Sie sind auf Seite 1von 28

I.

PENDAHULUAN
Pendengaran merupakan salah satu fungsi penting dalam tubuh manusia.
Untuk menggambarkan betapa pentingnya pendengaran dapat dengan
membayangkan bagaimanakah kita hidup didunia ini tanpa suara. Reseptor
untuk modalitas sensorik pendengaran berada di telinga. Untuk memahami
tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui dan dipelajari anatomi telinga,
fisiologi pendengaran dan cara pemeriksaan pendengaran.1
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
gataran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah di
amplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.1
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neuro transmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
1

dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40)


di lobus temporalis.1
Secara anatomi, telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, tengah, dan
dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara
ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energy suara dalam
proses tersebut. Telinga dalam berisi dua system sensorik yang berbeda: koklea,
yang mengandung reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi
impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar; dan apparatus vestibularis,
yang penting untuk sensasi keseimbangan.2

II.

ANATOMI TELINGA
Telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.1

Gambar 1. Anatomi telinga3

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.1 Secara
fisiologis, daun telinga berperan sebagai corong gelombang suara dari
lingkungan luar ke dalam liang telinga. Bentuk daun telinga yang ireguler
mempengaruhi respon frekuensi dari suara yang datang secara berbeda,
tergantung pada posisi mana suara berasal. Informasi ini digunakan oleh otak
untuk melokalisasi sumber suara secara tiga dimensi.4

Gambar 2. Daun Telinga5

Liang telinga berbentuk hurus S, terbuka pada ujung satunya dan tertutup
pada ujung lainnya dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar
terdiri dari kelenjar yang memproduksi serumen dan folikel rambut. Sedangkan
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, termasuk lapisan epitel
membran timpani. Panjangnya kira-kira 2 - 3 cm.1,6

Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari membran timpani dan tiga tulang pendengaran,
maleus, inkus, dan stapes. Dua otot kecil, muskulus tensor timpani dan
muskulus stapedius juga berada di telinga tengah. Korda timpani adalah sebuah
cabang nervus fasialis yang berjalan melewati kavum telinga tengah. Tuba
Eustachius menghubungkan kavum telinga tengah ke farings. 7
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Bayangan penonjolan
bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo.1
Membran timpani terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, tengah, dan
dalam. Lapisan luar berasal dari ectoderm yang kaya akan epitel skuamosa.
Lapisan dalam berasal dari endoderm dan terdiri dari epitel mukosa kuboid.
Lapisan tengah berasal dari mesenkim dan disebut lapisan fibrosa tengah.
Lapisan fibrosa tengah dari membran timpani terdiri dari serat radial dan
sirkumferensial. Serat ini penting untuk mempertahankan ketegangan membran
timpani ketika terjadi getaran pada berbagai frekuensi suara.4

Gambar 3. Telinga kanan. Membran timpani normal pada pemeriksaan otoskopi. 8

Gambar 4. Telinga kanan. Struktur telinga tengah terlihat setelah pelepasan membran
timpani.8

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun


dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di
dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada
membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada jendela oval yang berhubungan dengan koklea. Hubungan
antar tulang-tulang merupakan persendian.1
Ada dua otot kecil yang berada di telinga tengah. Satu, muskulus tensor
timpani yang melekat pada manubrium malleus dan yang lainnya, muskulus
stapedius melekat pada stapes. Tuba Eustachius terdiri dari pars osseus yang
berlokasi dekat dengan kavum telinga tengah dan pars kartilago yang
berhubungan dengan nasofaring. 7

Gambar 5. Telinga tengah penampakan medial.3

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala
timpani dengan skala vestibuli.1

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perlimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe. Ion yang berada di perilimfe
berbeda dengan endolimfe. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ
Corti.1
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk
organ Corti.1
Sel rambut luar dan sel rambut dalam memiliki peran penting pada
transduksi energi mekanis (akustik) menjadi energi elektrik (neural). Sel rambut
luar berbeda dari sel rambut dalam. Dari 50.000 neuron yang mempersarafi
koklea, 90-95% bersinaps langsung dengan sel rambut dalam dan disebut
sebagai neuron tipe 1. Setiap sel rambut dalam dipersarafi sekitar 15-20 neuron
tipe 1. Sebaliknya, 5-10% dari 50.000 neuron mempersarafi sel rambut luar
(neuron tipe 2). Setiap neuron tipe 2 bercabang untuk mempersarafi sekitar 10
sel rambut luar.6

