Sie sind auf Seite 1von 16

Pyelonefritis

A. Definisi
Pyelonefritis, yang juga dikenal sebagai infeksi ginjal, adalah kondisi medis yang ditandai
dengan peradangan pada ginjal yang disebabkan oleh suatu infeksi yang bermula dari uretra
atau kandung kemih, yang menyebar ke arah atas sehingga mengenai ginjal. Pyelonefritis
merupakan kondisi yang sangat nyeri sehingga menyebabkan terjadinya demam, menggigil,
nyeri dan rasa tidak nyaman pada punggung bagian bawah. Pyelonefritis lebih sering
didapatkan pada wanita daripada pria karena uretra (suatu saluran yang menyarlukan urin dari
kandung kemih keluar dari tubuh) wanita lebih pendek dibandingkan urehra pria. Penderita
kondisi ini biasanya juga memiliki infeksi saluran kemih yang mendasarinya, seperti sistitis
bakterialis atau urehtritis. Anak-anak muda juga memiliki risiko tinggi karena saluran kemih
mereka lebih kecil dan pendek, sehingga menyebabkan bakteri lebih mudah untuk menyerbar
ke arah atas untuk mencapai ginjal. Penanganan pyelonefritis biasanya termasuk antibiotik
dan perawatan di rumah sakit karena jika tidak ditangani secara tepat, hal ini dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya, seperti kerusakan ginjal menetap atau sepsis (suatu
kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang ditandai oleh infeksi bakteri di dalam darah).
B. Etiologi
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan
penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di
rumah sakit.
Infeksi biasanya

berasal

dari

daerah

kelamin

yang

naik

ke

kandung

kemih.

Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air
kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke
kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran
prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:

kehamilan

kencing manis

keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk


melawan infeksi.

C. Patofisiologi

Masuk saluran
kemi

Penyebab bakteri

Masuk saluran
darah

Adanya obstruksi

ginjal

Aliran balik ginjal


oleh bakteri

Peradangan/infeksi ginjal

Nyeri akut

hematuria

Demam

Perubahan
kenyamanan

Kurang
pengetahuan

hipertermi

Gangguan pola
tidur

ansietas

Penguapan
berlebihan

Mukosa
kering
Nafsu
makan

Resiko
kekurangan
volume
cairan

Gangguan
nutrisi

Intoleransi
aktifitas

kelemaha
n

D. Gejala
Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian
bawah, mual dan muntah.
Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering
berkemih dan nyeri ketika berkemih.

Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi
kuat.Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh
kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya
batu ginjal.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali.
Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilangtimbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.
Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti
penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak
ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).
E. Manifestasi klinis
Pielonefritis akut: pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri tekan
pada kostovertebrel(CVA), Leokositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam
urinselain itu gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemihumumnya
terjadi. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.
Ginjal pasien pielonefritis biasanya membesar disertai infiltrasiinterstisial sel-sel inflamasi.
Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kartiko medularis. Pada akhirnya,
atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis,
ginjal membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi
Pielonefritis kronis:biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tada-tanda
utama mencakup keletiah sakit kepala, nafsumakan rendah, poliuria, haus yang berlebihan,
dan kehilangan berat badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan
parut progresif di ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.
F. Komplikasi
Pielonefritis kronik: penyakit ginjal stadium akhir(mulai dari hilangnya progresifitas nefron
akibat inflamasi kronik dan jaringan parut)hipertensi, danpembentukan batu ginjal (akibat
infeksi kronik disertai organisme pengurai-urea, yang mengakibatkan terbentuknya batu).
G. Pemeriksaan penunjang
1.
Urinalisis
~
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air
kemih
~
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
~
Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme
koliform / mL urin plus piuria
~
Biakan bakteri

~
3.
4.

Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung

aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
5. Metode tes
~
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat).
~
Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
~
Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit.
6.
Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
7. Tes- tes tambahan :
~
Urogram intravena (IVU).
~
Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa
renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
~
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
H. Penatalaksanaan
Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan
terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien
afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit
kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih
lama daripada sistitis.
Maslah yangmungkin timbul dlam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal,
pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya
infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang.
Pielonefritis kronik: agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen melalui
kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan
untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik.
I.

