Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pendahuluan
Seminar Nasional Enterprise Risk Mangement merupakan bagian dari rangkaian acara Kompetisi
Nasional Manajemen Risiko yang diselenggarakan pada tanggal 23 November 2013. Seminar yang
diselenggarakan di Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini mengangkat tema Creating and
Protecting Value: Putting it Into A Good Practices. Pembicara dalam seminar ini merupakan para
praktisi profesional yang berasal dari perusahaan terkemuka di Indonesia, yaitu Fadjar Proboseno,
ERMCP (Risk Advisory Dept. Head PT Astra International Tbk), Mohammad Mukhlis (Kepala Divisi
Manajemen Risiko Bursa Efek Indonesia), dan Noesita Indriani, ERMCP (Kepala Satuan Manajemen
Risiko PT Indonesia Power). Moderator dalam seminar tersebut adalah D. S. Priyarsono, PhD yang
merupakan Academic Advisory Board CRMS Indonesia.
Tema yang diangkat dalam seminar ini diambil dari prinsip pertama Manajemen Risiko berbasis ISO
31000, yaitu Creating and Protecting Value. Menurut ISO 31000, prinsip pertama tersebut
menjelaskan bahwa Manajemen Risiko memberikan kontribusi melalui peningkatan kemungkinan
pencapaian sasaran perusahaan secara nyata. Selain itu, juga memberikan perbaikan dalam aspek
keselamatan, kesehatan kerja, kepatuhan terhadap peraturan perundangan, perlindungan
lingkungan hidup, persepsi publik, kualitas produk, reputasi, corporate governance, efisiensi operasi,
dan lain-lain.
Bagaimanapun juga, sulit dibayangkan bagaimana Manajemen Risiko dapat menciptakan dan
melindungi nilai suatu organisasi apabila kita tidak mengetahui penerapannya dalam suatu
organisasi. Maka dari itu, tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah sebagai ajang practice
sharing , yang ditujukan terutama untuk mahasiswa, mengenai penerapan Manajemen Risiko dalam
menciptakan dan melindungi nilai organisasi atau perusahaan, khususnya di PT Astra International
Tbk, Bursa Efek Indonesia, dan PT Indonesia Power.
Fase yang terakhir adalah fase monitoring. Dalam fase ini, pencapaian yang harus dicapai antara lain:
adanya penyesuaian kerangka Manajemen Risiko perusahaan (ERM) dengan kebutuhan manajemen;
mengintegrasikan top risks ke dalam review perusahaan; dan meninjau insurance coverage secara
sistematis. Dalam fase ini, Manajemen Risiko sudah harus menjadi sebuah budaya, bukan lagi
sekedar kepatuhan (compliance).
Astra Group Risk Policy
PT AI mempunyai suatu kebijakan dalam menjalankan Manajemen Risiko, yang disebut Astra Group
Risk Policy, yang merupakan dasar dalam pelaksanaan Manajemen Risiko di PT AI. Isi dari kebijakan
tersebut diantaranya: a) Sistem Manajemen Risiko harus dapat menetapkan identifikasi, evaluasi,
pengelolaan, dan pelaporan semua materi-materi risiko dan residunya; serta b) semua materi-materi
risiko yang muncul dari sumber eksternal dan internal harus diidentifikasi melalui strategi yang
efektif untuk meminimalkan biaya dan dampak dari risiko, dan jika perlu untuk menyediakan
perbaikan dan pemulihan disaat ada insiden yang berbahaya ataupun yang merusak. Untuk dapat
melaksanakan kebijakan tersebut, pelaksanaan Manajemen Risiko harus berdasarkan kerangka,
metodologi, dan kriteria yang sudah disetujui.
Roles, Responsibilities, & Challanges
Pelaksanaan Manajemen Risiko di PT AI merupakan peran dan tanggung jawab Divisi Manajemen
Risiko, di PT AI disebut Div. Risk Advisory, yang berada dalam Departemen Chief Audit & Risk
Advisory. Peran dan tanggung jawab tersebut antara lain:
Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab dari Divisi Manajemen Risiko, terdapat beberapa
tantangan, seperti tidak semua perusahaan atau unit bisnis mempunyai sumber daya yang
berdedikasi dalam menjalankan pelaksanaan Manajemen Risiko. Selain itu, terdapat juga tingkat
kematangan yang berbeda diantara berbagai perusahaan Astra Group dalam mengimplementasikan
Manajemen Risiko. Untuk beberapa kasus, keberadaan Manajemen Risiko hanyalah untuk
memenuhi suatu aturan atau kebijakan yang telah dibuat saja. Inilah tantangan yang paling utama
bagi Divisi Manajemen Risiko, yaitu menanamkan Budaya Risiko di seluruh perusahaan atau unit
bisnis Astra Group.
