Sie sind auf Seite 1von 54

STUDI KELAYAKAN PEMBORAN BERARAH

UNTUK PEMINDAHAN WELLHEAD DI LAPANGAN MILIK PT ADARO


FEASIBILITY STUDY OF DIRECTIONAL DRILLING OPERATION
FOR WELLHEAD RELOCATION ON PT ADAROS OILFIED
Oleh :
Fadli Satrio Fadjri*
Prof. Dr. Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S.
Abstract
Directional drilling is a technique to change of a wellbore direction and then direct it to a certain target
which is not located vertically under a well. To achieve a high level performance, its essential to analyze the
interrelationship among the elements involved in the entire drilling process. These are well trajectory profile,
drillstring design, casing running design, and hydraulic design for hole cleaning.
Well trajectory optimization is analyzed to achieve a well trajectory which result not only a small torque
and drag, but also achieve all geological targets. Drillstring design optimization is analyzed based on four
parameters, these are torque load, slack off load, pick up load, and buckling load. Casing running operation can
be done by three alternative methods, these are conventional method, casing floatation method, and partial
floatation method. Hydraulic design is analyzed to achieve a required minimum rate to lift cuttings by
considering well inclination, RPM, and mud density.
By using data from field X, 4 directional drilling scenarios which have a different horizontal displacement
from each other are created. These scenarios are completed with torque, drag, and hydraulic analysis to conclude
drillstring configuration, casing running method, and required minimum rate for each scenarios. In the end of
this feasibility study, a minimum rig specification is given for each scenarios which include minimum hookload,
minimum drawwork, and minimum pump power.
Keywords : directional drilling, horizontal displacement, well trajectory design, drillstring design, casing running
design, hydraulic design, and minimum rig specification.
Sari
Pemboran berarah adalah suatu teknik membelokan lubang sumur untuk kemudian diarahkan pada suatu
sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertikal di bawah sumur. Untuk mendapatkan performa
yang baik dalam pemboran, perlu dilakukan analisis yang terintegrasi antara parameter parameter yang saling
berhubungan dalam pemboran berarah. Parameter tersebut adalah profil trajektori sumur, desain drillstring,
desain penempatan casing, dan desain hidrolika.
Optimasi desain trajektori sumur dilakukan untuk menghasilkan suatu profil sumur yang tidak hanya
mencapai target, tetapi juga memberikan beban torsi dan drag yang rendah. Optimasi desain drillstring dilakukan
berdasarkan empat parameter, yaitu beban torsi, beban drag saat slack off, beban drag saat pick up, dan beban
buckling. Desain penempatan casing dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode konvensional, metode
casing floatation dan metode partial floatation. Desain hidrolika bertujuan untuk mendapatkan rate minimum
yang dibutuhkan untuk mengangkat cutting dengan mempertimbangkan faktor inklinasi lubang sumur, RPM
pipa, dan densitas pipa.
Dengan menggunakan data dari lapangan X, didapatkan 4 skenario pemboran berarah dengan horizontal
displacement yang berbeda. Keempat skenario tersebut dilengkapi dengan hasil analisis torsi, drag, dan hidrolika
sehingga didapatkan rekomendasi konfigurasi drillstring, metode penempatan casing, dan rate minimum pompa
untuk tiap skenario pemboran. Di akhir studi ini, direkomendasikan pula spesifikasi rig minimum untuk tiap
skenario pemboran yang meliputi kebutuhan hookload rig minimum, kebutuhan drawwork mimimum, dan daya
pompa lumpur minimum.
Kata kunci : pemboran berarah, horizontal displacement, desain trajektori sumur, desain drillstring, desain
penempatan casing, desain hidrolika, dan spesifikasi rig minimum.

* Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB


** Dosen Pembimbing Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

I. PENDAHULUAN

minimum yang harus dipenuhi agar operasi


pemboran tersebut dapat dilaksanakan.

1.1. Latar Belakang


II.
Di sebuah lapangan migas X akan dibuat lokasi
pertambangan. Di masa yang akan datang, sebuah
eksploitasi pertambangan akan dilakukan di
lapangan migas tersebut sehingga sumur-sumur
produksi dan fasilitas produksi di lapangan tersebut
harus direlokasi. Oleh karena itu, sumur produksi
tidak lagi vertikal tapi bisa menjadi sumur berarah
(directional well) atau bahkan sumur horizontal.
Gambar A.1 di lampiran menunjukan gambaran
lokasi target pemboran dan rencana lokasi kepala
sumur.
Dalam operasi pemboran, directional drilling atau
pemboran berarah adalah suatu teknik membelokan
lubang sumur untuk kemudian diarahkan pada suatu
sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak
terletak vertikal di bawah sumur7). Ada beberapa
faktor yang membatasi pelaksanaan pemboran
berarah, seperti drag dan torsi yang terlalu besar,
gaya dorong yang terlalu kecil, akumulasi cutting
pada bagian sumur dengan inklinasi tinggi,
spesifikasi rig yang tidak memenuhi desain
pemboran, terjepit atau tertekuknya pipa, dan
putusnya rangkaian pipa9). Faktor-faktor tersebut
dapat dihindari dengan perencanaan pemboran yang
baik, khususnya perencanaan trajektori sumur,
perencanaan desain drill string, desain penempatan
casing, dan desain pengangkatan cutting.
Dari gambar A.1 di lampiran dapat diperkirakan
jarak lokasi kepala sumur yang baru terhadap
kepala sumur yang lama, yaitu sebagai berikut :
Lokasi Baru
OPT 1
OPT 2
OPT 3

Jarak dari wellhead yang lama


5,5 km
3-5 km
2 -3 km

Tabel 1. Jarak antara Lokasi Wellhead Baru


dengan Wellhead Lama
Dengan melihat jarak tersebut maka akan lebih
mudah jika lokasi baru berada di zona OPT 3 atau
maksimal OPT 2 karena merupakan lokasi yang
paling dekat sehingga beban pemboran sumur baru
tidak terlalu berat.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah
memberikan usulan mengenai lokasi mana saja
yang dapat dijadikan lokasi dari wellhead yang baru
dan memberikan usulan perencanaan pemboran
berarah yang meliputi perencanaan desain drill
string, desain pengangkatan cutting, dan desain
penempatan casing berdasarkan literatur yang ada.
Pada akhirnya, diberikan pula spesifikasi rig
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam pengerjaan


Tugas Akhir ini adalah studi literatur tentang materi
kajian. Studi tersebut meliputi desain trajektori,
desain drillstring, desain pengangkatan cutting, dan
desain casing running. Alur kerja dalam pengerjaan
Tugas Akhir ini ditunjukan pada gambar 1.
Start

Pengumpulan data dan


studi literatur

Perencanaan trajektori sumur

Analisis torsi, drag, dan hidrolika


tiap trajektori

Penentuan Spesifikasi
Rig Minimum

Penulisan Tugas Akhir

Finish

Gambar 1. Alur Kerja Pengerjaan Tugas Akhir


III. TEORI DASAR
3.1. Trajektori Sumur
Pada Tugas Akhir kali ini, tipe trajektori yang
dipilih adalah tipe build and hold dengan shallow
deviation type karena tipe build and hold secara
ekonomis paling murah dan paling mudah
dibandingkan dengan tipe trajektori lainnya. Selain
itu, lateral displacement yang besar adalah alasan
dipilihnya tipe trajektori ini5).
Dalam Tugas Akhirnya, Yanfindra menyebutkan
bahwa ada beberapa pertimbangan dalam
penentuan trajektori sumur, yaitu12) :
a. Penentuan titik KOP
Syarat suatu tempat menjadi KOP adalah tidak
terletak di zona lunak, zona rekah, formasi dengan
sudut kemiringan tinggi, zona perubahan litologi
dan kekerasan, zone loss, dan zona swelling dan
terletak cukup jauh di bawah kaki casing
2

b. Kemampuan BUR suatu peralatan


Peralatan pembelok konvesional digunakan pada
BUR 5-7o/100ft tetapi kebanyakan dipakai pada
BUR 4-5o/100ft. Pemboran dengan BUR yang
besar mengalami kesulitan dalam pengontrolan
sudut arah dan adanya batasan MPDLS casing.
Selain itu, peralatan konvensional lebih murah dan
didapat di seluruh dunia.

Measured depth sepanjang build up section adalah :


D MN = D1 +

(10)
q
Horizontal Departure sepanjang build up section
adalah :
X N = r 1 r 1 .cos = r 1 .( 1 cos )

(1)

Measured Depth (MD) dari build up section sama


dengan panjang dari busur DC, maka :

L DC =
x r1 x = =
(4)
180
q
Horizontal departure dari buildup section dapat
diperoleh dengan memperhatikan segitiga DOC,
dimana
X 2 = r 1 r 1 .cos = r 1 ( 1 cos )

(5)

Untuk menghitung TVD sepanjang build up section


digunakan persamaan :
D 2 = D 1 + r 1 .sin
MD dari tangent section
busur CB, maka :
r1
D2
LCB =
=
=
tan cos
Untuk menghitung TVD
digunakan persamaan :

(6)
sama dengan panjang

X2
(7)
sin
dari tangent section,

D 3 = TVD total D 1 D 2 = L CB .cos

(8)

Untuk menghitung departure dari tangent section,


digunakan persamaan :
X 3 = X total X 1 X 2 = L CB .sin

(12)

Total Measured Depth adalah


r

DM = D1 + + 1
q tan

(13)

Drillstring merupakan rangkaian pipa pemboran


yang memberikan beban pada bit sehingga mampu
menembus suatu lapisan batuan tertentu. Selain itu,
drillstring juga memberikan fungsi kedalaman dan
sebagai jalan sirkulasi fluida pemboran. Dalam
proses pemboran, suatu rangkaian drillstring akan
mengalami berbagai macam pembebanan seperti
torsi, drag, dan buckling sehingga suatu drillstring
harus didesain dengan beberapa pertimbangan agar
drillstring tersebut tidak mengalami kegagalan
dalam proses pemboran.

Untuk kasus X 3 > r 1 , persamaan untuk menghitung


sudut inklinasi maksimum adalah:
D D1

= 180 arc tan 3
(3)
X 3 r1

D3 D1
arc tan
X 3 r1

D 2 = D 1 + r 1 .sin

3.2. Desain Drillstring

Sudut inklinasi maximum untuk build-and-hold


dimana X 3 < r 1 adalah :
D D1

= arc tan 3
r1 X 3
(2)
r1

D D1

x sin arc tan 3
arc cos

r1 X 3
D 3 D1

r1
x sin
arccos

D
D
1
3

(11)

TVD pada akhir build up section adalah

Penentuan trajektori sumur dengan tipe build and


hold dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut7) :
Radius of curvature, r 1 , adalah :
180 1
r1 =
x
q

(9)

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

Ilustrasi dari beban torsi dan drag yang dialami oleh


drillstring ditunjukan pada gambar A.3, sedangkan
ilustrasi beban buckling pada drillstring ditunjukan
pada gambar A.4 di lampiran
3.2.1. Beban Torsi
Beban torsi didefinisikan sebagai perkalian antara
gaya dan jari-jari. Beban torsi terjadi pada saat
drillstring dirotasi dan gigi bit tertahan oleh batuan
formasi maka drill string mengalami puntiran12).
Selain itu, pada pemboran berarah beban torsi juga
diakibatkan karena drillstring yang dirotasi
mengalami kontak dan bergesekan dengan dinding
lubang bor.
Pada analisis beban torsi, akan ditentukan besarnya
beban torsi yang dialami oleh drillstring pada tiap
bagian pemboran seperti bagian vertikal, build,
tangent, dll sehingga dapat diperkirakan total beban
torsi yang diderita drillstring selama pemboran.
Beban torsi total yang boleh dialami oleh drillstring
dibatasi oleh rig torque limit (rotating system),
kekuatan torsi pada sambungan, dan kekuatan torsi
pada bagian pipa yang tipis6,8)
Prosedur perhitungan beban torsi dibagi menjadi 2,
yaitu untuk lubang yang melengkung dan untuk
lubang lurus, baik itu lubang miring atau lubang
horizontal.
3

a.

b.

Analisis Torsi untuk Lubang Lurus


OD Wm L Sin
(14)
T=
24
Analisis Torsi untuk Lubang Melengkung

Dalam penentuan torsi pada bagian pertambahan


sudut, persamaan yang dikembangkan oleh Rudi
Rubiandini Dodi Lesmana10) dapat digunakan
dengan batasan-batasan berikut ini:

Jika Fo/(WR) < 0.3

T B = ( A2 + B + C )( ODWR )

(15)

Jika Fo/WR < 1

D = /0.1(A2 + B + C)(WR)

(19)

Jika Fo/WR > 1

D = (A2 + B + C)(WR)

(20)

Keterangan mengenai nilai A, B, dan C dari


persamaan Rudi Rubiandini Dodi Lesmana dapat
dilihat di bagian lampiran D dari Tugas Akhir ini.

