Sie sind auf Seite 1von 10

BAB I

SEJARAH SINGKAT TANAMAN JAHE

Tujuan Instruksional: Menjelaskan asal usul dan penyebaran tanaman, nama daerah dan
nama asing, klasifikasi, deskripsi dan jenis-jenis tanaman jahe.

Pendahuluan
Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu dari temu-temuan suku Zingiberaceae
yang menempati posisi sangat penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Jahe
berperan penting dalam berbagai aspek berupa kegunaan, perdagangan, kehidupan, adat
kebiasaan, kepercayaan dalam masyarakat bangsa Indonesia yang sifatnya majemuk dan
terpencar-pencar. Jahe juga termasuk komoditas yang sudah ribuan tahun digunakan sebagai
bagian dari ramuan rempah-rempah yang diperdagangkan secara luas di dunia ini. Walaupun
tidak terlalu menyolok, penggunaan komoditas jahe berkembang dari waktu ke waktu, baik itu
mengenai jumlah, variasi, kegunaan maupun mengenai nilai ekonominya.

Asal Usul dan Penyebaran Tanaman Jahe


Jahe merupakan tanaman obat dan rempah berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan
merupakan rimpang dari tanaman bernama ilmiah Zingiber officinale Rosc. Jahe berasal dari
Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebutsebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman,
bumbu masak dan obat-obatan tradisional.
Tanaman jahe di dunia tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhirakhir ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai,Afrika, India, China dan Jepang,
Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia.
Jahe tumbuh di Indonesia
ditemukan di semua wilayah Indonesia yang ditanam secara monokultur dan polikultur
(Hasanah, et al., 2004)
Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah asalnya, misal jahe
Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu, jahe di Cina sudah
digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak
digunakan sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe
digunakan sebagai aroma pada bir (Hardianto, 2005).
Daerah utama produsen jahe di Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi, Sumedang,
Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten (Lebak dan Pandeglang), Jawa

Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

-1

Tengah (Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur (Malang Probolinggo, Pacitan), Sumatera
Utara (Simalungun ), Bengkulu dan lain-lain (Hasanah, et. al, 2004).

Nama Daerah Tanaman Jahe


Sumatera

Jawa
Bali
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi

:
:
:
:
:

Maluku

Papua

halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Batak Karo), pege (Toba),


sipode (Mandailing), lahia (Nias), alia jae (Melayu), sipadeh
(Minangkabau), pege (Lubu), jahi (Lampung).
Jahe (Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura), jae (Kangean)
jae, jahya, lahya, ciplakan
lai (Dayak)
reja (Bima), alia (Sumba), lea (Flores)
luya (Mongondow), moyuman (Boros), melito (Gorontalo), yuyo
(Buol), kuya (Baree), goraka (Manado), pase (Bugis)
Laiasehi, sehi (Hila), sehil (Nusa laut), siwei (Buru), geraka (Ternate),
gora (Tidore), laian (Aru), leya (Arafuru), pusu, seeia, sehi (Ambon),
hairalo (Amahai.
lali (Kalana Fat), Marman (Kapaaur)

Nama Asing Tanaman Jahe


Halia, haliya padi, haliya udang (Malaysia) ; luya, allam (Filipina) ; adu, ale, ada (India) ;
sanyabil (Arab) ; chiang pI, khan ciang, kiang, sheng chiang (Cina), gember (Belanda) ;
ginger (Inggris) ; gingembre, herbe au giingembre (Perancis).
Keanekaragaman nama tanaman jahe menunjukkan bahwa penyebaran jahe telah meluas ke
berbagai belahan dunia. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak orang yang mengetahui dan
menggunakan jahe sejak zaman dahulu.

Klasifikasi Tanaman Jahe


Divisi

: Spermatophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Zingiber

Species

: Zingiber officinale Rosc.

Famili Zingiberaceae terdapat di sepanjang daerah tropis dan sub tropis terdiri atas 47 genera
dan 1.400 species. Genus Zingiber meliputi 80 species yang salah satu diantaranya adalah
jahe yang merupakan species paling penting dan paling banyak manfaatnya.

2 Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

Nama Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta Singeberi. Kata Singaberi dalam Bahasa
Sansekerta itu berasal dari Bahasa Arab Zanzabil atau Bahasa Yunani Zingiberi.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan
lainnya seperti temu lawak (Curcuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan
lain-lain.

