Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
rps
85
1,41666
7
105
1,75
200
3,33333
3
210
3,5
force
(gram)
10
15
30
45
(joule)
0,00450
0,0068
0,0135
0,0203
(rad/s)
8,897
10,990
20,933
21,980
Po
Re
0,040
2,187750348
6
13733,02
0
0,074
2,150543710
0
16964,31
9
0,283
1,185487220
1
32312,98
9
0,445
1,612907782
5
33928,63
8
Tabel III.1.2 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, dan 4 Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RPM
rps
85
1,41666
7
force
(gram)
100
(joule)
0,04500
(rad/s)
8,897
Po
Re
0,400
21,877503486
0
13733,02
0
16964,31
9
105
1,75
150
0,06750
10,990
0,742
21,505437100
1
200
3,33333
3
500
0,22500
20,933
4,710
19,758120335
8
32312,98
9
5,440
19,713317341
8
33928,63
8
210
3,5
550
0,24750
21,980
III-2
Tabel III.1.3 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, Tanpa Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RP
M
85
rps
1,41666
7
105
1,75
200
3,33333
3
210
3,5
force
(gram)
(joule)
10
0,0045
0
15
0,0067
5
45
0,0202
5
50
0,0225
0
(rad/s)
Po
Re
8,897
0,04
0
2,18775034
86
13733,02
0
10,990
0,07
4
2,15054371
00
16964,31
9
20,933
0,42
4
1,77823083
02
32312,98
9
21,980
0,49
5
1,79211975
83
33928,63
8
Tabel III.1.4 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Four-blade
paddle, dan 4 Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RPM
rps
85
1,41666
7
105
1,75
200
3,33333
3
210
3,5
force
(gram)
90
140
450
480
(joule)
0,04050
0,06300
0,20250
0,21600
(rad/s)
8,897
10,990
20,933
21,980
Po
Re
0,360
19,689753137
4
13733,02
0
0,692
20,071741293
5
16964,31
9
4,239
17,782308302
2
32312,98
9
4,748
17,204349680
1
33928,63
8
Tabel III.1.5 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler,
Tanpa Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RP
M
rps
force
(gram)
(joule)
(rad/s)
Po
Re
85
1,41666
7
105
1,75
200
3,33333
3
210
3,5
10
0,0045
0
15
0,0067
5
20
0,0090
0
25
0,0112
5
III-3
8,897
0,04
0
3,94239716
60
10850,78
1
10,990
0,07
4
3,87534959
51
13403,90
6
20,933
0,18
8
1,42419097
62
25531,25
0
21,980
0,24
7
1,61472899
80
26807,81
3
Tabel III.1.6 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler, dan 4
Baffle, dan Letak 1,5 cm dari Dasar
RP
M
85
rps
1,41666
7
105
1,75
200
3,33333
3
210
3,5
force
(gram)
(joule)
100
0,0450
0
150
0,0675
0
500
0,2250
0
550
0,2475
0
(rad/s)
Po
Re
8,897
0,40
0
21,87750348
60
13733,02
0
10,990
0,74
2
21,50543710
01
16964,31
9
20,933
4,71
0
19,75812033
58
32312,98
9
21,980
5,44
0
19,71331734
18
33928,63
8
Tabel III.1.7 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler,
Tanpa Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RP
M
85
rps
1,41666
7
force
(gram)
(joule)
10
0,0045
0
15
0,0067
5
105
1,75
200
3,33333
3
45
0,0202
5
210
3,5
50
0,0225
(rad/s)
Po
Re
8,897
0,04
0
2,18775034
86
13733,02
0
10,990
0,07
4
2,15054371
00
16964,31
9
20,933
0,42
4
1,77823083
02
32312,98
9
21,980
0,49
1,79211975
33928,63
III-4
83
Tabel III.1.8 Hasil Perhitungan Power Number, Po dan Re pada Variabel Propeler, dan 4
Baffle, dan Letak 2,5 cm dari Dasar
RP
M
85
rps
1,41666
7
105
1,75
200
3,33333
3
210
3,5
force
(gram)
(joule)
(rad/s)
90
0,0405
0
140
0,0630
0
450
0,2025
0
480
0,2160
0
Po
Re
8,897
0,36
0
19,68975313
74
13733,02
0
10,990
0,69
2
20,07174129
35
16964,31
9
20,933
4,23
9
17,78230830
22
32312,98
9
21,980
4,74
8
17,20434968
01
33928,63
8
RPM
0
pH awal
8,3
pH
10,6
Mixing time
35,3
Nre
40
160
8,3
10,4
35,3
26802,523
55
185
8,3
10,5
50
30990,417
RPM
0
pH awal
8,3
pH
10,3
40
160
8,3
10,5
55
185
8,3
10,5
Mixing time
45,1
Nre
0
35,3 21177,30217
50
24486,256
III.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati pola alir fluida pada berbagai agitator dan
baffle serta mengamati ukuran dari berbagai tipe agitator terhadap efisiensi dan daya
pengadukan.