Jika Fo/(WR) > 0.3

T B = 0.888( A2 + B + C )( ODWR )

(16)

Keterangan mengenai nilai A, B, dan C dari


persamaan Rudi Rubiandini Dodi Lesmana dapat
dilihat di bagian lampiran dari Tugas Akhir ini.
3.2.2. Beban Drag
Drag adalah gaya yang harus dilawan oleh
rangkaian drillstring akibat kontak dan gesekan
antara drillstring dengan dinding lubang bor ketika
drillstring bergerak turun (proses drilling) atau
bergerak naik (tripping out). Drag yang dialami
ketika proses drilling sering disebut dengan
downdrag, sedangkan drag yang dialami ketika
proses tripping out sering disebut dengan updrag12).
Sama halnya dengan analisis torsi, analisis drag
untuk tiap bagian dalam trajektori pemboran perlu
dilakukan agar total drag yang dialami drillstring
dapat ditentukan. Dengan demikian kita dapat
menentukan kekuatan hookload kapasitas rig,
kekuatan tool joint, serta grade drillpipe yang akan
digunakan. Drag dapat mengurangi efisiensi berat
HWDP atau DC yang dibebankan pada bit.
Berikut ini beberapa persamaan yang dapat
digunakan untuk memperkirakan besar beban drag
yang timbul akibat adanya daerah pertambahan
sudut untuk masing-masing fasa pemboran :
a.

dengan menggunakan persamaan berikut (Gambar


A.6) :

Lubang Lurus

D = Wm L Sin

(17)

b. Lubang Melengkung
Sementara untuk bagian pertambahan sudut, beban
drag dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan yang dikembangkan oleh Rudi
Rubiandini Dodi Lesmana10). Persamaan berikut
hanya berlaku pada saat penurunan drillstring ke
dasar sumur (Gambar A.5) :
D = 9.19f(A2 + B + C)(WR)

(18)

Sedangkan pada saat penarikan drill string,


perhitungan besar beban drag dapat diperkirakan
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

3.2.3. Beban Buckling


Buckling adalah tertekuknya drillstring akibat stress
yang berlebihan. Biasanya ini merupakan gabungan
antara gaya vertikal dan horizontal dimana gaya
horizontal biasanya diberikan sebagai aplikasi
beban untuk menghasilkan WOB. Akibat stress
yang tinggi akan timbul gaya vertikal yang akan
menyebabkan
tertekuknya
drillstring.
R.F.
MITCHEL telah menurunkan persamaan untuk
meramalkan tertekuknya (buckling) pipa pada
lubang miring, yaitu seebagai berikut8) :

I W (65.5 M W ) Sin
Fc = 550 a

DH DTJ

0.5

(21)

OD 2 + ID 2
I = As
16

(22)

As = 0.7854 (OD2 - ID2)

(23)

3.2.4. Parameter Desain Drillstring


Setelah mengetahui berbagai macam beban yang
dialami drillstring dalam proses pemboran, maka
perlu diketahui parameter apa saja yang
mempengaruhi beban pada drillstring. Besarnya
beban yang dialami selama pemboran dipengaruhi
oleh2,4,6) :
1. Sirkulasi lumpur yang kontinyu
Kecenderungan cutting untuk mengendap akan
berkurang jauh jika sirkulasi lumpur dilakukan
secara kontinyu.
2. Dog leg severity
Perubahan sudut dog leg yang tiba-tiba akan
meningkatkan area kontak antara drillstring dengan
lubang bor sehingga meningkatkan beban torsi dan
drag yang dialami drillstring.
3. Diameter lubang dan pipa
Perbedaan antara diameter lubang dengan OD
drillstring menghasilkan clearance. Makin kecil
clearance antara drillstring dengan lubang, maka
kontak area antara drillstring dengan lubang juga
makin besar.
4

4. Berat efektif drillstring


Berat efektif dari drillstring yang makin besar akan
memperbesar gaya normal dari drillstring dan
beban torsi serta drag.
5. Inklinasi
Inklinasi yang makin tinggi cenderung akan
meningkatkan beban drag dan torsi dari drillstring.
Ketika inklinasi suatu sumur lebih besar daripada
sudut kritiknya, maka beban drag yang terjadi lebih
besar daripada gaya normal yang dimiliki oleh
rangkaian pipa2). Hal tersebut mengakibatkan
rangkaian drillstring/casing tidak dapat bergerak
turun menuju target.
6. Lubrisitas
Makin buruk lubrisitas dari lumpur, maka makin
besar koefisien gesek antara dinding lubang bor
dengan drillstring.
7. Rotasi pipa secara kontinyu
RPM yg tinggi dapat memperbaiki pembersihan
lubang dimana cutting akan tergerus dan lebih
mudah terangkat. Namun, RPM yg tinggi juga
dapat mengakibatkan kelelahan pada bent housing
motor dan membutuhkan tenaga prime mover yg
besar.
Dengan mengetahui parameter yang mempengaruhi
beban torsi dan drag, maka kita dapat menentukan
konfigurasi drillstring yang tepat dengan proses
iterasi. Proses iterasi tersebut dibatasi oleh hal-hal
sebagai berikut :
a. Beban torsi total < 0,9.torsional strength
drillpipe
b. Beban hookload + MOP < 0,9.yield strength
drillpipe
c. Gaya dorong > gaya yang harus didorong
(downdrag)
d. F Critical > F A
3.3. Desain Hidrolika
Dalam proses pemboran, bit selalu menggerus
formasi dan menghasilkan cutting. Supaya tidak
menumpuk di bawah lubang dan tidak
menimbulkan masalah kebersihan lubang, maka
cutting tersebut perlu diangkat ke permukaan.
Lumpur dapat dikatakan mengangkat cutting secara
efektif apabila konsentrasi cutting dalam lumpur
dapat dijaga serendah mungkin Biasanya harga
maksimum konsentrasi cutting yang diperbolehkan
adalah 5%.
Masalah hole cleaning pada pemboran berarah,
akan menjadi lebih kompleks karena sudut inklinasi
sumur yang tinggi. Masalah pengangkatan cutting
pada sumur berarah dapat dibagi menjadi 3 fasa
berdasarkan sudut inklinasi sumur tersebut12) :
a. Lubang bor dengan inklinasi lebih kecil dari
25o. Performa lubang bor seperti sumur vertikal dan
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

aliran laminar lumpur dikombinasikan dengan


kecepatan pemompaan yang konvensional dapat
mengangkat cutting serta pembersihan lubang
dengan baik.
b. Lubang dengan inklinasi 25o-65o, cutting akan
mengendap pada bagian bawah lubang dan bahkan
dapat turun ke dasar lubang bila pemompaan
dihentikan yang dapat mengakibatkan terjepitnya
pipa. Bagian ini adalah bagian yang sulit
dibersihkan dimana diperlukan aliran turbulen
dengan kecepatan annulus 200-250 ft/min.
c. Lubang dengan sudut kemiringan lebih dari 65o,
cutting akan mengendap pada bagian bawah
lubang. Cutting yang fragmennya lebih besar akan
mengendap terlebih dahulu dan akan sulit untuk
didesak ke permukaan. Aliran turbulen yang
dikombinasikan dengan putaran pipa adalah metode
yang efektif untuk mengaduk endapan cutting dan
mengangkat cutting serta membersihkan lubang
secara simultan.
Parameter yang sangat berpengaruh dalam
mekanisme pengangkatan cutting7) :
a) Vslip (kecepatan slip) yaitu kecepatan kritik
dimana cutting mulai akan terendapkan.
b) Vcut (kecepatan cutting) yaitu kecepatan
cutting untuk naik ke permukaan .
c) Vmin (kecepatan minimum) yaitu kecepatan
lumpur minimum sehingga cutting dapat
terangkat ke permukaan tanpa terjadi
penggerusan kembali.
Pada perhitungan hidrolika akan digunakan metode
Rudi Rubiandini Lucky Shindu (SPE 57541,
1999) yang merupakan pengembangan dari rumus
Moore (Drilling Practice Manual, 1974), dimana
dilakukan koreksi terhadap inklinasi, densitas
lumpur dan RPM12). Gambar 2 menunjukan koreksi
yang dilakukan Rudi Rubiandini terhadap korelasi
Moore. Skema algoritma mengenai metode moore
ditunjukan gambar A.7 di lampiran.

Gambar 2. Korelasi Rudi Shindu

3.4. Desain Penempatan Casing


Proses penempatan casing (casing running) pada
pemboran berarah lebih sulit daripada proses
pemasangan casing pada pemboran vertikal. Hal ini
disebabkan adanya efek drag yang muncul karena
adanya kontak dan gesekan antara casing dengan
dinding lubang bor.
Ada 2 metode yang dapat digunakan dalam prose
penempatan casing yang telah digunakan pada saat
ini. Metode-metode tersebut adalah14) :
a. Metode konvensional
b. Metode casing floatation
Pada pengembangannya metode casing floatation
dibagi menjadi 2 metode, yaitu full casing
floatation dan selectively and partial casing
floatation. Analisis sensitivitas pada proses
pemasangan casing dilihat berdasarkan kondisi
casing di permukaan. Jika casing berada dalam
keadaan compression, artinya casing tidak dapat
diturunkan hingga kedalaman target karena gaya
normal/gaya dorong casing yang kurang12). Hal
sebaliknya terjadi jika kondisi casing di permukaan
berada dalam keadaan tensin.

(24)
3.4.3.

Metode Partial Casing Floatation

Metode partial casing floatation adalah metode


penempatan casing yang dilakukan dengan mengisi
bagian bawah dari casing dengan udara dan bagian
atas dari casing dengan lumpur14). Hal tersebut
dapat dilakukan karena pada bagian dalam casing
terdapat alat yang bernama Selective Floatation
Device (SFD) yang memisahkan bagian dalam
casing menjadi 2 ruang14). SFD ini dapat berupa
inflatable packer atau retrieveable bridge plug.
Contoh aplikasi metode konvensional ditunjukan
pada gambar A.10 di lampiran
Ide metode partial casing floatation muncul karena
pengalaman pemboran menunjukan bahwa metode
casing floatation, tidak memberikan keuntungan
apapun dalam usaha casing untuk mencapai target
yang dalam pada pemboran berarah. Hal tersebut
dikarenakan, walaupun beban drag berkurang,
casing tidak memiliki gaya dorong yang cukup
untuk sampai ke target kedalaman karena berat
efektif casing yang berkurang drastis14).
3.5. Parameter dalam Pemilihan Rig

3.4.1.

Metode Konvensional

Metode penempatan casing secara konvensional


dilakukan dengan mengisi bagian dalam casing
dengan lumpur selama proses casing running11).
Metode ini umumnya dilakukan pada sumur
vertikal dan sumur berarah dengan 1< MD/TVD
<2. Contoh aplikasi metode konvensional
ditunjukan pada gambar A.8 di lampiran.
3.4.2.

Metode Casing Floatation

Pada operasi pemboran berarah, faktor yang


menyebabkan gagalnya casing running adalah
beban drag yang terlampau besar. Hal tersebut
dapat dikurangi dengan mengurangi koefisien gesek
selama proses pemboran dengan menggunakan
lumpur seperti OBM. Hal kedua yang dapat
mengurangi beban drag selama operasi casing
running adalah dengan mengurangi berat efektif
dari casing selama casing running dengan cara
mengisi casing bagian dalam dengan udara
sehingga berat efektif casing akan menjadi lebih
ringan. Hal tersebut yang menjadi ide dari metode
casing floatation, yaitu metode casing running
dimana bagian dalam casing hanya terisi oleh udara
saja (kosong)11).
Contoh aplikasi metode konvensional ditunjukan
pada gambar A.9 di lampiran. Secara matematis,
berat efektif casing pada metode casing floatation
dapat ditentukan dengan persamaan11) :
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

Rig merupakan peralatan mendasar dalam setiap


operasi pemboran. Makin tinggi kesulitan dalam
operasi pemboran, baik itu pemboran vertikal,
berarah, ataupun horizontal, maka makin tinggi
kapasitas kekuatan rig yang dibutuhkan.
Spesifikasi yang perlu
pemilihan rig adalah11) :
5.1.1.

diperhatikan

dalam

Kekuatan Hookload Rig

Hookload adalah beban yang harus dapat ditopang


oleh rig. Beban tersebut merupakan akumulasi dari
berat tubular (drill pipe atau casing) dan drag yang
dialami pipa. Hookload terbesar dialami pada saat
pipa ditarik dan terjepit (stuck pipe). Adapun rumus
yang digunakan untuk menghitung beban hookload
yang dialami oleh rangkaian pipa adalah:
(25)
Pipe Weight = (Wp x Lp ) + Drag
Beban hookload maksimum dapat terjadi pada saat
pemboran ataupun pada saat pemasangan casing.
Adapun kapasitas hookload yang dimiliki oleh rig
dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
Max.Weight = (Wp x Lp ) + Block Weight
+ Drag + MOP
max . weight line + 2
x
block eff .
line
+ crown block weight
Hook load =

(26)

(27)

5.1.2.

b.

