Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
R
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH
DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD WATES
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak II
P07120112064
Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Maizan Rahmatina
P07120112064
Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
Tingkat 3 Reguler B
Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal
November 2014
Oleh :
Pembimbing Lapangan,
Pembimbing Pendidikan,
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan
mikroorganisme
dalam
urin.
Bakteriuria
menunjukkan
ISK
dinamakan
bakteriuria
asimtomatik
(covert
bacteriuria).
C. ETIOLOGI
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi
jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering
adalah yang disebabkan E.coli, organisme yanag sering ditemukan di daerah
anus. ISK sering terjadi pada wanita. Penyebabnya adalah uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh
akses ke kandung kemih, kecenderungan untuk menahan urin, iritasi kulit
lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.
Menurut Smeltzer (2001) jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan
ISK, antara lain:
1. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen.
1. Secara asending yaitu masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih,
antara lain: faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke
ginjal.
2. Secara hematogen yaitu sering terjadi pada pasien yang sistem
imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
(Sudoyo, 2006).
F. PATHWAY
(Price, 2005)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis
H. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain. Pasien
dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing
untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg
BB hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan.
PENCEGAHAN
Menurut Mansjoer (2000), ada beberapa cara untuk mencegah infeksi
saluran kencing, antara lain :
1. Jaga kebersihan
2. Sering ganti celana dalam
faktor
Intervensi
atau
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba
dirasakan.
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri
dalam urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan
infeksi
Kriteria Hasil :
memungkinkan
energi
untuk
ditujukan
pada
penyembuhan
d. Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada
Tuhan YME
e. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan
f.
ansietas
Kolaborasi pemberian obat sedatif
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat
8. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya faktor risiko nosokomial
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkemih
tanpa khawatir terinfeksi dengan kriteria hasil berkemih dengan
urine jernih tanpa ketidaknyamanan,kultur urine menunjukkan
tidak ada bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi uretra.
b. Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter.
Rasional : kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
a. Lakukan universal precaution.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat-obat
untuk
: Pengetahuan meningkat
:Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana
dan
membantu
mengembangkan
kemungkinan
penerimaan
rencana terapeutik
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Hari, tanggal
Jam
Tempat
Metode
Sumber
Oleh
A. Identitas
1. Pasien
Nama
: An.R
Tempat, tanggal lahir : Kulonprogo, 31 November 2009
Umur
: 4 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sorogaten, Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS : 04 November 2014
Diagnosis Medis
: Observasi febris H2 e/c infeksi saluran kemih,
Nomor RM
2. Orang tua
Nama
Tanggal lahir
Agama
Hub.dengan pasien
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas, mual dan muntah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun. Pasien
mengeluhkan lidah terasa pahit setelah muntah. Pasien mengeluhkan
mual dan muntah 1 kali.
3. Alasan masuk RS
2 hari sebelum masuk RS, pasien demam, panas mendadak tinggi.
Panas turun jika minum obat disertai keluhan asupan makan dan minum
yang menurun. 1 hari sebelum masuk RS, pasien kembali demam, suhu
tubuh mencapai >38 C. Pasien muntah sejak pagi sudah 10x dengan
volume per muntah 30 cc berisi air dan makanan. Pasien kemudian
dibawa ke BP Klinik Pengasih Husada dan ditegakkan diagnosa medis
nausea, vomiting, leukositosis dan febris H2. Pasien diberikan obat
parasetamol forte dan vasperum sirup di klinik. Pasien kemudian dirujuk
ke RSUD Wates untuk dilakukan tindakan dan penanganan medis dan
keperawatan selanjutnya.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita
saat
umur
pasien
3,5
tahun.
Keluarga
pasien
Sudah dilakukan
Belum dilakukan
-
5. Riwayat Keluarga
a. Sosial Ekonomi
Keluarga pasien termasuk ekonomi menengah ke bawah. Ayah pasien
bekerja sebagai pekerja bangunan dan ibu pasien sebagai ibu rumah
tangga.
b. Lingkungan Rumah
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Lingkungan rumah pasien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti DB, Malaria, Morbili, TB
maupun Hepatitis.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kakek buyut pasien mempunyai penyakit hipertensi. Kakek pasien
mempunyai riwayat penyakit batu ginjal dan telah dilakukan tindakan
operasi. Keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit kelainan kongenital,
DM, jantung, dan penyakit menular lainnya.
d. Genogram
Hipertensi
Batu Ginjal
: perempuan
Pasien
: laki-laki
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah
6. Pengkajian Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
a. Motorik kasar : Ibu pasien mengatakan pasien baru bisa berjalan sendiri
umur 1,3 tahun. Pasien sudah bisa bersepeda dan berlarian
b. Motorik halus : Pasien sudah bisa mengenakan pakaian sendiri
c. Bicara : Ibu pasien mengatakan pasien sudah mulai mengoceh usia 3
bulan dan berbicara dengan jelas pada usia 3 tahun. Pasien sudah bisa
berbicara dan memahami perkataan orang lain.
d. Sosial : Pasien sedang menempuh pendidikan di taman kanak-kanak.
