Sie sind auf Seite 1von 14

MAKALAH TENTANG ISO 14000

Diajukan Untuk memenuhi Tugas OQM

Anggota kelompok :
Firman Satriawan

(111400263)

Gilang Mahesa

(111400264)

Hifdzul Muhammad

(111400265)

Indriyani Aminati

(111400268)

Isna Ahsani

(111400269)

MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNKASI DAN INFORMATIKA


INSTITUT MANAJEMEN TELKOM
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
ISO (International Standarisation Organisation) adalah organisasi non-pemerintah dan buka

nmerupakan bagian dari PBB atau WTO (World Trade Organization) walaupun Standar-standar yang
dihasilkan merupakan rujukan bagi kedua organisasi tersebut.Anggota ISO, terdiri dari 110 negara,
tidak terdiri dari delegasi pemerintah tetapi tersusun dari institusi standarisasi nasional sebanyak satu
wakil organisasi untuksetiap negara.
Konvergensi beberapa faktor yang berhubungan dengan pasar global berkembang menyebabkan
perkembangan ISO 14000 Seri Manajemen Lingkungan Standar Internasional.Sebagai industrialisasi
telah menyebar kenegara-negara di seluruh dunia, warga Negara dan pemerintah mereka telah
menyuarakan keprihatinan mereka tentang efek dari industrialisasi terhadap lingkungan. Sebagai
akibat dari kekhawatiran tersebut, konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan. Sebagai tujuan
oleh pemerintah dan kelompok-kelompok bisnis di seluruhdunia.
1.2.
Tujuan Masalah
Mengetahui lebih jauh tentang ISO 14000 sebagai salah satu bagian dari system manajemen
lingkungan, Mengetahui Keuntungan perusahaan yang menerapkan ISO, Menjelaskan penerapan
sistem managemen lingkungan di Indonesia khususnya penerapannya di PT. Unilever Indonesia, Tbk.
1.3. Manfaatpenggunaan ISO 14000
Meningkatkancitraorganisasi
Meningkatkankinerjalingkunganorganisasi
Meningkatkanpenaatanterhadapketentuanperaturanperundang

undanganpengelolaanlingkungan
Mengurangiresikousaha
Meningkatkanefisiensikegiatan
Meningkatkandayasaing
Meningkatkankomunikasi internal danhubunganbaikdenganberbagaipihak

berkepentingan
Memperbaikimanajemenorganisasidenganmenerapkanperencanaan, pelaksanaan,
pengukurandantindakanperbaikan (plan, do, check, act)

BAB II
PEMBAHASAN

ISO 14000 adalah standar internasional tentang system manajemen lingkungan sangat penting
untuk diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh sector industri. ISO 14000 juga memberikan jaminan
(bukti) kepada produsen dan konsumen, bahwa dengan menerapkan sistem tersebut produk yang

dihasilkan/dikonsumsi, limbah, produk bekas pakai ataupun layanannya sudah melalui suatu proses
yang memperhatikan kaidah-kaidah atau upaya-upaya pengelolaan lingkungan.
Ada beberapa seri dari ISO-14000, yaitu :
ISO 14001
: Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14010 - 14015
: Audit Lingkungan
ISO 14020 - 14024
: Label Lingkungan
ISO 14031
: Evaluasi Kinerja Lingkungan
ISO 14040 - 14044
: Assessment/Analisa Berkelanjutan
ISO 14060
: Aspek Lingkungan dari Produk

