Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BUKU KENANGAN
50 TAHUN RP
BUKUTAHUNAN
50 TAHUN
SMA REGINA PACIS
BOGOR
new identity
VISI
DAN
MISI
visi
misi
norma
perilaku
C ollaboration
new identity
APA MAKNA
DI
BALIK SIMBOL?
arti nama
sekolah
bentuk
dan warna
lambang
daftar isi
EDISI 1/2005
new identity
simak visi dan misi RP yang baru, semboyan care yang
menjadi tagline RP dan simak arti di balik logo baru RP
kata sambutan
sambutan dari para pengurus, sponsor dan pengayom
acara ini
pestanya kita
lebih lengkap mengenai perayaan reuni 50 tahun SMA RP
Bogor, termasuk susunan panitia dan denah
sekilas pandang
bagaimana perjalanan SMA RP dari dulu sampai sekarang,
baik dari sejarah institusi/yayasan, gedung dan
manusianya
in memoriam
Sr. Bernice bukan hanya pengajar, tetapi sudah seperti ibu
bagi kami
rubrik forum
cerita mengenai alumni, murid, guru dan pengurus SMA RP
dan prestasi apa saja yang telah dicapai
kolom kita
setelah ini semua berlalu, akan kemanakah kita
selanjutnya melangkah?
foto-foto kenangan
suasana dan kenangan saat berada di SMA RP
4
11
15
18
24
28
80
86
88
timbuku50tahunsmarp
Koordinator Editor Patricia Bachtiar, Sibarani Sofian
Editor FX Puniman, Ratna Agustine, Arini Suryokusumo
Tim Reporter Anggraeni Yunita (koordinator), Adella Rosanna,
Antoniasty Eka Pupi, Ariane Oktaviani Putri, Irvan Aditya Pratama,
Novianna Liauwan, Novi Tandria, Renaldo Prima, Rieke Andriani,
Sheila Gunawan, Siksta Alia, Ursula Tania, Yohana Mesiana
Desain Grafis Andi Tanudiredja, Sibarani Sofian
www.
reginapacis
.net
www.reginapacis
reginapacis.net
email: sekretariat
@alumni.reginapacis.net
sekretariat@alumni.reginapacis.net
BUKU KENANGAN 50 TAHUN REGINA PACIS I
Nama Wakil
Angkatan
dan
E-mailnya
sekretariat@alumni.reginapacis.net
58-61. Tetje Jusdi - 62-63. Taufik (Yan Lie) 62-63. Lanny Hartono 65. Nurhayati
- 65. Sjamsidar Isa (tjammy_fashion@yahoo.com) 64. Leany Harsa - 64. Tati Kurdiati
64. Mansur Brata 66. Richard Haniman (rh.haniman@gmail.com) 67. Sonia Susanto
(L9915fm@indo.net.id) 67. Yudistira (yuditea_67@yahoo.com) 68. Musye 69.
Amie (amie.budiarto@itu.int) - 70. Evelyn T.H. 71. Itje Sri Rejeki (itje@semencibinong.com) 72. Megawati Lie Gin Hoa (megawati_solihin@hotmail.com) 73. Hidayat
(ngesti_yung@yahoo.com) 73. Lani Sunjaya 73. Sweety (sweety@starhub.net.sg)
74. Linda Darmawijaya (linda_darmawidjaja@goodyear.com) 75. Abi Jabar
(abi.jabar@kartasasmita.com) 76. Deby 76. Diana (jantog@cbn.net.id) 75. Chandra
Widodo (chandra@bisnis.rekayasa.co.id ) 77. Herry Safari (herry@tritech-consult.co.id
77. Nurmala (roryph@indo.net.id) 79. Nanette (nherawati@hotmail.com) 79. Yemima
Mariana (yms@indo.net.id) 80. Hardy Gunawan (andi.hg@talita.net) 81. Johanes
Surayanata (islandboy7788@yahoo.com) 81. Willy (willy.wooribank@gmail.com) - 83.
Henny Pingkan Matindas (pingkan@matindas.com) 83. Dudi (dudi_jo@yahoo.com)
83. Patricia Bachtiar (pbachtiar@attglobal.net) 84. Rikie Wijaya (Rikie@fim.co.id) 84.
Sekar Sari Prawira (sutrisar@indo.net.id) 85. Kusnanda S (kusnanda@inn.bppt.go.id)
85. Fanda Berlina (berlina@awp.component.astra.co.id) 85. Iwan Ahnan
(ahnan@cbn.net.id) 86. Daisy (daisybimo@headlinedesign.com) 86. Dessi Rajino
Situmorang (rogabes@yahoo.com) 87. Baso (baso.ririn@telkom.net) 88. Agung Dhoni
(agungdhoni@yahoo.com) - 90. Karen Kaurrany (karen_kaurrany@bca.co.id) 90. Magda
Rumawas (mrumawas@indo.net.id) 90. Anton (anton.susanto@sea.ccamatil.com)
91. Johan (litlgreenman@cbn.net.id) 92. Kukuh Ariyuswanto (kukuh-a@indo.net.id)
93.
Sibarani
Sofian
(sangradja@yahoo.com)
(sofians@edaw.com.hk)
94.
Lia
93.
Irendra
(lia@iconpln.net.id)
Radjawali
94.
Prima
kata sambutan
D ARI D IREKTUR
S EKOLAH RP
Puji dan syukur atas rahmat dan berkat Tuhan, acara HUT Emas 30 31 Juli 2005
dapat berjalan lancar. Reuni alumni SMA secara besar-besaran baru pertama kali dillaksanakan di Kompleks
Sekolah. Tanpa terasa SMA memasuki usia 50 tahun. SMA sudah menghasilkan ribuan alumni dari 47
angkatan, yang tersebar di mana-mana.
Merupakan suatu kebanggaan kita bersama, bahwa Sekolah Regina Pacis Bogor masih diakui
keberadaannya oleh masyarakat dan kita semua, Keluarga Besar Sekolah Regina Pacis. Tentu ini karena
dukungan dari berbagai pihak, baik dari pihak internal maupun pihak eksternal. Karena di dunia ini sebuah
karya mustahil diwujudkan dengan kesendirian, oleh karenanya lingkungan kita penuh dengan metafora
hubungan dan interaksi.
Sekolah Regina Pacis merupakan bagian karya bidang pendidikan para Suster Fransiskus Misionaris
Maria (FMM). Beberapa Suster FMM, di antaranya Sr. Goede Herder, FMM, tanggal 1 Agustus 1949 memulai
karya pendidikan TK, SD, SMP dan SKP. Sedang SMA dimulai beberapa tahun kemudian, tepatnya 1 Agustus
1955. Kala itu Sekolah diurus oleh Sr. Bernice, FMM dan hanya menerima murid putri saja. Mungkin
masih banyak alumni yang mengingat namanya, terutama alumni antara tahun 1950 sampai 1970-an. Dan
di jaman tersebut jumlah siswa SMA masih sedikit, sehingga antar siswa dan para Suster serta guru bisa
saling mengenal dengan baik. Cara berelasi antara siswa dan guru sangat berbeda dengan masa kini
yang jumlah siswa SMA lebih dari 800 dengan didukung oleh 50 orang tenaga pengajar.
Sejak awal mula SMA didirikan sampai saat ini, para pengelola Sekolah punya cara tersendiri untuk bisa
mempertahankan mutu dan kemajuan sekolah. Dukungan dan sumbangan pemikiran, serta masukan
para alumni sangat dibutuhkan untuk kemajuan Sekolah Regina Pacis di masa depan. Tetapi tentunya
hanya pihak internal sekolah yang akan menjalankan kebijakan sekolah.
Dengan peluncuran Visi dan Misi Sekolah pada Desember 2004, sekolah sudah mempunyai gambaran
yang jelas ke depan. Meski tantangan ada di depan mata dengan hadirnya sekolah-sekolah nasional
plus. Nilai-nilai universal menjadi bagian yang penting dari pendidikan di sekolah ini. Nilai-nilai universal
Collaboration, Accountability,
tersebut ada dalam Visi dan Misi sekolah serta Norma perilaku CARE (C
Responsiveness, Efficiency). Termasuk dalam nilai universal dalam Visi dan Misi Sekolah seperti misalnya:
kejujuran, mengasihi, memelihara alam ciptaan, mencari kebenaran, memperjuangkan keadilan, membawa
perdamaian, dan lain-lain.
Berkumpulnya para alumni pada acara reuni tentunya sudah ditunggutunggu. Maka perlu kiranya, saat-saat indah itu dinikmati bersama-sama
dan digunakan sebaik-baiknya. Jalinan rasa simpati dan saling pengertian
membangun jembatan menuju kehidupan yang baik. Bernostalgia dalam
kebersamaan, mencoba menggapai masa lalu yang teramat indah untuk
dilukiskan, kenangan manis masa-masa di SMA.
Kerja keras panitia membuahkan hasil, meski halangan dan rintangan selalu
menghadang, tetapi berkat niat baik dan semangat kerja tanpa pamrih,
akhirnya bisa kita nikmati hasil jerih payah mereka. Dan hal ini patut
disyukuri dan dirayakan.
Dengan semangat Ibu Pendiri FMM Marie de la Passion Ad Veritatem per
Charitatem mencari kebenaran melalui cinta kasih, saya ucapkan SELAMAT
BEREUNI, Tuhan memberkati kita semua.
Sr. E.M. Cecilia Hartati, FMM, SPd.
Direktur Sekolah Regina Pacis Bogor
REGINA PACIS VOLUME 1 TAHUN 2005 I
11
kata sambutan
kata sambutan
Bermula dari suatu
DARI
mendengar kabar dari salah seorang pengisi acara, yang rupanya juga alumni SMA Regina Pacis, bahwa
SMA tempat kita pernah menimba ilmu mendekati usia 50 tahun. Segeralah timbul gagasan bahwa
kesempatan langka ini perlu diperingati, khususnya oleh para eks siswa. Pertemuan pertama segera
digelar dengan mengundang berapa wakil angkatan. Untuk menjajaki tanggapan dari semua eks siswa,
rencana awal telah disebarluaskan melalui Internet dan hasilnya sangat menggembirakan... Pertemuanpertemuan berikutnya melibatkan lebih banyak lagi wakil angkatan, sampai pada akhirnya kami atas
nama eks siswa SMA Regina Pacis Bogor bersepakat untuk merayakan ulang tahun emas yang akan
jatuh pada bulan Agustus 2005.
Atas restu dari Suster EM Cecilia Hartati, FMM, S.Pd., sarana sekolah dapat digunakan untuk persiapan
dan perhelatan akbar ini. Selanjutnya, serangkaian pertemuan yang lebih intensif dilaksanakan dan acara
dan kepanitiaan mulai tersusun. Ruang Sekretariat Panitia mulai sibuk, milis bertambah semarak menjelang
hari H. Dalam rapat-rapat tampak sekali bahwa semua anggota panitia, wakil angkatan, dan alumni pada
umumnya, ingin berbuat sesuatu untuk almamaternya. Kesalahpahaman dan pertengkaran mewarnai
diskusi-diskusi kami. Inilah dinamika, dan semua dapat menghadapinya dengan baik.
Puji syukur, rencana perayaan ulang tahun emas 50 tahun SMA Regina Pacis dan reuni akbar ini dapat
kita wujudkan bersama pada tanggal 30 dan 31 Juli 2005. Keberhasilan untuk mewujudkan perayaan
emas ini jelas merupakan kerja bersama di antara anggota Panitia Pelaksana yang dipimpin Sdr. Anang
Gunawan dan dari pihak sekolah yang dipimpin oleh Ibu MR Astuty. Untuk itu, saya atas seluruh anggota
Panitia Pengarah dan atas nama pribadi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya.
Tidak lain harapan kami agar perayaan dapat berlangsung meriah dan tertib, dan buku kenangan ini
menjadi rekaman yang dapat kita gunakan sebagai kilas balik dan evaluasi diri di mana posisi kita sekarang
...
Terima kasih SMA Regina Pacis.
Semoga Tuhan selalu membekatimu dan semua eks siswamu.
13
kata sambutan
Anang Gunawan
Alumnus 1984
Ketua Panitia HUT Emas SMA Regina Pacis Bogor
konsep reuni
W ACANA
15
17
sekilas pandang
FRANSISCAN MISSIONARIES
OF
MARRY
sekilas pandang
Pada tahun 1865, ketika masih menjadi seorang
novis, Maria dari Passion menjalankan tugas
misionaris di negeri India. Tak lama kemudian, ia
pun dipercaya menjadi provincial superior bagi tiga
biara Reparatrix. Dengan bimbingannya, karya
penyebaran injil semakin berkembang. Maria dari
Passion pun dapat menciptakan kedamaian di
antara komunitas Reparatrix.
Pada tahun 1876, Maria dari Passion dan sekitar 20
orang biarawati lainnya memutuskan untuk
memisahkan diri dari Serikat Maria Reparatrix. Hal
ini dipicu berbagai ketegangan yang sulit teratasi,
ditambah kondisi saat itu dimana komunikasi
dengan para superior di Eropa sulit untuk dilakukan.
Pada tahun 1876, Maria dari Passion dan sekitar 20
orang biarawati lainnya memutuskan untuk
memisahkan diri dari Serikat Maria Reparatrix. Hal
ini dipicu berbagai ketegangan yang sulit teratasi,
ditambah kondisi saat itu dimana komunikasi
dengan para superior di Eropa sulit untuk dilakukan.
Pada tahun 1877, Maria dari Passion menemui Paus
Pius IX yang kemudian menyetujui berdirinya
lembaga yang baru, Missionaries of Mary. Pada
tahun 1882, dengan anjuran Paus Leo XIII,
Missionaries of Mary bergabung dengan ordo
Franciscan, sehingga kemudian dikenal sebagai
Franciscan Missionaries of Mary (FMM). Akhirnya,
setelah berpuluh-puluh tahun kemudian, Maria dari
Passion menemukan kembali semangat Santo
Franciscus yang memesonanya.
