Sie sind auf Seite 1von 88

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE


DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN TAHUN 2009

TESIS

Oleh

K O L A

A S A R JA

PA

ROTUA SUMIHAR SITORUS


077033027/IKM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN


PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister


Kesehatan dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh
ROTUA SUMIHAR SITORUS
077033027/IKM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Judul Tesis

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi

: PERILAKU
MASYARAKAT
DALAM
PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DENGUE DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN TAHUN 2009
: Rotua Sumihar Sitorus
: 077033027
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska)


Ketua

(Suhardiono, SKM, MKes)


Anggota

Ketua Program Studi,

Direktur,

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM)

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 1 Juli 2009

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Telah diuji pada


Tanggal: 1 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua

: Dr. Fikarwin Zuska

Anggota

: 1. Suhardiono, SKM, MKes


2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
3. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

PERNYATAAN

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN


PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 1 Juli 2009

ROTUA SUMIHAR SITORUS

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

ABSTRAK

Pecegahan penyakit demam berdarah didasarkan atas pemutusan rantai


penularan penyakit ini. Peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk dapat
meningkatkan keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemutusan rantai penularan
penyakit DBD. Keterlibatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan
sikap yang dimiliki masing-masing individu.
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian kualitatif dengan metode
fenomenologi pada enam keluarga yang pernah dan belum pernah menderita penyakit
demam berdarah pada wilayah kerja Puskesmas Medan Johor Kota Medan. Adapun
tujuan penelitian ini untuk perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit demam
berdarah dengue. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan dan
wawancara mendalam. Penelitian dilakukan selama Februari Mei 2009. Informan
dalam penelitian ini ayah, ibu dan anak-anak dari subjek penelitian, kepala
lingkungan, kader kesehatan, dan petugas kesehatan yang terlibat secara langsung
dalam program pencegahan penyakit DBD. Penganalisisan data dilakukan dengan
tehnik on going analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap tentang kegiatan
pencegahan penyakit demam berdarah pada kegiatan membersihkan rumah dan
lingkungan sekitar rumah serta penggunaan anti nyamuk. Jika ada anggota keluarga
yang terkena penyakit ini, maka penyemprotan/fogging dianggap merupakan suatu
kegiatan yang dapat mematikan nyamuk penyebab penyakit demam berdarah.
Pengetahuan dan sikap keluarga masih dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat
menghambat keluarga untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Peran serta masyarakat, dengan didukung oleh keterlibatan kader, kepala
lingkungan, PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lintas sektor sangat
menunjang keberhasilan program PSN-DBD.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Pencegahan Penyakit DBD.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

ABSTRACT

Since the prevention of Dengue Hemorrhage Fever (DHF) is based on


breaking the spreading chain of this disease, communitys participation is needed
very much to be able to increase the success in the implementation of breaking the
spreading chain of DHF. This communitys participation is influenced very much by
the individuals knowledge and attitude.
The purpose of this qualitative study with phenomenological method
conducted in the working area of Medan Johor Community Health Center in Medan
from February to May 2009 is to analyze the behavior of 6 (six) families in their
attempt to prevent the DHF. The informants for this study were the fathers, mothers
and the children belonged to the research subject, head of neighborhood, health
cadres, and the health workers who were directly involved in the DHF prevention
program. The data for this study were the obtained through observation and depthinterviews. The data obtained were analyzed through on-going analysis technique.
The result of the study shows that knowledge and attitude toward the DHF
prevention in the activities of cleaning the house and its environment as well as using
mosquito repellent. If any of the members of a family is suffering from DHF, fogging
is regarded one of the activities that can kill the mosquitoes spreading the DHF. The
knowledge and attitude belong to a family are still influenced by various factors that
can impede the family to take action according to the knowledge they have.
Communitys participation supported by the involvement of health cadres,
head of neighborhood, Family Welfare Education (PKK), public figures, religious
leaders, and inter-sectoral relationship supports the success of DHF prevention
program very much.

Keywords: Knowledge, Attitude, Action, DHF Prevention.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul Perilaku
Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Deman Berdarah Dengue di Puskesmas
Medan Johor Kota Medan Tahun 2009.
Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1.

Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2.

Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan
juga selaku Dosen Pembanding yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan saran-saran perbaikan bagi tesis ini.

3.

Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.

4.

Bapak Suhardiono, SKM, M.Kes., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang


dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5.

dr. Halinda Sari Lubis, MKKK., selaku pembanding yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan saran dan perbaikan bagi tesis ini.

6.

dr. Marlina, selaku Kepala Puskesmas Medan Johor yang telah memberikan izin
dan keleluasaan bagi penulis dalam melakukan penelitian.

7.

Seluruh informan yang terlibat dalam penelitian ini, yang telah memberikan
informasi bagi penulis dalam melengkapi data untuk penulisan tesis ini.

8.

Suami dan anak-anakku tercinta, yang senantiasa memberi perhatian, semangat


dan doa selama penulis dalam masa pendidikan.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran-saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga semua ini
bermanfaat bagi kita.

Medan, 1 Juli 2009

Penulis

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama

: ROTUA SUMIHAR SITORUS

Tempat/tgl lahir

: Medan, 29 Agustus 1969

Agama

: Kristen Protestan

Alamat Rumah

: Jl. Karya Wisata Komp. Johor Katelia Indah No. 68


Medan

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1976 - 1982

: SD Negeri 060860 Medan

Tahun 1982 - 1985

: SMP St. Thomas 3 Medan

Tahun 1985 1988

: SPK Depkes RI Medan

Tahun 1990 1991


Tahun 2002 2005
Tahun 2005 2007

: Program Pendidikan Bidan Tebing Tinggi


: D-III Keperawatan Depkes RI Medan
: S-1 Keperawatan Universitas Prima Indonesia Medan

Tahun 2007 s/d sekarang : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 1991- sampai dengan sekarang Pegawai Negeri Sipil

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................
ABSTRACT................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
RIWAYAT HIDUP...................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

i
ii
iii
v
vi
viii
ix
x

BAB 1

PENDAHULUAN..................................................................
1.1. Latar Belakang.................................................................
1.2. Permasalahan...................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................
1.4. Manfaat Penelitian............................................................

1
1
7
7
7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................
2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).....................
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit
DBD.................................................................................
2.3. Upaya Pencegahan DBD..................................................
2.4. Pemberantasan Vektor......................................................
2.5. Perilaku.............................................................................
2.6. Kerangka Pikir Penelitian.................................................

8
8
11
12
16
18
25

BAB 3

METODE PENELITIAN........................................................
3.1. Jenis Penelitian.................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................
3.3. Pemilihan Informan Penelitian..........................................
3.4. Metode Pengumpulan Data..............................................
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................

26
26
26
27
28
30

BAB 4

GAMBARAN UMUM............................................................
4.1. Kecamatan Medan Johor..................................................
4.2. Subjek Penelitian..............................................................

31
31
33

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 5

PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)............................
5.1. Pengetahuan Keluarga dalam Pencegahan DBD.........
5.2. Sikap Keluarga dalam Pencegahan DBD.......................
5.3. Tindakan Keluarga dalam Pencegahan DBD.................

42
43
47
52

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................


6.1. Kesimpulan......................................................................
6.2. Saran................................................................................

70
70
71

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

72

BAB 6

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

4.1.

Nama Kelurahan dan Luas Wilayah di Kecamatan Medan


Johor.......................................................................................

31

Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumah


Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga
di Kecamatan Medan Johor Tahun 2007.................................

32

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan


di Kecamatan Medan Johor Tahun 2007................................

33

4.2.

4.3.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

2.1.

Tiga Elemen Sistem Kebijakan ...............................................

15

2.2.

Kerangka Pikir Penelitian........................................................

25

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1.

Dokumentasi Penelitian........... ...............................................

74

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Tesis ini mengkaji perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD), karena rantai penularan penyakit DBD mempunyai


hubungan dengan perilaku bersih dan sehat yang belum terwujud di masyarakat.
Keberhasilan pemutusan rantai penularan penyakit DBD sangat erat kaitannya dengan
kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk mau menjaga kebersihan rumah dan
lingkungannya.
Alasan yang melatarbelakangi pengkajian perilaku masyarakat dalam
pencegahan penyakit DBD salah satunya yaitu penyakit demam berdarah dengue
(DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang,
mengakibatkan kesakitan dan kematian, terutama pada anak-anak, dan juga dapat
menjadi suatu wabah bahkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Soegijanto, 2006: 39).
KLB artinya jumlah kasus sudah dua kali lipat atau lebih ditempat yang sama pada
kurun waktu yang sama pada tahun dan bulan sebelumnya atau angka kematiannya
lebih dari 1% (Depkes RI, 2005; Koban, 2005: 4).
Pencegahan berkembangnya nyamuk Aedes aegypti sebagai penular DBD
menjadi mutlak dilakukan karena vaksin yang efektif terhadap DBD sampai saat ini
belum tersedia. Pengobatan yang dilakukan hanya untuk mengurangi gejala sakit dan

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

mengurangi risiko kematian. Penanggulangan DBD secara umum ditujukan kepada


pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektor)
yaitu nyamuk Aedes aegypti, dengan memberantas sarang perkembangbiakannya
yang umumnya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun
di tempat-tempat penampungan air (Soedarmo, 2005: 56).
Mengingat tempat hidup (habitat) nyamuk Aedes aegypti adalah pada tempattempat yang terdapat air bersih, maka orang yang menjaga kebersihan lingkungan
masih mungkin terkena DBD. Oleh karena itu program pemberantasan DBD tidak
cukup hanya dengan menjaga kebersihan lingkungan, tetapi harus menghindari
keberadaan jentik di tempat air yang bersih, misalnya menguras bak mandi setiap 1
minggu sekali. Hal ini dilakukan mengingat kehidupan nyamuk Aedes aegypti
diketahui siklus hidupnya selama bertelur hingga menetas 10 sampai 14 hari. Dengan
menguras bak mandi 1 minggu sekali tidak memberi kesempatan Aedes aegypti untuk
bertelur sehingga dapat menghilangkan tempat perindukannya.
Menurut WHO antara tahun 1975-1996 DBD terdeteksi keberadaannya
di wilayah Amerika, Eropa Selatan, Afrika Utara, Afrika Selatan, Afrika Utara,
Mediterania Timur, Australia dan pada beberapa pulau di Samudra India, Pasifik
Selatan dan Tengah serta Karibia (WHO, 1999: 1). Tetapi sekarang daerah endemik
DBD banyak terdapat di Asia (Thailand, Filipina, Kamboja, Malaysia, Singapura,
Cina), karena musim epidemik terjadi disaat musim hujan yang hampir setiap tahun
terjadi. Epidemik artinya keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
berada dalam frekuensi (jumlah) yang meningkat (Soegijanto, 2006: 5).
Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka
kejadian penyakit DBD meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per
100.000 penduduk pada tahun 1998. Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat
dengan a) perubahan iklim dan kelembapan nisbi; b) terjadinya migrasi penduduk
dari daerah yang belum ditemukan atau jarang ditemukan infeksi virus Dengue ke
daerah endemis penyakit infeksi virus Dengue atau dari pedesaan ke perkotaan;
c) meningkatnya kantong-kantong jentik nyamuk Aedes aegypti di perkotaan
terutama daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu (Soegijanto, 2006: 25).
Akibat peningkatan kejadian penyakit DBD tersebut maka Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM & PL)
Departemen

Kesehatan

RI

melakukan

penanggulangan

wabah

meliputi:

1) penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifatsifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah, 2) pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina,
3) pencegahan dan pengobatan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
kepada mereka yang belum sakit tetapi mempunyai risiko terkena penyakit,
4) penyuluhan kepada masyarakat (Depkes RI, 2005: 1).
Di Propinsi Sumatera Utara kasus DBD tiap tahun terjadi. Data tahun 20032007 menunjukkan bahwa IR (Incidence Rate) 7,92-30,75 per 100.000 penduduk dan
CFR (Case Fatality Rate) 0,91%-2,44%. Selama kurun waktu lima tahun tersebut

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

terdapat beberapa Kabupaten/Kota (Medan, Deli Serdang, Binjai, Tebing Tinggi,


Pematang Siantar, Simalungun) yang dinyatakan daerah endemis DBD di mana
kabupaten/kota tersebut merupakan wilayah yang dalam 3 tahun terakhir, setiap tahun
ada penderita DBD (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).
Penyebaran DBD yang cukup luas di Indonesia dan beberapa daerah Sumatera
Utara termasuk Kota Medan, dikarenakan adanya faktor-faktor yang mendukung
terjadinya penyebaran, seperti kondisi geografis atau ketinggian dari permukaan laut,
curah hujan, angin, kelembaban, dan musim; juga kondisi demografis, seperti
kepadatan penduduk, mobilitas masyarakat yang cukup tinggi, serta perilaku hidup
bersih dan sehat yang masih rendah (Soegijanto, 2006:11).
Penyebaran penyakit DBD secara pesat dikarenakan virus dengue semakin
mudah menulari lebih banyak manusia karena didukung oleh: 1) meningkatnya
mobilitas penduduk karena semakin baiknya sarana transportasi di dalam kota
maupun antar daerah, 2) kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk
keperluan sehari-hari, apalagi penyediaan air bersih belum mencukupi kebutuhan atau
sumber yang terbatas dan letaknya jauh dari pemukiman mendorong masyarakat
menampung air di rumah masing-masing (karena nyamuk Aedes aegypti hidup
di dalam air bersih), 3) sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan
penyakit yang masih kurang (Soedarmo, 2005: 16).
Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan oleh
pemerintah terutama Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan memiliki program
pencegahan dan penanggulangan DBD, seperti: 1) pertolongan pertama pada

