Sie sind auf Seite 1von 5

1.

Latar Belakang

Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu


luas. Akibatnya tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan
Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam tersebut tumbuh
dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan islam di Sumatra yang dimulai dari berita awal abad
ke-16 dari Tome Pires dalam Sume Oriental (1512-1515)
mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang pesisir selat
Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam
baik yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut
adalah Aceh, Bican, Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat,
Rupat, Siak, Kampar, Tongakal, Indragiri, Jambi, Palembang,
Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus.
[1]Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami
perkembangan bahkan ada yang sedang mengalami keruntuhan
karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan
sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan
Islam yang sudah tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran
Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam Samudra Pasai. Tumbuhnya
kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak
geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan
perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada
sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8
Masehi para pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari
negeri-negeri Tmur Tengah mulai memegang peranan penting.
Dari latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai
kerajaan islam kedua di Indonesia yang sangat memiliki
pengaruh terhadap kerajaan islam lainnya di Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN

1.

Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai

Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah


bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai
dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan
berita Cina zaman Tang, pada abad-abad tersebut diduga
masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di daerah
Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orangorang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari
para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir,
Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di
beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di
pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di
pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang
cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama Islam
tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat
perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya, berdirilah
kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun
1267. Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksmana angkatan
laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia
ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada
tahun 1238 M. Setelah itu, ia mendirikan kerajaan Pasai untuk
menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan

dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa


pada waktu itu Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan
tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan
Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada
tahun 1284, dinasti Mamuluk yang bermadzhab SyafiI
berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain
untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga
bertujuan untuk menguasai pasar rempah-rempah dan lada dan
pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir
Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat
merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai
raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah
Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia
diberi gelar Malikus Saleh pada tahun 1285. Nama ini adalah
gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang
pertama di Mesir yaitu Al Malikus Shaleh Ayub.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja
Pasai seputar Marah Silu. Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar
dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda Rasulullah yang
menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah
Merah Silu yang tanpa diajari siapapun mampu membaca Al
Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas dari itu, Malik As
Saleh kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham
Syafii. Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang
semula Syiah berubah menjadi paham SyafiI yang sunni.
2. Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai
di segala bidang
Dengan timbulnya Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan
Perlak mengalami kemunduran. Samudra Pasai tampil sebagai
bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra
Pasai tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu,
tetapi juga sebagai pusat pengembangan agama Islam
bermazhab Syafii.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah
agama Islam mazhab Syafii. Awalnya Sultan Malik Al Saleh
merupakan pemeluk Syiah yang di bawa dari pedagangpedagang Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12.
Pedagang-pedagang Gujarat bersama-sama pedagang Arab dan
Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan Islam
pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai
Perlak dan Kerajaan Samudra Pasai di muara Sungai Pasai.
Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah menjadi
memeluk Islam bermazhab Syafii atas bujukan Syekh Ismail
yang merupakan utusan Dinasti Mameluk di Mesir yang
beraliran mazhab Syafii. Pada masa pemerintahan Sultan Malik
Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Marco
Polo.
1.

Kehidupan Politik

Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah


Marah silu bergelar sultan Malik al Saleh, dan memerintah
antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik
Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang
teratur dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat,
meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudra Pasai
masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295,
Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang
kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326),
Pada masa pemerintahannya samudra pasai berhasail
menaklukkan kerajaan islam Perlak.

Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan


diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar
Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
2. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung
kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim.
Samudera pasai juga mempersiapkan bandar bandar yang
digunakan untuk :

Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya

Mengurus soal soal atau masalah masalah


perkapalan

Mengumpulkan barang barang dagangan yang akan


dikirim ke luar negeri

Menyimpan barang barang dagangan sebelum


diantar ke beberapa daerah di Indonesia

Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan


Majapahit, masa itu juga merupakan masa kebesaran Kerajaan
Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga berhubungan
langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk
mengamankan diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya
meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai
bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus
incaran dari kerajaan kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera
Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan
dipindahkan ke Bandar Malaka.
3. Kehidupan Sosial