III-5
Ada dua macam percobaan yang dilakukan pada modul ini. Percobaan pertama
dilakukan dengan memasukkan campuran tepung tapioka 9% massa dan air ke dalam bejana
hingga mencapai ketinggian 15 cm. Selanjutnya bejana dipasang ke atas piringan hingga
berada pada posisi tengah serta memasang agitator di atas bejana pada bagian tengah.
Kemudian mengatur jarak antara agitator dan dasar bejana dengan menaikkan atau
menurunkan piringan pemutar menggunakan pengatur hidrolik. Sebelum menjalankan
percobaan, terlebih dahulu menentukan kecepatan sudut putaran mulai dari variabel terkecil,
di mana kecepatan sudut ini selama percobaan dapat terus ditingkatkan hingga variabel
tertinggi. Kemudian saat pengadukan dimulai, dilakukan pencatatan tinggi vorteks (pusaran
pengadukan), gaya yang dihasilkan dan nilai pH campuran hingga konstan dan mengulangi
langkah langkah diatas untuk variabel pada jenis agitator, ketinggian agitator (dari dasar
bejana) dan banyak baffle yang berbeda.
Percobaan kedua dilakukan dengan memasukkan campuran tepung tapioka 1,25%
massa dan air ke dalam bejana hingga mencapai ketinggian 15 cm. Selanjutnya bejana
dipasang ke atas piringan hingga berada pada posisi tengah serta memasang agitator di atas
bejana pada bagian tengah, kemudian dipasang pula 4 buah baffle dan pH-meter pada
bejana. Kemudian pH awal dari campuran dicatat, lalu menentukan kecepatan sudut sesuai
variabel dan memasukkan larutan NaOH 1,25% volume ke dalam proses pengadukan. Lalu
nilai pH diamati hingga nilainya konstan sambil dilakukan pencatatan waktu yang dibutuhkan
dan mengulangi percobaan di atas dengan agitator dan besar kecepatan sudut yang lain.
Dari hasil percobaan yang didapatkan, dilakukan perhitungan Power Number, Po dan
Reynolds Number, Re serta dilakuakn pengamatan korelatif antara kedua bilangan tersebut.
Power Number menunjukkan perbandingan antara perbedaan tekanan yang dihasilkan aliran
dengan momen inersianya.
Po=
P
RPS 3 D5
RPS D 2
Berdasarkan tabel III.1.1 sampai tabel III.1.8 , maka dapat diperoleh grafik hubungan
antara Power Number, P0 dan Reynolds Number, Re sebagai berikut.