Pencegahan
Pyelonefritis dapat dicegah bila Anda:

Basuh daerah kelamin anda dengan lembut untuk mencegah agar kulit halus di daerah
vagina dan anus tidak teriritasi

Hindari membasuh vagina karena hal itu mengurangi jumlah bakteri baik di vagina,
sehingga meningkatkan resiko infeksi

Hindari menggunakan kondom berlapis spermisida atau diafragma karena spermisida


dapat mendorong pertumbuhan bakteri

Hindari penggunaan kondom tanpa lubrikasi karena dapat mengiritasi uretra, sehingga
membuatnya lebih rentan terhadap infeksi

Hindari produk-produk kewanitaan yang berpotensi mengiritasi daerah kelamin

Kosongkan kandung kemih segera setelah melakukan hubungan seksual untuk membasuh
keluar bakteri di saluran kemih

Menyeka dari depan ke belakang setelah buang air kecil dan setelah buang air besar untuk
mencegah bakteri dari daerah anal menyebar ke vagina dan uretra

Minum air yang banyak

J. Pengobatan
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
b. Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan
penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalh-masalah tersebut.
c.
Di anjurkan untuk dering munum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke
belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan pendekatan
bersifat menyeluruh yaitu :
A.

Data biologis meliputi :

1.

Identitas Klien

2.

Identitas penanggung

B.

Riwayat kesehatan :

1.

Riwayat infeksi saluran kemih

2.

Riwayat pernah menderita batu ginjal

3.

Riwayat penyakit DM, Jantung

C.

Pengkajian fisik :

1.

Palpasi kandung kemih

2.

Infeksi darah meatus

a.

Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine

b.

Pengkajian pada costovertebralis

D.

Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap kondisi penyakit mekanisme
kopin dan system pendukung

E.

Pengkajian pengtahuan klien dan keluarga

1.

Pemahaman tentang penyebab / perjalanan penyakit

2.

Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan
1.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran
mukosa, kurang nafsu makan

2.

Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi

3.

Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi

4.

Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan

5.

Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri

6.

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum

7.

Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat

3. Perencanaan
Dp. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran
mukosa, kurang nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu
makan bertambah.
Batasan karateristik :
Subjektif : kram abdomen, melaporkan perubahan sensasi rasa, merasa kenyang setelah
mengingesti makanan, merasakan ketidakmampuan mengingesti makanan.
Objektif : adanya bukti kekurangan makanan, bising usus hiperaktif, konjungtiva dan
membran mukosa pucat, tonus otot buruk.
Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi.
Intervensi :
No

Intervensi
Mandiri

Rasionalisasi

Pantau / catat permasukan diet

Membantu
defisiensi

dan
dan

mengidentifikasi
kebutuhan

diet.

Kondisi fisik umum, gajala uremik


(contoh : mual, anoreksia, gangguan
rasa) dan pembatasan diet multiple
mempengaruhi pemasukan makanan.
2

Tawarkan perawatan mulut sering/cuci Mambran mukosa menjadi kering


dengan

larutan (25%) cairan asam dan

pecah.

asetat. Berikan permen karet, permen menyejukkan,

Perawatan
meminyaki

mulut
dan

keras, penyegar mulut diantara makan

membantu menyegarkan rasa mulut


yang sering tidak nyaman pada
uremia dan membatasi pemasukan
oral. Pencucian dengan asam asetat
membantu

menetralkan

amonea

yang dibentuk oleh perubahan urea.


3

Berikan makanan sedikit tapi sering


Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan
Kolaborasi :

Konsul

dengan

status

uremik/menurunnya paristaltik

dengan

ahli

gizi/tim

pendukung nutrisi

Menentukan kalori individu dan


kebutuhan

nutrisi

pembatasan,dan

dalam

mengidentifikasi

rute paling efektif dan produknya,


contoh tambahan oral, makanan
5

Batasi kalium, natrium dan pemasukan selang hiperalimentasi


fosat sesuai indikasi
Pembatasan elektrolit ini dibutuhkan
untuk mencegah kerusakan ginjal
lebih lanjut, khususnya bila dialisis
tidak menjadi bagian pengobatan,

Awasi
contoh;

pemeriksaan
BUN,

labiratorium, dan atau selama fase penyembuhan.

albumin

serum,

transferin, natrium dan kalium.