Kapasitas Drawwork

Drawwork merupakan peralatan yang dipasang


pada lantai rig dan berfungsi sebagai sumber daya
untuk memutar, mengangkat, dan menurunkan
rangkaian pipa. Besarnya beban maksimum yang
harus ditanggung selama pemboran sangat
mempengaruhi
kapasitas
drawwork
yang
dibutuhkan. Adapun perhitungan daya drawwork
yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
max weight
Drawwork =

33000 transmision eff .


(28)
hoisting speed
mechanic eff . block eff .
5.1.3.

HP =

Pm.Q min
1714

Data trajektori
o Diameter lubang = 8.5
o TVD = 4921.5 ft
o Horizontal Displacement (HD)
Keterangan
OPT 3

OPT 2

OD tool joint (inch)

ID (inch)

2 5/8

Nominal weight (lb/ft)

19.5

49.3

Grade DP Class 2

X-95

Torsional strength (lb-ft)

32285

40895

Tensile strength (lb)

311535

394612

Grade DP Class 2

G-105

S-135

Torsional strength (lb-ft)

45199

58113

Tensile strength (lb)

436150

560764

Data casing
OD casing = 7
Grade casing = V-150
ID casing = 5,75
Nominal weight = 42,7 lb/ft

d.

Data hidrolika

IV. DATA PEMBORAN

a.

HWDP

c.

(30)

Dalam melakukan studi pemboran berarah di


lapangan milik PT Adaro, PT Adaro hanya
memberika data TVD dan Horizontal Displacement
dari alternatif target pemboran sehingga ada
beberapa data yang diambil dari paper mengenai
pemboran berarah, yaitu paper SPE/IADC 21984
World Record in Extended Reach Drilling, Well
339-C10, Statfjord Field, Norway dan paper SPE
136901 Optimizing the Planning, Design and
Drilling of Extended Reach and Complex Wells.

DP
OD (inch)

Daya Pompa Fluida Pemboran

Fungsi dari pompa fluida pemboran adalah


mendorong fluida pemboran dengan tekanan dan
flowrate tertentu sehingga tercapai pembersihan
lubang yang diinginkan. Adapun perhitungan daya
pompa yang dibutuhkan dihitung dengan prosedur
sebagai berikut :
Q min = K x Aannulus x V min
(29)

Data drillstring

e.

f.

Densitas Lumpur

13.328

ppg

PV

14

cp

YP

10

lb/100 ft2

Diameter cutting

1.6

inch

SG cutting

2.3

Konsentrasi cutting

2-5

Data parameter pemboran


MOP

50000

lbf

ROP

65

ft/hr

RPM

85

WOB

30000

lbf

Data parameter rig


Block weight

22500

lbf

HD (km)

HD (ft)

TDD weight

12300

lbf

6561.68

Crown block weight

15000

lbf

2.5

8202.1

Hoisting speed

30

ft/min

9842.52

Transmission efficieny

90

3.5

11482.94

Mechanical efficiency

82

13123.36

Block efficiency

85

4.5

14763.78

Lines

12

16404.2

Pump Pressure

500

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

psi

V.

HASIL DAN ANALISIS

Langkah pertama dalam mendesain suatu proses


pemboran berarah adalah perencanaan trajektori
sumur atau well planning. Dalam papernya,
Armstrong menyebutkan bahwa well planning
adalah suatu proses iterasi untuk menentukan
trajektori sumur sehingga didapatkan hasil yang
optimal dalam penentuan kebutuhan hidrolika,
desain drillstring, torsi dan drag, desain casing, dll1).
Dalam penentuan trajektori sumur untuk pemboran
berarah, dipilih tipe trajektori single build curve.
Selain itu, dilakukan analisis sensitivitas terhadap
KOP dan BUR yang berbeda yaitu KOP sebesar
500, 1000, dan 1500 ft serta BUR sebesar 4, 7, dan
10o/100ft.
Setelah menentukan skenario trajektori pemboran
berarah, harus dilakukan analisis apakah pemboran
untuk membentuk trajektori tersebut dapat
dilakukan berdasarkan desain drillstring. Batasan
yang menjadi pertimbangan apakah trajektori
tersebut layak dipakai adalah torsi dan drag yang
terjadi selama proses pemboran. Masing-masing
skenario diuji dengan konfigurasi drillstring dimana
HWDP ditempatkan sepanjang measured depth.
Dalam desain drillstring, harus dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Apakah torsi dan drag yang terjadi melebihi
kapasitas torsi dan drag yang dimiliki rig?
b. Apakah torsi dan drag yang terjadi melebihi
daya tahan torsi dan drag pipa?
c. Apakah drillstring memiliki gaya yang
cukup untuk melakukan proses pemboran?
d. Apakah terjadi buckling pada pipa?
Sensitivitas yang akan dilakukan pada analisis
desain drillstring berupa koefisien gesek dan
panjang HWDP yang digunakan dalam proses
pemboran. Variasi koefisien gesek yang digunakan
adalah sebesar 0.1, 0.2, 0.33, dan 0.4. Pemasangan
HWDP dibatasi oleh dua faktor, yaitu :
1. Kebutuhan gaya dorong yang hanya dapat
diberikan oleh HWDP/DC
2. Posisi titik netral yang tidak boleh berada
pada DP.
Analisis torsi dan drag juga akan dilakukan
terhadap proses casing running. Analisis tersebut
bertujuan untuk mempelajari apakah metode
konventional dapat dilakukan pada operasi
pemboran atau harus menggunakan metode lain
seperti casing flotation atau partial flotation.
Hal terakhir yang dilakukan dalam studi kelayakan
ini adalah mendesain metode pengangkatan
cutting/hidrolika yang mampu menjaga lubang bor
tetap bersih selama kegiatan pemboran. Dalam
perhitungan desain hidrolika ini, akan dilakukan
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

analisis sensitivitas terhadap putaran pipa dan


persentase cutting di dalam lubang bor yang masih
diperbolehkan selama pemboran.
5.1. Penentuan Trajektori Sumur
Telah disebutkan sebelumnya bahwa analisis
sensitivitas untuk penentuan trajektori sumur
dilakukan dengan 3 KOP dan 3 BUR yang berbeda
sehingga tiap 1 lokasi pemboran memiliki 9
skenario trajektori. Karena OPT 3 dan OPT 2
memiliki 7 alternatif lokasi pemboran, maka ada 63
skenario trajektori yang diuji. Skenario tersebut
dapat dilihat pada tabel B.1 dan tabel B.2 di
lampiran. Masing-masing skenario tersebut diuji
dengan konfigurasi drillstring dimana HWDP
ditempatkan sepanjang measured depth
.
Harga koefisien gesek yang digunakan adalah 0.33
untuk WBM dan 0.2 untuk OBM. Hal tersebut
sesuai dengan range nilai koefisien gesek lumpur
yang dikeluarkan oleh Baker Hughes seperti pada
tabel 2. Hasil perhitungan beban torsi dan drag
untuk semua skenario pemboran dapat dilihat pada
tabel B.3 - B.10 di lampiran.
Mud Type

Well
Environment

Water Base

Oil Base

Casing

0.17 - 0.28

0.10 - 0.16

Open Hole
0.23 - 0.44
0.13 - 0.26
Tabel 2. Nilai Koefisien Gesek Lumpur untuk
Cased Hole dan Open Hole
Dari hasil evaluasi beban torsi dan drag pada 63
skenario pemboran tersebut, diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Skenario trajektori yang dipilih untuk horizontal
displacement sebesar 6562 ft adalah skenario 1
dengan KOP sebesar 1000 ft dan BUR sebesar
4o/100ft (gambar B.1).
b. Skenario trajektori yang dipilih untuk horizontal
displacement sebesar 8202 ft adalah skenario 22
dengan KOP sebesar 500 ft dan BUR sebesar
4o/100ft (gambar B.2).
c. Skenario trajektori yang dipilih untuk horizontal
displacement sebesar 9843 ft adalah skenario 16
dengan KOP sebesar 1500 ft dan BUR sebesar
4o/100ft (gambar B.3).
d. Skenario trajektori yang dipilih untuk horizontal
displacement 11483 ft adalah skenario 37
dengan KOP sebesar 1500 ft dan BUR sebesar
3o/100ft (gambar B.4).
e. Pemboran untuk horizontal displacement
sebesar 13123.36 ft tidak dapat dilaksanakan
karena tidak memenuhi batasan beban drilling
drag dan beban buckling.
f. Pemboran untuk horizontal displacement
sebesar 14763.78 ft tidak dapat dilaksanakan

karena tidak memenuhi batasan beban drilling


drag dan beban buckling.
g. Pemboran untuk horizontal displacement
16404.2 ft tidak dapat dilaksanakan karena tidak
memenuhi batasan beban drilling drag dan
beban buckling.
Keempat skenario tersebut dipilih karena
memberikan rasio drilling drag dan rasio buckling
yang relatif besar dan aman dibanding skenario lain
namun memberikan nilai torsi dan tripping drag
yang relatif kecil dibanding skenario lain. Untuk
pemboran dengan horizontal displacement 11483 ft,
BUR 3o/100ft digunakan untuk pemboran karena
terjadi beban drilling drag dan buckling yang terlalu
besar jika menggunakan BUR 4 o/100ft, 7 o/100ft,
dan 10 o/100ft. Hasil perhitungan beban torsi dan
drag untuk pemboran dengan horizontal
displacement 11483 ft ditunjukan pada tabel B.11
di lampiran.
5.2. Analisis Torsi dan Drag
Pada bagian ini, dilakukan analisis terhadap beban
torsi dan drag yang dialami oleh drillstring dan
casing. Contoh proses perhitungan beban torsi dan
drag hanya ditunjukan pada kasus pemboran
dengan HD 6562 ft, sedangkan proses perhitungan
beban torsi dan drag pada kasus pemboran lain
ditunjukan di lampiran B.
5.2.1. Desain Drillstring
a.