Perjalanan kelompok misionaris yang baru ini pada
awalnya tidaklah mudah. Namun demikian , para
biarawati ini berkelana dan hidup di seluruh penjuru
dunia. Hidup mereka bercirikan kegembiraan,
kemiskinan, kesederhanaan, kekeluargaan dan
penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Ketika
Maria dari Passion meninggal pada tahun 1904, dia
telah memulai berdirinya lebih dari 80 biara di
seluruh dunia. Saat itu ada sedikitnya 3000 orang
biarawati. Wanita muda dari berbagai negara telah
bergabung ke dalam FMM yang berkembang
dengan pesat. Sejak berdirinya, para biarawati FMM
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan
suku bangsa menjalankan tugas misionaris
bersama-sama. Universalitas menjadi ciri khas FMM.
F RANSISCAN M ISSIONARIES
OF
M ARRY
19
sekilas pandang
SEKARANG
sekilas pandang
mengalami pasang surut terus
dan tidak pernah mencapai
keseimbangan antara jumlah
guru tetap dengan jumlah
kelas dan jumlah murid.
Jumlah tenaga tetap belum
pernah mencapai 8 orang.
Tetapi berkat ketekunan dan
kerja sama yang baik, tingkat
kelulusan ujian negara siswa
SMA RP selalu mencapai 100%.
Hasilnya, sejak tahun 1971
SMA RP berhak mengadakan
ujian sekolah sendiri. Ini
merupakan kebanggaan
tersendiri, karena SMA RP
merupakan SMA swasta
pertama di Jawa Barat yang
diberi hak menyelenggarakan
ujian sekolah, seperti halnya
SMA Negeri.
Sejak tahun 1971 SMA
Regina Pacis mendapat
tambahan tenaga-tenaga tetap
yang berdedikasi tinggi,
seperti Bapak A. Y. Sukarno,
Bapak Imam Supeno, dan lainlain. Tingkat keseimbangan
antara jumlah guru tetap dan
jumlah kelas dan murid
semakin nyata. Tahun 1972,
kepimpinan sekolah
diserahkan kepada Sr.
Fransisca, FMM. Pada tahun
tersebut, SMA RP semakin
lengkap dengan berdirinya
laboratorium fisika, kimia,
biologi, dan keterampilan
mengetik.
Tahun 1974, kepimpinan
sekolah diserahkan kepada
Bapak Suherlan. Jumlah kelas
saat itu adalah 14 kelas, dengan
3 jurusan yaitu jurusan Sosial,
Pasti, dan Alam. Di bawah
kepimpinannya, Bapak Suherlan
berhasil mengangkat kembali
SMA Regina Pacis untuk
menyelenggarakan ujian
sekolah lagi.
Tahun 1977, Bapak
Suherlan mengundurkan diri
sebagai kepala sekolah dan
kepimpinan sekolah
diserahkan kepada Bapak A. Y.
Sukarno. Mulai saat ini,
keseimbangan guru tetap
dengan jumlah kelas telah
tercapai. Kantor Tata Usaha
dan pegawainya pun telah ada.
Kemajuan SMA RP semakin
terpacu, dan pada akreditasi
1984, SMA RP memperoleh
predikat Disamakan. SMA RP
merupakan satu-satunya SMA
swasta di Bogor yang
memperoleh predikat tersebut.
Sejak tahun 1971, SMA RP
telah menempati gedung
sendiri, yaitu bekas gedung SD.
Para siswa pun masuk pagi.
Tetapi, dari tahun ke tahun
jumlah peminat SMA RP
semakin meningkat, sehingga
gedung ini pun akhirnya tidak
lagi memadai. Renovasi gedung
SMA RP dimulai pada bulan
Agustus 1988 selama 1 tahun.
Akhirnya, pada tanggal 8
SEKARANG
SMA 3pp1
REGINA PACIS VOLUME 1 TAHUN 2005 I
21
sekilas pandang
erdirinya gedung
sekolah Regina Pacis
sebenarnya dirintis
oleh para suster
Ursulin, tepatnya
pada tanggal 10 Juni 1909.
Pembangunan gedung yang
terdiri dari 2 lantai itu selesai
pada tahun 1925. Pada tahun
1940-an, sekolah Regina Pacis
terdiri dari sekolah Taman
Kanak-kanak (TK), HIS (Holland
Indonesische Schol) yang
setingkat SD, poliklinik, asrama
puteri, dan tempat penitipan
anak-anak yatim piatu. Pada
tahun 1942, gedung Regina
Pacis diambil-alih oleh tentara
pendudukan Jepang dan
dijadikan markas Kempetai.
Banyak suster Ursulin yang saat
itu menderita siksaan Kempetai.
Pada bulan Agustus 1955, para
suster FMM dengan dukungan
Uskup Nicholas, OFM, Uskup
Bogor yang pertama,
mengambil-alih pengelolaan
sekolah Regina Pacis. Selain
fungsi-fungsi sekolah (panti
asuhan, TK, SD, asrama puteri
dan guru) yang sebelumnya
sudah ada, para suster FMM
juga mendirikan Sekolah
DIMANA KITA
23
in memoriam
in memoriam
Berikut kenangan Sr. Nancy Cabral, FMM
tentang Sr. Bernice:
I first met Sister Berenice Moreau when I stayed in
our St. Anthony convent in Fall River, Masschusetts.
She was at the time the coordinator (superior) of
the community. When I was preparing for my final
vows ceremony in St. Anthony of Padua Church in
the city, she greeted with open arms and anything I
wanted she was willing to do or have done.
Unassumingly she did not want any duty in the
ceremony and was happy when the other sisters in
the house were asked. The ceremony went very well
with the help of Sister Berenice. The next time our
paths crossed was in Pawtucket, Rhode Island. She
was chosen to be coordinator of our St. John the
Baptist community. She came from St. Louis, MO, with
her lovely dog Dasha.
Their love for each other was evident that when
Dasha died Berenice was heartbroken. She loves all
animals and creation. Once could find her working in
the garden in our courtyard caring for the roses that
one of the other sisters had planted. She suffered
greatly from her legs and her hands would hurt with
arthritis. When it was her turn to cook we knew that
we would have a delicious American or Indonesian
meal. She would not stop from the time she got up
in the morning until she went to bed. She welcomed
visitors and showed them great Fanciscan hospitality.
Bernice was a person who did not like to hurt others
and if she realized someone in the community was
discourage or unhappy she would sist and talk with
the sister. She loved making jigsaw puzzles,
crossword puzzles, playing the keyboard or the
accordion. She would usually play her accordion
when everyone was at a mass. She played very well
but did not want to disturb anyone.
akhirnya kembali ke Pawtucket, Rhode Island, tanah
kelahirannya, tempat di mana ia pun menghembuskan
napas terakhirnya.
Sr. Bernice meninggal pada tanggal 28 April 2004,
setelah mengalami stroke. Kepergiannya diikuti
kesedihan anggota komunitasnya yang sangat,
karena Sr. Bernice selalu menjadi saudara dan teman
yang baik. Sr. Bernice dimakamkan pada tanggal 4
Mei 2004, pada hari di mana ia seharusnya merayakan
pesta hari ulang tahunnya yang ke 79.
S R . B ERNICE , FMM
(1925 - 2004)
SISTER RITA MARIE
"SISTER BERENICE" MOREAU
- North Providence SISTER RITA MARIE "SISTER
BERENICE" MOREAU, FMM,
78
78, of the St. John the Baptist
Community, Pawtucket, coordinator of the Franciscan Missionary of Mary community, died
Wednesday in Rhode Island Hospital, Providence.
Born in Pawtucket, she was the daughter of the
late Charles and Vitaline (Dupuis) Moreau. Sister
Moreau entered the Institute of the Franciscan
Misionaries of Mary, at Holy Family Novitiate, Fruit
Hill, on June 12, 1945, pronounced her first vows
Dec. 15, 1947, and her final vows Dec. 15, 1951.
She graduated from Emmanuel College, Boston, and
studied at Lumen Vitae Pastoral Institute at Louvain
School of Theology, Brussels, Belgium, and the University of Mons Faculty of International Interpreters.
A linguist, she was proficient in English, French, Spanish and Indonesian.
She was missioned to Indonesia in 1952, teaching
in Regina Pacis High School, Bogor, becoming principal in 1955, and remained there until 1972. She
had also been a Girl Scout troop leader.
In 1973, she was a professor of religion and ethics,
and chaplain to the students at the University of
Indonesia Teachers College, and the University of
Tri Sakti.
Sister Moreau later became the administrator of
Shalom House of Retreats, in Sindanglaya, Java, Indonesia, before returning to this country in 1981.
She was missioned to the Navajo Indians in St.
Michael's, Ariz., and had also worked in Franciscan
Missionaries of Mary Communities in San Francisco,
New York, Fall River, Natchez, Miss., and St. Louis.
She leaves three nephews, Charles, Paul and Richard Moreau; and a grandnephew.
A Mass of Christian Burial will be celebrated Tuesday at 11 in Holy Family Chapel, 399 Fruit Hill Ave.
Burial will be in Holy Family Cemetery on May 4th.
25
in memoriam
ALUMNUS
ROZA SJAMSOEED
1983 (1965 - 2004)
in memoriam
A TRIBUTE TO OUR DEAREST ROZA
SJAMSOEOED SADJAD
Oleh:
Sri Ismawati, Ita Radjino,
dan Chandra Surya (Acong)
.. Hati yang bahagia tersentak sketika
Malapeta seakan mengglimang
Berita mengglegar aku terima
Kekasih berpulang tuk selamanya
Hancur luluh rasa jiwa dan raga
Tak percaya tapi nyata ..
(cuplikan dari lagu Bing karangan Titiek Puspa)
Sejalan dengan waktu, kenangan pun berlalu
Manis, pahit, susah, senang bergalau jadi satu.
Roza Sjamsoeoed Sadjad ..
Satu dari sekian banyak mutiara dalam untaian
kenangan yang indah.
Sama-sama di SMP dan SMA Regina Pacis Bogor
Teringat sosok mungilnya yang berkacamata dan
berambut ikal
Teringat senyumnya yang manis
Teringat komentar centil dan judesnya
Teringat gurauan-gurauan dan ejekan-ejekan kami
terhadap satu sama lain
Teringat masa-masa tertawa bersama
Teringat sama-sama stres mempersiapkan diri untuk
quiz mencongak untuk bisa masuk lab kimianya Pak
Wendy
Teringat sama-sama membedah kelinci di lab biologi
Teringat kebaikan hatinya untuk meminjamkan catatan
kalau kami tak cukup menyimak penjelasan guru
Betapa manis semua itu untuk dikenang sekarang
Tak ada satupun kenangan pahit maupun susah
bersama Roza
Yang ada rasa tak percaya dan sedih sewaktu
mendengar Roza telah dipanggil menghadapNya
Doa dan hanya doa yang bisa dipanjatkan ke
hadiratNya
Semoga Allah mengampuni segala kesalahan, segala
silap, segala dosa Roza
Semoga Roza diterima di sisiNya
Semoga kita yang ditinggalkan dapat mencontoh
segala kebaikan Roza
REGINA PACIS VOLUME 1 TAHUN 2005 I
27
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
Tahun pertama hanya terdiri dari 1 kelas dan satu jurusan yaitu jurusan
C dan semua siswanya perempuan. Tahun ajaran 1956/1957 dibuka
juga jurusan B dan siswanya mulai campuran . Sampai tahun ajaran
1957/1958 hanya terdiri dari dua jurusan yaitu B dan C. Saat itu belum
ada guru tetap serta tata usahanya, semuanya ditangani oleh Suster
Berenice FMM.
Suster Berenice FMM, yang mulai merombak tradisi sekolah RP yang
semula muridnya hanya perempuan kemudian menerima siswa lakilaki meski SMP nya masih tetap perempuan. Sementara tenaga
pengajarnya awalnya adalah mahasiswa Fakultas Pertanian UI (waktu
itu belum menjadi IPB) yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia (PMKRI)., kata Bpk Harjadi.yang menjadi
guru di SMA RP tahun 1955 1958 dan 1962 1964.
Ibu Sri Setyati mengaku menjadi guru di SMA RP diajak Bpk Harjadi.
Dia yang menarik-narik saya untuk bergabung menjadi guru di SMA
RP, kata Bu Setyati , yang dikenal sebagai guru besar emeritus Ilmu
Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, dan menjadi guru RP tahun 1958
1960 dan 1962 1964.
Selain menyenangkan dapat honor, mengajar di SMA RP menjadi
kebanggaan tersendiri bagi pasangan Harjadi dan Sri Setyati yang
dikarunia 4 anak ini. Murid-muridnya cerdas dan prestasinya cukup
menonjol. Sehingga tidak minder menjadi pelajar SLTA swasta
ditengah-tengah pelajar SMA Negeri. Berkat jiwa kepemimpinan
Suster Berenice , disiplin dan kejujuran menjadi melekat pada pelajar
SMA RP, kata Bpk Harjadi maupun Ibu Setyati.
29
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
BAPAK AJ RAJINO
Kepala Sekolah (1959 1965)
Dr Ir AJ Rajino (74) adalah guru tetap pertama dan sekaligus menjadi
Kepala Sekolah SMA Regina Pacis pada tahun ajaran 1959/1960
menggantikan Pater RM Tjipto Mangun Koesumo, Pr. Dia saat itu, adalah
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Pertanian Univesitas Gajah Mada
Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian untuk skripsinya di
berbagai lembaga penelitian di Kota Bogor.
31
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
33
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
A. Y. SOEKARNO
Kepala Sekolah Periode 1978 - 2001
Bapak 3 anak yang bernama lengkap A. Y. Soekarno ini pertama kali
mengajar di SMA Regina Pacis Bogor tahun 1971, sebagai guru Bahasa
Indonesia. Tahun 1975-1977 beliau menjabat sebagai Wakil Kepala
Sekolah SMA Regina Pacis Bogor dan bulan Januari 1978 sampai bulan
Juni 2001 beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA RP Bogor.