Indikator
pembatasan,

kebutuhan
dan

nutrisi,

kebutuhan

efektivitas terapi.
Dp. 2 : Nyeri akut b.d proses peradangan, infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman dan nyerinya berkurang.
Batasan karakteristik: kegelisahan, perilaku melindungi, perilaku menjaga, kandung kemih
tegang
Subjektif

: keletihan

Objektif : perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas sebelumnya, perubahan pola


tidur, penurunan interaksi dengan orang lain, perubahan berat badan.
Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang,
tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada
posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.
Intervensi :
No

Intervensi
Mandiri :

Rasionalisasi

Pantau intensitas, lokasi, dan factor Rasa sakit yang hebat menandakan
yang memperberat atau meringankan adanya infeksi
nyeri

Klien dapat istirahat dengan tenang


Berikan waktu istirahat yang cukup dan dapat merilekskan otot otot
dan tingkat aktivitas yang dapat di

toleran.

Untuk

membantu

klien

dalam

berkemih
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika
4

tidak ada kontra indikasi


Untuk
Pantau

haluaran

perubahan

warna,

berkemih,

masukan

urine
bau
dan

mengidentifikasi

indikasi

terhadap kemajuan atau penyimpangan dari


dan

pola hasil yang di harapkan

haluaran

setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis


ulang

Meningkatkan

relaksasi,

menurunkan tegangan otot


6

Berikan tindakan nyaman, seperti


pijatan punggung, lingkungan istirahat

Untuk mencegah kontaminasi uretra

Berikan perawatan parineal


Temuan temuan ini dapat memberi
Kolaborasi :

tanda kerusakan jaringan lanjut dan

Konsul dokter bila : sebelumnya perlu pemeriksaan luas

kuning gading urine kuning, jingga


gelap,

berkabut

atau

keruh.

Pla

berkemih berubah, sering berkemih


8

dengan jumlah sedikit, perasaan ingin


kencing, menetes setelah berkemih. Analgesic memblok lintasan nyeri
Nyeri menetap atau bertambah sakit

sehingga mengurangi nyeri

9
Berikan analgesic sesuia kebutuhan Akibat
dan evaluasi keberhasilannya

dari

antibiotic.

Buat

urin

memudahkan berkemih sering dan


membantu

Berikan

haluran

membilas

saluran

berbagi berkemih

variasi sediaan minum, termasuk air


segar. Pemberian air sampai 2400
ml/hari

Dp. 3 : Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam pasien berkurang
Batasan Karakteristik : suhu tubu meningkat di atas rentang normal, frekuensi napas
meningkat, kulit hangat bila disentuh, kadang merasa mual.
Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit
lembab
Intervensi :
No

Intervensi
Mandiri :

Rasionalisasi

Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ; Suhu 38,90 41,10 C menunjukkan
perhatikan menggigil/diaforesis

proses penyakit infeksius akut

Pantau suhu lingkungan, batasi / Suhu ruangan/jumlah selimut harus


tambahkan linen tempat tidur, sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
indikasi

mendekati normal.

Dapat
Berikan

kompres

mandi

membantu

mengurangi

hangat; demam. Catatan : penggunaan air

hindari penggunaan alkohol

es/alkohol mungkin menyebabakan


kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual. Selain itu alkohol dapat
mengeringkan

kulit.

4
Berikan selimut pendingin
Digunakan

untuk

mengurangi

demam umumnya lebih besar dari


39,50-400 C pada waktu terjadi
kerusakan/ gangguan otak.

5
Kolaborasi :

Berikan antipiretik, misalnya ASA Digunakan


(aspirin), asetaminofen (tylenol)

untuk

mengurangi

demam dengan aksi sentralnya pada


hipotelamus.
mungkin

Meskipun

dapat

berguna

demam
dalam

membatasi pertumbuhan organisme.


Dan

meningkatkan

autodestruksi

dari sel-sel yang terinfeksi

Dp. 4 : Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan
pengobatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasien Hilang
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisa
Batasan Karakteristik : klien gelisah, tidak tenang, tanda vital abnormal, gelisah, ketakutan,
gangguan tidur.
Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi
nafas 12-24/menit
Intervensi :
No
1

Intervensi
Beri
kesempatan

klien

Rasionalisasi
untuk Agar klien mempunyai semangat

mengungkapkan perasaannya

dan mau empati terhadap perawatan


dan pengobatan

Pantau tingkat kecemasan

Untuk mengetahui berat ringannya


kecemasan klien

Beri dorongan spiritual

Agar klien kembali menyerahkan


sepenuhnya kepada tuhan YME

Beri penjelasan tentang penyakitnya

Agar klien mengerti sepenuhnya


dengan penyakit yang di alaminya.

