Sie sind auf Seite 1von 6

Soal soal MRI

Fisika Radiasi
Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi
UNPAD
1. Berdasarkan empat buah kurva di bawah ini, jelaskan:
a. mengapa untuk T1-weighted, maka digunakan TR dan TE yang singkat.
b. mengapa untuk T2-weighted, maka digunakan TR yang lama dan TE yang lama.

Untuk Soal a

Untuk Soal b

2. Berdasarkan gambar di bawah jelaskan perbedaan kontras yang terjadi akibat


perbedaan teknik.
T1 Bobot
PD-Bobot
T2-Bobot

3. Berdasarkan data di bawah ini, teknik MRI yang manakan yang lebih baik digunakan
supaya dapat memperoleh kontras yang baik antara (T1-bobot, Proton density-bobot
dan T2-bobot):
a. Grey matter dan white matter
b. Grey matter dan darah
Organ
Grey Matter
White Matter
Darah

% Kandungan Air
71
84
93

T1 (ms)
920
780
1350

T2 (ms)
100
90
200

4. Teknik pencitraan MRI merupakan salah satu teknik pencitraan 3 dimensi.


a. Jelaskan prinsip dasar teknik pencitraan ini.
b. Jelaskan cara menentukan posisi sumber pemancar sinyal dari sebuah sinyal yang
terdeteksi
5.

Teknik diagnosa dengan NMRI dipengaruhi oleh inti atom yang diamati dan besar
medan magnet luar yang digunakan. Jika pada teknik pertama yang diamati adalah
inti atom Hidrogen (1H) sedangkan pada teknik kedua adalah inti atom karbon (13C),
tentukan hal apa saja yang akan membuat perbedaan dari kedua teknik tersebut.

Jawaban :
1.
A. Kontras Citra T1 -Weighted Image
Pada pembobotan T1 WI diberikan TR yang cukup pendek sehingga baik jaringan
lemak maupun air tidak cukup waktu untuk dapat kembali recovery pada nilai
magnetisasi awal (B0), dengan demikian terjadi perbedaan yang cukup besar pada
signal MR dari air dan lemak. Pada T1WI air mempunyai signal yang lemah
sehingga memiliki gambaran yang kurang terang, gelap atau hipointens, sedangkan
lemak mempunyai signal yang lebih kuat sehingga memiliki gambaran yang lebih
terang atau hiperintens.
Waktu relaksasi T1 lemak lebih pendek (180 ms) dari pada waktu relaksasi T1 air
(2500 ms), maka recovery lemak akan lebih cepat dari pada air sehingga komponen
magnetisasi lemak pada bidang longitudinal lebih besar dari pada magnetisasi
longitudinal pada air. Dengan demikian lemak memiliki intensitas sinyal yang
lebih tinggi dan tampak terang pada kontras citra T1. Sebaliknya air akan tampak
dengan intensitas sinyal yang rendah dan tampak gelap pada kontras citra T1. Citra
yang demikian itu (lemak tampak terang dan air tampak gelap) dalam MRI dikenal
dengan T1-Weighted Image (T1 WI). Jadi untuk menghasilkan kontras citra T1 WI,
dipilih parameter waktu TR yang pendek (berkisar antara 300-600 ms) dan waktu TE
yang pendek (berkisar antara 10 -20 ms).
B. Kontras Citra T2-Weighted Image
Pada pembobotan T2WI air mempunyai signal yang lebih kuat sehingga memiliki
gambaran lebih terang atau hiperintens sedangkan lemak mempunyai signal yang
lebih lemah sehingga memiliki gambaran yang lebih kurang terang, gelap atau
hipointens. Hal ini disebabkan pada pembobotan T2 WI diatur TE yang cukup
panjang sehingga baik air maupun lemak cukup waktu untuk mengalami decay dan
mengakibatkan terjadinya perbedaan signal yang cukup besar.
Karena
waktu
relaksasi
T2
lemak
(90
ms)
lebih
pendek dari pada air (2500 ms), maka komponen magnetisasi transversal lemak
akan decay lebih cepat dari pada air sehingga akan menghasilkan intensitas sinyal
yang kuat dan akan tampak terang pada kontras citra T2. Sebaliknya magnetisasi
transversal pada lemak lebih kecil dan menghasilkan citra intensitas rendah dan
tampak gelap pada kontras citra T2. Citra yang demikian itu (lemak tampak gelap dan
air tampak terang) dalam MRI dikenal dengan T2-Weighted Image (T2 WI). Jadi
untuk menghasilkan kontras citra T2 WI, dipilih waktu TR yang panjang (800 ms
hingga 2000 ms atau lebih) dan waktu TE yang panjang (lebih dari 80 ms).
Proton Density-Weighted Image
Apabila diberikan TR cukup panjang maka baik air maupun lemak akan sama-sama
mempunyai cukup waktu untuk mengalami recovery menuju magnetisasi
longitudinal awal sehingga menghilangkan gambaran pembobotan T1. Apabila pada
saat yang bersamaan juga diberikan TE yang sangat pendek maka tidak cukup waktu
bagi air maupun lemak untuk terjadinya relaksasi transversal sehingga