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

penderita DBD, dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit; 2) penyuluhan terus-menerus


ke masyarakat; 3) fogging atau pengasapan pada rumah penderita DBD; 4) penaburan
bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air; 5) Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara bergotong royong dan melibatkan masyarakat. Namun,
upaya yang telah dilakukan tersebut sampai saat ini belum dapat merubah status
beberapa daerah dari daerah endemis menjadi daerah non endemis (Dinkes Kota
Medan, 2006).
Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan DBD sangatlah diperlukan karena
sangatlah mustahil dapat memutus rantai penularan jika masyarakat tidak terlibat
sama sekali. Peran serta masyarakat ini dapat berwujud pelaksanaan kegiatan 3M
(menutup wadah-wadah penampungan air, mengubur atau membakar barang-barang
bekas yang menjadi sarang nyamuk, dan menguras atau mengganti air di tempat
tampungan air) di sekitar rumah dan melaksanakan PSN pada lingkungannya (Koban,
2005: 9).
Ketidakberhasilan pemberantasan DBD secara menyeluruh dapat terjadi
dikarenakan tidak semua masyarakat melakukan upaya pemberantasan vektor penular
DBD, pemberantasan sarang nyamuk tidak mungkin dapat tuntas dilakukan bila
anggota masyarakat sampai ke lingkungan yang terkecil yaitu rumah tangga tidak
mau melakukannya (Nadesul, 2004; Koban, 2005: 11).
Penelitian perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor. Kecamatan Medan Johor sebagai wilayah
kerja Puskesmas Medan Johor merupakan salah satu wilayah di Kota Medan yang

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

setiap tahun terjadi kasus DBD (merupakan salah satu kecamatan yang endemis
DBD).
Dari data program surveilance penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas
Medan Johor tahun 2007, diketahui jumlah kasus demam berdarah sebanyak 71 kasus
yang tersebar di 3 kelurahan, yaitu di Kelurahan Kwala Bekala sebanyak 24 kasus
(33,8%), Kelurahan Gedung Johor sebanyak 15 kasus (21,1%), serta Kelurahan
Pangkalan Mashyur sebanyak 32 kasus (45,1%) (Laporan Kegiatan Puskesmas
Medan Johor, 2007). Hal ini menunjukkan tingginya kasus DBD untuk masingmasing kelurahan tersebut, padahal program pencegahan DBD telah dilaksanakan
oleh petugas kesehatan yang ada. Sampai dikembangkan sebuah metode promosi
kesehatan yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam
pemberantasan penyakit DBD di sekitar tempat tinggalnya (Laporan Kegiatan
Puskesmas Medan Johor, 2007). Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu
proses di mana individu, keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemberantasan vektor di rumahnya. Peningkatan partisipasi masyarakat
menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat
untuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan (Depkes RI, 2005: 1).
Perilaku masyarakat sangat erat kaitannya dengan kualitas kegiatan
pencegahan penyakit DBD. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang
dapat mengeksplor perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD,
terutama sekali di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor yang teridentifikasi
sebagai wilayah endemik DBD Kota Medan.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

1.2.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu: bagaimana perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit


demam berdarah dengue di wilayah pelayanan Puskesmas Medan Johor Kota
Medan.

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku keluarga dalam

pencegahan penyakit demam berdarah dengue di wilayah pelayanan Puskesmas


Medan Johor Kota Medan.

1.4.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai masukan untuk menyusun
strategi pencegahan dan penanggulangan kasus penyakit DBD baik
di desa/kelurahan endemis maupun di wilayah kerja secara keseluruhan.
2. Bagi Puskesmas Medan Johor sebagai masukan untuk meningkatkan
kegiatan promosi kesehatan sebagai upaya menurunkan kasus penyakit
DBD
di masyarakat.
3. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi menambah pengetahuan
tentang pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Pengertian DBD


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan
di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun dan bertendensi
menimbulkan renjatan (syok) dan kematian (Mubin, 2005: 8).
2.1.2. Tanda-Tanda Penyakit DBD
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus dan
badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik-bintik
perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri
ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga
sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah
penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung
tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut,
akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba). Kadangkadang kesadarannya menurun (Mubin, 2005: 8).

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Pembesaran

hati

(hepatomegali)

pada

umumnya

dapat

ditemukan

di permulaan penyakit. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan berat penyakit.
Biasanya nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus. Trombositopeni
yaitu jumlah trombosit di bawah 100.000/mm3 biasanya ditemukan diantara hari
ketiga sampai ketujuh sakit (Soedarmo, 2005: 44).
2.1.3. Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk
Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban)
sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak
di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus
berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun
dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).
Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penyimpanan air
di dalam atau di sekitar rumah, atau di tempat-tempat umum, biasanya berjarak tidak
lebih 500 meter dari rumah. Nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak di genangan air
yang berhubungan langsung dengan tanah (Soedarmo, 2005: 21).
Jenis-jenis

tempat

perkembangbiakan

nyamuk

Aedes

aegypti

dapat

dikelompokkan sebagai berikut:


a. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum,
tangki air, tempayan, bak mandi/WC, ember dan lain-lain.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

b. Tempat penampungan Air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat


minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik
dan lain-lain).
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, potongan bambu dan lain-lain.
2.1.4. Penularan Penyakit DBD
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan
sumber penular penyakit DBD. Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka
virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya
virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk dalam kelenjar liurnya (Depkes RI, 2005: 2).
Virus Dengue di dalam tubuh manusia mengalami masa inkubasi selama 4-7
hari (viremia) yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. Di dalam tubuh nyamuk,
virus berkembang setelah 4-7 hari kemudian nyamuk siap untuk menularkan kepada
orang lain yang disebut masa inkubasi ekstrinsik. Virus ini akan tetap berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang
menghisap virus Dengue ini menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap darah
akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probocis), agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama air liur itulah virus Dengue dipindahkan dari

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes aegypti betina umurnya dapat mencapai 2-3
bulan (Depkes RI, 2005: 2).

2.2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD

2.2.1. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang
diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain:
a. Sumber air yang digunakan
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan
tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.
b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya
DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik.
c. Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga
merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Soegijanto, 2006: 247).
2.2.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Analisis dari Green yang dikutip Notoatmodjo (2007: 178) menyatakan bahwa
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behaviour
causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

sendiri, khusus perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor
yakni:
a. Faktor-faktor

predisposisi

(predisposing

factor),

yaitu

terwujud

dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari


seseorang.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk di dalamnya
keluarga dan teman sebaya.
Green kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat
sebagai fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan penyebab kolektif itu
penting terutama karena perilaku merupakan suatu fenomena yang majemuk.

2.3.

Upaya Pencegahan DBD

2.3.1. Partisipasi Masyarakat


Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan secara
individu atau perorangan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah.
Cara terbaik adalah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara lain yang dapat
dilakukan ialah (a) menggunakan mosquito repellent (anti nyamuk oles) dan
insektisida dalam bentuk spray, (b) menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi
air sedikit, (c) memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak kedalam rumah
(Soedarmo, 2005: 59).

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses di mana individu,


keluarga,

dan

pemberantasan

masyarakat

dilibatkan

vektor

rumahnya.

di

dalam

perencanaan

Peningkatan

dan

pelaksanaan

partisipasi

masyarakat

menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat


secara aktif berkontribusi dalam pembangunan (Depkes RI, 2005: 1).
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan

permasalahan-permasalahan

masyarakat

tersebut.

Partisipasi

masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat


dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005: 124).
Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan
perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, memprakarsai dialog lintas sektoral
secara berkelanjutan, menciptakan rasa memiliki terhadap program yang sedang
berjalan, penyuluhan kesehatan dan memobilisasi serta membuat suatu mekanisme
yang mendukung kegiatan masyarakat (Depkes RI, 2005: 1).
Partisipasi masyarakat dalam tingkat individu dapat dilakukan dengan
mendorong atau menganjurkan dalam kegiatan PSN dan perlindungan diri secara
memadai. Pelaksanaan kampanye kebersihan yang intensif dengan berbagai cara
merupakan upaya di tingkat masyarakat. Memperkenalkan program pemberantasan
DBD pada anak sekolah dan orang tua, mengajak sektor swasta dalam program
pemberantasan virus dengue, menggabungkan kegiatan pemberantasan berbagai jenis
penyakit yang disebabkan serangga dengan program pemberantasan DBD agar
memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu peran partisipasi masyarakat dapat

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

ditingkatkan dengan pemberian insentif seperti pemberian kelambu atau bubuk abate
secara gratis bagi yang berperan aktif (Soegijanto, 2006:7).
2.3.2. Kebijakan Pemerintah
Bila dilihat dari aspek sistem kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan
melalui pemberantasan penyakit DBD maka ada tiga elemen, bahkan ada empat
elemen yang mencakup hubungan timbal balik dan mempunyai andil di dalam
kebijakan karena memang mempengaruhi dan saling dipengaruhi oleh suatu
keputusan (Koban, 2005: 9). Adapun elemen tersebut antara lain adalah:
1. Kebijakan publik (Undang-Undang/Peraturan, Keputusan yang dibuat oleh Badan
dan Pejabat Pemerintah).
2. Pelaku kebijakan (kelompok warga negara, partai politik, agen-agen pemerintah,
pemimpin terpilih).
3. Lingkungan kebijakan (geografi, budaya, politik, struktural sosial dan ekonomi).
4. Sasaran kebijakan (masyarakat).
Elemen-elemen tersebut secara skematis dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

PELAKU
KEBIJAKAN

KEBIJAKAN
PUBLIK

LINGKUNGAN
KEBIJAKAN
Sumber: Koban, 2005: 10.

Gambar 2.1. Tiga Elemen Sistem Kebijakan


Sejalan dengan teori sistem kebijakan maka keberhasilan program
pemberantasan virus Dengue sangat didukung dengan pembuatan peraturan
perundang-undangan tentang penyakit menular dan wabah. Perundang-undangan ini
memberikan wewenang kepada petugas kesehatan untuk mengambil tindakan yang
diperlukan saat terjadi wabah atau KLB di masyarakat (Koban, 2005: 8).
Penyusunan undang-undang harus mempertimbangkan komponen penting
dalam program pencegahan dan pengawasan virus Dengue dan nyamuk Aedes
aegypti, yaitu mengkaji ulang dan mengevaluasi efektifitas undang-undang,
dirumuskan berdasarkan perundang-undangan sanitasi yang telah diatur oleh
Departemen Kesehatan, menggabungkan kewenangan daerah sebagai pelaksana,
mencerminkan koordinasi lintas sektor, mencakup seluruh aspek sanitasi lingkungan,
mencerminkan kerangka administrasi hukum yang ada dalam konteks administrasi
secara nasional dan sosialisasi undang-undang kepada masyarakat. Di Indonesia

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

kelompok kerja pemberantasan DBD disebut dengan POKJANAL DBD dan POKJA
DBD tingkat Desa/Kelurahan (Koban, 2005: 8).
Diharapkan perilaku masyarakat akan berubah jika ada peraturan dan
kepastian hukum (law enforcement) yang mengikat dan mewajibkan setiap anggota
masyarakat untuk melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit DBD di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Apabila dilanggar akan dikenakan sanksi/hukuman yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku (Koban, 2005: 8).

2.4.

Pemberantasan Vektor
Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan

jentiknya. Menurut Soedamo (2005: 60) jenis kegiatan pemberantasan nyamuk


penularan DBD meliputi:
2.4.1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan

terhadap

nyamuk

dewasa,

dilakukan

dengan

cara

penyemprotan (pengasapan/fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat


kebiasaan nyamuk yang hinggap pada benda-benda tergantung, karena itu tidak
dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk
penular malaria. Insektisida yang dapat digunakan adalah insektisida golongan
organophosphat, misalnya malathion, fenitrothion, dan pyretroid, sintetik misalnya
lambda sihalotrin dan permetin (Soedamo, 2005: 60).
Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi
penularan, akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentiknya agar

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

populasi nyamuk penular tetap dapat ditekan serendah-rendahnya. Sehingga apabila


ada penderita DBD tidak dapat menular kepada orang lain (Soedamo, 2005: 61).
2.4.2. Pemberantasan Larva (Jentik)
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005: 14):
a. Kimia, yaitu dengan cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida). Ini dikenal dengan istilah
larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasi
temephos yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang
digunakan 1 ppm atau 10 gr ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air.
Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat
pula digunakan golonga insect growth regulator.
b. Biologi, yaitu dengan memelihara ikan pemakan larva yaitu ikan nila merah
(Oreochromosis niloticus gambusia sp.), ikan guppy (Poecillia reticulata), dan
ikan grass carp (Etenopharyngodonidla). Selain itu dapat digunakan pula Bacillus
Thuringiensis var Israeliensis (BTI) atau golongan insect growth regulator.
c. Fisik, yaitu dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Menguras bak
mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan,
drum dll), mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll).
Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak


di tempat itu.
Apabila PSN ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka diharapkan
nyamuk Aedes aegypti dapat dikurangi sehingga tidak menyebabkan penularan
penyakit. Untuk itu diperlukan usaha penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, karena keberadaan
jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (Depkes RI,
2005: 14).