Pemboran dengan HD 6562 ft

Evaluasi beban slack off (downdrag)


Hubungan antara panjang HWDP yang digunakan
dengan rasio F Dorong /F Didorong untuk berbagai
koefisien gesek ditunjukan pada gambar B.7.
Berdasarkan gambar B.7, pemboran dapat
dilaksanakan dengan aman pada koefisien gesek
sama dengan 0.33 karena memenuhi batasan
F Dorong /F Didorong > 1.1. Dari hasil perhitungan,
diketahui bahwa , untuk koefisien gesek 0.33,
besarnya beban slack off adalah 157889. lbf
sedangkan besarnya gaya dorong adalah
176861.525 lbf. Artinya pemboran dapat
dilaksanakan dengan menggunakan WBM dengan
konfigurasi drillstring sebagai berikut :
DP

HWDP

Length (ft)

0-51.18

51.18 - 8931.18

Weight (lbs/ft)

19.5

49.3

OD (inch)

OD Tool Joint (inch)

Tabel 3. Konfigurasi Drillstring Sementara


Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

Setelah menenetukan konfigurasi drillstring


berdasarkan evaluasi beban slack off, maka
konfigurasi
drillstring
tersebut
dianalisis
berdasarkan beban hookload, torsi, dan buckling.
Evaluasi beban torsi
Hubungan antara koefisien gesek dengan beban
torsi yang dialami drillstring ditunjukan di gambar
B.8 dan tabel B.12 di lampiran.
Berdasarkan gambar B.8, DP grade class 2 E dipilih
untuk pemboran karena walaupun merupakan DP
dengan grade terendah, DP class 2 E memenuhi
batasan torsi dimana beban torsi total kurang dari
0.9 torsional strength DP.
Evaluasi beban hookload (updrag)
Hubungan antara koefisien gesek dengan beban
hookload yang dialami drillstring ditunjukan di
gambar B.9 dan tabel B.13 di lampiran.
Berdasarkan gambar B.6, DP grade class 2 G-105
dipilih untuk pemboran karena memenuhi batasan
hookload dimana beban hookload ditambah MOP
kurang dari 0.9 yield strength DP.
Evaluasi beban buckling
Hubungan antara koefisien gesek dengan rasio F AEOC /F C untuk berbagai koefisien gesek ditunjukan
pada gambar B.10.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa
beban buckling kritik yang bisa ditahan oleh
rangkaian drillstring adalah 115637.4832 lbf. Nilai
beban buckling kritik ini lebih besar daripada beban
kompresi pada EOC ditambah dengan WOB , yaitu
sebesar 104939.0132 lbf sehingga pemboran dapat
dilakukan tanpa terjadi buckling pada koefisien
gesek 0.33.
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi 4 batasan di atas, maka dipilih
konfigurasi drillstring sebagai berikut :
Properties

DP

HWDP

Length (ft)

0-51.18

51.18 - 8931.18

Weight (lb/ft)

19.5

49.3

OD (inch)
5
OD Tool Joint
7
(inch)
Grade
Class 2 G-105
Torsional
Strength
45199
(lbs-ft)
Yield
Strength
436150
(lbf)
Tabel 4. Konfigurasi Drillstring

5
7
-

b. Pemboran dengan HD 8202 ft, 9843 ft, dan


11483 ft
Dengan proses perhitungan beban torsi dan drag
yang sama seperti kasus pemboran dengan HD
6562 ft, didapat konfigurasi drillstring untuk tiap
lokasi pemboran yang ditunjukan pada tabel B.22
dan B.23 di lampiran B.
Proses perhitungan beban torsi dan drag untuk
kasus pemboran dengan HD 8202 ft, 9843 ft, dan
11483 ft dapat dilihat pada tabel B.12 B.21 dan
gambar B.11 B.22 di lampiran B.
5.2.2. Desain Casing Running
a.

Pemboran dengan HD 6562 ft

Hubungan antara F Dorong /F Didorong dengan koefisien


gesek ditunjukan pada gambar B.23. Metode yang
digunakan adalah metode konvensional.
Berdasarkan gambar B.23, casing running dengan
menggunakan WBM (koefisien gesek 0.33) dapat
dilakukan dengan aman karena memenuhi batasan
F Dorong /F Didorong > 1.1. Hal tersebut menandakan
bahwa casing memiliki gaya dorong yang cukup
agar casing tersebut dapat ditempatkan pada target
baik. Beban slack off yang dialami casing adalah
99626.31 lbf sedangkan casing memiliki gaya
dorong sebesar 153184.32 lbf.
b. Pemboran dengan HD 8202 ft, 9843 ft, dan
11483 ft
Dengan proses perhitungan beban slack off yang
sama dengan kasus casing running dengan HD
6562 ft, didapat tipe casing running untuk tiap
lokasi pemboran yang ditunjukan pada tabel B.24
Grafik hubungan antara koefisien gesek dengan
rasio F Dorong /F Didorong untuk kasus casing dengan
HD 8202 ft, 9843 ft, dan 11483 ft dapat dilihat pada
gambar B.24 gambar B.26 di lampiran B.
5.2.3.

Desain Hidrolika

Pada perhitungan desain hidrolika, digunakan


kecepatan putaran pipa 85 RPM yang
direkomendasikan
oleh
Armstrong
dalam
papernya1). Hubungan antara Qmin dengan RPM
pada berbagai cutting concentration ditunjukan
gambar B.27. Berdasarkan gambar B.27, untuk
menjaga kebersihan lubang bor dimana hanya ada 2
5 % volume cutting yang tersisa di dalam lubang
bor, maka dibutuhkan Qmin antara 465.394 gpm
sampai 577.37 gpm. Tabel B.25 merupakan
kesimpulan dari perhitungan hidrolika.

5.2.4.

Spesifikasi Rig Minimum

a. Pemboran dengan HD 6562 ft


Untuk merekomendasikan rig yang layak dipakai
dalam suatu pemboran, maka rig tersebut harus
memenuhi batasan minimum kekuatan pompa,
beban hookload, dan drawwork yang harus
disediakan oleh rig. Adapun analisisnya seperti di
bawah ini.

Hookload
Dari hasil perhitungan, beban maksimum yang
dialami pada saat pemboran adalah 262890 lbf
sedangkan beban maksimum yang dialami pada
saat pemasangan casing adalah 228747.88 lbf.
Dengan menggunakan persamaan 26 dan 27,
didapatkan kekuatan hookload minimum yang
harus disediakan, yaitu sebesar 492221 lbs.

Drawwork
Beban drawwork dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan 28. Dari perhitungan
tersebut, didapat kekuatan drawork minimum yang
harus disediakan, yaitu sebesar 503.877 HP

Daya Pompa
Dengan menggunakan persamaan 30, maka
kekuatan pompa yang dibutuhkan sebesar 135.76
168.43 HP.
b. Pemboran dengan HD 8202 ft, 9843 ft, dan
11483 ft
Dengan proses perhitungan drawwork dan daya
pompa yang sama seperti kasus pemboran dengan
HD 6562 ft, didapat spesifikasi rig minimum untuk
tiap lokasi pemboran yang ditunjukan pada tabel
B.26 dan B.27. Analisis spesifikasi rig minimum
untuk kasus pemboran dengan HD 8202 ft, 9843 ft,
dan 11483 ft dapat dilihat pada tabel B.28 di
lampiran B.
VI. DISKUSI
6.1. Analisis Drag dan Torsi
a. Desain Drillstring
Dari hasil pengolahan data, didapat kesimpulan
hanya ada 4 lokasi yang dapat dijadikan sebagai
lokasi pemboran, yaitu :
Keterangan

OPT 3

OPT 2

HD (km)

HD (ft)

6561.68

2.5

8202.1

9842.52

3.5

11482.94

Tabel 5. Alternatif lokasi Pemboran


di Lapangan Migas PT Adaro

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

10

Pemboran dengan displacement 4-5.5 km tidak


dapat dilakukan karena mengalami kegagalan
akibat beban slack off dan beban buckling yang
terlalu besar. Berdasarkan gambar B.28, skenario
pemboran dengan HD 2 km, 2.5 km, 3 km, dan 3.5
km digolongkan sebagai medium reach drilling
sehingga
dapat
menggunakan
teknologi
konvensional dalam pelaksanaannya.
Dari hasil pengolahan data, dapat pula disimpulkan
mengenai konfigurasi drillstring untuk tiap skenario
pemboran seperti seperti yang ditunjukan tabel
B.22 dan B.23. Rasio pemakaian DP dan HWDP
untuk tiap skenario ditunjukan pada tabel 6 dan 7.
Horizontal
Displacement (ft)

HD 2 km (6562 ft)

HD 2.5 km (8202 ft)

Mud Type

Water Base

Oil Base

Properti

DP

HWDP

DP

HWDP

L Pipe (ft)

51.18

8880

2154.17

7980

L Pipe /Total MD

0.0057

0.9943

0.21256

0.78744

Tabel 6. Rasio pemakaian DP dan HWDP untuk


Pemboran dengan HD 2 km dan 2.5 km
Horizontal
Displacement(ft)

HD 3 km

HD 3.5 km

Mud Type

Oil Base

Oil Base

Properti

DP

L Pipe (ft)

719.25

L Pipe /Total MD

0.05805

HWDP

DP

HWDP

11670

120.5

14070

0.94195

0.00849

0.99151

Tabel 6.14. Rasio pemakaian DP dan HWDP untuk


Pemboran dengan HD 3 km dan 3.5 km
Pada tabel di atas, terlihat bahwa pemboran dengan
HD 2 km memiliki rasio L Pipe /Total MD yang
paling besar dibanding rasio L Pipe /Total MD pada
pemboran lokasi lain. Bahkan, HWDP yang
digunakan pada pemboran dengan HD 2 km lebih
panjang daripada HWDP yang digunakan pada
pemboran dengan HD 2.5 km. Hal tersebut
dikarenakan pemboran dengan HD 2 km
menggunakan
WBM
yang
diasumsikan
memberikan koefisien gesek 0.33 sehingga
mengakibatkan beban slack off yang besar. Karena
beban slack off yang besar, maka dibutuhkan
HWDP yang sangat panjang sebagai penyedia gaya
dorong untuk mengatasi beban slack off tersebut.
Pada pemboran dengan HD 2 km, penggunaan
HWDP yang sangat panjang juga mengakibatkan
digunakannya DP dengan grade yang tinggi, yaitu
grade G-105. Gambar B.28 menunjukan hubungan
antara koefisien gesek dengan panjang HWDP yang
digunakan pada masing masing skenario.
Dari gambar B.28, terlihat bahwa penggunaan
OBM (koefisien gesek 0.2) pada pemboran dengan
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

HD 2 km akan mengakibatkan pemakaian HWDP


yang lebih pendek dibanding pemboran dengan
menggunakan WBM (koefisien gesek 0.33).
Dengan menggunakan HWDP yang lebih pendek,
maka grade DP yang lebih rendah dari grade G-105
dapat digunakan pada pemboran dengan HD 2 km.
Pada akhirnya, analisis drag dan torsi berperan
dalam menentukan kapasitas rig yang akan
digunakan. Makin besar beban hookload yang
dialami oleh drillstring, maka makin besar kekuatan
drawwork rig yang diperlukan. Sementara itu,
makin besar beban torsi yang dialami oleh
drillstring, maka makin besar rig torque limit
(rotating system) yang diperlukan.
b.

Desain Casing Running

Pada analisis desain casing running, OBM


digunakan pada operasi casing running dengan HD
9843 ft dan 11483 ft. Hal tersebut dikarenakan,
untuk kasus HD 9843 ft dan HD 11483 ft, beban
drag yang terlalu besar dialami oleh casing jika
menggunakan WBM sehingga gaya berat yang
dimiliki casing tidak dapat mendorong casing untuk
sampai ke target.
Ditinjau dari segi finansial, metode partial
floatation memang lebih menguntungkan daripada
metode konvensional untuk digunakan pada kasus
casing running dengan HD 9843 ft dan 11483 ft.
Hal tersebut dikarenakan metode partial floatation
dapat menggunakan WBM sebagai drilling fluid,
sedangkan
metode
konvensional
harus
menggunakan OBM sebagai drilling fluid. Tetapi di
sisi lain, penggunaan metode partial floatation
mengakibatkan proses pemasangan casing menjadi
lebih lambat dan resiko collapse yang lebih besar
dibanding metode konvensional. Hal tersebut harus
dipelajari lebih detil terlebih dahulu sebelum
menggunakan metode partial floatation.
6.2. Analisis Hidrolika
Pada perhitungan desain hidrolika, digunakan
kecepatan putaran pipa 85 RPM yang
direkomendasikan
oleh
Armstrong
dalam
papernya1). Dari gambar B.27, dapat dilihat bahwa
makin tinggi RPM yang digunakan, maka makin
kecil Qmin yang dibutuhkan dalam proses
pengangkatan cutting pada cutting concentration
tertentu. Hal ini juga menunjukan bahwa rotasi
yang kontinyu selama proses pemboran akan
membantu terbentuknya desain hole cleaning yang
baik. Rotasi yang cepat akan membantu
meringankan kerja pompa lumpur pemboran. Untuk
menjaga kebersihan lubang bor dimana hanya ada 2
5 % volume cutting yang tersisa di dalam lubang
bor, maka dibutuhkan pompa lumpur yang mampu
11

memberikan rate minimum (Qmin) antara 465.394


gpm sampai 577.37 gpm.
6.3. Spesifikasi Rig Minimum
Dari hasil pengolahan data, dapat disimpulkan
mengenai spesifikasi rig minimum untuk tiap
skenario pemboran seperti seperti yang ditunjukan
tabel B.26 dan B.27. Pada tabel tersebut, terlihat
bahwa drawwork minimum untuk pemboran
dengan HD 2 km lebih besar daripada drawwork
minimum untuk pemboran dengan HD 2.5 km dan
3 km. Hal tersebut dikarenakan pemboran dengan
HD 2 km menggunakan WBM sehingga beban
hookload yang terjadi pada pemboran dengan HD 2
km lebih besar daripada beban hookload yang
terjadi pada pemboran denga HD 2.5 km dan 3 km.
Kekuatan drawwork yang harus disediakan oleh
suatu rig berbanding lurus dengan beban hookload
yang terjadi pada drillstring/casing sehingga makin
besar beban hookload yang dialami drillstring atau
casing, maka makin besar kekuatan drawwork yang
harus disediakan rig tersebut.
6.4. Saran
Sebagai usulan dari penulis, perlu dilakukan cost
analysis yang lebih baik lagi untuk memutuskan
apakah akan digunakan WBM atau OBM pada
pemboran dengan HD 2 km. Penggunaan OBM
akan mengakibatkan pemakaian HWDP yang lebih
pendek dan DP dengan grade yang lebih rendah
dibanding penggunaan WBM. Selain itu, dengan
pemakaian HWDP yang lebih pendek, maka akan
didapatkan spesifikasi rig yang lebih rendah. Hal ini
tentu lebih murah dibandingkan penggunaan WBM
yang mengakibatkan pemakaian HWDP yang lebih
panjang, DP dengan grade yang tinggi, dan
spesifikasi rig yang lebih tinggi. Namun, biaya
pengadaan OBM yang lebih mahal daripada WBM
juga harus dijadikan pertimbangan dalam cost
analysis pada pemboran dengan HD 2 km. Selain
itu, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai desain
metode partial floatation untuk memastikan bahwa
tidak terjadi collapse pada casing selama proses
pemasangannya.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kelayakan, dapat diambil
kesimpulan mengenai desain dari operasi pemboran
sebagai berikut :
1. Alternatif lokasi pemboran memiliki jarak
horizontal displacement 2-3.5 km (6562-11483
ft).
2. Skenario trajektrori pemboran dengan HD 2-3.5
km dapat dilakukan dengan teknologi
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

3.

