Sie sind auf Seite 1von 12

TUGAS MATAKULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
( GEO 2002 )
MAKALAH PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN
BERBASIS KEWARGANEGRAAN

Disusun oleh:
Nama

: Luthfan Prima Zul Fahmi

NIM

: 11/316636/GE/07200

Prodi

: Kartografi dan Penginderaan Jauh

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sebagai bangsa yang besar,
Indonesia memiliki keanekaragaman sosial budaya, sumber daya alam,
dan sejarah. Dengan kekayaan tersebut, menjadikan bangsa Indonesia ini
memiliki tujuan dan cita-cita, agar apa yang telah dimilikinya dapat
dijadikan sebuah pencapaian dari sebuah perjuangan seperti halnya saat
Indonesia terlepas dari penjajahan. Bukan sebatas terlepas dari penjajahan
namun, bangsa Indonesia harus mewujudkan cita-cita bangsa, karena
sebuah kemerdekaan itu bukan sebuah pencapaian hasil dalam perjuangan,
melainkan hanya sebagai alat untuk mewujudkan tujuan nasional serta
cita-cita dari bangsa tersebut, khususnya oleh bangsa Indonesia.
Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu Negara
dalam mendukung keberhasilan pembangunan, hal tersebut di karenakan
kawasan perbatasan merupakan representative nilai kedaulatan suatu
Negara,bermula dari kawasan perbatasan akan mendorong perkembangan
ekonomi, social budaya dan kegiatan masyarakat lainnya yang akan saling
mempengaruhi antara Negara, sehingga berdampak pada strategi kemanan
dan pertahanan Negara. Kawasan perbatasan suatu Negara merupakan
manifestasi utama kedaulatan wilayah Negara,Secara garis besar terdapat
tiga isu utama dalam pengelolaan kawasan perbatasan antar negara, yaitu:
(a) Penetapan garis batas baik di darat mau pun laut; (b) Pengamanan
kawasan perbatasan; dan (c) Pengembangan kawasan perbatasan.
Permasalahan perbatasan yang cukup rumit dan kompleks
ini, kurang mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah atau

pemangku kepentingan. Penanganan perbatasan selama ini belum


dilakukan secara optimal dan kurang terpadu, seringkali terjaditarik
menarik kepentingan antara berbagai pihak yang menangani wilayah
perbatasan baik secara horizontal, sektoral maupun vertikal. Hal lain yang
cukup memprihatinkan adalah keadaan masyarakat yang tinggal di sekitar
daerah perbatasan yang seakan lepas dari perhatian pemerintah pusat
maupun daerah, Kondisi di lapangan memperlihatkan banyak kebijakan
pengelolaan perbatasan negara yang tidak saling mendukung dan/atau
kurang sinergis satu sama lain. Selama ini penanganan terhadap masalahmasalah yang muncul seputar perbatasan masih bersifat ad-hoc, parsial
dan spora diisoleh instansi atau lembaga yang berbeda-beda.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional 2004-2009)
telah menetapkan arah dan pengembangan wilayah Perbatasan Negara
sebagai

salah

satu

program

prioritas

pembangunan

nasional.

Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat erat


dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan
dan

kedaulatan

wilayah,

pertahanan

keamanan

nasional,

serta

meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Paradigma


baru,

pengembangan

wilayah-wilayah

perbatasan

adalah

dengan

mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung


berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga wilayah
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan wilayah
Perbatasan Negara menggunakan pendekatan kesejahteraan (prosperity
approach) dengan tidak meninggalkan pendekatan keamanan (security
approach). Sedangkan program pengembangan wilayah perbatasan
(RPJM Nasional 2004-2009), bertujuan untuk : (a) menjaga keutuhan
wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin oleh

