Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I
PENDAHULUAN
2
bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai
kepada dideritanya suatu penyakit. Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak
bisa dihindari, stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler,
khususnya hipertensi, dan stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat
meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).
Salah satu penyakit kronis yang banyak diderita oleh lanjut usia adalah hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC - VII) yang
diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya
sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg (Girsang, 2013). Hubungan antara stres dengan
hipertensi di duga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah
yang menetap (Suyono, 2004). Berbagai upaya promosi kesehatan untuk mengatasi faktor
pencetus pada pasien hipertensi mulai berkembang. Pasien hipertensi pada penanganan
farmakologis akan diberikan obat anti hipertensi dengan kombinasi obat untuk mendapatkan
kontrol tekanan darah yang kuat karena akan mempunyai efek tambahan pada tekanan darah
jika diresepkan bersama. Pada penanganan non-farmakologis dapat dilakukan dengan
mengubah gaya hidup seperti mengurangi konsumsi rokok dan alkohol, menurunkan berat
badan (obesitas), serta manajemen stres (Hawari, 2008).
Salah satu upaya manajemen stres adalah dengan melakukan teknik relaksasi. Teknik
relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri dari stres yang membuat individu
merasa dalam kondisi yang tidak nyaman. Relaksasi psikologis yang mendalam memiliki
manfaat bagi kesehatan yang memungkinkan tubuh menyalurkan energi untuk perbaikan
3
dan pemulihan, serta memberikan kelonggaran bagi ketegangan akibat pola-pola kebiasaan
(Goldbert, 2007). Autogenic atau Otogenik memiliki makna pengaturan sendiri. Otogenik
merupakan salah satu contoh dari teknik relaksasi berdasarkan konsentrasi pasif dengan
menggunakan persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi
oleh sugesti diri sendiri. (Widyastuti, 2004). Salah satu teknik relaksasi yang paling sering
digunakan adalah teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif telah
banyak melalui penelitian oleh para profesi perawat dan telah terbukti dapat menurunkan
tekanan darah melalui mekanisme reduksi stres dalam beberapa kali perlakuan, baik pada
klien dengan rehabilitasi jantung dan pada kasus hipertensi mulai dari ringan sampai dengan
hipertensi berat yang memerlukan terapi obat antihipertensi (Sheu et al, 2003). Namun,
salah satu dari penelitian tersebut menyebutkan responden penelitian mengatakan keberatan
untuk melanjutkan sendiri dirumah secara rutin sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu sekali
sehari dengan alasan tidak ada waktu karena pekerjaan dan ada pula yang mengatakan
kesulitan karena tidak mengingat gerakan- gerakannya yang banyak (Yung et al,2001).
Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2000,
jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita
sekitar 26,1%. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010 (Apriana,
2012). Di Provinsi Bali, kasus hipertensi ada pada peringkat ke-4 dari 10 kasus terbanyak.
Dilihat dari prevalensi kasus, hipertensi mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2012, jumlah penderita hipertensi mencapai 8,7% sedangkan pada
tahun 2013 mencapai 8,9%.
4
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Bali yang padat
penduduk. Jumlahnya meningkat walaupun tidak terlalu signifikan dalam 2 tahun terakhir.
Jumlah penduduk Badung pada tahun 2012 sebesar 15,7% sedangkan pada tahun 2013
sekitar 15,8% dari total penduduk di Provinsi Bali (BPS Provinsi Bali 2013). Kecamatan
Kuta Utara merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang padat. Jumlah
penduduk Kuta Utara mencapai sekitar 2,1% dari total penduduk Kabupaten Badung. Desa
Tibubeneng merupakan salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Kuta Utara
dengan luas wilayah 6,50 km yang mencakup 13 banjar didalamnya. Salah satu banjar yang
terdapat di desa Tibubeneng adalah banjar Canggu Permai yang merupakan salah satu banjar
dengan penduduk lansia yang cukup banyak.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di UPT Puskesmas
Kecamatan Kuta Utara, didapatkan jumlah kunjungan lansia dengan hipertensi di bulan
Januari-September 2014 mencapai 359 kasus. Hasil survei pendahuluan yang telah
dilakukan peneliti di Banjar Canggu Permai, didapatkan dari 51 orang lansia yang aktif
mengikuti kegiatan, sebanyak 30 orang lansia diantaranya mengalami hipertensi. Setelah
dilakukannya observasi diambil 10 orang lansia untuk diwawancarai mengenai tingkat stres
yang dialami, dari 10 orang lansia, 70% dikategorikan stres sedang dan 30% dikategorikan
stres ringan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik terhadap Tingkat Stres pada Lansia dengan Hipertensi
di Banjar Canggu Permai Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung.
