Sie sind auf Seite 1von 14

BAB III

HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil Perhitungan
Tabel III.1.1 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, Tanpa Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RPM

rps

85

1,41666
7

105

1,75

200

3,33333
3

210

3,5

force
(gram)
10
15
30
45

(joule)

0,00450
0,0068
0,0135
0,0203

(rad/s)
8,897
10,990
20,933
21,980

Po

Re

0,040

2,187750348
6

13733,02
0

0,074

2,150543710
0

16964,31
9

0,283

1,185487220
1

32312,98
9

0,445

1,612907782
5

33928,63
8

Tabel III.1.2 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, dan 4 Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RPM

rps

85

1,41666
7

force
(gram)
100

(joule)
0,04500

(rad/s)
8,897

Po

Re

0,400

21,877503486
0

13733,02
0
16964,31
9

105

1,75

150

0,06750

10,990

0,742

21,505437100
1

200

3,33333
3

500

0,22500

20,933

4,710

19,758120335
8

32312,98
9

5,440

19,713317341
8

33928,63
8

210

3,5

550

0,24750

21,980

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-2

Tabel III.1.3 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, Tanpa Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RP
M
85

rps
1,41666
7

105

1,75

200

3,33333
3

210

3,5

force
(gram)

(joule)

10

0,0045
0

15

0,0067
5

45

0,0202
5

50

0,0225
0

(rad/s)

Po

Re

8,897

0,04
0

2,18775034
86

13733,02
0

10,990

0,07
4

2,15054371
00

16964,31
9

20,933

0,42
4

1,77823083
02

32312,98
9

21,980

0,49
5

1,79211975
83

33928,63
8

Tabel III.1.4 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, dan 4 Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RPM

rps

85

1,41666
7

105

1,75

200

3,33333
3

210

3,5

force
(gram)
90
140
450
480

(joule)

0,04050
0,06300
0,20250
0,21600

(rad/s)
8,897
10,990
20,933
21,980

Po

Re

0,360

19,689753137
4

13733,02
0

0,692

20,071741293
5

16964,31
9

4,239

17,782308302
2

32312,98
9

4,748

17,204349680
1

33928,63
8

Tabel III.1.5 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler,
Tanpa Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RP
M

rps

force
(gram)

(joule)

(rad/s)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Po

Re

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

85

1,41666
7

105

1,75

200

3,33333
3

210

3,5

10

0,0045
0

15

0,0067
5

20

0,0090
0

25

0,0112
5

III-3

8,897

0,04
0

3,94239716
60

10850,78
1

10,990

0,07
4

3,87534959
51

13403,90
6

20,933

0,18
8

1,42419097
62

25531,25
0

21,980

0,24
7

1,61472899
80

26807,81
3

Tabel III.1.6 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler, dan 4
Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RP
M
85

rps
1,41666
7

105

1,75

200

3,33333
3

210

3,5

force
(gram)

(joule)

100

0,0450
0

150

0,0675
0

500

0,2250
0

550

0,2475
0

(rad/s)

Po

Re

8,897

0,40
0

21,87750348
60

13733,02
0

10,990

0,74
2

21,50543710
01

16964,31
9

20,933

4,71
0

19,75812033
58

32312,98
9

21,980

5,44
0

19,71331734
18

33928,63
8

Tabel III.1.7 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler,
Tanpa Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RP
M
85

rps
1,41666
7

force
(gram)

(joule)

10

0,0045
0

15

0,0067
5

105

1,75

200

3,33333
3

45

0,0202
5

210

3,5

50

0,0225

(rad/s)

Po

Re

8,897

0,04
0

2,18775034
86

13733,02
0

10,990

0,07
4

2,15054371
00

16964,31
9

20,933

0,42
4

1,77823083
02

32312,98
9

21,980

0,49

1,79211975

33928,63

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


0

III-4

83

Tabel III.1.8 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler, dan 4
Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RP
M
85

rps
1,41666
7

105

1,75

200

3,33333
3

210

3,5

force
(gram)

(joule)

(rad/s)

