Sie sind auf Seite 1von 8

Seminar Mahasiswa

Fakultas Peternakan
Universitas Andalas
Padang

Nama
BP
Tanggal
Hari

: M. Rifki Theresio Hardi


: 09 10612 225
: 16 September 2014
: Selasa

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI INOVASI BIOGAS


PADA PETERNAK SAPI DI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG
(STUDI KASUS : KELOMPOK TERNAK ANUGRAH)
Pembimbing : 1. Ir. Basril Basyar, MM
2. M. Ikhsan Rias, M.Si
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Minyak tanah merupakan salah satu sumber daya yang berperan penting dalam
kehidupan manusia terutama di kalangan keluarga berpenghasilan menengah ke bawah
khususnya Indonesia. Mereka lebih memilih untuk menggunakan minyak tanah sebagai
bahan bakar dikarenakan harga minyak tanah lebih murah dibandingkan dengan gas elpiji.
Selain itu, ada sebagian warga yang takut meggunakan gas elpiji karena maraknya
kebocoran gas yang mengakibatkan kebakaran di sejumlah daerah. Oleh karena itu,mereka
lebih memilih untuk menggunakan minyak tanah meskipun waktu mereka untuk memasak
lebih lama dibandingkan dengan menggunakan gas elpiji.
Namun , beberapa bulan terakhir ini minyak tanah sangat sulit ditemukan di
berbagai daerah. Bahkan ada yang rela menunggu antrean panjang untuk mendapatkan
minyak tanah dan itupun harga nya telah melambung tinggi. Kelangkaan ini tentunya
sangat mengecewakan warga yang benar benar membutuhkannya. Makin tingginya harga
bahan bakar, terutama gas dan bahan bakar minyak untuk kebutuhan rumah tangga akan
menyebabkan semakin resahnya masyarakat. Selain mahal, bahan bakar tersebut juga
makin langka di pasaran. Kebijakan Pemerintah dalam mengalihkan penggunaan minyak
tanah ke elpiji akan menyebabkan semakin berkurangnya ketersediaan minyak tanah di
pasaran, usaha untuk mengatasi hal-hal yang demikian mendorong pemikiran akan
perlunya pencarian sumber-sumber energi alternatif agar kebutuhan bahan bakar dapat
dipenuhi tanpa merusak lingkungan.
Upaya pembangunan yang dilaksanakan di negara-negara dunia ketiga termasuk
di Indonesia masih menitikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan peternakan.
Pengetahuan dan ketrampilan petani harus terus ditingkatkan agar pembangunan pertanian
dapat terlaksana dengan baik. Petani mengembangkan sikap baru yang berbeda terhadap
pertanian, terhadap alam sekitar dan terhadap diri mereka sendiri. Dengan hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan produksi dan mempertinggi rasa percaya diri.
Kota Padang adalah daerah yang memiliki sumber daya pertanian dan peternakan
yang terbatas. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan pangan juga dapat
berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif
yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar
minyak. Utamanya pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk

biogas. Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat, petani dan
peternak. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak akan mengurangi
jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan
biogas kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikanlagi ke kondisi semula yang
diambil hanya gas metana (CH4) saja yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak
yang sudah diproses pada pembuatan biogas dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila
sudah kering dapat disimpan dalam karung dan dapat di gunakan sebagai pupuk organik.
Suatu inovasi tidak akan berguna tanpa diketahui dan dipahami serta di evaluasi
oleh masyarakat. Demikian juga dengan biogas yang merupakan pendukung
pengembangan sumber energi alternatif tidak akan berguna tanpa adanya adopsi.
Mardikanto (1993) mendefinisikan adopsi sebagai proses perubahan perilaku yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (afective) maupun ketrampilan (pikomotorik) pada diri
seseorang setelah menerima pesan yang disampaikan penyuluh pada sasaranya.
Terkait dengan hal tersebut, Kecamatan Kuranji merupakan kecamatan yang
menjadi salah satu basis perternakan di Kota Padang setelah Koto Tangah dan Pauh.
Berdasarkan data tahun 2011, populasi ternak sapi di Kuranji adalah 6.292 ekor, sedangkan
di Koto Tangah 5.853 ekor dan Pauh 5.822 ekor (Sumber : Data Statistik Peternakan Dinas
Peternakan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011)
Walaupun demikian, inovasi biogas tidak serta merta diadopsi oleh petani.
Sebagaimana yang di kemukakan Ban & Hawkins (1999) bahwa sikap positif
(mendukung) terhadap pertanian modern (inovasi teknologi) akan mendorong adopsi
teknologi. Sikap petani terhadap inovasi teknologi terdiri atas tiga yakni (1) secara teknis
dapat dilaksanakan, (2) secara ekonomis menguntungkan, dan (3) secara sosial dapat
diterima atau tidak bertentangan dengan adat dan budaya setempat. Petani mengetahui
bahwa teknologi itu mudah dilaksanakan, menguntungkan, dan sesuai dengan kondisi
sosial budayanya maka dengan demikian inovasi akan mudah di adopsi oleh masyarakat.
Adopsi biogas di Kecamatan Kuranji saat ini sdang berjalan dan dengan besarnya manfaat
yangkan diperoleh oleh petani di harapkan inovasi bisa dengan cepat di adopsi.
Oleh karena begitu besarnya keuntungan yang akan di peroleh oleh peternak
maka penulis meakukan kajian atau penelitian dengan judul : " Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Adopsi Inovasi Biogas Pada Peternak Sapi Di Kecamatan Kuranji
Kota Padang "(Studi Kasus : Kelompok Ternak "Anugrah" di Kecamatan Kuranji).
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini , antara lain :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Adopsi Biogas pada kelompok
ternak tersebut.
2. Bagaimana Adopsi Inovasi Biogas dilihat dari Aspek pengetahuan
(Cognitive) pada kelompok ternak yang di berikan Penyuluhan di Kecamatan
Kuranji Kota Padang.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Adopsi Biogas pada
kelompok ternak tersebut.