4.

5.

6.

7.

konvensional karena merupakan kategori


medium reach drilling.
Dari keempat skenario pemboran yang ada,
hanya pemboran dengan HD 2 km yang
memungkinkan menggunakan WBM sebagai
drilling fluid selama pemboran.
Penggunaan Oil Based Mud (OBM) sangat
direkomendasikan dalam operasi pemboran agar
drillstring atau casing mengalami beban torsi
dan drag yang lebih rendah daripada
menggunakan Water Based Mud (WBM).
Untuk menjaga kebersihan lubang bor dimana
hanya ada 5% volume cutting yang tersisa di
dalam lubang bor, maka dibutuhkan pompa
lumpur yang mampu memberikan Qmin
465.394 gpm.
Metode konvensional casing running digunakan
untuk operasi casing running keempat skenario
pemboran.
Pemboran dengan HD 2.5 km dan 3 km
membutuhkan rig yang memiliki kekuatan
drawwork minimum 500 HP, sedangkan
pemboran dengan HD 2 km dan 3.5 km
membutuhkan rig yang memiliki kekuatan
drawwork minimum 750 HP.

7.2. Saran
1. Studi kelayakan ini sebaiknya ditunjang dengan
data data yang lebih lengkap sehingga akan
diperoleh desain yang lebih baik dan akurat.
2. Diperlukan cost analaysis yang lebih baik agar
diperoleh desain yang baik secara teknis dan
finansial atau tidak terlalu mahal.
SIMBOL
D1
D2
D3
X3
q
T
TB
D
DB
OD
L

Wm
R
Fo
Vs
m
RPM
Vsv
Vmin

: TVD kick of point, feet


: TVD buildup section, feet
: TVD dasar sumur, feet
: horizontal departure, feet
: rate of inclination angle buildup, o /panjang
: Torsi pada sumur miring (ft-lbf)
: Torsi pada bagian build (ft-lbf)
: Drag pada lubang miring (lbf)
: Drag pada phase build rate (lbf)
: Diameter luar tool joint atau collar (in)
: Panjang pipa (ft)
: Kefisien friksi/gesekan
: Sudut kemiringan sumur (derajat)
: Berat pipa dalam lumpur (lb/ft)
: Jari-jari bagian pertambahan sudut (ft)
: Beban kompresi di EOC (lb)
: Corrected slip velocity, ft/s
: Mud density, ppg
: Rotary Per Minute
: Vs vertical Moore, ft/s
: Minimum velocity to lift cutting, ft/s
12

Vcut : Cutting velocity, ft/s

Horizontal, Tugas Akhir, Jurusan Teknik


Perminyakan, FIKTM, Bandung, 1993.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Agbaji, A.L., Optimizing the Planning,


Design and Drilling of Extended Reach and
Complex Wells, SPE 136091, Abu Dhabi
International Petroleum Exhibition and
Conference, 1-4 November 2010, Abu Dhabi,
UAE.
2. Apolianto,
E.,
Evaluasi
Pemboran
Horizontal
Sumur-X
Yang
Berbentuk
Complex-Tangent Dan Tidak 90o Lateral,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Perminyakan,
FIKTM, Bandung, 1994.
3. Bell, R.A., Hinkel, R.M., Bunyak, M.J.,
Payne, J.D., Hood, J.L., Application of
Innovative Extended Reach and Horizontal
Drilling Technology in Oilfield Development,
IADC/SPE 27463, IADC/SPE Drilling
Conference, 15-18 February 1994, Dallas,
Texas.
4. Payne, M.L., and Hatch, A.J., Critical
Technologies for Success in Extended Reach
Drilling, SPE No 28293, The 69th Annual
Technical Conference and Exhibition, 25-2S
September 1994, New Orleans, L.A., U.S.A.
5. Rabia, H., Well Engineering & Construction.
6. Raksagati, S., Well Drillability Horizontal
Well Torque And Drag Prediction And Its
Application For Erd Wells, Final Thesis,
Petroleum Engineering Department, ITB,
Bandung, 2008.
7. Rubiandini, R.R.S., Diktat Kuliah TM-2231
Teknik Operasi Pemboran, Penerbit ITB,
Bandung, 2004.
8. Rubiandini, R.R.S., Diktat Kuliah TM-4021
Teknik Pemboran Modern, Penerbit ITB,
Bandung, 2009.
9. Rubiandini, R.R.S., Mucharam, L., Dimas
Y.S., Darmawan, A., Extended Reach
Drilling (ERD) Design In Deepwater
Application, SPE-115286-PP, IADC/SPE
Asia Pacific Drilling Technology Conference
and Exhibition, 25-27 August, 2008, Jakarta,
Indonesia.
10. Rubiandini,
R.R.S.,
Lesmana,
Dodi.
Modifikasi persamaan beban drag dan torsi
pada bagian pertambahan sudut sumur
pemboran horizontal untuk berbagai harga
friction factor, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Perminyakan, FIKTM, Bandung, 2003.
11. Ruddy, K. E. and Hill D., Analysis of
Buoyancy-Assisted Casings and Liners in
Mega-Reach Wells,IADC/SPE 23878, 1992
lADC/SPE Drilling Conference, 18-21
February 1992, New Orleans.
12. Yanfidra, Model Analisa Perhitungan Beban
Pada
Rangkaian
Pemboran
Sumur
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

13

LAMPIRAN A
GAMBAR

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

14

Gambar A.1. Peta Lapangan X

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

15

Gambar A.2. Build-and-Hold Type Well Path Untuk X 3 < r 1 7)

Gambar A.3. Model Torsi dan Drag pada Drillstring11)

Gambar A.4 Model Buckling11)

Gambar A.5. Gesekan Pada Lubang Saat Penurunan Drillstring8)

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

16

Gambar A.6. Gesekan Pada Lubang Saat Penarikan Drillstring8)

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

17

Input : Cconc-m , n, K, Dh,OD, , s,dcut,ROP

Vcut =

ROP
OD 2
361 pipe Cconc m
Dh

Asumsi Vslip1 = 0.01

Vslip1 = Vslip 2

Vmin = Vcut + Vslip

Nre < 3

3 < Nre <300

Nre > 300

Tidak
Abs(Vsl2-Vsl1)<0.001

Ya
Vsl2 = Vsv = Vslip vertical Moore

Gambar A.7. Flow Chart Perhitungan Vslip Metode Moore7)

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

18

Gambar A.8. Casing Running Metode Konvensional

Gambar A.9. Casing Running Metode Casing Floatation

Gambar A.10. Casing Running Metode Partial Floatation

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

19

LAMPIRAN B

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

20

Skenario
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

KOP
(ft)
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
1500
500
500
500
500
500
500
500
500
500

TVD
(ft)
4921.5
4921.5

H
(ft)
6561.68
6561.68

BUR
(o/100 ft)
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

6561.68
8202.1
8202.1

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

8202.1
9842.52
9842.52

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

9842.52
6561.68
6561.68

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

6561.68
8202.1
8202.1

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

8202.1
9842.52
9842.52

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

9842.52
6561.68
6561.68

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

6561.68
8202.1
8202.1

10
4
7

4921.5
4921.5
4921.5

8202.1
9842.52
9842.52

10
4
7

4921.5

9842.52

10

65.42
62.43
61.37
70.47
67.65
66.63
73.88
71.28
70.33
69.73
66.25
65.02
74.07
70.91
69.77
76.94
74.10
73.06
61.45
58.89
57.98
67.05
64.54
63.63
70.94
68.57
67.70

MD EOB
(ft)
2635.47
1891.91
1613.74
2761.68
1966.36
1666.26
2847.02
2018.34
1703.33
3243.20
2446.41
2150.25
3351.81
2513.00
2197.74
3423.47
2558.58
2230.65
2036.24
1341.32
1079.76
2176.35
1422.04
1136.31
2273.45
1479.55
1176.97

MD EOT
(ft)
8931.18
8797.86
8749.19
10452.93
10286.55
10225.10
12015.26
11823.49
11751.94
9240.24
9081.21
9023.61
10800.56
10609.55
10539.34
12389.25
12174.68
12094.88
8654.96
8542.97
8501.76
10134.17
9989.25
9935.47
11666.43
11495.16
11431.05

MD EOB
(ft)
1635.47
891.91
613.74
1761.68
966.36
666.26
1847.02
1018.34
703.33
1743.20
946.41
650.25
1851.81
1013.00
697.74
1923.47
1058.58
730.65
1536.24
841.32
579.76
1676.35
922.04
636.31
1773.45
979.55
676.97

MD EOT
(ft)
6295.71
6905.95
7135.45
7691.25
8320.19
8558.84
9168.24
9805.15
10048.62
5997.04
6634.81
6873.37
7448.75
8096.55
8341.59
8965.77
9616.10
9864.24
6618.72
7201.64
7422.01
7957.82
8567.21
8799.16
9392.98
10015.61
10254.08

Tabel B.1. Skenario Trajektori Pemboran Berarah OPT 3

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

21

Skenario

KOP
(ft)

TVD
(ft)

H
(ft)

11482.94

2
3
4

13123.36

5
6
7

500
14763.78

8
9
10

16404.2

11
12
13

11482.94

14
15
16

13123.36

17
18
19

1000

4921.5
14763.78

20
21
22

16404.2

23
24
25

11482.94

26
27
28

13123.36

29
30
31
32

1500
14763.78

33
34
35
36

16404.2

BUR
(o/100 ft)
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10
4
7
10

73.75
71.55
70.73
75.86
73.82
73.06
77.50
75.62
74.90
78.81
77.06
76.39
76.32
73.94
73.06
78.13
75.96
75.15
79.52
77.53
76.78
80.63
78.80
78.10
78.95
76.40
75.46
80.44
78.14
77.27
81.58
79.48
78.69
82.48
80.56
79.83

MD EOB
(ft)
2343.75
1522.09
1207.28
2396.60
1554.63
1230.61
2437.62
1580.22
1249.03
2470.29
1600.83
1263.93
2907.88
2056.31
1730.62
2953.19
2085.10
1751.46
2988.12
2107.61
1767.83
3015.82
2125.66
1781.01
3473.84
2591.47
2254.60
3511.01
2616.22
2272.75
3539.49
2635.46
2286.94
3561.97
2650.84
2298.32

MD EOT
(ft)
13230.04
13037.73
12965.22
14813.39
14604.11
14524.74
16409.87
16186.74
16101.67
18015.48
17780.86
17691.03
13600.86
13389.37
13309.81
15200.85
14973.76
14887.76
16810.29
16570.62
16479.36
18426.25
18176.27
18080.64
13993.75
13761.38
13674.15
15607.85
15361.65
15268.56
17228.19
16970.99
16873.16
18852.82
18586.66
18484.94

MD EOB
(ft)
1843.75
1022.09
707.28
1896.60
1054.63
730.61
1937.62
1080.22
749.03
1970.29
1100.83
763.93
1907.88
1056.31
730.62
1953.19
1085.10
751.46
1988.12
1107.61
767.83
2015.82
1125.66
781.01
1973.84
1091.47
754.60
2011.01
1116.22
772.75
2039.49
1135.46
786.94
2061.97
1150.84
798.32