III-6
25
20
15
Po
10
5
0
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
Re
Four-blade paddle tanpa baffle 1,5 cm
Four-blade paddle tanpa baffle 2,5 cm
Four-blade paddle+baffle 1,5 cm
Four-blade paddle+baffle 2,5 cm
Gambar III.2.1 Grafik Hubungan antara Power Number, Po dan Reynolds Number, Re
untuk Four-blade paddle pada ketinggian 1,5 cm dan 2,5 cm
Berdasarkan gambar III.2.1, didapatkan bahwa percobaan dengan menggunakan Fourblade paddle tanpa baffle memiliki Power Number, Po yang lebih kecil dibandingkan dengan
percobaan Four-blade paddle menggunakan baffle.
III-7
Gambar III.2.2 Grafik Hubungan antara Power Number, Po dan Reynolds Number, Re
pada Four-blade paddle
Berdasarkan gambar III.2.2, dapat dilihat bahwa nilai Po untuk percobaan four-blade
paddle tanpa baffle seharusnya berada di bawah percobaan yang menggunakan baffle karena
membutuhkan daya yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa hasil percobaan sesuai
dengan literatur. Karena membutuhkan daya yang lebih besar saat terjadi vorteks untuk
melawan baffle.
Po
III-8
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10000 12000 14000 16000 18000 20000 22000 24000 26000 28000
Re
Four-blade paddle tanpa baffle 1,5 cm
Four-blade paddle tanpa baffle 2,5 cm
Four-blade paddle+baffle 1,5 cm
Four-blade paddle+baffle 2,5 cm
Gambar III.2.3 Grafik Hubungan antara Power Number, Po dan Reynolds Number, Re
untuk Propeler pada ketinggian 3,5 cm dan 4,5 cm
Berdasarkan gambar III.2.3, didapatkan bahwa percobaan dengan menggunakan
Propeler tanpa baffle memiliki Power Number, Po yang lebih kecil dibandingkan dengan
percobaan Four-blade paddle menggunakan baffle. Hal ini terjadi karena dibutuhkan daya
yang lebih besar pada percobaan yang menggunakan baffle.
Gambar III.2.4 Grafik Hubungan antara Power Number, P0 dan Reynolds Number, Re
pada Propeler
III-9
Berdasarkan gambar III.2.4, percobaan pada propeler tanpa baffle memiliki nilai Po
yang lebih rendah dibandingkan percobaan dengan menggunakan baffle. Hal ini berarti hasil
percobaan sudah sesuai dengan literatur, karena timbulnya vorteks pada percobaan dengan
propeler memunculkan perbedaan yang besar antara percobaan dengan bafflle (tidak ada
vorteks) dibandingkan dengan percobaan tanpa baffle, sehingga pengamatan hasil perhitungan
memiliki kesalahan yang minimum. Apabila menggunakan baffle,nantinya vortex akan pecah
karena melawan baffle sehingga daya yang dibutuhkan akan lebih besar.
Berdasarkan tabel III.1.1 sampai tabel III.1.8, didapatkan bahwa konsumsi daya fourblade paddle lebih besar dari pada propeler. Hal ini dikarenakan bentuk dari four-blade
paddle tidak aerodinamis sehingga proses perputaran memerlukan energi yang besar.
(Mc. Cabe, 223-224)
III-10
vorteks sebesar pada saat tidak menggunakan baffle, melainkan pada campuran di dalam
tangki berpengaduk hanya permukaan campuran yang tampak bergelombang.
Pada
percobaan dengan menggunakan four-blade paddle, tidak terbentuk vorteks baik pada saat
menggunakan baffle maupun tidak menggunakan baffle.
Hal ini disebabkan oleh aliran yang semula berpola tangensial akan menabrak bafflebaffle saat dipasangnya baffle sehingga alirannya terpecah menjadi aliran aksial dan radial,
maka terbentuknya vorteks dapat diminimalisir. Semakin banyak baffle yang dipasang,
semakin banyak pola aliran tangensial yang dapat dipecah. Penambahan baffle juga memberi
dampak semakin cepatnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi campuran yang
homogen karena berkurangnya aliran tangensial.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin banyak baffle yang digunakan, semakin
kecil ukuran vorteks yang terbentuk dan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keadaan campuran yang homogen. Kecepatan putar agitator juga mempengaruhi
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi campuran yang homogen, semakin besar
kecepatan sudut yang diterapkan, semakin cepat proses pengadukan akan mencapai keadaan
homogen oleh karena turbulensi yang terjadi.