2. Untuk Mengetahui tingkatan pengetahuan (Cognitive) peternak terhadap


Biogas pada kelompok ternak tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi :
1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang Adopsi Inovasi
biogas dilihat dari Aspek Pengetahuan (Cognitive) Peternak .
2. Bagi peneliti lain, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian
selanjutnya yang terkait dengan judul penelitian ini.
3. Bagi peternak, dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
Inovasi biogas di Kecamatan Kuranji Kota Padang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuranji Kota Padang, pada kelompok
Ternak "Anugrah". Penelitian ini berlangsung dari tanggal 1 Agustus 2014 sampai
tanggal 30 Agustus 2014.
3.2. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian survei. Menurut Kerlinger (2000),
penelitian ini digunakan untuk mengkaji populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dengan menyeleksi serta mengkaji dari populasi, distribusi, dan
interelasi relatif dari variabel - variabel sosiologis dan psikologis.
3.3. Populasi dan Responden Penelitian
Populasi dan sampel adalah semua peternak pada kelompok ternak "Anugrah" di
kecamatan kuranji yang telah menerima penyuluhan dan pelatihan tentang inovasi Biogas
oleh Dinas Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Barat yang
berjumlah 24 orang.
3.4. Metode pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode sebagai berikut :
1. Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara
pewawancara dengan responden untuk mendapatkan informasi dengan bertanya
secara langsung (Singarimbun dan Effendi, 1995). Wawancara dilakukan dengan
petani yang merupakan responden dalam penelitian ini. Peneliti memberikan daftar
pertanyaan kepada responden dan responden memberikan tanggapan atau respon
terhadap pertanyaan yang diajukan.
2. Pencatatan, teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat hasil wawancara
pada kuisioner dan mencatat data sekunder dari instansi yang terkait dengan
penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara secara lansung yang berpedoman
kepada kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu.
3.5. Variabel Penelitian
Variabel dan aspek penelitan adalah:

1.

Faktor-faktor Adopsi Inovasi Biogas sebagai berikut :


A. Karakteristik Peternak :
Jenis kelamin
Umur
Tingkat pendidikan
Pengalaman beternak
Jumlah Anggota Keluarga
2. Adopsi Inovasi dalam aspek Cognitive (Pengetahuan, Pemahaman, Evaluasi)
Tabel. 1 Variable Penelitian
Variabel
No
Aspek
Indikator
Penelitian
Peternak mengetahui
defenisi dari biogas
Pengetahuan
(Pengetahuan
terhadap,
Mengetahui
tentang
definisi,, Konsep, prosedur
konsep dan prosedur
kerja)
kerja
pembuatan
biogas
Peternak
mampu
Memahami Kapasitasi
yang dihasilkan dalam
Pemahaman
biogas
(Pemahaman
terhadap
Cognitive
Peternak
dapat
konsep,
dan
penarikan
(Pengetahuan,
menyimpulkan
bahwa
1
kesimpulan)
Pemahaman,
biogas bisa menjadi
Evaluasi)
energi alternatif

mampu menilai baik


dan buruknya teknologi
biogas bagi peternak
Evaluasi
(Mempertimbangkan
dan
Dapat
menilai benar-salah, baikmempertimbangkan
buruk,
bermanfaat-tidak
bahwa biogas sangat
bermanfaat)
bermanfaat
untuk
aktivitas
sehariharinya
Sumber : Anonymous (2009)
3.6. Analisis Data
Dalam menganalisa data penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui karakteristik peternak di kelompok ternak Anugrah, analisa
yang digunakan adalah analisa deskriptif kulaitatif dalam bentuk tabulasi dan
kalimat (Sugiono, 1999)