2.5.

Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari

batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang
pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata
atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret)
(Notoatmodjo, 2007: 139).
Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek
di lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan
tindakan yang dilakukan makhluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu
organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila
ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula
(Azwar, 2003: 5, 9).
Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat,
persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan
penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari
rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh
susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron
memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya (Azwar, 2003: 10).
Menurut ilmu sosiologi, perilaku manusia merupakan hasil daripada segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan perilaku
kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007:
1).
Sementara itu ilmu antropologi menyatakan perilaku merupakan ganjaran dari
perilaku atau tingkah laku yang tidak disukai, sehingga ancaman dari penyakit
tersebut memainkan peranan penting dalam masyarakat untuk mempertahankan
aturan-aturan yang ada. Dengan demikian perilaku yang menyimpang dari pola-pola

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

umum yang berlaku dalam hubungan antar pribadi, baik antara sesama manusia atau
antara manusia dengan makhluk lain (Anderson, 2006: 54).
2.5.1. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007: 140), perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan
jiwa (berpendapat, berpikir bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respons
terhadap situasi di luar subjek. Perilaku dapat dijabarkan dalam tiga bentuk
operasional, yaitu:
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui reaksi atau
rangsangan dari luar.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan (pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba). Secara umum sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam
diri orang tersebut terjadi beberapa proses sebagai berikut:
1. Awareness (kesadaran), seseorang menyadari dan mengetahui adanya
stimulus.
2. Interest, mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation, menimbang-nimbang/mengevaluasi baik tidaknya stimulus
tersebut terhadap dirinya.
4. Trial, mencoba perilaku baru.
5. Adoption, telah terjadi perilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak sendiri
perilaku manusia yang ada di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam
tersebut.
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Notoatmodjo, 2007: 144). Tingkatan sikap adalah:
1. Receiving (Menerima), seseorang (subject) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (object)
2. Responding (Merespon), merespon/mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Valuing (Menghargai), mengajak orang lain untuk mengerjakan/
mendiskusikan sesuatu masalah.
4. Responsible (Bertanggung-jawab), bertanggung-jawab atas sesuatu yang
telah dipilihnya walau apapun risiko dan tantangannya.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit, yaitu berupa perbuatan terhadap
situasi dan rangsangan dari luar.
Menurut Notoatmodjo (2007: 145) tindakan adalah sesuatu yang dilakukan;
perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:
1. Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

2. Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai dengan


urutan yang benar sesuai dengan contoh.
3. Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan.
4. Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan.
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sifat, motivasi, reaksi dan
sebagainya, namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala
kejiwaan ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain diantaranya adalah
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio budaya masyarakat (Notoatmodjo, 2007:
177).
2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007: 139), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, yaitu:
a. Latar Belakang
Latar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan
dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki
dan nilai-nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

b. Kepercayaan dan Kesiapan Mental


Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan orang
tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai. Kepercayaan
tersebut setidak-tidaknya menjadi manfaat yang akan diperoleh, kerugian yang
didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan bahwa dirinya dapat diserang
penyakit.
c. Sarana
Tersedia atau tidaknya sarana yang dimanfaatkan adalah hal yang penting dalam
munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positifnya latar
belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana
kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul.
d. Faktor Pencetus
Dalam bidang kesehatan peranan faktor pencetus cukup besar untuk memunculkan
perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang baru
berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus,
seperti penyakit kulit.
2.5.3. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku berarti individu mulai menerapkan sesuatu yang baru
(innovasi), lain daripada yang sebelumnya. Tetapi merubah perilaku seseorang agar
mau menerima sesuatu yang baru bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah,
karena menyangkut suatu proses yang terjadi dalam diri individu itu sendiri maupun

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

dalam masyarakat. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah sebagai perubahan


perilaku yang melembaga atau lestari serta merupakan bahagian dari hidupnya.
Menurut Notoatmodjo (2007: 188), ada berbagai macam perubahan perilaku
masyarakat, yaitu:
a. Perubahan Alamiah (Natural Change): Perubahan itu sendiri disebabkan oleh
kejadian yang alamiah.
b. Perubahan Terencana (Plannied Change): Perubahan itu terjadi karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Kesediaan untuk Berubah (Readdiness to Change): Sebahagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, tetapi sebahagian orang
lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini
disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
2.5.4. Perubahan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Jika menelaah dari ketiga faktor tersebut maka nampak proses perubahan
perilaku sangat berhubungan dengan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Kepercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan (determinant)
adalah pengetahuan dan sikap. Kedua dimensi ini berkaitan erat dengan
karakteristik demografis individu.
b. Kemampuan mendapatkan informasi, kemudahan mendapatkan pelayanan
serta ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan.
Pengetahuan dan sikap masyarakat yang kurang mengetahui tentang tanda/
gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit DBD mempunyai risiko terkena

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

penyakit DBD. Dengan demikian upaya peningkatan pengetahuan mengenai


gejala/tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit DBD
perlu mendapat perhatian utama agar masyarakat lebih berperan aktif (Sarwono,
2007: 66).

2.6.

Kerangka Pikir Penelitian


Mengacu kepada bagan pokok atau bagan teoritik yang digunakan sebagai

landasan penelitian, maka dapat disusun kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

PERILAKU
-

Pengetahuan
Sikap

TINDAKAN
Pencegahan
Penyakit DBD

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan metode

pendekatan fenomenologi yaitu suatu pendekatan untuk melihat bahwa kenyataan


bukanlah seperti apa yang tampak, tetapi kenyataan ada di masing-masing kepala
individu. Pendekatan fenomenologi akan membantu untuk memasuki sudut pandang
orang lain, dan berupaya memahami bagaimana mereka menjalani hidupnya dengan
cara tertentu, serta pemahaman bahwa realitas masing-masing individu itu berbeda.
Penggunaan pendekatan ini untuk dapat menggambarkan pengetahuan, sikap dan
tindakan keluarga, sesuai dengan sudut pandang keluarga, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi keluarga untuk berperilaku dalam upaya mencegah penyakit DBD.

3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Kota

Medan, yang meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan


Gedung Johor dan Kelurahan Pangkalan Mashyur. Namun, dari 3 kelurahan tersebut
maka subjek penelitian lebih banyak diambil dari Kelurahan Pangkalan Mashyur.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan saya sangat memahami lokasi ini,
sehingga akan memudahkan dalam melakukan wawancara dan pengamatan terhadap

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

perilaku informan dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Penelitian telah


dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009.

3.3.

Pemilihan Informan Penelitian


Informan dalam penelitian ini adalah warga masyarakat yang dapat

memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan yaitu keluarga/rumah


tangga, meliputi ayah, ibu dan anak-anak yang tinggal dalam satu keluarga yang
sudah atau belum pernah menderita DBD serta bersedia menjadi informan penelitian.
Informan selanjutnya adalah kepala lingkungan atau petugas kesehatan yang terlibat
secara langsung dalam program pencegahan penyakit DBD.
Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada sebanyak 6 (enam) keluarga
yang diambil dari lingkungan yang berbeda di Kelurahan Pangkalan Mashyur.
Penelitian kualitatif menuntut suatu penggalian informasi yang mendalam berkaitan
dengan objek atau permasalahan penelitian, oleh sebab itu tidak memungkinkan
untuk mengambil subjek penelitian dengan jumlah banyak.
Dari keenam keluarga sebagai subjek penelitian ini, maka ada tiga keluarga
yang salah satu anggota keluarganya pernah menderita penyakit DBD, dan tiga
keluarga lagi belum pernah anggota keluarganya menderita penyakit DBD. Namun,
perbandingan yang sama untuk jumlah keluarga yang pernah menderita penyakit
DBD dan tidak pernah menderita penyakit DBD, bukanlah sebagai upaya untuk
membandingkan perilaku-perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit DBD, tetapi
hanya untuk melihat gambaran perilaku-perilaku keluarga dalam pencegahan DBD.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

3.4.

Metode Pengumpulan Data


Untuk data primer, maka metode pengumpulan data dilakukan dengan dua

cara yaitu wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan tentang


perilaku keluarga terhadap pencegahan DBD dan pengamatan (observasi) pada
keadaan/situasi rumah dan lingkungan sekitarnya. Wawancara dan pengamatan
dilakukan langsung di lokasi tempat tinggal informan.
Pelaksanaan wawancara dilakukan beberapa kali agar data yang terkumpul
dapat menggambarkan perilaku keluarga dan juga sebagai upaya untuk memastikan
kebenaran dari keterangan-keterangan terdahulu yang sudah diberikan informan.
Uji keabsahan data dilakukan dengan tehnik triangulasi data. Saya akan
memastikan bahwa catatan harian wawancara dengan informan dan catatan harian
observasi telah terhimpun. Kemudian dilakukan penyesuaian informasi terhadap
materi catatan-catatan harian, untuk memastikan tidak ada informasi yang
bertentangan antara catatan harian wawancara dan catatan harian observasi, supaya
dapat dipastikan bahwa jawaban yang diberikan sesuai dengan hasil pengamatan. Jika
ada perbedaan informasi atau informasi tidak relevan, saya akan menelusuri sumber
perbedaan tersebut dan mengkonfirmasi perbedaan tersebut pada informan dan
sumber-sumber lainnya. Atau, jika terjadi ketidaksesuaian informasi maka triangulasi
data dilakukan dengan mewawancarai anggota keluarga yang lainnya, atau dengan
metode pengamatan untuk memastikan tindakan informan dalam mencegah penyakit
DBD.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu alat tulis,
note book dan kamera. Data hasil pengamatan dan wawancara umumnya langsung
saya tulis di tempat penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan singkat. Tulisan-tulisan
singkat ini kemudian dikembangkan ke dalam bentuk field note yang lebih rinci dan
lengkap. Ada juga yang ditulis setelah berlalu sekian lama, sehingga sangat rentan
terhadap kemungkinan untuk terlupakan. Alat perekam tidak saya gunakan dalam
pengumpulan data, untuk menghindarkan kecemasan atau kecanggungan informan
dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Informan yang sulit untuk dijumpai, sulit untuk diwawancarai dan tidak
memberikan izin kepada saya untuk melihat beberapa bagian rumah, terutama bagian
kamar tidur, merupakan kendala-kendala yang saya alami selama mengumpulkan
data. Bahkan ada informan yang tidak mengizinkan saya melakukan dokumentasi
untuk

beberapa

bagian

rumahnya,

sehingga

ada

juga

data-data

yang

penggambarannya lebih baik dengan dokumentasi tidak dapat saya peroleh, Sehingga
beberapa data tersebut sulit untuk dinarasikan ke dalam field note.
Sedangkan data sekunder yaitu data geografis, kependudukan dan mata
pencaharian diperoleh dari Puskesmas Medan Johor, Kantor Camat Medan Johor,
ataupun kantor kelurahan di wilayah Kecamatan Medan Johor.
Data yang pertama ingin saya telusuri adalah berkaitan dengan pengetahuan
dan sikap informan dalam pencegahan penyakit DBD. Sedangkan data tindakan
pencegahan penyakit DBD lebih banyak saya peroleh dengan metode pengamatan
terhadap keadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

3.5.

Metode Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data untuk mengetahui perilaku masyarakat

(pengetahuan, sikap dan tindakan) dalam pencegahan penyakit demam berdarah


dengue di Puskesmas Medan Johor Kota Medan, dilakukan dengan cara menarasikan
hasil wawancara mendalam dan hasil pengamatan ke dalam bentuk field note atau
catatan lapangan yang mudah dipahami dan dimengerti.
Analisis data dengan menggunakan tehnik on going analysis yaitu analisis
yang berlangsung secara terus-menerus selama proses pengumpulan data.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 4
GAMBARAN UMUM

4.1.

Kecamatan Medan Johor


Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu wilayah di Kota Medan yang

terletak di sebelah Selatan, yang sebelumnya termasuk Kecamatan Patumbak, Deli


Tua dan Pancur Batu di wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Saat ini Kecamatan Medan Johor memiliki 6 (enam) kelurahan, dengan luas
wilayah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Nama Kelurahan dan Luas Wilayah di Kecamatan Medan Johor
No

Nama Kelurahan

Luas Wilayah (km2)

Kwala Bekala

5,50

Gedung Johor

3,15

Kedai Durian

0,98

Suka Maju

1,52

Titi Kuning

1,81

Pangkalan Mashyur

4,00

Sumber: BPS Kota Medan, 2007


Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Medan Johor adalah 16,96 km2, dengan
batas-batas wilayah, yaitu:
Sebelah Utara

: Kecamatan Medan Polonia

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Sebelah Selatan

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat

: Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur

: Kecamatan Medan Amplas

Sedangkan jumlah penduduk, kepadatan dan jumlah rumah tangga serta ratarata anggota rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga
dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga di Kecamatan Medan
Johor Tahun 2007
No

Kelurahan

Jumlah
Penduduk

Kwala Bekala

30563

Kepadatan
Penduduk
Per km2
5557

Jumlah
Rumah
Tangga
6742

Rata-rata
Anggota
RT
4.53

Gedung Johor

23087

6596

3633

6.35

Kedai Durian

4789

49

1424

3.36

Suka Maju

11731

7718

2683

4.37

Titi Kuning

14517

8020

4544

3.19

Pangkalan Mashyur

29456

7364

6335

4.65

Sumber: BPS Kota Medan, 2007


Kemudian komposisi mata pencaharian penduduk menurut kelurahan
di Kecamatan Medan Johor dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini:

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Tabel 4.3. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk menurut Kelurahan di


Kecamatan Medan Johor Tahun 2007

No Kelurahan PNS Peg.Swasta ABRI Petani Pedagang Pensiunan Lainnya


1

K. Bekala

879

6543

496

1825

4668

265

6364

Gd. Johor

361

2036

42

450

153

132

Kd. Durian

85

1070

25

11

75

12

266

Suka Maju

2275

4506

29

313

202

100

Titi

127

7356

17

1369

457

1050

P. Mashyur 1685

4679

185

16

4838

706

4210

Kuning
6

Sumber: BPS Kota Medan, 2007

Dari Tabel 4.3. di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan
Medan Johor memiliki pekerjaan sebagai PNS, Pegawai Swasta, ABRI dan
Pedagang. Pekerjaan ini pada dasarnya menggambarkan bahwa pada pagi hingga
siang hari sebagian besar kepala keluarga meninggalkan rumah untuk melakukan
pekerjaannya.