Keberadaan Standar ISO digerakkan oleh pasar sebagai pemakai utama standar. Suatu Standar
(misalnya, ISO 14001) dibuat berdasarkan konsensus internasional oleh ahli-ahli dari industri, teknik
atau bisnis. Walaupun Standar ISO bersifat sukarela, pada kenyataanny astandar dibuat berdasarkan
permintaan pasar, dan didasarkan konsensus di antara pihak-pihak terkait ini membuktikan pemakaian
yang luas di seluruhdunia.
Ada beberapakeuntunganperusahaandalampemakaian ISO 14000:
1. Perlindungan Lingkungan
a. Mengurangi/meminimalisasi limbah
b. Mengoptimalisasi sumber daya alam
c. Mengatasi isu-isu lingkungan
2. Dasar Persaingan yang Setara
ISO 14000 akan mengurangi sekecil mungkin perbedaan perbedaan pembiayaan lingkungan
yang disebabkan perbedaan sistem/geografis
3. Kesesuain Terhadap Peraturan yang Ada
Dengan menggunakan sertifikat pengelolaan lingkungan terbuka kesempatan dalam
kemampuan penulusuran dan penyesuaian dokumen-dokumen dalam mendukung peraturan
yang ada.
4. Terbentuknya Sistem Manajemen yang Efektif
Sistem manajemen lingkungan akan membuat pengelolaan lebih efektif dan mampu
berkiprah dalam dunia percaturan Internasional
5. Memiliki Kekuatan Pasar
a. Mampu memasuki pasar dengan produk ramah lingkungan
b. Meningkatkan peran pasar (Market Share)
c. Memenuhi persyaratan pelanggan
d. Membuka peluang investasi
6. Pengurangan Biaya
Dasar utama dalam penekanan biaya adalah mengurangi penanganan bahan kimia dan sisasisa/limbah lainnya. Lebih sedikit bahan kimia/limbah, akan semakin sedikit biaya dan
semakin tinggi tingkat mutu air/tanah. Dengan ISO-14000 yangkesemuanya didasarkan

penggunaan standart, maka diharapkan semakin kecil peluang menyimpangnya operasi.


Biaya-biaya yang dapat dikurangi meliputi :
a) Biaya-biaya kesalahan
b) Biaya operasional yang terakumulasi
c) Biaya taksiran
7. Pengurangan Kerugian
Sistem akan melindungi atau meminimumkan akibat ke lingkungan, dan juga
meminimumkan akibat buruk bagi karyawan, pengurangan luka dan penyakit jika perusahaan
mengadopsi sistem manajemen lingkungan ISO-14000
8. Meningkatkan Hubungan Masyarakat
Jika perusahaan mengembangkan program pengelolaan

lingkungan,

ini

berarti

mengembangkan hubungan kemasyarakatan


9. Mengembangakan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Dengan dimilikinya sertifikat ISO-14001, pelanggan akan merasa lebih aman dan
lingkungannya terlindungi. Hal ini akan meyakinkan pelanggan bahwa pemasok peduli
lingkungan dan mempunyai dokumen yang sesuai untuk mendukung pernyataan tersebut.
10. Mengembangakan Perhatian Manajemen yang Lebih Tinggi
Dengan ISO-14000 departemen lingkungan dipandang positif dan merupakan konponen
penting dalam perusahaan. keseluruhan proses dalam mencapai sertifikasi ISO-14000 akan
merangsang manajemen lebih berkembang dan lebih menghargai pengelolaan lingkungan
Standar ISO 14000 diterbitkan padabulan September 1996 oleh Organisasi Internasional untuk
Standarisasi (ISO), pribadi, organisasi utama yang terlibat dalam standarisasi praktek manajemen
industri. Meskipun standar ISO 14000 adalah produk dari sebuah organisasi non pemerintah dan
sesuai dengan standar adalah sukarela, salah satu tujuan utama dari standar adalah untuk memastikan
bahwa bisnis mematuhi hukum lingkungan yang berlaku. Pengusahaan melihat penerapan ISO 14000
sebagai sarana untuk diri sendiri mengatur, sehingga mengurangi eksposur mereka terhadap
pengawasan dan sanksi oleh US Environmental Protection Agency (EPA) serta tingkat Negara mitra.
Bagian III menggambarkan ketentuan ISO 14000, dan Bagian IV menggambarkan perspektif dari
berbagai pihak tentang utilitas ISO 14000. Akhirnya, Bagian V survey keseluruhan kekuatan dan
keterbatasan ISO 14000.
Semua organisasi dari beragam jenis kegiatan, beragam ukuran, berbeda lokasi, pada prinsipnya
dapat menerapkan standar ISO 14000, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Beberapa pihak
organisasi perlu dan berkepentingan untuk menunjukkan kepada pihak lain (mitrausaha, konsumen,
masyarakat,