Ketika rambut pirang itu dibantun oleh Marah Gajah keluarlah


darah putih. Setelah darah putih itu berhenti mengalir, maka
menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah
angkat Putri Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad
karena marah segera mengerahkan orang-orangnya untuk
mencari dan menangkap Marah Gajah. Marah Gajah yang takut
karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta
perlindungan dari ayah angkatnya pula yang bernama Raja
Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad adalah dua
orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas,
maka kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang. Keduanya
tewas dan Marah Gajah sendiri juga tewas terbunuh dalam
peperangan. Putri Betung meninggalkan dua orang putra yaitu
Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan
tempat kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum
kemudian menjadi raja Biruen. Sedang Marah Silu akhirnya
dapat merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ. Marah Slu
mendirikan istana kerajaannya di atas bukit yang banyak
didiami oleh semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut
Semut Dara (Samudra). Itulah sebabnya maka negara itu
kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah penganut agama Islam aliran Syiah.
Seperti kita ketahui bahwa agama Islam yang berpengaruh di
pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah agama Islam
aliran Syiah.
Untuk melenyapkan pengaruh Syiah dan untuk kemudian
mengembangkan Islam mahzab Syafii di pantai timur Sumatra
Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliranmahzab
Syafii pada 1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur
Sumatra Utara bersama Fakir Muhammad, bekas ulama di
pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail berhasil
menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk
memeluk agama Islam mahzab Syafii kemudian Syekh Ismail
menobatkan Marah Silu sebagai Sultan pertama di kerajaan
Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Pengikut
Marah Silu yang bernama Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga
masuk mahzab Syafii dan berganti nama pula menjadi Sidi Ali
Khiauddin dan Sidi Ali Hassanuddin.

Kerajaan Samudra Pasai ini merupakan kerajaan islam kedua


sesudah Perlak. Sumber-sumber sejarah mengenai kerajaan ini
jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kerajaan pertama.
Disamping Hikayat, berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga
meninggalkan peninggalan arkeologis berupa prasasti yang
dapat menjadi saksi utama mengenai telah berdirinya kerajaan
ini.

Penobatan Marah Silu sebagai Sultan pertama di Samudra Pasai


oleh Syekh Ismail ini didasarkan atas beberapa pertimbangan.
Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia
digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih
terkenal dengan Sultan Malik Al Tahir yang memerintah sampai
tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan Ahmad Bahian
Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau
Samudra Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah.
Ibnu Battutah adalah seorang dari Afrika Utara yang bekerja
pada Sultan Delhi di India. Ia mengunjungi Samudra Pasai
dalam rangka singgah ketika melakukan perjalanannya ke Cina
sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah
kita dapat mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika
perkembangannya. Sebagai bandar utama perdagangan di pantai
timur Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak didatangi oleh
kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain di
Indonesia. Di bandar tersebut kapal-kapal saling bertemu,
transit, membongkar serta memuat barang-barang dagangannya.

Menurut buku Daliman, Pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah


Sultan Malik Al Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti dari
prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya yang
menyatakan bahwa sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada
bulan Ramadhan 676 tahun sesudah hijrah Nabi atau 1297, jadi
5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini dalam
perjalanannya pulang dari Cina.

Dalam sistem pemerintahanannya, Samudra Pasai mengadopsi


dari India dan Persia. Keraton dan Istana Kerajaan Samudra
Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat
terlihat dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan
kerajaan. Raja sendiri menggunakan gelar syah, sedang patihnya
yang mendampingi raja bergelar amir, bahkan di antara
pembesar-pembesar kerajaan terdapat pula orang Persia.

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur


menurut aturan aturan dan okum okum Islam. Dalam
pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena
persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan
Daerah Serambi Mekkah.
3.Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra
Pasai

Tradisi dari hikayat raja-raja Pasai menceritakan asal-usul Sultan


Malik Al-Saleh. Sebelum menjadi raja dan bergelar Sultan, raja
ini semula adalah seorang marah dan bernama Marahsilu. Ayah
Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri
Betung. Putri Betung mempunyai rambut pirang di kepalanya.

4. Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai

Puncak Kejayaan Samudra Pasai Puncak kejayaan kerajaan


samudra pasai ini ditandai dengan adanya perkembangan
dibidang-bidang kehidupan kerajaan Samudra pasai, seperti ;

Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat hubungan


perkawinan.
Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

1.

Di bidang perekonomian dan perdagangan


1.

Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini


ditandai dengan sudah adanya mata uang yang diciptakan
sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari emas, uang ini
dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan
berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat
perdagangan internasional pada masa pemerintahan Sultan
Malikul Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas
ekspor utama. Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada
sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain komoditas
lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari
daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-impor
yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju. Hubungan
dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang
-pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di
pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran
cukai.
2. Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur
menurut aturanaturan dan hukum hukum Islam. Dalam
pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena
persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan
Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai berkembang
sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk
menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian
disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di
antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP).
Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M.
HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik
di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga
digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan
buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
3. Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahliahli agama dari Timur Tengah, telah berperan penting dalam
proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu
pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam
menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab SyafiI dan ia
selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang
telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk
menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas,
sehingga penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara
menjadi luas.
4. Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin
hubungan baik dengan Cina. Diberitakan bahwa Cina telah
meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang untuk
dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snamsad-Din. Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga
menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur Tengah.
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli
agama mulai dari berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya
dari Persi (Iran) yang bernama Qadi Sharif Amir Sayyid dan Tajal-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan Kerajaan Samudra

Faktor Interen Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

a. Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan


Malik At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan
Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi
pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia,
Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga
terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya
yang cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan
terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih
oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri
satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah
peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut
yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali
Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun
di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh
pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan
Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura.
Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera
Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai
semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu,
Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa
Kesultanan Aceh Darussalam.
b. Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir
meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Sultan
Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana
pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui.
Rupanya menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak
diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya perebutan
kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina.
Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan
Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan
sekelompok orang yang ingin memberontak kepada
pemerintahan kerajaan Samudra Pasai. Karena pemberontakan
ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra
Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat
pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan
Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang
bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk
segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun
Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan
oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan
Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai
sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.

Faktor Eksteren kemunduran Kerajaan Samudra


Pasai

a. Serangan dari Majapahit Tahun 1339


Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman
dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih.
Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode

1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat


oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi
Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana
Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih
Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah
Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah
palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar
tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan
sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kerajaan
Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada
mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk
menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan
tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap
kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan
rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan
Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai
aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak
mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh
tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak
membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari
tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai
Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan
benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan
nama Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari
jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan
terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan
penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah
yang terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat
tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang oleh
tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang
dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera
Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan
perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan Samudera Pasai
telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat
menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka
menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali
dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan
sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin
menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih
dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang
mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli
sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan
ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah
menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang
internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil
dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang
sebelumnya sangat penting dalam arus perdagangan di kawasan
Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan
munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung
Melayu Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang
perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama
setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat
segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi
dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian lama semakin
tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor
dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun
1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi

menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang


Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan
Samudera Pasai.
b. Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai
dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan
bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi pusat
perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu
komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai
Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur
pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan
Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera
pasai juga mempersiapkan bandar bandar yang digunakan
untuk:
1)

Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya

2)

Mengurus masalah masalah perkapalan

3)
Mengumpulkan barang barang dagangan yang akan
dikirim ke luar negeri
4)
Menyimpan barang barang dagangan sebelum diantar ke
beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan
Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka
perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya
yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
c. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra
Pasai yang sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan
(kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan menyerang
kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra
Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah
menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang
sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin
hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah
mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan
transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru
angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan
itu diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas
bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan keluar
pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15
dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India,
Asia Tenggara dan saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat
menarik perhatian orang-orang Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk
menguasai perdagangan melalui selat Malaka.Kedatangan
orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de
Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk
membuat perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa di
Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk
memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan
kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang Portugis untuk
meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya bermotif
penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi.

5. Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai


1.

merupakan bukti nyata adanya kerajaan Samudra Pasai.