4.2.

Subjek Penelitian
Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada sebanyak 6 (enam) keluarga,

dimana tiga keluarga memiliki anggota keluarga yang pernah menderita DBD dan
tiga keluarga belum pernah menderita DBD.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Keenam keluarga tersebut diambil dari kelurahan-kelurahan yang berbeda,


tetapi bukan merupakan keluarga yang bisa mewakili masing-masing kelurahan
tempat tinggalnya. Adapun keenam keluarga tersebut adalah:
4.2.1. Keluarga Ibu Siska
Keluarga Ibu Siska sebagai salah seorang informan memiliki pekerjaan
sebagai pedagang. Rumahnya berada pada Lingkungan II Kelurahan Pangkalan
Mashyur. Sehari-hari Ibu Siska membuka warung yang ada di depan rumahnya.
Bangunan rumah permanen, dan memiliki ventilasi udara yang cukup terlihat dari
suasana rumah yang cukup terang karena adanya jendela pada bagian depan dan
samping rumah dan beberapa lubang angin di atas jendela dan pintu rumah.
Ibu Siska cukup rajin membersihkan kamar mandi yang dimilikinya, terlihat
dari tidak adanya kotoran pada bak air dan dinding bak mandi tidak licin.
Pembersihan dilakukan dengan cara menguras dan mengeringkan air dalam bak
mandi, menyikat lantai dan dinding bak mandi, lalu mengisi kembali dengan air
bersih. Begitu juga dengan dinding dan lantai kamar mandi tampak bersih dan tidak
licin. Ibu Siska minimal seminggu sekali akan membersihkan kamar mandi
di rumahnya, atau jika air bak tampak kotor oleh kotoran-kotoran yang terbawa air
PAM, maka dia akan segera mengganti air dalam bak. Aku paling gak bisa melihat
air kotor, gak enak mandi jadinya, kata Ibu Siska.
Kondisi lingkungan di sekitar rumah Ibu Siska kurang terpelihara. Parit dan
selokan tampak kotor dan bau oleh karena aliran air yang tersumbat oleh sampahsampah dari rumah tetangga di sebelah rumahnya. Ibu Siska merasa sia-sia untuk

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

membersihkan parit/selokan di sekitar rumahnya, karena akan kotor kembali oleh


sampah-sampah dari rumah tetangga, karena sampah-sampah itu pada akhirnya akan
mengalir ke parit/selokan rumahnya, sehingga Ibu Siska merasa jenuh untuk selalu
membersihkan sampah yang bukan sampahnya.
Ibu Siska pernah menderita DBD, sejak itu dia sangat menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, agar penyakit ini tidak mengenai
anak-anaknya.
4.2.2. Keluarga Bapak Yusuf
Keluarga kedua yaitu keluarga Bapak Yusuf dan Ibu Diah. Rumah keluarga
ini berada pada Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor. Bapak Yusuf merupakan
seorang pegawai swasta sedangkan Ibu Diah hanya seorang ibu rumah tangga.
Kegiatan sehari-hari Ibu Diah adalah menjaga kebersihan rumah, terutama kebersihan
kamar mandi dan halaman rumah, karena Ibu Diah tidak memiliki pekerjaan lain
selain ibu rumah tangga, sementara anak-anak dalam keluarga juga sudah cukup
besar dan mampu mengurus dirinya sendiri.
Rumah Bapak Yusuf memiliki 2 buah kamar mandi, satu berada di dalam
rumah dan yang satu lagi berada di bagian belakang rumah. Ibu Diah cukup rajin
membersihkan kamar mandi di rumahnya. Setiap dua kali seminggu bak-bak
penampungan air di kamar mandi selalu dikuras dan digosok dengan bros.
Secara umum lingkungan di sekitar rumah keluarga ini cukup terpelihara,
namun pada bagian depan rumah ada parit kecil yang selalu berisi genangan air. Ibu

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Diah termasuk rajin membersihkan sampah-sampah yang ada pada parit kecil
tersebut.
4.2.3. Keluarga Ibu Diana
Keluarga yang ketiga adalah keluarga Ibu Diana yang tinggal pada lingkungan
VI Kelurahan Pangkalan Mashyur. Ibu Diana ini juga hanya sebagai ibu rumah
tangga dengan aktivitas sehari-hari mengatur dan menjaga kebersihan rumah. Kamar
mandi keluarga ini ada dua buah, satu berada dalam rumah yang satu lagi berada pada
bagian belakang rumah. Kamar mandi yang di dalam rumah berukuran 2x2 meter,
sedang yang dibelakang rumah lebih luas berukuran 2x3 meter karena kamar mandi
ini juga merupakan tempat untuk mencuci pakaian. Pada kamar mandi belakang ini
banyak terdapat ember-ember berwarna hitam untuk tempat menampung air dan
membilas pakaian.
Ibu Diana selalu membersihkan kamar mandinya, baik yang berada di dalam
rumah dan yang terletak pada bagian belakang rumahnya. Seminggu sekali dia akan
menguras bak kamar mandi dan menggantinya dengan air yang baru.
Pada bagian samping rumahnya ada tanah kosong yang sudah menjadi rawarawa dan penuh dengan genangan air jika musim hujan tiba. Pemilik lahan tidak
pernah membersihkannya, sehingga tanah tersebut kini dipenuhi oleh semak belukar.
Ibu Diana sebenarnya merasa kurang nyaman dengan rawa-rawa tersebut, tetapi dia
merasa tidak berdaya karena pemiliknya tidak perduli dengan keadaan tanah
miliknya.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

4.2.4. Keluarga Ina


Keluarga Ibu Ina tinggal di sebuah rumah yang berada pada sebuah kompleks
sekolah madrasah. Suaminya merupakan penjaga sekolah sehingga mereka dapat
menempati salah satu rumah di madrasah tersebut. Ibu Ina membuka sebuah warung
kecil di depan rumahnya. Kamar mandi yang digunakan oleh keluarga ini merupakan
kamar mandi sekolah. Selain mereka, maka anak-anak sekolah di madrasah tersebut
juga menggunakan kamar mandi tersebut. Hasil pengamatan saya menunjukkan
bahwa bak yang ada di kamar mandi tersebut jarang dibersihkan, karena tampak
beberapa jentik-jentik di dalam bak tersebut.
Suami ibu Ina pernah menderita DBD pada bulan September 2008. Tetapi Ibu
Ina merasa bahwa suaminya terkena gigitan nyamuk penyebab DBD bukanlah dari
lingkungan sekitar rumahnya, tetapi dari tempat lain. Suami Ibu Ina memang
mempunyai pekerjaan lain yaitu mocok-mocok sehingga sering bepergian ke
tempat-tempat lain. Dan, dari mereka sekeluarga hanya suaminya yang terkena DBD,
jadi hal ini menguatkan keyakinan Ibu Ina bahwa penyakit DBD yang mengenai
suaminya diperolehnya dari tempat lain.
4.2.5. Keluarga Ibu Yati, Ibu Ita dan Ibu Arni
Ketiga ibu ini merupakan saudara kandung. Mereka tinggal bersama dalam
sebuah rumah berukuran 12x15 meter. Rumah ini milik Dinas Pertanian. Bapak
mereka dahulu adalah pegawai Dinas Pertanian, selanjutnya salah seorang abang dan
kakak mereka juga pegawai Dinas Pertanian, sehingga mereka diperbolehkan untuk
menempati rumah tersebut.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Ibu Yati memiliki seorang anak dan tidak bekerja, suaminya bekerja sebagai
TKI di Kuwait. Ibu Ita memiliki 2 orang anak, suaminya memiliki pekerjaan mocokmocok, dan Ibu Ita berjualan rujak di depan rumah tersebut. Kemudian, Ibu Arni
memiliki satu orang anak, suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dan dia sendiri
berjualan goreng-gorengan, juga di depan rumahnya.
Alasan mereka sehingga tinggal satu rumah dikarenakan tidak memiliki uang
yang cukup untuk menyewa rumah, Dinas Pertanian juga masih mengizinkan mereka
untuk menggunakan rumah tersebut.
Rumah ini memiliki 3 buah kamar yang ditempati oleh masing-masing
keluarga. Memiliki 2 buah kamar mandi yang tampak kotor, karena banyaknya kainkain kotor bergantungan dan barang-barang bekas yang tidak digunakan lagi tapi
berserakan di kamar mandi tersebut. Pada bagian dapur tampak sebuah rak piring
tergantung pada pojok ruangan ini, tetesan air dari rak piring membuat suasana dapur
tampak lembab.
Kondisi rumah dapat saya gambarkan sangat jauh dari kesan bersih, hasil
pengamatan menunjukkan banyaknya pakaian-pakaian kotor bergantungan di manamana. Hal ini terjadi karena dalam rumah tersebut ada beberapa tali yang
direntangkan menjadi gantungan walaupun tidak terlalu panjang

sehingga

meninggalkan kesan suasana rumah yang dipenuhi oleh kain-kain kotor yang
bergantungan.
Rumah yang mereka tempati memang cukup besar, tetapi ventilasi udara
sangat sedikit (tidak sesuai dengan luas rumah), sehingga keadaan rumah tampak

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

kurang sehat. Hal ini menyebabkan keadaan rumah tampak lembab. Ketika saya
meminta izin untuk melihat kondisi kamar masing-masing, ketiga informan tersebut
tidak memperkenankannya dengan alasan merasa malu karena kamar mereka
berantakan, maklumlah bu, anak saya masih kecil-kecil, mereka suka bermain
di tempat tidur, jadi kamarnya selalu berantakan, ujar ibu Ita.
4.2.6. Keluarga Ibu Hani
Informasi tentang keluarga Ibu Hani saya peroleh dari Ibu Yani yang
merupakan saudara kandung Ibu Hani. Ibu Hani dan seorang anaknya bernama Anto
pernah menderita penyakit DBD pada akhir tahun 2008.
Halaman rumah Ibu Hani cukup luas dan dipenuhi oleh beberapa pohon besar
juga bunga-bunga yang ditanam di dalam pot. Saya melihat beberapa pot bunga berisi
genangan air karena tidak terjadi peresapan air secara sempurna lobang bagian
bawah pot tempat air yang berlebih keluar, telah tertutup oleh tanah-tanah yang
mengeras. Saya tanyakan kepada ayah Anto apakah pot bunga tersebut selalu
tergenang air seperti saat ini, ayah Anto mengatakan, memang beberapa pot bunga
setiap hujan datang air dalam pot tidak meresap, sehingga untuk beberapa hari air
tetap tergenang di permukaan pot tersebut. Dan, Ayah Anto tidak pernah membuang
genangan air tersebut karena ia merasa tidak terlalu penting untuk melakukan hal
tersebut.
Ketika saya berada di halaman rumah Ibu Hani, ada banyak nyamuk-nyamuk
beterbangan, menurut Anto di halaman rumah mereka memang selalu banyak

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

nyamuk apalagi jika musim kemarau. Nyamuk-nyamuk itu bukan nyamuk penyebab
DBD karena ukuran nyamuknya besar-besar.
Pada halaman samping sebelah kanan rumah ada parit terbuka, parit tersebut
sebagai tempat mengalirkan air yang berasal dari atap rumah apabila hujan turun.
Parit tersebut disemen, posisinya tampak rata (tidak menurun), sehingga sisa-sisa air
berpotensi untuk tergenang. Dan ketika saya melakukan pengamatan pada parit
tersebut, ada genangan air di sana sini. Parit tersebut jarang dibersihkan oleh ayah
Anto, pembersihan hanya dilakukan ketika ayah Anto lagi rajin atau good mood.
Jadi, tidak ada jadwal atau waktu yang tertentu dalam membersihkan parit/saluran air
tersebut.
Rumah Ibu Hani berukuran 14x18 meter, rumah terlihat rapi. Tetapi pada
bagian pojok teras rumah terlihat tumpukan barang-barang bekas yang tidak terpakai
lagi. Menurut Ayah Anto, barang-barang tersebut kadang-kadang masih digunakan
sehingga sayang untuk dibuang.
Di kamar Anto tampak banyak pakaian bekas pakai yang digantung pada
bagian belakang pintu kamar. Sewaktu ditanyakan mengapa pakaian bekas pakai
tersebut digantung, Anto menjelaskan bahwa pakaian-pakaian tersebut belum kotor
benar dan masih bisa dipakai sewaktu-waktu, sehingga sayang untuk mencucinya.
Pada bagian belakang rumah keluarga ini ada sebuah kolam ikan yang berisi
ikan-ikan nila. Pada sebelah kolam ikan ini ada sebuah bak yang sudah bocor
sehingga tidak dapat digunakan sebagai kolam ikan, tetapi pada bagian dasar bak ini

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

masih ada tersisa air-air yang ternyata berisi jentik-jentik nyamuk. Menurut Bapak
Anto, bak yang kosong ini tidak pernah dibersihkan karena tidak lagi digunakan.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 5
PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan


kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat
menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini, penyakit ini
merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)
di Indonesia.
Sudah banyak program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya
pencegahan DBD, beberapa di antaranya adalah penyuluhan/sosialisasi program
3M, penyemprotan/pengasapan, pembagian abate, dan pelaksanaan gotong royong
membersihkan lingkungan. Namun sampai saat ini penyakit DBD belum dapat
ditanggulangi secara tuntas, penderita-penderita DBD masih tetap ada mengisi ruangruang perawatan di rumah sakit, bahkan ada yang meninggal karena keterlambatan
pemberian pertolongan.
Penyakit DBD tidak akan dapat diberantas jika hanya mengandalkan peran
petugas kesehatan. Keterlibatan masyarakat yang tinggi sangat membantu dalam
pencegahan

penyakit

DBD.