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak di kelompok ternak Anugrah,


analisa data digunakan Skala Likert. Analisa ini melihat tingkat pengetahuan
peternak dalam adopsi Biogas.
c. Untuk analisa kuantitatif maka jawaban responden diberi skor sebagai berikut :
1. Setuju (S)
= Skor 3
2. Ragu-ragu (RG)
= Skor 2
3. Tidak Setuju (ST)
= Skor 1

Total Tingkat Persetujuan


% persetujuan = -----------------------------------x 100%
(n) skor x jumlah responden
kriteria tingkat capaian persetujuan dikemukakan oleh Arikunto (2002) adalah %
persetujuan sebagai berikut : 100 : 3 = 33.33 jadi 0 - 33.32 = Tidak Baik (Kurang), 33.33 66,65 = Sedang/ Netral, 66,66 - 100 % = Baik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Kuranji berada pada posisi Geografis 0o58' 4'' LS dan 100o 21' 11'' BT,
ketinggian dari permukaan laut 8-100 meter dengan luas daerah seluruhnya 57,41 km2
(Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2013) dengan perbatasan yaitu :

Sebelah Barat dengan Kecamatan Nanggalo dan Kecamatan Koto Tangah

Sebelah Timur dengan Kecamatan Pauh

Sebelah Utara dengan Kecamatan Koto Tangah

Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kecamatan Padang Timur dan


Kecamatan Padang Utara
Curah hujan rata-rata 384.88 mm/bulan. Suhu tertinggi mencapai 31.7 oC dab suhu
terendah 22 oC (Badan Pusat Statistk Kota Padang, 2009).
Luas wilayah Kecamatan Kuranji 57.41 KM2 (57.410 Ha) atau 11,2% dari luas
Wilayah Kota Padang, yang terdiri dari 9 Kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Pasar Ambacang
2. Kelurahan Anduring
3. Kelurahan Ampang
4. Kelurahan Kalumbuk
5. Kelurahan Lubuk Lintah
6. Kelurahan Kuranji
7. kelurahan Korong Gadang
8. Kelurahan Gunung Sarik
9. Kelurahan Sungai Sapih
Populasi Ternak sapi yang ada di Kecamatan Kuranji adalah sekitar 6.292 ekor
yang merupakan populasi terbesar dari seluruh kecamatan yang terdapat di Kota Padang
(UPTD Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kecamatan Kuranji, 2014).

4.2. Profil Kelompok Ternak


Kelompok Ternak Anugrah berada di kecamatan Kuranji tepat nya di Kelurahan
Kuranji kelompok tani ini didirikan pada tahun 2011 dan memiliki jumlah anggota
sebanyak 9 orang pada saat itu, hingga saat ini kelompok ternak ini mengalami
penambahan anggota baru dalam kurun waktu 3 tahun banyak anggota yang bergabung,
sehingga jumlah anggotanya sekarang menjadi 24 orang. Kelompok ternak Anugrah di
ketuai oleh bapak Afrizal yang merupakan pendiri dari kelompok tersebut di bawah arahan
bapak Afrizal kelompok ini mempunyai beberapa jenis usaha diantaranya usaha peternakan
sapi potong yang bergerak dibidang pembibitan dan penggemukan.
Untuk aspek kependudukan pada tahun 2013, Kecamatan Kuranji memiliki jumlah
total penduduk sebanyak 128.853 jiwa yaitu 30.019 kk, dengan masing-masing jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki yaitu 58.957 jiwa dan jenis kelamin
perempuan yaitu 69.896 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.096 jiwa / km.
Kecamatan Kuranji Memilki daerah pertanian yang potensial sehingga dapat
mendukung peningkatan populasi ternak sapi. Hal ini di sebabkan karena keterkaitannya
antara pemeliharaan ternak sapi yang bersifat semi intensif dengan lahan pertanian,
terutama lahan hijauan sangat berperan sebagai penyedia bahan pakan alternatif untuk
ternak sapi potong. Jenis sapi yang dipelihara di kelompok ini adalah jenis sapi Simental
dan sapi PO.
Pada kelompok Ternak Anugrah terdapat susunan organisasi yang terdiri dari
rapat anggota, pengurus dan anggota. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam
menetukan kepentingan dan keberadaan organisasi, dan didalam kepengurusan kelompok
Ternak Anugrah terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Usaha yang
dilakukan kelompok Tani Mentari adalah : a) Pertemuan kelompok diadakan 1 kali sebulan
dimana, Anggota harus hadir dalam petermuan anggota kelompok, Jika tiga kali berturutturut tidak hadir dalam petermuan kelompok, anggota kelompok di keluarkan dalam
anggota kelompok, b) Rapat anggota dengan pengurus diadakan sesuai kesepakatan
bersama.
Struktur Organisasi Kelompok Ternak Anugrah