Dp. 5 : Gangguan pola tidur b.d hipertermi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa tidur
dengan nyenyak.
Batasan karakteristik :
Subjektif : ketidak puasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal
tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik.
Objektif : total waktu tidur kurang dari lama tidur normal, bangun 3 kali atau lebih di malam
hari
Kriteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar setelah tidur atau istirahat,
terjaga denganwaktu yang sesuai
Intervensi :
No

Intervensi
Mandiri :

Rasionalisasi

Instruksikan tindakan relaksasi

Membantu menginduksi tidur

Hindari mengganggu bila mungkin, Tidur

tanpa

gangguan

pasien

mis : membangun untuk obat atau mungkin tidak mampu kembali tidur
terapi

bila terbangun

3
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan Mengkaji perlunya mengidentifikasi
perubahan yang terjadi
4

intervensi yang tepat.

Dorong posisi nyaman, bantu dalam Perubahan posisi mengubah area


megubah posisi
5

tekanan dan meningkatkan istirahat

Kolaborasi :
Berikan

sedatif,

hipnotik,

sesuai Mungkin

indikasi

di

membantu
selama

berikan

pasien

periode

untuk

tidur/istirahat

dari

rumah

ke

lingkungan baru. Catatan : hindari


penggunaan kebiasaan, karena ini
menurunkan waktu tidur.

Dp. 6 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien toleran aktifitas.
Batasan Karakteristik :
Subjektif : ketidaknyamanan, melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif: denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas.
Intervensi :
No

Intervensi
Mandiri :

Rasionalisasi

Bantu aktivitas perawatan diri yang di Meminimalkan


perlukan.

Berikan

peningkatan

aktifitas

kelelahan

dan

kemajuan membantu keseimbangan suplai dan


selama

fase kebutuhan oksigen

penyembuhan.
2

Menetapkan kemampuan/kebutuhan
Evaluasi

respon

pasien

aktifitas.

Catat

laporan

terhadap pasien dan memudahkan pemilihan


dispnea, intervensi.

peningkatan kelemahan/kelelahan dan


perubahan tanda vital selama dan
setelah aktivitas
Dp. 7 : Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat


mempertahankan pola eliminasi secara adekuat
Batasan Karakteristik :
Objektif : penurunan turgor kullit/lidah, konsentrasi urine meningkat, kulit/ mambran
mukosa kering.
Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih, memiliki keseimbangan
asupan Dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam.
Intervensi :
No

Intervensi
Mandiri :

Rasionalisasi

Ukur dan catat urine setiap kali Untuk


berkemih

mengetahui

perubahan

warna

adanya
dan

untuk

mengetahui input/output
2
Pastikan kontinuitas kateter pirau/ Terputusnya pirau/ akses terbuka
akses

akan memungkinkan eksanguinasi

3
Memaksimalkan aliran balik vena
Tempatkan
4

pasien

pada

telentang/tredelenburg

posisi bila terjadi hipotensi


sesui

kebutuhan

Hipovolemia/cairian ruang ketiga


akan

Pantau
5

mambran

mukosa

memperkuat

tanda-tanda

kering, dehidrasi

torgor kulit yang kurang baik, dan rasa


haus

Kolaborasi :
Awasi

pemeriksaan

karena

anemia,

hemodilusi atau kehilangan darah


laboratorium aktual.

sesuai indikasi

Menurun

Hb/Ht

Ketidak

seimbangan

dapat

memerlukan perubahan dalam cairan


dialisa atau tambahan pengganti
untuk mencapai keseimbangan

Elektrolit serum dan Ph

Penggunaan

heparin

untuk

mencegah pembekuan pada aliran

darah dan hemofilter mengubah


koagulasi dan potensial darah aktif.
6

Waktu pembekuan, contoh ACT,


PT/PTT, dan Jumlah trombosit
Cairan

garam

faal/dekstrosa,

Berikan cariran IV (contoh, garam elektrolit, dan NaHCO3 mungkin


faal)/

volume

ekspender

(contoh diinfuskan

albumin)selama dialisa sesuai idikasi

hemofelter

dalam
Cav

bila

sisi

vena

kecepatan

ultrafiltrasi tinggi digunakan untuk


membuang cairan ekstraseluler dan
cairan toksik. Volume ekspender
mungkin dibutuhkan selama/setelah
hemodialisa bila terjadi hipotensi
tiba-tiba nya!!

KESIMPULAN
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial
dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan
naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang
mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air
kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat
masuknya ke kandung kemih.
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:

kehamilan
kencing manis
keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.

Pengobatan dapat dilakukan sebagai berikut :

Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka

diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalh-masalah tersebut.


Di anjurkan untuk dering munum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

Das könnte Ihnen auch gefallen