Namun,

ternyata masyarakat

masih

memiliki

pengetahuan, sikap dan tindakan yang berbeda-beda dalam upaya pencegahan


penyakit DBD.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

5.1.

Pengetahuan Keluarga dalam Pencegahan DBD


Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkatan yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005: 50).
Hasil analisis data dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan
menggambarkan pengetahuan dan sikap informan dalam upaya pencegahan penyakit
DBD. Pada dasarnya informan memiliki pengetahuan tentang cara pencegahan
penyakit DBD dengan cukup baik, dan tahu bahwa gigitan nyamuk yang menjadi
sumber penularan penyakit ini. Narasi ini menggambarkan pengetahuan dan sikap
informan tentang penyebab dan gejala penyakit DBD, walaupun demikian jawaban
yang diberikan bervariasi: Menurut Ibu Siska bahwa gejala-gejala dari penyakit DBD
adalah panas pada tubuh yang tidak turun-turun selama 3-4 hari, kemudian adanya
bintik-bintik merah pada tubuh. Penyebab ini semua adalah gigitan nyamuk,
nyamuknya ini suka berpindah-pindah, menggigit orang di sini, lalu pindah ke
tempat lain dan menggigit orang lain lagi di tempat itu, begitulah seterusnya bu,
katanya. Untuk mencegah penyakit ini maka perlu dijaga kebersihan rumah,
membersihkan macam bak mandi, menguras jentik-jentiknya, menguras genangan air,
dan mengubur barang-barang bekas. Lalu Ibu Diana mengatakan bahwa penyebab
demam berdarah adalah gigitan nyamuk. Sumber nyamuk tersebut dari tumpukantumpukan barang dan batang-batang pisang yang ada pada semak-semak di sebelah
rumahnya, atau kaleng-kaleng terbuka yang masih menyimpan air di dalamnya. Cara

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

mencegah penyakit ini dengan melakukan penyemprotan, membersihkan paret-paret,


serta membuang atau mengubur kaleng-kaleng yang tidak perlu. Cara lainnya adalah
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan membersihkan bak mandi seminggu
sekali. Sedangkan Ibu Diah mengungkapkan bahwa penyakit DBD dinyatakan dari
terjadinya panas tinggi, kemudian adanya bercak-bercak merah sampai ada yang
mengeluarkan darah. Upaya untuk pencegahan penyakit demam berdarah ini dengan
membersihkan pekarangan rumah, membersihkan rumah. Bak air di kamar mandi jika
bisa dikuras setiap hari. Jika memiliki pot-pot bunga di dalam rumah harus diganti
airnya setiap hari karena pot tersebut merupakan tempat bersarang nyamuk penyebab
deman berdarah. Ibu Ina mengatakan bahwa penyebab penyakit demam berdarah
adalah gigitan nyamuk aedes. Menguras bak mandi, mengubur kaleng-kaleng yang
tidak terpakai lagi supaya kalo datang hujan air hujan gak tinggal di kaleng-kaleng
yang tidak dipakai itu, serta membersihkan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
Selain itu juga, menggunakan anti nyamuk lotion (krim yang dioleskan pada bagianbagian tubuh) dan anti nyamuk bakar lingkar, tapi yang paling kuat mencegah gigitan
nyamuk adalah menggunakan anti nyamuk lotion, kalo kita pake autan (salah satu
merk yang beredar di pasaran) maka nyamuknya gak datang lagi, katanya. Lalu Ibu
Yati juga memberikan jawaban yang hampir sama. Dia bilang penyebab penyakit
demam berdarah karena gigitan nyamuk, tapi dia tidak mengetahui namanya. Sambil
tertawa ia mengatakan, nyamuk demam berdarahlah bu. Usaha yang dilakukan
untuk mencegah penyakit ini adalah dengan menggunakan anti nyamuk lotion.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Paling pake soffel lah salah satu merk anti nyamuk lotion nyamuk-nyamuk gak
datang lagi pada kita.
Jadi, semua ibu dari keluarga yang menjadi subjek penelitian ini memang
memiliki pendapat yang sama bahwa penyebab penyakit demam berdarah adalah
gigitan nyamuk. Gejala yang ditimbulkan dari gigitan nyamuk ini adalah demam yang
tidak turun-turun selama 3-4 hari, disertai dengan bintik-bintik merah di seluruh
tubuh. Namun jenis nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit ini tidak bisa mereka
sebutkan

secara lengkap.

Begitu

juga dengan

tempat

yang cocok

bagi

perkembangbiakan nyamuk ini belum bisa mereka uraikan secara lengkap.


Pengetahuan tentang penyakit DBD dan cara pencegahannya mereka peroleh
dari petugas puskesmas yang memberikan penyuluhan, dari kepala lingkungan dan
dari televisi. Sepertinya iklan televisi dengan topik 3M cukup melekat pada memori
mereka. Hal ini dapat ditangkap dari ungkapan mereka yang mengatakan bahwa
pencegahan yang harus dilakukan dengan menguras bak mandi, mengubur kalengkaleng bekas dan menutup tempat penampungan air. Informasi juga diperoleh dari
sesama mereka (tetangga dan teman) ketika mereka bergaul dan berbicara dalam
keseharian mereka atau juga ketika mereka melakukan pertemuan seperti arisan
atau wirit.
Pengetahuan informan tentang pencegahan penyakit demam berdarah
memang tidak benar-benar lengkap atau sempurna. Sehingga hal ini menyebabkan
pengetahuan mereka tentang penumpukan barang-barang bekas yang tidak digunakan
lagi, pakaian-pakaian habis pakai yang digantung di kamar atau menyimpan kain-kain

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

tidak berguna di bawah tempat tidur seakan bukan merupakan suatu sebab dari
timbulnya penyakit demam berdarah.
Namun ada juga informan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang cara
pencegahan penyakit DBD, tetapi beberapa situasi/kondisi tertentu dan kebiasaankebiasaan yang ada menyebabkan pengetahuan tersebut tidak diwujudkan dalam
sebuah tindakan. Salah satunya yaitu apa yang diutarakan oleh Ibu Ina:
Suaminya pernah mengidap penyakit DBD, kejadian sekitar bulan
September 2008. Tetapi ibu Ina ini memiliki keyakinan bahwa
suaminya memperoleh penyakit ini di tempat lain. Suamiku suka
pigi-pigi kemana saja, karena dia kan kerjanya mocok-mocok, jadi
bisa saja dia kena gigit nyamuk itu di tempat dimana dia pergi.
Trus ia pun ikut pertemuan STM sebulan sekali, jadi bisa juga kena
dari situ, karena di lingkungan ini tahun lalu ada juga yang kena
DBD kak, mungkin saja suami ku kena dari tempat itu. Anak-anak
ku dan aku kenapa gak kena kak, harusnya kan suami ku lebih kuat
dari anak-anak ku, makanya dia bisa kena di tempat lain kak, urai
Ibu Ina.
Dengan adanya anggapan ini menyebabkan ibu merasa menumpuk kain
pada sebuah keranjang kemudian diletakkan di bawah tempat tidur bersama dengan
barang-barang (peralatan rumah tangga) yang tidak dipakai sehari-hari yang
menyebabkan bagian bawah tempat tidur tampak kotor, gelap dan lembab, bukanlah
menjadi tempat yang dapat menjadi daerah peristirahatan yang nyaman bagi nyamuk
Aedes aegypti.
Begitu juga dengan Anto, yang pernah menderita DBD di akhir tahun 2008.
Di dalam kamarnya banyak sekali pakaian bekas pakai yang digantung. Menurutnya
pakaian tersebut belum kotor karena baru sekali dipakai, sehingga dia merasa sayang
dan enggan untuk mencucinya. Dan, Anto menggelengkan kepalanya menandakan

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

ketidaktahuan bahwa pakaian bekas pakai yang digantung dapat menjadi tempat
peristirahatan dari nyamuk penyebab DBD.

5.2.

Sikap Keluarga dalam Pencegahan DBD


Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak
senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya). Menurut Campbell,
1950 dalam Notoadmotjo, 2005: 52 mengatakan, An individuals attitude is
syndrome of response consistency with regard to object. Dengan pengertiannya
bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau
objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan
yang lain. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, tetapi sikap belum tentu
terwujud dalam tindakan.
Sikap ibu pada masing-masing keluarga ada yang sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya, tetapi juga ada yang berbeda bahkan bertentangan dengan
pengetahuannya. Seperti dengan Ibu Ina, di belakang pintu kamar ada banyak pakaian
bekas pakai yang digantung beserta dengan tas-tas sekolah anak-anaknya. Ibu Ina
paham dan cukup mengerti bahwa pakaian yang digantung dapat menjadi sarang
nyamuk demam berdarah, sambil tertawa dia berkata:
Macam mana ya bu, aku memang tahu bahwa menggantung
pakaian seperti ini sambil menunjukkan pakaian-pakaian yang
tergantung bisa menjadi tempat sarang nyamuk. Tapi, macam
mana lagi bu, pakaian itu memang digantung karena besok-besok
masih bisa dipake lagi, sayang kalo langsung dicuci dan juga mau

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

di tarok di mana lagi pakean itu. Nggak ada tempat lagi, lemari pun
cuma satu, ya akhirnya digantung ajalah pakeannya, karena masih
bisa dipake bu, ujar Ibu Ina.
Narasi ini menggambarkan bahwa informan memiliki pengetahuan bahwa
menggantung pakaian merupakan tempat peristirahatan dan perkembangan nyamuk
Aedes aegypti, tetapi karena ketiadaan tempat maka informan tetap membiarkan hal
itu terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang positif tidak menjamin
terjadinya sikap dan tindakan yang positif pada seseorang, ada hal lain seperti sarana
dan prasarana yang dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap dan bertindak.
Sepertinya teori Lawrence Green dapat menjadi suatu pegangan, di mana seseorang
berperilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu faktor predisposisi, faktor
pemungkin dan faktor penguat. Tersedianya sarana dan prasarana merupakan faktor
pemungkin untuk seseorang melakukan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005: 60).
Masih menurut Notoatmodjo, (2005: 144) bahwa sikap Ibu Ina ini hanya mencapai
tahap receiving (menerima) pengetahuan bahwa perkembangbiakan nyamuk
penyebab DBD dapat terjadi karena kain-kain yang digantung, tetapi tidak mencapai
tingkatan responding atau merespon, menghargai bahkan mau bertanggung jawab
untuk bertindak melakukan pencegahan DBD dengan tidak menggantung pakaianpakaian bekas pakai.
Begitu juga dengan Ibu Yati, yang ternyata seorang kader posyandu. Ia paham
dan mengerti bahwa membiarkan barang-barang bekas dan kaleng-kaleng bekas
berserakan bisa menjadi tempat nyamuk untuk bertelur. Kaleng-kaleng itu bisa
menyimpan air dan menjadi tempat hidup jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti. Tetapi,

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

di setiap kamar mandi di rumahnya tampak berserakan barang-barang bekas seperti


tempat sabun colek yang sudah habis isinya dan mangkok-mangkok yang tidak
terpakai lagi. Rak piring tergantung dipojok, di bawah rak piring juga ada beberapa
mangkok-mangkok yang dibiarkan tergeletak begitu saja, tetesan air dari rak piring
akan tertampung di mangkok-mangkok tersebut. Ini juga bisa menjadi tempat tinggal
yang nyaman bagi nyamuk penyebab demam berdarah. Sewaktu ditanya mengapa
barang-barang tersebut tidak dibuang saja, dengan tersenyum malu-malu Ibu Yati
menjawab:
Nanti ajalah bu dibuang, gak terpikir untuk membuangnya, karena
kadang-kadang kami pake juga bu. Memang itu bisa jadi sarang
nyamuk bu, saya kan kader posyandu juga, pernah saya dengar dari
petugas puskesmas, di TV juga pernah saya lihat iklannya. Karena
itulah kalo tidur kami pake kelambu, jadi sudah amanlah, gak
digigit nyamuk lagi, katanya.
Ungkapan Ibu Yati ini semakin memperjelas bahwa pengetahuan, sikap bisa
berbeda dengan tindakan. Jadi, ada banyak hal mempengaruhi seseorang untuk dapat
bertindak sesuai dengan pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.
Dalam narasi di atas menjelaskan bahwa faktor barang/benda yang masih
digunakan lagi sehingga sayang untuk dibuang, merupakan faktor yang membuat
keluarga Ibu Yati tetap membiarkan benda-benda tersebut walaupun menyadari
adanya

bahaya

dengan

keberadaan

benda-benda

tersebut.