Pasien mengatakan ketika di sekolah, temannya banyak.
7. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit, pasien makan nasi beserta lauk pauk 3x sehari. Pasien
tidak memiliki makanan pantangan. Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak menyukai sayuran.
Selama sakit pasien makan bubur diit dari RS 3x dalam sehari. Pasien
hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit yang disediakan RS. Mual dan
muntah 1 kali, berisi makanan. Keluarga pasien mengatakan nafsu
makan pasien menurun.
b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit pasien BAK frekuensi 2-3 kali sehari, berwarna kuning
jernih. BAK tidak ada keluhan. Pasien buang air besar 1 kali dalam
sehari dengan konsistensi lunak berwarna kekuningan.
Sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB pasien sudah BAK
sebanyak 2x volume 250 cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat
perdarahan. Pasien belum BAB sejak masuk RS.
c. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit pasien tidur dari pukul 21.00-05.00 WIB. Pasien tidur
siang pukul 13.00-14.00 WIB.
Selama sakit pasien keluarga pasien mengatakan pasien lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk tidur dan istirahat
d. Pola Aktivitas
Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tanda vital
:
Nadi
: 105 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 38,1 oC
TD
: 90/80 mmHg
d. Status gizi
BB
: 12 kg
TB
: 100 cm
IMT = BB
TB (m)
= 12 = 12
2
12
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan darah rutin dan urin rutin pada tanggal 04 November
2014
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MPV (Mean Platelet Volume)
PDW (Platelet Distributor Width)
PCT (Platelecrit)
INDEX
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Neutrofil%
Limfosit%
Monosit%
Eosinofil%
Basofil%
Neutrofil#
Limfosit#
Monosit#
Eosinofil#
Basofil#
URINALISA
Warna - kekeruhan
Glukosa
Protein
Bilirubin
Urobilinogen
pH
Berat Jenis
Darah Samar
Keton
Nitrit
Leukosit
URINALISA (SEDIMEN)
Leukosit
Eritrosit
Selinder
Epithel
Bakteri
Kristal
13,2
36,7
25,89
302
4,7
6,4
15,4
0,2
11-16
32-44
4-10,5
150-450
4-5,5
6,5-12
9-17
0,108-0,282
g/dL
%
103/uL
103/uL
106/uL
fL
78
28,1
36
80-97
27-32
32-38
fL
Pg
g/dL
87
10,4
2,4
0,1
0,1
22,52
2,68
0,63
0,03
0,03
50-70
25-40
3-9
0,5-5
0-1
2-7
1,25-4
0,3-1
0,02-0,5
0-10
%
%
%
%
%
103/uL
103/uL
103/uL
103/uL
103/uL
Agak
Kuning Jernih
keruh
+3
+1
Negatif
Normal
5,5
1,03
+
+4
Negatif
+3
0,2-1
5-6,5
1,005-1,03
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
+3
+1
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
0-3
0-2
Negatif
1+
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
II.
ANALISA DATA
DATA
DS :
MASALAH
Gangguan
PENYEBAB
Infeksi
eliminasi
saluran
urine
kemih
Hipertermia
Proses
penyakit
DO :
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Tanda vital :
Nadi : 105 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu : 38,1 oC
DS : -
Risiko infeksi
Ketidakadeku
DO :
berulang
atan
pertahanan
sekunder
tanda infeksi
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Suhu : 38,1 oC
Ketidakseimb
Intake yang
angan
kurang
nutrisi :
DO :
tubuh
kurang dari
kebutuhan
Kurang
Kurang
pengetahuan
terpapar
III.
informasi
perdarahan
Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis medis ISK
DO :
Hasil pemeriksaan
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas
DO :
-
Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit bubur yang disediakan
RS
Mukosa mulut lembab terlihat pucat
Keadaan umum pasien lemah
Status gizi
BB
: 12 kg
TB
: 100 cm
perutnya sakit.