investor,dll)

bahwa

kegiatan

pengelolaan

lingkungan

organisasi

yang

bersangkutan.Mengikuti standar yang diakui secara internasional, seperti ISO 14000. Faktor
pendorong utama dalam penerapan standar ISO 14000 di seluruh dunia adalah semakin meningkatnya

kepedulian berbagai pihak terhadap pentingnya upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Di
satusisi, pihak organisasi yang bersangkutan dapat secara proaktif menerapkan standar ISO 14000
untuk meningkatkan citra organisasi dan meningkatkan daya saingnya, sementara di sisi lain banyak
organisasi lain merasa perlu menerapkan standar ISO 14000 untuk mengantisipasi permintaan
konsumen dan mitra usaha.
Alasan pengembangan ISO 14000 adalah sebagai Konvergensi Beberapa faktor yang
berhubungan dengan pasar global berkembang menyebabkan perkembangan ISO 14000 Seri
Manajemen Lingkungan Standar Internasional. Sebagai industrialisasi telah menyebar ke Negaranegara di seluruh dunia, warga Negara dan pemerintah mereka telah menyuarakan keprihatinan
mereka tentang efek dari industrialisasi terhadap lingkungan. Sebagai akibat dari kekhawatiran
tersebut, konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan. Sebagai tujuan oleh pemerintah dan
kelompok-kelompok bisnis di seluruh dunia.

Profil Perusahaan
Nama Perusahaan: PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Alamat : Graha Unilever Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta 12930
Bidang Usaha : Kosmetik dan Kebutuhan Rumah Tangga
Website :www.unilever.co.id
Tentang Perusahaan
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken
N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini
disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16
Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember
1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama
perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn.
Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia

Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98
tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998
Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham
menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham
menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat
oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk
kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang
dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni
2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian
pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri
Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.
Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
Visi PT. Unilever
To become the first choice of consumer, costumer and community
Visi ini terbentuk disadari bahwa PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan community.
Hal ini terwujud pada komitmen PT. Unilever terhadap konsumennya yaitu menyediakan produk
bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari segi harga dan kualitas, dan
yang aman bagi tujuan pemakaianny agar costumer, consumer dan community dapat merasa puas.
Misi PT.Unilever

a. Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi
b.
c.
d.
e.

konsumen.
Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan

f.

imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.


Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan
lingkungan hidup.

Penerapan Sistem Manajemen Lingkunganpada PT. Unilever Indonesia, Tbk.


Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan energi. Bermula dari
dampak industri inilah maka organisasi dan industri dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban
terhadap konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi ini, maka tuntutan peraturan dunia terhadap
pertanggungjawaban organisasi dan industri dalam pengelolaan lingkungan menjadi meningkat. Sistem
Manajemen Lingkungantelah menjadi tuntutan dari pelanggan negara maju yang secara sadar melihat
pentingnya perlindungan terhadap lingkungan dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan
lingkungan di masa depan.
Berbagai

macam

organisasi

semakin

meningkatkan

kepedulian

terhadap

pencapaian

danpenunjukan kinerja lingkungan yang baik melalui pengendalian dampak lingkungan yangterkait
dengan kegiatan, produk dan jasa organisasi yang bersangkutan, konsisten dengankebijakan dan tujuan
lingkungan mereka. Hal tersebut dilaksanakan dalam kontekssemakin ketatnya peraturan perundangundangan, pengembangan kebijakan ekonomi danperangkat lain yang mendorong perlindungan
lingkungan; dan meningkatnya kepedulianpihak-pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan.Banyak organisasi telah melaksanakan kajian atau audit lingkungan untuk
mengkajikinerja lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, kajian dan audit tersebutmungkin
tidak cukup untuk memberikan jaminan bahwa kinerja lingkungannyamemenuhi dan akan berlanjut
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dankebijakan organisasi. Agar efektif, kajian
dan audit tersebut perlu dilaksanakan dalamsuatu sistem manajemen yang terstruktur yang terintegrasi
dalam organisasi tersebut.

Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik atau goodcorporate governance (GCG) dalam setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah
diintegrasikan ke dalam Tujuan Perusahaan dan Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever. Dokumendokumen tersebut menjadi pedoman bagi manajemen, karyawan, mitra dan juga para pihak yang
berkepentingan dalam aktivitas mereka.
Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata kelola perusahaan
Uniever, antara lain:

Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee (SEAC)

atau KomisiJaminan Keselamatan dan Lingkunganyang berkedudukan di Inggris gunamemastikan


bahwa seluruh prosespengambilan keputusan yang berkaitandengan keselamatan dan lingkungandari
produk dilakukan secara terpisahdari keputusan komersial.

Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat

Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan, prosedur dan standar
tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan perilaku yang aman dan
penanganan investigasi kecelakaan.
Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever yang berkaitan
dengan lingkungan adalah:
Kode Etik Terhadap Lingkungan:
Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak lingkungan secara
berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang berupa mengembangkan bisnis yang
berkesinambungan.
Kebijakan Lingkungan PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang
berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam
(seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus
menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau
Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran berdasarkan
indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap tahun, Unilever mengumpulkan

data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang
penting. Data ini dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever,
kemudian dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau
Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.
Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003, pabrik Unilever
telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi energi. Program ini telah mengurangi
jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak 37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut
telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses
produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini
menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air buangan hasil daur
ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah domestik dari toilet dan aktivitas
pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran limbah milik kawasan industri.
Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang telah
dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan khusus, sebelum dibuang
ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia
dan internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan
karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak
berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI),
kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk
plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra
untuk dipakai lagi atau didaur ulang.
Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam yang mengandung
relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara signifikan. Namun,
pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali
memakai solar sambil mencari alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang
tetap memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.
Selain itu, Unilever berupaya mengurangi jumlah limbah tidak berbahaya yang dihasilkan
pabriknya yang mencakup limbah domestik, serta produk dan kemasan yang tidak layak jual/pakai.
Unilever berupaya memanfaatkan kembali atau mendaur ulang limbah tersebut. Limbah yang tidak
dapat dipakai atau didaur ulang lagi akan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Kini, lebih dari 4.800
ton/tahun limbah pabriknya dipakai lagi atau didaur ulang oleh pihak ketiga. Bekerja sama dengan

Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), mereka memanfaatkan kemasan yang tidak
terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah
lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang.
Dengan demikian, jumlah limbah yang didaur ulang terus meningkat sejak 2004.
Unilever juga berhasil mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir
melalui cara inovatif untuk membuang lumpur dari instalasi pengolahan air limbah. Jumlah lumpur ini
mencapai 5 ton per hari. Pada 2006, pihak Unilever telah menandatangani nota kesepahaman dengan
produsen semen (PT Holcim) untuk mengolah lumpur air limbahnya sebagai bahan baku di pabrik
mereka. Sejak pendatanganan itu, Unilever tidak lagi mengirim lumpur apa pun ke tempat
pembuangan akhir.
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total
Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992,Unilever telah memakai pendekatan TPM untuk
menciptakan kondisi pabrik yangideal. Kerangka kerja TPM didasari olehlima prinsip yaitu :
o

Seiri Keteraturan. Pisahkan alat yang diperlukan dari alat yang tidak diperlukan.

Sediakan hanya alat yang diperlukan pada lantai produksi.


Seiton Organisasi Tempat Kerja. Atur tempat kerja sehingga alat yang diperlukan dapat

diraih secara mudah dan cepat. Tempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
Seiso - Pembersihan. Segera sapu, cuci, dan bersihkan semua yang berada di tempat kerja

o
o

setelah dipakai.
Seikhatsu - Kebersihan. Jaga kebersihan semua alat sehingga selalu siap dipakai.
Shitsuke - Kedisiplinan. Setiap orang memahami, mematuhi, dan menerapkan aturan di
pabrik.