5
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Apakah ada Pengaruh Teknik Relaksasi Otogenik terhadap Tingkat Stres pada Lansia
dengan Hipertensi di Banjar Canggu Permai Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Teknik Relaksasi Otogenik terhadap tingkat Stres pada
Lansia dengan Hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan relaksasi otogenik pada
kelompok perlakuan
1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi otogenik
pada kelompok kontrol
1.3.2.3 Mengidentifikasi pengaruh teknik relaksasi otogenik terhadap tingkat stres pada lansia
dengan hipertensi di Banjar Canggu Permai desa Tibubeneng kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Badung.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang teknik relaksasi
otogenik yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan, untuk mengatasi
masalah psikologis pasien serta dapat dijadikan sebagai sumber data dan informasi
bagi pengembangan penelitian IPTEK keperawatan khususnya.
6
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1
1.4.2.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3
Lansia
9
Katup jantung menebal dan menipis (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas
pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
5) Sistem pernapasan
Otot pernapasan mengalami penurunan kekuatan dan kaku, elastisitas paru menurun,
kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
menurun jumlahnya, dan bronkus menyempit.
6) Sistem genitourinaria
Aliran darah ke ginjal menurun, ginjal mengecil, filtrasi di glomerulus menurun, dan
fungsi tubulus menurun sehingga kemampuam mengkonsentrasi urin ikut menurun.
7) Sistem integumen
Kulit mengkerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan
rambut menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih,
kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan
seperti tanduk.
2.3.4 Perubahan - perubahan mental
Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan mental, meliputi :
1) Pertama- tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
2.3.5 Perubahan perubahan psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia seperti : pensiunan, pada masa pensiunan akan
10
mengalami kehilangan-kehilangan antara lain :
1) Kehilangan finansial
kehilangan materi karena sudah tidak bisa bekerja lagi.
2) Kehilangan status
yang dulunya punya jabatan dan lengkap dengan fasilitasnya, sekarang sudah hilang
karena sudah tidak bekerja lagi.
3) Kehilangan teman atau relasi
semasa masih bekerja mempunyai banyak teman dan relasi, karena faktor usia yang
sudah tua, jadi tidak mungkin untuk bekerja sehingga otomatis semuanya hilang.
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
faktor usia yang sudah lanjut tidak mungkin lagi bisa bekerja di perusahaan atau
tempat lainnya, karena keterbatasan tenaga dan pikiran.
5) Perubahan dalam cara hidup
memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit
6) Perubahan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (kesusahan ekonomi) akibat
meningkatnya biaya hidup
7) Gangguan saraf panca indera, sehingga timbul kebutaan dan ketulian
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan sehingga ekonomi menjadi masalah.
2.1
Stres
11
jika berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut dan tegang
(Wijono,2006).
Menurut Sarafino (2008) mengartikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh
interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutantuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan
sosial dari seseorang. Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan
lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang mengancam, menantang serta merusak
keseimbangan seseorang. Stres adalah perasaan tidak nyaman baik secara psikososial
berupa cemas dan depresi yang di alami oleh lansia dengan kategori stres ringan, sedang
dan berat (Brunner, 2002).
Berdasarkan dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan
suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu. Kondisi yang
dirasakan tidak menyenangkan itu disebabkan karena adanya tuntutan-tuntutan dari
lingkungan yang dipersepsikan oleh individu sebagai sesuatu yang melebih kemampuan
nya atau sumber daya yang dimilikinya.