Sel rambut dalam berupa sel baris tunggal yang berjumlah sekitar 3500
dengan diameter yang berukuran sekitar 12 mikrometer. Sedangkan sel rambut
luar berupa tiga sampai empat baris sel yang berjumlah sekitar 12.000 dan
mempunyai diameter hanya sekitar 8 mikrometer.9
Ujung luar sel-sel rambut terfiksasi secara erat dalam struktur yang kaku,
yang terdiri dari dari lempeng datar, yang disebut lamina retikularis, dan
ditunjang oleh batang Corti triangular yang melekat dengan erat pada serabut
basilar. Oleh karena itu, serabut basilar, organ Corti, dan lamina retikularis
bergerak sebagai unit yang kaku.9

Gambar 6. Serabut basilar, organ Corti, dan lamina retikularis bergerak sebagai unit yang kaku. 9

Gambar 7. Koklea potongan.3

Gambar 8. Organ Corti.3

Stereosilia (rambut yang menonjol dari ujung-ujung sel), merupakan


struktur yang kaku karena setiap stereosilia ini memiliki jaringan protein yang
kaku. Setiap sel rambut memiliki sekitar 100 stereosilia pada tepi apikalnya.
Stereosilia ini menjadi semakin panjang pada sisi sel rambut yang menjauhi
modiolus, dan ujung-ujung stereosilia yang pendek akan dilekatkan oleh

filamen tipis ke sisi belakang stereosilia di dekatnya yang lebih panjang. Oleh
karena itu, setiap silia membelok ke arah silia yang lebih panjang, ujung
stereosilia yang lebih kecil akan tertarik keluar dari permukaan sel rambut.9

III. FISIOLOGI PENDENGARAN


Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan
tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselangseling

dengan

daerah-daerah

bertekanan

rendah

karena

penjarangan

(rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang mampu menghasilkan pola


gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Suatu contoh
sederhana adalah garpu tala.2
Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya
air. Namun, perjalanan gelombang suara dalam media tersebut kurang efisien;
diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan
daripada pergerakan udara karena inersia (retensi terhadap perubahan) cairan
yang lebih besar. Suara ditandai oleh nada (tone, tinggi-rendahnya suara),
intesitasnya (kekuatan, kepekakan, loudness), dan timbre (kualitas, warna
nada).2
Nada atau suara (misalnya, apakah itu not c atau g) ditentukan oleh frekuensi
getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga
manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20 sampai
10

20.000 siklus perdetik, tetapi penting peka terhadap frekuensi antara 1.000 dan
4.000 siklus perdetik.2
Intesitas atau kepekakan (kekuatan) suatu suara bergantung pada amplitude
gelombang suara, atau perbedaan tekanan daerah pemampatan yang bertekanan
tinggi dan daerah penjarangan yang bertekanan rendah. Dalam rentang
pendengaran, semakin besar amplitudo, semakin keras suara. Telinga manusia
dapat mendeteksi intesitas suara dalam rentang yang luas, dari suara bisikan
terhalus sampai suara jet lepas landas yang memekakan. Kepekakan dinyatakan
dalam decibel (dB), yaitu logaritmik intensitas dibandingkan dengan suara
teredam (terhalus) yang dapat terdengar ambang pendengaran. Karena
hubungan yang bersifat logaritmik, setiap sepuluh decibel menandakan
peningkatan kepekakan sepuluh kali lipat.2
Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan
(overtone), yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. Garpu tala
memiliki nada murni, tetapi sebagian besar suara tidak murni. Sebagai contoh,
campuran kompleks nada-nada tambahan menyebabkan alat music yang
berbeda untuk nada yang sama (suara nada c dari terompet berbeda dengan dari
piano). Nada-nada tambahan juga merupakan penyebab perbedaan khas suara
manusia. Warna nada memungkinkan pendengar membedakan sumber
golongan suara, karena setiap sumber suara menghasilkan pola nada-nada
tambahan yang berlainan.2