Menjadi guru merupakan cita-cita beliau sejak beliau duduk di bangku
Sekolah Dasar. Untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru itu maka
setelah tamat SMP beliau melanjutkan ke sekolah guru yaitu SGA
Katolik Santo Bernardusdi Madiun, Setelah tamat SGA beliau kuliah di
IKIP Widya Mandala Mandiun dan lulus tahun 1965. Lulus dari IKIP Widya
Mandala Madiun, mulai tanggal 14 September 1965 beliau mengajar
di SMA Strada St Thomas Aquino Tangerang. Mulai Januari 1967
sampai dengan Desember 1970 beliau menjabat sebgai kepala
sekolah.
Waktu bekerja di SMA Strada St Thomas Aquino ini beliau mengajukan
lamaran ke SMA Regina Pacis Bogor. Ternyata pengelola yayasan yang
menaungi SMA Regina Pacis Bogor sama dengan pengelola yayasan
yang menaungi SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang yaitu
orda FMM. Lamaran Pak Karno untuk menjadi guru SMA Regina Pacis
Bogor diterima, dan mulai Januari 1971 Pak Karno Menjadi guru SMA
Regina Pacis Bogor
Di tahun pertama beliau mengajar di SMA Regina Pacis, beliau merasa
heran karena anak begitu tidak tertib dengan banyaknya anak-anak
yang pergi ke WC pada saat bel masuk sudah berbunyi. Padahal saat
beliau masih mengajar di Strada Santo Thomas Aquino, sebelum
masuk kelas anak-anak harus berbaris di serambi kelas, menanti
kehadiran guru untuk masuk kelas. Keadaan ini berbeda sekali dengan
SMA Regina Pacis sehingga awalnya beliau merasa tidak kerasan
bekerja di SMA Regina Pacis. Pernah juga ada anak yang memotret
beliau saat beliau sedang mengajar. Tapi lama kelamaan beliau akhirnya
kerasan kerja di SMA Regina Pacis Bogor.
Beliau becerita kalau dulu anak-anak mengadakan perpisahan kelas
guru-guru pasti diundang dan biasanya perpisahan tersebut diadakan
di rumah siswa. Saat menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA Regina
Pacis, beliau sempat melarang siswa mengadakan perpisahan di luar
sekolah karena beliau tidak ingin memberikan kesan memamerkan
kekayaan terhadap warga masyarakat yang berkekurangan. beliau
ingin menghormati orang-orang di luar juga. Perpisahan itu juga selalu
diadakan pada pagi hari.
Dulu di SMA Regina Pacis setiap tahunnya selalu diadakan Pentas
Seni ke Ancol. Namun pentas seni ini juga sempat diprotes oleh
orang tua murid. Karena orang tua murid ada yang tidak setuju kalau
pentas seni diadakan di Ancol. Tapi karena memang namanya Pentas
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
35
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
TAUFIK ISMAIL
Sastrawan
Guru Bahasa Indonesia (1963 1965)
Tak lama setelah kelulusannya dari Fakultas Kedokteran Hewan dan
Peternakan (FKHP) dari Universitas Indonesia pada tahun 1963, Bapak
Taufik Ismail yang kala itu sedang gencar-gencarnya menggeluti dunia
jurnalisme akhirnya mau diajak bekerja oleh seorang temannya, F.G.
Winarno untuk mengajar di SMA Katolik Regina Pacis Bogor. Namun
jalan yang dilaluinya tak semulus harapannya. Cap Manikebu yang
terpahat pada namanya telah menimbulkan banyak kontroversi di
hampir seluruh daerah Indonesia, termasuk di Kota Bogor. Manifes
Kebudayaan yang merupakan pemberontakan para sastrawan
mengenai pelarangan buku-buku Barat untuk masuk ke Indonesia telah
menjadi anak panah yang sungguh tajam terhadap dirinya.
Sekejap semua angan-angan dan karirnya hancur, kehidupannya
terancam. Orang-orang yang ikut ambil bagian dalam Manikebu
tersebut dikejar-kejar, bahkan tak sedikit dari mereka yang berstatus
pegawai negeri dipecat oleh negara. PKI dan Bung Karno yang kala
itu secara terang-terangan menentang habis-habisan Manikebu
menjadi jawaban akan semua itu. Saat itu beliau hidup di bawah
tekanan dan cekaman dari pemerintah yang tak segan-segan
mengambil nyawanya kapan saja dan dimana saja. Kekhawatirannya
memuncak saat kediamannya di Jl.Bubulak 4 (sekarang Jl.
RE.Martadinata) ditempeli berbagai poster yang mengecam dirinya.
Untuk menghapus jejaknya dari oknum-oknum tersebut, dengan hanya
berbekal sarung Bugis, sikat gigi dan sedikit uang, Pak Taufik Ismail
hidup berpindah-pindah.
Ketika ditemui di rumahnya di Jl. Utan Kayu Raya No. 66-E, Jakarta,
Pak Taufik Ismail dengan gembira mengenang masa ketika beliau
menjadi guru Bahasa Indonesia di SMA Regina Pacis Bogor. Suatu
ketika, beliau sedang asyik mengajar, tiba-tiba datanglah
serombongan anak-anak SMA swasta di Paledang yang menuntut agar
dirinya dipecat. Alasannya adalah beliau Manikebu, kontrarevolusioner, dan merupakan antek neokolonialis yang meracuni
generasi muda dengan menyebarkan pengaruh. Di luar dugannya, Sr.
Bernice, yang kala itu bertindak sebagai Ibu Asrama, menerima
rombongan siswa SMA tersebut. Bule berasal Amerika yang fasih
berbahasa Indonesia dengan sedikit logat Sunda itu dengan tegas
dan berani menanggapi permintaan mereka. Meskipun seorang yang
kontra-revolusi dan neokolonialisme, kami tidak akan memecat
Bapak Taufik. Ayo, kalian kembali ke sekolah dan belajar
kembali!!
kembali!!, katanya. Gertakan tersebut ternyata berhasil meredam
demonstrasi, para siswa itu tak lama kemudian berarak pulang ke Jl.
Paledang. Pak Taufik Ismail hingga kini mengingat apa yang dilakukan
Sr. Bernice baginya. Saya berhutang budi kepadanya, katanya.
Sr. Bernice seolah-olah menjadi benteng tempatnya berlindung dari
berbagai ancaman hidupnya. Sejak peristiwa itu, tidak ada lagi
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
demonstrasi yang mengganggunya di Regina Pacis. Padahal, garagara cap Manikebu itu telah membuatnya kehilangan jabatan sebagai
dosen di IPB.
Di usianya yang lanjut, Pak Taufik Ismail yang telah menerima beberapa
penghargaan termasuk dari Pemerintah Indonesia, Australia dan
Kerajaan Thailand atas karya-karya sastranya ini selalu mengenang
Regina Pacis dengan perasaan bahagia. Baginya, Sr. Bernice dengan
kewibawaannya telah memberi pengaruh yang sangat besar bagi
perkembangan SMA Regina Pacis. Sr. Bernice selalu membekali anakanak didiknya dengan sikap disiplin dan tanggung-jawab. Apakah
pembekalan semacam ini masih ada hingga kini?
Pak Taufik Ismail tidak lupa juga bercerita tentang kenakalan siswa
yang dulu diajarnya. Kebanyakan siswa patuh terhadap peraturan
sekolah, namun ada satu atau dua siswa yang selalu ribut dan
mengabaikan pelajaran di kelas. Pak Taufik tidak segan untuk
menghukum siswa tersebut dengan mengusirnya keluar kelas. Pak
Taufik percaya apa yang dulu dibaginya kepada siswanya membawa
manfaat bagi siswa itu sendiri.
Di akhir wawancara, Pak Taufik menegaskan bahwa Regina Pacis sudah
menjadi bagian dari dirinya, bagian dari rentetan pengalaman hidup
yang telah dilaluinya.
37
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
Y. SUMANTRI
Pensiunan Guru Multi Mata Pelajaran
(1962 1998)
Ketika dikunjungi di rumahnya nan asri dan sejuk di Gang Gurame 8,
Bapak Y. Sumantri salah satu guru senior SMA Regina Pacis
menyambut kami dengan sangat ramah. Saya ini Guru Sejarah
yang enggak waras, agak miring!!, demikian katanya. Memang
sulit memisahkan sosoknya dari seluruh fakta sejarah yang meliputi
sekolah Regina Pacis. Pak Sumantri merupakan salah satu nara
sumber penting bagi para anggota tim penyusun buku kenangan ini.
Apakah benar beliau seorang guru sejarah yang tidak waras? Berikut
hasil obrolan kami dengan beliau.
Hampir sebagian wawancara kami ini dipenuhi dengan cerita Pak
Sumantri tentang sejarah sekolah Regina Pacis. Pada tahun 1942
ternyata sekolah ini pernah dijadikan markas Kempetai (menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, kempetai adalah polisi
tentara Jepang yang sangat terkenal kekejamannya pada Perang Dunia
II). Banyak suster ordo Ursulin, yang menempati bangunan ini sejak
1909, mengalami penyiksaan Kempetai, bahkan sebagian hingga
wafat. Demikianlah, kemudian banyak orang, termasuk beberapa guru
senior, mengalami penampakan arwah suster-suster tersebut.
Bapak Sumantri pada masa mudanya pernah aktif dalam organisasi
PPSK (Perhimpunan Pelajar Sekolah Katolik) sebagai wakil KKPAI . Pada
tahun 1965, beliau pun sempat bergerilya bersama PPSK untuk
memberantas Partai Komunis Indonesia (PKI). Tindakan yang sangat
berani, menurutnya, dan hingga kini masih membuatnya terheranheran sendiri.
Karirnya di SMA Regina Pacis diawali pada hari Jumat, 11 Agustus 1962
(bukan main, beliau masih mengingat persis hari dan tanggalnya!!).
Pak Sumantri mengenang saat itu Regina Pacis sempat mendapat
bantuan dana dari Ibu Hartini Soekarno almarhum, istri dari Bung
Karno, presiden RI yang pertama. Alasan bantuan dana tersebut
rupanya karena anak-anak beliau, seperti Swansari, Riswulan, Bayu
serta alm. Taufan Soekarno, bersekolah di Regina Pacis.
Hal unik lain yang diangkat oleh Pak Sumantri adalah tentang Hari
Krida, yang jatuh pada setiap hari Sabtu. Pada setiap Hari Krida tidak
ada belajar-mengajar di sekolah, siswa justru diminta berkumpul di
lapangan Sempur untuk berlatih baris-berbaris. Sayang penulis tidak
menanyakan alasan adanya Hari Krida tersebut, dan mengapa
kemudian tidak lagi diadakan.
Bapak Sumantri menyimpan banyak sekali kenangan tentang Regina
Pacis, tempat beliau mengabdi selama 36 tahun. Selama masa baktinya
di SMA RP telah mengajar berbagai mata pelajaran di samping sejarah,
antara lain: Civic, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), PSPB, PPKn
(Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), dan Ketrampilan Melukis.
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
39
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
rubrik forum
DARI GURU
SEKOLAH REGINA PACIS
BAPAK H. SAMIDJAN
Guru Bahasa Inggris, 1983 - sekarang
Pak Samidjan, atan Mr. Sam, telah berkarya sebagai guru bahasa
Inggris di SMA RP selama 22 tahun. Sebelumnya, Mr. Sam mengajar
di SMP RP sekurangnya selama 7 tahun. Dalam masa baktinya yang
panjang tersebut, Mr. Sam telah melihat perubahan sikap siswa yang
cukup nyata.
Menurut Mr. Sam, siswa sekarang kurang disiplin. Contohnya, banyak
siswa tidak bisa menjaga waktu; sering tiba terlambat di sekolah.
Banyak siswa juga tidak rapi berpakaian. Siswa sekarang juga serius
dalam mengerjakan tugas, dan senang meng copy pekerjaan teman,
daripada mengerjakannya sendiri. Mungkin ini pengaruh buruk
kecanggihan teknologi, karena menurut Mr. Sam, Teknologi dapat
menjadi gangguan bila tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Ada dua orang mantan rekan guru SMA RP yang dikisahkan Mr. Sam.
Pertama, adalah Pak Donatus Sinaga yang meninggal saat sedang
mengajar mata pelajaran matematika. Pengganti Pak Don almarhum
adalah Bapak Sunu, yang sekarang Kepala Sekolah SMA RP. Guru
kedua yang diangkat Mr. Sam adalah Bapak Wendie Razif, guru kimia
yang memimpin Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di SMA RP. Berkat Pak
Wendie, banyak siswa meraih penghargaan yang sekaligus
mengangkat nama SMA RP. Menurut Mr. Sam, Pak Wendie adalah
sosok yang mampu membina siswa dan menangani kegiatan secara
sungguh-sungguh dan baik.
Di akhir wawancara, Mr. Sam berpesan agar siswa SMA RP mau bekerja
keras, dan menyadari bahwa kebebasan tidak selalu berpengaruh
positif. Siswa hendaknya lebih serius dan mandiri, serta mendukung
peraturan yang ada.
41
rubrik forum
DARI STAF
SEKOLAH REGINA PACIS
SURATNO
Petugas Kebersihan SMA RP, 1983 sekarang
Bekerja di SMA Regina Pacis sejak tahun 1983, Pak Suratno yang akrab
dipanggil Pak Ratno adalah orang yang paling berjasa atas kebersihan
SMA RP. Setiap hari, mulai pukul 05.45 hingga 15.66, Pak Ratno
menyapu, mengepel dan membuang sampah hasil balaan siswa SMA
RP. Selain itu, Pak Ratno juga bertugas membuka/menutup ruangan,
mengurus konsumsi, melakukan berbagai tugas membantu Tata
Usaha, belanja ke pasar dan mencuci di dapur.
Menurut pria kelahiran tahun 1958 ini, siswa SMA RP saat ini lebih
menikmati kebebasan dibandingkan siswa angkatan-angkatan
sebelumnya. Maksud Pak Ratno adalah siwa sekarang lebih banyak
main daripada belajar. Nah lho ..!!? Selain itu, menurut pria yang
tinggal di Jalan Martadinata No. 99, Cibogor, ini siswa SMA sekarang
lebih terkesan borjuis dibandingkan angkatan-angkatan sebelumnya.