Gambar. 3 Struktur Organisasi Kelompok Ternak Anugrah

4.3 Karakteristik Peternak


Karakteristik Peternak sangat erat hubungannya dengan proses penyuluhan,
karakteristik peternak adalah hal-hal yang melekat pada diri peternak seperti umur,
pendidikan, pendapatan, pengalaman beternak jumlah anggota keluarga. Program dari
penyuluh akan berjalan efektif jika diantara penyuluh dan petani/peternak sama-sama
memenuhi dan mendukung jalannya kegiatan penyuluhan dan adanya interaksi yang baik
antara keduanya. Salah satu hal yang dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut adalah
karakteristik peternak.
Petani/Peternak berasal dari kelompok ternak Anugrah kelurahan Kuranji yang
berjumlah 24 orang. Karakteristik peternak pada kelompok tani Anugrah Kecamatan
Kuranji Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Karakteristik Peternak Pada Kelompok Ternak Anugrah
No Keterangan
Responden
Persentase
(Orang)
%
1

Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan

23
1

95,83
4,17

Umur :
a. < 17 Tahun
b. 18-55 Tahun
c. > 56 Tahun

23
1

95,83
4,17

Pendidikan :
a. SD
b. SMP/ Sederajat
c. SMA/ Sederajat
d. PT

6
11
7
-

25
45,83
29,17
-

Pekerjaan :
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. Pegawai Negri
e. Swasta

23
1
-

95,83
4,17
-

Jumlah ternak dipelihara


a. 1-3 Ekor
b. 3-5 Ekor
c. > 5 Ekor

20
3
1

83,33
12,5
4,17

Pengalaman beternak
a. < 3 tahun
b. 3-5 tahun
c. > 5 tahun

2
22

8,33
91,67

Status kepemilikan ternak


a. Milik sendiri
b. Seduaan
c. Bantuan Pemerintah

23
1

95,83
4,17

Jumlah anggota keluarga


a. < 3 Orang
b. 3-5 Orang
c. > 5 Orang

10
13
1

41,67
54,16
4,17

Sumber : Hasil Penelitian 2014


A. Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 2 dapat kita lihat bahwa jumlah peternak laki-laki lebih banyak
dari peternak perempuan, peternak laki-laki berjumlah 23 orang yaitu sekitar 95,83 %
Perempuan 1 orang yaitu 4,17 %. Dominannya peternak laki-laki karena memiliki
tanggungjawab besar dalam memenuhi kebutuhan keluarga. selain bekerja sebagai peternak
untuk memenuhi kebutuhan juga bekerja sebagai buruh bangunan, dan juga pergi kesawah
dan berladang. Di samping itu juga laki-laki dominan karena di sebabkan sebagian besar
pekerjaannya membutuhkan tenaga kuat dan beresiko seperti memberikan makanan dan
membersihkan kandang.
Berdasarkan pendapat Sciffman dan Keanuk (2000) yang menyatakan perbedaan
jenis kelamin menyebabkan pola pikir yang berbeda antara pria dan wanita. Hal ini
disebabkan adanya perbedan kesukaan pada pria dan wanita, dimana pria lebih menyukai
hal-hal yang bersifat keras, sedangkan wanita sebaliknya.
B. Umur
Umur merupakan satu unsur penting yang menentukan kualitas atau kemampuan
peternak dan menentukan keberhasilan peternak dalam mengelola usahanya. Dari Tabel 2
dapat kita lihat bahwa responden dominan berumur 18 - 55 tahun berjumlah 23 orang yaitu
sebesar 95,83 % berada pada umur yang produktif, dan hanya 1 orang yaitu 4,17 % yang
berumur diatas 55 tahun yang tidak produktif. Umur produktif lebih memiliki fisik yang
kuat, motivasi dan pandangan yang luas dibandingkan peternak yang berumur tua ataupun
terlalu muda. Usia produktif juga sangat baik untuk berfikir dan bertindak serta
memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan seseorang dalam mengadopsi suatu
inovasi. Dalam Adiwilaga (1982) peternak yang berumur produktif akan lebih efektif
dalam menjalankan usahanya dibandingkan dengan peternak dengan usia lanjut.
Umur dibedakan menjadi tiga yaitu 0 - 14 tahun digolongkan muda/usia belum
produktif. Umur 15-55 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/ usia produktif. Umur 55
keatas dinamakan usia tua/usia tidak produktif/usia jompo (Data Statistik Indonesia, 2013)
C. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah tingkatan atau jenjang tertinggi terakhir yang pernah ditempuh
oleh peternak. Pendidikan berguna untuk meningkatkan kemampuan petani/peternak agar
dapat mempertahankan dan memperbaiki mutu kehidupan menjadi semakin baik.
Tingkatan pendidikan peternak adalah dari tamat SD sampai Perguruan tinggi.