Hukum Internasional; (b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat


setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta
keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan
dengan negara tetangga. Disamping itu permasalahan perbatasan juga
dihadapkan pada permasalahan keamanan seperti separatisme dan
maraknya kegiatan-kegiatan ilegal.
Persoalan perbatasan bukan hanya sekali dua kali muncul ke
permukaan. Banyak sekali program televisi baik tanah air maupun
mancanegara meliput kisah perbatasan. Akan tetapi ini biasanya hanya
terjadi sekali setahun, yaitu menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu, tidak ada lagi pemberitaan, kecuali ada hal spesial seperti
negara tetangga yang berusaha mencaplok perbatasan kita. Permasalahan
perbatasan lebih dari sekadar penyedap peringatan kemerdekaan, atau
unjuk kemegahan negara. Lebih dari itu, negara yang maju mesti
memajukan seluruh elemen negaranya, termasuk perbatasan. Seperti
tujuan negara Indonesia yang melindungi seluruh tumpah darah Indonesia,
warga negara Indonesia di perbatasan mesti dilindungi juga.

II.

Rumusan Masalah
1. Mengapa pembangunan perbatasan menjadi hal yang penting?
2. Apa saja kendala pembangunan perbatasan Indonesia?
3. Bagaimana

membangun

perbatasan

Indonesia

berbasis

kewarganegaraan?

III.

Tujuan
1. Mengetahui pentingnya pembangunan daerah perbatasan Indonesia.
2. Mengetahui berbagai kendala pembangunan daerah perbatasan di
Indonesia

3. Mengetahui cara membangun daerah perbatasan Indonesia berbasis


kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

I.

Pentingnya Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia


Daerah perbatasan merupakan wilayah pembelahan kultural sebuah
komunitas yang dianggap berasal dari satu akar budaya yang sama namun
oleh kebijakan pemerintah dua negara bertetangga, akhirnya dibagi
menjadi dua entitas yang berbeda. Daerah perbatasan juga merupakan
cerminan dari tingkat kemakmuran antara dua negara dan tidak jarang,
daerah ini menjadi ajang konflik antara penduduk yang berbeda
kewarganegaraannya karena tujuan-tujuan tertentu. Bahkan daerah
perbatasan merupakan salah satu wilayah yang potensial untuk melakukan
penyelundupan dan merugikan negara dalam jumlah besar, bahkan
kerugian negara untuk darat dan laut bila dinominalkan bisa mencapai
20 milyar US$ per tahun. Sedangkan Kemiskinan merupakan masalah
klasik di daerah perbatasan, yang sampai sekarang belum tuntas ditangani.
Daerah perbatasan juga sangat rawan terjadi tindak illegal logging dimana
penyebabnya adalah beberapa patok tapal batas Indonesia dan negara
tetangga, yaitu Malaysia, rusak dimakan waktu serta hilang atau terkubur
oleh alam.
Tidak dipungkiri daerah perbatasan memiliki nilai strategis dan
seluruh pilar komponen bangsa hendaknya bersatu padu dengan visi dan
misi untuk membangun daerah perbatasan dan seluruh petinggi negeri
memahami dan mengerti serta tahu akan pentingnya daerah perbatasan
sebagai pondasi untuk menopang wilayah yang bersebelahan dengan
Negara tetangga. Bahkan seminar mengenai daerah perbatasan sudah
berulang kali akan tetapi belum kelihatan greget realisasinya. Sebagai

contoh daerah perbatasan Kalimantan dan Malaysia dimana masalah


frontier ekonomi yang menjadi kendala berporos pada dibutuhkannya
anggaran yang besar untuk membangun perekonomian penduduk daerah
perbatasan,

