Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TESIS
Oleh
K O L A
A S A R JA
PA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
TESIS
Oleh
ROTUA SUMIHAR SITORUS
077033027/IKM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
: PERILAKU
MASYARAKAT
DALAM
PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DENGUE DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN TAHUN 2009
: Rotua Sumihar Sitorus
: 077033027
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur,
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Anggota
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
ABSTRAK
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
ABSTRACT
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul Perilaku
Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Deman Berdarah Dengue di Puskesmas
Medan Johor Kota Medan Tahun 2009.
Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan
juga selaku Dosen Pembanding yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan saran-saran perbaikan bagi tesis ini.
3.
Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
4.
5.
dr. Halinda Sari Lubis, MKKK., selaku pembanding yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan saran dan perbaikan bagi tesis ini.
6.
dr. Marlina, selaku Kepala Puskesmas Medan Johor yang telah memberikan izin
dan keleluasaan bagi penulis dalam melakukan penelitian.
7.
Seluruh informan yang terlibat dalam penelitian ini, yang telah memberikan
informasi bagi penulis dalam melengkapi data untuk penulisan tesis ini.
8.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran-saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga semua ini
bermanfaat bagi kita.
Penulis
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama
Tempat/tgl lahir
Agama
: Kristen Protestan
Alamat Rumah
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1976 - 1982
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 1991- sampai dengan sekarang Pegawai Negeri Sipil
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................
ABSTRACT................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................
RIWAYAT HIDUP...................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
i
ii
iii
v
vi
viii
ix
x
BAB 1
PENDAHULUAN..................................................................
1.1. Latar Belakang.................................................................
1.2. Permasalahan...................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................
1.4. Manfaat Penelitian............................................................
1
1
7
7
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................
2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).....................
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit
DBD.................................................................................
2.3. Upaya Pencegahan DBD..................................................
2.4. Pemberantasan Vektor......................................................
2.5. Perilaku.............................................................................
2.6. Kerangka Pikir Penelitian.................................................
8
8
11
12
16
18
25
BAB 3
METODE PENELITIAN........................................................
3.1. Jenis Penelitian.................................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................
3.3. Pemilihan Informan Penelitian..........................................
3.4. Metode Pengumpulan Data..............................................
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................
26
26
26
27
28
30
BAB 4
GAMBARAN UMUM............................................................
4.1. Kecamatan Medan Johor..................................................
4.2. Subjek Penelitian..............................................................
31
31
33
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 5
42
43
47
52
70
70
71
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
72
BAB 6
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
4.1.
31
32
33
4.2.
4.3.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
15
2.2.
25
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
74
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tesis ini mengkaji perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit Demam
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
berada dalam frekuensi (jumlah) yang meningkat (Soegijanto, 2006: 5).
Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka
kejadian penyakit DBD meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per
100.000 penduduk pada tahun 1998. Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat
dengan a) perubahan iklim dan kelembapan nisbi; b) terjadinya migrasi penduduk
dari daerah yang belum ditemukan atau jarang ditemukan infeksi virus Dengue ke
daerah endemis penyakit infeksi virus Dengue atau dari pedesaan ke perkotaan;
c) meningkatnya kantong-kantong jentik nyamuk Aedes aegypti di perkotaan
terutama daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu (Soegijanto, 2006: 25).
Akibat peningkatan kejadian penyakit DBD tersebut maka Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM & PL)
Departemen
Kesehatan
RI
melakukan
penanggulangan
wabah
meliputi:
1) penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifatsifat penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah, 2) pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina,
3) pencegahan dan pengobatan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
kepada mereka yang belum sakit tetapi mempunyai risiko terkena penyakit,
4) penyuluhan kepada masyarakat (Depkes RI, 2005: 1).
Di Propinsi Sumatera Utara kasus DBD tiap tahun terjadi. Data tahun 20032007 menunjukkan bahwa IR (Incidence Rate) 7,92-30,75 per 100.000 penduduk dan
CFR (Case Fatality Rate) 0,91%-2,44%. Selama kurun waktu lima tahun tersebut
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
setiap tahun terjadi kasus DBD (merupakan salah satu kecamatan yang endemis
DBD).
Dari data program surveilance penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas
Medan Johor tahun 2007, diketahui jumlah kasus demam berdarah sebanyak 71 kasus
yang tersebar di 3 kelurahan, yaitu di Kelurahan Kwala Bekala sebanyak 24 kasus
(33,8%), Kelurahan Gedung Johor sebanyak 15 kasus (21,1%), serta Kelurahan
Pangkalan Mashyur sebanyak 32 kasus (45,1%) (Laporan Kegiatan Puskesmas
Medan Johor, 2007). Hal ini menunjukkan tingginya kasus DBD untuk masingmasing kelurahan tersebut, padahal program pencegahan DBD telah dilaksanakan
oleh petugas kesehatan yang ada. Sampai dikembangkan sebuah metode promosi
kesehatan yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat secara aktif dalam
pemberantasan penyakit DBD di sekitar tempat tinggalnya (Laporan Kegiatan
Puskesmas Medan Johor, 2007). Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu
proses di mana individu, keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemberantasan vektor di rumahnya. Peningkatan partisipasi masyarakat
menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat
untuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan (Depkes RI, 2005: 1).
Perilaku masyarakat sangat erat kaitannya dengan kualitas kegiatan
pencegahan penyakit DBD. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang
dapat mengeksplor perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD,
terutama sekali di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor yang teridentifikasi
sebagai wilayah endemik DBD Kota Medan.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku keluarga dalam
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai masukan untuk menyusun
strategi pencegahan dan penanggulangan kasus penyakit DBD baik
di desa/kelurahan endemis maupun di wilayah kerja secara keseluruhan.
2. Bagi Puskesmas Medan Johor sebagai masukan untuk meningkatkan
kegiatan promosi kesehatan sebagai upaya menurunkan kasus penyakit
DBD
di masyarakat.
3. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi menambah pengetahuan
tentang pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Pembesaran
hati
(hepatomegali)
pada
umumnya
dapat
ditemukan
di permulaan penyakit. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan berat penyakit.
Biasanya nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus. Trombositopeni
yaitu jumlah trombosit di bawah 100.000/mm3 biasanya ditemukan diantara hari
ketiga sampai ketujuh sakit (Soedarmo, 2005: 44).
2.1.3. Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk
Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban)
sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak
di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus
berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun
dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).
Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penyimpanan air
di dalam atau di sekitar rumah, atau di tempat-tempat umum, biasanya berjarak tidak
lebih 500 meter dari rumah. Nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak di genangan air
yang berhubungan langsung dengan tanah (Soedarmo, 2005: 21).
Jenis-jenis
tempat
perkembangbiakan
nyamuk
Aedes
aegypti
dapat
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes aegypti betina umurnya dapat mencapai 2-3
bulan (Depkes RI, 2005: 2).
2.2.
2.2.1. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang
diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain:
a. Sumber air yang digunakan
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan
tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.
b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya
DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik.
c. Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga
merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Soegijanto, 2006: 247).
2.2.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Analisis dari Green yang dikutip Notoatmodjo (2007: 178) menyatakan bahwa
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behaviour
causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
sendiri, khusus perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) faktor
yakni:
a. Faktor-faktor
predisposisi
(predisposing
factor),
yaitu
terwujud
dalam
2.3.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
dan
pemberantasan
masyarakat
dilibatkan
vektor
rumahnya.
di
dalam
perencanaan
Peningkatan
dan
pelaksanaan
partisipasi
masyarakat
permasalahan-permasalahan
masyarakat
tersebut.
Partisipasi
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
ditingkatkan dengan pemberian insentif seperti pemberian kelambu atau bubuk abate
secara gratis bagi yang berperan aktif (Soegijanto, 2006:7).
2.3.2. Kebijakan Pemerintah
Bila dilihat dari aspek sistem kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan
melalui pemberantasan penyakit DBD maka ada tiga elemen, bahkan ada empat
elemen yang mencakup hubungan timbal balik dan mempunyai andil di dalam
kebijakan karena memang mempengaruhi dan saling dipengaruhi oleh suatu
keputusan (Koban, 2005: 9). Adapun elemen tersebut antara lain adalah:
1. Kebijakan publik (Undang-Undang/Peraturan, Keputusan yang dibuat oleh Badan
dan Pejabat Pemerintah).
2. Pelaku kebijakan (kelompok warga negara, partai politik, agen-agen pemerintah,
pemimpin terpilih).
3. Lingkungan kebijakan (geografi, budaya, politik, struktural sosial dan ekonomi).
4. Sasaran kebijakan (masyarakat).
Elemen-elemen tersebut secara skematis dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
PELAKU
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
PUBLIK
LINGKUNGAN
KEBIJAKAN
Sumber: Koban, 2005: 10.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
kelompok kerja pemberantasan DBD disebut dengan POKJANAL DBD dan POKJA
DBD tingkat Desa/Kelurahan (Koban, 2005: 8).
Diharapkan perilaku masyarakat akan berubah jika ada peraturan dan
kepastian hukum (law enforcement) yang mengikat dan mewajibkan setiap anggota
masyarakat untuk melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit DBD di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Apabila dilanggar akan dikenakan sanksi/hukuman yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku (Koban, 2005: 8).
2.4.
Pemberantasan Vektor
Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan
terhadap
nyamuk
dewasa,
dilakukan
dengan
cara
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
2.5.
Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari
batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang
pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata
atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret)
(Notoatmodjo, 2007: 139).
Perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek
di lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan
tindakan yang dilakukan makhluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu
organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila
ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula
(Azwar, 2003: 5, 9).
Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat,
persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan
penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari
rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh
susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron
memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya (Azwar, 2003: 10).
Menurut ilmu sosiologi, perilaku manusia merupakan hasil daripada segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan perilaku
kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2007:
1).
Sementara itu ilmu antropologi menyatakan perilaku merupakan ganjaran dari
perilaku atau tingkah laku yang tidak disukai, sehingga ancaman dari penyakit
tersebut memainkan peranan penting dalam masyarakat untuk mempertahankan
aturan-aturan yang ada. Dengan demikian perilaku yang menyimpang dari pola-pola
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
umum yang berlaku dalam hubungan antar pribadi, baik antara sesama manusia atau
antara manusia dengan makhluk lain (Anderson, 2006: 54).
2.5.1. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007: 140), perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan
jiwa (berpendapat, berpikir bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respons
terhadap situasi di luar subjek. Perilaku dapat dijabarkan dalam tiga bentuk
operasional, yaitu:
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui reaksi atau
rangsangan dari luar.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan (pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba). Secara umum sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam
diri orang tersebut terjadi beberapa proses sebagai berikut:
1. Awareness (kesadaran), seseorang menyadari dan mengetahui adanya
stimulus.
2. Interest, mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation, menimbang-nimbang/mengevaluasi baik tidaknya stimulus
tersebut terhadap dirinya.
4. Trial, mencoba perilaku baru.
5. Adoption, telah terjadi perilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak sendiri
perilaku manusia yang ada di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alam
tersebut.
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Notoatmodjo, 2007: 144). Tingkatan sikap adalah:
1. Receiving (Menerima), seseorang (subject) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (object)
2. Responding (Merespon), merespon/mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Valuing (Menghargai), mengajak orang lain untuk mengerjakan/
mendiskusikan sesuatu masalah.
4. Responsible (Bertanggung-jawab), bertanggung-jawab atas sesuatu yang
telah dipilihnya walau apapun risiko dan tantangannya.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit, yaitu berupa perbuatan terhadap
situasi dan rangsangan dari luar.