MD EOT
(ft)
10886.29
11515.63
11757.94
12416.79
13049.48
13294.13
13972.25
14606.51
14852.64
15545.19
16180.03
16427.10
10692.98
11333.06
11579.19
12247.66
12888.66
13136.30
13822.17
14463.01
14711.54
15410.43
16050.60
16299.64
10519.90
11169.90
11419.55
12096.84
12745.43
12995.81
13688.71
14335.52
14586.22
15290.84
15935.82
16186.62

Tabel B.2. Skenario Trajektori Pemboran Berarah di OPT 2

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

22

Skenario

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

0.33
0.33
0.33
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.33
0.33
0.33
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.33
0.33
0.33
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

Tt (lbs-ft)
21857.21
23372.16
23911.49
16604.1
17626.37
17996.43
20175.66
21272.53
21675.1
21477.1
23184.66
23787.09
16407.48
17526.46
17929.48
20006.2
21184.53
21615.69
22195.96
23540.49
24023.45
14080.93
15313.28
18058.67
20336.29
21355.98
21731.45

Beban Torsi (lbs-ft)


Tb (lbs-ft) Ttotal (lbs-ft)
2412.23
24269.44
2197.59
25569.75
2208.81
26120.3
1109.76
17713.86
1034.97
18661.34
1033.97
19030.4
1238.7
21414.36
1148.23
22420.76
1140.06
22815.15
2799.93
24277.03
2472.09
25656.75
2448.18
26235.27
1246.11
17653.59
1136.32
18662.79
1123.7
19053.19
1359.19
21365.39
1239.97
22424.51
1221.97
22837.66
2075.84
24271.8
1957.29
25497.79
1998.72
26022.17
986.72
15067.64
943.06
16256.34
952.49
19011.16
1127.2
21463.49
1063.15
22419.13
1064.04
22795.49

Tabel B.3. Evaluasi Beban Torsi pada Tiap Skenario di OPT 3

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

23

Skenario
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

0.33
0.33
0.33
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.33
0.33
0.33
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.33
0.33
0.33
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

Dt (lbs)
74939.01
80133.12
81982.26
56928.34
60433.28
61702.05
69173.68
72934.38
74314.62
73635.77
79490.25
81555.74
56254.21
60090.73
61472.52
68592.69
72632.68
74110.93
76100.44
80710.26
82366.1
48277.46
52502.67
61915.43
69724.41
73220.49
74507.83

Beban Drag Tripping


Db (lbs)
Berat Pipa (lbs)
24481.03
176861.53
27112.85
183718.97
27962.48
186551.88
12510.38
177682.87
14561.11
184067.69
15253.65
186764.13
17048.15
264692.41
19301.06
184456.33
20078.6
187017.9
25796.24
177537.23
28936.47
183950.5
29933.89
186681.37
13018.79
178520.41
15361.76
184410.78
16146.1
186974.05
17740.75
179338.95
20247.4
184841.35
21107.38
187261.58
23288.33
176495.3
25496.81
183617.14
26219.9
186503.46
9501.13
157449.18
11692.99
164196.93
14439.5
186622.3
16394.9
177780.25
18418.38
184154.84
19120.81
186828.5

HL + MOP (lbs)
326281.57
290964.94
346496.62
297121.58
309062.08
313719.83
314692.41
326691.77
331411.12
326969.24
342377.22
348171
297793.42
309863.27
314592.66
315672.39
327721.44
332479.89
325884.08
339824.21
345089.46
265227.77
278392.58
312977.24
313899.55
325793.71
330457.15

Tabel B.4. Evaluasi Beban Tripping Drag dan Hookload pada Tiap Skenario di OPT 3

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

24

Skenario

1
2

0.33
0.33
0.33
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.2
0.33
0.33
0.33
0.20
0.20
0.2
0.20
0.20
0.2
0.33
0.33
0.33
0.20
0.20
0.2
0.20
0.20
0.2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Dt (lbs)
74939.01
80133.12
81982.26
56928.34
60433.28
61702.05
69173.68
72934.38
74314.62
73635.77
79490.25
81555.74
56254.21
60090.73
61472.52
68592.69
72632.68
74110.93
76100.44
80710.26
82366.10
48277.46
52502.67
61915.43
69724.41
73220.49
74507.83

Db (lbs)
52950.00
49750.80
49977.11
30379.46
27670.14
27274.97
36485.18
33856.99
33685.79
57691.12
53805.73
53867.16
32651.84
29580.38
29086.59
38718.88
35803.39
35561.62
48766.33
46163.74
46534.96
25855.91
23702.49
25621.17
34401.50
32042.41
31937.94

Beban Drag Drilling


FKOP (lbs)
FDorong (lbs)
157889.01
176861.53
159883.92
183718.97
161959.37
186551.88
117307.80
177682.87
118103.42
184067.69
118977.02
186764.13
135658.87
178470.57
136791.37
184456.33
138000.42
187017.90
161326.89
177537.23
163295.98
183950.50
165422.90
186681.37
118906.05
178520.41
119671.12
184410.78
120559.11
186974.05
137311.57
179338.95
138436.07
184841.35
139672.55
187261.58
154866.77
176495.30
156874.01
183617.14
158901.06
186503.46
104133.37
157449.18
106205.16
164196.93
117536.60
186622.30
134125.91
177780.25
135262.91
184154.84
136445.77
186828.50

Status
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

Rasio
1.1202
1.1491
1.1518
1.5147
1.5585
1.5697
1.3156
1.3485
1.3552
1.1005
1.1265
1.1285
1.5014
1.5410
1.5509
1.3061
1.3352
1.3407
1.1397
1.1705
1.1737
1.5120
1.5460
1.5878
1.3255
1.3615
1.3693

Tabel B.5. Evaluasi Beban Drilling Drag pada Tiap Skenario di OPT 3

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

25

Skenario

1
2

0.33
0.33
0.33
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.2
0.33
0.33
0.33
0.20
0.20
0.2
0.20
0.20
0.2
0.33
0.33
0.33
0.20
0.20
0.2
0.20
0.20
0.2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

FA-EOC (lbs)
104939.01
110133.12
111982.26
86928.34
90433.28
91702.05
99173.68
102934.38
104314.62
103635.77
109490.25
111555.74
86254.21
90090.73
91472.52
98592.69
102632.68
104110.93
106100.44
110710.26
112366.10
78277.46
82502.67
91915.43
99724.41
103220.49
104507.83

Beban Buckling
Fcrit (lbs)
115637.48
114172.43
113609.91
117721.89
116617.26
116180.66
118855.39
118013.17
117672.63
117447.29
116013.83
115454.15
118912.45
117881.38
117464.70
119684.09
118920.82
118604.40
113651.08
112205.87
111655.63
116366.49
115225.86
114781.08
117891.39
116995.47
116639.06

Status
Aman
Gagal
Gagal
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Gagal
Gagal
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Gagal
Gagal
Gagal
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman

Rasio
1.102
1.037
1.015
1.354
1.290
1.267
1.198
1.146
1.128
1.133
1.060
1.035
1.379
1.308
1.284
1.214
1.159
1.139
1.071
1.014
0.994
1.487
1.397
1.249
1.182
1.133
1.116

Tabel B.6. Evaluasi Beban Buckling pada Tiap Skenario di OPT 3

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

26

Skenario
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

H
(ft)

KOP
(ft)

BUR
(o/100 ft)

11482.94

4
7

13123.36

10
4
7

14763.78

10
4
7

16404.2

10
4
7

11482.94

10
4
7

13123.36

10
4
7

500

14763.78

10
4
7

16404.2

10
4
7

11482.94

10
4
7

13123.36

10
4
7

1000

14763.78

10
4
7

16404.2

10
4
7

1500

10

73.75
71.55
70.73
75.86
73.82
73.06
77.50
75.62
74.90
78.81
77.06
76.39
76.32
73.94
73.06
78.13
75.96
75.15
79.52
77.53
76.78
80.63
78.80
78.10
78.95
76.40
75.46
80.44
78.14
77.27
81.58
79.48
78.69
82.48
80.56
79.83

0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

Beban Torsi (lbs-ft)


Tt
Tb
Ttotal
(lbs-ft)
(lbs-ft)
(lbs-ft)
23940.51 1233.64 25174.15
25022.02 1156.64 26178.66
25424.18 1151.73 26575.92
27581.31 1316.30 28897.61
28708.50 1230.81 29939.32
29131.05 1221.85 30352.90
31247.52 1381.99 32629.52
32409.60 1290.77 33700.37
32848.12 1278.89 34127.00
34931.91 1435.29 36367.21
36121.37 1340.09 37461.46
36572.70 1326.04 37898.74
23798.60 1334.23 25132.83
24947.18 1234.70 26181.87
25373.38 1221.90 26595.28
27455.02 1407.29 28862.31
28641.13 1302.36 29943.49
29085.12 1286.48 30371.61
31134.15 1464.75 32598.90
32348.58 1356.53 33705.11
32806.38 1338.53 34144.90
34829.29 1511.01 36340.30
36065.75 1400.76 37466.51
36534.55 1381.25 37915.79
23651.02 1441.14 25092.16
24869.32 1317.58 26186.90
25320.51 1296.40 26616.91
27324.90 1502.92 28827.82
28571.66 1377.53 29949.20
29037.75 1354.40 30392.15
31018.10 1551.02 32569.12
32286.06 1425.08 33711.14
32763.60 1400.71 34164.31
34724.73 1589.46 36314.18
36009.01 1463.64 37472.66
36495.63 1438.47 37934.10

Tabel B.7. Evaluasi Beban Torsi pada Tiap Skenario di OPT 2

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

27

Skenario

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

Dt (lbs)
82081.74
85789.77
87168.63
94564.5
98429.16
99877.9
107134.4
111118.6
112622.1
119766.6
123844.7
125392.1
81595.2
85533.18
86994.44
94131.49
98198.16
99720.42
106745.7
110909.4
112479
119414.7
123654
125261.3
81089.2
85266.22
86813.18
93685.37
97959.99
99558.01
106347.8
110695.1
112332.4
119056.2
123459.5
125127.9

Db (lbs)
40389.31
38198.68
38382.15
46315.34
44404.82
44951.3
52213.11
50673.15
51649.8
58106.47
57014.53
58483.41
42462.03
40053.31
40191.53
48370.11
46284.01
46804.29
54248.93
52568.9
53536.23
60124.68
58922.7
60397.34
44651.65
42014.96
42106.64
50519.08
48252.17
48746.43
56362.84
54540.22
55499.25
62209.12
60896.21
62378.17

Beban Drag Drilling


FKOP (lbs)
FDorong (lbs)
152471.04 178436.7987
153988.44 184489.1142
155550.78 187050.2135
170879.84 179016.0079
172833.97 184800.2653
174829.2 187261.1826
189347.47 179516.6336
191791.77 185079.2261
194271.91 187453.1056
207873.04 179947.6151
210859.25 185325.9402
213875.51 187624.6527
154057.23 179149.179
155586.49 184817.6101
157185.96 187261.353
172501.59 179718.481
174482.17 185135.8283
176524.71 187479.9792
190994.6 180194.9631
193478.31 185411.5076
196015.24 187671.9506
209539.41 180596.135
212576.69 185649.6924
215658.65 187839.4867
155740.85 179996.1985
157281.18 185211.481
158919.81 187515.5048
174204.45 180524.9043
176212.17 185523.1782
178304.43 187733.167
192710.62 180955.3225
195235.27 185785.464
197831.6 187918.6718
211265.33 181310.7115
214355.68 186007.5212
217506.04 188077.2442

Status
AMAN
AMAN
AMAN
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
AMAN
AMAN
AMAN
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
AMAN
AMAN
AMAN
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL
GAGAL

Rasio
1.1703
1.198071
1.202503
1.047613
1.069236
1.071109
0.94808
0.965001
0.964901
0.865661
0.878908
0.877261
1.162874
1.187877
1.191336
1.041837
1.061059
1.062061
0.943456
0.958306
0.957436
0.861872
0.87333
0.871004
1.155742
1.177582
1.179938
1.036282
1.05284
1.05288
0.939
0.951598
0.949892
0.858213
0.867752
0.864699

Tabel B.8. Evaluasi Beban Drilling Drag pada Tiap Skenario di OPT 2

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

28

Skenario
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

H
(ft)

KOP
(ft)

BUR
(o/100 ft)