Ibu pasien mengatakan dahulu ketika menceboki pasien, selalu
IV.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
Rabu, 05 November 2014
Pukul 08.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
DO :
PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
Rabu, 05 November 2014
Rabu, 05 November 2014
Pukul 08.00 WIB
Pukul 08.00 WIB
1. Observasi tanda-tanda vital : N, R, S 1.Mengetahui kondisi pasien dan
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
panas
DO :
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Tanda vital :
Nadi : 105 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,1 oC
mengeluarkan panas
dan lipatan tubuh
5.Menurunkan suhu tubuh melalui
5. Pertahankan hidrasi adekuat : banyak
menggigil, sakit kepala
pengeluaran urine
minum (2 L/hari)
6.Meningkatkan pengetahuan
atau nyeri otot
6. Edukasi orangtua tentang
Putri
pencegahan dan tatalaksana
7.Menurunkan suhu tubuh secara
demam
7. Kelola pemberian antipiretik
farmakologi
Putri
paracetamol sirup 3xcth per oral jika
panas
Putri
berkemih
2.Mengidentifikasi karakteristik
jumlah, bau
3. Anjurkan pasien minum 2 L/hari
kriteria hasil :
pasien sudah BAK sebanyak 2x volume 250 1. Pola berkemih 5-6x sehari
4. Anjurkan klien berkemih setiap terasa
2. Karakteristik urine jernih,
cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat
perdarahan
Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis
medis ISK
DO :
Hasil pemeriksaan
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
makan
3.Mengidentifikasi keadekuatan
intake nutrisi
4.Meningkatkan nafsu makan
5.Menambah BB pasien
6.Menambah nafsu makan
7.Menambah pengetahuan
8.Pengobatan untuk mual dan
makan
TB : 100 cm
vitamin
menit diharapkan
mengetahui dan
mendemonstrasikan cara
cebok yang benar
mampu menyebutkan
penyebab ISK
2. Pasien dan keluarga pasien
makan
Maizan
pasien
pengetahuan pasien
muntah
Putri
3.Meningkatkan pengetahuan
mengenai pola hidup sehat
4.Mengetahui tingkat pemahaman
keluarga
Putri
V.
DIAGNOSA
CATATAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
KEPERAWATAN
Hipertermia
berhubungan
05.30 WIB
05.45 WIB
dengan proses
penyakit
1. Mengobservasi suhu
2. Memonitor intake dan output
cairan
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan kompres hangat
pada dahi, dan lipatan tubuh
4. Menganjurkan kepada keluarga
S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas, pasien minum air putih 600 ml semalam,
akan memberikan dan memotivasi minum banyak kepada pasien
O : Akral teraba hangat, kulit teraba hangat, suhu 38,1oC, parasetamol sirup 1 cth masuk per
oral, terpasang RL pertama 10 tpm, muntah 1 kali berisi makanan dan air disertai mual
A : Masalah hipertermia belum teratasi
P : Observasi suhu setiap 4 jam
Vinda
berulang
07.00 WIB
07.10 WIB
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
Gangguan
eliminasi urine
07.10 WIB
07.30 WIB
berhubungan
dengan infeksi
saluran kemih
S : Keluarga pasien mengatakan sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB pasien sudah
BAK sebanyak 2x volume 250 cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat perdarahan, bau khas
urine, tidak ada keluhan saat BAK, akan berkemih ketika terasa
O : Tidak ada nyeri tekan suprapubik pinggang, hasil pemeriksaan Urinalisa : darah samar (+),
Ketidakseimbang
an nutrisi : kurang
07.30 WIB
07.45 WIB
dari kebutuhan
S : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun, pasien mual dan muntah 1 kali
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang kurang
berisi makanan, pasien mengeluhkan lidah terasa pahit setelah muntah, pasien tidak menyukai
sayuran
O : Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit bubur yang disediakan RS, mukosa mulut
lembab terlihat pucat, keadaan umum pasien lemah, status gizi BB 12 kg, TB 100 cm, Indeks
Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) termasuk kurus
pasien.