Deskripsi Tanaman Jahe


Tanaman jahe tergolong terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila
dipotong berwarna kuning atau jingga. Rimpang jahe berkulit agak tebal membungkus daging
umbi yang berserat dan berwarna coklat beraroma khas. Bentuk daun bulat panjang dan tidak
lebar (sempit). Berdaun tunggal, berbentuk lanset dengan panjang 15 23 mm, lebar 8 15
mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5
10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul di
permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 3 kali lebarnya,
sangat tajam ; panjang malai 3,5 5 cm, lebar 1,5 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak
berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 7 buah,
berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 5 cm.
Bunga memiliki 2 kelamin dengan 1 benang sari dan 3 putik bunga daun pelindung berbentuk
bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5
cm,
lebar 1 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 2,5 cm, helainya agak sempit,
berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 2,5 mm, lebar 3 3,5 mm, bibir
berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 15 mm ;
kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik ada 2.

Jenis Tanaman Jahe


Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya dikenal 3 jenis jahe yaitu jahe putih/
kuning besar atau sering disebut jahe gajah, jahe putih kecil/jahe emprit dan jahe merah.
Berikut dijelaskan gambaran umum ketiga jenis jahe tersebut.
1. Jahe putih/kuning besar/jahe gajah/jahe badak
Varietas jahe ini banyak ditanam di masyarakat dan dikenal dengan nama Zingiber officinale
var. officinale. Batang jahe gajah berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi pelepah
daun, sehingga agak keras. Tinggi tanaman 55.88-88,38 cm. Daun tersusun secara berselangseling dan teratur, permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda jika dibandingkan
dengan bagian bawah. Luas daun 24.87-27.52 cm2 dengan ukuran panjang 17.42-21.99 cm,
lebar 2.00-2.45 cm, lebar tajuk antara 41.05-53.81 cm dan jumlah daun dalam satu tanaman
mencapai 25-31 lembar.

Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

-3

Ukuran rimpangnya lebih besar dan gemuk jika dibandingkan jenis jahe lainnya. Jika diiris
rimpang berwarna putih kekuningan. Berat rimpang berkisar 0.18-1.04 kg dengan panjang
15.83-32.75 cm, ukuran tinggi 6.02-12.24 cm. Ruas rimpangnya lebih menggembung dari
kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun
berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
Akar jahe gajah ini memiliki serat yang sedikit lembut dengan kisaran panjang akar 4.53-6.30
cm dan diameter mencapai kisaran 4.53-6.30 mm. Rimpang memiliki aroma yang kurang
tajam dan rasanya kurang pedas. Kandungan minyak atsiri pada jahe gajah 0.82-1.66%, kadar
pati 55.10%, kadar serat 6.89% dan kadar abu 6.6-7,5%.
Jahe gajah diperdagangkan sebagai rimpang segar setelah dipanen pada umur 8-9 bulan.
Rimpang tua ini padat berisi. Ukuran rimpangnya 150-200 gram/rumpun. Ruasnya utuh ;
daging rimpangnya cerah ; bebas luka dan bersih dari batang semu, akar, serangga tanah dan
kotoran yang melekat.

Gambar 1. Rimpang Jahe Gajah

Gambar 2. Rimpang Jahe Merah

2. Jahe putih/kuning kecil/jahe sunti/jahe emprit


Jahe ini dikenal dengan nama Latin Zingiber officinale var. rubrum, memiliki rimpang
dengan bobot berkisar antara 0.5-0.7 kg/rumpun. Struktur rimpang kecil-kecil dan berlapis.
Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm
dengan panjang antara 6-30 cm dan diameter antara 3.27-4.05 cm. Ruasnya kecil, agak rata
sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Akar yang
keluar dari rimpang berbentuk bulat. Panjang dapat mencapai 26 cm dan diameternya berkisar
antara 3.91-5.90 cm. Akar yang banyak dikumpulkan dari satu rumpun dapat mencapai 70 g
lebih banyak dari akar jahe besar.
Tinggi tanaman jika diukur dari permukaan tanah sekitar 40-60 cm sedikit lebih pendek dari
jahe besar. Bentuk batang bulat dan warna batang hijau muda hampir sama dengan jahe besar,
hanya penampilannya lebih ramping dan jumlah batangnya lebih banyak.