Meski demikian, Pak Ratno mengakui baik siswa SMA dulu maupun
siswa sekarang selalu memperlakukannya dengan hangat.
Pak Ratno selalu mensyukuri pekerjaannya ini. Satu-satunya hal yang
ia sayangkan dari perkembangan SMA RP adalah hilangnya lapangan
upacara.
Ada satu pesan yang disampaikan Pak Ratno, khususnya kepada siswasiswi SMA RP saat ini, Rajinlah belajar, kurangi bermain. Jadi,
saudara-saudara sekalian yang masih bersekolah di SMA RP, tolong
sampaikan pesan mulia Pak Ratno ini kepada generasi selanjutnya.
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
SYAFEI BRATASENDJAJA
Alumnus 1960
MULYANI
Alumnus 1962
DEWI SUSTINAH
Alumnus 1968
Katanya, Siswinya Cantik-Cantik ....
43
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
masa-masa yang indah itu hanya di SMA RP. Bukan saja ketemu jodoh
di sekolah, tetapi juga banyak teman dari berbagai macam etnis dan
agama, kata Mulyani dan Dewi.
Sementara Syafei mengenangkan pengalaman yang lain lagi, yang
berhubungan dengan soal kejujuran. Di kantin, Suster Bernice FMM,
kepala sekolah waktu itu, meletakkan makanan dengan harga Rp 10
per potong. Yang akan membeli tinggal mengambil satu makanan
dengan memasukkan uang sebesar Rp 10 ke kotak yang disediakan.
Bila nilai uang kami lebih dari harga makanan itu, maka uang
kembalian kami ambil sendiri di kotak itu. Pelajaran ini tak kami
temukan ketika saya bersekolah di SD maupun di SMP di luar sekolah
RP, kata Syafei yang bersama isterinya kini berkiprah mencerdaskan
bangsa dengan mendirikan sekolah yang bermutu di Kota Bogor.
(FX Puniman, alumnus SMA RP tahun 1967 yang menjadi wartawan
Kompas sejak tahun 1972)
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
MARZUKI DARUSMAN
Alumnus 1963
Siapa yang tidak kenal dengan sosok Marzuki Darusman yang
merupakan salah satu tokoh politik top Indonesia? Alumnus 1963
yang pernah menjabat sebagai Jaksa Agung pada masa pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid, dan saat ini sibuk sebagai anggota
DPR Komisi I,masih pula aktif dalam kegiatan yang menyangkut Hak
Asasi Manusia. Sebelum masuk ke SMA Regina Pacis, Pak Marzuki
ternyata sempat mengenyam studi di SMA Kanisius. Ia memutuskan
pindah bukan saja karena keluarganya mempunyai rumah di kawasan
Kota Hujan ini, tetapi juga karena SMA Kanisius itu sepi, karena
seluruh siswanya adalah laki-laki. SMA Regina Pacis saat itu
merupakan sekolah yang lebih menarik karena menawarkan
kesempatan pergaulan yang lebih luas. Bukan itu saja, SMA RP pernah
menjadi sekolah yang juara di bidang Olah Raga, antara lain juara seBogor dan Jawa Barat untuk cabang badminton dan bola Voli.
Pak Marzuki hingga kini masih mengenang Sr. Bernice almarhum. Kepala
sekolah SMA RP tersebut merupakan sosok pengajar yang tegas, peduli,
memiliki kasih sayang yang besar terhadap siswanya, serta dapat
mengayomi mereka. Selain itu, Sr. Bernice juga berkepribadian
menyenangkan, yang mengenal dengan baik setiap siswa yang
bersekolah di SMA Regina Pacis masa itu. Saat itu, staf pengajar SMA
RP kebanyakan berasal dari pengajar di Institut Pertanian Bogor. Tentu
saja, cara pengajarannya pun seperti mengajar anak kuliahan. Siswa
diajak untuk lebih berpikir ketimbang menerima bahan pelajaran. Guru
yang paling disegani oleh Pak Marzuki, yang bersepeda setiap pagi
untuk pergi ke sekolah, yaitu Pak Haryadi. Pak Haryadi adalah guru
mata pelajaran Kimia Organik, yang bagi seorang Marzuki Darusman
saat itu merupakan mata pelajaran yang sulit.
Pak Marzuki juga berkisah awalnya sekolah membebaskan siswa
untuk jajan di luar. Ibu Sabi dan Bakmi Yunsin saat itu menjadi tempat
nongkrong favorit siswa. Sayangnya, karena siswa kemudian
menggunakan kedua tempat itu untuk membolos, sekolah kemudian
memutuskan untuk melarang siswa jajan di luar sekolah.
Rekan seangkatan yang menjadi lawan dalam persaingan sehat adalah
Merdias Almatzier, yang kini menjadi direktur RSCM. Bagi Pak Marzuki,
sekolah Regina Pacis adalah sekolah yang tidak mengenal diskriminasi
ras atau pun agama. Semua mendapat perlakuan yang sama. RP pun
merupakan sekolah yang menerapkan kedisiplinan tinggi, dan
mendorong rasa kekeluargaan yang kental di antara para siswanya,
meskipun diakui sikap senioritas secara wajar tetap ada. Selanjutnya,
Pak Marzuki juga berpendapat bahwa prestasi akademis siswa yang
tinggi, meskipun lebih rendah dibandingkan Kanisius, telah
menjadikan SMA RP teladan bagi sekolah lainnya. Terlebih lagi,
menurut mantan siswa Kelas Fisika murni yang pada tahun 1961
menjadi Ketua Ikatan Pelajar SMA RP, saat itu SMA RP sering
menyelenggarakan kegiatan sosial, antara lain kerja bakti.
REGINA PACIS VOLUME 1 TAHUN 2005 I
45
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
MERDIAS ALMATSIER
Alumnus 1963
Dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K), FAMM sejak tahun 2001 hingga kini
menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo
(RSCM), Jakarta. Lahir di Kotabumi, dan besar di Lahat, pada tahun
1960 dr. Merdias hijrah ke kota Bogor atas ajakan neneknya, dan
bersekolah di SMA Regina Pacis Bogor. Dokter Spesialis Saraf/
Neurologis ini sejak kecil bercita-cita menjadi dokter. Kiprah sang
ayah yang juga seorang dokter dalam mengobati orang sakit rupanya
menjadi motivasi terbesar untuk mengejar cita-cita tersebut. Berikut
adalah kesan dan pesan dr. Merdias tentang masa SMA-nya yang
disampaikan kepada tim penulis ketika ditemui di ruang kerjanya bulan
Mei 2005.
Di SMA RP, dr. Merdias yang terkenal cerdas ini mengambil jurusan
IPA (Ilmu Pasti Alam). Seingatnya saat itu dia tidak terlalu aktif di
kegiatan sekolah, sesuatu yang agak disesalinya, karena Berorganisasi itu penting, banyak pelajaran melalui berorganisasi yang
tidak bisa ditemui di pendidikan sekolah. Meskipun dokter
Merdias tidak menganggap dirinya aktif berorganisasi, ia sebenarnya
pernah menjabat sebagai wakil ketua Ikatan Pelajar (sekarang OSIS)
SMA Regina Pacis. Sebagai wakil ketua, ia pernah harus menggantikan
Ketua Ikatan Pelajar (waktu itu dijabat oleh Marzuki Darusman) yang
berhalangan hadir dalam suatu kegiatan sekolah. Sosok yang rupanya
merasa kurang nyaman berada di keramaian apalagi berbicara di
depan publik, harus menyampaikan pidato pembukaan. Ia berhasil
meskipun hal itu dilakukannya dengan nervous. Kejadian itulah yang
kemudian membuka pikirannya tentang kegiatan berorganisasi.
Sejak itu, dr. Merdias aktif dalam kegiatan berorganisasi, baik ketika
menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
maupun kini di lingkup kerjanya. Semasa menjadi mahasiswa, dr.
Merdias aktif di Senat Mahasiswa FKUI, dan bahkan pernah menjadi
Ketua Bidang Profesi Senat Mahasiswa FKUI (1968). Ia pun aktif
menjalin kerjasama dengan berbagai Fakultas Kedokteran di
Indonesia, yang kemudian menghasilkan terbentuknya Ikatan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Indonesia.
Seperti banyak alumni lainnya, dokter yang pernah menjadi anggota
grup band pelajar Sumatera Tengah di Bogor dan kelompok Bela Diri
Jijitsu ini sangat mengagumi Sr. Bernice. Baginya, Sr. Bernice
merupakan sosok yang sangat bijaksana, dan bisa membina murid
tanpa kekerasan atau peraturan yang super ketat. Pencinta dansa
twist ini pun ingat bentuk hukuman yang diberikan Sr. Bernice
terhadap anak yang bandel. Hukuman Mencabut Rumput terbukti
efektif karena menyebabkan kebanyakan terhukum malu dan kapok.
Pencinta buku tentang Winnetou dan penggemar musik klasik ini
bersyukur bahwa, Dulu jam sekolah siang, karena pagi hari
gedungnya digunakan SMP. Dengan jam belajar seperti itu,
47
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
WILLY R OZA
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
RUSDIHARDJO
Alumnus 1964
Prestasi SMA RP Harus Dipertahankan
BERBEDA dengan sekolah Katolik lainnya, SMA Regina Pacis (RP) Bogor
yang dipimpin oleh Suster Bernice FMM, cukup modern. Menganjurkan
diadakannya pesta dan melatih menyanyi. Pribadi biarawati asal Amerika
itu, sangat mengesankan, kata Rusdihardjo (60), alumnus SMA RP tahun
1964 yang mantan Kapolri dan kini menjadi Duta Besar Indonesia di
Malaysia di Kuala Lumpur akhir bulan Mei 2005 ketika ditemui penulis di
rumah dinasnya. Sebagai wartawan Kompas yang kebetulan mendapat
tugas ke Malaysia, saya menyempatkan diri bersama sejumlah wartawan
lainnya untuk menemui Dubes Indonesia untuk sedikit bincang-bincang
kesannya tentang sekolah kita, SMA RP.
Disiplin dan kejujuran yang diterapkan Suster Bernice kepada anak-anak
didiknya, menurut Rusdihardjo, membentuk kepribadiannya setelah lulus
dari SMA RP sampai menjadi pucuk pimpinan Polri.
SMA RP itu, saya rasa sampai kini masih menjadi favorit, kebanggaan,
disegani, dan dicintai warga Kota Bogor. Kita alumni RP dan warga kota
Bogor tentu merasa bangga siswa murid sebuah sekolah swasta di Kota
Bogor, meraih medali emas pada olimpiade fisika se Asia tahun ini. Dari
masa ke masa, pelajar-pelajar SMA RP mengukir prestasi. Ini yang harus
kita pertahankan, dan alumni SMA RP juga harus dipersiapkan menjadi
pemimpin di masa mendatang. Sebab pendidikan di SMA itu merupakan
dasar kepemimpinan, kata Jenderal Polisi (pur) Rusdihardjo.
Seperti alumni SMA RP yang muslim bersekolah di sekolah Katolik,
Rusdihardjo mengatakan sangat akrab bergaul dengan teman-teman non
muslim, dan juga dari berbagai etnis. Sampai sekarang saya masih
berkomunikasi dengan teman-teman saya di antaranya yang pernah samasama ditempelengi Brimob saat ke Yogya setelah lulus MSA RP, dan juga
acapkali jumpa dengan teman-teman seangkatan, kata Rusdihardjo yang
juga terkesan atas Pak Sumantri, guru yang dinilai suka humor dan Pak AJ
Radjino, guru dan kepala sekolah yang serius.
Rusdihardjo kepada penulis juga sempat mengungkapkan kesan tersendiri
terhadap SMA RP. Pada tahun 1980 an, saya ceramah tentang narkotika
di hadapan guru-guru di SMA RP yang antara lain nampak bekas guru saya
duru, kata Rusdihardjo yang saat itu bertugas di Reserse Narkotika Mabes
Polri dengan pangkat Letkol Polisi.
Dubes RI di Malaysia ini, ketika sekolah di SMA RP tiap hari diantar oleh
sopir pergi pulang dari Jasinga tempat kerja ayahnya di sebuah perkebunan
di Jasinga. Sampai rumah paling lambat pukul 20.00, waktu itu Jasinga
Bogor berjarak sekitar 45 km, jalannya tidak macet seperti sekarang ini
hanya memakan waktu sekitar 40 menitan, kata Rusdihardjo seraya
tersenyum menyebutkan salah seorang nama siswi yang ditaksirnya.
(FX Puniman, alumnus tahun 1967 jurusan sosial)
REGINA PACIS VOLUME 1 TAHUN 2005 I
49
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
51
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
BENNY SUTRISNO
Alumnus 1966
Ditemui di kantornya di salah satu gedung tinggi di Jl. Gatot Soebroto,
Jakarta, Benny Sutrisno berkisah banyak tentang kenakalan khas siswa
SMA yang dilakukannya saat itu. Padahal, Direktur APAC Corporation,
yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Industri Tekstil ini,
disekolahkan di Regina Pacis Bogor oleh orang tuanya agar tidak nakal
lagi.
Pertama kali merokok, Pak Benny tertangkap basah oleh Suster Bernice.
Suster kemudian menggiring Benny muda ke ruang kantornya, kemudian
menyodorkan sebungkus rokok untuk dihabiskan Pak Benny. Kontan
ia kapok merokok. Sebagai tambahan, suster juga memintanya
menuliskan janji untuk tidak merokok lagi sebanyak 500 kali.
Selain itu, Pak Benny dan teman-teman pandai mencari cara membolos.
Dengan menggunakan gunting, mereka membuat lubang rahasia di
pagar sekolah. Banyak lagi kisah kenakalannya, tapi lucunya meskipun
nakal-nakal, Pak Benny dan teman-teman cukup romantis dalam urusan
menyatakan perasaan kepada siswi yang disukainya. Melalui teman,
mereka mengirimkan surat sang jantung hati dan meminta
kesediaannya untuk meningkatkan persahabatan.