12
b. Psikologi
Sedangkan dari psikologi itu sendiri meliputi: kemampuan verbal, pengetahuan
moralnya, personal terhadap dirinya sendiri, dorongan / motivasi.
c. Sosial-budaya
Sedangkan menurut sosial- budaya meliputi: faktor- faktor umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, posisi sosial, latar belakang budaya, agama serta pengetahuan.
individu
menjadi
waspada dan
bagaimana
mencegah
berbagai
13
Menurut Hanun (2011) menyebutkan ada 4 macam-macam stress menurut psikologi
manusia, diantaranya:
a. Stres kepribadiaan
Stres kepribadiaan adalah stres yang dipicu dari dalam diri seseorang yang
berhubungan dengan cara pandang terhadap masalah dan kepercayaan atas dirinya.
b. Stres Psikososial
Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang kain
disekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya, seperti stress adaptasi dengan
lingkungan baru, dan masalah cinta, keluarga, serta stress macet dijalan raya, ataupun
diejek orang lain dan sebagainya.
c. Stres Bioekologi
Stres bioekologi adalah stres dipicu oleh dua hal, pertama, yaitu ekologi atau
lingkungan, seperti polusi dan cuaca, sedangkan kedua adalah akibat kondisi biologis,
misalnya akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, penuaan dan sebagainya.
d. Stres Pekerjaan
Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.
14
3) Lingkungan
Lingkungan yang kurang harmonis dapat meningkatnya stres pada lansia,
dikarenakan lingkungan yang kurang baik.
4) Keluarga
15
Keluarga lebih dominan untuk meningkatnya stres pada lansia, dimana
dukungan serta motivasi sangat dibutuhkan lansia.
5) Pekerjaan
Pekerjaan sangat mendorong lansia untuk beradaptasi pada masa pensiunan,
dimana ini masa paling berat bagi lansia.
2.2
Hipertensi
2.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian hipertensi masih sangat tinggi. Sekitar 20% populasi dewasa mengalami
hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer) dimana
16
tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah
dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder) seperti penyempitan arteri renalis
(Smeltzer & Bare, 2002). Di Amerika hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab
utama kematian. Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi dan
insidensinya lebih tinggi dikalangan Afro - Amerika setelah usia remaja. (Price & Wilson,
2006).
2.2.3 Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi
primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan
berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer
yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut,
kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi
tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain
faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia
17
kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur (Julianti, 2005).
2.2.4 Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih
pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan.
Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003
Kategori
Normal
Prehipertensi
Hipertensi
Sistolik (mmHg)
< 120
120-139
dan
atau
Diastolik (mmHg)
< 80
80-89
Derajat 1
140-159
atau
90-99
Derajat 2
160
atau
100
Sistolik (mmHg)
<120
<130
130-139
140-159
Diastolik (mmHg)
<80
<85
85-89
90-99
160-169
100-109
180
110
18
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu
diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau antagonis aldosteron, beta blocker, calcium
chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist / blocker (ARB).
Penatalaksanaan non farmakologis meliputi program penurunan berat badan bagi klien
obesitas dengan membatasi konsumsi lemak, mengurangi konsumsi garam,olahraga
teratur, makan banyak buah dan sayuran segar, tidak merokok,tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol, berusaha membina hidup yang positif dan mengendalikan stres
dengan latihan relaksasi dan meditasi (National Safety Council, 2003:78-84).
2.4
Relaksasi
19
tepatnya untuk mencapai suatu momen antara dua pikiran. Relaksasi hanya bisa terjadi
ketika tubuh dan pikiran hening (Soraya 2007).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah
salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk
gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan
mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol.
Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks, maka akan tercipta
suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan
menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula.
2.5
Relaksasi Otogenik
20
relaksasi otogenik atau autogenic merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri
berupa kata-kata atau kalimat pendek atau pikiran yang bisa membuat pikiran tentram
(Greenberg,2002). Otogenik adalah pengaturan diri atau pembentukan diri sendiri. Kata
ini juga dapat berarti tindakan yang dilakukan diri sendiri. Istilah Otogenik secara
spesifik menyiratkan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan beragam
fungsi tubuh seperti, fungsi jantung, aliran darah dan tekanan darah. Ini merupakan
konsep yang baru karena seama berabad-abad, fungsi-fungsi tubuh yang spesifik
dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang tertuju pada diri sendiri. Akan tetapi
riset yang di lakukan selama lebih dari dua dekade belakangan ini membuktikan hal yang
berbeda. Dengan mengalihkan respon tubuh secara sadar berdasarkan perintah kita
sendiri kita dapat membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya (Saunders,2002).
Ide dasar dari relaksasi autogenik ini adalah untuk mempelajari cara mengalihkan
pemikiran berdasarkan anjuran sehingga dapat menyingkirkan respon stres yang
menggangu pikiran. Tujuan relaksasi autogenik ini adalah untuk memberikan perasaan
nyaman, mengurangi stres, memberikan ketenangan dan mengurangi ketegangan
(National Safety Council,2004).