4 Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

Kedudukan daunnya berselang seling dengan teratur. Warna daun hijau muda dan berbentuk
lancet. Jumlah daun dalam satu batang 20-30 helai. Panjang daun dapat mencapai 20 cm
dengan lebar daun rata-rata 25 cm.
Kandungan dalam rimpang jahe emprit yaitu minyak atsiri 1,5-3,5%, kadar pati 54,70%, kadar
serat 6,59% dan kadar abu 7,39-8,90%. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada
jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk
ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah atau jahe sunti
Jahe merah/jahe sunti (Zingiber officinale var. amarum) memiliki rimpang dengan bobot
antara 0.5-0.7 kg/rumpun. Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis dan daging
rimpangnya berwarna merah jingga sampai merah, ukuran lebih kecil dari jahe kecil.
Diameter rimpang dapat mencapai 4 cm dan tingginya antara 5,26-10,40 cm. Panjang
rimpang dapat mencapai 12.50 cm. Jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki
kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibandingkan jahe kecil, sehingga cocok untuk
ramuan obat-obatan.
Akar yang keluar dari rimpang berbentuk bulat, berdiameter antara 2,9-5,71 cm dan
panjangnya dapat mencapai 40 cm. Akar yang dikumpulkan dalam satu rumpun jahe merah
dapat mncapai 300 gram, jauh lebih banyak dari jahe gajah dan jahe emprit.
Susunan daun terletak berselang-seling teratur, berbentuk lancet dan berwarna hijau muda
hingga hijau tua. Panjang daun dapat mencapai 25 cm dengan lebar antara 27-31 cm.
Kandungan dalam rimpang jahe merah antara lain minyak atsiri 2,58-3,90%, kadar pati
44,99%, dan kadar abu 7,46%.
Jahe merah memiliki kegunaan yang paling banyak jika dibandingkan jenis jahe yang lain.
Jahe ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional dan umumnya dipasarkan
dalam bentuk segar dan kering.
Bermawie et al., (2008) melakukan eksplorasi dan pengumpulan plasma nutfah jahe berbagai
tipe/keragaman yang ada di alam, terutama ras-ras lokal dari daerah pusat keragaman maupun
sentra produksi. Sampai tahun 1996 telah terkumpul 44 nomor koleksi dari berbagai tipe
(Tabel 1 ) yang sebagian besar berasal dari pengumpulan oleh donor/curator. Namun sebagian
besar nomor-nomor tersebut akhirnya hilang atau mati diantaranya akibat kurangnya
pemeliharaan dan serangan penyakit bakteri layu. Pada tahun 1997 kemudian dilakukan
kembali eksplorasi ke daerah sentra utama di Jawa Barat dan Jawa Tengah serta pengumpulan
informal oleh peneliti yang dinas ke daerah sehingga terkumpul 16 nomor jahe putih besar, 16
nomor jahe putih kecil dan 4 nomor jahe merah (Tabel 2).

Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

-5

Tabel 1.
Nomor-Nomor Koleksi Jahe Hasil Eksplorasi dan Koleksi dari Beberapa Daerah
Sebelum Tahun 1997
No.

Nomor koleksi

Nama lokal/daerah

1.
2.
3.
4.
5.
6.

001
002
003
004
005
006

Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe kecil

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023

Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe besar
Jahe besar
Jahe besar
Jahe besar
Jahe merah kecil
Jahe merah besar
Jahe merah
Jahe merah
Jahe merah
Jahe merah
Jahe merah
Jahe merah
Jahe besar
Jahe badak
Jahe badak

Ambon, Maluku
Cireundeu, Jawa Barat
Bogor, Jawa Barat
Cianjur, Jawa Barat
Sukabumi, Jawa Barat
Bengkulu
Bitung
Modoidang, Sulut
Cicurug, Jawa Barat
Bogor, Jawa Barat
Jasinga, Jawa Barat
Ternate, Maluku
Kota Bumi, Lampung
Ambon, Maluku
Cipanas, Jawa Barat
Malang, Jawa Timur
Simalungun, Sumut

24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.

024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035

Jahe badak purba


Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe kecil
Jahe putih
Jahe kapur
Jahe gajah
Jahe merah
Jahe kecil
Jahe badak
Jahe modoidang
Jahe putih

Simalungun, Sumut
Cipanas, Jawa Barat
Ambon, Maluku
Bengkulu
India
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Cireundeu, Jawa Barat
Pasir Madang, Jawa Barat
Pasir Madang, Jawa Barat
Minahasa, Sulut
Bitung

Sumber: Bermawie et al., 2003.