Berkaitan dengan kedisplinan yang diterapkan sekolah, saat itu siswa
dilarang membawa motor ke sekolah. Seperti kebanyakan siswa lainnya,
Pak Benny saat itu berjalan kaki atau naik bemo. Hukuman bagi yang
terlambat ke sekolah adalah menulis janji untuk tidak terlambat
sebanyak 50 kali. Lebih lanjut penggemar olah raga basket ini bertutur,
sebelum masuk kelas siswa harus berbaris dulu di luar kelas untuk
diabsen ketua kelas.
Ada dua sosok guru yang secara khusus dikenang Pak Benny. Pertama
adalah Pak Herlan, yang saat itu masih berstatus mahasiswa ITB, dan
sangat galak. Kedua, Pak Warto, yang sangat komunikatif dengan
siswanya. Saat itu, hubungan antar guru dan murid sangat akrab dan
terbuka.
Bagi pria yang dulu bercita-cita menjadi insinyur ini, SMA Regina Pacis
telah memberikan pendidikan yang baik dan benar kepada siswanya.
Antara lain melalui pendidikan Budi Pekerti. Manfaat bersekolah di SMA
RP telah dirasakannya sendiri dalam melalui perjalanan karirnya,
khususnya ketika ia berkuliah elektro di Jerman. Setelah itu, Pak Benny
pun berkuliah di bidang Marketing dengan beasiswa dari pemerintah
Jepang. Pernah menjadi perancang instalasi listrik dan pedagang beras,
Pak Benny menyampaikan pesan bahwa keberhasilan membutuhkan
perjuangan, tetapi dengan semangat pantang menyerah, semua citacita tidak ada yang mustahil untuk diraih.
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
53
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
55
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
JOHNNIE SYAM
Alumnus 1971
Ayah dari dua orang putri dan kakek dari seorang cucu perempuan
ini kini adalah seorang pengusaha yang mengelola Pasar Mobil
Kemayoran (PMK). Dengan luas 9 hektare yang terletak di depan Pekan
Raya Jakarta - Kemayoran, PMK merupakan pusat perdagangan
otomotif terbesar di Indonesia. Ada 800 unit kios onderdil dan variasi
otomotif. Suami dari seorang istri (bagus!!) ini sekarang bergelar
Master of Business Administration (MBA) dari GS Fame Institute of
Business Jakarta, dan Philippines School of Business Administration
(PSBA) Manila. Siapa nyana ternyata pengusaha sukses ini mempunyai
masa SMA yang unik. Berikut kisahnya:
Bulan Juli 1965 saya masuk SMA Regina Pacis dan duduk di kelas I-1.
Gerakan Partai Komunis Indonesia (Gestapu) yang meletus pada
tanggal 30 September 1965, tidak saja mengguncang keadaan negara
Indonesia, tetapi juga mengakibatkan kegiatan belajar-mengajar di
sekolah pun terganggu. Siswa sibuk melakukan demonstrasi. Mulai
dari menduduki Sekolah Cina di Jl. Mantarena Bogor sampai
menduduki vila menteri dan pejabat era Soekarno di daerah Puncak.
Saat itu, masa sekolah diperpanjang menjadi 18 bulan.
Sejak saya duduk di kelas 1 sampai dengan kelas 3 di SMA, beberapa
kali saya mesti berurusan dengan Sr. Bernice yang waktu itu seperti
pimpinan di SMA Regina Pacis Bogor. Pernah saya terpaksa memotong
rambut saya pendek sekali, karena rambut bagian belakang dipotong
nyaris botak oleh Sr. Bernice dengan menggunakan pisau pencukur
kumis. Puncaknya adalah saya dan beberapa teman Kelas 3 jurusan
Pasti tidak lulus dari ujian akhir SMA pada tahun 1968. Ujian akhir
SMA dilakukan dengan sistem baru di mana hanya 5 mata pelajaran
saja yang diuji oleh negara. Dari kelas saya, kelas 3 jurusan Pasti,
hanya kurang dari 20% yang lulus ujian akhir tahun 1968 itu. Apakah
prestasi buruk ini tercatat dalam sejarah Sekolah SMA Regina Pacis
Bogor?
Kondisi keuangan keluarga kami saat itu sangat menyedihkan karena
orang tua saya sudah lama tidak berpenghasilan tetap. Banyak temanteman saya yang tidak lulus ujian akhir SMA itu memutuskan untuk
mengulang di SMA RP, sebagian lagi memutuskan untuk pindah ke
luar kota dan mengulang kelas 3 SMA di sana. Saya memutuskan
tidak mengulang sekolah, melainkan mencoba bekerja karena saat
itu saya sangat membutuhkan uang. Awalnya saya berjualan dari
rumah ke rumah Hwa Hwe (judi 36 angka dengan hadiah 25 kali)
yang popular saat itu. Saya juga menarik Bemo (kendaraan roda 3
khas Bogor), dengan jam kerja mulai pukul 05.00 subuh sampai
dengan pukul 23.00. Pada siang hari, jika tidak banyak penumpang,
saya beristirahat di terminal-terminal bemo sambil merenung. Apa
kira-kira masa depan saya kalau saya terus-terusan seperti ini? Apa
yang bisa diperbuat seorang lulusan SMP?
57
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
MARUSYA NAINGGOLAN
Alumnus 1972
Ibu satu orang anak yang bergelar MA ini adalah seorang komponis
dan pianis. Mendapat bimbingan musik pertama dari ayahnya, Sutan
Kalimuda Nainggolan, Ibu Usya (demikian dia dikenal temantemannya), sejak SMP hingga SMA rela berlelah-lelah naik bus dan
oplet ke Jakarta setelah pulang sekolah. Semuanya itu ditekuninya
untuk belajar piano dari pianis terkenal dan hebat, Rudy Laban di
Yayasan Pendidikan Musik di Jakarta. Berikut ini perbincangan singkat
yang berlangsung antara tim penyusun buku dan Ibu Marusya di selasela kesibukannya dalam Jakarta Anniversary Festival III 2005 pada
tanggal 24 Juni yang lalu.
Ibu Usya memang cinta musik sejak kecil. Namun demikian, Direktur
Gedung Kesenian Jakarta ini sebenarnya tidak bercita-cita menjadi
pemusik. Cita-citanya sewaktu kecil adalah menjadi POLWAN. Jalannya
menjadi pemusik ini dirintisnya secara formal di Lembaga Pendidikan
Kesenian Jakarta, sekarang IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Lulus
dengan predikat Memuaskan, Ibu Usya merupakan lulusan pertama
dari LPKJ/IKJ angkatan pertama Jurusan Piano Mayor pada tahun 1980.
Sampai sekarang, ia mengabdi di almamaternya sebagai dosen Jurusan
Musik, pada Piano Mayor, Harmoni, Komposisi, Ansambel, Kontrapung.
Meskipun Bandel, demikian pengakuannya di salah satu edisi Bulletin
Alumni SMA Regina Pacis Bogor 1971, ia dua kali mendapat beasiswa.
Pada tahun 1980, dia mendapat beasiswa dari pemerintah Australia
untuk belajar musik di Conservatiorium, Sydney, Australia. Dia
sanggup menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun (biasanya 4
tahun). Pada tahun 1987, Ibu Usya mendapat beasiswa dari Yayasan
Fullbright untuk belajar komposisi musik di University of Boston, USA.
Lulus pada tahun 1989, ia merupakan salah satu dari dua lulusan
saat itu. Lulusan lainnya adalah Marti Epstein, seorang perempuan
dari Israel.
Ibu Usya tidak pernah lupa bersyukur kepada Tuhan, karena berkat
musik ia bisa membiayai kuliahnya di IKJ, termasuk biaya hidupnya
saat itu. Setiap hari setelah kuliah, dia mengajar les piano. Rupanya
pekerjaan ini sekaligus dijadikannya peluang untuk melatih diri
dengan bermain piano minimum 6 jam sehari.
Pada pementasan Ensembel Musik Anak Perdamaian dalam Jakarta
Anniversary Festival III 2005, 24 Juni 2005, Ibu Usya banyak meracik
aneka nuansa etnik ke dalam instrumen Barat. Kepekaannya terhadap
berbagai warna tradisional ini rupanya lagi-lagi terpupuk sejak kecil,
karena selain ikut les musik klasik, Ibu Usya ternyata juga belajar tari
Srimpi, angklung dan degung. (DeTAK, No. 61 Tahun Ke-2, September
1999). Melalui pementasannya, seniman yang selalu menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan dan perdamaian ini menyampaikan pesan
kemanusiaan dan perdamaian tersebut dengan melibatkan anakanak dari berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk Cina.
59
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
Dari penggalan kisah yang kami peroleh dari berbagai sumber, kami
mendapat kesan Ibu Usya merupakan sosok yang ulet. Sulit sekali
membayangkan seorang remaja yang mestinya gemar ber hura-hura
sudah mau dan mampu melakukan perjalanan jarak jauh secara rutin
untuk menekuni sesuatu. Padahal saat itu jalan tol Jagorawi belum
ada. Bagi rekan karibnya, Ibu Jajang C. Noer, yang ditemui Tim Penulis
ketika menghadiri pementasan tersebut di atas, Ibu Usya ini
merupakan seniman yang bebas, namun sangat berdisiplin.
Apa kesan dan pesan Ibu Usya untuk SMA Regina Pacis Bogor? Regina
Pacis baginya adalah sekolah yang sangat menekankan disiplin tinggi.
Banyak kesan manis yang dialaminya, termasuk pengalamannya
dengan Sr. Bernice. Bagi SMA Regina Pacis Bogor yang akan berulangPendidikan Regina
tahun yang ke-50, Ibu Usya berharap agar, Pendidikan
Pacis dapat melebarkan sayap ke lingkungannya. Juga dapat
menjunjung tinggi kemanusiaan dan kebersamaan dalam
kasih.
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
ADANG SURAHMAN
Alumnus 1972
Wakil rektor salah satu universitas terkemuka di Indonesia Institut
Teknologi Bandung ini adalah lulusan SMA Regina Pacis tahun 1972.
Dalam tulisannya tentang masa SMA-nya, wakil rektor bidang akademi
dan kemahasiswaan sejak 2001 ini banyak mengungkap
pengalamannya dengan para guru yang telah menggoreskan kesan
khusus dalam dirinya. Siswa PASPAL ini sangat terkesan pada sosok
Pak Sumantri yang humoris, dengan kalimat pendek tapi mengena.
Pak Sumantri, katanya, sering sekali membawa payung portable(
payung yang bisa dilipat), maka itu Pak Sumantri sering dijuluki Chaplin
.
Semasa SMA Pak Adang sangat aktif dengan kegiatan-kegiatan di
dalam maupun di luar sekolah. Sosok yang pernah menjadi pengurus
olah raga sepak bola ini selalu mewakilli sekolah dalam kejuaraan
sepak bola, dan juga bola basket, se-kota Bogor.
Rupanya bapak yang memperoleh gelar PhD di Lehigh University, USA
pada tahun 1984 ini termasuk siswa yang agak nakal. Ketika duduk
di kelas 2, ia pernah dihukum Pak Soewarto karena kedapatan sedang
bermain kartu di kelas. Kegiatan bermain kartu dilakukannya pada
jam pelajaran kosong karena guru sedang mendampingi anak-anak
kelas 3 yang study tour. Ibu Hartini, guru yang sering dijuluki Olive
[dari tokoh Olive Oil-nya serial kartun Popeye the Sailor Man] oleh
Pak Adang dkk karena badannya yang langsing, sering mengeluhkan
betapa kelasnya itu ribut dan bandel. Puncak kebandelan kelas
adalah ketika Kami mogok bicara, demikian kata Pak Adang. Pak
Adang juga pernah kedapatan membuka kamus sewaktu ulangan
bahasa Jerman sehingga lagi-lagi ia pun ditegur oleh Ibu guru.
Bagi Pak Adang, menjadi lulusan SMA Regina Pacis merupakan suatu
kebanggaan tersendiri, karena SMA Regina Pacis dikenal berstandar
pendidikan yang tinggi sehingga para lulusannya pun digolongkan
lebih baik dibandingkan lulusan SMA lainnya. Menurut pengamatannya,
kelebihan SMA Regina Pacis saat itu adalah kekreatifan SMA Regina
Pacis yang menyertakan berbagai mata pelajaran yang belum tentu
diberikan di SMA lainnya. Contohnya, antara lain adalah pelajaran
steno, mengetik, ilmu ukur lukis, tata hukum, dan lain-lain. Menurutnya
kekreatifan tersebut adalah karena Pada jaman kami sekolah rasanya
belum ada istilah kurikulum nasional, oleh karena itu apa saja rasanya
bias masuk ke dalam kurikulum.
Di akhir kisahnya, Pak Adang mengungkapkan harapannya agar SMA
Regina Pacis tetap kreatif dalam melakukan benchmarking dengan
sekolah yang maju dan tetap menjadi sekolah yang unggul.
61
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
BABY AHNAN
Alumnus 1974
Restoran Macaroni Panggang dan toko kue Pia Apple Pie. Pemilik kedua
merek dagang tersebut adalah seorang yang sama, Baby Ahnan.
Alumnus SMA RP ini mungkin tidak pernah menyangka kalau usaha
yang dirintisnya ini kemudian mendulang sukses. Selain penduduk
kota Bogor, pelanggan utama Restoran dan Toko Kue ini adalah para
wisatawan yang berkunjung ke kota Bogor. Restoran Macaroni
Panggang pun saat ini menjadi salah satu tempat nongkrong favorit
anak muda kota Bogor.
Baby Ahnan atau Kak Baby begitu ia dikenal kemudian oleh para
anggota Pramuka Bogor 8 & 9 ini bersekolah di SMA RP jurusan Paspal
(Ilmu Pasti dan IPA). Semasa bersekolah di SMA RP ini, Kak Baby aktif
sebagai redaktur majalah sekolah, yang saat itu bersekretariat di ruang
pojok dekat WC (sekarang di bawah gedung SMP, dekat kantin).
Tentang SMA RP tempo dulu, menurut Kak Baby dulu sekolah berjalan
menurut kurikulum caturwulan (bukan semester seperti sekarang).