2.5.2 Kontraindikasi
Relaksasi Otogenik tidak dianjurkan untuk anak dibawah 5 tahun, individu yang kurang
motivasi atau individu yang memiliki masalah mental dan emosional berat. Jika merasa
cemas atau gelisah selama atau sesudah latihan, atau mengalami efek samping tidak bisa
diam,maka latihan harus dihentikan (Saunders,2002).
21
22
23
c) Fase 3 fokus pada sensasi hangat dan berat area jantung dengan kata-kata
instruksi diulang 4 hingga 5 kali.
d) Fase 4 fokus pada pernapasan dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5
kali.
e) Fase 5 fokus pada sensasi hangat abdomen dengan kata-kata instruksi diulang 4
hingga 5 kali.
f) Fase 6 fokus pada sensasi dingin kepala dengan kata-kata instruksi diulang 5
hingga 5 kali.
24
2.6
25
mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering
b.
dipakai adalah obat anti cemas (axiolutic) dan anti depresi (anti depressant).
Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi/
adaptabilitas terhadap stres, menyimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,
c.
Relaksasi adalah salah satu teknik didalam terapi perilaku yang pertama kali dikenalkan
oleh Jacobson, seorang psikolog dari Chicago yang mengembangkan metode fisiologis
melawan ketegangan dan kecemasan. (Snyder & Lindquist,2002). Menurut Potter &
Perry (2002), relaksasi adalah terapi perilaku kognitif pada intervensi non farmakologis
yang dapat mengubah persepsi klien.
Relaksasi adalah upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu relaksasi
otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun
transendensi atau keagamaan (Chomaria,2009).
Teknik relaksasi dengan gerakan dan instruksi yang lebih sederhana dengan waktu yang
efisien daripada teknik relaksasi lainnya adalah teknik relaksasi otogenik dimana hanya
memerlukan waktu 15-20 menit yang biasanya nyaman dilakukan pada pagi atau sore
hari. Relaksasi otogenik merupakan salah satu relaksasi yang dapat mengalihkan respon
tubuh kita secara sadar berdasarkan perintah dari diri-sendiri,maka dapat membantu
melawan efek akibat stres yang berbahaya. Relaksasi ini akan memberikan hasil setelah
dilakukan sebanyak tiga kali (Greenberg,2002).
26
Relaksasi autogenik dapat menstimulasi respon relaksasi dari seluruh ketegangan otot,
mental, menurunkan intensitas nyeri, dan dapat mengendalikan fungsi tubuh seperti
(tekanan darah, frekuensi jantung, dan aliran darah), dan dengan adanya latihan dapat
meningkatkan pelepasan hormon kebahagiaan yang menciptakan perasaan sejahtera dan
mengeluarkan senyawa-senyawa baik seperti endorfin yang dapat meningkatkan energi,
mood dan dapat mengendalikan fungsi tubuh (Shigeo,2011).
Penelitian yang dilakukan Andina (2010), menyatakan bahwa teknik relaksasi otogenik
dapat menurunkan tekanan darah dan kadar gula darah pada pasien hipertensi dan
hiperglikemia yang dilakukan selama tiga kali pertemuan selama 15-20 menit pada sore
hari. Keuntungan terapi otogenik berdasarkan penelitian yang dilakukan Wright, et al
(2002) yaitu dapat menurunkan tingkat kecemasan, menurunkan tingkat stres,
meningkatkan motivasi, meningkatkan adaptasi koping dan meningkatkan pola tidur pada
klien kanker.
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1
Penalaksanaan :
Farmakologis :
-
Nonfarmakologis :
-
asupan nutrisi
olahraga teratur
manajemen waktu
Perasaan rileks
Pola napas
tenang
Tekanan darah
dalam batas
fisiologis
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Teknik Relaksasi Otogenik terhadap Tingkat Stres Lansia
dengan Hipertensi di Banjar Canggu Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung
32
33
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel independent (bebas)
Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependent (Sugiyono,2013). Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah
Teknik Relaksasi Otogenik.
Definisi
Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
34
Variabel bebas
(independent
variable): Teknik
relaksasi
Otogenik
Variabel terikat
(dependent variable):
Tingkat Stres
3.3
Tindakan teknik
relaksasi yang
dilakukan dengan
perpaduan teknik
nafas dalam dan
autosugesti/pikiran
positif dalam
kondisi sadar
dengan posisi
nyaman (duduk)
yang dipandu oleh
terapis selama 1520 menit yang
dilakukan selama
tiga hari dengan
panduan dari
peneliti/asisten
peneliti.
