na) cenderung
menahan natrium , berat badan bertambah dan menimbulkan
hipertensi pada diet tinggi garam. Sebaliknya penderita resisten
garam tidak ada perubahan berat badan dan tekanan darah
pada diet rendah maupun tinggi garam, reaksi ini menunjukkan
mengapa beberapa orang respon dengan penurunan tekanan
darah sedangkan yang lain tidak respon.
- Dari penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600
2300 mg Na/hari setara dengan 70 100 meq Natrium
menurunkan rata-rata pada tekanan sistolik 9 sampai 15 mmHg
dan tekanan diastolik 7 sampai 16 mmHg. Pembatasan Garam
sekitar 2000 mg Natrium / hari dianjurkan pada penatalaksanaan
diet hipertensi secara umum.
- Pembatasan Natrium dalam aplikasi klinis dikenal 3 kategori
pembatasan sebagai berikut :

- 1 gram garam dapur = 393 mg Na.

- 1 mEq = 23 mg Na.

179

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


- Diet rendah garam :
- Rendah garam I = 9-13 mEq = 200-300 mg Na. (tanpa
penambahan garam dapur)
- Rendah garam II = 22-30 mEq = 500-700 mg Na ( + sdt garam
dapur = 1 g)
- Rendah garam III = 43-65 mEq = 1000-1500 mg Na ( + sdt
garam dapur = 2 g)
- Sumber Na dalam makanan adalah garam dapur, monosodium
glutamat (MSG), kecap, makanan yang diawet mengandung
senyawa Na (Na benzoat), terasi, Bubuk kaldu instan, sup instan,
Soda kue, aneka penyedap, krakers, biskuit, babat, Ragi, Corned
beef, Ham, Keju, Sosis, Keju kacang tanah, Kecap asin, Salad
dressing, margarin, mentega.
4. Protein
- Protein diberikan cukup yaitu 10% dari total kebutuhan energi atau
0.8 1 g/kg/hari. Pembatasan protein diberikan ketika ditemukan
ada tanda komplikasi pada organ ginjal , misalnya mulai ditemukan:
mikroalbuminurea atau sudah terjadi gagal ginjal.

5. PENYAKIT MENULAR

5. Lemak
- Lemak sebaiknya diberikan dalam jumlah adekuat antara 25
sampai 30% dari total kebutuhan energi. Tetapi jika ditemukan
hipertensi dengan atherosklerosis dan dislipidemia maka
penderita hipertensi harus menjalankan diet dislipidemia khusus
orang Indonesia (Asia) digunakan step 2 diet dislipidemia dengan
komposisi total lemak : 25% dari kebutuhan energi
SFA
: <7%
PUFA
: < 10%
MUFA
: < 10%
Karbohidrat
: 50-60%
Protein : 10-20%
Kolesterol : < 250 mg
180

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


- Penggunaan lemak tak jenuh (PUFA dan MUFA) pada penderita
hipertensi perlu hati-hati karena jika salah dalam pengolahan
menimbulkan efek yang lebih merugikan dibandingkan
penggunaan lemak jenuh, maka perlu diberikan nutrisi pelindung
lemak tak jenuh dengan diet tinggi antioksidan. Sumber asam
lemak tidak jenuh : ikan, minyak biji bunga matahari, minyak
wijen, olive oil, minyak kedelei, minyak jagung, minyak ikan.
6. Tinggi Magnisium (Mg), Kalsium (Ca) dan Kalium (K)
- Diet tinggi kalsium berhubungan erat dengan penurunan tekanan
darah, mirip seperti obat diuretik membantu mengeluarkan Na.
Makanan tinggi kalsium yang ideal adalah susu rendah lemak
misalnya : yogurt non atau low fat, susu skim. Sumber kalsium
utama : susu dan hasil olahannya (keju), ikan yg dimakan dengan
tulang sedangkan sayur hijau, tahu, serealia, kacang2an, tempe
merupakan sumber yang baik pula hanya bahan penghambatnya
juga banyak yaitu serat, phitat dan oksalat. Kebutuhan kalsium
laki-laki 500-800 mg dan wanita 500-600 mg
- Susu yang paling ideal adalah susu non fat karena
bioavailabality tinggi.
- Magnesium (Mg) adalah kation ekstrasellular setelah Na dalam
tubuh. Magnesium berfungsi merelaksasi otot dan syaraf
serta mencegah pembekuan darah bekerja bersama-sama
mengimbangi fungsi kalsium. Sumber Mg : sayuran hijau,
serealia tumbuk, biji2an, kacang2an. Kebutuhan magnesium
laki-laki : 280 mg dan wanita : 250 mg /hari.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

181

5. PENYAKIT MENULAR

- Kalium adalah mineral kation utama intrasellular. Selain menjaga


keseimbangan cairan dan elektrolit maka kalium berperan dalam
menjaga menormalkan tekanan darah dalam perbandingan yang
sesuai dengan Na. Perbandingan ideal kalium terhadap natrium
yang baik pada penderita hipertensi adalah 1.5 : 1. Maka diet
penderita hipertensi sebaiknya mengandung tinggi kalium sekitar
80 100 meq (3120 -3900 mg) atau rata-rata minimal 3000 mg/hari.

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


- Sumber kalium : bahan segar seperti buah & sayur serta
kacang2an.
Havermouth (565 mg), tepung kedelei (1526 mg), kacang hijau
(1132 mg), kacang kedelei (1504 mg) , kacang merah ( 1151 mg),
bayam (461 mg), pisang (435 mg) per 100 g
7. Tinggi Antioksidan
-
Antioksidan sangat penting pada penderita hipertensi
karena berfungsi mengeradikasi oksidan/radikal bebas yang
memungkinkan timbulnya atherosklerosis sehingga pada
penderita hipertensi perlu diet tinggi antioksidan yaitu tinggi
vitamin A, vitamin C, vitamin E, Selenium, Zn dan Cuprum (dalam
bentuk metaloenzim)/superokside desmutase.
- Antioksidan juga berperan dalam melindungi asam-asam lemak
tak jenuh agar tidak mudah teroksidasi.
8. Tinggi Serat
- Penderita hipertensi terutama yang mengalami stroke dan
immobile perlu serat untuk memperbaiki pola defekasi dan
mencegah dislipidemia yang merperburuk hipertensi.
9. Cukup mengandung Functional Food /food medicine yang
Mampu Menurunkan Tekanan Darah.
Arginin
- Arginin berperan sebagai antiproliferasi dan antikontriksi pembuluh
darah penting untuk mencegah atherosclerosis dan hipertensi
- Arginin membantu memperbaiki gangguan fungsi seksual.

5. PENYAKIT MENULAR

- Sumber : kacang-kacangan, daging sapi, kambing, ikan telur,


ayam.

182

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


Co Enzym Q10
- Berperan dalam penurunan berat badan, sebagai antioksidan,
memperbaiki kontraksi otot jantung.
- Sumber : Bayam, kentang, minyak kedelei, corn oil, ketela rambat,
jerohan, daging sarden.
Cukup senyawa fitokimia dari kacang-kacangan
- Bahan makanan padat gizi; kaya serat, kaya senyawa phytokimia
(phytoestrogen, diadzin, geneisten, isoflavon) dan kaya mineral.
10. Makanan yang dihindari
- Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing
- Makanan yang diolah menggunakan garam natrium
- Makanan dan minuman dalam kaleng
- Makanan yang diawetkan
- Mentega dan keju
- Bumbu-bumbu : kecap, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya
- Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian, tape
11. Prinsip Cara mengatur diet
- Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah/
pasir, bawang (merah/putih), jahe, kencur, daun salam dan
bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit garam natrium
- Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang, walaupun
tanpa garam
- Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakan garam
beryodium tidak lebih dari sendok teh/hari
- Bila mengkonsumsi makanan/minuman suplemen, konsultasikan
terlebih dahulu dengan dokter
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

183

5. PENYAKIT MENULAR

- Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI


12. Hal-hal penting lain pada penderita Hipertensi
- Olah raga , sekitar 30 menit sehari atau 3 kali seminggu. Hindari
olah raga isometrik yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Lakukan olah raga isotonik : seperti jogging, jalan dan renang.
- Mengubah gaya hidup. Menghindari stress psikis yang tidak
perlu. Belajar mengatasi stress dengan baik. Menyediakan waktu
untuk relaksasi dan istirahat cukup.
- Menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan
darah.
13. Interaksi Obat dan Makanan
Diuretik
Spironolakton (aldacton) adalah potasium sparing), Thiazide
(furosemide/lasix) mengeluarkan kalium oleh karena itu perlu
penggunaan suplementasi K atau diet lebih tinggi kalium.Pada
penggunaan diuretik perlu suplementasi Zn 50-200 mg/hari.
Zincuria sering terjadi pada terapi diuretik.
- Antihipertensi
Penggunaan reserpin (serpasil) harus disertai pembatasan
Natrium. Sebaiknya minum obat bersamaan dengan makanan.
- Captopril (capoten)
Dapat mempengaruhi kadar ureum dan kreatinin serum.
Sebaiknya minum obat ini 1 jam sebelum makan, pertimbangkan
pembatasan energi dan Na
- Amiloride (moduretic)
Antihipertensi dan diuretic, Penggunaan harus disertai
pembatasan energi dan Na
5. PENYAKIT MENULAR

- Clonidine (catapres)
Penggunaannya harus disertai pembatasan energi dan Na, dapat
menyebabkan mulut kering, mual, muntah dan oedema

184

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


- Prazosin (minipres)
Dapat menyebabkan mual, anoreksia, diare atau konstipasi dan
kenaikan berat badan.
- Propanolol (inderal), rauwolfia (raudixin) dan metaprolol
(lopresor) harus disertai diet rendah energi dan Na.
- Penderita dengan suplementasi Kalium perlu diberikan
suplementasi vitamin B 12 , karena sering menimbulkan
defisiensi vitamin B12.
- Pemberian garam substitusi Kalium perlu mendapatkan
pengawasan yang ketat terutama pada gangguan ginjal seringkali
menimbulkan hiperkalemia.
3. Tata Laksana Gizi pada Penderita Obesitas
- Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis
atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh
secara berlebihan sehingga berat badan anak jauh di atas normal dan
dapat membahayakan kesehatan anak. Overweight adalah kelebihan
berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal anak balita yang
dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan nonlemak.
- Obesitas = kegemukan
- Obesitas : kondisi BB jauh di atas NORMAL.
- Overfatness = kelebihan lemak
- Obesitas : kelebihan lemak tubuh (Overfatness), dimana terjadi
penimbunan lemak di jaringan lemak tubuh (jaringan adiposa) yang
berlebihan baik terlokalisir (tempat-tempat tertentu) maupun seluruh
tubuh

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

185

5. PENYAKIT MENULAR

- Penderita obesitas berpotensi mengalami pelbagai penyebab kesakitan


dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan
lain-lain.

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


a. Menentukan Obesitas/overfatness
Indek Massa Tubuh :
BB(kg)/TB2(m)
Batas Normal (kg/m2) :
Laki-laki

=18 - 25

Wanita

=17 - 23

Batas Obesitas:
Laki-laki

> 25

Wanita

> 23

Lingkar Pinggang (cm):


Menentukan resiko obesitas terhadap Kesehatan, batasan untuk orang
Asia termasuk Indonesia ;
- Laki-laki

= > 87.5 cm

- Wanita

= > 77.5 cm

Menggunakan alat Pengukur Lemak : menentukan Status lemak


tubuh Misalnya, persentase lemak Tubuh, gram lemak tubuh dsb.
Rasio Lingkar Pinggang terhadap Lingkar Pinggul atau Waist Hip
Ratio (WHR) untuk menentukan distribusi lemak subkutan dan
intraabdomenal terhadap resiko kesehatan
Batas Resiko :
Laki-laki

0.90

Wanita

0.80

Rasio ini juga menentukan type obesitas android atau tidak.

5. PENYAKIT MENULAR

Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar perut-pinggul :

186

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Laki-laki
0.90
Wanita
0.80
Rasio ini juga menentukan type obesitas android atau tidak.
TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS
Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar perut-pinggul :

Tabel
27. Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul
Tabel 27. Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul
Jenis Kelamin

Hasil yang diharapkan

Hasil yang tidak diharapkan

Sangat baik

Baik

Resiko
rendah

Tinggi

Sangat tinggi

Laki-laki

< 0.85

0.85 - 0.90

0.90 - 0.95

0.95 - 1.00

> 1.00

Wanita

< 0.75

0.75 - 0.80

0.80 - 0.85

0.85 - 0.90

> 0.90

b. Bentuk
atauatau
TypeType
Obesitas
dan Resiko
Penyakit
b. Bentuk
Obesitas
dan Resiko
Penyakit
Type
1 : Ovoid
- Type
1 : Ovoid

Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)


Type 2 : Android
- Type
2 : Android
Resiko
Penyakit ; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic
TypePenyakit
III: Viseral
Resiko
; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic
Resiko penyakit; Resiko sama dengan Type II hanya lebih
- Type III: Viseral
berat.
Resiko
Resiko sama dengan Type II hanya lebih berat.
Typepenyakit;
IV : Gynoid
Resiko
Penyakit
- Type IV : Gynoid Rendah

Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)

Resiko Penyakit Rendah


c. Penyebab Obesitas/Overfatness atau Adipositas
- Faktor yang tidak dapat dirubah :
- Jenis kelamin

184

- Umur
- Type Obesitas
- Ras
- Genetik/keturunan

- Pola Konsumsi energi


- Pemanfaatan energi
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

187

5. PENYAKIT MENULAR

Faktor yang dapat dirubah

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


d. Resiko Obesitas/Overfatness
- Peradangan Empedu/batu empedu
- Otak :Stroke
- Jantung : Gagal jantung oleh karena PJK (Penyakit Jantung Koroner)
- Sistem hormon : DM (kencing manis)
- Kanker
- Gangguan Pernafasan
- Sendi : Peradangan sendi & Gout arthritis
- dsb.
e. Tata laksana Obesitas
Manajemen tata laksana obesitas secara komprehensif meliputi :
- Terapi perilaku
- Diet Rendah energi seimbang
- Olah raga
- Farmakoterapi
- Bedah
f. Langkah Promotif/Preventif
- Langkah promotif meliputi gaya hidup sehat yakni pola makan dengan
gizi seimbang dan berolahraga/beraktivitas fisik secara teratur.
- WHO (1998) membagi pencegahan menjadi tiga tahap yaitu ;
- Pencegahan primer yang bertujuan mencegah terjadinya obesitas
- Pencegahan sekunder yang bertujuan menurunkan prevalensi
obesitas
5. PENYAKIT MENULAR

- Pencegahan tersier yang bertujuan mengurangi dampak obesitas

188

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


g. Langkah Diagnostik
1). Anamnesis
- Telusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi
- Gaya hidup meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik dan faktor
stress
2). Pemeriksaan fisis
Tanda dan gejala klinis obesitas yang khas antara lain wajah
yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif
pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar
mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding
perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X
dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan
bergesekan yang menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat
menimbulkan bau yang kurang sedap. Pada anak lelaki, penis
tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak supra-pubik
(buried penis).
h. Komplikasi.
a. Obstructive sleep apnea : mulai dari mengorok sampai mengompol
b. Tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral
epiphysis) yang bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan
terbatasnya gerakan panggul, serta penyakit Blount (tibia vara).
c. Non-alcoholic-steato-hepatitis berupa perlemakan hati
d. Penyakit kardiovaskuler
e.Kelainan kulit, khususnya di daerah lipatan berupa ruam panas,
intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis nigricans dan jerawat
f..Psikososial : canggung atau menarik diri dari kontak sosial

189

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


i. Pemeriksaan antropometri untuk anak
Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan dua indeks
antropometri, sebagai berikut:
1. BB/TB :
Z score > +3 SD
2. IMT menurut Umur :
Z score > +3 SD (Sumber Baku Rujukan WHO .2005)
j. Terapi Diet
Upaya terapi diet diberikan dengan mengedepankan aspek keamanan
dalam proses penanganan obesitas dari aspek terapi diet. Pada
prisnipnya diet pada obesitas diberikan makanan rendah energi tetapi
seimbang dari aspek gizi lainnya.
Tujuan Terapi diet secara umum :
- Mencapai berat badan ideal.
- Memperoleh proporsi tubuh yang ideal.
- Mencegah atau menekan komplikasi-komplikasi karena obesitas.
Prinsip :
- Rendah energi,
- Cukup protein,
- Cukup lemak,
- Tinggi serat,
- Cukup cairan,
5. PENYAKIT MENULAR

- Cukup vitamin & mineral.