Menurut Notoatmodjo (2007: 145) tindakan adalah sesuatu yang dilakukan;
perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:
1. Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
2.6.
landasan penelitian, maka dapat disusun kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
PERILAKU
-
Pengetahuan
Sikap
TINDAKAN
Pencegahan
Penyakit DBD
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan metode
3.2.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
3.3.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
3.4.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu alat tulis,
note book dan kamera. Data hasil pengamatan dan wawancara umumnya langsung
saya tulis di tempat penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan singkat. Tulisan-tulisan
singkat ini kemudian dikembangkan ke dalam bentuk field note yang lebih rinci dan
lengkap. Ada juga yang ditulis setelah berlalu sekian lama, sehingga sangat rentan
terhadap kemungkinan untuk terlupakan. Alat perekam tidak saya gunakan dalam
pengumpulan data, untuk menghindarkan kecemasan atau kecanggungan informan
dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Informan yang sulit untuk dijumpai, sulit untuk diwawancarai dan tidak
memberikan izin kepada saya untuk melihat beberapa bagian rumah, terutama bagian
kamar tidur, merupakan kendala-kendala yang saya alami selama mengumpulkan
data. Bahkan ada informan yang tidak mengizinkan saya melakukan dokumentasi
untuk
beberapa
bagian
rumahnya,
sehingga
ada
juga
data-data
yang
penggambarannya lebih baik dengan dokumentasi tidak dapat saya peroleh, Sehingga
beberapa data tersebut sulit untuk dinarasikan ke dalam field note.
Sedangkan data sekunder yaitu data geografis, kependudukan dan mata
pencaharian diperoleh dari Puskesmas Medan Johor, Kantor Camat Medan Johor,
ataupun kantor kelurahan di wilayah Kecamatan Medan Johor.
Data yang pertama ingin saya telusuri adalah berkaitan dengan pengetahuan
dan sikap informan dalam pencegahan penyakit DBD. Sedangkan data tindakan
pencegahan penyakit DBD lebih banyak saya peroleh dengan metode pengamatan
terhadap keadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
3.5.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 4
GAMBARAN UMUM
4.1.
Nama Kelurahan
Kwala Bekala
5,50
Gedung Johor
3,15
Kedai Durian
0,98
Suka Maju
1,52
Titi Kuning
1,81
Pangkalan Mashyur
4,00
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Sedangkan jumlah penduduk, kepadatan dan jumlah rumah tangga serta ratarata anggota rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga
dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga di Kecamatan Medan
Johor Tahun 2007
No
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Kwala Bekala
30563
Kepadatan
Penduduk
Per km2
5557
Jumlah
Rumah
Tangga
6742
Rata-rata
Anggota
RT
4.53
Gedung Johor
23087
6596
3633
6.35
Kedai Durian
4789
49
1424
3.36
Suka Maju
11731
7718
2683
4.37
Titi Kuning
14517
8020
4544
3.19
Pangkalan Mashyur
29456
7364
6335
4.65
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
K. Bekala
879
6543
496
1825
4668
265
6364
Gd. Johor
361
2036
42
450
153
132
Kd. Durian
85
1070
25
11
75
12
266
Suka Maju
2275
4506
29
313
202
100
Titi
127
7356
17
1369
457
1050
P. Mashyur 1685
4679
185
16
4838
706
4210
Kuning
6
Dari Tabel 4.3. di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan
Medan Johor memiliki pekerjaan sebagai PNS, Pegawai Swasta, ABRI dan
Pedagang. Pekerjaan ini pada dasarnya menggambarkan bahwa pada pagi hingga
siang hari sebagian besar kepala keluarga meninggalkan rumah untuk melakukan
pekerjaannya.
4.2.
Subjek Penelitian
Keluarga yang menjadi subjek penelitian ada sebanyak 6 (enam) keluarga,
dimana tiga keluarga memiliki anggota keluarga yang pernah menderita DBD dan
tiga keluarga belum pernah menderita DBD.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Diah termasuk rajin membersihkan sampah-sampah yang ada pada parit kecil
tersebut.
4.2.3. Keluarga Ibu Diana
Keluarga yang ketiga adalah keluarga Ibu Diana yang tinggal pada lingkungan
VI Kelurahan Pangkalan Mashyur. Ibu Diana ini juga hanya sebagai ibu rumah
tangga dengan aktivitas sehari-hari mengatur dan menjaga kebersihan rumah. Kamar
mandi keluarga ini ada dua buah, satu berada dalam rumah yang satu lagi berada pada
bagian belakang rumah. Kamar mandi yang di dalam rumah berukuran 2x2 meter,
sedang yang dibelakang rumah lebih luas berukuran 2x3 meter karena kamar mandi
ini juga merupakan tempat untuk mencuci pakaian. Pada kamar mandi belakang ini
banyak terdapat ember-ember berwarna hitam untuk tempat menampung air dan
membilas pakaian.
Ibu Diana selalu membersihkan kamar mandinya, baik yang berada di dalam
rumah dan yang terletak pada bagian belakang rumahnya. Seminggu sekali dia akan
menguras bak kamar mandi dan menggantinya dengan air yang baru.
Pada bagian samping rumahnya ada tanah kosong yang sudah menjadi rawarawa dan penuh dengan genangan air jika musim hujan tiba. Pemilik lahan tidak
pernah membersihkannya, sehingga tanah tersebut kini dipenuhi oleh semak belukar.
Ibu Diana sebenarnya merasa kurang nyaman dengan rawa-rawa tersebut, tetapi dia
merasa tidak berdaya karena pemiliknya tidak perduli dengan keadaan tanah
miliknya.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Ibu Yati memiliki seorang anak dan tidak bekerja, suaminya bekerja sebagai
TKI di Kuwait. Ibu Ita memiliki 2 orang anak, suaminya memiliki pekerjaan mocokmocok, dan Ibu Ita berjualan rujak di depan rumah tersebut. Kemudian, Ibu Arni
memiliki satu orang anak, suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dan dia sendiri
berjualan goreng-gorengan, juga di depan rumahnya.
Alasan mereka sehingga tinggal satu rumah dikarenakan tidak memiliki uang
yang cukup untuk menyewa rumah, Dinas Pertanian juga masih mengizinkan mereka
untuk menggunakan rumah tersebut.