Observasi
Merupakan sebuah
hasil penilaian
terhadap ringan,
sedang, beratnya
stres yang dialami
individu.
Angket/ Kuisioner
yang berisi 10 item
pertanyaan dengan
pilihan (0) Tidak
ada/tidak pernah,
(1) Kadangkadang (2)
Sering (3)
hampir setiap
saat.
Ya (1) jika
responden
melakukan 6
langkah teknik
relaksasi secara
lengkap.
Nominal
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban atau dugaan yang bersifat sementara terhadap permasalahan
35
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,2002).
3.3.1 Hipotesis Penelitian
Mengacu pada kerangka konseptual diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah : ada pengaruh
Teknik Relaksasi Otogenik terhadap Tingkat Stres pada Lansia dengan Hipertensi di Banjar
Canggu Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan (design) penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian.(Dharma,
2011). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian menggunakan
metode eksprimen semu atau quasi experiment dengan menggunakan desain prestest and
posttest with control group. Rancangan ini melibatkan dua kelompok, satu kelompok kontrol
dan satu kelompok perlakuan yang dipilih secara random. Kelompok perlakuan dalam
penelitian ini adalah relaksasi otogenik, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
intervensi. Pada kedua kelompok diawali dengan pre-test dan setelah pemberian perlakuan
diadakan post-test untuk mengetahui adakah perbedaan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol . Adapun skema desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
(Sugiyono, 2013: 76)
Tabel 4 Skema rancangan penelitian pre dan post tes dengan menggunakan kelompok kontrol
Subjek
R
R
Pre Test
O1
O3
Perlakuan
X
-
Post Test
O2
O4
Keterangan :
R
: Subjek yang dipilih secara random
X
: Perlakuan relaksasi otogenik
O1
: Nilai pre-tes sebelum diberikan relaksasi otogenik pada kelompok perlakuan
O3
: Nilai pre-tes sebelum diberikan relaksasi otogenik pada kelompok kontrol
O2
: Nilai post tes setelah diberikan relaksasi otogenik pada kelompok perlakuan
O4
: Nilai post tes setelah diberikan relaksasi otogenik pada kelompok kontrol
4.2 Kerangka Kerja
36
37
Populasi :
Lansia laki-laki dan perempuan yang berada di wilayah Banjar Canggu Desa Tibubeneng Kecamatan
Kuta utara Kabupaten Badung (51 orang)
Sampling :
Non Probability Sampling dengan teknik purposive sampling
Sampel :
Lansia laki laki dan perempuan dengan jumlah sampel 30 orang sesuai dengan
kriteria inklusi
Pre test :
Pengukuran tingkat stres sebelum
perlakuan pada kelompok perlakuan (15
orang)
Pre test :
Pengukuran tingkat stres pada kelompok
kontrol (15 orang)
Perlakuan :
Relaksasi Otogenik
Tanpa perlakuan
Komunikasi terapeutik (bercerita)
Post test :
Pengukuran tingkat stres setelah perlakuan
pada kelompok perlakuan (15 orang)
Post test :
Pengukuran tingkat stres pada kelompok
kontrol (15 orang)
Analisa data :
Uji hipotesis yang digunakan untuk melihat perbedaan tingkat stres pre test dan post test dengan menggunakan uji beda
dua sampel berpasangan (Wilcoxon) dengan tingkat kepercayaan 95% p0,05 menggunakan bantuan komputer.
2. Uji hipotesis yang digunakan dengan uji beda dua sampel tidak berpasangan (Man Whitney U Test)
dengan tingkat kepercayaan 95%,p0,05, menggunakan bantuan komputer.
38
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Banjar Canggu Desa Tibubeneng
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung.
4.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan April sampai Mei 2015.
4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
4.4.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2013), populasi merupakan wilayah keseluruhan yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua lansia laki laki maupun perempuan yang berada dalam
wilayah Banjar Canggu Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta utara Kabupaten Badung.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono,2013). Sampel dari penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,2003). Jumlah sampel
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditemukan oleh peneliti adalah 30 orang lansia.
Adapun sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan
eksklusi.
a.