11482.94

4
7

13123.36

10
4
7

14763.78

10
4
7

16404.2

10
4
7

11482.94

10
4
7

13123.36

10
4
7

500

14763.78

10
4
7

16404.2

10
4
7

11482.94

10
4
7

13123.36

10
4
7

1000

14763.78

10
4
7

16404.2

10
4
7

1500

10

73.75
71.55
70.73
75.86
73.82
73.06
77.50
75.62
74.90
78.81
77.06
76.39
76.32
73.94
73.06
78.13
75.96
75.15
79.52
77.53
76.78
80.63
78.80
78.10
78.95
76.40
75.46
80.44
78.14
77.27
81.58
79.48
78.69
82.48
80.56
79.83

0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

Dt
(lbs)
82081.74
85789.77
87168.63
94564.5
98429.16
99877.9
107134.4
111118.6
112622.1
119766.6
123844.7
125392.1
81595.2
85533.18
86994.44
94131.49
98198.16
99720.42
106745.7
110909.4
112479
119414.7
123654
125261.3
81089.2
85266.22
86813.18
93685.37
97959.99
99558.01
106347.8
110695.1
112332.4
119056.2
123459.5
125127.9

Beban Drag Tripping


Db
Berat Pipa
(lbs)
(lbs)
21064.39 178436.80
23254.58 184489.11
24026.83 187050.21
25940.86 179016.01
28256.12 184800.27
29082.89 187261.18
30960.56 179516.63
33372.54 185079.23
34242.89 187453.11
36082.71 179947.62
38571.43 185325.94
39477.3 187624.65
21859.37 179149.18
24254.32 184817.61
25095.22 187261.35
26848.96 179718.48
29348.11 185135.83
30237.74 187479.98
31960.04 180194.96
34538.42 185411.51
35466.57 187671.95
37157.08 180596.13
39797.49 185649.69
40756.76 187839.49
22694.55 179996.20
25311.91 185211.48
26227.01 187515.50
27795.94 180524.90
30492.3 185523.18
31449.13 187733.17
32996.29 180955.32
35751.44 185785.46
36740.87 187918.67
38265.88 181310.71
41066.3 186007.52
42081.81 188077.24

HL + MOP
(lbs)
331582.93
343533.46
348245.68
349521.36
361485.54
366221.97
367611.56
379570.38
384318.11
385796.89
397742.08
402494.06
332603.75
344605.12
349351.01
350698.93
362682.10
367438.14
368900.68
380859.33
385617.53
387167.94
399101.17
403857.55
333779.94
345789.62
350555.69
352006.21
363975.47
368740.31
370299.39
382231.96
386991.90
388632.80
400533.29
405286.92

Tabel B.9. Evaluasi Beban Tripping Drag dan Hookload pada Tiap Skenario di OPT 2

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

29

Skenario

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2

FA-EOC (lbs)
112081.736
115789.768
117168.634
124564.497
128429.158
129877.897
137134.366
141118.621
142622.114
149766.565
153844.712
155392.106
111595.197
115533.181
116994.436
124131.487
128198.165
129720.418
136745.67
140909.406
142479.013
149414.724
153653.99
155261.309
111089.199
115266.224
116813.176
123685.365
127959.994
129558.006
136347.775
140695.05
142332.352
149056.205
153459.472
155127.868

Beban Buckling
Fcrit (lbs) Status
118815.9 GAGAL
118104.2 GAGAL
117816.5 GAGAL
119412.8 GAGAL
118838.4 GAGAL
118603.1 GAGAL
119818.2 GAGAL
119347 GAGAL
119152 GAGAL
120105 GAGAL
119712.8 GAGAL
119549 GAGAL
119529.3 GAGAL
118873.5 GAGAL
118603.7 GAGAL
119958.9 GAGAL
119437.1 GAGAL
119219.4 GAGAL
120248.2 GAGAL
119824.7 GAGAL
119646 GAGAL
120451.7 GAGAL
120101.9 GAGAL
119953 GAGAL
120134.3 GAGAL
119551.6 GAGAL
119305.3 GAGAL
120418 GAGAL
119960.6 GAGAL
119764.4 GAGAL
120607.5 GAGAL
120239.9 GAGAL
120080.5 GAGAL
120740.2 GAGAL
120438.8 GAGAL
120306.9 GAGAL

Rasio
1.060083
1.026135
1.014059
0.953851
0.925148
0.914828
0.86642
0.841958
0.833082
0.793341
0.772311
0.76462
1.064705
1.028414
1.015569
0.957178
0.926815
0.915939
0.868883
0.843208
0.833919
0.795209
0.773269
0.765264
1.069554
1.030796
1.017145
0.96063
0.92854
0.917087
0.871418
0.844493
0.834778
0.797122
0.77425
0.765923

Tabel B.10. Evaluasi Beban Buckling pada Tiap Skenario di OPT 2

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

30

Skenario

H (ft)

KOP (ft)

BUR (o/100ft)

37

11482.94

1500

81.16087

0.2

Beban Torsi (lbs-ft)


Ttotal (lbs-ft) 0,9 TS DP
24183.89616
52301.7

Status
Rasio
AMAN 2.162666

Beban Drag Drilling


Dt (lbs)
Db (lbs)
FKOP (lbs)
FDorong (lbs)
77488.716 47814.882 155303.5975
176639.7

Status
Rasio
AMAN 1.137383

Tt (lbs-ft)
22600.875

Tb (lbs-ft)
1583.0208

Tabel B.11a. Evaluasi Beban Torsi Skenario 37

Skenario

H (ft)

KOP (ft)

BUR (o/100ft)

37

11482.94

1500

81.16087

0.2

Tabel B.11b. Evaluasi Beban Drilling Drag Skenario 37

Skenario

H (ft)

KOP (ft)

BUR (o/100 ft)

37

11482.94

1500

81.16087

0.2

Dt (lbs)
Db (lbs)
77488.716 20267.7071

Beban Drag Tripping


Berat Pipa (lbs) HL + MOP (lbs)
176639.7036
324396.1

0,9 TS DP Status
Rasio
355150.8 AMAN 1.094806

Tabel B.11c. Evaluasi Beban Hookload Skenario 37

Skenario

H (ft)

KOP (ft)

BUR (o/100 ft)

37

11482.94

1500

81.16087

0.2

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

FA-EOC (lbs)
107488.72

Beban Buckling
Fcrit (lbs)
Status
120540.675 AMAN

Rasio
1.121426
31

Tabel B.11d. Evaluasi Beban Buckling Skenario 37

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

32

Grade DP

0.9 x Torsional Strengh DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

25178.4
31892.4
35249.4
45320.4

= 0.1
6788.956

Total Torsi
= 0.2
= 0.33
14044.161

24269.443

= 0.4
29948.435

Tabel B.12. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran HD 6562 ft

Grade DP

0.9 x Yield Strength DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

243388.8
308293.2
348844.5
438100.2

= 0.1

Hookload + MOP
= 0.2
= 0.33

= 0.4

249391.991 264066.746 325066.817 356133.756

Tabel B.13. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran HD 6562 ft

Grade DP

0.9 x Torsional Strengh DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

25178.4
31892.4
35249.4
45320.4

= 0.1
8654.012

Total Torsi
= 0.2
= 0.33
17833.249

30567.091

= 0.4
37764.787

Tabel B.14. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 8202 ft

Grade DP

0.9 x Yield Strength DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

243388.8
308293.2
348844.5
438100.2

= 0.1

Hookload + MOP
= 0.2
= 0.33

= 0.4

225668.126 265500.727 326677.729 368729.412

Tabel B.15. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 8202 ft

Grade DP

0.9 x Torsional Strengh DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

25178.4
31892.4
35249.4
45320.4

= 0.1
10341.83

Total Torsi
= 0.2
= 0.33
21365.39145

36844.61

= 0.4
45449.77

Tabel B.16. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 9843 ft


Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

33

Grade DP

0.9 x Yield Strength DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

243388.8
308293.2
348844.5
438100.2

Hookload + MOP
= 0.2
= 0.33

= 0.1
249701.03

298600.088

= 0.4

376135.678

430862.329

Tabel B.17. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 9843 ft

Grade DP

0.9 x Torsional Strengh DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

25178.4
31892.4
35249.4
45320.4

Total Torsi
= 0.2
= 0.33

= 0.1
11694.81

24183.89616

41849.62

= 0.4
51531.42

Tabel B.18. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 11483 ft

Grade DP

0.9 x Yield Strength DP

Class 2 E
Class 2 X-95
Class 2 G-105
Class 2 S-135

243388.8
308293.2
348844.5
438100.2

Hookload + MOP
= 0.2
= 0.33

= 0.1
261623.03

321535.904

= 0.4

411502.634

475693.890

Tabel B.19. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 11483 ft

HD (ft)

Koef. Gesek

L DP (ft)

L HWDP (ft)

6562
8202
9843
11483

0.33
0.2
0.2
0.2

51.18
2154.17
719.25
120.5

8880
7980
11670
14070

F Dorong
(lbf)
174851.88
121828.06
151095.17
171907.86

Beban Slack Off (lbf)

F Dorong /Slack Off Load

157889.01
113818.62
137311.57
155303.5975

1.11
1.1
1.1
1.11

Tabel B.20. Evaluasi Beban Slack Off Tiap Lokasi Pemboran

HD (ft)

Koef. Gesek

F Crit (lbf)

F A-EOC (lbf)

F Crit /F A-EOC

6562
8202
9843
11483

0.33
0.2
0.2
0.2

115637.5
116366.5
119684.1
120540.7

104939
87552.9
98592.7
107488.7

1.10
1.33
1.21
1.12

Tabel B.21. Evaluasi Beban Buckling Tiap Lokasi Pemboran

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

34

Horizontal Displacement (ft)


Tipe Lumpur
Properti
Length (ft)
Weight (lb/ft)
OD (inch)
OD Tool Joint (inch)
Grade
Torsional Strength (lbs-ft)
Yield Strength (lbf)

HD 2 km (6562 ft)
Water Base Mud
DP
HWDP
0-51.18
51.18 - 8931.18
19.5
49.3
5
5
7
7
Class 2 G-105
45199
436150
-

HD 2.5 km (8202 ft)


Oil Base Mud
DP
HWDP
0-2154.17
2154.17-10134.17
19.5
49.3
5
5
7
7
Class 2 X-95
40895
394612
-

Tabel B.22. Konfigurasi Drillstring untuk Pemboran dengan HD 2 km dan HD 2.5 km

Horizontal Displacement (ft)


Tipe Lumpur
Properti
Length (ft)
Weight (lb/ft)
OD (inch)
OD Tool Joint (inch)
Grade
Torsional Strength (lbs-ft)
Yield Strength (lbf)

HD 3 km (9843 ft)
Oil Base Mud
DP
HWDP
0-719.25
719.25-12389.25
19.5
49.3
5
5
7
7
Class 2 X-95
40895
394612
-

HD 3.5 km (11483 ft)


Oil Base Mud
DP
HWDP
0-120.5
120.5-14190.5
19.5
49.3
5
5
7
7
Class 2 G-105
45199
436150
-

Tabel B.23. Konfigurasi Drillstring untuk Pemboran dengan HD 3 km dan HD 3.5 km


HD
(ft)
6562
8202
9843
11483

Metode
Konvensional
Konvensional
Konvensional
Konvensional

Koef.
Gesek
0.33
0.33
0.2
0.2

F Dorong
(lbf)
153184.32
153376.5
155330.1
152992.2

Beban Slack Off (lbf)

F Dorong /Slack Off Load

99626.31
127165.3
84546.83
99544.97

1.54
1.21
1.84
1.53

Tabel B.24. Evaluasi Beban Slack Off untuk Operasi Casing Running di Tiap Lokasi
Cutting con (%)
2
3
4
5

Vcut (ft/s)
1.380
0.920
0.690
0.552

Vslip (ft/s)
3.612
3.314
3.408
3.472

Vmin (ft/min)
299.517
254.041
245.879
241.429

Qmin (gpm)
577.367
489.706
473.972
465.394

Tabel B.25. Hubungan antara Konsentrasi Cutting dengan Laju Minimum (Qmin)

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

35

Horizontal Displacement (ft)


Tipe Lumpur
Hookload (lbs)
Drawwork (HP)
Daya Pompa (HP)

HD 2 km (6562 ft)
Water Base Mud
492221
503.877
135.76

HD 2.5 km (8202 ft)


Oil Base Mud
427177
435.2
135.76

Tabel B.26. Spesifikasi Rig Minimum untuk Pemboran dengan HD 2 km dan HD 2.5 km

Horizontal Displacement (ft)