6 Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

Daerah asal
Cianjur, Jawa Barat
Cianjur, Jawa Barat
Bogor, Jawa Barat
Bitung
Ternate Maluku
Bacan, Maluku

Tabel 2.
Nomor-Nomor Jahe Hasil Eksplorasi dan Pengumpulan Mulai Tahun 1997
No.

Tipe jahe

Lokasi

Jumlah

Inisial Kurator

aksesi
1.

2.

3.

Jahe putih besar

Jahe putih kecil

Jahe merah

Garut

NB, NA

Cianjur

NB, NA

Sukabumi

HD, NB

Boyolali

NB, BM, HD

Salatiga

NB, BM, HD

Majalengka

HD, SKM, NB, NA

Sumedang

HD, NB, SF

Rejang Lebong

NB, NA, HM

Garut

NB, NA

Cianjur

NB, NA

Sukabumi

HD, NB

Boyolali

NB, BM, HD

Salatiga

NB, BM, HD

Majalengka

HD, SKM, NB, NA

Sumedang

HD, NB, SF

Karang Anyar

NB, NA, HM

Cianjur

HD, NB, NA

Sukabumi

HD, NB, NA

Magelang

SKM, NB, NA, HM

Bantul

NB, NA, HM

Sumber: Bermawie et al., 2003

Lebih lanjut Bermawie et al., (2008) mengemukakan agar plasma nutfah dapat dimanfaatkan
secara optimal, perlu dilakukan pembuatan klasifikasi koleksi kerja, identifikasi sumber/donor
sifat-sifat penting, memperbesar keragaman genetik untuk sifat-sifat tertentu, memperbesar
keragaman sifat agronomis pada populasi yang digunakan, mempelajari biologi bunga dan
sistem penyerbukan dari koleksi yang akan digunakan, mempelajari kesesuaian persilangan
intra dan antar disiplin, misalnya untuk evaluasi ketahanan terhadap cekaman lingkungan
biotik dan abiotik. Karakterisasi nomor aksesi plasma nutfah dari tiga tipe jahe utama meliputi
sifat morfologi, komponen hasil dan mutu (Tabel 3, 4 dan 5).

Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

-7

Tabel 3.
Keragaan Sifat Morfologi, Hasil dan Mutu Tiga Tipe Jahe
No.
1.

2.

3.

4.

5.

Bagian Tanaman

Jahe besar

Jahe kecil

Rimpang
Struktur
Warna (irisan)

Besar berlapis
Putih kekuningan-

Kecil berlapis
Putih kekuningan

Kecil berlapis
Jingga muda

Bobot/rumpun (kg)
Diameter (cm)
Tinggi (cm)
Panjang (cm)

putih kebiruan
0,18-2,08
8,47-8,50
6,20-11,30
15,83-32,75

-putih kebiruan
0,10-1,58
3,27-4,05
6,38-11,10
6,13-31,70

sampai merah
0,20-1,40
4,20-4,26
5,26-10,40
12,33-12,60

Akar
Diameter (cm)
Panjang (cm)
Bobot (kg)
Bentuk

4,22-5,83
9,43-24,80
0,02-0,03
Bulat

3,91-5,90
15,35-26,20
0,02-0,07
Bulat

2,49-5,71
17,03-39,23
0,07-0,34
Bulat

Batang
Tinggi (cm)
Jumlah
Warna
Bentuk
Sifat

55,88-81,38
8.60-10.30
Hijau muda
Bulat
Agak keras

41,87-56,45
14.80-32.70
Hijua muda
Bulat
Agak keras

34,18-62,28
13.76-17.53
Hijau kemerahan
Bulat kecil
Agak keras

Jumlah
Panjang (cm)
Lebar (mm)
Luas (mm)
Warna
Bentuk

Berselang-seling
Teratur
24,01-30,99
17,42-21,99
20,00-35,50
24,87-27,52
Hijau muda
Lanset

Berselang-seling
Teratur
20,37-29,03
17,45-19,79
22,40-32,60
14,36-20,50
Hijau muda
Lanset

Berselang-seling
Teratur
20,10
24,30-24,79
27,90-31,18
32,55-51,18
Hijau muda
Lanset

Mutu
Kadar atsiri (%)
Kadar pati (%)
Kadar serat (%)
Kadar abu (%)
Kadar air (%)
Kadar sari dalam air
Kadar sari dalam etanol