Setiap 4 bulan siswa menerima rapor. Urusan menyontek bukan hal
yang asing. Jenis hukuman yang dikenakan kepada siswa kalau
kedapatan menyontek tergantung pada guru yang bersangkutan,
tetapi seringkali kertas ulangan siswa tersebut dirobek dan diberi
nilai nol. Saat itu, hanya ada beberapa kegiatan ekstra kurikuler
(dibandingkan sekarang), antara lain: kegiatan pramuka, membuat
buku dan olah raga.
Tentang majalah sekolah, murid kesayangan Pak Imam Supeno ini
bercerita bahwa saat itu majalh tidak dicetak melalui jasa Percetakan,
melainkan distensil. Semuanya dikerjakan sendiri oleh para siswa.
Keunikan majalah ini adalah pada Kotak Naskah yang menampung
karya siswa. Jadi, semua siswa dapat berpartisipasi dalam pembuatan
majalah. Yang paling sering diterima adalah naskah puisi cinta.
Bagi wanita yang memperoleh gelar S1 dari jurusan Seni Rupa Institut
Teknologi Bandung ini, Pak Warsidi atau Mang Idi (yang sekarang
lebih dikenal sebagai Babe) adalah sosok guru olah raga yang
mengesankan. Menurutnya, Mang Idi cermat melihat potensi anak
dalam bidang olah raga, dan mampu mendorong serta
mengembangkan siswa dengan pendekatan personal. Dengan
bimbingan Mang Idi, SMA RP pernah menggondol juara pertandingan
Basket atau Voli ketika berlaga di suatu pekan olah raga.
Ibu 2 anak yang bergelar S2 dan S3 di bidang Ilmu Filsafat dari
Universitas Indonesia ini juga menyukai sosok Ibu Hartini. Guru biologi
ini sering dijuluki Ibu Olive karena fisiknya yang kurus dan tinggi
ibarat Olive Oil di serial kartun Popeye the Sailorman. Kelebihan Ibu
Olive terletak pada kemampuannya untuk mengajar secara terprogram
dengan menggunakan metode gambar, yang membuat pelajaran lebih
mudah dipahami. Tetapi, sayangnya, nilai tertinggi yang diberikan Ibu
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
Olive bagi siswa SMA RP terbatas pada angka 8. Padahal, siswa sekolah
lain ada yang bisa mendapatkan angka 9.
Saya dulu nakal banget, lho! Setiap pelajaran Agama saya pasti bolos.
Kalau mbolos saya nongkrong di tukang jajanan sampai bel ganti
pelajaran berbunyi. Tidak lupa saya membawa makanan untuk anakanak sekelas. Yang paling sering saya beli adalah rujak dan kue
pancong, demikian ujarnya. Kak Baby rupanya punya rasa takut
terhadap jarum suntik, sehingga dia pernah melarikan diri dari
program vaksin, yang dilakukan secara massal terhadap seluruh siswa
SMA.
Selain tempat jajanan, Kak Baby juga punya tempat melarikan diri
yang agak aneh. Tidak seperti anak sekarang yang pergi ke pusat
permainan atau mal saat membolos, Kak Baby malah menghabiskan
waktu bolosnya di kuburan Cipaku. Kira-kira apa yang bisa dilakukan
di sana ya??
Bagi Kak Baby, sumbangsih SMA RP yang paling terasa bagi
perkembangan kepribadiannya adalah melalui kegiatan Pramuka.
Menurutnya, melalui kegiatan tersebut sifatnya yang manja berubah
menjadi kemampuan untuk mandiri dan hidup tanpa kenyamanan
fasilitas. Kak Baby merasa dia menjadi sosok yang mandiri, tidak
bergantung pada orang tua.
Sosok yang pernah aktif menulis beberapa kisah remaja dengan
menggunakan nama samaran Kembang Manggis ini menitipkan
pesan kepada para siswa SMA RP. Cita-cita harus selalu
dibarengi pengetahuan. Pemilihan profesi harus didasari rasa
suka, bukan potensi pasar. Masukan dari orang tua hanya
sekedar masukan, karena keputusan tetap berada di tangan
kita. Juga, janganlah selalu bertanya apa yang diberikan
orang lain, tetapi bertanyalah apa yang dapat kita berikan
untuk orang lain.
63
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
NANETTE HERAWATI
Alumnus 1979
Kedisiplinan di sekolah, kegiatan OSIS dan ekstra kurikuler adalah
pengalaman yang amat berharga bagi Nanette Herawati dalam
perjalanan kariernya. Wanita kelahiran Bogor, 27 November 1959 ini
memang terbilang cukup aktif saat menjadi siswa SMA Regina Pacis
Bogor. Selain menjadi Humas dan Sekretaris OSIS, ia juga tergabung
dalam Pramuka, dan beberapa kegiatan di luar sekolah seperti karate,
softball, Palang Merah Remaja, hingga kelompok tari tradisional. Dari
tahun ke tahun, selain karena tugas sebagai Humas, saya juga sering
jadi peran pengganti bila kelas yang ditunjuk sebagai petugas upacara
kekurangan murid atau petugas, ujarnya tentang pengalamannya
dulu.
Menurut Nanette yang lulus tahun 1979 ini, banyak hal berkesan yang
diingatnya tentang masa sekolahnya. Salah satu guru yang punya
kesan khusus adalah Bapak Sumantri, karena beliau selalu ingat semua
hal tentang siswanya, mulai dari alamat hingga nama orang tua. Tentu
saja saya kaget setengah mati waktu beliau meminta saya menjawab
pertanyaan dengan menyebut nama ayah saya, paparnya. Nanette
juga punya kenangan tersendiri dengan para guru, salah satunya Pak
Rob. Pak Rob pernah dipinjamkannya motor untuk mengurusi sesuatu
di luar sekolah, padahal motor Nanette itu motor butut dengan bentuk
antik, suara aduhai kerasnya karena tutup bebek nya dilepas. Belum
lagi saat itu kuncinya hanya koin.
Nanette masih ingat keunikan ruang kelas RP pada masa itu, yang
menurutnya merupakan bentuk kelas ideal. Tidak pengap, karena
hanya ditutup setengah tembok. Waktu dia masih SMA, jasa fotokopi
masih merupakan sesuatu yang belum menjamur seperti saat ini. Ketika
ada guru yang absen, Nanette selalu bertugas menulis catatan dari
guru tersebut di papan tulis. Ini karena tulisan Nanette rapi, dan mudah
dibaca. Tetapi alasan yang paling pas adalah karena Nanette menulis
dengan perlahan, yang memberikan lebih banyak peluang bagi teman
sekelas untuk ngobrol.
Tidak lepas dari kenakalan remaja, Nanette dan teman sekelas,
khususnya sewaktu kelas 3, yang bersama-sama ketua kelasnya, Tony
Supit alias Chin Ex, secara kompak mengakali guru agar bisa cepat
pulang. Rupanya pulang pagi merupakan suatu luxury yang jarang
dialami anak SMA RP, jika dibandingkan dengan siswa sekolah lainnya.
Bagi wanita yang fasih berbahasa Inggris dan Perancis ini, dulu ia
berkonsentrasi bagaimana bisa bersekolah dengan baik, karena bisa
bertahan di RP baginya sudah merupakan keberuntungan. Orang
memandang mutu pendidikan RP sangat baik, ujar wanita yang
bercita-cita menjadi ahli bahasa saat di SMA. Karenanya ia berharap
SMA Regina Pacis tetap mempertahankan mutu pendidikan dan mutu
guru, serta jika memungkinkan menambah fasilitas tanpa menambah
biaya.
65
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
Nanette pertama kali bekerja sebagai penyiar freelance sebuah radio di Bogor dan dalam perjalanan kariernya ia kemudian lebih banyak
terlibat dalam bidang sosial. Selama 10 tahun ia bekerja di Kalimantan
Timur sebagai pekerja sosial dalam bidang pendidikan wanita dan
peningkatan kesehatan ibu-anak, juga menjadi Kepala Sekolah Taman
Kanak-Kanak dan guru honor di SLTA setempat. Lingkungan,
pekerjaan dan keluarga sangat menentukan perkembangan diri saya.
Tinggal di daerah terpencil selama 10 tahun, setelah sebelumnya
selalu tinggal di kota-kota besar membuat saya dapat melihat segala
sesuatu perbedaan dengan lebih bijak, katanya tentang pengalaman
bekerja di Kalimantan Timur.
Setelah kembali ke Jakarta, Nanette bergabung dengan sebuah LSM
dari Inggris yang membantu peningkatan SDM, dan saat ini ia
bergabung dengan sebuah LSM asing yang memberikan bantuan
untuk korban tsunami di Aceh dan Nias. Baginya pekerjaan membantu
seseorang untuk dapat melihat hidup secara lebih luas, baik dari
segi materi maupun pengembangan individu. Begitu banyak orang
berilmu di Negara ini namun tetap saja jika dilihat dari statistik dunia
yang menonjol hanyalah ketidakmampuan dan kemiskinan. Mengapa
masih banyak orang asing yang menjadi Konsultan, dan Tenaga Ahli?
Kita harus terus belajar dan bekerja keras agar dapat diterima oleh
bangsa kita sendiri, ujarnya. Tak heran kalau ia menyatakan keinginan
untuk melakukan upaya peningkatan kualitas SDM di masa yang akan
datang.
Dalam meniti karier, wanita penyuka musik jazz ini memiliki prinsip
selalu berusaha untuk jujur, efisien, efektif dan tidak takut
beradaptasi. Setiap orang harus punya cita-cita agar tujuan dan
perjalanan hidup menjadi jelas, namun cita-cita juga harus realistis
sesuai dengan kemampuan individu, jelasnya. Nanette juga
berkeinginan mempersempit jenjang antara mereka yang punya
kemampuan dan yang tidak, baik dalam segi materi, pendidikan
maupun kesempatan, hingga SDM bangsa sendiri memiliki kualitas
yang sama di mata dunia internasional. Keinginan yang besar dan
mungkin tak mudah, tapi ia berprinsip: Jangan mudah menyerah,
setiap usaha pasti akan ada hasilnya, meski tidak semua didapat
seketika. Jika punya kesabaran pasti akan ada waktunya untuk maju!
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
INDA D. HASMAN
Alumnus 1980
Boleh dibilang masa bersekolah di SMA Regina Pacis Bogor memberi
banyak kenangan bagi Inda D. Hasman. Saya dulu sering mengikuti
berbagai lomba yang diadakan sekolah untuk memperingati hari
kemerdekaan, hari Kartini maupun bazaar tahunan. Mulai dari lomba
memasak , kebaya daerah, folksong, serta ketrampilan lain, kisah
wanita yang lulus dari SMA RP pada tahun 1980 ini. Ia kemudian
berkisah bahwa di akhir tahun 70-an, kegiatan antar sekolah di Bogor
biasanya berhubungan dengan kegiatan inti sekolah seperti pekan
olahraga, lomba ilmu pengetahuan alam, cerdas cermat, baca puisi,
drama, paskibra dan lain-lain.
Apalagi wanita kelahiran 29 April 1961 ini meraih prestasi
membanggakan saat menjadi murid SMA RP. Bagi saya pribadi,
pengalaman sekolah di SMA RP adalah pengalaman paling manis
dalam hidup saya. Saya terpilih sebagai Putri Remaja Indonesia tahun
1977 karena prestasi-prestasi yang saya peroleh dari sekolah. Saya
juga pernah dinobatkan sebagai Queen saat Masa Orientasi (POSMA)
dan menjadi perwakilan sekolah sebagai anggota Paskibraka
Kotamadya Bogor. Tapi yang paling berkesan adalah saya bertemu
dengan suami juga karena sekolah di RP!, paparnya.
Inda yang saat di SMA menjadi sekretaris OSIS dan anggota Paskibra
sekolah punya kenangan berkesan tentang guru-gurunya dulu. Bagi
saya semua guru memiliki kesan sendiri-sendiri, namun yang paling
lucu dan menyenangkan adalah Guru Sejarah, Bapak Sumantri, dan
Guru Olahraga yang akrab dipanggil dengan Mang Idi ujarnya. Lebih
lanjut, wanita yang lebih dari 15 tahun berkarier di bidang manajemen
SDM dan corporate services ini menganggap bahwa semua fasilitas
di SMA RP saat itu bisa dibilang lengkap dan memadai.
Ditanya tentang sarannya untuk kemajuan SMA RP, Inda berkata,
Saya mendoakan supaya SMA RP tetap berjaya, semakin mantap
dan lulusan-lulusannya semakin banyak yang berhasil menjadi tokoh
masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia Internasional. Untuk
itu pembenahan ke dalam harus selalu dilakukan secara regular, dan
tetap up to date dengan trend pendidikan modern, baik lokal maupun
global, agar hasil didikannya dapat lebih mendunia.
67
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
BUDI G. SADIKIN
Alumnus 1983
Sosok yang lekat dengan predikat juara selama SMA ini punya banyak
sekali kenangan tentang masa SMA di Regina Pacis Bogor. Secara
khusus, bapak 3 anak yang dulu dipanggil IKIN ini, bercerita tentang
peristiwa lucu dan sedih yang menyangkut teman-teman
sepermainannya.
Kisah Melky Hutasoit, yang digandrungi banyak siswi karena kepiawaiannya berdisco, dan jago ngebut menggunakan mobil datsunnya.
Gara-gara hobi ngebutnya, Melky mengalami kecelakaan, tepat setelah
ujian renang di Jalan Jakarta, dan wafat. Duka mendalam sangat
dirasakan Budi, yang pernah menjadi Wakil Ketua OSIS dan Ketua
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA RP, terutama ketika melalui prosesi
pemakaman Melky dengan adat Batak. Lulusan Institut Teknologi
Bandung jurusan Fisika Nuklir dengan cum-laude ini juga teringat
akan sosok teman lainnya, Raymond van Beekum almarhum.
Raymond, mantan pejabat BPPN yang wafat terbawa arus di Citarik
beberapa tahun yang lalu, pernah dikeroyok oleh tiga orang preman.