Kelima prinsip ini dipercayamampu membantu mereka dalam menjagaperalatan sedekat mungkin
dengankondisi peralatan yang ideal, bekerja lebihefisien, mengurangi waktu mesin tidakberoperasi,
serta meningkatkan catatankeselamatan kerja, kecelakaan fatal,kecelakaan berakibat hilang waktu
ataulost time accidents (LTA), kasus yangmenghambat pekerjaan atau restrictedwork cases (RWC),
serta kasus yangmenuntut perawatan kesehatan ataumedical treatment cases (MTC).
Pada dekade terakhir ini, unilever telah terus-menerus meningkatkan cara pengumpulan dan
pelaporan data. Pada tahun 2006, mereka mengundang URS Verification Limited (URSVL) untuk
mengaudit cara mereka mengelola catatan data pemantauan lingkungannya. Berdasarkan hasil audit
ini, pihak unilever telah memperbaiki sistem pengelolaan datanya untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kesalahan transkripsi, dan untuk mengembangkan sistem penelusuran data lingkungan yang
lebih baik. Semua ini dilakukan sebagai bukti komitmen dalam penyediaan informasi yang lengkap
dan akurat mengenai dampak lingkungannya.
Komitmen Unilever terhadap lingkungan ini telah mengundang perhatian berbagai pihak. Selama
tiga tahun terakhir, kami meraih peringkat Hijau untuk kedua pabrik Unilever dari Kementerian
Lingkungan Hidup, melalui penghargaan PROPER. Peringkat hijau diberikan kepada perusahaan yang
telah mencapai emisi nol. Penghargaan tersebut membuktikan bahwa Unilever mampu kecelakaan
fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat
pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau
medicaltreatment cases (MTC).
Eco Efisiensi dalam Produksi
Dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar (seperti
penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan
sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, kami
menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS)
berdasarkan ISO 14001. Strategi ini mencakup:
o

mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan baku dan kemasan dan/atau

o
o

energy,
meminimalkan buangan air limbah/sampah padat dan/atau emisi ke udara, dan
memaksimalkan produk jadi dengan meminimalkan produk gagal/rusak.

Salah satu contoh nyata produk dari Unilever yang ramah lingkungan adalah produk deterjen
yang dihasilkan. Sebagai produsen deterjen serbuk, PT. Unilever mengklaim bahwa teknologi yang
dilakukan dalam pengelolaan LAS adalah melakukan sulfonasi, yaitu mengubah alkil benzen sulfonat.
Selain itu upaya yang dilakukan Unilever adalah mengubah rantai ABS yang bercabang menjadi Linier
Alkyl Benzen Sulfonat (LABS) sehingga lebih mudah terurai ke lingkungan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kenyamanan, keamanan dan kebersihan lingkungan hidup harus dijaga oleh seluruh manusia,
organisasi maupun perusahaan. Penerapan ISO 14000 sangat penting untuk kemajuan perusahaan.
Pencapaian Unilever membuktikan bahwa Sistem Manajemen Lingkungan tidak hanya membawa
perubahan terhadap lingkungan alam sekitar, tetapi juga terhadap perusahaan dan menjadi motivasi
bagi perusahaan lainnya untuk melakukan hal yang serupa atau bahkan lebih baik lagi.

3.2 Saran
o Sebaiknya Sistem Manajemen Lingkungan semakin didorong oleh pemerintah dan didukung
oleh masyarakat supaya lebih banyak lagi kontribusi yang dilakukan dalam melestarikan
o

lingkungan hidup
ISO 14000 sebaiknya diterapkan oleh perusahaan perusahaan atau orgnisasi yang
produksinya bersentuhan langsung dengan alam dan lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
www.paradigm.consultant.com/2009/05/05/sejarah-dan-perkembangan-iso-14001/
www.elipson.com/ebook

Das könnte Ihnen auch gefallen