15 produk baru. Hal ini menunjukkan bagaimana Manajemen Risiko dapat menciptakan suatu value,
dan sudah membudaya di tingkatan sales ataupun operasional.
Manajemen Risiko di PT AI selalu dianalogikan sebagai peramal untuk melihat apa yang ada pada 3
sampai 9 bulan, bahkan 5 tahun yang akan datang, dengan memakai asumsi-asumsi tertentu. Hal ini
sangat membantu Dewan Direksi dalam mengambil keputusan-keputusan strategis untuk 3-5 tahun
ke depan. Memang ramalan tidak selalu harus tepat, tetapi paling tidak, ada pegangan yang bisa
dijadikan dasar bagi Dewan Direksi dalam pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa
Manajemen Risiko bukan hanya sekedar untuk memenuhi aturan atau kebijakan semata, namun
juga dapat melindungi dan menciptakan values di PT AI.
Dalam tataran operasionalnya definisi ERM di IDX adalah suatu proses yang sistematik dan
berkelanjutan yang dirancang dan dijalankan manajemen dan seluruh personil perusahaan, guna
memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua risiko yang berpotensi menghambat
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan telah diidentifikasi dan dikelola sedemikian rupa,
sehingga risiko tersebut sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Kerangka ERM yang digunakan
oleh IDX mengacu kepada standar internasional AS/NZS 4360 dan ISO 31000:2009. Acuan utama
dalam penerapan ERM di IDX adalah Kebijakan Manajemen Risiko (Risk Management Policy) yang
terkandung di dalam Pedoman Manajemen Risiko.
dalam kepentingan shareholders dan secara umum stakeholders, yaitu efisiensi dalam return on
equity dan market share. Hal ini adalah rantai proses penciptaan nilai yang dirumuskan PT IP yang
melekat sekali dengan berbagai risiko, yang dimana risiko adalah uncertainty terhadap sebuah
sasaran.
dalam tahap-tahap yang diharuskan perlu bercermin pada suatu proses Manajemen Risiko. Hal ini
merupakan cara PT IP untuk memaksakan secara sistemik bahwa semua kegiatan harus berdasarkan
suatu langkah, baik itu risk register, membuat dokumen kajian risiko, dan termasuk dalam tahap
decision making.
Di PT IP, setiap rapat direksi, kepala satuan Manajemen Risiko wajib hadir, karena segala kegiatan
pengambilan keputusan selalu ditanyakan bagaimana risiko yang akan dihadapinya. Sebagai contoh,
di PT IP terdapat pembangkit dengan BBM yang biaya operasinya lebih mahal dibandingkan dengan
gas atau batubara. Namun demikian, PT IP mengambil peluang dengan cara mengambil peakers
market. Caranya adalah mengambil risiko dengan menyimpan gas, kemudian ketika peak hour,
pembangkit dinyalakan dengan menggunakan gas yang disimpan sebelumnya. Metode tersebut
merupakan metode yang cukup baru di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa ada suatu kontribusi
kManajemen Risiko melalui suatu kajian dalam mengambil peluang.
Value Protected and Created
Kesimpulannya, penerapan Manajemen Risiko di PT IP dapat menciptakan dan melindungi nilai.
Contoh konkritnya adalah loss ratio PT IP selama periode terakhir (2012) adalah sebesar 0%;
kemudian tren kinerja operasionalnya meningkat atau cenderung membaik; lalu PT IP mulai
merambah pasar ke seluruh pelosok negeri karena ada suatu rasa kepercayaan stakeholder untuk
mengoperasikan unit-unit pembangkit lainnya; dan terdapat peluang-peluang baru dalam peak load
supply ataupun dalam Renewable Energy yang merupakan hasil keputusan berdasarkan proses
Manajemen Risiko.