190

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


Syarat :
- Energi diberikan rendah dengan mempertimbangkan tingkat
Kegemukan & Aktifitas
- Pengurangan energi antara 500 - 1000 kalori perhari, dan memenuhi
prinsip syarat diet rendah energi, bukan sangat rendah energi.
- Protein diberikan cukup serta bervariasi (protein essensial dan Non
essensial)
- Cukup lemak (cukup lemak tak jenuh, Rendah lemak jenuh).
- Vitamin dan mineral cukup dari buah & Sayuran.(tinggi serat &
Antioksidan)
- Cukup Cairan untuk menghindari dehidrasi.
- Pemberian makanan paling kurang 3 kali perhari.
- Pemilihan makanan harus sangat variatif (aneka ragam)
- Pelaksanaan Terapi diet harus dibawah tanggung jawab Ahli Gizi

DIET BERIKUT INI TIDAK MEMPERHATIKAN KESEIMBANGAN


KEBUTUHAN GIZI , MISALNYA :
- TIGER DIET
- BANANA MILK DIET
- DIET RENDAH KARBOHIDRAT
- POTATOS DIET
- FRUIT DIET
- DLL

191

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


Terapi diet Khusus Anak-Anak dan Remaja
1. Tatalaksana obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa
karena pada anak faktor tumbuh kembang harus dipertimbangkan.
Tatalaksana obesitas pada anak terdiri atas :
- Pengaturan diet : jumlah energi dihitung berdasarkan BB-ideal
(median BB/TB) x AKG
- Peningkatan aktivitas fisik
- Mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) dengan melibatkan
keluarga dalam proses terapi.
2.
Tata laksana komprehensif obesitas penanganan obesitas dan
komplikasi yang terjadi.
3. Prinsip terapi dietnya : Rendah Energi
Prinsip Terapi Diet pada Anak :
1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
2. Merubah pola makan menjadi sehat dan meneruskan kebiasaan tersebut
3. Mengurangi konsumsi makanan sumber kalori/energi serta mengurangi
konsumsi lemak
4. Mengurangi konsumsi makanan 500-1000 kalori dari kebutuhan kalori/
energi per hari
5. Diet dilakukan secara bertahap, dengan menurunkan berat badan sekitar
0,5-1 kg/minggu
6. Kandungan serat tinggi.
7. Konsumsi makanan sumber antioksidan (Lampiran 15)

5. PENYAKIT MENULAR

8. Keberhasilan diet sangat ditentukan oleh kemauan keras dan kedisiplinan


pasien.
9. Diet yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan kebiasaan
makanan pasien dan sumber daya yang tersedia.
10.Pelaksanaan diet tidak akan berhasil apabila tidak diikuti oleh pengaturan
aktivitas fisik, tidak merokok dan pengaturan stress.
192

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS


Makanan yang dibatasi
- Sumber hidrat arang : nasi, roti, kentang, mie, makaroni
- Sumber protein hewani dan nabati (lauk-pauk)
Makanan yang dihindari
- Makanan berlemak dan berkolesterol tinggi: otak, ginjal, paru,
jantung, udang, daging berlemak
- Makanan yang diolah dengan menggunakan gula dan pemanis serta
goreng-gorengan
- Makanan dan minuman dalam kaleng
- Makanan yang diawetkan dengan gula : dendeng, abon, selai kacang,
acar, manisan buah
Cara mengatur diet
1. Jangan makan camilan berlebihan
2. Jangan makan di atas jam 19.00, bila lapar makanlah buah
3. Strategi makan
4 Jangan makan sambil tiduran
5. Minum air putih dulu sebelum makan
6. Dikunyah > 20 x sebelum ditelan
7. Gunakan piring kecil
Monitoring dan Evaluasi
- Keberhasilan penanggulangan obesitas dengan mengukur lingkar
perut. Interpretasi dari hasil pengukuran lingkar perut di dasarkan
pada :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

193

5. PENYAKIT MENULAR

- NIH 1998, WHO 2000, dan Health Canada : dinyatakan berisiko


pada laki-laki jika ukuran lingkar pinggang 102 cm, sedangkan
perempuan sebesar 88 cm

Keberhasilan penanggulangan obesitas dengan mengukur


lingkar perut. Interpretasi dari hasil pengukuran lingkar perut
di dasarkan pada :
TATA LAKSANA
PADA
PENDERITA
OBESITAS
NIHGIZI
1998,
WHO
2000, dan
Health Canada : dinyatakan
berisiko pada laki-laki jika ukuran lingkar pinggang 102 cm,
- WHO
2000 menganjurkan
orang Asia
yang tinggal di daerah -
sedangkan
perempuanuntuk
sebesar
88 cm
urban
menggunakan
cut off yanguntuk
lebihorang
rendahAsia
yaituyang
> 80tinggal
cm untuk
WHO
2000 menganjurkan
di
perempuan
dan > menggunakan
90 cm untuk laki-laki.(Gibson
RS, 2005)
daerah urban
cut off yang lebih
rendah yaitu >
80 cm untuk perempuan dan > 90 cm untuk laki-laki.(Gibson
2005)
Ada 4RS,
aspek
penilaian terhadap pemantauan keberhasilan terapi pada

anak obesitas yaitu :

Ada 4 aspek penilaian terhadap pemantauan keberhasilan terapi


pada anak obesitas yaitu :
- Berat
Badan pada pengaturan diet
Kepatuhan
Berat fisik
Badan
- Aktivitas
Aktivitas fisik
- Perubahan pola hidup
Perubahan pola hidup

- Kepatuhan pada pengaturan diet

Tabel28.
28Komponen
KomponenKeberhasilan
Keberhasilan
Rencana
Penurunan
Berat
Tabel
Rencana
Penurunan
Berat
Badan
Badan

Komponen
Menetapkan target
penurunan berat badan
Pengaturan diet
Aktifitas fisik
Modifikasi perilaku

Keterlibatan keluarga

Keterangan
Kecepatan penurunan barat badan 0,5-2 kg per bulan
sampai target awal sebesar 2,5 5 kg tercapai.
Nasehat diet yang mencantumkan jumlah kalori per hari
dan anjuran komposisi lemak, protein dan karbohidrat
Awalnya disesuaikan dengan tingkat kebugaran anak
dengan tujuan akhir 20-30 menit per hari di luar aktivitas
fisik di sekolah
Pemantauan mandiri, pendidikan gizi, mengendalikan
rangsangan, memodifikasi kebiasaan makan, aktivitas
fisik, perubahan perilaku, penghargaan dan hukuman
(reward and punishment)
Analisis ulang aktifitas keluarga, pola menonton televisi,
melibatkan orang tua dalam konsultasi gizi

5. PENYAKIT MENULAR

191

194

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


Tata Laksana Terapi Diet Pada Dislipidemia
a. Definisi
- Dislipidemia adalah kelainan pada kadar lipid atau lemak yang
terkandung dalam darah . Umumnya isitilah ini lebih ditujukan
pada meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserid. Dengan
meningkatnyan kadar kolesterol, khususnya LDL, dapat
menimbulkan penumpukan kerak pada dinding pembuluh darah.
Kerak atau plaque atherosklerosis inilah yang mengakibatkan
penyempitan saluran darah. Jika yang menyempit adalah pembuluh
koroner di jantung, maka menimbulkan penyakit jantung koroner
(Iwan Dakota, 2007).
- Dislipidemia adalah suatu gangguan metabolisme lemak yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar lipid dalam
darah. Dislipidemia secara klinis dapat berupa :
- Hiperkolesterolemia
- Hipertrigliseridemia
- Kombinasi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
- Isolated hipo-High Density Lipoprpteinemia.
- Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.
b. Jenis Dislipidemia
- Secara umum dislipidemia dapat dibagi atas dua tipe yaitu ;
dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder (Widjaya Lukito, 2000).
(1). Dislipidemia primer
- Common hypercholesterolemia
- Remnant (Type III) hyperlipidemia
- Familial combined hyperlipidemia
- Chylomicrom syndrom
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

195

5. PENYAKIT MENULAR

- Familial hypercolesterolemia

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


(2) Sekunder
Dislipidemia sekunder pada umumnya disebabkan oleh penyakit
sebagai berikut :
- Gagal ginjal
- Syndroma nefrotik
- Diabetes melitus
- Sepsis
- Hipotiroidsme
- Sirosis hepatis
c. Patofisiologi Aspek Gizi
- Menurut Widjaya Lukito (2000), dengan menggunakan pendekatan
nutrisi, dislipidemia terjadi melalui mekanisme :
(a). Asupan makanan
Pada umumnya makanan padat energi (khususnya energi
dari lemak) dapat menyebabkan dislipidemia. Makanan padat
energi yang sering dikonsumsi dan erat kaitannya dengan
perubahan gaya hidup antara lain :
- Daging berlemak
- Junk Food
- Soft drink (khususnya yang menggunakan gula)
- Mentega, margarin, krim, santan
- Alkohol (termasuk alkohol tradisional seperti tuak, dan lain-lain)
- Konsumsi gula berlebihan

5. PENYAKIT MENULAR

- Konsumsi minyak yang berlebihan


- Nutrisi enteral : pemberian formula yang tidak sesuai dengan
kapasitas metabolisme lipid.
- Nutrisi parenteral : pemberian preparat lipid yang berlebihan
(melebihi batas kemampuan lipid clearance).
196

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


Melalui mekanisme asupan makanan, dislipidemia sering dikaitkan
dengan rendahnya konsumsi serat makanan (sayur-mayur, buahbuahan dan kacang-kacangan) terutama apabila disertai dengan
konsumsi makanan padat energi.
Dislipidemia juga erat kaitannya dengan penerapan gaya hidup yang
salah seperti ;
1. Merokok
2. Konsumsi alkohol yang berlebihan
3. Kurang aktifitas fisik (sedentary lifestyle).
(b) Asupan zat gizi
Asupan jenis-jenis zat gizi di bawah ini dapat menyebabkan
dislipidemia :
- Asam lemak jenuh (saturated fatty acid /SFA) dan asam lemak
tidak jenuh trans.
- Poly unsaturated Fatty Acid/Saturated Fatty Acid ratio < 1
- Defisiensi biotin (contoh ; pada egg-white injury).
(c) Gangguan komposisi tubuh
Gangguan komposisi tubuh seperti ;
- Morbid Obesity
- Obesitas sentral (abdominal adiposity)
- Prader Willie Syndrome

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

197

5. PENYAKIT MENULAR

Gangguan komposisi tubuh dapat menyebabkan dislipidemia


disebabkan karena aktifitas lipolisis yang berlebihan, sehingga
terjadi pelepasan asam lemak bebas yang berlebihan pada
sistem portal yang selanjutnya bergeser secara sistemik. Pada
orang yang sedang menjalani program penurunan berat badan,
sering pula mengalami transient dislipidemia

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


(d) Gangguan metabolisme Lipid
Gangguan metabolisme lipid seperti ;
- Hiperkilomikronemia
- Defisiensi enzim lipoprotein lipase
- Defisiensi reseptor LDL
Memiliki kaitan yang erat dengan dislipidemia. Perlu diketahui
bahwa beberapa macam obat seperti ;
a. Kortikosteroid
b. b- blocker
c. Diuretik
Sering menyebabkan dislipidemia. Pasien-pasien yang
mengkonsumsi obat-obatan tersebut perlu diberi paling sedikit 3
alternatif rekomendasi :
1).
Tetap mengkonsumsi obat-obatan tersebut (karena
patofisiologi penyakit sangat membutuhkan) dengan restriksi
yang lebih agresif terhadap asupan makanan / zat gizi yang
menyebabkan dislipidemia.
2). Mencari alternatif obat-obatan lain yang tidak/kurang memiliki
efek lipidemik dengan mengadakan restriksi moderat terhadap
makanan/zat gizi yang menyebabkan dislipidemia.
3). Tetap mengkonsumsi obat-obatan tersebut dengan resktriksi
ringan terhadap makanan / zat gizi yang menyebabkan
dislipidemia, tetapi ditambah obat-obatan hipolipidemik
(seperti; statin, derivat fibrat).

5. PENYAKIT MENULAR

d. Gejala
1. Biasanya tidak terdapat gejala yang timbul karena dislipidemia,
sehingga seseorang yang mengalami perubahan profil lipid tidak
menyadarinya. Setiap orang yang berumur 20 tahun atau lebih
harus melakukan pemeriksaan secara rutin satu kali setiap lima
tahun sekali. Dan setiap orang harus mendiskusikan kadar lemak
hasil pemeriksaan dengan dokter (NHLBI, 2007).
198

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


2. Menurut Widjaya Lukito (2000) gejala timbul karena dislipidemia
terutama karena hiperkolesterolemia yang lama dan kadarnya
tinggi meliputi:
- Deposit-deposit kolesterol dengan predileksi di tendon berupa
tendon xanthoma (biasanya pada tendon-tendon di lutut, siku,
dorsum tangan dan tendon achilles).
- Yellow Xanthoma pada daerah cicatrix dan jari-jari.
- Ukuran berat badan dan tinggi badan yang tidak proporsional
terutama obesitas.
- Tanda-tanda klinis penyakit primer yang menyebabkan
dislipidemia.
- Perhatikan tanda-tanda diabetes dan gangguan metabolik lain
seperti gout yang sering menyertai dislipidemia.
- Perhatikan tanda-tanda komplikasi dislipidemia (seperti ;
gangguan neurologis, penyakit jantung koroner).
e. Faktor Resiko
Menurut T. Bahri Anwar,(2004) perlu dipertimbangkan dalam
upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Faktor
resiko tersebut ada yang bisa dimodifikasi seperti: dislipidemia,
hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus, serta yang
tidak hisa dimodifikasi seperti: usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat
keluarga serta riwayat PKV (Penyakit Kardiovaskular) sebelumnya.
Agar pencegahan dapat lebih berhasil maka semua faktor resiko
yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan secara serentak.
Sehubungan dengan strategi pengelolaan dislipidemia berdasarkan
faktor resiko lain yang perlu diperhatikan meliputi ;
a) Faktor resiko positif

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

199

5. PENYAKIT MENULAR

b) Faktor resiko negative

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


Tabel 29. Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap

Tabel 29.PKV
Faktor
Resiko
Positif dan Negatif Dislipidemia
(penyakit
kardiovaskular).
terhadap PKV (penyakit kardiovaskular).

Faktor Negatif
Umur Laki-laki > 45 thn
Perempuan > 55 thn
Riwayat keluarga PKV
Merokok
Hipertensi
Diabetes Melitus
Kegemukan
Kol. HDL < 35 mg/dl

Faktor Positif
Kol. HDL > 60 mg/dl

5. PENYAKIT MENULAR

e.Penatalaksanaan Terapi Diet


e.Penatalaksanaan Terapi Diet
Tujuan
Tujuan
Pilar
utama
pengelolaan
dislipidemia
adalah
upaya
nonfarmakologis
yang meliputi
modifikasi
jasmani
Pilar utama pengelolaan
dislipidemia
adalahdiet,
upayalatihan
nonfarmakologis
serta
pengelolaan
berat badan.
Tujuanjasmani
utama terapi
diet disini
yang
meliputi modifikasi
diet, latihan
serta pengelolaan
adalah
mengurangi
asupan
berat menurunkan
badan. Tujuanresiko
utamaPKV
terapidengan
diet disini
adalah menurunkan
lemak
jenuh
dandengan
kolesterol
serta mengembalikan
keseimbangan
resiko
PKV
mengurangi
asupan lemak
jenuh dan
energi,
sekaligus
nutrisi.
Perbaikan energi,
keseimbangan
kolesterol
serta memperbaiki
mengembalikan
keseimbangan
sekaligus
energi
biasanyanutrisi.
memerlukan
peningkatan
penggunaan
energi
memperbaiki
Perbaikan
keseimbangan
energi biasanya
melalui
kegiatan
jasmani serta
pembatasan
Energi
memerlukan
peningkatan
penggunaan
energi asupan
melalui kegiatan
(T. jasmani
Bahri Anwar,2004).
Dengan
kata lain
tujuan
diet adalah
serta pembatasan
asupan
Energi
(T. terapi
Bahri Anwar,2004).
menormalkan
darah diet
yang
tidakmenormalkan
normal menjadi
Dengan kataprofil
lain lemak
tujuan terapi
adalah
profil
optimal.
lemak darah yang tidak normal menjadi optimal.
Prinsip
Prinsip
Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika
- Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika status
status gizi antropometri berlebih atau obesitas.
gizi antropometri berlebih atau obesitas.
Lemak rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
- Lemak
sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA,
rendah rendah
lemak jenuh
rendah
lemak jenuh
Tinggi serat
Tinggi serat
Antioksidan
- Tinggi
Cukup karbohidrat

- Tinggi Antioksidan

- Cukup karbohidrat
200

197

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Syarat Diet

TATA dengan
LAKSANAmenilai
TERAPI DIET
DISLIPIDEMIA
Terapi diet dimulai
polaPADA
makan
pasien,
mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak
Syarat Diet
jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika
Terapi
diet dimulai
dengan
diperlukan
ketepatan
yangmenilai
lebih pola
tinggimakan
untuk pasien,
menilaimengidentifikasi
asupan gizi,
makanan
yang mengandung
kolesterol
serta
perlu dilakukan
penilaian banyak
yang lemak
lebih jenuh
rinci, dan
yang
biasanya
berapa
sering keduanya
Jika diperlukan
ketepatan
lebih
membutuhkan
bantuandimakan.
ahli gizi.Penilaian
pola
makan yang
penting
tinggi
menilai asupan
gizi, harus
perlu dilakukan
rinci,
untukuntuk
menentukan
apakah
dimulai penilaian
dengan yang
diet lebih
tahap
I
yang
bantuan
ahliHasil
gizi.Penilaian
makan
atau biasanya
langsungmembutuhkan
ke diet tahap
ke II.
diet ini pola
terhadap
penting
untuk
menentukan
apakah 4-6
harus
dimulaidan
dengan
diet tahap
I atau
kolesterol
serum
dinilai setelah
minggu
kemudian
setelah
langsung
ke
diet
tahap
ke
II.
Hasil
diet
ini
terhadap
kolesterol
serum
dinilai
3 bulan, (Widjaya Lukito, 2000).
setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan, (Widjaya Lukito, 2000).
Tabel
30.Komposisi
Komposisi
Diet
untuk
Dislipidemia
Tabel 30.
Diet
untuk
Dislipidemia
Komposisi Zat Gizi

Tahap I

Tahap II

Karbohidrat (% kalori)
Protein (% kalori)
Lemak (% kalori)
Kolesterol (mg/dl)
Saturated Fatty acid (%)
Polyunsaturated fatty acids
(%)
Monounsaturated fatty acids
(%)

50-60
15-20
< 30
< 300
< 10
< 10

50 60
15-20
< 25
< 200
<7
< 10

<10

<10

Sumber : Pegangan Penatalaksanaan Gizi Pasien.


Sumber : Pegangan Penatalaksanaan Gizi Pasien.

Mengingat profil konsumsi lemak orang Indonesia tidak setinggi orang


barat ,anjuran diet pada penderita dislipidemia lebih cocok menggunakan
diet tahap II.
a. Hindari makan makanan yang tinggi lemak seperti;
- Gorengan (deep fat frying)
- Daging berlemak termasuk sosis
198

- Kulit hewani (ayam dan sapi)


- Fast food
- Kue-kue
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

201

5. PENYAKIT MENULAR

- Krim,Margarine,mentega,keju, susu reguler,es krim reguler

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


b. Kurangi makanan tinggi kolesterol seperti; udang,jerohan,otak,telur 2 x
seminggu.
c. Bila menggunakan minyak sebaiknya gunakan lemak jenis tak jenuh ;
- Alpokat, kacang almon, kacang kedelei, kacang ijo, kacang koro,
wijen, kacang merah
- Minyak kacang almond, margarin jagung, minyak jagung, minyak
biji bunga matahari, minyak kedelei, minyak kacang tanah, minyak
zaitun, minyak olive,.minyak sayur.
- Ikan : salmon, ikan tuna, sarden, mackerel, minyak hati ikan, ikan
harring.
d. Mengonsumsi secara teratur buah-buahan, sayur-sayuran, sebaiknya
dikonsumsi kondisi segar (bukan olahan) sehingga diperoleh serat yang
cukup (sekitar 20 30 g/hari).
e.
Hindari konsumsi karbohidrat berlebihan terutama karbohidrat
sederhana misalnya : gula .
f. Hindari berat badan lebih apalagi obesitas
g. Hindari merokok
h. Hindari atau kurangi alkohol
i. Pertahankan aktivitas /olah raga teratur
j. Petunjuk praktis menyeimbangkan lemak :
- Buah-buahan paling sedikit 2-3 buah perhari.
- Berbagai macam sayuran (hijau,kuning, oranye dan jenis umbiumbian),paling sedikit 3 4 porsi sehari.
- Berbagai macam serealia seperti: rye, oat,roti bisa dikonsumsi 4 porsi
sehari.

5. PENYAKIT MENULAR

- Kacang-kacangan paling sedikit 1 porsi perhari


- Ikan sebaiknya dikonsumsi 2 kali perminggu bila perlu lebih sering lebih
baik. Ikan kaleng salmon atau tuna boleh dikonsumsi.