Rumah ini memiliki 3 buah kamar yang ditempati oleh masing-masing
keluarga. Memiliki 2 buah kamar mandi yang tampak kotor, karena banyaknya kainkain kotor bergantungan dan barang-barang bekas yang tidak digunakan lagi tapi
berserakan di kamar mandi tersebut. Pada bagian dapur tampak sebuah rak piring
tergantung pada pojok ruangan ini, tetesan air dari rak piring membuat suasana dapur
tampak lembab.
Kondisi rumah dapat saya gambarkan sangat jauh dari kesan bersih, hasil
pengamatan menunjukkan banyaknya pakaian-pakaian kotor bergantungan di manamana. Hal ini terjadi karena dalam rumah tersebut ada beberapa tali yang
direntangkan menjadi gantungan walaupun tidak terlalu panjang
sehingga
meninggalkan kesan suasana rumah yang dipenuhi oleh kain-kain kotor yang
bergantungan.
Rumah yang mereka tempati memang cukup besar, tetapi ventilasi udara
sangat sedikit (tidak sesuai dengan luas rumah), sehingga keadaan rumah tampak
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
kurang sehat. Hal ini menyebabkan keadaan rumah tampak lembab. Ketika saya
meminta izin untuk melihat kondisi kamar masing-masing, ketiga informan tersebut
tidak memperkenankannya dengan alasan merasa malu karena kamar mereka
berantakan, maklumlah bu, anak saya masih kecil-kecil, mereka suka bermain
di tempat tidur, jadi kamarnya selalu berantakan, ujar ibu Ita.
4.2.6. Keluarga Ibu Hani
Informasi tentang keluarga Ibu Hani saya peroleh dari Ibu Yani yang
merupakan saudara kandung Ibu Hani. Ibu Hani dan seorang anaknya bernama Anto
pernah menderita penyakit DBD pada akhir tahun 2008.
Halaman rumah Ibu Hani cukup luas dan dipenuhi oleh beberapa pohon besar
juga bunga-bunga yang ditanam di dalam pot. Saya melihat beberapa pot bunga berisi
genangan air karena tidak terjadi peresapan air secara sempurna lobang bagian
bawah pot tempat air yang berlebih keluar, telah tertutup oleh tanah-tanah yang
mengeras. Saya tanyakan kepada ayah Anto apakah pot bunga tersebut selalu
tergenang air seperti saat ini, ayah Anto mengatakan, memang beberapa pot bunga
setiap hujan datang air dalam pot tidak meresap, sehingga untuk beberapa hari air
tetap tergenang di permukaan pot tersebut. Dan, Ayah Anto tidak pernah membuang
genangan air tersebut karena ia merasa tidak terlalu penting untuk melakukan hal
tersebut.
Ketika saya berada di halaman rumah Ibu Hani, ada banyak nyamuk-nyamuk
beterbangan, menurut Anto di halaman rumah mereka memang selalu banyak
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
nyamuk apalagi jika musim kemarau. Nyamuk-nyamuk itu bukan nyamuk penyebab
DBD karena ukuran nyamuknya besar-besar.
Pada halaman samping sebelah kanan rumah ada parit terbuka, parit tersebut
sebagai tempat mengalirkan air yang berasal dari atap rumah apabila hujan turun.
Parit tersebut disemen, posisinya tampak rata (tidak menurun), sehingga sisa-sisa air
berpotensi untuk tergenang. Dan ketika saya melakukan pengamatan pada parit
tersebut, ada genangan air di sana sini. Parit tersebut jarang dibersihkan oleh ayah
Anto, pembersihan hanya dilakukan ketika ayah Anto lagi rajin atau good mood.
Jadi, tidak ada jadwal atau waktu yang tertentu dalam membersihkan parit/saluran air
tersebut.
Rumah Ibu Hani berukuran 14x18 meter, rumah terlihat rapi. Tetapi pada
bagian pojok teras rumah terlihat tumpukan barang-barang bekas yang tidak terpakai
lagi. Menurut Ayah Anto, barang-barang tersebut kadang-kadang masih digunakan
sehingga sayang untuk dibuang.
Di kamar Anto tampak banyak pakaian bekas pakai yang digantung pada
bagian belakang pintu kamar. Sewaktu ditanyakan mengapa pakaian bekas pakai
tersebut digantung, Anto menjelaskan bahwa pakaian-pakaian tersebut belum kotor
benar dan masih bisa dipakai sewaktu-waktu, sehingga sayang untuk mencucinya.
Pada bagian belakang rumah keluarga ini ada sebuah kolam ikan yang berisi
ikan-ikan nila. Pada sebelah kolam ikan ini ada sebuah bak yang sudah bocor
sehingga tidak dapat digunakan sebagai kolam ikan, tetapi pada bagian dasar bak ini
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
masih ada tersisa air-air yang ternyata berisi jentik-jentik nyamuk. Menurut Bapak
Anto, bak yang kosong ini tidak pernah dibersihkan karena tidak lagi digunakan.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 5
PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
penyakit
DBD.
Namun,
ternyata masyarakat
masih
memiliki
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
5.1.
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkatan yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005: 50).
Hasil analisis data dari wawancara mendalam yang dilakukan pada informan
menggambarkan pengetahuan dan sikap informan dalam upaya pencegahan penyakit
DBD. Pada dasarnya informan memiliki pengetahuan tentang cara pencegahan
penyakit DBD dengan cukup baik, dan tahu bahwa gigitan nyamuk yang menjadi
sumber penularan penyakit ini. Narasi ini menggambarkan pengetahuan dan sikap
informan tentang penyebab dan gejala penyakit DBD, walaupun demikian jawaban
yang diberikan bervariasi: Menurut Ibu Siska bahwa gejala-gejala dari penyakit DBD
adalah panas pada tubuh yang tidak turun-turun selama 3-4 hari, kemudian adanya
bintik-bintik merah pada tubuh. Penyebab ini semua adalah gigitan nyamuk,
nyamuknya ini suka berpindah-pindah, menggigit orang di sini, lalu pindah ke
tempat lain dan menggigit orang lain lagi di tempat itu, begitulah seterusnya bu,
katanya. Untuk mencegah penyakit ini maka perlu dijaga kebersihan rumah,
membersihkan macam bak mandi, menguras jentik-jentiknya, menguras genangan air,
dan mengubur barang-barang bekas. Lalu Ibu Diana mengatakan bahwa penyebab
demam berdarah adalah gigitan nyamuk. Sumber nyamuk tersebut dari tumpukantumpukan barang dan batang-batang pisang yang ada pada semak-semak di sebelah
rumahnya, atau kaleng-kaleng terbuka yang masih menyimpan air di dalamnya. Cara
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Paling pake soffel lah salah satu merk anti nyamuk lotion nyamuk-nyamuk gak
datang lagi pada kita.