Untuk

dapat

membenarkan tindakan tersebut, maka pemakaian kelambu menjadi suatu alasan


agar dapat terhindar dari bahaya yang mengancam.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Demikian juga dengan Ibu Ita, perilaku sehari-hari menggantung pakaian


bekas pakai di kamar mandi dan di dalam rumahnya, telah menjadi kebiasaan hidup
mereka sehari-hari. Alasan masih bisa dipakai sehingga sayang untuk dicuci untuk
menghemat pemakaian air dan sabun cuci, merupakan pembenaran dalam melakukan
tindakan menggantung pakaian bekas pakai.
Ibu Ita beserta suaminya tidak mengetahui bahwa pakaian bekas pakai dan
digantung merupakan tempat aman bagi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat. Hal
ini dapat dijelaskan melalui narasi berikut:
Aku gak tau kalau pakaian digantung bisa jadi tempat nyamuk
hidup, saya tau nyamuk hidup di tempat kaleng-kaleng bekas, air
tergenang. Tapi bu, aku dan suami serta anak-anak kalau mau tidur
pakai autan kok, jadi sudah amanlah dari gigitan nyamuk. Juga
tempat tidur kami pake kelambu, kata Ibu Ita.
Pemahaman yang senada juga ada pada Ibu Arni. Ketika saya menanyakan
mengenai pakaian-pakaian kotor yang banyak bergantungan di dalam rumah yang
dapat menjadi rumah bagi nyamuk penyebab demam berdarah, Ibu Arni
mengatakan:
Pakaian-pakaian itu memang kotor, saya udah bilang sama anakanak dan suami saya supaya dimasukkan ke dalam ember, tetapi
tetap saja pakaian itu digantung. Memang saya mencuci pakaian
sekali 2 hari, karena saya kan jualan goreng, jadi gak sempatlah
kalo setiap hari mencuci pakaian, ujarnya. Ibu Arni melanjutkan,
memang kalo aku mau nyuci dan merendam kain-kain kotor yang
bergantungan itu, maka banyak nyamuk beterbangan, tapi gak
masalah lah bu, karena kami tidur pake obat nyamuk anti
nyamuk lotion jadi nyamuk gak datang menggigit kami karena
nyamuk itu tidak suka dengan bau obat nyamuk oles itu, kata Ibu
Arni.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Jadi, di sini tampak Ibu Arni memang menyadari adanya bahaya dari perilaku
menggantung pakaian-pakaian kotor. Tetapi ibu Arni tidak memiliki ketegasan sikap
terhadap anggota keluarganya untuk ikut serta bersama-sama berperan dalam
mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Ibu Arni mencoba menutupi
ketidakberdayaan dan rasa bersalahnya dengan menggunakan tameng lain yaitu
penggunaan anti nyamuk lotion.
Sikap yang seperti ini tampaknya memang masih ada pada masyarakat. Dalam
penelitian ini, sikap ini tidak hanya ada pada keluarga Ibu Yati, Ibu Ita dan Ibu Arni,
namun terjadi juga pada keluarga Ibu Hani. Ibu Hani dan anaknya Anto pernah samasama menderita DBD di akhir tahun 2008. Telah pernah menderita penyakit ini tidak
menjadi suatu jaminan timbulnya sikap yang lebih baik dalam upaya pencegahan
penyakit DBD. Di rumah Ibu Hani, pada bagian pojok teras rumah terlihat ada
tumpukan barang-barang bekas yang tidak dipakai lagi. Bapak Anto mengatakan
barang-barang tersebut kadang-kadang masih dapat digunakan meskipun barangbarangnya sudah rongsokan sehingga sayang untuk membuangnya.
Hal lain menyangkut kebiasaan sehari-hari Ibu Hani sekeluarga. Kebiasaan
yang dimiliki keluarga ini adalah kebiasaan untuk tidak membuang atau
membersihkan tempat pembuangan air kulkas secara rutin. Bapak Anto menjelaskan
bahwa ia membuang air tersebut jika wadah penampungannya telah penuh. Kalo
dihitung-hitung ya baru 3 bulan sekalilah bu saya buang dan bersihkan, kadangkadang saya pun lupa bu. Biasanya kalo air buangan kulkas itu sudah penuh dan
mengalir ke lantai, baru saya ingat untuk membuang airnya, kata Bapak Anto. Dari

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

apa yang disampaikan Bapak Anto ini, saya dapat mengambil suatu pemahaman
bahwa Bapak Anto tidak mengetahui atau tidak pernah terpikirkan olehnya tentang air
buangan kulkas juga dapat berpotensi sebagai tempat induk nyamuk meletakkan
telur-telurnya. Induk nyamuk Aedes aegypti sangat menyenangi air bersih, jernih dan
dangkal serta suasana gelap dan lembab sebagai tempat meletakkan telur-telurnya.
Menurut Soedarmo (2005: 59), cara yang harus dilakukan terus-menerus
untuk meniadakan Aedes aegypti adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban
dan semua yang mungkin menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga seminggu
sekali ditukar airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air
lain digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur
nyamuk.

5.3.

Tindakan Keluarga dalam Pencegahan DBD


Praktik atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas

individu/orang dalam rangka memelihara kesehatan. Beberapa kegiatan yang


dilakukan keluarga dalam mencegah penyakit DBD, adalah:
5.3.1. Membersihkan Rumah
Salah satu tindakan yang dilakukan keluarga dalam upaya mencegah penyakit
DBD adalah dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar rumah.
Asumsi di keluarga terutama ayah atau ibu, jika rumah dan lingkungan sekitarnya
tetap bersih maka nyamuk penyebab DBD tidak akan dapat berkembang biak.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Tindakan membersihkan rumah lebih difokuskan kepada kebersihan kamar


mandi. Bak kamar mandi dikuras sampai kering, disikat dengan bros kemudian diisi
kembali dengan air bersih. Biasanya tindakan menguras bak kamar mandi ini
dilakukan seminggu sekali.
Ada beberapa keluarga yang menganggap bahwa jika bak kamar mandi
dikuras seminggu sekali nyamuk penyebab DBD sudah tidak ada di sekitar rumah
mereka. Berdasarkan pengamatan pada salah satu keluarga, diketahui bahwa keluarga
ini memang menguras bak kamar mandinya selalu, ini diketahui dengan tidak adanya
endapan kotoran air pada dasar bak penampungan air di kamar mandi dan dinding
juga tampak bersih.
Tetapi, suasana dalam kamar mandi keluarga ini sangat lembab, ada beberapa
helai handuk yang digantungkan pada seutas kawat yang direntangkan pada dinding
kamar mandi. Suasana kamar mandi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Kamar mandi keluarga bapak Yusuf berukuran 1,5 x 2 meter.
Di dalam kamar mandi ini ada sebuah bak untuk menampung air
berukuran 1 x meter. Kamar mandi ini cukup sederhana, ada
sebuah bak penampung air berukuran 1 x 1,25 meter, sebuah kloset
jongkok dan dua buah ember berwarna hitam untuk mencuci
pakaian. Pada sisi kiri dinding kamar mandi ada seutas kawat
terentang tempat beberapa handuk dijemurkan. Handuk-handuk itu
nampak lembab. Terkadang kawat penjemuran ini juga digunakan
untuk menjemur pakaian dalam yang belum kering betul (masih
lembab).
Dari narasi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang
pencegahan penyakit DBD masih sangat terbatas pada menjaga kebersihan bak kamar
mandi, kelembaban kamar mandi atau penjemuran handuk/kain lembab di kamar

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

mandi bukan merupakan suatu sarana perkembangbiakan tempat perindukan dan


peristirahatan nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD.
Begitu juga, pada keluarga Ibu Diana memiliki kamar mandi di bagian
belakang rumah. Keluarga ini memiliki sumber air bersih dari sumur. Di kamar mandi
ini (yang juga merupakan tempat mencuci pakaian) terdapat sebuah bak dan sebuah
tong penampung air dan beberapa ember untuk mencuci. Tong yang cukup besar itu
berisi air setengah penuh. Menurut Ibu Diana, tong air itu sengaja disiapkan untuk
menampung air untuk mencuci, karena bak air yang ada berukuran kecil sehingga air
yang di dalam bak tidak cukup untuk keperluan mencuci, oleh karena itu tempat
penampungan air ditambah dengan menyediakan tong tersebut. Anak laki-laki Ibu
Diana mempunyai tugas setiap hari untuk menimba air untuk mengisi bak dan tong
tersebut.
Menurut Ibu Diana, air di dalam bak selalu habis digunakan untuk keperluan
mencuci, tetapi air di dalam tong tidak pernah habis, selalu ada yang tersisa, apakah
sebagian atau sepertiga ukuran tong. Tong tersebut tidak pernah ditutup tutupnya
tersedia dekat tong suka lupa nutupnya bu, karena setiap hari digunakan, kata Bu
Diana.
Tong ini juga termasuk jarang dibersihkan, karena bagian dinding tong ketika
diraba terasa licin, bahkan bagian dasarnya tampak menghitam menandakan adanya
endapan kotoran.
Jadi, pengetahuan keluarga ini mengenai pencegahan DBD masih sangat
terbatas pada menjaga kebersihan, ada bagian yang terlupakan, yaitu untuk menutup

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

dan membersihkan tong penampungan air. Tong ini dapat menjadi tempat nyamuk
Aedes aegypti untuk meletakkan telur-telurnya, dan dalam 4 hari telur-telur tersebut
sudah berubah menjadi jentik-jentik. Seminggu kemudian, jentik-jentik akan segera
menjadi nyamuk kecil yang akan terbang mencari tempat bersarang, misalnya pada
kamar mandi yang lembab dan pada kain-kain yang bergantungan.
5.3.2. Membersihkan Lingkungan Sekitar Rumah
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah juga dapat mencegah
perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD. Namun kegiatan ini tidak mudah
dilakukan karena membutuhkan kerjasama antara sesama warga suatu lingkungan.
Hal ini dialami oleh Ibu Diana. Dia merasa kesulitan membersihkan lingkungan
di sekitar rumahnya karena selokan di depan rumahnya juga digunakan warga lain
untuk pembuangan limbah rumah tangga, sehingga dia merasa sia-sia jika
dibersihkan, karena setelah dibersihkan akan kotor lagi oleh sampah-sampah dari
rumah tetangga. Pelaksanaan gotong royong sulit untuk dilakukan karena warga
di lingkungan sekitarnya, dari siang hingga pagi hari jarang berada di rumah.
Tetapi untuk sampah-sampah di halaman rumah atau sampah-sampah
produksi rumah tangga, selalu diupayakannya untuk membersihkannya. Sampahsampah produksi rumah tangga selalu dibuang ke tempat sampah yang ada di depan
rumah, dan setiap hari diangkat oleh truk pengangkut sampah.
Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan ibu Diah (istri Bapak Yusuf).
Setiap sore dia selalu menyapu halaman rumahnya, dan membakar sampah-sampah
yang sudah mengering. Sedangkan sampah-sampah basah dibiarkan, jika sudah

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

kering baru dibakar. Tetapi untuk beberapa sampah yang laku dijual, seperti gelas
minuman plastik atau botol-botol plastik dikumpulkan pada sebuah karung beras.
Karung tersebut digantung di dinding belakang rumah. Benda-benda ini baru dijual
jika sudah cukup banyak.
Ibu Diah sepertinya kurang menyadari bahwa botol atau cup bekas kemasan
air minum termasuk air mineral, juga dapat menjadi sarana perkembangbiakan
nyamuk penyebab DBD. Sebuah narasi ini mungkin dapat menggambarkannya:
Saya (Ibu Diah) gak suka melihat sampah berserakan, bikin sakit
mata lho, katanya. Makanya saya selalu membersihkan sampahsampah di halaman, yang kering ku bakar, yang masih basah ku
biarkan, besok kalau sudah kering baru ku bakar, tambahnya.
Kalo botol bekas, plastik bekas atau ember plastik yang sudah
rusak tapi laku dijual, aku kumpulkan ke dalam karung, supaya gak
berserakan dimainkan anak-anak. Nanti setelah banyak baru ku
jual ke tukang botot, lumayan buat jajan anak-anak, kata Ibu
Diah.