sementara

kehidupan

penduduk

negara

tetangga

perekonomiannya jauh lebih baik. Dari berbagai persoalan yang muncul


seperti illegal logging, human trafficking maupun penyerobotan wilayah
ini, maka melahirkan persepsi bahwa wilayah perbatasan adalah rawan
dan rentan terhadap konflik dan pelanggaran hukum tanpa memperhatikan
persoalan-persoalan lain. Sebagai akibatnya wilayah perbatasan selalu
didefinisikan dan dipahami secara hitam putih dengan cap negatif. Hal ini
merupakan satu sisi dari realita perbatasan yang jauh lebih kompleks dan
berwarna.
Sebagai penjaga terdepan, selayaknya perbatasan memiliki bekal
yang cukup untuk menjaga negara dari ancaman luar. Masih segar ingatan
masyarakat tentang sengketa Sipadan dan Ligitan yang akhirnya jatuh ke
tangan Malaysia. Indonesia dinilai tidak melakukan langkah apapun dalam
mengelola kedua pulau tersebut, sedangkan Malaysia sudah menerbitkan
peraturan konservasi alam di sana sejak 1930 ketika masih dijajah Inggris
dan operasi mercusuar sejak 1960an. Hal ini tentu memengaruhi
kedaulatan negara secara keseluruhan. Bukan tidak mungkin ancaman
pindah yang dilancarkan beberapa warga Mahakam Ulu diikuti dengan
langkah nyata karena pemerintah Malaysia justru lebih peduli pada
mereka dibandingkan Indonesia selama ini. Tidak cuma Malaysia saja,
kita juga perlu ingat bahwa Indonesia berbatasan dengan banyak sekali
negara. Ada Papua Nugini, Timor Leste, Singapura, Filipina, India,
Australia, Republik Palau, Thailand, juga Vietnam yang menjadi tetangga
kita di wilayah darat ataupun laut. Menariknya, wilayah yang jadi objek
sengketa di perbatasan mengandung nilai strategis, misalnya Natuna.
Wilayah yang sempat jadi berita karena muncul dalam peta Tiongkok ini

memiliki salah satu sumber gas alam terbesar di Asia. Nilai strategis itu
pula yang makin menekankan pembangunan perbatasan di Indonesia.

II.

Kendala Pembangunan Daerah Perbatasan di Indonesia


Pada umumnya daerah pebatasan belum mendapat perhatian secara
proporsional. Kondisi ini terbukti dari kurangnya sarana prasarana
pengamanan daerah perbatasan dan aparat keamanan di perbatasan. Hal
ini telah menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan seperti,
perubahan batas-batas wilayah, penyelundupan barang dan jasa serta
kejahatan trans nasional (transnational crimes). Kondisi umum daerah
perbatasan dilihat dari aspek pancagatra yaitu:
1. Aspek Ideologi,
Kurangnya akses pemerintah baik pusat maupun daerah ke kawasan
perbatasan dapat menyebabkan masuknya pemahaman ideologi lain
seperti paham komunis dan liberal kapitalis, yang mengancam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari rakyat
Indonesia.
2. Aspek Politik,
Kehidupan sosial ekonomi di daerah perbatasan umumnya dipengaruhi
oleh kegiatan di negara tetangga. Kondisi tersebut berpotensi untuk
mengundang ke-rawanan di bidang politik, karena meskipun orientasi
masyarakat masih terbatas pada bidang ekonomi dan sosial, terutama
apabila

kehidupan

ekonomi

masyarakat

daerah

perbatasan

mempunyai ketergantungan kepada perekonomian negara tetangga,


maka hal inipun selain dapat menimbulkan kerawanan di bidang
politik juga dapat menurunkan harkat dan martabat bangsa.
3. Aspek Ekonomi,
Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan dengan
masyarakat negara tetangga mempengaruhi watak dan pola hidup

masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi pengamanan daerah


perbatasan dan rasa nasionalisme. Maka tidak jarang daerah
perbatasan sebagai pintu masuk atau tempat transit pelaku kejahatan
dan

teroris. Daerah

perbatasan

merupakan

daerah

tertinggal

disebabkan antara lain:


a. Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat
aksesibilitas yang rendah.
b. Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
c. Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
daerah perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).
d. Langkanya informasi tentang pemerintah dan masyarakat di
daerah perbatasan (blank spot).
4. Aspek Sosial Budaya,
Akibat globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu pesat, teknologi informasi, dan komunikasi, dapat
mempercepat masuk dan berkembangnya budaya asing ke dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Masyarakat daerah perbatasan
cenderung lebih cepat terpengaruh oleh budaya asing, dikarenakan
intensitas hubungan lebih besar dan kehidupan ekonominya sangat
tergantung dengan negara tetangga. dan hal ini dapat merusak
ketahanan nasional; mempercepat dekulturisasi yang bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
5. Aspek Pertahanan dan Keamanan,
Daerah perbatasan merupakan wilayah pembinaan yang luas dengan
pola penyebaran penduduk yang tidak merata, sehingga menyebabkan
rentang kendali pemerintah, pengawasan dan pembinaan teritorial sulit
dilaksanakan dengan mantap dan efisien. Seluruh bentuk kegiatan atau
aktifitas yang ada di daerah perbatasan apabila tidak dikelola dengan
baik akan mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan

keamanan, di tingkat regional maupun internasional baik secara


langsung dan tidak langsung.

Kendala ini bukan tidak disadari oleh Pemerintah. Badan Nasional


Pengelola Perbatasan (BNPP) sudah dibentuk untuk mengatasi persoalan
di

perbatasan

termasuk

untuk

membangun

wilayah

perbatasan

sebagaimana mestinya. Tapi BNPP juga mengakui bahwa pembangunan


perbatasan memiliki kendala yang menjadikannya lambat. Setidaknya ada
4 (empat) kendala yang disampaikan Pemerintah melalui BNPP dan
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo:
-

Izin yang lambat terbit.

Lokasi perbatasan umumnya dekat dengan hutan.

Perbatasan jauh dari ibukota menyebabkan kontraktor enggan.

Alokasi dana yang kurang dalam Dana Alokasi Khusus (DAK)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BNPP juga menyampaikan fakta bahwa alokasi dana yang sudah

kurang ini masih juga berkurang karena penyaluran anggaran hanya


sampai ke kabupaten/kota perbatasan, tidak sampai kecamatan tempat
perbatasan. Oleh pemerintah daerah setempat, penyaluran anggaran
dilakukan

melalui

musyawarah

rencana

pembangunan.

Dalam

musyawarah ini usulan daerah perbatasan selalu kalah dengan daerah yang
lebih dekat dengan ibukota kabupaten/kota, sehingga alokasi yang
seharusnya untuk daerah perbatasan menjadi semakin berkurang. Kendala
ini masih ditambah persoalan geografis seperti jarak tempuh dan
infrastruktur yang tidak memadai.
Kendala-kendala di atas menunjukkan lemahnya posisi Indonesia di
perbatasan. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, daerah perbatasan
sebetulnya memiliki potensi yang sangat besar. Namun kurangnya

keseriusan seluruh pihak dalam mengeksplorasi potensi yang ada di sana


demi kemajuan warga negara di perbatasan. Kendala di atas baru meliputi
kendala kebijakan. Kita juga perlu melihat konteks masyarakat Indonesia.
III.

Cara Membangun Perbatasan Indonesia Berbasis Kewarganegaraan


Ada sebuah fakta bahwa beberapa ratus warga negara Indonesia di
perbatasan dengan Malaysia memiliki Kartu Tanda Penduduk Malaysia.
KTP Malaysia memudahkan mereka untuk mengakses kebutuhan pokok
di sana yang lebih murah dan lebih berkualitas daripada produk dalam
negeri. Fakta ini menunjukkan betapa mendesaknya pembangunan
perbatasan