Jadi, semua ibu dari keluarga yang menjadi subjek penelitian ini memang
memiliki pendapat yang sama bahwa penyebab penyakit demam berdarah adalah
gigitan nyamuk. Gejala yang ditimbulkan dari gigitan nyamuk ini adalah demam yang
tidak turun-turun selama 3-4 hari, disertai dengan bintik-bintik merah di seluruh
tubuh. Namun jenis nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit ini tidak bisa mereka
sebutkan
secara lengkap.
Begitu
juga dengan
tempat
yang cocok
bagi
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
tidak berguna di bawah tempat tidur seakan bukan merupakan suatu sebab dari
timbulnya penyakit demam berdarah.
Namun ada juga informan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang cara
pencegahan penyakit DBD, tetapi beberapa situasi/kondisi tertentu dan kebiasaankebiasaan yang ada menyebabkan pengetahuan tersebut tidak diwujudkan dalam
sebuah tindakan. Salah satunya yaitu apa yang diutarakan oleh Ibu Ina:
Suaminya pernah mengidap penyakit DBD, kejadian sekitar bulan
September 2008. Tetapi ibu Ina ini memiliki keyakinan bahwa
suaminya memperoleh penyakit ini di tempat lain. Suamiku suka
pigi-pigi kemana saja, karena dia kan kerjanya mocok-mocok, jadi
bisa saja dia kena gigit nyamuk itu di tempat dimana dia pergi.
Trus ia pun ikut pertemuan STM sebulan sekali, jadi bisa juga kena
dari situ, karena di lingkungan ini tahun lalu ada juga yang kena
DBD kak, mungkin saja suami ku kena dari tempat itu. Anak-anak
ku dan aku kenapa gak kena kak, harusnya kan suami ku lebih kuat
dari anak-anak ku, makanya dia bisa kena di tempat lain kak, urai
Ibu Ina.
Dengan adanya anggapan ini menyebabkan ibu merasa menumpuk kain
pada sebuah keranjang kemudian diletakkan di bawah tempat tidur bersama dengan
barang-barang (peralatan rumah tangga) yang tidak dipakai sehari-hari yang
menyebabkan bagian bawah tempat tidur tampak kotor, gelap dan lembab, bukanlah
menjadi tempat yang dapat menjadi daerah peristirahatan yang nyaman bagi nyamuk
Aedes aegypti.
Begitu juga dengan Anto, yang pernah menderita DBD di akhir tahun 2008.
Di dalam kamarnya banyak sekali pakaian bekas pakai yang digantung. Menurutnya
pakaian tersebut belum kotor karena baru sekali dipakai, sehingga dia merasa sayang
dan enggan untuk mencucinya. Dan, Anto menggelengkan kepalanya menandakan
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
ketidaktahuan bahwa pakaian bekas pakai yang digantung dapat menjadi tempat
peristirahatan dari nyamuk penyebab DBD.
5.2.
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak
senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya). Menurut Campbell,
1950 dalam Notoadmotjo, 2005: 52 mengatakan, An individuals attitude is
syndrome of response consistency with regard to object. Dengan pengertiannya
bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau
objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan
yang lain. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, tetapi sikap belum tentu
terwujud dalam tindakan.
Sikap ibu pada masing-masing keluarga ada yang sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya, tetapi juga ada yang berbeda bahkan bertentangan dengan
pengetahuannya. Seperti dengan Ibu Ina, di belakang pintu kamar ada banyak pakaian
bekas pakai yang digantung beserta dengan tas-tas sekolah anak-anaknya. Ibu Ina
paham dan cukup mengerti bahwa pakaian yang digantung dapat menjadi sarang
nyamuk demam berdarah, sambil tertawa dia berkata:
Macam mana ya bu, aku memang tahu bahwa menggantung
pakaian seperti ini sambil menunjukkan pakaian-pakaian yang
tergantung bisa menjadi tempat sarang nyamuk. Tapi, macam
mana lagi bu, pakaian itu memang digantung karena besok-besok
masih bisa dipake lagi, sayang kalo langsung dicuci dan juga mau
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
di tarok di mana lagi pakean itu. Nggak ada tempat lagi, lemari pun
cuma satu, ya akhirnya digantung ajalah pakeannya, karena masih
bisa dipake bu, ujar Ibu Ina.
Narasi ini menggambarkan bahwa informan memiliki pengetahuan bahwa
menggantung pakaian merupakan tempat peristirahatan dan perkembangan nyamuk
Aedes aegypti, tetapi karena ketiadaan tempat maka informan tetap membiarkan hal
itu terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang positif tidak menjamin
terjadinya sikap dan tindakan yang positif pada seseorang, ada hal lain seperti sarana
dan prasarana yang dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap dan bertindak.
Sepertinya teori Lawrence Green dapat menjadi suatu pegangan, di mana seseorang
berperilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu faktor predisposisi, faktor
pemungkin dan faktor penguat. Tersedianya sarana dan prasarana merupakan faktor
pemungkin untuk seseorang melakukan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005: 60).