90

0,0405
0

140

0,0630
0

450

0,2025
0

480

0,2160
0

Po

Re

8,897

0,36
0

19,68975313
74

13733,02
0

10,990

0,69
2

20,07174129
35

16964,31
9

20,933

4,23
9

17,78230830
22

32312,98
9

21,980

4,74
8

17,20434968
01

33928,63
8

Tabel III.1.9 Perhitungan Mixing Time


(4 buah baffle dengan Four-blade paddle ketinggian 2.5 cm dari dasar)
t(s)
40

RPM
0

pH awal
8,3

pH
10,6

Mixing time
35,3

Nre

40

160

8,3

10,4

35,3

26802,523

55

185

8,3

10,5

50

30990,417

Tabel III.1.10 Perhitungan Mixing Time


(4 buah baffle dengan propeller impeller ketinggian 2.5 cm dari dasar)
t(s)
50

RPM
0

pH awal
8,3

pH
10,3

40

160

8,3

10,5

55

185

8,3

10,5

Mixing time
45,1

Nre
0

35,3 21177,30217
50

24486,256

III.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati pola alir fluida pada berbagai agitator dan
baffle serta mengamati ukuran dari berbagai tipe agitator terhadap efisiensi dan daya
pengadukan.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-5

Ada dua macam percobaan yang dilakukan pada modul ini. Percobaan pertama
dilakukan dengan memasukkan campuran tepung tapioka 9% massa dan air ke dalam bejana
hingga mencapai ketinggian 15 cm. Selanjutnya bejana dipasang ke atas piringan hingga
berada pada posisi tengah serta memasang agitator di atas bejana pada bagian tengah.
Kemudian mengatur jarak antara agitator dan dasar bejana dengan menaikkan atau
menurunkan piringan pemutar menggunakan pengatur hidrolik. Sebelum menjalankan
percobaan, terlebih dahulu menentukan kecepatan sudut putaran mulai dari variabel terkecil,
di mana kecepatan sudut ini selama percobaan dapat terus ditingkatkan hingga variabel
tertinggi. Kemudian saat pengadukan dimulai, dilakukan pencatatan tinggi vorteks (pusaran
pengadukan), gaya yang dihasilkan dan nilai pH campuran hingga konstan dan mengulangi
langkah langkah diatas untuk variabel pada jenis agitator, ketinggian agitator (dari dasar
bejana) dan banyak baffle yang berbeda.
Percobaan kedua dilakukan dengan memasukkan campuran tepung tapioka 1,25%
massa dan air ke dalam bejana hingga mencapai ketinggian 15 cm. Selanjutnya bejana
dipasang ke atas piringan hingga berada pada posisi tengah serta memasang agitator di atas
bejana pada bagian tengah, kemudian dipasang pula 4 buah baffle dan pH-meter pada
bejana. Kemudian pH awal dari campuran dicatat, lalu menentukan kecepatan sudut sesuai
variabel dan memasukkan larutan NaOH 1,25% volume ke dalam proses pengadukan. Lalu
nilai pH diamati hingga nilainya konstan sambil dilakukan pencatatan waktu yang dibutuhkan
dan mengulangi percobaan di atas dengan agitator dan besar kecepatan sudut yang lain.
Dari hasil percobaan yang didapatkan, dilakukan perhitungan Power Number, Po dan
Reynolds Number, Re serta dilakuakn pengamatan korelatif antara kedua bilangan tersebut.
Power Number menunjukkan perbandingan antara perbedaan tekanan yang dihasilkan aliran
dengan momen inersianya.
Po=

P
RPS 3 D5

Sedangkan Reynolds Number, Re merupakan bilangan tak berdimensi yang menyatakan


perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskus.
=

RPS D 2

(Mc Cabe, 246-256)

Berdasarkan tabel III.1.1 sampai tabel III.1.8 , maka dapat diperoleh grafik hubungan
antara Power Number, P0 dan Reynolds Number, Re sebagai berikut.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-6

25
20
15
Po

10
5
0
10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

Re
Four-blade paddle tanpa baffle 1,5 cm
Four-blade paddle tanpa baffle 2,5 cm
Four-blade paddle+baffle 1,5 cm
Four-blade paddle+baffle 2,5 cm

Gambar III.2.1 Grafik Hubungan antara Power Number, Po dan Reynolds Number, Re
untuk Four-blade paddle pada ketinggian 1,5 cm dan 2,5 cm
Berdasarkan gambar III.2.1, didapatkan bahwa percobaan dengan menggunakan Fourblade paddle tanpa baffle memiliki Power Number, Po yang lebih kecil dibandingkan dengan
percobaan Four-blade paddle menggunakan baffle.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-7

Gambar III.2.2 Grafik Hubungan antara Power Number, Po dan Reynolds Number, Re
pada Four-blade paddle
Berdasarkan gambar III.2.2, dapat dilihat bahwa nilai Po untuk percobaan four-blade
paddle tanpa baffle seharusnya berada di bawah percobaan yang menggunakan baffle karena
membutuhkan daya yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa hasil percobaan sesuai
dengan literatur. Karena membutuhkan daya yang lebih besar saat terjadi vorteks untuk
melawan baffle.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Po