Indonesia

karena

problem

ini

sudah

menyangkut

kewarganegaraan. Indonesia menganut kewarganegaraan tunggal dengan


perlakuan khusus untuk anak di bawah 18 tahun yang kelahirannya
meyebabkan munculnya kewarganegaraan ganda serta orang yang
mendapatkan kewarganegaraan karena pemberian seperti Presiden
Indonesia ketiga, B.J. Habibie. KTP Malaysia adalah bukti lemahnya
Negara dalam merawat, melindungi, dan mengawasi warganya. Untuk itu
ada beberapa langkah yang diusulkan untuk membangun perbatasan.
Ulasan tentang penyaluran anggaran menunjukkan pembentukan
kebijakan yang tidak tepat sasaran. Kebijakan pemerintah ke depan
haruslah benar-benar tepat pada lokasi yang tepat. Daerah perbatasan
harus menjadi subjek, bukan objek kebijakan. Penempatan sudut pandang
subjek akan memberikan pandangan lebih rinci tentang kebutuhan daerah.
Selain itu, perlu persiapan yang matang namun cepat karena sebetulnya
problem perbatasan sangat mendesak. Pendidikan, tenaga kerja, bahan
pokok, dan infrastruktur menjadi poin-poin utama.
Sudah cukup pembangunan di kawasan Jawa-Bali. Negara maju harus
mampu memajukan seluruh wilayahnya terutama perbatasan. Maka
kebijakan-kebijakan sebaiknya lebih diprioritaskan pada pembangunan

kawasan perbatasan, termasuk dalam hal penyaluran tenaga kerja dan


tenaga pendidik. Hal ini juga mesti didukung oleh kebijakan yang ramah
investor, seperti tax holiday, atau insentif pajak, pengurusan izin yang
tidak berbelit dan cepat, serta infrastruktur yang mendukung.
BAB III
PENUTUP

I.

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbatasan
Indonesia menjadi penting dijaga dan dibangun karena terdapat banyak
potensi-potensi keuntungan dan kerugian. Perbatasan Indonesia yang luas
bisa menjadi potensi masuknya narkoba,illegal logging,human trafickking,
dan sebagainya. Selain itu tentu kita malu jika perbatasan negara kita
masih kalah dalam hal pembangunan dari negara tetangga seperti
Malaysia. Untuk itu pemerintah perlu memprioritaskan juga pembangunan
wilayah perbatasan serta meningkatkan keamanan di perbatasan negara
dengan menambah personel TNI dan bekerja sama dengan Pemda dan
pengusaha setempat.
Selain itu berdasarkan paparan pada bagian sebelumnya, penulis
mengambil beberapa simpulan:
1. Pembangunan

kawasan

perbatasan

Indonesia

sangat

penting

mengingat posisinya yang strategis terkait potensi sumber daya juga


kondisi masyarakat sekitar.
2. Kendala pembangunan perbatasan meliputi kebijakan yang tidak tepat
sasarna serta tidak matang dan juga paradigma masyarakat yang
memandang pusat pembangunan karir dan kesejahteraan ada di JawaBali.
3. Perlu dirumuskan pembangunan perbatasan berbasis kewarganegaraan
yang dijabarkan dalam kebijakan yang tepat sasaran dengan persiapan

yang matang, juga perubahan paradigma kebijakan pembangunan di


Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://unspeternakan.blogspot.com/2013/03/makalah-tentang-perbatasanindonesia.html
http://sipildankewarganegaraan.wordpress.com/2013/02/11/pembangunaninfrastruktur-di-daerah-perbatasan-kalimantan-malaysia/
http://www.antarababel.com/berita/14899/mengapa-warga-perbatasan-ingin-pindahkewarganegaraan
http://www.tempo.co/read/news/2014/11/14/078621984/Pembangunan-diPerbatasan-Lambat-Ini-Penyebabnya
http://www.antarakaltim.com/print/7501/bnpp--pembangunan-infrastruktur-diperbatasan-alami-masalah
http://riskiapriyani.blogspot.com/2013/06/bagaimana-sebaiknya-sikappemerintah.html
http://perbatasan-dev.unmul.ac.id/?p=10&a=&b=12

Das könnte Ihnen auch gefallen