Masih menurut Notoatmodjo, (2005: 144) bahwa sikap Ibu Ina ini hanya mencapai
tahap receiving (menerima) pengetahuan bahwa perkembangbiakan nyamuk
penyebab DBD dapat terjadi karena kain-kain yang digantung, tetapi tidak mencapai
tingkatan responding atau merespon, menghargai bahkan mau bertanggung jawab
untuk bertindak melakukan pencegahan DBD dengan tidak menggantung pakaianpakaian bekas pakai.
Begitu juga dengan Ibu Yati, yang ternyata seorang kader posyandu. Ia paham
dan mengerti bahwa membiarkan barang-barang bekas dan kaleng-kaleng bekas
berserakan bisa menjadi tempat nyamuk untuk bertelur. Kaleng-kaleng itu bisa
menyimpan air dan menjadi tempat hidup jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti. Tetapi,
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
bahaya
dengan
keberadaan
benda-benda
tersebut.
Untuk
dapat
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Jadi, di sini tampak Ibu Arni memang menyadari adanya bahaya dari perilaku
menggantung pakaian-pakaian kotor. Tetapi ibu Arni tidak memiliki ketegasan sikap
terhadap anggota keluarganya untuk ikut serta bersama-sama berperan dalam
mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Ibu Arni mencoba menutupi
ketidakberdayaan dan rasa bersalahnya dengan menggunakan tameng lain yaitu
penggunaan anti nyamuk lotion.
Sikap yang seperti ini tampaknya memang masih ada pada masyarakat. Dalam
penelitian ini, sikap ini tidak hanya ada pada keluarga Ibu Yati, Ibu Ita dan Ibu Arni,
namun terjadi juga pada keluarga Ibu Hani. Ibu Hani dan anaknya Anto pernah samasama menderita DBD di akhir tahun 2008. Telah pernah menderita penyakit ini tidak
menjadi suatu jaminan timbulnya sikap yang lebih baik dalam upaya pencegahan
penyakit DBD. Di rumah Ibu Hani, pada bagian pojok teras rumah terlihat ada
tumpukan barang-barang bekas yang tidak dipakai lagi. Bapak Anto mengatakan
barang-barang tersebut kadang-kadang masih dapat digunakan meskipun barangbarangnya sudah rongsokan sehingga sayang untuk membuangnya.
Hal lain menyangkut kebiasaan sehari-hari Ibu Hani sekeluarga. Kebiasaan
yang dimiliki keluarga ini adalah kebiasaan untuk tidak membuang atau
membersihkan tempat pembuangan air kulkas secara rutin. Bapak Anto menjelaskan
bahwa ia membuang air tersebut jika wadah penampungannya telah penuh. Kalo
dihitung-hitung ya baru 3 bulan sekalilah bu saya buang dan bersihkan, kadangkadang saya pun lupa bu. Biasanya kalo air buangan kulkas itu sudah penuh dan
mengalir ke lantai, baru saya ingat untuk membuang airnya, kata Bapak Anto. Dari
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
apa yang disampaikan Bapak Anto ini, saya dapat mengambil suatu pemahaman
bahwa Bapak Anto tidak mengetahui atau tidak pernah terpikirkan olehnya tentang air
buangan kulkas juga dapat berpotensi sebagai tempat induk nyamuk meletakkan
telur-telurnya. Induk nyamuk Aedes aegypti sangat menyenangi air bersih, jernih dan
dangkal serta suasana gelap dan lembab sebagai tempat meletakkan telur-telurnya.
Menurut Soedarmo (2005: 59), cara yang harus dilakukan terus-menerus
untuk meniadakan Aedes aegypti adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban
dan semua yang mungkin menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga seminggu
sekali ditukar airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air
lain digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur
nyamuk.
5.3.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
dan membersihkan tong penampungan air. Tong ini dapat menjadi tempat nyamuk
Aedes aegypti untuk meletakkan telur-telurnya, dan dalam 4 hari telur-telur tersebut
sudah berubah menjadi jentik-jentik. Seminggu kemudian, jentik-jentik akan segera
menjadi nyamuk kecil yang akan terbang mencari tempat bersarang, misalnya pada
kamar mandi yang lembab dan pada kain-kain yang bergantungan.
5.3.2. Membersihkan Lingkungan Sekitar Rumah
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah juga dapat mencegah
perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD. Namun kegiatan ini tidak mudah
dilakukan karena membutuhkan kerjasama antara sesama warga suatu lingkungan.
Hal ini dialami oleh Ibu Diana. Dia merasa kesulitan membersihkan lingkungan
di sekitar rumahnya karena selokan di depan rumahnya juga digunakan warga lain
untuk pembuangan limbah rumah tangga, sehingga dia merasa sia-sia jika
dibersihkan, karena setelah dibersihkan akan kotor lagi oleh sampah-sampah dari
rumah tetangga. Pelaksanaan gotong royong sulit untuk dilakukan karena warga
di lingkungan sekitarnya, dari siang hingga pagi hari jarang berada di rumah.
Tetapi untuk sampah-sampah di halaman rumah atau sampah-sampah
produksi rumah tangga, selalu diupayakannya untuk membersihkannya. Sampahsampah produksi rumah tangga selalu dibuang ke tempat sampah yang ada di depan
rumah, dan setiap hari diangkat oleh truk pengangkut sampah.
Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan ibu Diah (istri Bapak Yusuf).
Setiap sore dia selalu menyapu halaman rumahnya, dan membakar sampah-sampah
yang sudah mengering. Sedangkan sampah-sampah basah dibiarkan, jika sudah
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
kering baru dibakar. Tetapi untuk beberapa sampah yang laku dijual, seperti gelas
minuman plastik atau botol-botol plastik dikumpulkan pada sebuah karung beras.
Karung tersebut digantung di dinding belakang rumah. Benda-benda ini baru dijual
jika sudah cukup banyak.