202

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


k. Suplementasi Minyak ikan
- Kaya PUFA seri n-3
- Menurunkan kadar trigliserida darah
- Mempengaruhi LDL dan HDL
- Dapat meningkatkan kadar LDL pada penderita hiperkoleterolemik
dan atau penderita dengan diet tinggi asam lemak jenuh.
- Dosis 6 12 g perhari dalam dosis terbagi.
l. Tinggi Vitamin antioksidan
- Vitamin E dapat diberikan untuk mencegah oksidasi LDL.Untuk
penderita dengan suplementasi fish oil maupun diet tinggi asam
lemak tak jenuh .Dosis yang diberikan 100 200 mg/hari dianggap
memadai.
- Untuk optimalisasi kerja vitamin E sebagai antioksidan,boleh
diberikan vitamin C dengan dosis 250 -300 mg perhari.
m. Asam nikotinat dapat ;
- Menurunkan produksi VLDL dan LDL hati.
- Menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
- Meningkatkan HDL
- Meningkatkan kadar asam urat dan kadar gula darah.
- Menyebabkan flushing ( rasa panas seperti terbakar)
- Dosis pemberian 3 x 125mg/hari,ditingkatkan dengan dosis 3 x 500
- 1000 mg/hari.Pemberian 150 aspirin sebelum asam nikotinat pada
2 minggu pertama menghindari flushing.
n. Hal Penting lainnya

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

203

5. PENYAKIT MENULAR

- Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat


meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik,
menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


- Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
- Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut
jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
- Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan,
selama 5-10 menit.
Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x / minggu dengan
lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik (T. Bahri Anwar,2004)
o.Interaksi Obat dan Makanan
- BileAcid Binding Resin : Efek samping utama pemberian resin
adalah konstipasi,oleh karena itu diperlukan diet tinggi serat. Resin
dapat menghambat absorbsi asam folat dan vitamin larut lemak.
Perlu diketahui bahwa pemberian obat-obatan lain atau vitamin
tambahan sebaiknya dilakukan 1- 4 jam sebelum atau 4 jam sesudah
pemberian resin.
- Derivat fibrat : Kadang-kadang memberi efek samping berupa miopati
reversibel. Kombinasi derivat fibrat dan statin memperberat miopati.
Clofibrate dapat meningkatkan insiden batu empedu. Derivat-derivat
fibrate lain memiliki efek litogenik yang lebih kurang dibandingkan
clofibrate.
- Asam Nikotinat : disamping menimbulkan flushing juga bisa
menimbulkan hiperurecemia dan intoleransi glukosa.
Makanan yang dibatasi

5. PENYAKIT MENULAR

- Sumber hidrat arang : mie, roti putih, ketan, cake, biskuit


- Sumber protein hewani : daging tanpa lemak 1 x per minggu, ayam 3 x
per minggu, bebek, sarden (makanan kaleng), udang, cumi, dan kuning
telor 1 x per minggu.
- Sayuran yang mengandung gas : kol, sawi, nangka muda, lobak

204

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA


- Buah-buahan yang mengandung alkohol : : nangka tua, anggur, nenas
- Makanan yang berlemak dan menggunakan santan kental, makanan
yang digoreng
- Minuman yang mengandung soda dan alkohol : teh kental, tape dan
kopi
Makanan yang dihindari
- Mengandung lemak jenuh
- Minyak yang berasal dari hewan : lemak sapi, babi, kambing, susu
penuh (full cream), cream, keju, mentega
- Minyak kelapa, santan kental, mayonaise
- Daging berlemak (daging merah) dan jeroan: kambing, sapi, babi, otak,
limpa, ginjal, hati, kuning telor, sosis, babat, usus
- Minuman yang mengandung soda dan alkohol : soft drink, bir, arak
Cara mengatur diet
- Gunakan minyak kedelai, minyak sawit, minyak kacang tanah atau
minyak jagung dalam jumlah terbatas (1 sendok makan per hari)
- Penggunaan daging merah maksimum 2 x seminggu. Paling banyak
50 gr tiap kali makan. Gunakan daging kurus (keluarkan bagian yang
berlemak). Makan ikan dapat dijadikan sebagai pengganti daging.
- Batasi penggunaan kuning telur maksimum 2 kali per minggu
- Makan sayuran dan buah-buahan segar dalam jumlah yang banyak
- Sebagian dari sayur sebaiknya dimakan mentah atau sebagai lalapan
(cuci bersih terlebih dahulu)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

205

5. PENYAKIT MENULAR

- Memasak dengan merebus, mengukus, mengungkep, menumis,


memanggang atau membakar.

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


5. Tata laksana Diet pada Penderita Hyperurecemia dan Gout
a. Definisi
- Hyperurecemia adalah kondisi dimana kadar asam urat di atas
normal. Nilai normal asam urat (Uric Acid) pada pemeriksaan
laboratorium di Indonesia umumnya adalah ;
- Laki-laki : 3 7.2 mg/dl
- Wanita : 2 6 mg/dl
- Gout adalah suatu bentuk peradangan pada persendian yang ditandai
serangan sangat sakit tiba-tiba, memerah dan pembengkakan pada
sendi. Sendi yang mudah mengalami serangan biasanya jari jempol
kaki , mata kaki, jari-jari, pergelangan tangan atau siku.
- Penyakit gout ini merupakan bentuk gangguan metabolisme purin
yang penyebabnya sampai sekarang belum sepenuhnya diketahui
dengan pasti. Purin adalah basa nitrogen adenin dan guanin yang
merupakan bagian protein nukleat. Nukleoprotein (protein nukleat)
adalah senyawa sederhana protein dasar yang berkombinasi
(melekat) dengan gen sel (DNA) dan RNA. Asam urat merupakan
produk akhir normal tubuh (sampah) dari hasil pemecahan purin yang
banyak terdapat dalam tubuh manusia dan bagian dari beberapa
produk makanan yang biasa dikonsumsi manusia sehari-hari (Mayo
Klinik,2007).

5. PENYAKIT MENULAR

- Dewasa ini derasnya informasi di berbagai media telah turut banyak


memberikan pemahaman dan opini tersendiri di masyarakat,sehingga
semua yang berhubungan dengan kondisi sakit dipersendian selalu
dihubungkan dengan asam urat tanpa bukti objektif . Maka informasi
tentang penyakit yang berhubungan dengan asam urat perlu
diluruskan.
- Gout disebabkan karena peningkatan kadar asam urat di dalam
darah, yang kita kenal dengan istilah Hyperurecemia. Pada
saat terjadi hyperurecemia biasanya serangan akut gout ini terjadi
berupa serangan sakit pada sendi terutama pada sendi jempol kaki
yang disebabkan oleh terbentuknya kristal-kristal tajam asam urat
Monosodium Urate (MSU) di persendian terutama di cairan synovial.
206

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


Seringkali serangan akut gout merupakan bentuk peradangan,
memerah, panas dan potensi infeksi yang menimbulkan rasa nyeri
teramat sangat.
- Insidens Gout pada pria lebih sering daripada wanita,juga terutama
pada umur yang lanjut dan kadang-kadang herediter. Terdapat dua
jenis Gout ,yaitu :
- Gout primer : produksi asam urat berlebihan atau ekskresinya
berkurang.
- Gout sekunder : dapat disebabkan oleh toksin atau obat yang
mengakibatkan ekskresi asam urat menurun dan mencetuskan
serangan akut seperti ; obat-obat golongan salisilat,diuretik dan
timah.
b. Gejala Klinik Gout
- Sakit teramat sangat pada persendian.
- Panas ,memerah dan potensial infeksi bersamaan dengan serangan
sangat nyeri.
- Rasa sakit tersebut sangat menyiksa atau ekstrem, dan biasanya
sia-sia jika dipijat, serangan ini terjadi pada tahap-tahap awal Gout
tercetus, kemudian rasa nyeri dalam beberapa hari berangsurangsur surut.
- Secara klinis Gout memiliki 4 tahap :
- Asympstomatic (tanpa gejala)
- Akut
- Intercritical
- Kronik

- Penumpukan kristal urat di persendian tumbuh membesar dan mulai


merusak tulang dekat persendian.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

207

5. PENYAKIT MENULAR

- Pada penyakit gout kronik : biasanya hyperurecemia tidak terjadi


dalam waktu relatif lama , terbentuk massa asam urat di bawah
kulit persendian yang dikenal sebagai tophi atau merupakan
kumpulannya tophus.

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


- Gangguan gerak pada persendian.
- Gumpalan keras / tophi (tophus) banyak terjadi ; synovium (cairan
sendi),tulang, kulit sekeliling sendi, ginjal, siku dan tendon achilles.
- Tophi biasanya berkurang jika kadar asam urat dalam darah berkurang.
- Bentuk serangan biasanya tanpa gejala dan kemudian timbul berulang
sehingga menimbulkan gambaran polyarthritis.
- Gout ditandai dengan hyperurecemia dan penimbunan kristal asam urat
di jaringan persendian dan dapat juga terjadi di ginjal, tulang rawan dan
jaringan lainnya.
c. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kenaikan
Asam urat dalam darah :
- Obesitas
- Obat anti hipertensi
- NIDDM atau DM Type 2
- Hiperinsulinesme
- Dislipidemia (hyperlipidemia)
- Kemoterapi
- Sickle cell anemia
- Post menapause
- Alkohol.
d. Komplikasi kronik yang mungkin Ditimbulkan Gout
Komplikasi yang ditimbulkan oleh gout adalah :
- Kerusakan progresif persendian
- Seringnya timbul serangan
5. PENYAKIT MENULAR

- Deformitas atau kelainan bentuk


- Disability (kecacatan)
- Ureter obstruksi (urolithiasis)
- Gouty Nephropaty
208

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


e. Terapi Diet Pada Hyperurecemia maupun Gout
Tujuan Terapi Diet
- Mengupayakan berat badan ke arah normal.Bila obesitas ,berat badan
diturunkan bertahap untuk menghindari ketonemia yang merupakan
faktor presipitasi serangan akut.
- Meningkatkan ekskresi asam urat dan mencegah terbentuknya batu
ginjal
- Menurunkan dislipidemia
- Mencegah komplikasi seperti;hipertensi,penyakit ginjal dan stroke
Prinsip Terapi Diet
- Energi Cukup
- Protein cukup
- Lemak rendah sampai moderat
- Rendah purin
- Tinggi hidrat arang
Manajemen Terapi Diet
Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan
asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir
semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein
maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan
adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet
normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).

209

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


Tabel
Kandungan
Purin
padapada
Bahan
Makanan
Tabel31.
31.Daftar
Daftar
Kandungan
Purin
Bahan
Makanan
Kelompok I
0- 50 mg /100 g
Buah-buahan
Jus Buah
Sayuran,kecuali
kelompok II
Biji-bijian
Minuman (kopi &
teh)
Lemak
Telur
Susu
Dairy produk
(serealia)

Kelompok II
50 150
mg/100 g
Kacangkacangan
Kembang kol
Buncis,tahu
Bayam,tempe
Jamur
Kupang
Daun So
(melinjo)
Asparagus
Daging
Ayam
Tongkol
Tengiri
Bawal
Bandeng
Kerangkerangan

Energicukup
cukupatau
atau
Adekuat
Energi
Adekuat
Jumlah asupan energi

harus

Kelompok III
150 800mg/100 g
Sardine
Kerang kipas
Kaldu
Bebek/angsa
Ikan Herring
Burung dara
Ikan Mackerel
Ikan Roe
Bawal
Ginjal
Babat
Hati
Roti yang dibuat
menggunakan ragi
Jantung
Otak

benar disesuaikan dengan

Jumlah asupan energi harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh


kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat
Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan,
yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi energi. Asupan energi yang terlalu
jumlahjuga
konsumsi
energi. Asupan
terlaluadanya
sedikit keton
juga
sedikit
bisa meningkatkan
kadarenergi
asam yang
urat karena
bisa
meningkatkan
kadar
asam
urat
karena
adanya
keton
bodies
bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.

5. PENYAKIT MENULAR

TinggiKarbohidrat
Karbohidrat
Tinggi

Karbohidrat kompleks
kompleks seperti
seperti nasi,
nasi, singkong,
singkong, roti
roti dan
Karbohidrat
dan ubi
ubi sangat
sangat
baik dikonsumsi
oleh penderita
baik
dikonsumsi oleh
penderita gangguan
gangguan asam
asam urat
urat karena
karena akan
akan
meningkatkanpengeluaran
pengeluaran
urat melalui
urin. karbohidrat
Konsumsi
meningkatkan
asamasam
urat melalui
urin. Konsumsi
karbohidrat
komplekstidak
ini sebaiknya
kurang
dari Karbohidrat
100 gram
kompleks
ini sebaiknya
kurang dari tidak
100 gram
per hari.
per
hari.
Karbohidrat
sederhana
jenis
fruktosa
seperti
gula,
sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan

210

207

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar
asam urat dalam darah.
Cukup Protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam
urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.
Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari
susu, keju dan telur.
Lemak bisa diberikan rendah sampai Moderat
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 - 20% persen dari
total kebutuhan energi. Lemak cenderung menghambat pengeluaran
asam urat.
Tinggi Cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, penderita disarankan untuk menghabiskan minum
minimal sebanyak 2,5 sampai 3 liter atau 10-12 gelas sehari. Air minum ini
bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan
bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air.
Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas,
belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buahbuahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat
sedikit mengandung purin.

211

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


Hindari Alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam
urat dari tubuh. Alkohol meningkatkan serangan gout.
Ragi atau Yeast
Sangat tinggi mengandung purin sehingga makanan yang yang beragi
seperti; tape, roti yang diolah dengan menggunakan ragi termasuk tablet
yang mengandung ragi dihindari.
f. Interaksi Obat dan Makanan
- Analgesik biasanya menimbulkan mual,hindari pemakaian bersama
obat-obatan urikosurik. Penderita perlu minum secukupnya bila
mengkonsumsi analgesik.
- Obat-obatan urikosuric : Probenesid/benemed menghambat absorbsi
asam urat di ginjal. Obat-obatan urikosurik dapat memberi efek
samping berupa nafsu makan berkurang, mual, muntah dan sakit gusi
kemungkinan dapat terjadi.Penderita perlu minum yang cukup bila
mengkonsumsi obat ini.
- Allupurinol menghambat produksi asam urat. Penderita perlu minum
yang cukup ,gejala gastrointestinal ringan dapat timbul. Oleh karena itu
allupurinol, sebaiknya diminum setelah makan.
- Indomethacine atau ACTH untuk mengurangi panas dan bengkak.
Golongan obat ini memerlukan restriksi asupan Na. Hati-hati dengan
kenaikan gula darah.

5. PENYAKIT MENULAR

g. Hal Penting lain


- Peringatkan alkohol dapat menyebabkan serangan gout
- Hindari puasa saat serangan gout berlangsung
- Hindari stress,biasakan hidup dengan aktivitas santai
212

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT


- Hindari tablet yeast atau tablet yang mengandung yeast
- Gejala peradangan sendi bisa dibantu dengan memberikan makanan
tinggi asam lemak w-3 seperti ; minyak kedelei, minyak kanola, minyak
ikan, minyak ikan salmon, minyak ikan herring, minyak hati ikan Cod
h. Functional Food /Food Medicine
- Quersetin : yang banyak terdapat pada teh menghambat produksi
asam urat dalam tubuh.
- Bromelain :yang banyak terdapat dalam buah nenas dapat berfungsi
sebagai anti peradangan karena Gout.
- Pemberian vitamin E dan Flaxseed oils dapat membantu sebagai
antioksidan dan anti inflamasi.
- Batasi konsumsi vitamin C dan vitamin B3 karena dapat meningkatkan
produksi asam urat dalam tubuh.
- Buah cherry, bluebeery, blackberry dan senyawa warna gelap pada
berry menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

213

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI


6. Tata laksana diet pada Penyakit Hati
Hepatitis
- Liver merupakan organ terbesar Master Of Glands
- Merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat metabolisme
(anabolisme & katabolisme)
- Detoksifikasi racun
- Fungsi Glikogenik
- Sekresi Empedu
- Pembentukan Ureum (deaminasi asam amino)
- Metabolisme lemak
- Fungsi Hematologik :
- Sintesa eritrosit pada janin
- Penghancuran sel erytrosit
- Menyimpan hematin
- Produksi sebagian besar protein plasma darah
- Sintesa protrombin dan fibrinogen
- Membersihkan bilirubin
- Penyimpanan dan penyebaran nutrisi (misalnya vitamin : vitamin A, D,
E dan K, glikogen, lemak & zat besi
- Pertahanan Suhu tubuh
a. Definisi Hepatitis
- Peradangan sel hati baik akut maupun kronik

5. PENYAKIT MENULAR

- Akut : radang hati akut karena infeksi oleh virus hepatotropik.


- Kronik : radang hati yg histologiknya sebagai nekrosis, inflamasi &
fibrosis hepatosit dlm berbagai tingkat (berat, ringan) yang berlangsung
lebih dari 6 bulan.

214

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI


b. Etiology/Penyebab
Hepatitis Akut
- Virus A, B, Non A/B, Delta, Epsten-Barr, Sitomegalo dg gejala Klinis :
- Masa Inkubasi : tergantung macam virus
- Masa Prodromal /preikterik : 3-10 hari ; rasa lesu/lemah, badan panas,
mual s/d muntah, anoreksia, perut kanan nyeri.
- Masa Ikterik : urin warna coklat, sklera mata kuning, kemudian seluruh
badan , puncak ikterus dalam 1-2 minggu , hepatomegali ringan, nyeri
tekan.
- Masa Penyembuhan : Ikterus berangsur-angsur kurang dan hilang
dalam 2-6 minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan &
hepatomegali, sembuh sempurna 3 - 4 bulan.
Pemeriksaan Laboratorium
- Prodromal :leukosyt menurun, transaminase serum 10-100 x lipat
sebelum ikterus, akhir tahap ini bilirubinuria.
- Ikterik :Ikterus nampak bila bilirubin serum > 2.5 mg/dl, alkaline
fosphatase naik 3 kali lipat.
- Penanda diagnosis virus :
Hepatitis A : IgM anti HAV
Hepatitis B : IgM anti HBC + HBsAg
Hep. NANB : tidak ditemeukan penanda virus
Hepatitis D : IgM anti HD

215

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI


Penatalaksanaan :
- Bed rest (tirah baring) dibutuhkan 10 % kebutuhan BMR
- Pengobatan spesifik belum ada
- Diet khusus tidak ada : tinggi energi tinggi protein, Tinggi hidrat arang,
cairan dicukupkan jika muntah.
- Pemenuhan kebutuhan energi dan protein sama dg hiperkatabolik
moderat , kira-kira 2000-3000 kal, protein sekitar 1-2 g/kg/BB
- Penambahan energi , protein dan vitamin tinggi jika penderita
mempunyai diagnosa :Undernutrisi / kurang gizi.
- Lemak tidak perlu pembatasan, karena diet rendah lemak memberikan
taste kurang enak & meningkatkan anoreksia
Hepatitis Kronis
Etiology :
Autoimune (hepatitis. Lupoid), infeksi virus B, NANB, Obat (Oksifenisatin,
Izoniasid, metildopa), alkohol, virus sitomegali, rubella, dsb.
Gejala Klinis berdasarkan jenis hepatitis kronik :
- Hepatitis Kronik Persisten (HKP) : lemah, lekas capai, sebah,
perasaan tak enak di daerah hati, lab. Bilirubin normal/sedikit naik,
transaminase serum naik 4-5 x normal, g globulin : normal, petanda
serologik virus B (+).