Vinda
Kurang
pengetahuan
15.00 WIB
15.30 WIB
berhubungan
S : Ibu pasien mengatakan dahulu ketika menceboki pasien, selalu menceboki dari arah anus ke
dengan kurang
keluarga pasien
vagina, pasien sering menahan pipis, tidak mengetahui penyebab dari ISK, melarang anaknya,
Maizan
terpapar
informasi
ibu pasien melarang anaknya untuk jajan makanan dan minuman sembarangan, air minum
sehari-hari adalah air mineral dari galon, keluarga pasien mengatakan selalu mengganti celana
dalam pasien 2-3 kali sehari
O : Ibu pasien bertanya tentang cara cebok yang benar
A : Masalah kurang pengetahuan belum teratasi
P : Lakukan pendidikan kesehatan
Maizan
Risiko infeksi
berulang
23.00 WIB
23.10 WIB
berhubungan
S:-
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
Risiko infeksi
berulang
05.00 WIB
05.15 WIB
berhubungan
1. Mengobservasi tanda-tanda
S:-
dengan
vital : N, R, S
2. Mengelola pemberian terapi
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
Risiko infeksi
berulang
11.00 WIB
11.30 WIB
berhubungan
1. Mengobservasi tanda-tanda
dengan
vital : N, R, S
2. Mengelola pemberian terapi
O : Nadi 80 x/mnt, suhu 36,7 oC, respirasi 20x/mnt, injeksi ampicillin 300 mg masuk per IV
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
Ketidakseimbang
an nutrisi : kurang
12.00 WIB
12.30 WIB
dari kebutuhan
S : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien mulai bertambah, pasien sudah tidak
tubuh
berhubungan
dengan intake
Vinda
yang kurang
mengeluhkan mual dan muntah, diet bubur RS habis porsi, pasien makan nasi kuning beli di
luar 1 porsi habis
O : Status gizi BB 12 kg, TB 100 cm, Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) termasuk
kurus, terpasang RL ke 5
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Monitor mual muntah, monitor intake nutrisi, kaji makanan kesukaan pasien
Vinda
Gangguan
eliminasi urine
12.00 WIB
12.15 WIB
berhubungan
dengan infeksi
saluran kemih
S : Keluarga pasien mengatakan sejak masuk RS dari pukul 08.00-12.00 WIB pasien sudah
BAK sebanyak 3x volume banyak, berwarna kuning jernih tidak terlihat perdarahan, bau khas
urine, tidak ada keluhan saat BAK
O : Tidak ada nyeri tekan suprapubik pinggang, hasil pemeriksaan Urinalisa : darah samar (+),
Leukosit (+3), Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
A : Masalah gangguan eliminasi urine teratasi
P : Observasi karakteristik urine : warna, jumlah, bau
Vinda
Risiko infeksi
berulang
16.00 WIB
18.00 WIB
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
di daerah infus.
3. menganjurkan pasien banyak
minum : 2 liter per hari.
4. Menganjurkan pasien untuk
tidak menahan keinginan
O: Suhu : 36.5oC, pasien menganggukan kepala ketika diberitahu agar tidak sering menahan
kencing, daerah infus sudah dilakukan dresing infus.
A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi sebagian.
P : Kelola pemberian antibiotik injeksi ampicillin 300mg/6jam per IV
Maizan
berkemih.
Maizan
Hipertermia
berhubungan
16.00 WIB
18.00 WIB
dengan proses
1. Mengobservasi suhu.
2. Memonitor suhu kulit dan warna
S : Ibu pasien mengatakan pasien makan setengah porsi dari rumah sakit, ibu pasien
penyakit
kulit.
3. Memonitor intake dan output
cairan.
Maizan
Gangguan
eliminasi urine
21.00 WIB
21.15 WIB
berhubungan
S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah bisa BAK, setiap BAK sehari 5-6 kali jumlahnya
dengan infeksi
saluran kemih
banyak, warna kuning, dan bau khas urin. Tetapi kadang pasien masih menahan kencing karena
pasien lebih nyaman BAK dan BAB di rumah sendiri.
O : Pasien ketika ditanya ada keluhan atau tidak pasien menggelengkan kepalanya
A : Masalah gangguan eliminasi urine teratasi
an nutrisi : kurang
18.30 WIB
18.45 WIB
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang kurang
S : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien meningkat, tidak mual dan muntah
O : Pasien hanya menghabiskan 1/2 porsi dari diit nasi yang disediakan RS, pasien sedang
makan buah jeruk
P : Monitor mual muntah, monitor intake nutrisi, kaji makanan kesukaan pasien
Vinda
pasien.
Vinda
Risiko infeksi
berulang
19.15 WIB
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
Vinda
Vinda
Kurang
pengetahuan
09.00 WIB
09.30 WIB
berhubungan
S : Ibu pasien mengatakan sudah paham cara cebok yang benar, dan akan mengajari anaknya,
dengan kurang
keluarga pasien mengatakan mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
terpapar
informasi
O : Ibu pasien mampu menjelaskan kembali cara cebok yang benar, pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, penanganan dan pencegahan penyakit ISK, pasien dan keluarga terlihat
mengangguk-angguk tanda mengerti
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi
P : Berikan reinforcement
Maizan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus asuhan keperawatan pada An.R dengan diagnosa medis
Infeksi Saluran Kemih (ISK) di bangsal Cempaka RSUD Wates dapat diangkat
5 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Risiko infeksi berulang
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan sekunder
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diagnosa yang
teratasi dan juga ada yang sebagian teratasi. Diagnosa keperawatan yang
teratasi adalah:
1. Risiko
infeksi
berulang
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan sekunder
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian adalah:
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, dikarenakan pasien hanya menghabiskan porsi
diet nasi dari RS, tetapi keluarga pasien sudah melaporkan peningkatan nafsu
makan pada pasien dan juga pasien sudah tidak mengeluhkan mual maupun
muntah. Keluarga pasien mengatakan semenjak kecil pasien hanya
menghabiskan porsi nasi setiap kali makan. Pasien mengatakan sudah
kenyang.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC.Jakarta