Ibu Diah sepertinya kurang menyadari bahwa botol atau cup bekas kemasan
air minum termasuk air mineral, juga dapat menjadi sarana perkembangbiakan
nyamuk penyebab DBD. Sebuah narasi ini mungkin dapat menggambarkannya:
Saya (Ibu Diah) gak suka melihat sampah berserakan, bikin sakit
mata lho, katanya. Makanya saya selalu membersihkan sampahsampah di halaman, yang kering ku bakar, yang masih basah ku
biarkan, besok kalau sudah kering baru ku bakar, tambahnya.
Kalo botol bekas, plastik bekas atau ember plastik yang sudah
rusak tapi laku dijual, aku kumpulkan ke dalam karung, supaya gak
berserakan dimainkan anak-anak. Nanti setelah banyak baru ku
jual ke tukang botot, lumayan buat jajan anak-anak, kata Ibu
Diah.
Jadi, terlihat di sini bahwa masyarakat masih memiliki anggapan bahwa salah
satu upaya pencegahan penyakit DBD dengan menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan sekitar. Kebersihan menurut mereka yaitu tidak adanya sampah atau
benda-benda yang berserakan. Tetapi kurang menyadari bahwa kain lembab yang
digantung, dan atau menyimpan botol/gelas plastik dapat menjadi tempat
peristirahatan yang nyaman bahkan tempat meletakkan telur-telur nyamuk Aedes
aegypti pada botol/gelas yang masih menyimpan air sedikit.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
informan yang merasa lebih aman apabila mereka sudah menggunakan krim anti
nyamuk (anti nyamuk lotion). Pembicaraan mengenai hal ini dapat diungkapkan
melalui narasi ini:
Saya dan ibu saya juga ayah saya, seminggu sekali membersihkan
bak mandi dan membersihkan rumah juga halaman. Ibu lihat
sendirilah rumah kami kan bersih, tapi kami bingung kenapa saya
dan ibu saya kena demam berdarah, padahal kami juga pake autan
supaya gak digigit nyamuk, kata Anto.
Keluarga ini mempunyai anggapan bahwa dengan membersihkan rumah,
kamar mandi dan lingkungan sekitar rumah serta menggunakan anti nyamuk lotion
sudah menghindarkan mereka dari gigitan nyamuk sehingga terhindar dari penyakit
demam berdarah.
Ibu Siska memiliki seorang anak yang pernah terkena penyakit DBD,
sehingga walaupun keadaan rumah sudah cukup bersih, tetapi dia tetap
mengkhawatirkan salah seorang anggota keluarganya terkena DBD. Sepertinya, ibu
Siska ini sangat trauma dengan penyakit DBD. Untuk itu, dia selalu mengingatkan
anggota keluarganya untuk menggunakan obat anti nyamuk lotion. Bagi anak-anak
atau suaminya, pagi hari sebelum berangkat ke sekolah atau berangkat bekerja, selalu
diingatkannya untuk menggunakan anti nyamuk lotion pada daerah tubuh yang
terbuka, yaitu tangan, leher dan kaki. Begitu juga setelah mandi sore hari, dia juga
selalu mengingatkan untuk kembali mengoles bagian-bagian tubuh yang tertentu
dengan anti nyamuk lotion. Alasan ibu Siska sehingga selalu menggunakan anti
nyamuk lotion, yaitu:
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Dulu anakku yang nomor dua kena DBD bu, awalnya ku pikir
demam biasa saja. Ku kasi obat penurun panas, eh tapi kok anak ku
makin lemas, panasnya naik turun, gak selera makan, katanya.
Tiga hari demam kubawa ke puskesmas, petugas puskesmas trus
bikin rujukan ke rumah sakit, katanya anakku harus cek darah. Jadi
bingung aku, karena kulit anak ku pun merah-merah kayak
krumutan. Sebelumnya gak ada kami yang kena penyakit seperti
itu, aku gak pernah berpikir itu sakit DBD, karena di rumah
bersihnya semua, bak kamar mandi dikurasnya selalu. Aku pun
gak bisanya mandi bu kalo air di bak kamar mandi jorok, lanjut
bu Siska. Kata dokter anakku kena DBD, harus rawat inap, kata
dokter, bisa saja anakku di gigit nyamuk waktu di sekolah. Sejak
itulah selalu kuingatkan orang ini anggota keluarganya untuk
menggunakan.......(salah satu merk anti nyamuk lotion), biar
di mana pun mereka, tidak digigit nyamuk DBD, katanya.
Keluarga ini beranggapan bahwa dengan menggunakan anti nyamuk lotion
secara rutin mereka terbebas dari gigitan nyamuk. Tetapi mereka tidak menyadari dan
belum merasakan efek dari pemakaian anti nyamuk lotion secara terus menerus dapat
menimbulkan efek samping terhadap kulit.
2. Anti Nyamuk Listrik
Tindakan yang dilakukan Bapak Yusuf untuk menghindari keluarganya dari
gigitan nyamuk, selain menjaga kebersihan rumah, juga menggunakan anti nyamuk.
Karena mempunyai anak kecil, jadi tidak menggunakan anti nyamuk bakar, karena
asapnya merusak paru-paru anak-anak. Yang digunakan anti nyamuk listrik, ini pun
digunakan jika hendak tidur saja yaitu sekitar jam 8 malam.
Untuk menghindari gigitan nyamuk pada pagi hari atau sore hari, Bapak
Yusuf tidak membiasakan anaknya menggunakan anti nyamuk lotion. Dia merasa
ragu menggunakan anti nyamuk lotion, karena belum paham apakah punya efek
samping terhadap kulit atau tidak.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
pernah menderita DBD, rumahnya juga di fogging, hanya saja mereka memiliki
pertanyaan yang hampir senada, yaitu:
Kenapa sih bu, setelah terkena DBD baru dilakukan
penyemprotan, kalau sebelum itu disemprotkan gak ada yang kena.
Trus kalo disemprot kenapa hanya satu rumah, mengapa tidak satu
lingkungan saja. Itu permintaan kami sebagai masyarakat, jangan
sudah terjadi baru disemprot, trus kalo ada penyemprotan jangan
hanya satu rumah saja tetapi semua rumah di sekitar yang terkena,
kata Bu Siska.