5. PENYAKIT MENULAR

- Hepatitis Kronik Lobular (HKL) : masa remisi, masa kambuh silih


berganti selama bertahun-tahun, fluktuasi transaminase, kadangkadang hiperbilirubinenia, tidak ditemukan nekrosis.
- Hepatitis Kronik aktif (HKA) : mula-mula asymstomatik, yang jelas
lemah, sebah, kembung, anoreksia ringan, umumnya transaminase
meningkat tinggi, bilirubin dan g globulin meningkat sedang, HBsAg
dan Anti HBc (+).

216

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI


Penatalaksanaan :
Medis : bervariasi
Diet : sama dengan hepatitis virus Akut
Chirrosis Hepatis (sirosis hepatis)
Definisi
Penyakit hati menahun yang ditandai proses peradangan , nekrosis,
usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difuse dengan
terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus hati.
Etiology/penyebab
- Hepatitis virus B , C dan NANB
- Alkohol
- Obstruksi intra/ekstrahepatik lama
- Bendungan aliran vena hepatika pada pasien Venoo oklusif
- Gangguan autoimune (Hep. Lupoid)
- Toksis Obat (metotresak)
- Operasi usus pada obesitas
- Malnutrisi
- Infeksi kronis parasit (sistosomisiasis)
- Dsb.
Di Indonesia penderita sirosis hepatic ; 30-40% HBsAg (+), 10-20%
tanda infeksi anti HB core (+)
Gejala Klinis
Gejala Klinis ada dua tahap :
- Lemah, mual, muntah, sebah, malaise
- Laboratorium : test faal hati minimal
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

217

5. PENYAKIT MENULAR

- Sirosis Kompensata : Asympstomatik

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI


- Sirosis dekompensata : simspstomatik : kegagalan parenkim hati &
hipertensi portal.
- Kelemahan otot, kegagalan parenkim ditandai : produksi protein darah
menurun menimbulkan edema & asites, gangguan mekanisme bekuan
darah, gangguan hormonal (spidernevi, eritema palmaris, atrofi testis,
gangguan siklus haid, ginekomastia)
- Hipertensi portal > 10 mmHg, ditandai splenomegali, asites, kolateral.
- Perdarahan timbul dalam bentuk komplikasi yg disebabkan karena:
pecahnya varises oesophagus, asites hebat, ikterus yg dalam.
Penanda Laboratorium
- Laboratorium : hiperbilirubinemia, hipoalbumin, g globulin, waktu
protrombin yang memanjang, bila timbul hipersplenisme maka dijumpai
; anemia normokrom normositer, trombositopenia dan leukopenia.
- Jika terjadi perdarahan : anemia hipokrom mikrositer dan makrositer
karena defisiensi asam folat
- Diagnosis penunjang : USG abdomen bagian atas, endoscopy.
Terapi Diet
Tujuan
Tujuan terapi pada CH : mencegah penyulit yg timbul dengan membatasi
kerja fisik, hindari alkohol, hindari obat hepatotoksis dan diet yang tepat.
Diet :
- Tinggi energi tinggi protein pada fase tertentu
- Pembatasan cairan pada kasus edema dan asites
- Rendah Natrium
5. PENYAKIT MENULAR

- Secara umum diberikan 40-45 kkal/kg BBI/hari


- Protein 0.8-2 g/kg BB/hari (mula-mula dicoba 0.5 0.79 g/kg BB/hari ,
sampai didapatkan imbang nitrogen (+) dan komposisinya 60-70% nilai
biologi tinggi.
218

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS


Lemak
20%
energi
(sebaiknya
sebagian
besar MCT)
- Lemak
20%
totaltotal
energi
(sebaiknya
sebagian
besar MCT)
Suplementasi
vitamin
B komplek,
- Suplementasi
vitamin
B komplek,
C, K, C,
Zn,K,MgZn, Mg

Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin,

- Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin, treonin,


treonin, glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap,
glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap, keju dan anggur.
keju dan anggur.

- Hindari
alkohol
Hindari
alkohol

- Penderita
dianjurkan
makan
banyak
di pagidihari
porsi kecil
tapi
Penderita
dianjurkan
makan
banyak
pagidengan
hari dengan
porsi
sering.
kecil tapi sering.
Tabel 32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan
Tabel
32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein
Protein

Kondisi Klinis
Sirosis kompensated
Sirosis dekompensated
Malnutrisi/Anoreksi

Energi non protein


(kcal/kg/hari)
25-35

Protein asam amino


(g/kg/hari)
1.0 1.2

35-40

1.5

35-40

1.5

Sumber ESPEN Consensus Group menghasilkan Guedeline

Sumber
ESPEN Consensus Group menghasilkan Guedeline (1997 ).
(1997 ).

216

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

219

5. PENYAKIT MENULAR

Tata
Laksana
7. Tata
LaksanaDiet
DietPada
Pada Gastritis
Gastritis
Penyakit
Lambung
gastrointestinal
Akut
Penyakit Lambung
atauatau
gastrointestinal
meliputimeliputi
Gastritis Gastritis
Akut dan Kronis,
dan
Kronis,
Ulkus
Peptikum,
pasca-operasi
lambung
yang
sering
Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan
diikuti
dengan
Dumping
Syndrome
Kankergastrointestinal
Lambung.
Dumping
Syndrome
dan Kanker
Lambung.dan
Gangguan
Gangguan
gastrointestinal
sering
dihubungkan
dengan
sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atauemosi
makan
atau
dan/atau
makan
terlalu
karena
kurang
terlalupsikoneurosis
cepat karena kurang
dikunyah
serta
terlalucepat
banyak
merokok.
dikunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia,
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum,
yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epikembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.
gastrum, kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat
kenyang.

TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS


a. Tujuan Diet :
Tujuan Diet Panyakit Lambung adalah memberikan makanan dan
cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah
dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
b. Syarat Diet :
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
2.
Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya
3. Lemak rendah, yaitu 10 15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama
24 48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Catatan :

5. PENYAKIT MENULAR

- Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu


dilakukan penyesuaian
- Frekuensi makan yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan
- Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan dispepsia, misalnya porsi
makan terlalu besar, makan terlalu cepat, atau berbaring/tidur segera
setelah makan.
220

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS


- Hindari Makanan yang merangsang agar tidak memberatkan kondisi
peradangan pada lambung. Aspek makanan merangsang itu terdiri
dari:
- Rangsang Fisik : adalah makanan yang merangsang pengeluaran
asam lambung berlebihan karena terlalu kasar bentuknya seperti ;
makanan yang digoreng.
- Rangsang Thermik : adalah makanan yang merangsang lambung
karena terlalu panas atau dingin.
- Rangsang Chemist/Kimia : adalah makanan yang merangsang
lambung karena aspek rasa terlalu tajam karena bumbu, terlalu
pedas dsb.

221

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

5. PENYAKIT MENULAR

CATATAN

222

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, 2002, Prinsip Ilmu Gizi Dasar, Pustaka Gramedia, Jakarta
Ashwell Margaret, Lejeune Sonya, 1996, Ratio Of Waist Circumference To
Height May Be Better Indicator Of Need For Weight Management,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;312:377
(10February), www. BMJ.com
Ashwell Margaret, Cole Timothy J, Dixon Adrian K, 1996, Ratio Of Waist
Circumference To Height Is Strong Predictor Of Intra-Abdominal Fat,
diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;313:559-560
(31August), www. BMJ.com
Borghi E, de Onis M, Garza C, Van den Broeck J, Frongillo EA, GrummerStrawn L, Van Buuren S, Pan H, Molinari L, Martorell R, Onyango AW,
Martines JC, for the WHO. Multicentre Growth Reference Study
Group. Construction of the World Health Organization child growth
standards: selection of methods for attained growth curves. Statistics
in Medicine 2006;25(2):247-65
Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot
Company, Philadelphia.
Committee on Nutrition. Ch olesterol in Childhood. Pediatrics 1998;101;141-147.
Committee on Nutrition, American Academy of Pediatrics. Statement on
cholesterol. Pediatrics 1992;90;469-73.
Daniels SR, Greer FR, and the Committee on Nutrition. Lipid Screening and
Cardiovascular Health in Childhood. Pediatrics 2008;122;198-208.
Depkes RI, 2007. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
Depkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

223

DAFTAR PUSTAKA

Alberti KZ, Zimmet PZ, 1998, Definition, diagnosis and classification of diabetes
mellitus and its complications. Part 1: Diagnosis and classification of
diabetes mellitus provisional report of a WHO consultation. Diabet
Med, 1998; 15: 539-53, diakses tanggal 9-2-2007 dari www.ajcn.org/
contents-by-date.0.shtml 2/9/2007.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed.


Ke-2 Cetakan Ke-2. Direktorat pengendalian penyakit tidak menular,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Depkes RI. Tatalaksana Gizi pada Penderita TBC. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Dirjen Yanmed Depkes RI, WHO, Pusat Diab dan Lipid RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo/FKUI, 1999, Pedoman Diet Diabates Melitus di
Rumah Sakit, Jakarta.
Ferranti SD, Neufeld E. Hiperlipidemia and cardiovascular disease. In: Walker,
Watkins, Duggan editors. Nutrition in pediatrics. 4th ed. London: BC
Decker; 2007. p. 799-810.
Gibson RS., 2005. Principle of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford
University Press. New York
Haney EH, Huffman LH, Bougatsos C, Freeman M, Steiner RD, Nelson
HD. Screening and Treatment for Lipid Disorders in Children and
Adolescents: Systematic Evidence Review for the US Preventive
Services Task Force. Pediatrics 2007;120;e189-e214.
Hartono A, 1999. Asuhan Nutrisi di Rumah Sakit, Diagnosis, Konseling dan
Preskripsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
I Dewa Nyoman S, Bachyar Bakri , Ibnu Fajar, 2001, Penilaian Status Gizi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Instalasi Gizi RSCM dan Asosiasi Dietesien Indonesia, 2004. Penuntun Diet .
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Jolliffe CJ, Janssen I. distribution of Lipoproteins by Age and Gender in
Adolescents. Circulation 2006;114;1056-1062.
Kardjati, Sri, Kusin JA, Renqvist, Schofield and de With C. Nutrition during
pregnancy and fetal growth. Dalam: Maternal and child nutrition in
Madura, Indonesia, (JA Kusin & Sri Kardjati, eds), hal 77-102, KIT,
Amsterdam, 1994.
224

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Kemenkes, 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta.


Kemenkes, 2013 Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Direktorat Bina Gizi, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku I dan II.Jakarta.
National Cholesterol Education program, expert panel on detection evaluation
and treatment of high blood cholesterol. US Department of Health and
Human Service. 1992
National Obesity Forum (NOF), 2006, Waist Circumference, diakses tanggal 9
Pebruari, 2007 dari www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity.
Neal AW. Disorders of lipoporotein metabolism and transport. In: Kliegman,
Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
18th ed. p. Philadelphia: Saunders. 2007. p. 580-92.
NHLBI, 1998, Obessity Classification for Adult, diakses tanggal 14 Maret 2007,
www.nhlbi.nih.gov.
NHLBI, 2006, Imformation for Patient & Public, diakses tanggal 7 Pebruari
2007, dari http://www.nhlbi.nih.gov/
NOF, 2006, At Risk Obesity, diakses tanggal 14 Maret 2007, www.
nationalobesityforum.org.
Paath EF, dkk, 2004. Gizi dalam kesehan reproduksi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksanan Penyakit Diabetes Mellitus,
Jakarta.
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, 2000, Pegangan Penatalaksanaan
Nutrisi Pasien, Jakarta.
Sanjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Steinberger J, Kelly AS. Challenges of Existing Pediatric Dyslipidemia
Guidelines: Call for Reappraisal. Circulation 2008;117;9-10.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Rendah Kalori.
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Hipertensi
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

225

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas
Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007.
Daftar Diet Diabetes Mellitus
T. Bahri Anwar, 2004, Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner, diakses tanggal 4 Maret 2007, e-USU Repository 2004
Universitas Sumatera Utara.
Valid International, 2006. Community-based Therapeutic Care (CTC). A
Field Manual, First Edition, 2006. valid international U.K. www.
validinternational.org
WHO dan UNICEF, 2009. WHO Child Growth Standards and the Identification
of Severe Acute Malnutrition in Infants and Children. A Joint Statement
by the World Health Organization and the United Nation Childrens
Fund
WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta,
WHO-Depkes RI
WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta,
WHO-Depkes RI
WHO, 2008. Proceeding of the WHO< UNCIEF< WFP and UNHCR
Consultation on the Dietary Management of Moderate Malnutrition in
Under 5 Children (Geneva, September 30th October 3rd, 2008)
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XIII, 2012. Angka Kecukupan Gizi.
Jakarta
Yusuf I., 2008. Hipertensi Sekunder. Medicinus : Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application. Vol 21 No 3
edisi Juli-September.
Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

226

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran-Lampiran

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

227

228

ANAK

Periksa klinis
dan
anthropometri
BB dan TB anak

YANKES RUJUKAN

Datang sendiri
Dirujuk :
MTBS
Non MTBS

Penyakit ringan
Gizi kurang

Penyakit berat
Gizi kurang

Gizi buruk
Penyakit ringan /
berat

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


RAWAT JALAN
Obati penyakit
Penambahan energi
dan protein 20 50 %
diatas AKG

RAWAT INAP
Obati penyakit
Penambahan energi
dan protein 20 50 %
diatas AKG

RAWAT INAP
Obati penyakit
Diet gizi buruk
10 tata laksana gizi
buruk
PULANG

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

LAMPIRAN LAMPIRAN

P
U
S
K
E
S
M
A
S
RUMAH
TANGGA

Posyandu / Pusat
Pemulihan Gizi
(PPG)

Lampiran 1. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk Di Rumah Sakit / Puskesmas


Perawatan

Lampiran 2
Cara Pembuatan PMT dan Penyuluhan Gizi dan Kesehatan
Cara Pembuatan PMT
Dalam tatalaksana kasus gizi kurang acuan WHO, pada tahap awal dapat
diberikan starter dalam bentuk makanan cair dengan komposisi :
- Susu skim 25g
- Gula 100g
- Minyak sayur 30 g
- Larutan suplementasi mineral 20 ml
- Tambahkan air menjadi 1000 ml
- Kandungan kalori 75 kkal/dl
LAMPIRAN LAMPIRAN

Kemudian diteruskan dengan formula catch up dengan komposisi


- Susu skim 80 g 90 g
- Gula 50 g 65 g
- Minyak sayur 60 g 75 g
- Larutan suplementasi mineral 20 ml
- Tambahkan air menjadi 1000 ml
- Kandungan Kalori 100 Kkal /dl 135 Kkal /dl
Catatan Gula dapat diganti dengan tepung beras yang sudah dimasak .
Keuntungannya: Osmolaritas lebih rendah.
PMT pemulihan diberikan dengan cara :
- Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan
setiap hari
- Pemberian makanan pada balita gizi kurang di rumah, dianjurkan mengikuti
pedoman pemberian makan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak
Cara Penyuluhan Gizi dan Kesehatan
- Ibu memperoleh penyuluhan gizi/ kesehatan serta demonstrasi cara
menyiapkan dan pengolahan makanan untuk anak gizi kurang.
- Penyuluhan pemberian makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT)
- Penyuluhan tentang tumbuh kembang anak termasuk cara stimulasi anak.
- Penyuluhan tindak lanjut jika anak tetap tidak naik BB sesuai harapan.
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

229

Lampiran 3
Cara Pembuatan RESOMAL

LAMPIRAN LAMPIRAN

Resomal digunakan untuk mengatasi dehidrasi/diare pada anak gizi


buruk. ReSoMal dibuat dengan bahan dasar oralit dan mineral mix.
Larutan ReSoMal dapat dibuat dengan resep sebagai berikut:
Bubuk WHO-ORS utk 1 liter (*)
: 1 pak
Gula pasir
: 50 gram
Lar. Elektrolit/mineral (**)

: 40 ml
Ditambah air sampai
: 2 liter
Setiap 1 liter cairan Resomal: Na = 37,5 mEq, K = 40 mEq dan Mg = 1,5 mEq
(*) Bubuk WHO-ORS/1 liter: NaCl 2,6 gram, trisodium citrat dihidrat 2,9
gram, KCl = 1,5 g dan glukosa 13,5 gram.
Cara membuat lar. Elektrolit/mineral mix
(**) komposisi:
KCl

: 224 gram
Tripotasium citrat : 81 gram
MgCl2.6H2O
: 76 gram
Zn acetat 2 H2O
: 8,2 gram
CuSO4.5H2O
: 1,4 gram
Ditambah air sampai : 2.5 liter
Atau 1 sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml air matang untuk
bahan pembuatan 1 ltr F-75 atau F- 100 / Resomal
Modifikasi ReSoMal:
BAHAN
UNTUK 2000 ml
Bubuk WHO-ORS
1 pak @ 1000 ml
Gula pasir
50 gr
Bubuk KCl
4 gr
Ditambah air sampai 2 liter

Atau
Larutan WHO-ORS siap pakai
: 1 liter
Gula pasir : 50 gr
Bubuk KCL
: 4 gr
Ditambah air sampai
: 2 liter
230

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Catatan:
Oralit yang tersedia di pasaran 1 sachet dicairkan untuk 200 ml air, Untuk
membuat resomal oralit harus diencerkan dua kali yaitu 400 ml, sehingga untuk
membuat ReSoMal sebanyak 400 ml diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
Bubuk Oralit
: 1 sachet
Gula pasir
: 10 gr
Mineral mix
: 8 ml
Ditambah air sampai : 400 ml

Karena modifikasinya tidak mengandung Mg, Zn dan Cu, maka diberikan


bahan makanan yang mengandung sumber mineral tersebut. Dapat pula
diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maksimum 2 ml.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

231

LAMPIRAN LAMPIRAN

Apabila tidak tersedia mineral mix digunakan bubuk KCl dengan bahan-bahan
sebagai berikut:
Bubuk Oralit
: 1 sachet
Gula pasir
: 10 gr
KCl
: 0,8 gr
Ditambah air sampai : 400 ml

Lampiran 4
Bahan

LAMPIRAN LAMPIRAN

Susu skim bubuk

Formula WHO
Per
1000 ml

F 100

F 75

25

85

Gula pasir

100

50

Minyak sayur

30

60

Larutan elektrolit

Ml

20

20

Tambahan air s/d

Ml

1000

1000

Energi

Kalori

750

1000

Protein

29

Lactosa

13

42

Potasium

Mmol

36

59

Sodium

Mmol

19

Magnesium

mmol

4.3

7.3

Seng

Mg

20

23

Copper

Mg

2.5

2.5

% energi protein

12

% energi lemak

36

53

Mosm/l

413

419

Osmolarity

232

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Cara membuat:
Formula WHO (F-75 dan F-100)
a. Dengan blender
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan mineral mix, tambahkan
air hangat sedikit, kemudian blender, tambahkan air sampai menjadi sesuai
yang dibutuhkan. Larutan ini bisa langsung diminum.