Dilihat dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan peternak pada
kelompok ternak Anugerah di Kecamatan Kuranji Kota Padang rata-rata adalah sekolah
menengah Pertama yaitu tamatan SMP/sederajat sebanyak 11 orang yaitu 45,83 %.
Peternak dengan tingkat pendidikan menegah akan sangat berpengaruh dalam mengadopsi
suatu inovasi dibandingkan dengan tamatan SD maupun SMP. Oleh karena itu dalam
tingkat pendidikan menengah peternak cenderung hanya memiliki keahlian turun temurun
dari peternak terdahulu dan diperlukan pelatihan-pelatihan khusus untuk meningkatkan
sifat inovasi atau keinginan untuk menggali data, mencari dan menemukan ide-ide baru.
Menurut Soekartawi (1988) pendidikan dinilai sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan pengetahuan tentang teknologi, dan juga akan merubah sifat yang
menguntungkan menuju penggunaan praktik pertanian yang lebih modern, namun hal ini
bisa diatasi bila peternak mendapatkan bimbingan dan arahan dari instansi terkait dan
belajar dari buku-buku yang berhubungan dengan beternak.
D. Pengalaman beternak
Pada Tabel 2 dapat kita lihat peternak pada kelompok ternak Anugerah memiliki
pengalaman beternak yang berbeda-beda. Namun sebagian besar peternak memiliki
pengalaman beternak yang lebih dari 5 tahun dengan jumlah 22 orang yaitu 91,67 % dari
jumlah seluruh anggota kelompok.
Hal ini disebabkan karena anggota kelompok ternak pada umum nya memiliki mata
pencarian sebagai Pedagang dan beternak adalah penghasilan utamanya. Peternak yang
memiliki pengalaman lebih atau hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan,
dengan pengalaman usaha peternakannya dapat memprediksi apa yang akan terjadi bila
tidakan nya kurang tepat dan menangani masalah yang timbul. Menurut Soehardjo dan
Patong (1973), bahwa umur dan pengalaman beternak yang mempengaruhi kemampuan
berusaha.
Dan juga lama beternak akan mempengaruhi untuk memahami informasi yang
diberikan penyuluh, sehingga dengan beternak akan membantu peternak mengenal
penyuluh dan akan tercipta hubungan yang harmonis dengan interaksi yang lancar dan
baik. dan juga dapat kita lihat bahwa dari Tabel 3 peternak di kelompok ternak Anugrah
memiliki ternak > dari 5 ekor yaitu sebanyak 1 orang 4,17 %, 3-5 ekor sebanyak 3 orang
12,5 % dan 1-3 ekor sebanyak 20 orang 83,33 %. Peternak yang ada di kelompok ternak
Anugrah kebanyakan memiliki ternak Milik sendiri yaitu sebanyak 23 orang 95,83 %
hanya 1 orang yang mempunyai ternak bantuan pemerintah 4,17 %.
E. Jumlah Anggota Keluarga
Pada Tabel 2 dapat kita lihat bahwa jumlah tanggungan peternak disini memiliki
jumlah anggota keluarga < 3 orang yaitu sebanyak 10 orang yaitu 41,67 % dan 3-5 orang
sebanyak 13 orang yaitu 54,16 % dan lebih dari 5 orang sebanyak 1 orang yaitu 4,17 %.
Dengan tanggungan < 3 Orang anggota keluarga merupakan tanggungan peternak yang
tidak terlalu berat. Besar peluang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera
dengan meningkatkan hasil yang dominan dan memperluaskan pola usaha. Sehingga usaha
ini akan mampu mengagkat derajat peternak. Sejalan dengan pernyataan bahwa jumlah
anggota keluarga sering dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk menerima suatu inovasi (Soerkartawi, 1988).

4.3. Hasil dan pembahasan Cognitive


a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat - ingat kembali
tentang nama, konsep, defenisi, teori dan prosedur kerja. Pengetahuan merupakan proses
berfikir paling rendah. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak pada kelompok
ternak Anugerah penulis memberikan beberapa pertanyaan tentang biogas.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan peternak dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Peternak Tentang Biogas
Tahu
Kurang tahu
Tidak tahu

Jumlah
(Orang)
24
-

Persentase
(%)
100
-

1-2 tahun lalu


3-5 tahun lalu
> 5 tahun lalu

2
22

8,33
91,67

a. Pelatihan/penyuluhan
b. Kelompok Ternak
c. Media (Koran/TV)

21

87,5

3
-

12,5
-

a. Tahu
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu

19
5
-

79,17
20,83
-

No

Pertanyaan

Jawaban

1.

Apakah
bapak/ibu/saudara/i
mengetahui bahwa biogas adalah
energi alternatif fermentasi hasil
dari kotoran organik yang
menghasilkan gas metan dan
mudah terbakar ?

a.
b.
c.

2.

Berapa lama bapak/ibu/saudara/i


mengetahui
tentang
biogas
tersebut ?

a.
b.
c.

