Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Neonatus
Antibiotik harus diberikan segera setelah terdapat akses vena pada pasien dengan
meningitis bakteri. Secara konservatif, pengobatan antimikroba awal atau inisial terdiri dari
ampisilin dan kombinasi aminoglikosida. Jika S pneumoniae dicurigai, vankomisin harus
ditambahkan. Terapi empiris awal untuk penyakit late-onset pada bayi prematur harus
mencakup
agen
antistaphylococcus
dan
seftazidim,
amikasin,
atau
meropenem. 1
contoh
yang
baik
mengenai
sinergisme
antara
antibiotik. 1,2
Beberapa generasi ketiga sefalosporin mencapai kadar yang baik dalam LCS dan telah
muncul sebagai agen efektif terhadap infeksi gram negatif. Seftriakson berkompetisi dengan
bilirubin untuk pengikatan oleh albumin, dan dosis terapeutik ceftriaxone menurunkan
cadangan albumin dalam serum bayi baru lahir sebesar 39%, dengan demikian, ceftriaxone
dapat meningkatkan risiko ensefalopati bilirubin, terutama pada bayi baru lahir beresiko
tinggi. Seftriakson juga menyebabkan sludging (lumpur) empedu. Tidak satupun dari
sefalosporin memiliki aktivitas terhadap L. monocytogenes dan enterococcus dan, karenanya,
tidak boleh digunakan sebagai agen tunggal untuk pengobatan awal. Kombinasi ampisilin dan
sefalosporin generasi ketiga diperlukan. Cephalosporin generasi ketiga juga efektif untuk
meningitis yang disebabkan oleh E.coli atau spesies Klebsiella, angka kesembuhan 78%94%, dibandingkan regimen dengan mainoglikosid degan atau tanpa klorafenikol 40%
-90%.1,3
Jika patogen terbukti menjadi bakteri yang rentan ampisilin dengan low minimum
inhibitory
concentration
(MIC)
ampisilin,
maka
ampisilin
dapat
dilanjutkan
sendiri. Cefotaxime dan seftriakson juga mempunyai aktivitas yang baik terhadap
kebanyakan S.pneumoniae resisten penisilin. Baik vankomisin dan cefotaxime harus
diberikan pada pasien dengan meningitis S. pneumoniae
antibiotic
sensitif. 1
yang
menentukan
Agen etiologi dan penemuan klinis menjadi dasar dari lama pengobatan, namun
pengobatan selama
B. Waktu yang lebih lama dibutuhkan untuk mensterilkan LCS dengan meningitis oleh bacil
gram
negatif,
dan
biasanya
diperlukan
pengobatan
selama
3-4
minggu
.1
Lumbal pungsi ulangan diindikasi pada keadaan tidak adanya perbaikan klinis atau
meningitis yang disebabkan oleh strain S pneumonia yang resisten atau dengan basil enterik
gram negatif. Pada neonatus dengan meningitis basil gram negatif, pemeriksaan CSS selama
pengobatan diperlukan untuk memverifikasi kultur steril.Pemeriksaan ulang terhadap CSS
untukpemeriksaan kimia dan kultur harus dilakukan 41-72 jam setelah memulai pengobatan;
specimen lebih lanjut diperlukan bila tidak didapatkan sterilitas ataupun perbaikan klinis.1
Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak tahun 2004, terapi empirik untuk
neonatus dengan meningitis bakterial sebagai berikut 4
dan
H.
influenzae.1
Terapi dengan Carbapenem merupakan pilihan yang baik patogen yang resisten
sefalosporin. Meropenem lebih dipilih dibandingkan imipenem oleh karena resiko kejang
lebih rendah. Antibiotik lain seperti oxazolidinon (linezolid), masih dalam penelitian.
Fluorokuinolon dapat menjadi pilihan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan antibiotik
jenis lain atau gagal pada terapi sebelumnya.1
Pada pasien yang alergi beta-laktam (penisilin dan sefalospori) dapat dipilih
vankomisin
dan
rifampisin
untuk
kuman
S.pneumoniae.
Kloramfenikol
juga
Usia 1 3 bulan :
-
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + Sefotaksim 200300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
Jika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik disesuaikan dnegan hasil kultur dan
resistensi.
N meningitidis - 7 hari
H influenzae - 7 hari
Rekomendasi terapi empiris antimikroba meningitis berdasarkan usia pasien dan predisposisi
(AIII)3
DAFTAR PUSTAKA
1
Muller ML, dkk. Pediatric Bacterial Meningitis. May 11th, 2011. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview.
Itiantoro H,dkk. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta. Bagian Farmakologi
FKUI; 2004: 622-650
Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid
1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h. 189-96.
Pusponegoro HD, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi ke-1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2004 : 200 208.