Formula 75 untuk penderita diare ( F 75 dengan tepung )


Cara membuatnya sama dengan cara membuat Formula WHO , tetapi
tambahkan tepung beras, dan Formula ini harus dimasak sampai mendidih
selama 5-7 menit

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

233

LAMPIRAN LAMPIRAN

b. Manual, dengan tangan


Bila tidak ada blender, dapat dibuat dengan manual dengan cara :
mencampurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan kalis,
tambahkan susu skim sedikit demi sedikit sampai tercampur dengan rata,
kemudian tambahkan mineral mix, bila sudah tercampur rata tambahkan
air hangat sedikit demi sedikit sampai menjadi sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Larutan ini bisa langsung diminum.

Lampiran 5

Lampiran 5

Makanan Fase Rehabilitasi

Makanan Fase Rehabilitasi

Contoh resep makanan dengan kandungan 200 kkal dan 6 gr protein / porsi
Contoh resep makanan dengan kandungan 200 kkal dan 6 gr
diberikan
7 kali
sehari
protein / porsi diberikan
7 kali
sehari

LAMPIRAN LAMPIRAN

Resep 1

Resep 2

Bahan makanan
Tepung beras

25

Susu

120

Gula

15

Minyak atau margarin

beras

25

Kacang-kacangan

20

Labu

25

Sayuran hijau

25

Minyak/ margarin

10

air

250

230

234

Per saji

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 6
Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan

LAMPIRAN LAMPIRAN

231Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku

235

Penjelasan Hasil Penimbangan pada KMS tersebut adalah :


a. TIDAK NAIK, grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya
atau kenaikan berat badan kurang dari KBM (<800 g)
b. NAIK, grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya atau
kenaikan berat badan lebih dari KBM (>900 g)
c. NAIK, grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya atau kenaikan
berat badan lebih dari KBM (>500 g)
d. TIDAK NAIK, grafik berat badan mendatar atau kenaikan berat badan
kurang dari KBM (>400 g)

LAMPIRAN LAMPIRAN

e. TIDAK NAIK, grafik berat badan menurun atau kenaikan berat badan kurang
dari KBM (<300 g)

236

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 7
Contoh Menu PMT Ibu Hamil KEK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

233

LAMPIRAN LAMPIRAN

Menu makanan tambahan mengandung 600-700 kcal dan 15-20 gr


protein
Menu hari I
Bubur kacang ijo
1 gls belimbing (250 gr)
Pisang susu
1 bh sdg (150 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari II
Taripang
3 bj (150 gr)
Telur ayam rebus
1 btr (40 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari III
Bubur ayam
2 sdk sayur (270 gr)
Pisang susu
2 bh sdg (150 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari IV
Nagasari
3 bj (250 gr)
Telur ayam rebus
1 btr (40 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari V
Bubur manado
2 sdk sayur (270 gr)
Tempe goreng
2 sdm (50 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VI
Dadar gulung
2 bj (200 gr)
Pisang susu
2 bh sedang (150 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc
Menu hari VII
Pallu butung
3 sdk sayur (360 gr)
Telur ayam rebus
1 btr (40 gr)
Susu
1 sachet (27 gr) = 200 cc

237

Lampiran 8
Contoh Menu Ibu Hamil Anemia
WAKTU
Pagi

MENU
Nasi
Pepes Ikan kembung
Tempe goreng

LAMPIRAN LAMPIRAN

Urapan

Jam 10.00

Combro

Siang

Nasi
Ayam bumbu rujak
Bergedel tahu udang

Sayur bening daun


katuk
Jus Jambu biji
Jam 16.00

Bubur kacang hijau

Malam

Mi ayam

Sebelum tidur

Buah
Susu Cokelat

238

BAHAN
MAKANAN

BERAT/URT

Nasi
Ikan kembung
Tempe
Minyak
Kol
Kacang panjang
Taoge
Kelapa parut
Singkong
Oncom
Kelapa parut
Minyak
Nasi
Hati bumbu rujak
Santan
Tahu
Udang
Telur
Minyak

150
75 g
50 g
5 g (1/2 sdm)
30 g
50 g
25 g
40 g
50 g
25 g
25 g
5g
200/ 1,5 gelas
75 g
1/4 gelas
50 g
25 g
50 g
5 g (1/2 sdm)

Daun katuk
Jambu biji
Gula pasir
Kacang hijau
Ketan
Susu
Gula merah
Mi basah
Ayam
Telur
Cay Sim
Pepaya
Susu segar
Gula pasir

75 g
100 gr
1 sdm
25 g
25 g
50 g
25 g
100 g
75 g
100 g
50 g
100 g
200 g/ 1 gelas
1 sdm

234
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

NILAI GIZI :
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fe

= 2520.15 Kalori
= 131.1 g
= 89.05 g
= 331.3 g
= 46.425 mg

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

239

Lampiran 9

Contoh Menu Ibu Hamil pre Eklampsia

WAKTU
Pagi

MENU
Nasi tim
Telur ceplok air saos
tomat

Nasi tim

Ca sayuran

Sawi

Susu
Jam 10.00

LAMPIRAN LAMPIRAN

Siang

Jam 16.00

BAHAN
MAKANAN

Setup buah

Telur ayam

25 g / 1/4 gls
25 g / 1/4 gls

Minyak

5 g / 1/2 sdm

Susu bubuk

25 g /5 sdm

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Pisang

100 g / 1 btr

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Nasi tim

Nasi tim

Pepes daging tahu

Daging

50 g

Bobor Bayam

Tahu
Bayam

100 g
75 g

1 1/2 gls

Santan

25 g

Buah

Pepaya

100 g

Jus Alpokat

Alpokat

100 g
25 g / 5 sdm

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Nasi tim

Nasi tim

75 g / 1.5 gls

Pepes Ikan

Ikan

50 g / 1 ptg sdg

Tempe bacem

Tempe

50 g / 1 ptg sdg

Sayur bening bayam

Bayam

75 g/ 3/4 gls

Minyak
Pisang

10 g / 1 sdm
100 g / 1 ptg sdg

NILAI GIZI :
EnergiI
= 2128 KALORI
Protein
= 80 g
Lemak
= 63 g
Karbohidrat = 305 g
Fe
= 24.2 mg
Na
= 403 mg

240

1 gls
50 g / 1 btr

Wortel

Susu bubuk
Malam

BERAT/URT

236
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 10 Bagan Tatalaksana Diare

Apakah anak Anda


Menderita Diare ?

LAMPIRAN LAMPIRAN

237
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

241

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lanjutan Bagan
238

242

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

239

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

243

LAMPIRAN LAMPIRAN

240

244

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

241Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku

245

Lampiran 11
Jenis Diet Penderita Diare Persisten
Jenis diet pertama untuk diare persisten: diet yang banyak mengandung
pati (starch), diet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Diet ini harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, beri susu sebagai sumbar
protein hewani, tapi tidak lebih dari 3,7 g laktosa/kg berat badan/hari dan harus
mengandung setidaknya 10% kalori dari protein. Contoh berikut mengandung 83
kalori/100 g, 3,7g laktosa/kg berat badan/hari dan 11% kalori dari protein:
Susu bubuk lemak penuh (atau susu cair: 85 ml) 11 g
Nasi
15 g
Minyak sayur 3,5 g
Gula tebu
3g
Air matang
200 ml

Jenis diet kedua untuk diare persisten: Tanpa susu (bebas laktosa) diet
dengan rendah pati (strarch)
Diet yang kedua harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, dan menyediakan
setidaknya 10% kalori dari protein (telur atau ayam). Contoh di bawah ini mengandung
75 kalori/100 g:
Telur 1 butir
64 g
Beras
3g
Minyak sayur 4 g
Gula

3g
Air matang
200 ml
Ayam masak yang ditumbuk halus (12 g) dapat digunakan untuk mengganti telur untuk
memberikan diet 70 kalori/100 g.

Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri
dengan cara sebagai berikut;
Bahan:
Beras 40 g ( gelas)
Tempe 50g (2 potong)
Wortel 50 g ( gelas)
Cara membuat:
- Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel
- Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus.
- Bubur tempe siap disajikan
246

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 12
Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun)

LAMPIRAN LAMPIRAN

243

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

247

Lampiran 13
Lampiran 13

Daftar
Bahan
Makanan
Daftar
Bahan
Makanan
Penukar Penukar

LAMPIRAN LAMPIRAN

GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)


GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat)
Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok.
Jenis
diet pertama
untuk diare
persisten: diet: yang
mengandung
Satu-satuan
penukar
mengandung
40 gbanyak
Karbohidrat;
4 gpati
Protein;
(starch),
diet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)
175 Kalori
Bahan Makanan
Bengkuang
Bihun
Biskuit
Gadung
Ganyong
Gambii
Havermuut
Jagung Segar
Kentang
Kentang Hitam
Maizena
Makaroni
Mi Basah
Mi Kering
Nasi Beras Giling
Nasi Beras 1/2 Giling
Nasi Ketan Hitam
Nasi Ketan Putih
Roti Putih
Roti Warna Coklat
Singkong
Sukun
Talas
Tape Beras Ketan
Tape Singkong
Tepung Tapioka
248

URT
2 bj bsr
1/2 gls
4 bg bsr
1 ptg
1ptg
1 ptg
5 1/2 sdm
3 bj sdg
2 bh sdg
12 bj
10 sdm
1/2 gls
2 gls
1 gls
3/4 gls
3/4 gls
3/4 gls
3/4 gls
3 iris
3 iris
1 1/2 gls
3 ptg sdg
1/2 bj sdg
5 sdm
1 ptg sdg
8 sdm

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Gram
320
50
40
175
185
185
45
125
210
125
50
50
200
50
100
100
100
100
70
70
120
150
125
100
100
50

Ket
S++
Na+
S++
S++
S++
S+
S++
K+
PPPNa+, PNa+

Na+
K+, P-, S+
S++
S+
S++, P-

Bahan Makanan
Tepung
BerasMakanan
Bahan
Tepung Hunkwee
Beras
Tepung Sagu
Hunkwee
Singkong
Tepung Sagu
Teribu
Tepung Singkong
Ubi JalarTeribu
Kuning
Tepung
Krupuk
Ubi JalarUdang/Ikan
Kuning
Krupuk Udang/Ikan

URT
8 sdm
URT
10
sdm
8 sdm
8 sdm
10
sdm
85 sdm
5 sdm
bj sdg
51 sdm
31 bj sdg
3 bj sdg

Gram
50Gram
50
50
50
50
135
50
30
135
30

Ket
Ket
PPS++, PS++, P-

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

245

249

LAMPIRAN LAMPIRAN

Keterangan : Na+
= Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein
Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg
P- = Rendah Protein

S++
=
6 g
= Tinggi Kalium
++
+ = Natrium
>Serat
6 g >200-400
K+K+
== Tinggi
KeteranganS : =NaSerat
mg
PRendahKalium
Protein

S+++ ==S+
Serat
S
Serat= 3-6
>Serat
6 gg 3-6 g
K+ = Tinggi Kalium
S+ = Serat 3-6 g
GOLONGAN
Hewani)
GOLONGANIIII(Sumber
(SumberProtein
Protein
Hewani)
Umumnya
sebagai
lemak.
Menurut
kandungan
lemaknya,
sumber
protein
GOLONGAN
II (Sumber
Protein
Hewani)
Umumnyadigunakan
digunakan
sebagai
lemak.
Menurut
kandungan
lemaknya,
sumber
hewani
menjadi
3menjadi
kelompok
: Menurut: kandungan lemaknya, sumber protein
Umumnya
digunakan
lemak.
proteindibagi
hewani
dibagisebagai
3 kelompok
1. Rendah
lemak
hewani
dibagi
menjadi 3 kelompok :
1.Satu
Rendah
lemak
satuan
penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
1. Rendah
lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Bahan
URT
Gram
Ket
Babat Makanan
1 ptg bsr
40
Ko+, Pr+
Babat
1 ekor
ptg bsr
40
Ko+, Pr+
Cumi-cumi
kcl
45
Cumi-cumi
1 ekor
kcl
45
Daging Asap
lembar
20
Ayam Tanpa Kulit
ptg sdg
40
Daging Asap
1 lembar
20
Daging Ayam
1 ptg sdg
40
KerbauTanpa Kulit
35
Daging
Kerbau
1 ptg sdg
35
Dendeng
Daging Sapi
15
Dendeng
1 ptg sdg
15
Dideh SapiDaging Sapi
35
GabusSapi
Kering
kcl
10
Dideh
1 ptg sdg
35
Gabus
Kering
1 ptg kcl
10
Ikan Asin
Kering
sdg
15
Na+
Kakap
35
Ikan Asin
Kering
11/3ptgekor
sdgbesar
15
Na+
Kembung
sdg
30
Ikan Kakap
1/3 ekor besar
35
Ikan Kembung
1/3
30
Lele
1/2 ekor sdg
40
Mas
1/3 ekor sdg
45
Ikan Lele
1/2
40
Ikan Mas
1/3 ekor sdg
45

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Ikan Mujair
1/3 ekor kcl
30
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Ikan Peda
1 ekor kcl
35
Ikan
1/3
30
Ikan Mujair
Pindang
1/2 ekor
ekor kcl
sdg
25
Ikan
11 ekor
kcl
35
Ikan Peda
Segar
ptg sdg
40
Ikan
Pindang
1/2
25
Kepiting
1/3 ekor
gls sdg
50
Ikan
Segar
1
ptg
sdg
40
Kerang
1/2 gls
90
Na+, Pr+
Kepiting
1/3
50
Lemuru
1 ptggls
35
Kerang
1/2
90
Na+, Pr+
Putih Telur Ayam
2 1/2glsbtr
65
Lemuru
1
ptg
35
Rebon Kering
2 sdm
10
Putih Telur Ayam
2 1/2 btr
65
Rebon segar
2 sdm
45
Rebon Kering
2 sdm
10
Selar Kering
1 ekor kcl
20
Rebon segar
2 sdm
45
Sepat Kering
1 ptg sdg
20
Selar
Kering
11 ekor
20
Teri Kering
sdm kcl
20
Sepat
Kering
1
ptg
sdg
20
Teri Nasi
1/3 gls
20
Teri
Kering
15 sdm
20
Udang
Segar
ekor sdg
35
Ko+
Teri Nasi
1/3 gls
20
Keterangan
Keterangan
:

Udang Segar
5 ekor sdg
35
Ko+
+
Natrium

Na+ Na
Natrium
200-400
mg200-400 mg
+
Keterangan
Tinggi Kolesterol

Ko+ Ko
Tinggi Kolesterol
Na
Natrium
200-400 mg
Pr++
Tinggi Purin

Pr+ Ko
Tinggi
PurinTinggi Kolesterol
+
2. Lemak sedang
Pr+
Tinggi
Purin g Lemak;75 Kalori
Satu satuan penukar mengandung
: 7 g Protein;5
2.
sedang
2. Lemak
Lemak sedang
Bahan
Makanan
URT ::77 gg Protein;5
Ket
Satu
satuan
penukar
g Lemak;75
Lemak;75Kalori
Kalori
Satu
satuan
penukarmengandung
mengandung
Protein;5 Gram
Bakso
10 bj sdg
170
Bahan Makanan
URT
Gram
Ket
Daging Anak Sapi
1 ptg sdg
35
Bakso
10 bj sdg
170
Daging Domba
1 ptg sdg
40
Daging Anak Sapi
1 ptg sdg
35
Daging Kambing
1 ptg sdg
40
Daging Domba
1 ptg sdg
40
Daging
Sapi
1
ptg
sdg
35
Ko+
Daging Kambing
1 ptg sdg
40
Ginjal Sapi
Daging
Sapi
Hati
Ayam
Ginjal Sapi

ptg bsr
11 ptg
sdg
11 bh
sdg
ptg bsr

45
35
30
45

Ko+,+ Pr+
Ko
+
Pr
Ko+, Pr+

Hati Ayam
Babi
Hati

ptgsdg
sdg
11 bh

35
30

Ko++, Pr+
Pr

Hati Babi

1 ptg sdg

35

Ko+, Pr+

250

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

246

Bahan Makanan

URT

Gram

Ket

Hati Sapi

1 ptg sdg

35

Ko+, Pr+

Otak

1 ptg bsr

65

Ko+, Pr+

Telur Ayam

1 btr

55

Ko+

Telur Bebek Asin

1 btr

50

Telur Penyu

2 btr

60

Telur Puyuh

5 btr

55

Usus Sapi

1 ptg bsr

50

Ko, Pr

3. Tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori
URT

Gram

Ket

Bebek
Belut

1 ptg sdg
3 ekor kcl

45
45

Pr+

Corned beef
Daging Ayam Dengan
Kulit
Daging Babi

3 sdm

45

Na+

1 ptg sdg
1 ptg sdg

40
50

Ham

1 1/2 ptg kcl

40

Ko+
Ko+
Na++, Ko+,
Pr+

Sardencis

1/2 ptg sdg

35

Pr+

Sosis
Kuning Telur Ayam
Telur Bebek
Telur Ikan

1/2 ptg sdg


4 btr
1 btr
1 ptg sdg

50
45
55
40

Na+
Ko+
Ko+

Keterangan :
Na+
Natrium 200-400 mg
Ko+
Tinggi Kolesterol

Na++ Natrium > 400 mg


Pr+ Tinggi Purin

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

247

251

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan

LAMPIRAN LAMPIRAN

GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati)


GOLONGAN
III (Sumber
Protein
Umumnya
digunakan
sebagai
laukNabati)
juga. Satu satuan penukar mengandung
digunakan
juga. Satu
satuan penukar mengandung 7 g
7Umumnya
g Karbohidrat
; 5 g sebagai
Protein; lauk
3 g Lemak;
75 Kalori
Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori
Bahan Makanan
Kacang Hijau
Kacang Kedelei
Kacang Merah
Kacang Mente
Kacang Tanah
Kacang Tanah Kupas
Kacang Tolo
Keju Kacang Tanah
Kembang Tahu
Oncom
Pete Segar
Tahu
Tempe
Sari Dele Bubuk

URT
2 sdm
2 1/2 sdm
2 sdm
1 1/2 sdm
2 sdm
2 sdm
2 sdm
1 sdm
1 lembar
2 ptg kcl
1/2 gls
1 bj bsr
2 ptg sdg
2 1/2 gls

Keterangan :
Keterangan
S+ Serat 3-6: g
S++ Serat > 6 g
S+
Serat 3-6Lemak
g TidakS++
>6g
Tj+ Sumber
JenuhSerat
Tunggal
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal

252

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Gram
20
25
20
15
15
15
20
15
20
40
55
110
50
185

S++
S+
S+
Tj+
S+Tj+
Tj+
S++
S+

Ket

GOLONGAN IV (Sayuran)
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat
kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari
GOLONGAN IV (Sayuran)
daun-daunan
seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat kapur, zat
panjang,
buncis,
labu kuning,
dansebagai
sebagainya.
Satudaripenukar
adalah
besi dan
fosfor.wortel,
Hendaknya
digunakan
campuran
daun-daunan
: bayam,
kangkung,
daun singkong,
dengan kacang
buncis,
100 seperti
g sayuran
campur
lebih kurang
1 gelas (setelah
dimasakpanjang,
dan ditiriskan).
wortel, labu
kuning,dibagi
dan sebagainya.
penukarberdasarkan
adalah 100 g sayuran
campurzat
Golongan
sayuran
menjadi 3Satu
macam
kandungan
lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi
gizinya
menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya
Sayuran
Sayuran
A A
Digunakan
sekehendakkarena
karena sangat
sekali
kandungan
Kalorinya
Digunakan
sekehendak
sangatsedikit
sedikit
sekali
kandungan
Energi nya
Baligo
S+