3.

Darimana
apak/ibu/saudara/i
mengetahui tentang biogas?

4.

Apakah
bapak/ibu/saudara/i
mengetahui
bahwa
kotoran
ternak segar dari 4 ekor sapi
yang dicampurkan dengan air
yang perbandingannya 1 : 2,
kemudian dimasukan kedalam
tangki pencerna (biodigester
tank) dalam kondisi tanpa udara
dan dalam 21 hari dapat
menghasilkan bogas?

Sumber : Hasil Penelitian, 2014


Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa peternak 100 % sudah mengetahui defenisi
biogas. Selain peternak mengenal tentang biogas cukup bervariasi namun sebagian besar
peternak sudah lama mengenal biogas > 5 tahun sebanyak 22 orang yaitu 91,67 % dan 8,33
% atau 2 orang yang baru sekitar 3-5 tahun mengenal biogas.
Dan juga bisa kita lihat bahwa sebagian besar peternak mengetahui teori biogas dari
penyuluhan/pelatihan sebanyak 21 orang yaitu 87,5 % dan selebihnya mengetahui biogas
dari teman sekelompoknya yaitu 12,5 % atau sebanyak 3 orang.

Pada Tabel 3 sebagian besar peternak mengetahui tentang konsep dan prosedur
kerja biogas sebanyak 19 orang yaitu 79,17 % dan hanya 5 orang yaitu 20,83 % yang
kurang mengetahui tentang konsep dan prosedur kerja dari biogas.
Tabel 4. Analisa Data Pada Tingkat Pengetahuan
No

Pernyataan

Peternak mengetahui defenisi biogas

Peternak sudah lama mengenal biogas

Peternak mengetahui konsep tentang


biogas dari penyuluhan dan pelatihan
dari penyuluh Dinas terkait.

Peternak mengetahui konsep


prosedur kerja pembuatan biogas

dan

Setuju
(3)

Ragu-ragu
(2)

Tidak
setuju
(1)

24

22

21

19

terhadap biogas bisa dikatakan baik karena memiliki persentase 89,58 % dan ini
membuktikan rata-rata peternak sudah mengetahui Biogas.
b. Pemahaman (Comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah itu
diingat, dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi, dan mampu untuk memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tetang hal tersebut dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Pemahaman merupakan tingkat kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari
Pengetahuan.
Pada tingkat pemahaman ini penulis memberikan beberapa pertanyaan kepada
peternak, dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pemahan Peternak Tentang Biogas.

= 87,50 % (BAIK)
Peternak mengetahui konsep dan prosedur kerja pembuatan biogas :
Total tingkat persetujuan : 19 x (3) = 57

58,33
29,17
12,5

Apakah
bapak/ibu/saudara/i
mengetahui bahwa kandungan gas
Metan (CH4) yang dihasilkan dalam
biogas antara 50-70-% dan Karbon
dioksida (CO2) 30-40% dan Hidrogen
(H2) 5-10% ?

2.

Apakah
bapak/ibu/saudara/i
memahami bahwa pemanfaatan biogas
dapat mengurangi penggunaan bahan
bakar (BBM dan Minyak tanah) dan
ramah lingkungan?

Sumber : Hasil Penelitian, 2014


Pada tabel 5 dapat kita lihat bahwa sebagian besar peternak pada kelompok ternak
Anugrah yang telah mendapatkan penyuluhan tentang biogas hanya 7 orang atau 29,17 %
yang benar-benar memahami konsep biogas, sebanyak 15 orang atau 62,5 % kurang
mengetahui konsep biogas tersebut, dan hanya 2 orang atau 8,33 % yang tidak mengetahui
konsep biogas.
Tabel 6. Analisa data Pada Tingkat Pemahaman

( )

= 79,16 % (BAIK)
Tingkat Pengetahuan (Knowledge) peternak pada kelompok ternak di kecamatan kuranji
adalah :

14
7
3

1.

( )

( )

a. Tahu
b. kurang tahu
c. tidak tahu

Jawaban

( )

= 91,67 % (BAIK)
Peternak mengetahui konsep tentang biogas dari penyuluhan :
Total tingkat persetujuan : 21 x (3) = 63

Persentase
(%)
29,17
62,5
8,33

Pertanyaan

Peternak mengetahui tentang defenisi biogas adalah :


Total tingkat persetujuan : 24 x (3) = 72
= 100 %
(BAIK)
Peternak sudah lama mengenal biogas :
Total tingkat persetujuan : 22 x (3) = 57

a. Tahu
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu

Jumlah
(Orang)
7
15
2

No

No

Pernyataan
Peternak memahami kapasitas yang
terkandung dalam biogas

Setuju
(3)

Ragu-ragu
(2)

Tidak
setuju
(1)