Begitu Budi dan teman-teman tiba untuk membantunya, ketiga orang
preman itu sudah benjol-benjol dan melarikan diri. Hebat juga si
Raymond!, ujar Budi.
Executive Vice President PT Bank Danamon Tbk ini juga berkisah ia
pernah tertangkap basah menyontek oleh Pak Lubis almarhum, guru
ilmu antariksa. Rupanya teman yang harusnya bertugas mengawasi
situasi, juga larut menyontek. Akibatnya, Budi dan temannya dipanggil
menghadap wali kelas, Pak Donatus Sinaga almarhum. Di samping
mereka berdua, ada seorang teman perempuan yang juga tertangkap
tangan menyontek. Padahal, mereka bertiga masing-masing meraih
peringkat 1, 2, dan 3 di kelasnya. Katanya sambil tersenyum geli,
Walaupun rangking, nyontek jalan terus.
Juara 1 Siswa Teladan Nasional ini sering mewakili sekolah dalam
berbagai kompetisi, seperti beberapa lomba Cerdas Cermat, dan
lomba karya ilmiah LIPI (juara harapan 1). Ia juga pernah mewakili
sekolah dalam pasukan pengibar bendera (Paskibra) kota Bogor, yang
kemudian kalah di tingkat propinsi dari tim Bandung. Tidak hanya di
situ, Budi pun rajin memperkuat tim sekolah dalam berbagai
pertandingan, mulai dari basket, tenis meja, renang, dan softball.
Dalam bidang terakhir ini dia tidak pernah menjadi juara, yang
penting, Ngeramein!.
Pengalaman di luar sekolah yang paling berkesan buat Budi adalah
ketika ia ikut Perkemahan Ilmiah Remaja LIPI di Bali. Di sana dia
bertemu dengan banyak orang pintar yang mewakili sekolah top di
seluruh Indonesia. Heran juga waktu itu, kok ada ya orang yang
sekaligus pintar, cakep/cantik, dan kaya. Biasanya Allah itu adil, kalau
pintar dan kaya ya jelek, atau kalau cantik, dan kaya ya bodoh.,
candanya.
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
Acara Penelitian LIPI di Pulau Seribu bersama rekanrekan SMA (Ita Rajino, Iwan, Pupung, Sri, Ita Salak, Leni)
REGINA PACIS VOLUME 1 TAHUN 2005 I
69
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
CHRIS MATINDAS
Alumnus 1984
Alumnus ini merupakan sosok pebisnis network marketing yang
dirintisnya dari nol bersama-sama istrinya, sang mantan kekasih yang
ditemuinya ketika berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Siapa sangka, Bapak dua orang anak yang awalnya bercitacita menjadi seorang ahli teknik akhirnya sukses di bidang lain. Chris
Matindas sangat menyintai usahanya ini yang menurutnya telah banyak
membantu orang dalam peningkatan taraf hidupnya. Pak Chris yang
sejak SMP bersekolah di Regina Pacis ini mengatakan bahwa, Regina
Pacis menentukan masa depan!. Ketika diwawancarai Tim Penulis
bulan Mei lalu, Pak Chris banyak berkisah tentang masa SMAnya.
Saat Pak Chris masih SMA, tempat favorit untuk nongkrong yang
dipilihnya dan teman-teman adalah Bakmi Yungsin. Pada jamannya itu,
lagu Sakura Fariz RM dan All I Am dari Hit Wave menjadi tren remaja.
Berambut gondrong tidak dilarang sekolah, sehingga kebanyakan
siswa membiarkan rambutnya panjang hingga ujungnya dapat ditarik
masuk ke mulut. Berbeda dari anak-anak jaman sekarang yang gemar
main komputer, Pak Chris dan kawan-kawannya gemar bermain
skateboard, lengkap dengan dandanan trendynya berupa kaus lengan
buntung atau lengan yang dilipat-lipat.
Banyak kenangan yang tak terlupakan oleh pria yang pernah merintis
karirnya sebagai akuntan dan kemudian bekerja di Citibank ini,
khususnya berbagai kegiatan yang dilakukan tim kesenian sekolah.
Sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler tim kesenian banyak
melakukan kegiatan seperti operet, tari, vocal group, dan lain-lain.
Tim kesenian ini banyak melakukan pementasan, bukan hanya di
lingkup sekolah, tetapi juga di Taman Ismail Marzuki, dan Pasar Seni,
Jakarta.
Pak Chris, yang sempat bersekolah di Hawaii untuk memperoleh gelar
MBA, mempunyai kenangan khusus tentang beberapa mantan
gurunya. Guru kimia saat itu, Pak Wendie, katanya, adalah sosok yang
paling di waspadai siswa saking galaknya. Guru yang asyik dan seru
adalah Pak Don almarhum yang mengajar matematika, dan Pak Herlan,
guru fisika. Sosok guru yang tidak marah padahal sering diusili siswa
adalah Ibu Ning, sementara guru yang berwibawa dan kebapakan
adalah Pak Warto. Saat itu,Guru yang paling suka mereka usili adalah
Bu Ning dan guru yang paling dianggap berwibawa adalah Pak Warto
yang memang sangat kebapakan. Pada saat itu, menurutnya, hubungan
antara guru dan siswa sangat akrab.
Namanya juga anak remaja, Pak Chris dan teman-teman pun banyak
melakukan kenakalan pada umumnya, seperti menyontek. Tidak jauh
berbeda dari teknik menyontek jaman sekarang, siswa ketika itu
menulis contekan di atas kertas kecil, digulung, dan disimpan di dalam
kaus kaki. Pada masa itu pula, Pak Chris mulai belajar merokok,
biasanya sembunyi-sembunyi merokok di dekat WC lapangan basket.
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
71
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
TJANDRA WIBOWO
Alumnus 1985
Regina Pacis adalah titik awal saya melangkahkan kaki menuju titik
hari ini. Tidak ada pengalaman yang bisa memberikan begitu banyak
pelajaran informal berharga yang saya dapatkan kecuali dari
keluarga dan Regina Pacis (untuk pelajaran formal sudah dipastikan
RP tidak ada saingannya di Bogor, saat itu). Di Regina Pacis, saya
mulai memiliki kepercayaan diri. Mengawali sejumlah keberhasilan di
luar kelas tanpa gelar juara kelas. Masuk sepuluh besar pun tidak
pernah saya rasakan. Yang nyata adalah peringkat sepuluh besar
dari bawah justru sebenarnya membuat saya agak minder jika
disandingkan dengan teman-teman lainnya.
Adalah Kelompok llmiah Remaja KIRPAX sesungguhnya yang
membukakan diri saya sehingga dekat dengan dunia luar, dan bergaul
dengan teman-teman di luar SMA Regina Pacis (perkemahan ilmiah
remaja di Wonogiri, Bali, Jember, Cibubur, dan masih banyak lagi).
Hingga saat ini pun, kami masih memiliki relationship baik dengan
mantan anggota KIR dari sejumlah SMA saat itu. Tentunya saya tidak
bisa melepaskan kegiatan KIR saat itu dari sosok seorang guru killer
bernama PAK WENDIE. Suka atau tidak suka, saya harus mengucapkan
terima kasih atas bimbingannya (yang manfaatnya justru semakin
terasa setelah lebih dari 10 tahun).
Hal paling menarik yang pernah saya alami adalah saat saya mengikuti
Lomba Karya Ilmiah Remaja mewakili Regina Pacis Bogor. Jujur saya
katakan bahwa saat itu kalau boleh saya memilih, saya lebih tertarik
pada agenda liburan dibandingkan dengan harus berkutat di
laboratorium IPB, tempat saya melakukan penelitian bertajuk Kerang
sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan Perairan. Tapi apa daya,
kebetulan ibu saya adalah seorang dosen IPB dan bapak saya adalah
seorang dokter (yang tentunya mereka mempunyai pandangan positif
terhadap LKIR), merekalah yang menjerumuskan saya untuk
berkenalan dengan pakar ilmu teknologi pangan dan gizi, FG Winarno.
Itulah awal aktivitas penelitian saya, yang kemudian menjadikan saya
Juara Pertama tingkat nasional LKIR LIPI-TVRI tahun 1984. Surprise
untuk saya yang sebenarnya adalah bukan siapa-siapa di SMA Regina
Pacis Bogor. Bahkan kemungkinan di mata guru-guru saat itu, saya
adalah seseorang yang bengal (pernah dihukum untuk ngepel aula
selama satu minggu oleh Pak Karno, kepala sekolah saat itu). Titik
inilah yang membuat kepercayaan diri saya mulai timbul, Ternyata
seorang Tjandra yang selalu speechless saat ulangan lisan di kelas,
dan Tjandra yang selalu deg-degan setiap kenaikan kelas karena takut
tinggal kelas, bisa jadi juara pertama tingkat nasional, hmmmm .....
Sejak itu kepercayaan diri saya semakin tumbuh, apalagi dengan
kesempatan bergaul dengan banyak teman. Saya semakin percaya
bahwa apa pun langkah yang diayunkan dengan penuh keyakinan,
kesuksesan akan senantiasa mendampinginya.
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
73
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
FIRA BASUKI
Alumnus 1991
Writing novels is my passion, demikian tulis Dwifira Maharani
Basuki atau Fira Basuki dalam riwayat hidupnya. Dikenal sebagai
penulis trilogy Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap, Fira telah
menerbitkan beberapa novel yang menjadi Best Seller dan telah
naik cetak berkali-kali, setiap kalinya hingga 5000 copy. Ibu dengan
satu anak ini memperoleh gelar Master di bidang Communication,
Public Relations dari Wichita State University (WSU), Kansas, USA.
Selama 4 tahun menjadi koresponden dan kontributor eksekutif di
Singapura untuk majalah Harpers Bazaar Jakarta, Fira saat ini
menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah SPICE!. Berikut tulisan
Fira tentang SMA Regina Pacis, Bogor.
SMA REGINA PACIS, BOGORMY INSPIRATIONS
Oleh: Fira Basuki
Aku sampai di sini
suatu tempat yang aku yakini
di mana banyak orang mengagumi
dan mengatakan aku disegani.
Ada senyum membayangi
ketika mereka menanyakan soal jati diri
bagaimana aku di bentuk saat usia dini
hingga remaja dan mencari-cari.
SMA Regina Pacis, Bogor kucintai
harusnya semua tahu percaya diri
datangnya dari guru dan ilmu di sini
dan dari semua itu aku dimulai.
SMA Regina Pacis, Bogor. Mendengar nama itu atau mengenang nama
itu membuat saya tersenyum sendiri. Ada kerinduan, terutama
kebanggaan luar biasa.
Tidak heran jika kini, saya sebagai penulis, mengambil banyak tema
dan inspirasi kenangan SMA. Di trilogi novel, Jendela-Jendela, Pintu,
dan Atap, misalnya, tokohnya June bersekolah di SMA Regina Pacis,
Bogor. Di novel Biru (yang sedang negosiasi adaptasi ke film), ceritanya
berkisar 20 tahun reuni SMA Surya, yang lokasi dan detailnya inspirasi
saya ambil dari RP. Ada suasana sekolah yang disiplin tapi juga fun,
ada cerita seputar gedung kuno dan tradisi. Tidak lupa soal makanan:
mie Yungsin (Sahabat), Nyai Sabi, dan toge goreng.
Kapan semua prestasi dan cikal bakal saya sebagai penulis dan
pemimpin redaksi majalah dimulai? Tahun 1989, saya berhasil jadi
rubrik forum
DARI ALUMNI
SEKOLAH REGINA PACIS
75
rubrik forum
SEKOLAH
DARI ALUMNI
REGINA PACIS
ANGKATAN 1998
Bagi angkatan 98, pengalaman yang paling berkesan di SMU Regina
Pacis adalah timbulnya perseteruan antara golongan IPA dan IPS
dengan provokator Yohanes Yulianto, yang akrab dipanggil Cabe.
Konflik berkelanjutan ini diakibatkan adanya pernyataan sepihak yang
dikeluarkan oleh Guru Matematika yang mengklaim bahwa anak2anak
IPS tidak bisa berhitung. Siapa yang tidak panas coba?!
Apalagi ketika kemudian diadakannya LIGA RECIS. Banyak siswa-siswa
sepakat untuk bolos pelajaran komputer, yang diadakan pada sore
hari, demi menonton pertandingan. Gara-gara ini, siswa kemudian
dihukum mengepel lantai ruang komputer oleh Ibu Ade, guru
computer, yang tentu saja marah besar. Padahal Ibu Ade termasuk
guru yang sangat baik hati.
Ada lagi cerita konyol sekaligus menyakitkan yang dialami angkatan
yang tidak mendapatkan OSPEK ini. Ketika diadakan acara di Ancol
Jakarta, kelas 1 dan 2 diperbolehkan pulang pagi, sedangkan kelas 3
tidak. Anak 3 IPS 3 nekad ikut pulang pagi meskipun ada pelajaran
PPKN dari Pak Dicky. Gara-gara itu, waktu pembagian rapor, seluruh
kelas diberi nilai 6. Sementara itu, nilai yang dianggap paling susah
dicapai untuk anak IPA jaman itu adalah Matematika yang diajar oleh
Pak Sunu.
Guru favorit anak IPS adalah Bu Ning, karena dianggap asyik dan top
abis. Mereka juga menyukai Pak Daniel yang baik. Sementara itu
untuk anak IPA, adalah Bu Sis dan Pak Bayu. Sementara Bu Hotmia
adalah guru favorit bagi kedua anak jurusan tersebut.
Angkatan mereka juga pernah membuat majalah SPEED milik kelas
2-6 yang kalau dilihat secara sekilas mirip majalah resmi RECIPROC.
Rubrik yang paling populer di majalah itu adalah Dari Untuk (DU) dan
menjadi sumber penghasilan SPEED karena ada biaya yang dikenakan
untuk setiap pesan yang dikirim.
Adalagi pendirian caf kelas saat istirahat jam pelajaran. Para siswa
mengubah suasana kelas menjadi seperti caf lalu mulai berjualan di
situ.