Jamur Kuping Segar

S++

Ketimun

S+K+

LAMPIRAN LAMPIRAN

Gambas (oyong)

Labu Air
Lettuce

S+

Lobak

S++

Slada

S+K+

Slada Air

S+

Tomat

Sayuran B
Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein;
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein; 25
25 Kalori
Kalori
Kalori

Cabe Hijau Besar


Caisim
Daun Koro
Pe-Cay
Tomat
Jagung Muda
Kol

S++
S++
S+
S+K+
S++K+
S+
S+K+
249 Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS
Buku

253

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bawang Bombai
Bayam
Bit
Brokoli
Buncis
Cabe Merah Besar
Daun Bawang
Daun Bluntas
Daun Kacang Panjang
Daun Kecipir
Daun Kemangi
Daun Lobak
Daun Lomponh Tales
Daun Pakis
Daun Pohpohan
Sawi
Seledri
Taoge Kacang Hijau
Terong
Genjer
Kangkung
Jantung Pisang
Kacang Buncis
Kacang Panjang
Kapri Muda
Kecipir (buah muda)
Kembang Kol
Kucai
Labu Siam
Labu Waluh
Leunce
Pare
Pepaya Muda
Rebung
Tebu Terubuk
Wortel

K+
K+
S+
S++
S++
S+K+
S++

S+
S++
S+
S++
S+K+
S++
S+
S+
S++K+
S+
S+
S++K+
S+
K+
S++
S+
S+K+
S+

250

254

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Sayuran
Sayuran
CC
Satu
satuan
penukar(100
(100 g)
g Karbohidrat;
3 g Protein;
50
Satu
satuan
g) mengandung
mengandung: 10
: 10
g Karbohidrat;
3 g Protein;
Sayuran
C penukar
Kalori
50 Satu
Kalorisatuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3 g Protein; 50
Kalori
Bayam Merah

S+K+

Bayam
Merah
Daun Katuk

SS+K+

Daun Katuk
Labu Siam
Daun

Daun
Siam
Daun Labu
Mangkokan

S++

Daun Pepaya
Malinjo
Daun
Singkong
Daun Pepaya
Daun Singkong
Tales
Daun
Kacang
Kapri
Daun
Tales
Kluwih
Kacang Kapri
Malinjo
Kluwih

SK++++
+ +
KS++K
+
SS+K+
+
S
+
S
Ka
+
S

Nangka Muda
Malinjo

Ka
S+

Taoge Kacang
Nangka
Muda Kedele

S+

Taoge Kacang Kedele

GOLONGANVV(Buah-buahan
(Buah-buahan dan
GOLONGAN
danGula)
Gula)
Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
GOLONGAN
V (Buah-buahan
dan Gula)karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
Merupakan
sumber
vitamin terutama
merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit
Merupakan sumber
sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga
merupakan
dan biji (berat bersih)mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang
merupakan
sumber
mineral.
Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit
tanpa
dan
biji (berat
bersih)
Satukulit
satuan
penukar
mengandung
: 12 g Karbohidrat; 50 Kalori
dan biji (berat bersih)
Satu
satuan
penukar
mengandung
Karbohidrat;50 50
Kalori
Satu satuan penukar mengandung : :1212g gKarbohidrat;
Kalori
Bahan Makanan
AnggurMakanan
Bahan
Apel Merah
Anggur
Apel Merah
Malang
Apel
ArbeiMalang
Apel
Belimbing
Arbei
Blewah
Belimbing
Cempedak
Blewah
Duku
Cempedak
Durian
Duku
Durian

URT
20 bh sdg
URT
1 bh
20
bhkcl
sdg
bh kcl
sdg
11 bh
bh sdg
sdg
16 bh
1
bh
bsr
6 bh sdg
ptgbsr
sdg
11 bh
bj sdg
17 ptg
sdg
716bjbh
sdgbsr
2 bh
16
bhbsr
bsr
2 bh bsr

Gram
165
Gram
85
165
75
85
135
75
140
135
70
140
45
70
80
45
35
80

251

Ket
S++K+
Ket
S++K+
S+
+
SK+
++ +
S
+
K K
+
S
++
S K+
++
SS+
K
++
S+
K+

35

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

251

255

LAMPIRAN LAMPIRAN

Daun
DaunMangkokan
Malinjo

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan

URT

Gram

Durian

2 bh bsr

35

Jambu Air

2 bh bsr

110

S+

Jambu Biji

1 bh bsr

100

K+

Jambu Bol
Jambu Monyet

1 bh kcl
1 bh bsr

90
80

S+

Jeruk Bali

1 ptg

105

S+K+

Jeruk Garut
Jeruk Manis
Jeruk Nipis
Kolang-kaling
Kedondong
Kemang
Kesemek
Kurma
Kiwi

1 bh sdg
2 bh sdg
1 1/4 gls
5 bj sdg
2 bh sdg
1 bh bsr
1/2 bh
3 bh
1 1/2 bh

115
110
135
25
120
105
65
15
110

S+K+
K+
K+
S++
S++

Lontar
Lychee

16 bh
10 bh

185
75

S++

Mangga

3/4 bh bsr

90

Manggis

2 bh sdg

80

S++

Merkisa

3/4 bh sdg

35

S++

Melon

1 ptg bsr

190

S+

256

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


252

Ket

S+
S+

4 bh sdg
3 bj sdg

75
45

S++

Nenas
Pala (daging)

1/4 bh sdg
4 bh sdg

95
120

S++

Peach
Pear
Pepaya
Bahan Makanan

1 bh sdg
1/2 bh sdg
1 ptg bsr
URT

115
85
190
Gram

S++
S++
S+K+
Ket

Pisang Ambon

1 bh kcl

50

K+

Pisang Kepok

1 bh

45

K+

Pisang Mas

2 bh

40

S+K+

Pisang Raja Sereh

2 bh kcl

40

K+

Plum

2 1/2 bh

140

S+

Rambutan
Sawo

8 bh
1 bh sdg

75
55

Salak

1 bh sdg

65

S+

Semangka
Sirsak

2 bh sdg
1/2 gls

180
60

S+

Srikaya

2 bh bsr

50

S+

Strabery
Gula
Madu

4 bh bsr
1 sdm
1 sdm

215
13
15

S++

253

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Menteng
nangka Masak

257

LAMPIRAN LAMPIRAN

GOLONGAN VI (Susu)
Merupakan
sumber
protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama Vitamin
GOLONGAN
VI (Susu)
(Susu)
GOLONGAN
VI
Merupakan
sumber
protein.
Lemak,
karbohidrat
dan
vitamin(terutama
(terutamaVitamin
VitaminAA
A dan
Niacin),
sertaprotein.
mineral
(zat karbohidrat
kapur dan
fosfor).
Menurut
kandungan
Merupakan
sumber
Lemak,
dan
vitamin
dan Niacin),
Niacin),
serta
mineral
(zat kapur
kapur
danfosfor).
fosfor).Menurut
Menurutkandungan
kandunganlemaknya,
lemaknya,
lemaknya,
sususerta
dibagi
menjadi
3 kelompok
dan
mineral
(zat
dan
susu dibagi
dibagi menjadi
kelompok
susu
1. Susu
tanpamenjadi
lemak33 kelompok
1. Susu
Susu tanpa
tanpa lemak
lemak
1.
Satu
satuan
penukar
Satu satuan
satuan penukar
penukar mengandung
mengandung
Satu
mengandung
1010
g Karbohidrat
75 kalori
10
Karbohidrat7 g Protein
Protein
75 kalori
kalori
gg Karbohidrat
77 gg Protein
75
Bahan Makanan
Makanan
Bahan
Susu Skim
Skim Cair
Cair
Susu

URT
URT
gls
11 gls

Gram
Gram
200
200

Ket.
Ket.
K+
K+

Tepung Susu
Susu Skim
Skim
Tepung

sdm
44 sdm

20
20

K+
K+

Yoghurt Non
Non Fat
Fat
Yoghurt

2/3gls
gls
2/3

120
120

K+
K+

2. Susu rendah lemak


lemak
2. Susu
rendah lemak
penukar mengandung
mengandung
Satu
satuan
penukar
Satu satuan penukar mengandung
Protein 66 ggLemak
Lemak 125Kalori
Kalori
g Karbohidrat
77 gg Protein
1010
g Karbohidrat
7 g Protein
6 g Lemak 125 125
Kalori
Makanan
Bahan Makanan

URT
URT

Gram
Gram

Ket.
Ket.

ptgkcl
kcl
11 ptg

35
35

Na+Ko+
Na+Ko+

Susu Kambing

gls
gls

165
165

K+
K+

tidak Manis
Manis
Susu Kental tidak

gls
gls

100
100

K+
K+

Susu Sapi

11 gls
gls

200
200

K+
K+

Tepung Susu Asam


Asam

77 sdm
sdm

35
35

K+
K+

Yogurt Susu Penuh


Penuh

11 gls
gls

200
200

K+
K+

Keju

258

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


254
254

3. Susu tinggi lemak


3. Susu tinggi lemak
Satu satuan penukar mengandung :
Satu satuan penukar mengandung :
10
g Karbohidrat
7 g
Protein 10 g Lemak
g Karbohidrat
3. 10
Susu
tinggi lemak 7 g Protein 10 g Lemak 150 Kalori

150 Kalori

Satu satuan penukar mengandung :


10
g Karbohidrat
7 g Protein URT
10 g Lemak 150 Kalori
Bahan
Makanan
Gram
Susu Kerbau
Bahan Makanan
Tepung Susu Skim
Susu Kerbau

gls
URT
6 sdm
gls

Ket.

100
Gram
30
100

K+
Ket.
K+Ko+
K+

30

K+Ko+

Tepung Susu
Skim
6 sdm
GOLONGAN
VIIVII(Minyak/Lemak)
GOLONGAN
(Minyak/Lemak)

Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam
Bahan
makanan
inidibagi
hampir
seluruhnya
terdiri dari
kandungan
lemaknya,
minyak
menjadi
2 kelompok,
yaitulemak.
lemak Menurut
tidak jenuh
dan lemak
GOLONGAN
VII (Minyak/Lemak)
jenuh.
Satu
satuan
penukar
mengandung
5 2g kelompok,
Lemak;
50 Kalori
asam
menjadi
yaitu
lemak
tidak jenuh
Bahanlemaknya,
makanan
iniminyak
hampirdibagi
seluruhnya
terdiri
dari
lemak.
Menurut
kandungan
asam
lemaknya,
dibagisatuan
menjadipenukar
2 kelompok,
yaitu lemak
jenuh50dan
lemak
dan
lemak minyak
jenuh. Satu
mengandung
5 gtidak
Lemak;
Kalori
Bahan Makanan
1. LEMAK
TIDAK JENUH
Alpukat
Biji
LabuMakanan
Merah
Bahan
Kacang Almond
Alpukat
Margarin
Jagung
Biji
Labu Merah
Mayonnaise
Kacang Almond
Minyak BijiJagung
Kapas
Margarin
Minyak Bunga Matahari
Mayonnaise
Minyak Jagung
Biji Kapas
Minyak Kacang
Kedelei
Bunga Matahari
Kacang Tanah
Minyak Jagung
SafflowerKedelei
Minyak Kacang
Minyak Zaitun
Kacang Tanah
Minyak Safflower
Minyak Zaitun

URT
1/2 bh bsr
2URT
bj
7 bj bh bsr
1/2
21/4bj sdt
27 sdm
bj
1 sdtsdt
1/4
sdt
21 sdm
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt
1 sdt

255

Gram
60
10
Gram
25
60
5
10
20
25
5
5
20
5
5
5
5
5
5
5

Ket
S+Tj+K+
Ket
S++Tj+K+
S+

Tj+
Tj+
Tj+
Tj++
Tj+

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

255

LAMPIRAN LAMPIRAN

1. LEMAK
jenuh.
SatuTIDAK
satuanJENUH
penukar mengandung 5 g Lemak; 50 Kalori

259

2. LEMAK JENUH
Bahan Makanan
Lemak babi
Mentega
Santan (peras dengan
2.air)
LEMAK JENUH
Kelapa
Bahan Makanan
Keju
Krimbabi
Lemak
Mentega
Minyak
Kelapa
Santan (peras dengan
Minyak
Ini Kelapa Sawit

LAMPIRAN LAMPIRAN

air)

URT
1 ptg kcl
1 sdm

Gram
5
15

1/3 gls

Ket

40

1 ptg kcl
URT
1 ptg
1 ptg
kcl kcl
1 sdm
1 sdt

Gram15
5 15
15 5

Ket

1/3 gls

40

K+
K+
K
K
K

1 sdt

Kelapa
1 ptg kcl
15
Keterangan
:
Keterangan
:
Keju KrimSerat
1 ptg kcl
15
S+
3-6
g
S+ MinyakSerat
3-6 g
Kelapa
1 sdt
5
S++
Serat
>
6
g
S++ MinyakSerat
> 6 Sawit
g
Ini Kelapa
1 sdt
5
SumberLemak
Lemak
Tidak
Jenuh
Tunggal
+
TjTj+
Sumber
Tidak
Jenuh
Tunggal
+
TinggiKalium
Kalium
KK+
Tinggi

K+
K+
K
K
K

Keterangan :
S+
Serat 3-6 g
GOLONGAN
VIIIVIII
Tanpa
Kalori)
S++
Serat
>(Makanan
6 g(Makanan
GOLONGAN
Tanpa
Kalori)
+
Mengandung
kurang
dari 5dari
g Karbohidrat
dan kurang
20 Kalori
Tj
Sumber
Lemak
Tidak
Tunggal
Mengandung
kurang
5Jenuh
g Karbohidrat
dandari
kurang
dari tiap
20 penukarnya
Kalori tiap
+
K makanan
Tinggiyang
Kaliumada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal 3 penukar
Bahan

penukarnya

sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat menyebabkan kenaikan


GOLONGAN
VIII (Makanan
Kalori) rumah tangganya dibatasi maksimal
Bahan
yang Tanpa
ada ukuran
kadar
gulamakanan
darah
kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap penukarnya
3Mengandung
penukar
sehari,
tetapi
jangan
dikonsumsi
sekaligus
karena dapat
Bahan
makanan
yang
tidak
ada
ukuran
rumah
tangganya
dapat 3dikonsumsi
lebih
Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya
dibatasi maksimal
penukar
menyebabkan
kenaikan
kadar
gula karena
darah dapat menyebabkan bebas
sehari, tetapi jangan
dikonsumsi
sekaligus
kenaikan
kadar gulamakanan
darah
Bahan
yang tidak ada
Bahan
Makanan
Ket ukuran rumah tangganya dapat
Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih
dikonsumsi
lebih bebas
Agar-agar
Na++Pr+
bebas
AirBahan
KalduMakanan
Ket
AirAgar-agar
Mineral
Na++Pr+
Air Kaldu
Cuka
Air Mineral
Gelatin
Cuka
Gula Alternatif
Gelatin

Aspartam
Gula Alternatif
sakarin
Aspartam
sakarin
Kecap
Kopi
Kecap
Kopi

260

Na++
Na++

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

256

256

Ket

Minuman Ringan Tanpa Gula


Minuman Tonik Tanpa Gula
Tauco
Teh
Jam Sele, rendah Gula

Na++
K+
2 sdt

Krim, non dairy, cair


Bubuk

1 sdm
1 sdm

Margarin non fat


Manyonaise

1 sdt
1 sdm

Permen tanpa gula

2 sdm

sirup, tanpa gula


Wijen

2 sdm
2 sdm

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan

Keterangan :
Na++
Natrium > 400 mg
K+
Tinggi Kalium
Pr+
Tinggi Purin

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

261

Lampiran 14

Contoh Menu untuk Penderita Hipertensi


(Diet Rendah Garam)

WAKTU

LAMPIRAN LAMPIRAN

Pagi

Jam
10.00
Siang

Malam

262

BAHAN
MAKANAN

MENU
Nasi
Omelet tanpa
garam
Tumis Kacang
panjang

BERAT/URT

Nasi

1 gls

Telur

50 g /1 btr

Kacang panjang

50 g/ 1/2 gls

Minyak

10 g / 1 sdm

Teh manis

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Sari kacang hijau

Kacang hijau

25 g / 2.5 sdm

Gula pasir

15 g / 1.5 sdm

Nasi

Nasi

Lapis daging
Tempe bumbu
rujak

Daging sapi

50 g / 1 ptg sdg

140 g / 2 gls

Tempe

50 g /2 ptg sdg

Tumis kangkung

Kangkung

75 g/ 3/4 gls

Minyak

10 g / 1 sdm

Buah

Mangga

100 g / 1 bh sdg

Nasi

Nasi

140 g / 2 gls

Ayam panggang

Ayam

50 g / 1 ptg sdg

Sup tahu sayur

Tahu

50 g / 1 ptg sdg

Wortel

25 g / 1/4 gls

Kol

25 g / 1/4 gls

Buncis

25 g / 1/4 gls

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

258

NILAI GIZI :
EnergiI = 2230 Kalori
Protein = 75 g
Lemak = 53 g
Karbohidrat = 365 g

Fe
Na

= 24 mg
= 305 mg

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

263

Lampiran 15

Lampiran 15
No.
1

Antioksidan
Betakaroten,
Prekursor (bahan
pembuat) vitamin A

Sumber
Banyak terdapat di dalam wortel, ketela
rambat (biasa disebut ubi atau ubi rambat),
dan buah atau sayur-sayuran yang berwarna
cerah

Vitamin A

Banyak terdapat di dalam ikan, susu, hati

Vitamin C

Banyak terdapat di dalam jeruk, anggur,


pepaya, tomat, brokoli, sebagian besar buahbuahan dan sayuran berwarna hijau

Vitamin E

Banyak terdapat di kacang-kacangan (polongpolongan), minyak sayur, dan hati

Selenium

Banyak terdapat pada ikan, kerang-kerangan,


biji-bijian, bawang putih

Flavonoid &
Polifenol

Banyak terdapat di dalam kedelai dan produkproduk turunannya (misalnya tahu dan tempe),
teh, coklat hitam, anggur.

Likopen

Banyak terdapat di dalam tomat, semangka,


anggur yang berwarna pink atau merah

Lutein

Banyak terdapat di dalam sayuran yang


berwarna hijau tua, misalnya bayam dan
brokoli.