Kriteria Sampel
39
Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk
mengendalikan variabel penelitian yang tidak di teliti, tetapi ternyata berpengaruh
terhadap variabel dependen (Nursalam, 2008).
1)
Kriteria Inklusi
a) Lansia laki-laki dan perempuan yang berusia 60 tahun keatas yang
berada di wilayah Banjar Canggu Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta
2)
40
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah sumber primer, yang merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono,2013)
melalui kuisioner yang telah ditentukan mengenai tingkat stres yang sedang dialami.
4.5.2 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Menurut Sugiyono (2013),
kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang bersifat tertutup atau terbuka
kepada responden untuk dijawabnya, efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Adapun tahapan
dalam mengumpulkan data yaitu :
a. Peneliti membawa surat ijin penelitian yang telah dipersiapkan oleh institusi dan
meminta ijin penelitian di Kesbang Pol LinMas Provinsi Bali kemudian surat
balasannya diserahkan ke Kesbang Pol LinMas Kabupaten Badung.
b. Setelah mendapatkan surat ijin yang di serahkan oleh Kesbang Pol LinMas
Kabupaten Badung, peneliti memberikan surat tembusan kepada Puskesmas
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung, perbekel desa Tibubeneng serta kepala
lingkungan wilayah banjar Canggu.
c. Memberikan kuisioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang
berada di wilayah Banjar Canggu Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta utara
Kabupaten Badung untuk mengetahui tingkat stres (pre test). Kemudian subjek
dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok perlakuan berjumlah 15 orang yang akan
diberikan latihan relaksasi otogenik dan kelompok kontrol berjumlah 15 orang yang
tidak diberi latihan relaksasi otogenik.
41
d. Kelompok perlakuan diberikan latihan relaksasi otogenik selama 15 menit yang
dilakukan selama tiga hari pada sore hari. Rangkaian gerakan relaksasi dilakukan
pada posisi yang nyaman (duduk) pada lingkungan yang nyaman.
e. Setelah diberikan latihan relaksasi otogenik selama tiga hari pada kelompok
perlakuan, subjek kembali mengisi kuisioner untuk mengetahui tingkat stres yang
dirasakan (post test). Hal yang sama dilakukan kelompok kontrol yang diberi
komunikasi terapeutik (bercerita) untuk mengetahui tingkat stres yang dirasakan
setelah tiga hari (post test).
f. Data yang telah terkumpul akan ditabulasi, kemudian dilakukan analisa data.
: 0-8
Ringan
: 9-10
42
Sedang
: 11-13
Berat
: 14-20
Sangat Berat
: 21
43
satu orang sukarelawan. Satu orang bertugas sebagai pemandu pelaksanaan terapi
dan dua orang lainnya bertugas sebagai asisten dalam pelaksanaan relaksasi
otogenik.
44
c) Entry data dimana pada tahap ini peneliti memasukkan data dari hasil
penelitian berupa inisial lanjut usia, umur, hasil pre test dan hasil post test
yang menggunakan instrumen Depression, Anxiety, and Stres Scales (DASS42) yang telah terkumpul serta dimasukkan pada master tabel.
d) Tabulasi yaitu menyajikan data dalam bentuk angka yang disusun dalam
kolom dan baris serta grafik dengan tujuan menunjukkan frekuensi kejadian
dalam kategori.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Bali, 2013, Profil Kesehatan Propinsi Bali 2013. Bali.
Marliani,
2007.
Epidemiologi,
Hipertensi
dan
Faktor
Risikonya
dalam
Kajian
\Http://ridwanamiruddin.wordpress.hipertensi-dan-faktorrisikonya-
dalam-kajian
epidemiologi , di akses : 20 oktober 2014
Suyono, Slamet. (2004). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: EGC
Apriana Kurniati, A. U. (2012). Gambaran Kebiasaan Merokok Dengan Profil Tekanan Darah
Pada Mahasiswa Perokok Laki-laki Usia 18-22 tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat,251.
261.
Widyastuti, P. (2004). Manajemen stres. Jakarta : EGC
Goldbert, Bruce. (2007). Self hypnosis bebas masalah dengan hypnosis. Yogyakarta : B-First.
Girsang, D. (2013). Hipertensi. http://kardioipdrscm.com/5891/berita-dan-informasi/harikesehatan-dunia-2013-kampanye-papdi-melawan-hipertensi/, akses tanggal : 13 Oktober
2014
Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit.FKUI.
46