Tipe Lumpur
Hookload (lbs)
Drawwork (HP)
Daya Pompa (HP)

HD 3 km (9843 ft)

HD 3.5 km (11483 ft)

Oil Base Mud


472608
483.168
135.76

Oil Base Mud


504088
516.406
135.76

Tabel B.27. Spesifikasi Rig Minimum untuk Pemboran dengan HD 3 km dan HD 3.5 km

HD (ft)
6562
8202
9843
11483

Beban Maksimum
Saat Pemboran (lbf)
262890
215500.7
248600.1
271536

Status
>
>
>
>

Beban Maksimum
Saat Casing Running (lbf)
228748
207949
230105.7
237661.5

Hookload (lbf)

Drawwork (HP)

492221
427177
472608
504088

503.877
435.2
483.168
516.406

Tabel B.28. Beban Hookload dan Drawwork Minimum Tiap Lokasi Pemboran

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

36

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1000

KOP = 1000 ft (MD)

EOB = 2635.46 ft (MD)

2000

3000

4000

5000
TARGET = 8931.18 ft (MD)

6000

Gambar B.1. Skenario trajektori untuk pemboran dengan HD 6562 ft

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0
KOP = 500 ft (MD)

1000
EOB = 2176.35 ft (MD)

2000

3000

4000

5000
TARGET = 10134.17 ft (MD)

6000

Gambar B.2. Skenario trajektori untuk pemboran dengan HD 8202 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

37

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1000
KOP = 1500 ft (MD)

2000
EOB = 3423.48 ft (MD)

3000

4000

5000
TARGET = 12389.25 ft (MD)

6000

Gambar B.3. Skenario trajektori untuk pemboran dengan HD 9843 ft

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

1000
KOP = 1500 ft (MD)

2000

3000

EOB = 4205.36 ft (MD)

4000

5000
TARGET = 14190.5 ft (MD)

6000

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

38

Gambar B.4. Skenario Trajektori untuk pemboran dengan HD 11482.94

1.21

FDorong/FDidorong

1.20
1.19
1.18

KOP = 500 ft

1.17

KOP = 1000 ft
KOP = 1500 ft

1.16
1.15
0

10

12

BUR

Gambar B.5. Hubungan BUR dengan F Dorong /F Didorong untuk Displacement 11482.94 ft

1.08
1.07

Fcrit/FA-EOC1

1.06
1.05
1.04

KOP = 500 ft

1.03

KOP = 1000 ft

1.02

KOP = 1500 ft

1.01
1.00
0

10

12

BUR

Gambar B.6. Hubungan BUR dengan F Cri t/F A-EOC untuk Displacement 11482.94 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

39

3.5

FDorong/FDidorong

3
2.5
2

= 0.1

1.5

= 0.2
= 0.33

= 0.4

0.5
0
0

2000

4000

6000

8000

10000

LHWDP (ft)

Gambar B.7. Evaluasi Beban Slack Off pada Pemboran dengan HD 6562 ft

50000
Torsional strength (lbs-ft)

45000
40000
35000
30000

Total Torsi

25000

Class 2 E

20000

Class 2 X-95

15000

Class 2 G-105

10000

Class 2 S-135

5000
0
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.8. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 6562 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

40

500000
450000

Hookload (lbf)

400000

Hookload + MOP

350000

Class 2 E

300000

Class 2 X-95
Class 2 G-105

250000

Class 2 S-135

200000
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.9. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 6562 ft

2.5

(FC/FA-EOC)

2
1.5
1
0.5
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.10. Evaluasi Beban Buckling pada Pemboran dengan HD 6562 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

41

FDorong/FDidorong

2.5
2
= 0.1

1.5

= 0.2
1

= 0.33
= 0.4

0.5
0
0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

LHWDP (ft)

Gambar B.11. Evaluasi Beban Slack Off pada Pemboran dengan HD 8202 ft

50000
45000
40000
Torsi (lbs-ft)

35000
30000

Total Torsi

25000

Class 2 E

20000

Class 2 X-95

15000

Class 2 G-105

10000

Class 2 S-135

5000
0
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.12. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 8202 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

42

500000

Hookload (lbf)

450000
400000
Hookload + MOP

350000

Class 2 E

300000

Class 2 X-95

250000

Class 2 G-105

200000

Class 2 S-135

150000
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.13. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 8202 ft

2.5

FC/FA-EOC

2
1.5
1
0.5
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.14. Evaluasi Beban Buckling pada Pemboran dengan HD 8202 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

43

2.5

FDorong/FDidorong (lbf)

2
1.5

= 0.1
= 0.2

= 0.33
0.5

= 0.4

0
0

5000

10000

15000

LHWDP (ft)

Gambar B.15. Evaluasi Beban Slack Off pada Pemboran dengan HD 9843 ft

50000
45000
40000
Torsi (lbs-ft)

35000
30000

Total Torsi

25000

Class 2 E

20000

Class 2 X-95

15000

Class 2 G-105

10000

Class 2 S-135

5000
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.16. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 9843 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

44

500000

Hookload + MOP (lbf)

450000
400000
350000

Hookload + MOP

300000

Class 2 E

250000
200000

Class 2 X-95

150000

Class 2 G-105

100000

Class 2 G-105

50000

Class 2 S-135

0
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.17. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 9843 ft

FC/FA-EOC

1.5

0.5

0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.18. Evaluasi Beban Buckling pada Pemboran dengan HD 9843 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

45

2.5

FDorong/FDidorong

2
1.5

= 0.1
= 0.2

= 0.33
0.5

= 0.4

0
0

5000

10000

15000

LHWDP (ft)

Gambar B.19. Evaluasi Beban Slack Off pada Pemboran dengan HD 11483 ft

60000

Torsi (lbs-ft)

50000
40000

Total Torsi

30000

Class 2 E

20000

Class 2 X-95
Class 2 G-105

10000

Class 2 S-135

0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.20. Evaluasi Beban Torsi pada Pemboran dengan HD 11483 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

46

500000

Hookload + MOP (lbf)

450000
400000

Hookload + MOP

350000

Class 2 E

300000

Class 2 X-95

250000

Class 2 G-105
Class 2 G-105

200000

Class 2 S-135

150000
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.21. Evaluasi Beban Hookload pada Pemboran dengan HD 11483 ft

FC/FA-EOC

1.5

0.5

0
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.22. Evaluasi Beban Buckling pada Pemboran dengan HD 11483 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

47

FDorong/FDidorong

6
5
4
3
2
1
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.23. Evaluasi Beban Slack Off pada Casing Running dengan HD 6562 ft

FDorong/FDidorong

5
4
3
2
1
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien gesek

Gambar B.24. Evaluasi Beban Slack Off pada Casing Running dengan HD 8202 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

48

FDorong/FDidorong

4
3
2

Konvensional

1
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien gesek

Gambar B.25. Evaluasi Beban Slack Off pada Casing Running dengan HD 9843 ft

FDorong/FDidorong

2
Konvensional
1

0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Koefisien Gesek

Gambar B.26. Evaluasi Beban Slack Off pada Casing Running dengan HD 11483 ft

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

49

700
650

Qmin (gpm)

600
550
Ccon = 2%

500

Ccon = 3%

450

Ccon = 4%

400

Ccon = 5%

350
300
0

50

100

150

200

250

RPM

Gambar B.27. Hubungan antara Qmin dengan RPM


pada berbagai cutting concentration
HD 2.5 km
HD 2 km
HD 3 km

HD 3.5 km

Gambar B.28. Plot Horizontal Displacement vs TVD yang dikeluarkan oleh K&M

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

50

16000
14000

LHWDP (ft)

12000
10000
HD 2 km

8000

HD 2.5 km

6000

HD 3 km

4000

HD 3.5 km

2000
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

Koefisien Gesek

Gambar B.29. Hubungan antara Koefisien Gesek dengan Panjang HWDP

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

51

LAMPIRAN

PERSAMAAN RUDI RUBIANDINI DODI LESMANA

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

52

PERSAMAAN RUDI-DODI

1.

Beban torsi

Jika Fo/(WR) < 0.3

Tb = f( A2 + B + C )( fODWR )
Dengan :
A = 0.0001245 (Fo/WR)2 + 0.0000058 (Fo/WR) + 0.0000043
B = 0.0005435 (Fo/WR)2 + 0.0000057 (Fo/WR) 0.0000072
C = 0.0609895 (Fo/WR)2 + 0.0134281 (Fo/WR) + 0.0132918

Jika Fo/(WR) > 0.3

Tb = 0.088( A2 + B + C )( fODWR )
f = 0.1
A = 0.0000001 (Fo/WR)2 + 0.0000247 (Fo/WR) + 0.0000049
B = - 0.0000105 (Fo/WR)2 0.0001859 (Fo/WR) + 0.0002042
C = 0.0094427 (Fo/WR)2 + 0.0305750 (Fo/WR) 0.0362427
f = 0.2
A = 0.0000003 (Fo/WR)2 + 0.0000494 (Fo/WR) + 0.0000099
B = -0.0000201 (Fo/WR)2 0.0003757 (Fo/WR) + 0.0004120
C = 0.0187618 (Fo/WR)2 + 0.0617207 (Fo/WR) 0.0730363
f = 0.33
A = 0.0000004 (Fo/WR)2 + 0.0000742 (Fo/WR) + 0.0000148
B = 0.0002088 (Fo/WR)2 0.0012660 (Fo/WR) + 0.0010414
C = 0.0281426 (Fo/WR)2 + 0.0925815 (Fo/WR) 0.1095549
f = 0.4
A = 0.0000006 (Fo/WR)2 + 0.000099 (Fo/WR) + 0.0000197
B = -0.0000402 (Fo/WR)2 0.0007511(Fo/WR) + 0.0008239
C = 0.0375235 (Fo/WR)2 + 0.1234419 (Fo/WR) 0.1460731
f = 0.5
A = 0.0000007 (Fo/WR)2 + 0.0001237 (Fo/WR) + 0.0000246
B = -0.0000502 (Fo/WR)2 0.0009389 (Fo/WR) + 0.0010299
C = 0.0520795 (Fo/WR)2 + 0.1326814 (Fo/WR) 0.1617984

2.

Beban compressive drag

D = 9.19f(A2 + B + C)(WR)
Dengan :
A = 0.0000006 (Fo/WR)2 + 0.0000205 (Fo/WR) + 0.0000107
Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

53

B = -0.000017 (Fo/WR)2 +0.0000765 (Fo/WR) + 0.0002401


C = 0.0028236 (Fo/WR)2 + 0. 0335548 (Fo/WR) 0.0047065

3.

Beban tensile drag

Jika Fo/WR < 1

D = f/0.1(A2 + B + C)(WR)
Dengan :
A = -.0.0000606 (Fo/WR)2 0.0000121 (Fo/WR) + 0.0000091
B = 0.0017879 (Fo/WR)2 + 0.0003636 (Fo/WR) + 0.0002727
C = -0.0117576 (Fo/WR)2 + 0.0110909 (Fo/WR) 0.0029394

Jika Fo/WR > 1

D = (A2 + B + C)(WR)
f = 0.1
A = 0.0000227 (Fo/WR) 0.0000091
B = -0.0000001 (Fo/WR)2 0.0001405 (Fo/WR) 0.0000768
C = -0.0000006 (Fo/WR)2 + 0.0441972 (Fo/WR) + 0.0132791
f = 0.2
A = 0.0000453 (Fo/WR) 0.0000182
B = -0.0000001 (Fo/WR)2 0.0002812 (Fo/WR) 0.0001536
C = -0.0000008 (Fo/WR)2 + 0.0883924 (Fo/WR) + 0.0265504
f = 0.33
A = 0.0000678 (Fo/WR) 0.0000271
B = -0.0000002 (Fo/WR)2 0.0004217 (Fo/WR) 0.0002304
C = -0.0000015 (Fo/WR)2 + 0.1325896 (Fo/WR) + 0.0398396
f = 0.4
A = 0.0000905 (Fo/WR) 0.0000362
B = -0.0000002 (Fo/WR)2 0.0005623 (Fo/WR) 0.0003072
C = -0.0000018 (Fo/WR)2 + 0.1767855 (Fo/WR) + 0.0531203
f = 0.5
A = 0.0001131 (Fo/WR) 0.0000452
B = -0.0000002 (Fo/WR)2 0.0007029 (Fo/WR) 0.0003840
C = -0.0000022 (Fo/WR)2 + 0.2209817 (Fo/WR) + 0.0664003

Fadli Satrio Fadjri, 12206028, Semester II-2010/2011

54

Das könnte Ihnen auch gefallen