Cerita lainnya dari angkatan ini adalah pensiunnya Pak Mantri dan
juga diberhentikannya program Live-in yang dipelopori oleh Bapak
Imam Supeno karena alasan ekonomi.
Pesan mereka pada anak SMU Regina Pacis sekarang adalah: Jagalah
terus rasa persaudaraan di antara sesama siswa RP.
rubrik forum
DARI SISWA
SEKOLAH REGINA PACIS
MICHAEL ADRIAN
Alumnus 2005
Namanya akhir-akhir ini sering didengar melalui berita di berbagai media
massa. Ia disorot karena prestasinya sebagai salah satu putra bangsa
yang berhasil meraih medali emas dalam Olimpiade Fisika Asia, di
Pekanbaru, Riau Mei 2005 lalu. Belum lama ini pun dia berhasil menggondol
pulang medali perunggu dalam Olimpiade Fisika Internasional di Salamanca,
Spanyol, Juli 2005. Michael Adrian ternyata adalah alumnus SMA Regina
Pacis Bogor tahun angkatan 2004/2005.
Putra sulung pasangan Arianto Halim-Lena Maryana, tinggal di wilayah
Cibinong, tepatnya kompleks Permata Palem blok E no. 30 ini, mulai
bersekolah di Recis ketika menginjak SMA. Sebagai seorang juara di
bidang fisika, Michael sama sekali tidak bertampang cupu, yang
berkacamata dan serba apik serta serius. Pria yang dikenal akrab temantemannya dengan panggilan Mekong ini justru senang bercanda dan santai.
Bahkan ketika ditanya tentang kursus yang diikutinya, Mekang menjawab,
Buat apa les? Lebih baik tidur di rumah.
Menurut Mekong, adalah para guru di sekolah, khususnya Pak Endar dan
Pak Mara keduanya guru fisika di SMA Regina Pacis, telah berjasa membina
dan mengembangkan kepiawaiannya di bidang ini. Selain itu, ia banyak
memperoleh dukungan Bernard Ricardo, kakak kelasnya yang juga alumnus
Recis Fisika. Nama terakhir ini adalah juga telah memperkuat Indonesia
dalam kompetisi Fisika, dan berhasil meraih medali emas pada tahun 2004.
Sayangnya, Bernard Ricardo tidak dapat dihubungi untuk wawancara oleh
Tim Penulis.
Ketika ditanya tentang guru favoritnya, Mekong menyebutkan nama Ibu
Wida, guru biologi, di kelas 3. Guru ini ternyata meninggalkan kesan yang
mendalam, karena berkat Ibu Wida ia menjadi tertarik akan pelajaran biologi
dan menyukainya.
Rupanya Mekong memang merupakan sosok siswa yang pandai. Bukan
hanya di bidang Fisika ia berhasil, ia seringkali meraih peringkat di kelasnya.
Bahkan setelah ia dikarantina untuk persiapan kompetisi, dimana ia sama
sekali tidak dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah, ia tetap berhasil
meraih peringkat ke 2. Hebat bukan?? Ia pun aktif di kegiatan Kelompok
Ilmiah Remaja, dan pernah menjabat sebagai Ketua Fisika divisi Fis-El (Fisika
Elektro). Semuanya itu tidak menghambatnya untuk membina hubungan
dekat dengan seorang gadis, yang juga teman seangkatannya.
Ketika ditanya tentang rahasia sukses dalam pelajaran fisika, Mekong
memberikan kiatnya. Jangan membenci fisika. Untuk belajar sesuatu, sejak
awal kita harus menyukai pelajarannya, baru kita bisa menguasainya. Banyak
sekali pengalaman yang diperolehnya selama bersekolah di SMA Regina
Pacis Bogor ini. Pengalaman yang secara jelas telah membantunya dalam
pengembangan diri serta prestasi. Regina Pacis Bogor adalah sekolah
terbagus yang pernah saya alami, ujarnya.
77
rubrik forum
DARI SISWA
SEKOLAH REGINA PACIS
rubrik forum
DARI SISWA
SEKOLAH REGINA PACIS
DARREN PERDANA
Ketua OSIS periode 2004 2005
Bagi Darren, bersekolah di SMA Regina Pacis merupakan suatu
kegembiraan tersendiri. Suasana tertib dan disiplin, peraturan yang
ketat, dan ritme kegiatan belajar mengajar yang tinggi, sekolah ini
tidak membuat siswa-siswinya kaku. Justru sebaliknya, para siswasiswi SMA RP asyik dalam pergaulan.
Sebagai ketua OSIS, Darren mau tidak mau sering harus berhadapan
langsung dengan Bapak Dwi Sunu, kepala sekolah SMA RP. Ia
seringkali harus mengajukan proposal kegiatan dan harus melalui
proses yang tidak mudah untuk memperoleh persetujuan Pak Sunu.
Dilihat dari kacamata yang berbeda, sikap Pak Sunu sering dianggap
mengekang kebebasan siswa untuk berkreasi. Tetapi, secara positif
Darren menanggapinya sebagai keinginan Pak Sunu untuk melatih
siswanya untuk tidak mengerjakan sesuatu secara asal-asalan.
Siswa kelahiran Oktober 1988 ini dengan bangga menekankan
meskipun harus melalui kerikil-kerikil kecil tersebut, setiap kegiatan
OSIS yang dijalankannya sejauh ini termasuk berhasil. Satu harapannya
terhadap suster, kepala sekolah, para guru, serta rekan-rekan
siswanya agar memberikan dukungan yang lebih besar terhadap upaya
OSIS.
Siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini mengharapkan ketenaran
SMA RP tidak terbatas pada tingkat lokal saja, melainkan hingga
tingkat nasional, maupun internasional. Menurutnya, kualitas SMA
RP sebenarnya hanya pada tingkat stabil. Artinya tidak ada
peningkatan prestasi yang cukup signifikan, karena prestasi itu
dicapai hanya oleh segelintir siswa yang memang cemerlang. Untuk
itu, Darren mengharapkan agar kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
yang tidak aktif lagi digiatkan kembali. Juga, agar fasilitas yang ada
ditingkatkan baik dari segi mutu dan jumlah.
Itulah harapan sang Ketua OSIS yang tentunya mewakili harapan siswa
SMA RP pada umumnya.
79
kolom kita
P EMBINAAN
P RAMUKA DI RP:
K ARAKTER P RIBADI
A. PRABA DRIJARKARA
aya masuk Pramuka sebagai Siaga, yaitu pada waktu saya duduk di
kelas 2 SD Regina Pacis Bogor. Latihan Pramuka diadakan
setiap hari Jumat sore jam 14 hingga 17. Latihan diisi dengan
berbagai kegiatan seperti belajar tali-temali, belajar komunikasi dengan
sandi, memasak, pertolong pertama pada kecelakaan (P3K), menyanyi
dan tentu saja melakukan berbagai permainan. Lalu ada kegiatan
penjelajahan (hiking) dan perkemahan, mulai dari perkemahan SabtuMinggu (Persami), hingga perkemahan yang lebih panjang pada masa
liburan.
Setelah masuk SMP, saya naik tingkat ke Penggalang. Kegiatan di
Penggalang jauh lebih bervariasi daripada Siaga. Bahkan bisa dibilang
masa paling mengasyikkan sebagai Pramuka adalah pada masa
Penggalang. Setelah masuk SMA, saya pun meninggalkan Penggalang
dan menjadi Penegak. Berdasarkan pengalaman 10 tahun aktif di
Pramuka, saya ingin berbagi pandangan mengenai manfaat kegiatan
kepramukaan.
kolom kita
P EMBINAAN
P RAMUKA DI RP:
K ARAKTER P RIBADI
A. PRABA DRIJARKARA
Kesetiakawanan.
Cinta lingkungan.
Kecerdasan motorik.
81
kolom kita
emuanya berawal
ketika X memasuki
kamar kecil yang
berada di lantai 1
gedung baru SMP RP.
Kamar kecil itu berada tepat di
samping kantin yang digunakan
bersama. Diterangi lampu yang
temaram, X merasakan sesuatu
yang lain. Ia memandangi
keseluruhan ruangan itu. Tidak
ada apa-apa. Tapi ketika ia
menundukkan kepalanya Ia
melihat seonggok kepala tanpa
tubuh di lantai kamar kecil itu.
Langsung saja X berteriak
sekeras mungkin lalu lari
tunggang langgang keluar dari
ruangan itu.
G HOST
RECIS
S TORY
83
kolom kita
Di awal tahun ajaran baru 1985-1986, Ibu Darsini dengan lincah keluar
masuk seluruh kelas 2 mengumumkan penerimaan anggota baru
Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia cabang kodya Bogor.
Katanya bagi yang ingin bekerja sosial dan bergabung dengan PMI,
boleh mendaftarkan diri langsung ke sekretariat KSR di markas PMI
pusat. Alhasil mendaftarlah Isaac, Eko Elmartos, Hermawan dan Aletta.
Selama menjalani pelatihan sebagai anggota KSR, keempatnya
bersepakat mendirikan Palang Merah Remaja (PMR) SMA Regina Pacis.
Saat itu, PMR yang sudah menjamur diberbagai SMP dan SMA memang
belum hadir di Regina Pacis. Ibu Darsini sebagai pembina, dan keempat
KSR pertama Regina Pacis yang menjadi pelatih.
Ditahun pertamanya, PMR SMA Regina Pacis yang beranggotakan
beberapa puluh siswa kelas 1 dan 2, langsung aktif berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan tingkat kodya Bogor seperti bulan dana PMI,
bakti sosial pembagian susu dan Jumbara kemah 1 malam PMR seBogor. Tak ketinggalan mengikuti cerdas cermat dan pertandingan
PMR tingkat Jawa Barat. Tentu saja tujuan utamanya bukan meraih
kemenangan, namun sekedar mengikrarkan keberadaan PMR Regina
Pacis di kancah per-PMR-an Indonesia.
Tahun berganti, pelantikan angkatan ke-2 dibarengi dengan serah
terima kepemimpinan kepada Hendra selaku ketua baru. Acara yang
berlangsung di perkemahan Cijeruk, sempat diwarnai dengan petaka:
saat jalan malam perorangan, beberapa peserta tidak berhasil kembali
ke perkemahan. Panitia yang hanya terdiri dari 7 KSR kekurangan
SDM dan peralatan untuk melakukan pencarian. Detik dan menit
berlalu mencekam, panitia panik berat apa yang menimpa masingmasing yang hilang itu? Akankah mereka selamat?. Para peserta yang
dibiarkan duduk menundukkan kepala di lapangan tanpa boleh
bergerak ataupun bersuara, samar-samar menyimak kasak-kusuk
panitia mereka ulang rute pos ke pos mencoba menemukan titik awal
anak-anak itu salah jalur dan mencari solusi menemukan kembali
ketiganya.
Saat tiba-tiba 3 anak hilang ini muncul bersamaan (ternyata saat
tersesat mereka saling menemukan dan berupaya mencari jalan balik
bersama-sama), panitia memutuskan melanjutkan skenario acara
dengan perubahan kecil. Panitia pura-pura terbagi atas 2 kubu, yaitu
KSR asal Regina Pacis dan KSR non Regina Pacis, yang perang mulut
saling menyalahkan atas apa yang telah terjadi. Drama berlangsung
mulus atas dukungan kondisi emosional yang demikian menunjang,
panitia memang saling kesal beneran. Drama ditutup dengan
melempar kesalahan pada para peserta, dan nasehat panjang lebar
agar mereka berupaya lebih baik demi PMR Regina Pacis. Tanpa
disangka, para peserta putri mulai menangis dan akhirnya tanpa
terkendali menjadi bertangisan. Untung matahari mulai bersinar, dan
suasana haru pupus dengan pelukan kebersamaan antara seluruh
panitia dan peserta. Semuanya berjanji berbuat yang terbaik demi
PMR Regina Pacis.
kolom kita
85
87
SUSUNAN PANITIA
SEKOLAH
HUT EMAS
REGINA PACIS BOGOR
Pelindung
Penasehat
TIM PENGARAH
Ketua
: Prof. Dr. Ir. Suminar S. A, MSc. 66
Bendahara
: Ariesty Margaretha B., Ir. Arsitek
(Gwat Liang) 66
Anggota
: Tetje Jusdi 61
Kicky Susanto 66
Lenny Mukidjam 66
Sonia Susanto 67
R.H. Judistira Sutaprawira, B.A. 67
Amie Ratu Siti Aminah 69
TIM PELAKSANA
Ketua
: Anang Gunawan 84
Sekretaris I
: M.R. Astuty
Sekretaris II
: Masrina Sitepu
Sekretariat
: Undang Rumdana 66
Janto Pramoedji 70
Baso Dharmawan 87
Wandi Haryadi 99
Lora Tunggal 00
Veronica Eriana Dwiyanti 00
Julius Dimas T.N. 01
Maria Utami
Acara
: Aletta Leswara 87
(Koordinator)
Bazaar Lomba : Magdalena Rumawas 90
Pembukaan
: Sekolah RP para guru dan siswa
Career Day
: Patricia Bachtiar 83
Pameran
: Hendra 89
OSIS SMA
Seminar
: Erna Erlanwaty 84
Pentas Seni
: OSIS SMA
Reuni
: Ruliana Abidin 97
Buku
: Sofyan Sibarani 93
Umum
Dana
: Kusnanda Supriatna 85
(Koordinator)
: Lenny Mukidjam 66
Publikasi/Humas
: Itje Sri Rejeki 71
Darmadi A.W. 69
Datje Ahmad 67
Sponsor/Bazaar
: Andi Tanudiredja 87
: Ariyuswanto 92
Konsumsi
: Andini 88
Dokumentasi : FX Puniman 67
Perlengkapan dan Dekorasi
: Turino Gumulya 85
Kebersihan
: Staff Sekolah
Sie Keamanan/Ketertiban
: Saut Maruarar Nainggolan B.A. 66
Iptu Nakiya (Polisi)
Bripka Riadiyanto (Polisi)
Transportasi
Kesehatan
: Lani Sunjaya 73
: dr. Lindawati Halim 84
dr. Hendarto W. 69
93