Pertanyaan ini untuk sesaat membuat saya menjadi kebingungan bagaimana
harus menjawabnya. Ada pandangan-pandangan yang negatif tentang pelaksanaan
fogging ini. Salah satunya pandangan dari Bapak Yusuf, seperti berikut:
Lima rumah dari rumah saya sebut saja rumah Bapak Andi,
tahun lalu salah seorang anaknya terkena DBD, dirawat di rumah
sakit, kemudian sembuh dan pulang ke rumah. Setelah anak Bapak
Andi pulang ke rumah, kepala lingkungan melaporkan ke
puskesmas. Tetapi tindakan penyemprotan tidak segera dilakukan,
masih di proses dan dua hari kemudian baru datang petugas
kesehatan menyemprot rumah Bapak Andi, kata Bapak Yusuf.
Bisa ibu bayangkan, sudah terbang kemana nyamuk yang
menggigit anak Bapak Andi, anak Bapak Andi dirawat empat hari
di rumah sakit, jadi ada waktu seminggu barulah rumah itu
disemprot, untuk apa lagi bu, kan gak ada gunanya lagi, katanya.
Selain itu, Ibu Diana juga memberikan suatu pandangan tentang pelaksanaan
penyemprotan ini. Menurut dia, penyemprotan itu lebih sering dilakukan untuk
bagian-bagian luar rumah, sedangkan bagian dalam sepertinya sekedar lewat saja.
Senada dengan apa yang disampaikan Ibu Siska, Ibu Diana pun mengatakan
penyemprotan jangan dilakukan pada rumah penderita DBD saja, tetapi juga
dilakukan untuk beberapa rumah di sekitarnya, supaya nyamuk-nyamuk tersebut
benar-benar mati dan tidak menularkannya ke orang lain.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
maksud kedatangannya, si petugas cuma bilang mau periksa kamar mandi, mau lihat
ada tidak nyamuk deman berdarah. Setelah selesai memeriksa, petugas tersebut
langsung pamit pulang, tanpa memberitahukan apa hasil pemeriksaan, kegunaannya
untuk apa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pencegahan DBD.
Salah seorang petugas Jumantik yang saya temui, memberikan komentar yang
lain yang sedikit bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Diah. Menurut
Bapak Yoyo (petugas Jumantik yang sekaligus kepala lingkungan tersebut), sebagai
perpanjangan tangan pemerintah dalam keikutsertaan mencegah DBD, petugas
Jumantik sudah berupaya untuk melaksanakan tugas yang diembannya, seperti
pengungkapannya ini:
Aku memang dilibatkan dalam upaya mencegah DBD, aku kan
sangat mengenal lingkungan ini. Aku dulu dilatih oleh petugas
kesehatan mengenai kegiatan pemantauan jentik-jentik ini. Ya
cukup berpengalamanlah bu, kan sudah lama juga aku jadi
jumantik. Pekerjaan jumantik ini selalu dilakukannya bu, tapi
kadang-kadang masyarakat di sini suka kurang kesadarannya. Ada
juganya masyarakat yang gak mau diperiksa rumahnya apalagi
kamar mandinya, takut mereka nanti dikasi tau ke orang lain kalo
kamar mandinya jorok, atau rumahnya jorok. Manalah sempat aku
cerita-cerita itu, mereka saja yang berprasangka buruk. Jadi gimana
bu mana bisa kita paksa kalo orang gak mau kan. Serba salah lah
bu, kalo gak kami kerjakan, kami juga yang disalahkan oleh
petugas kesehatan, dibilang gak becus kerjalah. Padahal berapalah
gaji kami jadi jumantik, kata pak Yoyo.
Berdasarkan jawaban-jawaban informan tersebut diketahui bahwa proses
penyebaran informasi tentang DBD belum mengacu kepada konsep komunikasi.
Pengetahuan keluarga-keluarga ini tentang pencegahan DBD, seperti pendapat
Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu tahu,
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
sikap ini tidak hanya mencapai tahap menerima dan menanggapi, tetapi harus lebih
dalam
lagi
yaitu
mencapai
tingkatan
menghargai
dan
bertanggungjawab
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Pengetahuan masyarakat mengenai penyebab dan cara pencegahan penyakit
demam berdarah hanya mencapai tingkatan tahu dan paham, begitu juga dengan sikap
masyarakat mencapai tingkatan menerima dan menanggapi. Pengetahuan belum
mencapai tahap interest, evaluation, trial, adaption. Sikap belum mencapai tahap
responding, valuing dan responsible dikarenakan informasi yang diperoleh masih
belum jelas benar dan juga banyak faktor yang mempengaruhi individu untuk
melakukan suatu tindakan sesuai dengan pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.
Faktor kebiasaan hidup sehari-hari, faktor tidak adanya dukungan dari suami
dan anak-anak dan faktor tidak atau kurangnya sarana dan fasilitas yang mendukung
terjadinya perilaku kesehatan, merupakan suatu hal yang menyebabkan tidak
teraplikasinya pengetahuan dan sikap yang sudah positif ke dalam bentuk tindakan
yang positif.
Dalam melakukan tindakan terhadap pencegahan penyakit demam berdarah,
masyarakat juga melakukan dalam berbagai kegiatan. Yang paling utama dilakukan
masyarakat adalah membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya dan pemakaian
anti nyamuk. Kegiatan-kegiatan ini dianggap sudah membebaskan setiap anggota
keluarga dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Jika ada salah satu anggota keluarga
yang menderita demam berdarah, maka penyemprotan/fogging merupakan suatu
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
6.2.
Saran
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008
Soedarmo SSP, 2005. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Penerbit UI Press.
Jakarta.
Soegijanto S, 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press.
Surabaya.
Suhardiono. 2004. Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue Oleh Puskesmas di Kabupaten/Kota Endemis Sumatera
Utara Tahun 2002. Tesis. USU. Medan.
WHO, 1999. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian. Edisi 2 EGC. Jakarta.
Rotua Sumihar Sitorus : Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor
Kota Medan Tahun 2009, 2009
USU Repository 2008