III-8

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10000 12000 14000 16000 18000 20000 22000 24000 26000 28000
Re
Four-blade paddle tanpa baffle 1,5 cm
Four-blade paddle tanpa baffle 2,5 cm
Four-blade paddle+baffle 1,5 cm
Four-blade paddle+baffle 2,5 cm

Gambar III.2.3 Grafik Hubungan antara Power Number, Po dan Reynolds Number, Re
untuk Propeler pada ketinggian 3,5 cm dan 4,5 cm
Berdasarkan gambar III.2.3, didapatkan bahwa percobaan dengan menggunakan
Propeler tanpa baffle memiliki Power Number, Po yang lebih kecil dibandingkan dengan
percobaan Four-blade paddle menggunakan baffle. Hal ini terjadi karena dibutuhkan daya
yang lebih besar pada percobaan yang menggunakan baffle.

Gambar III.2.4 Grafik Hubungan antara Power Number, P0 dan Reynolds Number, Re
pada Propeler

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-9

Berdasarkan gambar III.2.4, percobaan pada propeler tanpa baffle memiliki nilai Po
yang lebih rendah dibandingkan percobaan dengan menggunakan baffle. Hal ini berarti hasil
percobaan sudah sesuai dengan literatur, karena timbulnya vorteks pada percobaan dengan
propeler memunculkan perbedaan yang besar antara percobaan dengan bafflle (tidak ada
vorteks) dibandingkan dengan percobaan tanpa baffle, sehingga pengamatan hasil perhitungan
memiliki kesalahan yang minimum. Apabila menggunakan baffle,nantinya vortex akan pecah
karena melawan baffle sehingga daya yang dibutuhkan akan lebih besar.
Berdasarkan tabel III.1.1 sampai tabel III.1.8, didapatkan bahwa konsumsi daya fourblade paddle lebih besar dari pada propeler. Hal ini dikarenakan bentuk dari four-blade
paddle tidak aerodinamis sehingga proses perputaran memerlukan energi yang besar.
(Mc. Cabe, 223-224)

Gambar III.2.5 Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk


(a) helical screw (b) propeler (c) blade paddle
Pola aliran di dalam suatu proses pengadukan selalu terdiri dari tiga macam, yaitu pola
aliran longitudinal atau aksial, pola aliran radial, dan pola aliran rotasional atau tangensial.
Pola aliran radial dan tangensial pergerakannya ke arah horizontal, sedangkan pola aliran
longitudinal ke arah vertikal. Pola aliran radial dan longitudinal adalah yang diharapkan
dalam proses mixing. Ketiga macam pola aliran ini memiliki proporsi yang berbeda-beda
tergantung karakter liquida, agitator, letak agitator, ukuran tangki, dan baffle. Karena dalam
percobaan ini menggunakan four-blade paddle dan propeler maka pola aliran yang menonjol
seharusnya adalah pola radial.
Berdasarkan data hasil pengamatan pada, didapatkan bahwa saat menggunakan
propeler pada percobaan tanpa baffle, vorteks yang dihasilkan cukup besar dan seiring
bertambahnya kecepatan putar propeler, vorteks juga semakin besar. Pada percobaan tanpa
baffle, ukuran vorteks bertambah sedangkan

pada penggunaan 4 baffle, tidak terbentuk

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-10

vorteks sebesar pada saat tidak menggunakan baffle, melainkan pada campuran di dalam
tangki berpengaduk hanya permukaan campuran yang tampak bergelombang.

Pada

percobaan dengan menggunakan four-blade paddle, tidak terbentuk vorteks baik pada saat
menggunakan baffle maupun tidak menggunakan baffle.
Hal ini disebabkan oleh aliran yang semula berpola tangensial akan menabrak bafflebaffle saat dipasangnya baffle sehingga alirannya terpecah menjadi aliran aksial dan radial,
maka terbentuknya vorteks dapat diminimalisir. Semakin banyak baffle yang dipasang,
semakin banyak pola aliran tangensial yang dapat dipecah. Penambahan baffle juga memberi
dampak semakin cepatnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi campuran yang
homogen karena berkurangnya aliran tangensial.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin banyak baffle yang digunakan, semakin
kecil ukuran vorteks yang terbentuk dan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keadaan campuran yang homogen. Kecepatan putar agitator juga mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi campuran yang homogen, semakin besar
kecepatan sudut yang diterapkan, semakin cepat proses pengadukan akan mencapai keadaan
homogen oleh karena turbulensi yang terjadi.