LAMPIRAN LAMPIRAN

Jenis Antioksidan dan Sumbernya

Jenis Antioksidan dan Sumbernya

264

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


260

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

265

BB
(kg)
6
9
13
19
27
34
46
56
60
62
62
60
58
36
46
50
54
55
55
54
53

TB
(cm)

61
71
91
112
130

142
158
166
168
168
168
168
168

145
155
157
159
159
159
159
159

Energi
(kkal)

+17
+17

+18
+18
+18

+180
+300
+300
+330
+400

52
60
58
58
58
57
57
55

50
62
62
62
62
62
60
58

12
16
20
28
38

2000
2150
2150
2250
2100
1900
1500
1400

2100
2550
2650
2700
2550
2250
1800
1500

550
700
1050
1550
1800

Protein
(g)

Lemak
(g)

+11
+13

+6
+10
+10

70
70
70
75
60
50
40
40

70
85
88
90
70
60
50
42

30
35
40
60
70

LAMPIRAN LAMPIRAN

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -< 6 bl
6 -<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua
+45
+55

+25
+40
+40

270
300
300
320
300
280
250
220

290
350
350
370
380
330
300
250

58
80
145
210
250

Karbohidrat
(g)

Serat
(g)

0
0

0
0
0

28
30
30
32
30
26
21
20

29
35
37
38
36
32
25
21

0
10
15
22
25

+800
+500

+300
+300
+300

1800
2000
2100
2300
2300
2300
1600
1500

1800
2000
2200
2500
2600
2600
1900
1600

800
1200
1500
1900

Air
(mL)

TABEL 1. KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Lampiran 16
Daftar Angka Kecukupan Gizi, 2012

Lampiran 17

LAMPIRAN LAMPIRAN

TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN


UNTUK ORANG INDONESIA, 2012
TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -<6 bl
6-<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua

266

TB
(cm)

BB
(kg)

Vitamin A
(g)

61
71
91
112
130

6
9
13
19
27

375
400
400
450
500

5
5
155
15
15

4
5
6
7
7

5
10
15
20
25

142
158
166
168
168
168
168
168

34
46
56
60
62
62
60
58

600
600
600
600
600
600
600
600

15
15
15
15
15
15
20
20

11
15
15
15
15
15
15
15

35
55
55
65
65
65
65
65

145
155
157
159
159
159
159
159

36
46
50
54
55
55
54
53

600
600
600
500
500
500
500
500

15
15
15
15
15
15
20
20

11
15
15
15
15
15
15
15

35
55
55
65
65
65
65
65

+300
+300
+350

+0
+0
+0

+0
+0
+0

+0
+0
+0

+350
+350

+0
+0

+4
+4

+0
+0

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Vitamin D
(g)

Vitamin E
(mg)

Vitamin K
(g)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

267

BB
(kg)

6
9
13
19
27

34
46
56
60
62
62
60
58

36
46
50
54
55
55
54
53

TB
(cm)

61
71
91
112
130

142
158
166
168
168
168
168
168

145
155
157
159
159
159
159
159

+0.4
+0.4

+0.3
+0.3
+0.3

+0.3
+0.3
+0.3

+0.3
+0.3

1.2
1.3
1.3
1.4
1.3
1.1
0.9
0.9

1.3
1.5
1.6
1.6
1.6
1.4
1.1
0.9

0.3
0.4
0.7
1.0
1.1

Vitamin B2
(mg)

1.0
1.1
1.1
1.1
1.1
1.0
0.8
0.7

1.1
1.2
1.3
1.4
1.3
1.2
1.0
0.8

0.3
0.4
0.6
0.8
0.9

Vitamin B1
(mg)

+3
+3

+4
+4
+4

11
12
12
12
12
10
9
8

12
14
15
15
14
13
10
8

3
4
6
9
10

Vitamin B3
(mg)

+0.5
+0.5

+0.4
+0.4
+0.4

1.2
1.2
1.2
1.3
1.3
1.5
1.5
1.5

1.3
1.3
1.3
1.3
1.3
1.7
1.7
1.7

0.1
0.3
0.5
0.6
1.0

Vitamin B6
(mg)

+0.4
+0.4

+0.2
+0.2
+0.2

1.8
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4

1.8
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4

0.4
0.5
0.9
1.2
1.2

Vitamin B12
(g)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -<6 bl
6-<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ thn
Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua
+100
+100

+200
+200
+200

400
400
400
400
400
400
400
400

400
400
400
400
400
400
400
400

65
80
160
200
300

Folat
(g)

TABEL 2b. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

+2
+2

+1
+1
+1

4
5
5
5
5
5
5
5

4
5
5
5
5
5
5
5

1.7
1.8
2
2
3

Pantotenat
(mg)

+5
+5

+0
+0
+0

20
25
30
30
30
30
30
30

20
25
30
30
30
30
30
30

5
6
8
12
12

Biotin
(g)

+75
+75

+25
+25
+25

375
400
425
425
425
425
425
425

375
550
550
550
550
550
550
550

125
150
200
250
375

Choline
(mg)

+25
+25

+10
+10
+10

50
65
75
75
75
75
75
75

50
75
90
90
90
90
90
90

40
50
40
45
45

Vitamin C
(mg)

Lampiran 18

268

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Menyusui
6 bl pertama
6 bl kedua

Kelompok
Umur
Bayi/Anak
0 -<6 bl
6-<12 bl
1-3 th
4-6 th
7-9 th
Laki laki
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th
Perempuan
10-12 th
13-15 th
16-18 th
19-29 th
30-49 th
50-64 th
65-79 th
80+ th

BB
(kg)

6
9
13
19
27

34
46
56
60
62
62
60
58

36
46
50
54
55
55
54
53

TB
(cm)

61
71
91
112
130

142
158
166
168
168
168
168
168

145
155
157
159
159
159
159
159
+0
+0
+0
+0
+0

+200
+200

1250
1250
1250
700
700
700
700
700

1250
1250
1250
700
700
700
700
700

100
250
500
500
500

P
(mg)

+200
+200
+200

1200
1200
1200
1100
1000
1000
1000
1000

1200
1200
1100
1000
1000
1000
1000
1000

200
250
650
1000
1000

Ca
(mg)

+20
+20

+0
+0
+0

162
207
225
324
330
330
324
318

153
207
252
350
350
350
350
350

30
55
60
95
135

Mg
(mg)

+400
+400

+100
+100
+100

700
795
890
900
900
900
900
900

700
795
890
900
900
900
900
900

200
220
340
440
570

Cu
(ug)

+20
+20

+3,5
+3.5
+3.5

21.0
22,5
24.0
30,5
28,8
25,5
20,8
19,1

25.0
30.0
35.0
36,5
35,2
31,2
25,5
20,4

0,2
5,5
11.0
15.0
20.0

Cr
(ug)

+6
+8

+0
+9
+13

20
26
26
26
26
12
12
12

13
19
15
13
13
13
13
13

0,5
7
8
9
10

Fe
(mg)

+100
+100

+100
+100
+100

120
150
150
150
150
150
150
150

120
150
150
150
150
150
150
150

90
120
120
120
120

I
(ug)

TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

LAMPIRAN LAMPIRAN

+4,5
+4.5

+1,2
+4,2
+10,2

12,9
15,8
14
9,3
9,8
9,8
9,8
9,8

14,0
18,2
16,9
13,0
13,4
13,4
13,4
13,3

1,3
3,0
4.0
5.0
11,3

Zn
(mg)

+10
+10

+5
+5
+5

20
30
30
30
30
30
30
30

20
30
30
30
30
30
30
30

5
10
17
20
20

Se
(ug)

+0,8
+0.8

+0,2
+0.2
+0.2

1,6
1,6
1,6
1,8
1,8
1,8
1,8
1,8

1,9
2,2
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3
2,3

0,003
0,6
1,2
1,5
1,7

Mn
(mg)

+0
+0

+0
+0
+0

1,9
2,4
2,5
2,5
2,7
2,7
2,7
2,7

1,7
2,4
2,7
3,0
3,1
3,1
3,1
3,1

0,01
0,4
0,6
0,9
1,2

F
(mg)

+0
+0

+0
+0
+0

1500
1500
1500
1500
1500
1300
1200
1200

1500
1500
1500
1500
1500
1300
1200
1200

120
200
1000
1200
1200

Na
(mg)

+400
+400

+0
+0
+0

4500
4700
4700
4700
4700
4700
4700
4700

4500
4700
4700
4700
4700
4700
4700
4700

400
700
3000
3800
3800

K
(mg)

Lampiran 19

Lampiran 20
Lampiran 17

Grafik IMT Balita (WHO, 2007)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Grafik IMT Balita (WHO, 2007)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

262

269

LAMPIRAN LAMPIRAN

270

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


263

Lampiran 21

Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)


Langkah-langkah pengukuran menggunakan pita LILA :
- tetapkan titik tengah antara siku dan bahu pada lengan kiri atas (beri
tanda)
- lingkarkan pita LILA tepat pada tanda/titik tengah tersebut
- Lampiran
bacalah 18
skalanya secara benar
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)
- Langkah-langkah
catat sesuai dengan
hasil pembacaan (angka atau warna)
pengukuran menggunakan pita LILA :
Yangtetapkan
harus diperhatikan
adalah
bagaimana
menentukan
tengah
lengan
titik tengah antara
siku
dan bahu pada
lengan kirititik
atas
(beri tanda)
kiri atas,
karena
apabila
tidakpada
tepattanda/titik
dapat menimbulkan
perbedaan pada
lingkarkan
pita
LILA tepat
tengah tersebut
bacalah
skalanya secara benar
status
gizi anak.
catat sesuai
hasildapat
pembacaan
(angka
atauanak
warna)
Pengukuran
LILAdengan
ini hanya
digunakan
pada
yang berumur lebih
Yang harus diperhatikan adalah bagaimana menentukan titik tengah lengan kiri atas,
dari
6 bulan atau panjang badannya >65 cm.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

271

LAMPIRAN LAMPIRAN

karena apabila tidak tepat dapat menimbulkan perbedaan pada status gizi anak.
Pengukuran LILA ini hanya dapat digunakan pada anak yang berumur lebih dari 6
bulan atau panjang badannya >65 cm.

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran
19 KMS
KMSAnak
AnakPerempuan
Perempuan
Lampiran 19

272

265
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

266Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku

273

Lampiran 20. KMS Anak Laki-Laki

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 23. KMS Anak Laki-Laki

274

267
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku
268Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

275

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran
KMS Anak
Lampiran 24.
21. Grafik
BeratLaki-Laki
Badan Anak laki Menurut Umur (Z-Score)

276

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 22. Grafik Berat Badan Anak perempuan Menurut Umur (Z-Score)
Lampiran 25. Grafik Berat Badan Anak perempuan Menurut Umur (Z-Score)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

277

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 23. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut


Umur (z-score)
Lampiran 26. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur
(z-score)

278

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

271

Lampiran 24. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut


Umur (z-score)
Lampiran 27. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut
Umur (z-score)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

272

279

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 25. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan


Anak laki-laki
Lampiran 28. Grafik
Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak
Laki-laki

280

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

273

Lampiran 26. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan


Anak Perempuan
Lampiran 29. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak
Perempuan

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

274

281

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran
Berat Badan
Badanmenurut
menurutUmur
UmurAnak
Anak
laki-Laki
Lampiran 30.
27. Tabel
Tabel Berat
laki-Laki
0-50-5 tahun
(Z-Scores)
tahun (Z-Scores)

282

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

275

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

276

283

Lampiran
menurut
Umur
Anak
Perempuan
0-5 0-5
Lampiran28.
31.Tabel
TabelBerat
BeratBadan
Badan
menurut
Umur
Anak
Perempuan
tahun (Z-Scores)

LAMPIRAN LAMPIRAN

tahun (Z-Scores)

284

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

277

LAMPIRAN LAMPIRAN

278
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

285

Lampiran 32. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak
Laki-laki
0-5 tahun
Lampiran 29. Tabel
Panjang
Badan/ (Z-Scores)
Tinggi badan menurut Umur

LAMPIRAN LAMPIRAN

Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)

286

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

279

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku
280 Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

287

LAMPIRAN LAMPIRAN

288

281

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 33. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak
Lampiran 30. Perempuan
Tabel Panjang0-5
Badan/
Tinggi
badan menurut Umur
tahun
(Z-Scores)
Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

282

289

LAMPIRAN LAMPIRAN

290

283
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

284

291

Lampiran 34. Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan
Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores)
Lampiran 31. Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi
badan
Umur Anak
0-5 tahun
(Z-Scores)
Berat Badan
menurut
Panjang
Badan
anak laki-laki dan perempuan
Berat Badan menurut Panjang Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia
bulanStandar
StandarWHO
WHO
2005
Usia 0-24
0-24 bulan
2005

LAMPIRAN LAMPIRAN

Berat badan Anak laki-laki (kg)


-3 SD
1.9
1.9
2.0
2.1
2.1
2.2
2.3
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.7
2.8
2.9
3.0
3.1
3.2
3.3
3.4
3.6
3.7
3.8
3.9
4.1
4.3
4.4
4.5

-2 SD
2.0
2.1
2.2
2.3
2.3
2.4
2.5
2.6
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
4.0
4.1
4.2
4.5
4.6
4.7
4.8

-1 SD
2.2
2.3
2.4
2.5
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
3.0
3.1
3.2
3.3
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.0
4.2
4.3
4.4
4.6
4.9
5.0
5.1
5.3

Median
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.9
3.0
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.8
3.9
4.0
4.1
4.3
4.4
4.5
4.7
4.8
5.0
5.3
5.4
5.6
5.7

PB
(cm)
45.0
45.5
46.0
46.5
47.0
47.5
48.0
48.5
49.0
49.5
50.0
50.5
51.0
51.5
52.0
52.5
53.0
53.5
54.0
54.5
55.0
55.5
56.0
56.5
57.5
58.0
58.5
59.0

4.6
4.7

5.0
5.1

5.4
5.5

5.9
6.0

59.5
60.0

292

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

285

Berat badan Anak Perempuan (kg)


-3
SD
Median
-1 SD
-2 SD
2.5
2.3
2.1
1.9
2.5
2.3
2.1
2.0
2.6
2.4
2.2
2.0
2.7
2.5
2.3
2.1
2.8
2.6
2.4
2.2
2.9
2.6
2.4
2.2
3.0
2.7
2.5
2.3
3.1
2.8
2.6
2.4
3.2
2.9
2.6
2.4
3.3
3.0
2.7
2.5
3.4
3.1
2.8
2.6
3.5
3.2
2.9
2.7
3.6
3.3
3.0
2.8
3.7
3.4
3.1
2.8
3.8
3.5
3.2
2.9
3.9
3.6
3.3
3.0
4.0
3.7
3.4
3.1
4.2
3.8
3.5
3.2
4.3
3.9
3.6
3.3
4.4
4.0
3.7
3.4
4.5
4.2
3.8
3.5
4.7
4.3
3.9
3.6
4.8
4.4
4.0
3.7
5.0
4.5
4.1
3.8
5.2
4.8
4.4
4.0
5.4
4.9
4.5
4.1
5.5
5.0
4.6
4.2
5.6
5.1
4.7
4.3
5.7
5.9

5.3
5.4

4.8
4.9

4.4
4.5

5.2
5.3
5.4
5.6
5.7
5.8
5.9
6.0
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
7.0
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.6
7.7
7.8
7.9
8.0
8.1
8.2
8.3
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7

5.6
5.8
5.9
6.0
6.1
6.2
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
7.0
7.1
7.2
7.3
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
8.0
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4

6.1
6.3
6.4
6.5
6.7
6.8
6.9
7.0
7.1
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.9
8.0
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2

60.5
61.0
61.5
62.0
62.5
63.0
63.5
64.0
64.5
65.0
65.5
66.0
66.5
67.0
67.5
68.0
68.5
69.0
69.5
70.0
70.5
71.0
71.5
72.0
72.5
73.0
73.5
74.0
74.5
75.0
75.5
76.0
76.5
77.0
77.5
78.0
78.5

286

6.0
6.1
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.9
7.0
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.9
8.0
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
9.0
9.1
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8

5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6.0
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
7.0
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.7
7.8
7.9
8.0
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
9.0

5.0
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6.0
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.9
7.0
7.1
7.2
7.3
7.4
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.8
7.9
8.0
8.1
8.2
8.2

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

4.6
4.7
4.8
4.9
5.0
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6.0
6.1
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.9
7.0
7.1
7.1
7.2
7.3
7.4
7.4
7.5
7.6

293

LAMPIRAN LAMPIRAN

4.8
4.9
5.0
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
6.0
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.6
6.7
6.8
6.9
7.0
7.1
7.2
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.6
7.7
7.8
7.9
7.9
8.0

LAMPIRAN LAMPIRAN

8.1
8.2
8.2
8.3
8.4
8.5
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2

8.7
8.8
8.9
9.0
9.1
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9

9.5
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7

10.3
10.4
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6

79.0
79.5
80.0
80.5
81.0
81.5
82.0
82.5
83.0
83.5
84.0
84.5
85.0
85.5

9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3

9.1
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.1
10.2
10.3
10.4

8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5

7.7
7.7
7.8
7.9
8.0
8.1
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8

9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2

10.0
10.1
10.2
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0

10.8
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6
11.8
11.9

11.7
11.9
12.0
12.1
12.2
12.4
12.5
12.6
12.7
12.8

86.0
86.5
87.0
87.5
88.0
88.5
89.0
89.5
90.0
90.5

11.5
11.6
11.7
11.8
12.0
12.1
12.2
12.3
12.5
12.6

10.5
10.6
10.7
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5

9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6

8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8

10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.7

11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6

12.0
12.1
12.2
12.3
12.4
12.5

13.0
13.1
13.2
13.3
13.4
13.5

91.0
91.5
92.0
92.5
93.0
93.5

12.7
12.8
13.0
13.1
13.2
13.3

11.7
11.8
11.9
12.0
12.1
12.2

10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.2

9.9
10.0
10.1
10.1
10.2
10.3

10.8
10.9
11.0
11.1
11.2

11.7
11.8
11.9
12.0
12.1

12.6
12.7
12.8
12.9
13.1

13.7
13.8
13.9
14.0
14.1

94.0
94.5
95.0
95.5
96.0

13.5
13.6
13.7
13.8
14.0

12.3
12.4
12.6
12.7
12.8

11.3
11.4
11.5
11.6
11.7

10.4
10.5
10.6
10.7
10.8

11.3
11.4

12.2
12.3

13.2
13.3

14.3
14.4

96.5
97.0

14.1
14.2

12.9
13.0

11.8
12.0

10.9
11.0

294

287
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

11.5

12.4

13.4

14.5

97.5

14.4

13.1

12.1

11.1

11.6

12.5

13.5

14.6

98.0

14.5

13.3

12.2

11.2

11.7

12.6

13.6

14.8

98.5

14.6

13.4

12.3

11.3

11.8

12.7

13.7

14.9

99.0

14.8

13.5

12.4

11.4

11.9

12.8

13.9

15.0

99.5

14.9

13.6

12.5

11.5

12.0

12.9

14.0

15.2

100.0

15.0

13.7

12.6

11.6

LAMPIRAN LAMPIRAN

288
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

295

Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan


Usia 24 60 bulan Standar WHO 2005
Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan
Usia 24 60 bulan Standar WHO 2005

LAMPIRAN LAMPIRAN

Berat badan Anak laki-laki (kg)

Berat badan Anak Perempuan (kg)