Jadi, terlihat di sini bahwa masyarakat masih memiliki anggapan bahwa salah
satu upaya pencegahan penyakit DBD dengan menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan sekitar. Kebersihan menurut mereka yaitu tidak adanya sampah atau
benda-benda yang berserakan. Tetapi kurang menyadari bahwa kain lembab yang
digantung, dan atau menyimpan botol/gelas plastik dapat menjadi tempat
peristirahatan yang nyaman bahkan tempat meletakkan telur-telur nyamuk Aedes
aegypti pada botol/gelas yang masih menyimpan air sedikit.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

5.3.3. Pemakaian Anti Nyamuk


Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan telah dilakukan oleh beberapa
keluarga-keluarga ini, tetapi untuk menghindari gigitan nyamuk, ada juga keluargakeluarga yang menggunakan pemakaian anti nyamuk. Penggunaan anti nyamuk ini
berdasarkan pengalaman mereka atau pun pengalaman tetangga mereka. Walaupun
keadaan rumah sudah dibersihkan, tetapi ada juga salah seorang anggota keluarga
terkena penyakit DBD.
Begitu juga yang dilihat dan didengarnya dari tetangga. Ibu Siska merasa
rumah tetangganya sudah cukup bersih, lingkungan rumahnya juga bersih, tetapi
salah seorang anak tetangganya ini juga pernah menderita DBD. Berdasarkan
perbincangan mereka, perolehan gigitan nyamuk ini ketika si anak berada di sekolah.
Berdasarkan pengamatan maupun hasil analisis pada field note, diketahui
bahwa ada dua keluarga yang selalu menggunakan anti nyamuk. Selalu yang
dimaksud di sini adalah keluarga ini tidak pernah lupa menggunakannya setiap hari.
Ada beberapa jenis anti nyamuk, tetapi yang tertangkap oleh saya adalah
pemakaian anti nyamuk lotion (dioleskan pada kulit) dan anti nyamuk listrik. Ada
juga keluarga yang lain menggunakan anti nyamuk bakar dan anti nyamuk semprot,
tetapi untuk kedua jenis anti nyamuk ini digunakan pada jam-jam tertentu saja.
1. Anti Nyamuk Lotion
Secara umum informan yang saya wawancarai mengatakan salah satu upaya
untuk mencegah keluarga dari gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan anti
nyamuk lotion. Hal ini terungkap dengan pembicaraan saya dengan beberapa

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

informan yang merasa lebih aman apabila mereka sudah menggunakan krim anti
nyamuk (anti nyamuk lotion). Pembicaraan mengenai hal ini dapat diungkapkan
melalui narasi ini:
Saya dan ibu saya juga ayah saya, seminggu sekali membersihkan
bak mandi dan membersihkan rumah juga halaman. Ibu lihat
sendirilah rumah kami kan bersih, tapi kami bingung kenapa saya
dan ibu saya kena demam berdarah, padahal kami juga pake autan
supaya gak digigit nyamuk, kata Anto.
Keluarga ini mempunyai anggapan bahwa dengan membersihkan rumah,
kamar mandi dan lingkungan sekitar rumah serta menggunakan anti nyamuk lotion
sudah menghindarkan mereka dari gigitan nyamuk sehingga terhindar dari penyakit
demam berdarah.
Ibu Siska memiliki seorang anak yang pernah terkena penyakit DBD,
sehingga walaupun keadaan rumah sudah cukup bersih, tetapi dia tetap
mengkhawatirkan salah seorang anggota keluarganya terkena DBD. Sepertinya, ibu
Siska ini sangat trauma dengan penyakit DBD. Untuk itu, dia selalu mengingatkan
anggota keluarganya untuk menggunakan obat anti nyamuk lotion. Bagi anak-anak
atau suaminya, pagi hari sebelum berangkat ke sekolah atau berangkat bekerja, selalu
diingatkannya untuk menggunakan anti nyamuk lotion pada daerah tubuh yang
terbuka, yaitu tangan, leher dan kaki. Begitu juga setelah mandi sore hari, dia juga
selalu mengingatkan untuk kembali mengoles bagian-bagian tubuh yang tertentu
dengan anti nyamuk lotion. Alasan ibu Siska sehingga selalu menggunakan anti
nyamuk lotion, yaitu:

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Dulu anakku yang nomor dua kena DBD bu, awalnya ku pikir
demam biasa saja. Ku kasi obat penurun panas, eh tapi kok anak ku
makin lemas, panasnya naik turun, gak selera makan, katanya.
Tiga hari demam kubawa ke puskesmas, petugas puskesmas trus
bikin rujukan ke rumah sakit, katanya anakku harus cek darah. Jadi
bingung aku, karena kulit anak ku pun merah-merah kayak
krumutan. Sebelumnya gak ada kami yang kena penyakit seperti
itu, aku gak pernah berpikir itu sakit DBD, karena di rumah
bersihnya semua, bak kamar mandi dikurasnya selalu. Aku pun
gak bisanya mandi bu kalo air di bak kamar mandi jorok, lanjut
bu Siska. Kata dokter anakku kena DBD, harus rawat inap, kata
dokter, bisa saja anakku di gigit nyamuk waktu di sekolah. Sejak
itulah selalu kuingatkan orang ini anggota keluarganya untuk
menggunakan.......(salah satu merk anti nyamuk lotion), biar
di mana pun mereka, tidak digigit nyamuk DBD, katanya.
Keluarga ini beranggapan bahwa dengan menggunakan anti nyamuk lotion
secara rutin mereka terbebas dari gigitan nyamuk. Tetapi mereka tidak menyadari dan
belum merasakan efek dari pemakaian anti nyamuk lotion secara terus menerus dapat
menimbulkan efek samping terhadap kulit.
2. Anti Nyamuk Listrik
Tindakan yang dilakukan Bapak Yusuf untuk menghindari keluarganya dari
gigitan nyamuk, selain menjaga kebersihan rumah, juga menggunakan anti nyamuk.
Karena mempunyai anak kecil, jadi tidak menggunakan anti nyamuk bakar, karena
asapnya merusak paru-paru anak-anak. Yang digunakan anti nyamuk listrik, ini pun
digunakan jika hendak tidur saja yaitu sekitar jam 8 malam.
Untuk menghindari gigitan nyamuk pada pagi hari atau sore hari, Bapak
Yusuf tidak membiasakan anaknya menggunakan anti nyamuk lotion. Dia merasa
ragu menggunakan anti nyamuk lotion, karena belum paham apakah punya efek
samping terhadap kulit atau tidak.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

5.3.4. Pemakaian Kelambu


Persoalan pencegahan anggota keluarga dari gigitan nyamuk DBD memang
berbeda-beda. Ibu Diana lain lagi yang dilakukannya agar anak-anaknya terhindar
dari gigitan nyamuk. Merasa tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya,
terutama selokan, maka dia memasang kelambu untuk setiap kamar tidur. Bahkan,
ketika anak-anaknya tidak mau tidur siang di kamar karena udara yang panas dan
lebih memilih tidur di ruang tamu, Ibu Diana pun memasang kelambu. Menurut ibu
Diana, tindakan yang dilakukannya sebenarnya cukup merepotkan, karena harus
memasang dan menggulung kelambu setiap harinya, tetapi dia merasa tidak berdaya
dan selalu khawatir salah satu nyamuk yang berada di sekitar rumahnya adalah
nyamuk demam berdarah.
Dari pengamatan yang saya lakukan, memang di rumah Ibu Diana cukup
banyak nyamuk, apalagi menjelang sore hari. Di beberapa titik ruangan rumah
memang diletakkan anti nyamuk bakar, tetapi nyamuk-nyamuk tersebut seakan tidak
perduli dan tetap saja beterbangan.
Selain persoalan selokan yang kurang bersih, karena ada beberapa sampah
sehingga alirannya tidak begitu lancar. Di sebelah rumah Ibu Diana, ada tanah kosong
yang becek (ada genangan air), beserta sampah-sampah plastik di sana-sini.
5.3.5. Penyemprotan (Fogging)
Jika ada anggota masyarakat yang terkena DBD maka oleh petugas
puskesmas dilakukan penyemprotan. Pada dasarnya semua keluarga ini setuju dengan
penyemprotan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Ibu Siska yang anaknya

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

pernah menderita DBD, rumahnya juga di fogging, hanya saja mereka memiliki
pertanyaan yang hampir senada, yaitu:
Kenapa sih bu, setelah terkena DBD baru dilakukan
penyemprotan, kalau sebelum itu disemprotkan gak ada yang kena.
Trus kalo disemprot kenapa hanya satu rumah, mengapa tidak satu
lingkungan saja. Itu permintaan kami sebagai masyarakat, jangan
sudah terjadi baru disemprot, trus kalo ada penyemprotan jangan
hanya satu rumah saja tetapi semua rumah di sekitar yang terkena,
kata Bu Siska.
Pertanyaan ini untuk sesaat membuat saya menjadi kebingungan bagaimana
harus menjawabnya. Ada pandangan-pandangan yang negatif tentang pelaksanaan
fogging ini. Salah satunya pandangan dari Bapak Yusuf, seperti berikut:
Lima rumah dari rumah saya sebut saja rumah Bapak Andi,
tahun lalu salah seorang anaknya terkena DBD, dirawat di rumah
sakit, kemudian sembuh dan pulang ke rumah. Setelah anak Bapak
Andi pulang ke rumah, kepala lingkungan melaporkan ke
puskesmas. Tetapi tindakan penyemprotan tidak segera dilakukan,
masih di proses dan dua hari kemudian baru datang petugas
kesehatan menyemprot rumah Bapak Andi, kata Bapak Yusuf.
Bisa ibu bayangkan, sudah terbang kemana nyamuk yang
menggigit anak Bapak Andi, anak Bapak Andi dirawat empat hari
di rumah sakit, jadi ada waktu seminggu barulah rumah itu
disemprot, untuk apa lagi bu, kan gak ada gunanya lagi, katanya.
Selain itu, Ibu Diana juga memberikan suatu pandangan tentang pelaksanaan
penyemprotan ini. Menurut dia, penyemprotan itu lebih sering dilakukan untuk
bagian-bagian luar rumah, sedangkan bagian dalam sepertinya sekedar lewat saja.
Senada dengan apa yang disampaikan Ibu Siska, Ibu Diana pun mengatakan
penyemprotan jangan dilakukan pada rumah penderita DBD saja, tetapi juga
dilakukan untuk beberapa rumah di sekitarnya, supaya nyamuk-nyamuk tersebut
benar-benar mati dan tidak menularkannya ke orang lain.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Ibu Siska juga menunjukkan kekesalannya dengan kerumitan urusan untuk


segera memperoleh tindakan penyemprotan, seperti ungkapannya ini:
Susah bu, saya merasakan sendiri, waktu ada keluarga kami yang
kena DBD, kami melapor bu tetapi petugasnya bukan terus datang
bu. Harus dulu kami melapor ke Kepling, jadi nampaknya lama
gitu. Kalo rakyat melaporkan kan maunya harus segera dilayani,
gitu lo bu permintaan kami, tapi kadang-kadang gitulah, waktunya
itu, harus melapor ini itu, nanti Kepling melapor ke sini, minta
surat dokter lah, apakah memang benar kena DBD. Kan gak
mungkin kami melapor kalo gak benar kena DBD, cari-cari
masalah saja, kata Bu Siska.
Keluarga ibu ina juga tidak melaporkan suaminya yang terkena DBD ke
Puskesmas, menurutnya urusannya menjadi panjang dan rumit. Ibu Ina tidak
melaporkannya karena tidak terlalu memikirkannya, baginya yang penting suaminya
sudah sembuh dari sakit. Tapi, beberapa hari kemudian petugas puskesmas datang
dan melakukan fogging pada bagian luar rumahnya, tetapi bagian dalam rumah
tidak di-fogging oleh petugas kesehatan. Menurut petugas kesehatan yang melakukan
fogging yang disampaikan kepada Ibu Ina fogging tidak dilakukan sampai ke
bagian dalam rumah, tetapi bagian luar saja, karena asap penyemprotan akan masuk
dengan sendirinya ke dalam rumah dan dapat mematikan nyamuk-nyamuk yang ada
di dalam rumahnya.
Hal ini saya konfirmasikan langsung dengan petugas kesehatan yang
menangani bagian pencegahan dan pemberantasan DBD. Petugas kesehatan tersebut
sebut saja Bapak Juan mengatakan kepada saya, bahwa tanggapan masyarakat
tentang penyemprotan memang sangat baik. Masyarakat punya satu pemahaman
bahwa pencegahan DBD yang paling ampuh hanya dengan penyemprotan.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Masyarakat kurang menyadari bahwa melakukan penyemprotan berarti


memberikan racun ke sekitar lingkungannya. Mereka tidak mengetahui bahwa bahan
penyemprotan itu mengandung pestisida yang dapat merusak kesehatan. Bapak Juan
mengatakan bahwa yang sebaiknya dilakukan masyarakat adalah Gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kebersihan rumah dan lingkungan rumah,
tidak menyimpan barang-barang yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan tidak
membiarkan kain bertumpuk atau bergantungan, adalah langkah yang harus dilakukan
masyarakat, sehingga nyamuk penyebab DBD tidak memiliki sarang untuk bertelur
dan berkembangbiak.
Untuk mencegah gigitan nyamuk, langkah yang paling aman adalah
menggunakan kelambu. Tetapi masyarakat memang sulit untuk diajak bekerjasama
dalam melakukan pemberantasan PSN, seperti uraiannya berikut:
Sebenarnya pencegahan DBD yang sebaiknya adalah dengan
PSN, bukan dengan penyemprotan atau pemasangan anti nyamuk,
baik yang disemprot ataupun anti nyamuk yang dibakar. Tidak
mereka sadari itu semua dapat mengganggu kesehatan. Jadi yang
sebaiknya memakai kelambu, dan itu tadi, kami selaku petugas
kesehatan selalu mengingatkan masyarakat untuk tetap melakukan
PSN, katanya. Bapak Juan melanjutkan, Kami selalu ingatkan
untuk menguras dan menyikat bak mandi, mengubur benda-benda
yang dapat menampung air, menutup kontainer-kontainer
penampungan air. Tapi masyarakat lebih yakin dengan fogging
tadi. Masyarakat kita sangat sulit untuk diharapkan berinisiatif
sendiri dalam penanggulangan DBD. Waktu kita turun, rata-rata
masyarakat mengiyakan apa yang kita sampaikan, tetapi kalau kita
sudah tidak ada maksudnya sudah tidak turun ke lapangan
lagi masyarakat tidak akan bergerak untuk melakukan hal-hal
yang terkait dengan penanggulangan DBD, ujarnya.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Sebenarnya dari analisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan


menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat akan DBD sudah cukup baik.
Penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan tentang penyebab, gejala dan tindakan
pemberantasan DBD, baik secara langsung atau melalui media massa dan media
elektronik termasuk berhasil, karena semua keluarga yang saya tanya mengetahuinya.
Semua ibu-ibu yang menjadi informan saya mengetahui penyebab DBD
adalah karena gigitan nyamuk, tetapi nama nyamuk dan jenisnya memang kurang
diketahui mereka. Tanda-tanda seseorang terkena DBD sewaktu ditanya dapat
dijelaskan mereka, jawabannya hampir senada seperti jawaban Ibu Siska ini:
Kalo gejala-gejala orang kena DBD ya bu, panas badannya, gak
turun-turun selama 3 atau 4 hari. Trus ada bintik-bintik merah
di seluruh badannya. Penyakit ini karena gigitan nyamuk, nyamuk
yang sudah menggigit orang yang kena DBD, kemudian terbang ke
tempat lain, di situ digigitnya lagi orang lain, kena DBD lah orang
itu. Begitu terus bu, makanya yang perlu diberantas ya nyamuknya,
ya disemprotlah, katanya.
5.3.6. Pemberian Bubuk Abate
Pencegahan DBD dengan menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat
penampungan air kurang dipahami oleh keluarga-keluarga ini. Keluarga-keluarga ini
akan menaburkan abate di bak kamar mandi jika petugas kesehatan memberikannya.
Jika tidak ada diberikan oleh petugas kesehatan, maka tidak ada usaha sama sekali
untuk membeli sendiri. Ibu Siska mempunyai penggambaran tentang bubuk abate:
Ya bu, kadang-kadang datang petugas kesehatan ke rumahrumah, membagikan bungkusan kecil berisi bubuk untuk
mencegah demam berdarah. Kata petugas kesehatan, bubuk ini
harus kami tarok di bak kamar mandi. Kami sebenarnya gak tau bu

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

berapa banyak ditarok ke dalam bak, yang dikasi petugas


kesehatan itu kami bagi-bagilah untuk beberapa bak kamar mandi
kami. Tapi kami juga kan disuruh menguras bak kamar mandi, ya
sudah hilanglah bu bubuk itu, katanya. Ibu Siska melanjutkan,
kalo untuk beli sendiri ya gak bisa lah bu, untuk apa, orang setiap
minggunya kami bersihkan bak kamar mandi, ya kan sayang bubuk
itu, jadi seperti buang-buang uang, lagian bersihnya bak kamar
mandi kami, kalo di kasi ya gimana lagi, masak gak di terima,
kata Bu Siska sambil tersenyum.

Hampir semua ibu memang kurang memahami kegunaan, tempat untuk


meletakkan serta berapa jumlah abate yang yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Abate sebenarnya memiliki fungsi untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti.
Dosis 10 gram digunakan pada tempat penampungan air dengan kapasitas 100 liter
air. Abate ini biasanya digunakan pada tempat-tempat penampung air yang jarang
dibersihkan, sebagai contoh misalnya untuk daerah yang sulit air, di mana rumahrumah penduduk memiliki bak dengan ukuran besar untuk menampung air hujan
sebagai upaya penyediaan air keperluan keluarga.
5.3.7. Pemantauan Jentik Berkala
Pemeriksaan jentik-jentik nyamuk dilakukan oleh Juru Pemantau Jentik
(Jumantik). Untuk setiap lingkungan tempat tinggal ada seorang petugas Jumantik.
Ibu Diah yang lebih sering berada di rumah mengatakan bahwa sangatlah jarang
Jumantik datang ke rumah-rumah. Paling akan datang ke rumah untuk memeriksa
jentik-jentik di rumah dan sekitarnya, jika ada kasus DBD yang ditemukan
di lingkungan tersebut. Jika tidak ada kasus maka pemeriksaan tidak dilakukan. Ibu
Diah pernah sekali kedatangan petugas Jumantik, tetapi petugas kurang menjelaskan

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

maksud kedatangannya, si petugas cuma bilang mau periksa kamar mandi, mau lihat
ada tidak nyamuk deman berdarah. Setelah selesai memeriksa, petugas tersebut
langsung pamit pulang, tanpa memberitahukan apa hasil pemeriksaan, kegunaannya
untuk apa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pencegahan DBD.
Salah seorang petugas Jumantik yang saya temui, memberikan komentar yang
lain yang sedikit bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Diah. Menurut
Bapak Yoyo (petugas Jumantik yang sekaligus kepala lingkungan tersebut), sebagai
perpanjangan tangan pemerintah dalam keikutsertaan mencegah DBD, petugas
Jumantik sudah berupaya untuk melaksanakan tugas yang diembannya, seperti
pengungkapannya ini:
Aku memang dilibatkan dalam upaya mencegah DBD, aku kan
sangat mengenal lingkungan ini. Aku dulu dilatih oleh petugas
kesehatan mengenai kegiatan pemantauan jentik-jentik ini. Ya
cukup berpengalamanlah bu, kan sudah lama juga aku jadi
jumantik. Pekerjaan jumantik ini selalu dilakukannya bu, tapi
kadang-kadang masyarakat di sini suka kurang kesadarannya. Ada
juganya masyarakat yang gak mau diperiksa rumahnya apalagi
kamar mandinya, takut mereka nanti dikasi tau ke orang lain kalo
kamar mandinya jorok, atau rumahnya jorok. Manalah sempat aku
cerita-cerita itu, mereka saja yang berprasangka buruk. Jadi gimana
bu mana bisa kita paksa kalo orang gak mau kan. Serba salah lah
bu, kalo gak kami kerjakan, kami juga yang disalahkan oleh
petugas kesehatan, dibilang gak becus kerjalah. Padahal berapalah
gaji kami jadi jumantik, kata pak Yoyo.
Berdasarkan jawaban-jawaban informan tersebut diketahui bahwa proses
penyebaran informasi tentang DBD belum mengacu kepada konsep komunikasi.
Pengetahuan keluarga-keluarga ini tentang pencegahan DBD, seperti pendapat
Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu tahu,

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Mengacu pada tingkatan


pengetahuan yang disebutkan di atas dapat dijelaskan bahwa tingkatan pengetahuan
keluarga tentang penyakit DBD dapat dikelompokkan pada tingkatan mengetahui dan
mampu untuk memahami, namun secara keseluruhan tingkat pengetahuan ini belum
mencapai tahap aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pengetahuan yang hanya sampai pada tingkat pemahaman ini tentunya akan
memberikan suatu hambatan dalam upaya pencegahan DBD. Masih adanya suatu
pemahaman di masyarakat bahwa upaya pencegahan DBD ini milik petugas
kesehatan atau menjadi tugas dan tanggung jawab petugas kesehatan, bukan tanggung
jawab dari masyarakat. Hal ini menyebabkan tingkat keberhasilan PSN sangat rendah.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang petugas kesehatan yang mengatakan bahwa,
kalau fogging masyarakat menerima dengan baik, akan tetapi anjuran petugas
kesehatan tentang PSN kurang dilaksanakan.
Kegiatan penggerakkan PSN-DBD pada dasarnya adalah upaya memotivasi
keluarga sebagai anggota masyarakat untuk menjaga rumah dan lingkungannya agar
selalu bebas dari jentik dan nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan ini perlu dilakukan
secara terus-menerus dengan melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat seperti kader
kesehatan, PKK, guru, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, lintas sektor dan
sebagainya.
Untuk dapat memberantas penyakit demam berdarah maka tindakan yang
dilakukan adalah memutuskan rantai penularan dengan melakukan pemberantasan
pada vektor. Menurut Soedarmo (2005: 59), cara yang dapat digunakan yaitu:

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

1. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yang


dapat dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara
terbaik ialah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara lain yang dapat
dilakukan ialah: a) menggunakan anti nyamuk semprot/spray ; b) menuangkan
air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit; c) memberikan cahaya
matahari langsung lebih banyak ke dalam ruangan.
2. Pemberantas vektor jangka panjang. Cara yang dapat dilakukan secara terusmenerus adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban, dan semua yang
mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga satu minggu
sekali ditukar airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat
penyimpanan air lainnya digosok secara teratur pada saat permukaan air
rendah untuk menyingkirkan telur nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat
penyimpanan air sebaiknya dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan
larva.
3. Apabila dana dan sarana terbatas, usaha pemberantasan vektor dapat dibantu
dengan menggunakan bahan kimia.
Dua dari tiga cara di atas melibatkan peranan masyarakat sepenuhnya.
Masalah peran serta masyarakat tidak terlepas dari perilaku individu-individu sebagai
anggota masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, agar masyarakat mau berperilaku
kesehatan maka perlu peningkatan pengetahuan tidak hanya sampai tahap tahu dan
paham, tetapi mencapai tahap aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Begitu juga
dengan sikap. Sikap juga memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya. Penekanan

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

sikap ini tidak hanya mencapai tahap menerima dan menanggapi, tetapi harus lebih
dalam

lagi

yaitu

mencapai

tingkatan

menghargai

dan

bertanggungjawab

(Notoatmodjo, 2005: 50-54).

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Pengetahuan masyarakat mengenai penyebab dan cara pencegahan penyakit

demam berdarah hanya mencapai tingkatan tahu dan paham, begitu juga dengan sikap
masyarakat mencapai tingkatan menerima dan menanggapi. Pengetahuan belum
mencapai tahap interest, evaluation, trial, adaption. Sikap belum mencapai tahap
responding, valuing dan responsible dikarenakan informasi yang diperoleh masih
belum jelas benar dan juga banyak faktor yang mempengaruhi individu untuk
melakukan suatu tindakan sesuai dengan pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.
Faktor kebiasaan hidup sehari-hari, faktor tidak adanya dukungan dari suami
dan anak-anak dan faktor tidak atau kurangnya sarana dan fasilitas yang mendukung
terjadinya perilaku kesehatan, merupakan suatu hal yang menyebabkan tidak
teraplikasinya pengetahuan dan sikap yang sudah positif ke dalam bentuk tindakan
yang positif.
Dalam melakukan tindakan terhadap pencegahan penyakit demam berdarah,
masyarakat juga melakukan dalam berbagai kegiatan. Yang paling utama dilakukan
masyarakat adalah membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya dan pemakaian
anti nyamuk. Kegiatan-kegiatan ini dianggap sudah membebaskan setiap anggota
keluarga dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Jika ada salah satu anggota keluarga
yang menderita demam berdarah, maka penyemprotan/fogging merupakan suatu

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

langkah penanggulangan yang cukup ampuh untuk mematikan nyamuk penyebab


DBD. Dan semua kegiatan ini masih bergantung dengan keaktifan atau peran serta
dari petugas kesehatan.
Agar masyarakat juga memiliki peran serta yang baik dalam pencegahan
penyakit demam berdarah, seharusnya masyarakat memiliki pengetahuan yang
mencapai tingkat analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi, dan sikap yang mencapai
tahap menghargai dan bertanggungjawab sehingga dapat benar-benar paham dan mau
melaksanakan upaya pemutusan rantai penularan penyakit demam berdarah.

6.2.

Saran

1. Sebaiknya informasi tentang pencegahan penyakit demam berdarah yang


disampaikan oleh petugas kesehatan, dipastikan benar-benar dipahami oleh
keluarga dan masyarakat.
2. Keterlibatan kader kesehatan, kepala lingkungan, PKK, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan lintas sektor lainnya perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan PSN-DBD.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

DAFTAR PUSTAKA

Anderson F, 2006. Antropologi Kesehatan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.


Azwar S, 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Pustaka Pelajar
Offset. Jakarta.
Depkes RI, 2005. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta.
Dinkes Medan. 2006. Profil Kesehatan Kota Medan. Medan
Dinkes Propinsi Sumatera Utara. 2006. Profil Kesehatan Sumatera Utara.
Faisal, S, 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Yayasan Asih Asah
Asuh. Malang.
Farozin, H. Muh, Kartika Nur Fathiyah. 2004. Pemahaman Tingkah Laku (Buku
Pegangan Kuliah). Asdi Mahasatya. Jakarta.
Graeff, Judith A, John P. Elder, Elizabeth Mills Booth. (Penerjemah.: Ova Emilia).
1996. Communication For Health and Behavior Change (Komunikasi untuk
Kesehatan dan Perubahan Perilaku). Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Hamid P, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Alfabetha. Bandung.
Koban, Antonius Wiwan, 2005. Kebijakan Pemberantasan Wabah Penyakit; KLB
Demam Berdarah Dengue.
Mubin, A H, 2005. Ilmu Penyakit dalam Diagnosis dan Terapi. EGC. Jakarta.
Muhazam, Fauzi. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Notoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
Sarwono S, 2007. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Soedarmo SSP, 2005. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Penerbit UI Press.
Jakarta.
Soegijanto S, 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press.
Surabaya.
Suhardiono. 2004. Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue Oleh Puskesmas di Kabupaten/Kota Endemis Sumatera
Utara Tahun 2002. Tesis. USU. Medan.
WHO, 1999. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian. Edisi 2 EGC. Jakarta.

Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008

Das könnte Ihnen auch gefallen