Gambar III.2.6 Swirling Flow Pattern pada Aliran Radial-Flow


Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya vorteks, salah satunya dengan
pemasangan baffle pada tangki berpengaduk. Pada data hasil percobaan juga menunjukkan
bahwa pada sistem yang tidak menggunakan baffle, vorteks yang terbentuk sangat besar dan
pada pemakaian baffle, tidak terbentuk vorteks. Penambahan baffle akan memperbesar nilai
daya pada proses pengadukan. Hal ini disebabkan oleh penghambatan arus pusaran oleh
baffle dan menyebabkan terhalangnya aliran fluida, sehingga akan menyebabkan friksi.
Sehingga untuk melawan gaya yang dihasilkan oleh friksi tersebut, maka daya yang
dibutuhkan akan semakin besar pula.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-11
(Mc. Cabe, 263)

Sedangkan untuk percobaan kedua, dapat diperoleh hubungan antara pH dan waktu
sebagai berikut.
12
10
8
pH

6
4
2
0
0

10

20

30

40

50

60

waktu (s)
0 rpm

160 RPM

185 RPM

Gambar III.2.7 Grafik Hubungan antara pH dan waktu untuk Four-blade paddle
Berdasarkan gambar III.2.6 didapatkan bahwa mixing time sebagai fungsi pH terjadi
pada pH 10,554 pada kecepatan sudut 0 rpm, pH 10,358 pada kecepatan sudut 160 rpm dan
pH 10,456 pada kecepatan sudut 185 rpm.
12
10
8
pH

6
4
2
0
0

10

20

30

40

50

waktu (s)
0 rpm

160 RPM

185 RPM

Gambar III.2.8 Grafik Hubungan antara pH dan waktu untuk Propeler

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

60

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-12

Berdasarkan gambar III.2.7 didapatkan bahwa mixing time sebagai fungsi pH terjadi
pada pH 10,26 untuk pada kecepatan sudut 0 rpm, pH 10,456 untuk pada kecepatan sudut 160
rpm dan pH 10,456 untuk pada kecepatan sudut 185 rpm.
Selain itu, berdasarkan gambar III.2.6 sampai gambar III.2.7, maka dapat diperoleh
mixing time sebagai waktu untuk mencapai 98% dari pH akhir dengan menggunakan
persamaan berikut,

60
50
40
t mix (s)

30
4-blade paddle
20

propeller

10
0
0

10000

20000

30000

40000

NRe

Gambar III.2.9 Grafik Hubungan antara Mixing Time 98% dan dan Reynolds Number,
Re untuk Four-blade paddle dan Propeler
Pada gambar III.2.8 didapatkan bahwa mixing time akan mengalami penurunan pada
kenaikan NRe . Akan tetapi pada NRe tertentu terjadi kenaikan lagi pada mixing time. Hal ini
dapat dibandingkan dengan literatur seperti pada gambar di bawah ini:

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III-13

Gambar
III.2.10 Grafik Hubungan antara Mixing Time Factor dan Reynolds Number, Re
Pada gambar III.2.10 tersebut, semakin besar nilai NRe, maka nilai mixing time akan
semakin kecil. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, seharusnya semakin besar nilai Re maka
nilai mixing time 98% yang didapatkan semakin kecil karena dengan nilai Re yang besar maka
alirannya semakin turbulen sehingga proses pencampuran akan berlangsung lebih cepat. Hal
ini merupakan suatu penyimpangan yang disebabkan kurangnya ketelitian dan pengukuran
untuk mencapai pH yang konstan acuannya tidak sama karena pembacaan pH meter yang
cenderung berubah setelah konstan pada beberapa detik.
Berdasarkan gambar III.2.1 dan gambar III.2.3 grafik hubungan antara Power Number,
Po dan Reynold Number, Re dibandingkan dengan literatur (Mc. Cabe, hal 253) memiliki
karakteristik yang sama, yakni semakin besar Reynolds Number, Re maka Power Number, Po
akan semakin besar pula.
Tangki berpengaduk merupakan alat pencampur yang baik untuk bahan cair-cair. Ini
dikarenakan bentuknya yang silinder sehingga pemerataan pengadukan dapat terjadi dan
adanya agitator yang dapat mencampur kedua cairan. Jenis pengaduk yang digunakan
disesuaikan dengan viskositas dan densitas liquid yang akan dicampur.
(Mc. Cabe, 263)

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

III-14

Das könnte Ihnen auch gefallen