Beberapa makam terseut adalah :

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai


a. Makam Sultan Malik AL-Saleh

Kerajaan Samudera Pasai diyakini pernah berjaya


dibuktikan dengan beberapa peninggalan dari kerajaan tersebut.
Sayangnya, kerajaan Samudra Pasai tidak banyak meninggalkan
batu prasasti sebagai peninggalan bersejarah. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah
setempat terhadap bukti- bukti peninggalan sejarah. Peneliti
independen dari pusat informasi Samudra Pasai Heritage
Lhouksemawe, Taqiyuddin mengungkapkan benda peninggalan
bersejarah Kerajaan Samudera Pasai tersebar di hampir seluruh
wilayah Aceh, khususnya Aceh Utara. Namun, sampai saat ini
belum ada upaya untuk menggali dan meneliti peninggalan
bersejarah tersebut. Umumnya peninggalan bersejarah
Samudera Pasai berupa nisan bertuliskan kaligrafi arab gundul
yang khas. (Mohamad Burhanuddin,2011).
Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan
huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya
mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut
sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara
karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. Hikayat
Raja Pasai ini dapatlah dibagi menjadi tiga bagian yaitu
mengenai asal usul pembukaan negeri-negeri Pasai dan
Samudera, pengislaman Merah Silau dan kejatuhan kerajaan
Pasai ke Majapahit. Hikayat Raja Pasai ini juga berisi kisahkisah mitos seperti kelahiran Puteri Buluh Betung, mitos
pembukaan negeri Samudera (semut besar), silsilah raja-raja
Majapahit dan legenda tokoh-tokoh Tun Beraim Bapa, Sultan
Ahmad dan Sultan Malikul Saleh yang seharusnya dipercayai
dalam wujud realiti sejarah Samudera-Pasai. HRP menandai
dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi
nusantara.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di
antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh
Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka.
Informasi di atas mencerminkan sekelumit peran yang telah
dimainkan oleh Samudra Pasai dalam posisinya sebagai pusat
pertumbuhan Islam di Asia Tenggarapada masa itu.
Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di
kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri,
seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama
adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang
ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Uang dirham
juga menjadi peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang
menandakan kekuatan ekonomi pada saat itu. Pada satu sisi
dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik AlZahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan AlAdil. Diameter Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60
gram dengan kadar emas 18 karat.
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai
juga merupakan pusat perkembangan agama Islam. Banyak
makam makam para pemimpin kerajaan Samudra Pasai yang

Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin,


Kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia
memimpin Samudera Pasai sejak 1287 hingga 1326 M. Pada
nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam
Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang
dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. AlZahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November
1326.
c. Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera
Pasai yang memegang pucuk pimpinan tahun 1416-1428 M.
Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta dengan sifat
keibuan dan penuh kasih sayang. Harkat dan martabat
perempuan begitu mulia pada masanya sehingga banyak yang
menjadi penyiar agama pada masa tersebut. Makamnya terletak
di Gampng Kuta Krueng, Kecamatan Samudera 18 km
sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam
Malikussaleh . Surat Yasin dengan kaligrafi yang indah terpahat
dengan lengkap pada nisannya. Tercantum pula ayat Qursi, Surat
Ali Imran ayat 18 19, Surat Al-Baqarah ayat 285 286, dan
sebuah penjelasan dalam aksara Arab yang artinya, Inilah
makam yang suci, Ratu yang mulia almarhumah Nahrisyah yang
digelar dari bangsa chadiu bin Sultan Haidar Ibnu Said Ibnu
Zainal Ibnu Sultan Ahmad Ibnu Sultan Muhammad Ibnu Sultan
Malikussaleh, mangkat pada Senin 17 Zulhijjah 831 H (1428
M).
d. Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
Teungku Sidi Abdullah Tajul Milah berasal dari Dinasti
Abbasiyah dan merupakan cicit dari khalifah Al-Muntasir yang
meninggalkan negerinya ( Irak ) karena diserang oleh tentara
Mongolia. Beliau berangkat dari Delhi menuju Samudera Pasai
dan mangkat di Pasai tahun 1407 M. Ia adalah pemangku
jabatan Menteri Keuangan. Makamnya terletak di sebelah timur
Kota Lhokseumawe. Batu nisannya terbuat dari marmer
berhiaskan ukiran kaligrafi, ayat Qursi yang ditulis melingkar
pada pinggiran nisan. Sedangkan di bagian atasnya tertera
kalimat Bismillah serta surat At-Taubah ayat 21-22.
e. Makam Naina Hasanuddin
Naina Hasamuddin wafat pada bulan Syawal 823 H ( 1420 M ).
Makam beliau terletak di Gampong Mns. Pie Kecamatan
Samudera kab

Das könnte Ihnen auch gefallen