0,82-3,25
39,39-55,10
6,44-9,57
3,40-4,80
6,40-11,42
19,2-27,4
11,9-15,1

1,50-3,50
40,63-54,70
5,92-9,28
3,30-5,45
7,39-11,95
18,1-28,9
9,9-20,7

2,58-3,90
44,99
7,1-7,6
6,1-7,0
12,0
18,2-18,9
9,6-11,0

Daun
Kedudukan

Sumber: Rostiana et al.,(1991) ; Bermawie et al., (2003)

8 Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

Jahe merah

Tabel 4.
Penampilan Hasil Rata-Rata Bobot dan Tinggi Rimpang Tiga Jenis Tipe Jahe pada Berbagai
Lokasi dengan Ketinggian Berbeda
Tipe jahe/Lokasi

Bobot rimpang/rumpun (g)

Tinggi rimpang (cm)

Cikampek (85 m dpl)

1080

9.53

Cimanggu (240 m dpl)

670

11.10

Sukamulya (450 m dpl)

905

11.30

Cicurug (650 m dpl)

908

11.30

Manoko (1000 m dpl)

209

6.26

Gunung Putri (1200 m dpl)

180

6.20

Cikampek (85 m dpl)

780

9.52

Cimanggu (240 m dpl)

440

9.57

Sukamulya (450 m dpl)

740

9.73

Cicurug (650 m dpl)

1580

11.10

Manoko (1000 m dpl)

100

6.38

Gunung Putri (1200 m dpl)

110

7.89

Cikampek (85 m dpl)

490

7.62

Cimanggu (240 m dpl)

490

10.60

Sukamulya (450 m dpl)

1400

10.40

Cicurug (650 m dpl)

1170

7.03

Manoko (1000 m dpl)

200

5.26

Gunung Putri (1200 m dpl)

290

5.89

Jahe putih besar

Jahe putih kecil

Jahe merah

Sumber: Taryono et al. (1992) dalam Bermawie et al., (2003)

Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

-9

Tabel 5.
Rata-Rata Bobot Rimpang per Rumpun 18 Nomor Jahe pada Beberapa Lokasi
Asesi
JPB1
JPB2
JPB3
JPB4
JPB5
JPB6
JM1
JM2
JPK1
JPK2
JPK3
JPK4
JPK5
JPK6
JPK7
JPK8
JPK9
JPK10

Minimum (g)
Maximum (g)
Jahe putih besar
2100
325
1517
223
1470
128
1158
203
1547
248
1350
210
Jahe merah
223
1138
197
791
Jahe putih kecil
850
83
583
100
1333
117
700
50
700
108
733
83
850
83
817
133
800
217
812
117

Rata-rata (g)
592,7
575,7
537,6
544,4
596,9
520,8
412,9
371,9
372,4
305,3
333,2
402,5
413,5
336,7
253,0
370,3
437,9
398,3

Keterangan: JPB 13 lokasi, JPK 8 lokasi (kecuali JPK3 dan JPK7-3 lokasi) dan JM 3 lokasi
Sumber: Bermawie et al., 1999;2000;2001;2002, Hadad, 2000 dalam Bermawie et al., (2003)

Bermawie et al., (2003) menyimpulkan program perbaikan varietas melalui pemuliaan


terbentur pada rendahnya keragaman genetik jahe. Upaya peningkatan keragaman genetik
melalui eksplorasi ke berbagai daerah menghasilkan 44 nomor aksesi, namun nomor tersebut
hilang akibat kurang rutinnya rejuvensi dan serangan penyakit layu bakteri. Eksplorasi
lanjutan menghasilkan 36 nomor, diantaranya terpilih sebagai nomor harapan yang merupakan
bahan untuk menghasilkan varietas unggul.
Analisa keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar aksesi plasma nutfah berdasarkan
sifat morfologi dan mutu menggolongkan jahe kedalam tiga tipe utama, yaitu jahe putih besar,
jahe putih kecil dan jahe merah. Analisa keragaman menggunakan marka molekuler AFLP
menghasilkan keragaman genetik jahe sangat rendah dengan indeks keragaman 0,22. Jahe
putih kecil memiliki keragaman genetik yang lebih luas (0,26) dari pada jahe putih besar
(0,08). Pembagian jahe ke dalam tiga kelompok berdasarkan analisa molekuler tidak begitu
tegas, tidak sejalan dengan pembagian berdasarkan sifat ukuran dan warna rimpang.

10 Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe

Das könnte Ihnen auch gefallen