11

Gambar 9. Konduksi stimulasi suara.10

1) Konduksi mekanis
Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi
cairan. Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan
ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan
kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara alamiah
sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan
oleh telingan luar dan telinga tengah.2
Daun telinga yang merupakan bagian dari telinga luar mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar. Karena
bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang
mendekati telinga dari arah belakang dan, dengan demikian, membantu
seseorang membedakan suara datang dari arah depan atau belakang.2

12

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke


cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang
terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan
stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah.2
Ujung tangkai maleus melekat di bagian tengah membran timpani, dan
tempat perlekatan ini secara konstan akan tertarik oleh muskulus tensor
timpani, yang menyebabkan membran timpani tetap tegang. Keadaan ini
menyebabkan getaran pada setiap bagian membran timpani akan dikirim ke
tulang-tulang pendengaran, dan hal ini tidak akan terjadi bila membran
tersebut longgar. Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh
ligamen-ligamen sedemikian rupa sehingga gabungan maleus dan inkus
bekerja sebagai pengungkit tunggal, dengan fulcrum yang terletak hampir
pada perbatasan membran timpani.9

Gambar 10. Tulang pendengaran pada telinga tengah berlaku sebagai piston terhadap
cairan di telinga dalam.11

13

Ketika membran timpani bergetar sebagai respon terhadap gelombang


suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama,
memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membran timpani ke jendela
oval.1 Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes mendorong
jendela oval ke depan dan di sisi lain juga mendorong cairan koklea ke
depan setiap saat membran timpani bergerak ke dalam, dan setiap maleus
bergerak keluar akan mendorong cairan ke belakang.9

Gambar 12. Transmisi getaran suara melalui telinga tengah dan dalam.11

Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan


menimbulkan gerakan seperti gelombang pada cairan telinga frekuensi yang
sama dengan frekuensi gelombang suara semula. Namun, diperlukan tekanan
yang lebih besar untuk menggerakkan cairan. Terdapat dua mekanisme yang
berkaitan dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan gelombang
suara dari udara menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas

14

permukaan membran timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan


jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja di
membran timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan=gaya/satuan luas).
Kedua,

efek

pengungkit

tulang-tulang

pendengaran

menghasilkan

keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama


meningkatkan gaya yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali
lipat dari gelombang suara yang langsung mengenai jendela oval. Tekanan
tambahan ini cukup untuk menyebabkan pergerakan cairan koklea.2
Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai
respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membran
timpani menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah dibatasi.
Pengurangan pergerakan struktur-struktur telinga tengah ini menghilangkan
transmisi gelombang suara keras ke telinga dalam untuk melindungi
perangkat sensorik yang sangat peka dari kerusakan. Namun, respons refleks
ini relatif lambat, timbul paling sedikit 40 mdet setelah pajanan suatu suara
keras. Dengan demikian, refleks ini hanya memberikan perlindungan
terhadap suara keras yang berkepanjangan, bukan terhadap suara keras yang
timbul mendadak, misalnya suara ledakan.2

15

2) Konduksi di cairan
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval
menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena
cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu
stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam: (1) perubahan posisi
jendela bundar dan (2) defleksi membran basilaris. Pada jalur pertama,
gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas,
kemudian mengelilingi helikotrema, dan ke kompartemen bawah, tempat
gelombang menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar ke dalam rongga
telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes
bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar ke arah telinga tengah,
perilimfe mengalir dalam arah berlawanan, mengubah posisi jendela bundar
ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara; tetapi
hanya menghamburkan tekanan.2
Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan
penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di
kompartemen atas dipindahkan melalui membran vestibularis yang tipis, ke
dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membran basilaris ke
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela
bundar menonjol ke luar-masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini
adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membran basilaris
menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar,
16

secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ Corti menumpang


pada membran basilaris sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu
membran basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor
terbenam di dalam membran tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu
membran basilaris menggeser posisinya terhadap membran tektorial.2
Pergerakan membran basilar ke atas mengguncang lamina retikularis ke
atas dan ke dalam ke arah modiolus. Kemudian, ketika membran basilar
bergerak ke bawah, lamina retikularis akan terguncang ke bawah dan keluar.
Gerakan ke dalam dan ke luar menyebabkan rambut-rambut pada sel rambut
memendek ke depan dan belakang terhadap membran tektorial.9
Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi
yang bergantian potensial reseptor dengan frekuensi yang sama dengan
rangsangan suara semula.2

17

Gambar 13. Transmisi gelombang suara2

3) Transduksi
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui
sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf
auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membran
basilaris bergesar ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat
perantara mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat
aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial akasi bekurang ketika
sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami
hiperpolarisasi (sewaktu membran basilaris bergerak ke bawah).2
Setiap silia membelok ke arah silia yang lebih panjang, ujung stereosilia
yang lebih kecil akan tertarik keluar dari permukaan sel rambut. Hal ini

18

menyebabkan mekanisme transduksi yang membuka 200-300 kanal


penghantar kation, yang memungkinkan ion kalium yang bermuatan positif
bergerak dengan cepat dari cairan skala media masuk ke dalam stereosilia,
sehingga menyebabkan depolarisasi pada membran sel rambut.9
Jadi, bila serabut basilar berbelok ke arah vestibule, sel-sel rambut akan
berdepolarisasi, dan dalam arah yang berlawanan akan mengalami
hiperpolarisasi, dengan menimbulkan potensial reseptor sel rambut bolak
balik. Hal ini kemudian merangsang ujung-ujung saraf koklea yang
bersinaps dengan dasar sel-sel rambut. Diduga bahwa neurotransmitter kerja
cepat akan di lepaskan oleh sel-sel rambut pada sinaps-sinapsnya selama
depolarisasi. Mungkin juga bahwa substansi transmitter tersebut adalah
glutamate, tetapi hal ini tidak pasti. 9

Gambar 14. Depolarisasi dan Hiperpolarisasi oleh sel rambut. 4

19

Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi


gerakan-gerakan berosilasi membran basilaris yang membengkokkan
pergerakan maju-mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk
mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan
(secara bergantian) saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan
potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan
kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara
ini, gelombang suara di terjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat
dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.2

Gambar 15. Stimulasi sel rambut oleh deformasi membran.10

20

4) Transduksi elektrik
Timbulnya potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke
nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.1
Seperti bagian-bagian membrana basilaris yang dibagi menurut nada
tertentu, korteks pendengaran juga tersusun secara topografis tonus. Setiap
daerah di membran basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks
pendengaran dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron
korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu; setiap daerah di korteks
pendengaran tereksitasi hanya sebagai respon terhadap nada tertentu yang
dideteksi oleh bagian tertentu membran basilaris.12
Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel
rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ
corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinaps dalam perjalanan,
terutama adalah sinaps di batang otak dan nucleus genikulatus medialis
thalamus. Batang otak menggunakan masukan pendengaran untuk
kewaspadaan dan arousal. Thalamus menyorti dan memancarkan sinyal
keatas. Tidak seperti jalur penglihatan, sinyal pendengaran dari kedua telinga
disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-seratnya bersilangan
secara parsial dibatang otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran pada
salah satu sisi melewati batang otak tidak menganggu pendengaran di kedua
telinga.12
21

Gambar 16. Jaras Saraf Pendengaran.9

Jaras ini menunjukkan bahwa serabut saraf ganglion spiralis corti


memasuki nucleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian
atas medula. Pada titik ini, semua serabut sinaps, dan neuron tingkat dua
berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di
nucleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga
berjalan ke nucleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nucleus
olivarius superior, jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas melalui

22

lemnikus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nucleus lemnikus lateralis,


tetapi sebagian besar melewati nucleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior,
tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini,
jaras berjalan ke nucleus genikulatum medial, tempat semua serabut
bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks
auditorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis.9