15

14

TOTAL =

= 89,58 % (BAIK)
Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa peternak pada kelompok ternak Anugrah
sebagian besar sudah mengetahui tentang biogas dan tingkat pengetahuan peternak

Peternak dapat menyimpulkan bahwa


biogas mampu menjadi energi
alternatif untuk masa yang akan
datang

Sumber : Hasil Penelitian, 2014

Peternak memahami kapasitas yang terkandung dalam biogas :


Total tingkat persetujuan : 7 x (3) = 21

Tabel 8. Analisa data Pada Tingkat Evaluasi


No

Pernyataan

( )

= 29,17 % (KURANG)
Peternak dapat menyimpulkan biogas dapat menjadi energi alternatif :
Total tingkat persetujuan : 14 x (3) = 42

( )

= 58,33 % (SEDANG)
Tingkat Pemahaman (Comprehension) peternak pada kelompok ternak di kecamatan
kuranji adalah :
TOTAL =

= 43,75 % (SEDANG)
Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa peternak pada kelompok ternak Anugrah
masih sedikit yang memahami tentang konsep dari biogas dan tingkat pehaman peternak
terhadap biogas bisa dikatakan Netral atau sedang karena memiliki persentase 43,75 % dan
ini membuktikan sebagian peternak masih belum paham tentang Biogas.
c. Evaluasi (Evaluation)
Adalah jenjang berfikir yang paling tinggi dalam tingkatan Cognitive, yaitu
merupakan kemampuan seseorang dalam mempertimbangkan dan menilai benar atau
salah dan baik atau buruk, bermanfaat atau tidak bermanfaatnya suatu inovasi.
Dari hasil penelitian didapatkan tingkat evaluasi peternak terhadap biogas dapat
dilihat pada table 7.
Tabel 7. Tingkat Evaluasi Peternak Terhadap Biogas
No
1.

2.

Pertanyaan
Apakah bapak/ibu/saudara/i setuju
bahwa bahan baku biogas sangat
mudah untuk didapatkan?
Apakah bapak/ibu/saudara/i setuju
bahwa proses pembuatan biogas itu
sangat sederhana dan bisa lansung
diterapakan pada aktivitas sehari-hari?

Jawaban
a.
b.
c.
a.
b.
c.

Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Setuju
kurang setuju
tidak setuju

Jumlah
(Orang)
18
4
2
20
3
1

Persentase
(%)
75
16,67
8,33
83,33
12,5
4,17

Sumber : Hasil Penelitian, 2014


Dapat dilihat pada tabel 7 bahwa peternak dapat mengevaluasi bahwa bahan baku
untuk pembuatan biogas tersebut sangat mudah untuk didapatkan sebanya 18 orang atau
75 % hanya 4 orang yaitu 16,67 % yang kurang bisa mengevaluasi dengan baik dan hanya
2 orang yaitu 8,33 % yang tidak bisa mengevaluasi.
Dan pada tabel 9 kita dapatkan bahwa sebagian besar peternak yaitu 20 orang atau
83,33 % yang mau mempertimbangkan untuk menggunakan biogas pada kehidupan
sehari-harinya.

Peternak mampu menilai bahwa bahan baku


untuk pembuatan biogas sangat mudah
didapatkan
Peternak dapat mempertimbangkan bahwa biogas
sangat bermafaat dan ingin mencoba untuk
menggunakannya pada aktivitas sehari-harinya

Setuju
(3)

Ragu-ragu
(2)

Tidak
setuju
(1)

18

20

Sumber : Hasil Penelitian, 2014


Peternak mampu menilai bahwa bahan baku biogas mudah didapatkan :
Total tingkat persetujuan : 18 x (3) = 54
( )

= 75 %(BAIK)
Peternak dapat mempertimbangkan untuk menggunakan biogas untuk aktivitasnya:
Total tingkat persetujuan : 20 x (3) = 60
( )

= 83,33 % (BAIK)
Tingkat Evaluasi (Evaluation) peternak pada kelompok ternak di kecamatan kuranji adalah
:
TOTAL =

= 79,17 % (BAIK)
Dari hasil di atas dapat kita lihat bahwa peternak pada kelompok ternak Anugrah
sebagian besar sudah bisa mengevalusasi baik dan bermanfaatnya biogas sebagai energi
alternatif dan peternak tertarik untuk menerapkannya dan tingkat Evaluasi yang dimiliki
peternak bisa dikatakan baik karena memiliki persentase 79,17 % dan ini membuktikan
rata-rata peternak tertarik untuk menerapkannya.
Dan keselurahan dari pembahasan di atas dapat kita hitung tingkat pengetahuan (Cognitive)
dari peternak pada kelompok ternak Anugrah di Kecamatan Kuranji Kota Padang adalah :

% TOTAL =

) (

) (

% TOTAL =

= 70,83 % (BAIK)