-3 SD

-2 SD

-1 SD

Median

TB
(cm)

Median

-1 SD

-2 SD

-3 SD

5.9

6.3

6.9

7.4

65.0

7.2

6.6

6.1

5.6

6.0

6.4

7.0

7.6

65.5

7.4

6.7

6.2

5.7

6.1

6.5

7.1

7.7

66.0

7.5

6.8

6.3

5.8

6.1

6.6

7.2

7.8

66.5

7.6

6.9

6.4

5.8

6.2

6.7

7.3

7.9

67.0

7.7

7.0

6.4

5.9

6.3

6.8

7.4

8.0

67.5

7.8

7.1

6.5

6.0

6.4

6.9

7.5

8.1

68.0

7.9

7.2

6.6

6.1

6.5

7.0

7.6

8.2

68.5

8.0

7.3

6.7

6.2

6.6

7.1

7.7

8.4

69.0

8.1

7.4

6.8

6.3

6.7

7.2

7.8

8.5

69.5

8.2

7.5

6.9

6.3

6.8

7.3

7.9

8.6

70.0

8.3

7.6

7.0

6.4

6.9

7.4

8.0

8.7

70.5

8.4

7.7

7.1

6.5

6.9

7.5

8.1

8.8

71.0

8.5

7.8

7.1

6.6

7.0

7.6

8.2

8.9

71.5

8.6

7.9

7.2

6.7

7.1

7.7

8.3

9.0

72.0

8.7

8.0

7.3

6.7

7.2

7.8

8.4

9.1

72.5

8.8

8.1

7.4

6.8

7.3

7.9

8.5

9.2

73.0

8.9

8.1

7.5

6.9

7.4

7.9

8.6

9.3

73.5

9.0

8.2

7.6

7.0

7.4

8.0

8.7

9.4

74.0

9.1

8.3

7.6

7.0

7.5

8.1

8.8

9.5

74.5

9.2

8.4

7.7

7.1

7.6

8.2

8.9

9.6

75.0

9.3

8.5

7.8

7.2

7.7

8.3

9.0

9.7

75.5

9.4

8.6

7.9

7.2

7.7

8.4

9.1

9.8

76.0

9.5

8.7

8.0

7.3

7.8

8.5

9.2

9.9

76.5

9.6

8.7

8.0

7.4

7.9

8.5

9.2

10.0

77.0

9.6

8.8

8.1

7.5

8.0

8.6

9.3

10.1

77.5

9.7

8.9

8.2

7.5

8.0

8.7

9.4

10.2

78.0

9.8

9.0

8.3

7.6

8.1

8.8

9.5

10.3

78.5

9.9

9.1

8.4

7.7

8.2

8.8

9.6

10.4

79.0

10.0

9.2

8.4

7.8

8.3
8.3

8.9
9.0

9.7
9.7

10.5
10.6

79.5
80.0

10.1
10.2

9.3
9.4

8.5
8.6

7.8
7.9

296

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

289

9.1
9.2
9.3
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6
11.7
11.8
11.9
12.0
12.1
12.2
12.3
12.4
12.5
12.6
12.8

9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3
11.5
11.6
11.7
11.8
11.9
12.0
12.1
12.2
12.3
12.4
12.6
12.7
12.8
12.9
13.0
13.1
13.2
13.3
13.4
13.6
13.7
13.8

10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.7
11.8
11.9
12.0
12.2
12.3
12.4
12.5
12.6
12.8
12.9
13.0
13.1
13.2
13.4
13.5
13.6
13.7
13.8
13.9
14.1
14.2
14.3
14.4
14.6
14.7
14.8
14.9

80.5
81.0
81.5
82.0
82.5
83.0
83.5
84.0
84.5
85.0
85.5
86.0
86.5
87.0
87.5
88.0
88.5
89.0
89.5
90.0
90.5
91.0
91.5
92.0
92.5
93.0
93.5
94.0
94.5
95.0
95.5
96.0
96.5
97.0
97.5
98.0
98.5

10.3
10.4
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.3
11.4
11.5
11.6
11.8
11.9
12.0
12.1
12.3
12.4
12.5
12.6
12.8
12.9
13.0
13.1
13.3
13.4
13.5
13.6
13.8
13.9
14.0
14.1
14.3
14.4
14.5
14.7
14.8

9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.2
11.4
11.5
11.6
11.7
11.8
11.9
12.0
12.1
12.3
12.4
12.5
12.6
12.7
12.8
12.9
13.1
13.2
13.3
13.4
13.5

8.7
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6
11.7
11.8
11.9
12.0
12.1
12.2
12.3
12.4

290
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

8.0
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.8
10.9
11.0
11.1
11.2
11.3
11.4

297

LAMPIRAN LAMPIRAN

8.4
8.5
8.6
8.7
8.7
8.8
8.9
9.0
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
10.0
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
11.0
11.1
11.1
11.2
11.3
11.4
11.5
11.6
11.7
11.8

LAMPIRAN LAMPIRAN

11.9
12.0

12.9
13.0

13.9
14.0

15.1
15.2

99.0
99.5

14.9
15.1

13.7
13.8

12.5
12.7

11.5
11.6

12.1
12.2

13.1
13.2

14.2
14.3

15.4
15.5

100.0
100.5

15.2
15.4

13.9
14.1

12.8
12.9

11.7
11.9

12.3
12.4

13.3
13.4

14.4
14.5

15.6
15.8

101.0
101.5

15.5
15.7

14.2
14.3

13.0
13.1

12.0
12.1

12.5

13.6

14.7

15.9

102.0

15.8

14.5

13.3

12.2

12.6

13.7

14.8

16.1

102.5

16.0

14.6

13.4

12.3

12.8

13.8

14.9

16.2

103.0

16.1

14.7

13.5

12.4

12.9

13.9

15.1

16.4

103.5

16.3

14.9

13.6

12.5

13.0

14.0

15.2

16.5

104.0

16.4

15.0

13.8

12.6

13.1

14.2

15.4

16.7

104.5

16.6

15.2

13.9

12.8

13.2

14.3

15.5

16.8

105.0

16.8

15.3

14.0

12.9

13.3

14.4

15.6

17.0

105.5

16.9

15.5

14.2

13.0

13.4

14.5

15.8

17.2

106.0

17.1

15.6

14.3

13.1

13.5

14.7

15.9

17.3

106.5

17.3

15.8

14.5

13.3

13.7

14.8

16.1

17.5

107.0

17.5

15.9

14.6

13.4

13.8

14.9

16.2

17.7

107.5

17.7

16.1

14.7

13.5

13.9
14.0

15.1
15.2

16.4
16.5

17.8
18.0

108.0
108.5

17.8
18.0

16.3
16.4

14.9
15.0

13.7
13.8

14.1

15.3

16.7

18.2

109.0

18.2

16.6

15.2

13.9

14.3

15.5

16.8

18.3

109.5

18.4

16.8

15.4

14.1

14.4
14.5

15.6
15.8

17.0
17.1

18.5
18.7

110.0
110.5

18.6
18.8

17.0
17.1

15.5
15.7

14.2
14.4

14.6

15.9

17.3

18.9

111.0

19.0

17.3

15.8

14.5

14.8

16.0

17.5

19.1

111.5

19.2

17.5

16.0

14.7

14.9
15.0

16.2
16.3

17.6
17.8

19.2
19.4

112.0
112.5

19.4
19.6

17.7
17.9

16.2
16.3

14.8
15.0

15.2
15.3

16.5
16.6

18.0
18.1

19.6
19.8

113.0
113.5

19.8
20.0

18.0
18.2

16.5
16.7

15.1
15.3

15.4

16.8

18.3

20.0

114.0

20.2

18.4

16.8

15.4

15.6

16.9

18.5

20.2

114.5

20.5

18.6

17.0

15.6

15.7

17.1

18.6

20.4

115.0

20.7

18.8

17.2

15.7

15.8

17.2

18.8

20.6

115.5

20.9

19.0

17.3

15.9

16.0

17.4

19.0

20.8

116.0

21.1

19.2

17.5

16.0

16.1
16.2

17.5
17.7

19.2
19.3

21.0
21.2

116.5
117.0

21.3
21.5

19.4
19.6

17.7
17.8

16.2
16.3

298

291
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

16.4

17.9

19.5

21.4

117.5

21.7

19.8

18.0

16.5

16.5

18.0

19.7

21.6

118.0

22.0

19.9

18.2

16.6

16.7

18.2

19.9

21.8

118.5

22.2

20.1

18.4

16.8

16.8

18.3

20.0

22.0

119.0

22.4

20.3

18.5

16.9

16.9

18.5

20.2

22.2

119.5

22.6

20.5

18.7

17.1

17.1

18.6

20.4

22.4

120.0

22.8

20.7

18.9

17.3

LAMPIRAN LAMPIRAN

292
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

299

Lampiran 35. Tabel IMT / Umur

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 32. Tabel IMT / Umur

300

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

293

LAMPIRAN LAMPIRAN

294

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

301

LAMPIRAN LAMPIRAN

302

295

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

296Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS


Buku

303

LAMPIRAN LAMPIRAN

304

297
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

298
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

305

Lampiran
. . Nilai
Pemeriksaan
Laboratorium
dan dan Elektrolit
Lampiran33.36.
NilaiStandar
Standar
Pemeriksaan
Laboratorium
Elektrolit
HEMATOLOGI

LAMPIRAN LAMPIRAN

1. Lengkap :
Hemoglobin

Laki-laki
: 13-16 g/dl
Perempuan : 12-14 g/dll

Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Laju Endap Darah (LED)
Leukosit
2. Hitung Jenis :
Basofil
Eosinofil
Batang
Segment
Limfosit
Monosit

40-48 %
4,5-5,5 juta/ml
150-400 ribu/ml
< 15
mm
5-10
ribu/ml
<1 %
13 %
26 %
50 70 %
20 40 %
28 %

KIMIA
1. Fungsi hati
Protein Elektroforesa :
Protein Total
Albumin
Alfa 1 Globulin
Alfa 2 Globulin
Beta Globulin
Gamma Globulin
2. Protein :
Protein Total
Albumin
Globulin
3. Bilirubin :
Total
Direk
Indirek

306

299

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

6,6 8,7
45 67
2 6,5
7 13,5
5 12
13,5 28

g/dl
%
%
%
%
%

6 7,8
4 5,2
1,3 2,7

g/dl
g/dl
g/dl

0,3 1
< 0,4
< 0,6

mg/dl
mg/dl
mg/dl

KIMIA
4. Fosfatase Alkali
5. SGOT
6. SGPT
7. Cholinesterase (CHE)

80 306 U/I ( 37 0 )
< 37
U/I ( 37 0 )
< 42
U/I ( 37 0 )
3 11
U/I ( 37 0 )

8.Fungsi Ginjal :
Ureum
Kreatinin
Asam Urat

10 50
< 1,5
3,4 7

9. Fungsi Jantung ( LDH )

230 460 U/I ( 37 0 )

10. Lemak Darah :


Trigliserida
Kolesterol Total
HDL
LDL

40 155
< 200
35 55
< 130

mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl

11. Diabetes Mellitus :


Glukosa Puasa
Glukosa 2 jam sesudah makan

< 110
< 145

mg/ dl
mg/dl

135 147
3,5 5
100 106
8,4 11

mmol/ l
mmol/l
mmol/ l
mg / dl

1. Lengkap :
Berat Jenis
pH
Urobilinogen

1005 1030
58
0,1 1 EU / dl

2. Sedimen :
Leukosit
Eritrosit

< 5 /LPB
< 1/LPB
300

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

12. Elektrolit :
Natrium
Kalium
Klorida
Kalsium Total
URIN

mg/dl
mg/dl
mg/dl

307

Piramida Gizi Seimbang Indonesia

LAMPIRAN LAMPIRAN

Piramida Gizi Seimbang Indonesia

Sumber
: Depkes,
Sumber
: Depkes,
2000 2000
Catatan
: Pada
Wydiakarya
Pangan
dan Gizi
Catatan
: Pada
Wydiakarya
Pangan
dan2012
Gizi 2012
PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang berubah menjadi PGS
PUGS(Pedoman
(Pedoman
Umum
Gizi Seimbang
berubah menjadi PGS
Gizi
Seimbang)
dengan penyempurnaan
(publikasi
belum tersedia
saat ini)
(Pedoman
Gizi Seimbang)
dengan
penyempurnaan
(publikasi belum tersedia saat ini)

308

301
Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Konsep gizi seimbang tidak serta merta bias diwujudkan hanya dengan konsep
4 sehat 5 sempurna, tetapi lebih ditekankan pada pemilihan makanan yang
dalam konsep analisa memenuhi kebutuhan gizi baik zat gizi makro maupun
gizi mikro.
Konsep gizi seimbang meliputi kesesuaian antara faktor konsumsi (in put) zat
gizi dari makanan yang seimbang dengan faktor out put berupa kebutuhan
basal, aktifitas dan faktor stress ( seperti sakit, luka, dsb).

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

309

INDEX

INDEX

Adiposa 154, 185


Albumin 31, 106, 139, 180, 218, 306
Anemia Gizi Besi 87, 91
Angka Kecukupan Gizi 101, 141,
265
Antropometri 3, 12, 19, 24, 28, 29, 30,
39, 42, 43, 46, 51, 52, 53, 134,
139, 154, 190, 200, 265
ASI, 20, 43, 45, 54, 63, 77, 78, 79, 65,
80, 81, 82, 84, 85, 86, 111,
112, 114, 115, 116, 124, 126,
127, 128, 130, 131, 144, 145,
146, 147
Bahan makanan penukar 168, 174,
248
Badan 2, 19, 20, 21, 30, 37, 45, 56, 62,
64, 67, 84, 88, 89, 90, 91, 98,
105, 129, 130, 135, 136, 139,
140, 142, 144, 150, 154, 160,
165, 171, 172, 178, 179, 183,
185, 190, 192, 194, 197, 199,
200, 202, 203, 209, 210, 211,
236, 246, 277, 280, 281, 282,
284, 292, 296
biokimia 12 , 13, 19, 20, 24, 39, 43
campak 49
Diare, 1, 35, 49, 52, 56, 62, 70, 71, 72,
74, 97, 121, 122, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130,
131, 132, 138, 140, 141, 142,
148, 151, 154, 155, 185, 230,
233, 241, 246, 248
edema 30, 33, 45, 46, 52, 53, 54, 61,
64, 66, 68, 75, 105, 106, 108,
171, 173, 184, 218
environment 21, 23, 24
Etiologi 28, 35, 37

310

Food Recall, 135


fosfor 110, 174, 253, 258
fotofobia 63
gigi 32 , 162
Masalah Gizi 1, 8, 9, 11, 13, 14,
15, 19, 20, 21, 22, 23, 29,
31, 35, 45, 87, 107, 111,
134, 139
Terapi Gizi 24, 37, 140
Diagnosa Gizi 3, 7, 8, 9, 11, 12,
13, 14, 15, 22, 23, 27, 35,
36, 37, 40, 41, 42, 43,
102, 159, 171
asuhan gizi 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 13,
14, 27, 28, 35, 39, 40, 41,
42, 49, 50, 78, 81, 100,
102, 106, 111, 121, 122,
128, 132, 134, 138, 140,
143, 145, 147, 150, 155
Tenaga Gizi 1
Ahli Gizi 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 21,
22, 26, 37, 40, 48, 49,
157, 162, 198
Intervensi Gizi 2, 3, 4, 13, 14, 23,
24, 34, 35, 36, 37, 38, 39,
40, 137
Status Gizi 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11,
12, 19, 26, 28, 30, 46, 48,
49, 54, 106, 132, 134,
137, 141, 158, 161, 162,
163, 176, 197, 264
gondok 32
gusi 30, 209
hemoglobin 91, 92, 93, 94, 96, 139,
306
hepatomegali 33, 212
hormon 80, 112, 114, 116, 156, 167, 188

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

INDEX
Hypoglikemia 161
indeks antropometri 46, 134, 190
indeks massa tubuh 163
infeksi 1, 10, 46, 49, 51, 52, 57, 61,
62, 64, 83, 87, 88, 94, 132,
139, 140, 142, 145, 151, 153,
156, 162, 165, 207, 214, 216,
217
jaringan lemak 52, 133, 185, 189
klinis 4, 9, 13, 15, 24, 29, 30, 31, 34,
39, 43, 45, 51, 52, 53, 54, 55,
56, 62, 69, 109, 122, 139, 147,
151, 154, 179, 185, 189, 195,
199, 207, 215, 216, 217, 219,
228
kwashiorkor 52
laktasi 111, 128, 165, 166, 172
Laserasi 189
lingkar kepala, 30, 53
lingkar lengan atas 53, 87, 89, 118, 271
lingkungan 12, 15, 24, 36, 37, 90,
105, 106, 140, 220, 224

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

311

INDEX

malnutrition 60, 61, 132


marasmus 52
mineral 18, 19, 24, 47, 49, 60, 61, 62,
66, 87, 93, 100, 101, 107, 114,
117, 131, 132, 136, 137, 138,
139, 141, 143, 155, 173, 181,
183, 190, 191, 229, 230, 231,
233, 253, 255, 258, 268
Nutrisi Parenteral 196
penyakit 1, 2, 4, 9, 10, 13, 24, 28,
29, 30, 28, 33, 40, 43, 50, 54,
60, 76, 78, 79, 81, 85, 92, 98,
99, 103, 110, 111, 131, 136,
137, 139, 141, 145, 149, 150,
151, 153, 154, 156, 157, 162,
172, 173, 174, 176, 183, 184,

185, 187, 192, 193, 195, 196,


197, 203, 204, 205, 206, 211,
214, 216
pertumbuhan 10, 21, 45, 46, 49, 50, 63,
77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84,
85, 97, 134, 235, 236
posyandu 45, 46, 55, 81, 228
protein 17, 18, 31, 32, 33, 46, 47, 48,
49, 55, 63, 64, 65, 67, 82, 87,
90, 93, 95, 96, 100, 101, 102,
106, 107, 108, 109, 110, 114,
116, 133, 134, 135, 136, 137,
138, 139, 141, 142, 148, 149,
152, 153, 154, 155, 157, 163,
167, 168, 170, 172, 173,180,
190, 193, 194, 198, 201, 204,
206, 209, 211, 214, 216, 218,
219, 220
stres 10, 20, 24, 105, 106, 107, 111,
121, 137, 141, 157, 165, 166,
174, 176, 184, 189, 192, 212,
309,
tanda klinis 15, 199
tinggi badan 2, 30, 165, 199, 278, 279,
280, 281, 286, 289, 292, 296
tumbuh kembang 56, 57, 68, 81, 146,
147, 192, 229
vitamin 18, 19, 32, 33, 34, 47, 49, 62,
63, 87, 89, 93, 94, 95, 96, 99,
100, 101, 102, 100, 101, 105,
113, 116, 128, 131 133, 134,
135, 136, 138, 141, 145, 146,
153, 170, 171, 180, 182, 188,
200, 201, 210, 211, 213, 216,
249, 251, 254, 260
zink 124, 126, 127, 131
137

INDEX

CATATAN

312

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Das könnte Ihnen auch gefallen