III. TRANSMISI SUARA MELALUI TULANG


Ada dua jalur transmisi yang digunakan oleh gelombang suara
sehingga bisa ditransformasi menjadi getaran mekanis yang menstimulasi
telinga dalam: hantaran udara dan hantaran tulang. Hantaran udara adalah
proses dari signal akustik berjalan melalui struktur telinga luar dan tengah
dan tiba di koklea. Hantaran tulang adalah proses dari signal akustik
menggetarkan tulang pada tenggorak sehingga menstimulasi koklea. Getaran
tengkorak bisa dihasilkan oleh stimulasi akustik atau mekanis pada
tengkorak. Hantaran udara dan hantaran tulang memiliki mekanisme
konversi yang sama di koklea dimana getaran mekanis dikonversi menjadi
implus saraf. 12
Jalur hantaran udara adalah jalur transmisi utama untuk menerima
informasi tentang lingkungan akustik pada seseorang dengan pendengaran
normal dan telinga yang tidak tertutup. Mekanisme pada telinga luar dan
tengah didesain untuk meneruskan dan menaikkan informasi akustik,
23

mengoptimalisasi konversinya menjadi getaran mekanis pada tiga tulang


pendengaran di telinga tengah dan menghantarkannya ke mechano-neural
converter di koklea.12
Jalur hantaran tulang mengambil jalur singkat mekanisme telinga luar
dan tengah, sehingga transmisi suara ke koklea kurang optimal. Transmisi
langsung dari sinyal akustik ke koklea melalui getaran tengkorak adalah 40
dB (di frekuensi sedang dan tinggi) sampai 70 dB (frekuensi rendah) kurang
efektif di bandingkan jalur hantaran udara. Hantarann tulang lebih efektif
ketika signal suara ditransmisi langsung ke kepala manusia melalui sebuah
vibrator yang diletakkan di tengkorak atau menyentuh gigi daripada melalui
hantaran udara.12
Karena telinga dalam, koklea, tertanam pada kavitas bertulang di
dalam tulang temporalis yang disebut labirin tulang, getaran di seluruh
tulang tengkorak dapat menyebabkan getaran cairan pada koklea itu sendiri.
Oleh karena itu, pada kondisi yang memungkinkan, garpu tala atau
penggetar elektronik yang diletakkan pada setiap protuberansia tulang
tengkorak, tetapi terutama pada prosesus mastoideus, akan menyebabkan
seseorang mendengar suara tersebut. Namun, energi yang tersedia bahkan
pada suara yang sangat keras dalam udara, tidak cukup untuk menyebabkan
pendengaran melalui konduksi tulang, kecuali bila alat penguat suara
elektromekanik khusus diletakkan pada tulang.9

24

IV. KESIMPULAN
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang
suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang mampu
menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara.
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang
telinga dan mengenai membrane timpani, sehingga membrane timpani
bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap
lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala
vestibule. Getaran diteruskan melalui membrane reissener yang mendorong
endolimfe dan membrane basal kearah bawah, perilimf dalam skala timpani
akan bergerak sehingga tingkap (foramen rotundum) terdorong ke arah luar.
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan
mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan
menggerakkan perilimf ke skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel
rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membrane basal ujung sel
rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan
ion kalium dan ion natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabangcabang n.VII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik
25

pendengaran diotak (area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus
temporalis.

26

DAFTAR PUSTAKA

1.

Indro S, Hendarto H, Jenny B, Gangguan pendengaran (Tuli), in: Efiaty A,


Nurbaiti I, Jenny B, Ratna D, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. p. 10-12.

2.

Lauralee S. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. p. 177-183.

3.

Stuart I, Pierce C. Human Physiology. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2004.
p. 255-60.

4.

Anil K. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head & Neck Surgery.
2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2007.

5.

Keith L, Arthur F. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006. p. 1024.

6.

Byron J, Jonas T, Shawn D. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed. New
York: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

7.

Moller AR. Hearing: Anatomy, Physiology, & Disorders of The Auditory


System. 2th ed. New York: Elsivier; 2006. p. 6-8.

8.

Mario S, Alessandra R, Giuseppe D. Color Atlas of Otoscopy From Diagnosis


to Surgery. New York: Thieme 1999. p.4.

9.

Arthur C, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 681-7.
27

10.

Agamemnon D, Stefan S. Color Atlas of Physiology. 5th ed. New York:


Thieme; 2003. p. 364-7.

11.

Eric P, Hershel R, KevinT. Vanders Human Physiology: The Mecanism of


Body. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2001. p. 253-4.

12.

Paula H, Tomasz R. Bone Conduction : Anatomy, Physiology, and


Communication. Available at: http://www.dtic.mil. Accessed on : Sept 13

28

Das könnte Ihnen auch gefallen