III-11
(Mc. Cabe, 263)
Sedangkan untuk percobaan kedua, dapat diperoleh hubungan antara pH dan waktu
sebagai berikut.
12
10
8
pH
6
4
2
0
0
10
20
30
40
50
60
waktu (s)
0 rpm
160 RPM
185 RPM
Gambar III.2.7 Grafik Hubungan antara pH dan waktu untuk Four-blade paddle
Berdasarkan gambar III.2.6 didapatkan bahwa mixing time sebagai fungsi pH terjadi
pada pH 10,554 pada kecepatan sudut 0 rpm, pH 10,358 pada kecepatan sudut 160 rpm dan
pH 10,456 pada kecepatan sudut 185 rpm.
12
10
8
pH
6
4
2
0
0
10
20
30
40
50
waktu (s)
0 rpm
160 RPM
185 RPM
60
III-12
Berdasarkan gambar III.2.7 didapatkan bahwa mixing time sebagai fungsi pH terjadi
pada pH 10,26 untuk pada kecepatan sudut 0 rpm, pH 10,456 untuk pada kecepatan sudut 160
rpm dan pH 10,456 untuk pada kecepatan sudut 185 rpm.
Selain itu, berdasarkan gambar III.2.6 sampai gambar III.2.7, maka dapat diperoleh
mixing time sebagai waktu untuk mencapai 98% dari pH akhir dengan menggunakan
persamaan berikut,
60
50
40
t mix (s)
30
4-blade paddle
20
propeller
10
0
0
10000
20000
30000
40000
NRe
Gambar III.2.9 Grafik Hubungan antara Mixing Time 98% dan dan Reynolds Number,
Re untuk Four-blade paddle dan Propeler
Pada gambar III.2.8 didapatkan bahwa mixing time akan mengalami penurunan pada
kenaikan NRe . Akan tetapi pada NRe tertentu terjadi kenaikan lagi pada mixing time. Hal ini
dapat dibandingkan dengan literatur seperti pada gambar di bawah ini:
III-13
Gambar
III.2.10 Grafik Hubungan antara Mixing Time Factor dan Reynolds Number, Re
Pada gambar III.2.10 tersebut, semakin besar nilai NRe, maka nilai mixing time akan
semakin kecil. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, seharusnya semakin besar nilai Re maka
nilai mixing time 98% yang didapatkan semakin kecil karena dengan nilai Re yang besar maka
alirannya semakin turbulen sehingga proses pencampuran akan berlangsung lebih cepat. Hal
ini merupakan suatu penyimpangan yang disebabkan kurangnya ketelitian dan pengukuran
untuk mencapai pH yang konstan acuannya tidak sama karena pembacaan pH meter yang
cenderung berubah setelah konstan pada beberapa detik.
Berdasarkan gambar III.2.1 dan gambar III.2.3 grafik hubungan antara Power Number,
Po dan Reynold Number, Re dibandingkan dengan literatur (Mc. Cabe, hal 253) memiliki
karakteristik yang sama, yakni semakin besar Reynolds Number, Re maka Power Number, Po
akan semakin besar pula.
Tangki berpengaduk merupakan alat pencampur yang baik untuk bahan cair-cair. Ini
dikarenakan bentuknya yang silinder sehingga pemerataan pengadukan dapat terjadi dan
adanya agitator yang dapat mencampur kedua cairan. Jenis pengaduk yang digunakan
disesuaikan dengan viskositas dan densitas liquid yang akan dicampur.
(Mc. Cabe, 263)
III-14