menghilangkan gambaran pembobotan T2. Dengan demikian apabila TR panjang dan


TE pendek maka gambaran yang terjadi bukan T1 WI ataupun T2 WI. Gambaran
yang terjadi semata mata diakibatkan oleh perbedaan densitas atau kerapatan proton,
yaitu jumlah proton persatuan volume. Suatu area dengan kerapatan proton yang
tinggi akan memberikan gambaran yang terang atau hiperintens sebaliknya suatu
area dengan kerapatan proton yang rendah akan tampak gelap atau hipointens.
Gambaran Proton Density-Weighted Image (PDWI) bergantung dari banyak
sedikitnya jumlah proton per unit volume. Kontras citra diperoleh berdasarkan
perbedaan banyak sedikitnya proton pada masing-masing jaringan. Misalnya
jaringan otak dengan proton yang tinggi akan menghasilkan komponen magnetisasi
transversal besar dan tampak terang pada kontras citra PDWI. Sedangkan tulang
memiliki proton yang rendah dan tampak gelap pada kontras citra PDWI. Untuk
memilih kontras citra PDWI, diatur dengan waktu TR yang panjang dan waktu TE
yang pendek.
Dengan kata lain T1WI digunakan TR dan TE pendek untuk menekan T2WI, dan
T2WI digunakan TR dan TE panjang untuk menekan T1WI.

2.
A. T1 WI : TR pendek dan TE pendek,
contoh : cairan/LCS signal hipointens/hitam dan lemak memberikan signal
hiperintens/putih.
B. PD WI : TR panjang dan TE pendek
Contoh: grey meter lebih abu putih dan white meter lebih hipointens/hitam.
C. T2 WI : TR panjang dan TE panjang.
Contoh : cairan/LCS signal hiperintens dan lemak memberikan signal hipointens.
3.
A. grey metter dengan white metter
% Kandungan air
(84-71/84) x 100% = 15%
9%

T1WI
(920-780/920)x100%
15%
42 %

T2WI
= (100-90/100)x100% =10%
55 %

4.
A. Prinsip dasar MRI
Secara ringkas dapat disimpulkan kejadian dan langkah langkah pemeriksaan MRI
sebagai berikut :
1. Penderita sebelum dimasukan kedalam medan magnet pesawat MRI, proton
proton dalam tubuh tersusun secara acak, sehingga tidak ada jaringan magnetisasi.

2. Penderita ditempatkan dalam medan magnet, terjadi magnetisasi proton posisi


parallel dan anti parallel serta melakukan gerakan presesi.
3. Pemberian gelombang radio ( RF ) proton menyerap energi dari gelombang radio
tersebut dan melakukan magnetisasi ke arah transversal ( Fase Resonansi ).
4. Penghentian gelombang radio menyebabkan relaksasi ( kembali ke posisi awal )
dimana proton proton melepaskan energi berupa signal- signal elektromagnetik
( Signal MRI ).
5. Signal- signal diterima oleh sebuah koil antenna penerima.
6. Selanjutnya signal- signal tersebut diubah menjadi pulsa listrik dan dikirim ke
sistem komputer untuk diubah menjadi gambar.
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan
dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet .
Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari
frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan
mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh
besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio frequensi
dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat
kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian
energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diperkuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan
sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
Yang mempengaruhi pencitraan MRI ;
1. inti atomnya
2. medan magnet luar
3. koefisien giro magnetic
4. frekuensi larmor
5. persamaan fourier
Frekuensi Larmor adalah :
Meda magnet luar X koefisien giro megnetik = pencitraan

5.
- inti atom
- koefisien giromagnetik
- tesla
paramagnetik : memiliki sifat elektromagnetik tapi lemah, ketika ada pengaruh dari
luar, baru menjadi kuat.

Das könnte Ihnen auch gefallen