Sie sind auf Seite 1von 2

Menurut Nursalam (2006) Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang

berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal).
Menurut Brunner & Studdarth (2002), gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu
mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal
dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asambasa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari
berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.
Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang
mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup
bergantung pada cuci darah. Sementara itu, di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 70.000
penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan cuci darah (Siswono, 2008). Kasus gagal
ginjal di Jawa Tengah yang tertinggi adalah kota Surakarta 1497 kasus (25.22 %) dan yang
kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742 kasus (12.50 %) (Dinkes Jateng, 2008). Di
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan untuk kasus gagal ginjal kronik pada tahun 2009
sebanyak 139 kasus.
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menakutkan bagi sebagian masyarakat,
karena pasien harus menjalani cuci darah (hemodialisa) sebagai salah satu pengobatannya.
Pasien yang menjalani tindakan hemodialisa lebih dari 20 kali seringkali mengalami
kecemasan karena halhal berikut ini yaitu masalah akses vaskuler, lamanya tindakan
hemodialisa dan akibat yang dirasakan saat hemodialisa berlangsung seperti kram otot,
hipotensi, sakit kepala, mual, muntah dan nyeri dada (Situmorang, 2007). Penyakit gagal
ginjal kronik dapat juga menimbulkan beberapa dampak antara lain dampak fisik, dampak
sosial dan dampak psikologis yaitu kecemasan. Dampak psikologis yang dirasakan pasien
seringkali kurang menjadi perhatian bagi para dokter ataupun perawat. Pada umumnya,
pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan
kondisi psikologis pasien seperti kecemasan dan depresi (Canisti, 2008).
Enam negara dunia dengan penduduk melebihi 50% penduduk dunia adalah Cina, India,
USA, Indonesia, Brazil dan Rusia, tiga negara terakhir termasuk negara berkembang dimana
penyakit ginjal kronik tentunya ada tapi tidak dapat ditanggulangi secara baik karena
terbatasnya daya dan data. Prediksi menyebutkan bahwa pada tahun 2015 tiga juta penduduk
dunia perlu menjalani pengobatan pengganti untuk gagal ginjal terminal atau End Stage
Renal Disease (ESRD) dengan perkiraan peningkatan 5% per tahunnya(Roesma, 2008).
Menurut WHO penyakit gagal ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000
kematian setiap tahunnya. Hal ini menyatakan bahwa penyakit gagal ginjal kronik
menduduki peringkat ke -12 tertinggi angka kematian atau angka ke-17 angka
kecacatan,hingga tahun 2015 WHO memperkirakan sebanyak 36 juta orang di dunia
meninggal akibat gagal ginjal kronik

Das könnte Ihnen auch gefallen