Hasil dari analisa Tingkat Cognitive Peternak pada kelompok ternak Anugrah di
Kecamatan kuranji adalah sebesar 70,83 % dan juga bisa di tarik kesimpulan bahwa
peternak di kelompok ternak Anugrah memiliki tingkat Cognitive yang Baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, 1982. Ilmu Usaha Tani. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Anonymous. 2009. Pengembnagan Perangkat Penilaian Psikomotor dan Prosedur
Penilaian. http://nurmanspd.wordpress.com/. Diakses pada 26 November 2013.
14:26. Padang
Anonymous.2009.
Pengukuran
Ranah
kognitif,
Affective,
Psychomotoric".
http://hardirukiyah.blogspot.com/. di akses pada 26 November 2013. 14:27. Padang.
Arikunto Suharsimi, (2000), Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kota Padang. 2009. Tingkat Curah Hujan.
Dinas Peternakan Sumatera Barat. 2011. Statistik peternakan Provinsi Sumatera Barat.
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Padang.
Dinas Peternakan Sumbar. 2013. http://www.disnak.sumbarprov.go.id/data/arsip/
Di akses 03 Desember 2013. 10:55, Padang.
Effendi, B. 2006. Hubungan Karakteristik Peternak terhadap tingkat Adopsi Inovasi
Sapi Potong. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Gumbira-Said, E dan Yayuk Eka Prastiwi. 2005. Agribisnis Syariah Manajemen Agribisnis
Dalam Perspektif Islam. Penebar Swadaya, Depok.
Hambali E, Mudjalipah S, Tambunan A H, Pattiwiri. A W, Hendroko R. 2007. Teknologi
Bioenergi. Agro Media. Jakarta Selatan.
Harahap, F., Apandi, M. dan Ginting, S. 1978. Teknologi Gas Bio. Pusat
Teknologi
Pembangunan. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Harahap F et al. 1980. Teknologi Biogas. Bandung: ITB Pr.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Air Langga University Press,
Surabaya
Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Kerlinger.et.al. 2000. Asas-Asas Penelitian behavioral, Edisi 3, Cetakan 7, Gajah. Mada
University Press. Bandung.
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan, Sebelas Maret University
Press, Surakarta.
_____________. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian, Sebelas Maret University
Press,Surakarta.
_____________. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University
Press, Surakarta.
Morika, R. 2012. Pengaruh Penyuluhan Dalam Meningkatkan Keterampilan Peternak
Ayam Boiler di Kecamatan Kuranji Kota Padang. Skripsi. Universitas Andalas.
Padang.
Nandiyanto dan Fikri R. 2006. Biogas Sebagai Peluang Pengembangan Energi Alternatif.
http://www.energi alternatif.com/html. Di Akses Pada 2 Desember 2013, 20:48,
Padang.

Nuraini, W.P. 1977. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Petani Terhadap


Karakteristik Teknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Okezone.com. 2013. Kelangkaan minyak tanah terjadi di sumatera barat,
http://news.okezone.com/read/2013/02/10/340/759467/redirect di akses 02 Desember
2013. 22:07, Padang.
Prabayanti, H. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Biopestisida Oleh Petani
Di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Rogers EM. 1976.Communication and Development : Critical Perspectives. New York :
Sage Publication.
_________. 1983. Diffusion of Innovations, London: Collier Macmillan Publisher.
Rogers M, Shoemaker. 1995. Diffusion of Innovation Third Edition. A Division of Mac
Millan Publishing Co. Inc.
Siddiq M. 2009. Hukum Biogas. http://www. Hukum Biogas.com/html. Di akses 2
Desember 2013, 20:48, Padang.
Simamora S, Salundik, S. Wahyuni, Surajudin. 2006. Membuat Biogas Pengganti Minyak
dan Gas dari Kotoran Ternak. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Singarimbun dan Effendi . 1995. Metode Venelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Soehadji, 1992. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Industri Peternakan dan
Penanganan Limbah Peternakan.Direktorat Jenderal Peternakan Departemen
Pertanian. Jakarta.
Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Departemen Ilmu
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Rajagrafindo Persada
Soekanto S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali Jakarta.
Sudana, Wayan. 1988. Alokasi optimal sumberdaya di daerah transmigrasi
Pematang,Sumatera Selatan. Tesis,Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor (unpublish).
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung.
________. 2001. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
________. 2003. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
________. 2004. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Totok M. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press.
Surakarta.
__________. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
Umar, H. 2002. Metodologi Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
UPTD Dispernakbunhut. 2014. Tingkat populasi ternak sapi di Kecamatan Kuranji Kota
Padang.
Utami, H. D. 1992. Analisis alokasi tenaga kerja keluarga peternak sapiperah rakyat : Studi
Kasus di Desa Anosari Kec. Tutur Kab. Pasuruan JawaTimur. Tesis Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Van Den Ban A W dan Hawkins H S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakata.
Wiriatmadja, S. 1983. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. CV. Yasaguna, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen