Sie sind auf Seite 1von 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

R
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH
DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD WATES
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak II

Oleh Kelompok 15B :


Maizan Rahmatina

P07120112064

Putri Pamungkassari

P07120112071

Vinda Astri Permatasari

P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R


DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH
DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD WATES
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :
Maizan Rahmatina

P07120112064

Putri Pamungkassari

P07120112071

Vinda Astri Permatasari

P07120112080

Tingkat 3 Reguler B
Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal

November 2014

Oleh :
Pembimbing Lapangan,
Pembimbing Pendidikan,

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan

mikroorganisme

dalam

urin.

Bakteriuria

menunjukkan

pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming


units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria yang tanpa disertai presentasi
klinis

ISK

dinamakan

bakteriuria

asimtomatik

(covert

bacteriuria).

Sebaliknnya bakteriuria yang disertai presentasi klinis ISK dinamakan


bakteriuria bermakna simtomatik (Tessy, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung
kemih yang umumnya steril (Mansjoer, 2000).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran
kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme
(Corwin, 2001).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks
dan kompleks. ISK simpleks atau sederhana atau uncomplicated UTI adalah
terdapat infeksi pada saluran kemih tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomis
maupun fungsional saluran kemih (Rusdijas, 2002).
ISK kompleks atau dengan komplikasi atau complicated UTI adalah
terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit (lesi) anatomis maupun
fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks
vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya
(Rusdijas, 2002).
Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas
adalah infeksi pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai
pielonefritis. ISK bawah adalah infeksi pada vesika urinaria (sistitis) atau
uretra. Batas antara atas dan bawah adalah vesicoureteric junction
(Rusdijas, 2002).

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:


1.
2.
3.
4.

Kandung kemih (sistitis)


Uretra (uretritis)
Prostat (prostatitis)
Ginjal (pielonefritis)

C. ETIOLOGI
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi
jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering
adalah yang disebabkan E.coli, organisme yanag sering ditemukan di daerah
anus. ISK sering terjadi pada wanita. Penyebabnya adalah uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh
akses ke kandung kemih, kecenderungan untuk menahan urin, iritasi kulit
lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.
Menurut Smeltzer (2001) jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan
ISK, antara lain:
1. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen.
1. Secara asending yaitu masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih,
antara lain: faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke
ginjal.
2. Secara hematogen yaitu sering terjadi pada pasien yang sistem
imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya

bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,


bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
(Price, 2005).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah :
1.
2.
3.
4.

Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih


Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah

(Sudoyo, 2006).

F. PATHWAY

(Price, 2005)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya


ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
(Sudoyo, 2006).

H. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain. Pasien
dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing
untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg
BB hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan.

Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi


akut, pengobatan dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi
bedah terhadap kelamin anatamis saluran kemih.
1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat atau demam tinggi dan
keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil
biakan urin dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah
ampisilin, katrimoksazol, sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin dan
sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah aminoshikosida (gentamisin,
amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin, doksisiklin dan lain-lain,
Tx diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami
infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu
dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai
pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap
3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti
pengobatan ada fase akut. Bila relaps atau infeksi terjadi lebih dari 2 kali,
pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan obat
antiseptis saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi
atau asam mandelamin. Umumnya diberikan dosis normal, satu kali
sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bisa ISK disertai dengan
kalainan anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji
resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu sampai
2 tahun.
3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi,
perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung
dari stadium. Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang
dengan pengobatan terhadap infeksi pada stadium IV dan V perlu
dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi ureter pada kandung kemih
(ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis atsopik kronik,
nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan (Mansjoer, 2000).
I.

PENCEGAHAN
Menurut Mansjoer (2000), ada beberapa cara untuk mencegah infeksi
saluran kencing, antara lain :
1. Jaga kebersihan
2. Sering ganti celana dalam

3. Banyak minum air putih


4. Tidak sering menahan kencing
5. Setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan.
J. PENGKAJIAN
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
3. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
4. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
5. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
6. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
7. Imobilisasi dalam waktu yang lama.
8. Apakah terjadi inkontinensia urine?
9. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
10. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi

faktor

predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)


11. Adakah disuria?
12. Adakah urgensi?
13. Adakah hesitancy?
14. Adakah bau urine yang menyengat?
15. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
16. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah ?
17. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas ?
18. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas.
19. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan
yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut
kekambuhan terhadap penyakitnya ?
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih
dan struktur traktus urinarius lainnya
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih,
3.
4.
5.
6.

urgency dan hesistancy


Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan evaporasi
berlebihan dan Muntah

7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, mekanisme coping tidak


efektif
8. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor risiko nosocomial
9. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
(Doenges, 2001).
L. INTEVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus urinarius lain
Tujuan

: Nyeri hilang dengan spasme terkontrol

Kriteria Hasil : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak


nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubik

Intervensi

a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan


keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan

atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan


b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab
nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Berikan perawatan perineal
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra
e. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional : Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan
naik ke saluran perkemihan.
f.

Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan


Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri

g. Kolaborasi pemberian analgetik


Rasional : untuk mengontrol nyeri

2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih,


urgensi dan hesitansi
Tujuan

: Pola eliminasi urine membaik

Kriteria Hasil : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien


melaporkan berkurangnya frekuensi ( sering berkemih)
urgensi da hesistensi.
Intervensi

a. Kaji pola eliminasi klien


Rasional : sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi
minum pada sore hari
Rasional : Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas
bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung
kemih ( misalnya: kopi, teh,kola, alcohol) dihindari. Agar tidak terlalu
sering bangun berkemih pada malam hari
c.

Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba
dirasakan.
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri
dalam urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan
infeksi

d. Siapkan atau dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari.


Rasional : Mengurangi risiko kontaminasi atau peningkatan infeksi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
Tujuan

: Pola tidur membaik

Kriteria Hasil: Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan


dapat tidur, klien nampak segar
Intervensi

a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi


Rasional : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis
atau psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat
dan masase,segelas susu hangat

Rasional : Meningkatkan efek relaksasi.catatan ; susu mempunyai


kualitas sopofik, menigkatkan sintesis serotonin, neutransmitter yang
membantu pasien dan tidur lebih lama.
d. Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
e. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : Membantu mengiduksi tidur
f. Kolaborasi pemberian obat analgetik
Rasional : Untuk mengontrol nyeri sedative, untuk membantu klien
tidur
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi
Tujuan

: Suhu tubuh kembali normal

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien

melaporkan tidak demam, tidak terba panas, TTV dalam


batas normal
Intervensi

a. Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu


tubuh
Rasional : Peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt
mt merah dan badan terasa hanat
b. Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Untuk menentukan int.selanjutnya
a. Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla
Rasional : Merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu
b. Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik
Rasional : Mengontrol demam
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan

: Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Kriteria Hasil : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan


berat badan, menunjukkan peningkatan selera makan,
klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
Intervensi

a. Kaji intake makanan klien


Rasional : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong tirah baring atau atau pembatasan aktivitas
Rasional : Mempertahankan simpanan energi yang cukup
c. Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani

Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan


lebih kondusif untuk makan
e. kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
Rasional : Menghilangkan gejala mual muntah
6. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
evaporasi dan muntah
Tujuan
: Cairan tubuh tetap seimbang
Kriteria Hasil :Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan
oleh membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake
dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan
melalui keringat
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan,
merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b. Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
Rasional : mengganti cairan yang hilang
c. Observasi penurunan turgor kulit
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi
d. Kolaboras bierikan cairan parenteral jika diperlukan
Rasional : Membantu masukan cairan peroral
e. Berikan obat antiemetik
Rasional : mengontrol mual dan muntah
f. Berikan obat antipeuretik
Rasional : Mengontrol panas
7. Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang
pengetahuan tentang penyakitnya
Tujuan

:Ansietas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada


tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi

a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan


koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam
perawatan diri,
b. keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas
dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat
dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang
dilakukan

Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan


memberikan rasa control dan membantu menurunkan ansietas
b. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan
relaksasi, membantu menurunkan ansietas
c. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan perhatian,
perilaku perhatian
Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres
berkurang,

memungkinkan

energi

untuk

ditujukan

pada

penyembuhan
d. Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada
Tuhan YME
e. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan
f.

ansietas
Kolaborasi pemberian obat sedatif
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan

memudahkan istirahat
8. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya faktor risiko nosokomial
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkemih
tanpa khawatir terinfeksi dengan kriteria hasil berkemih dengan
urine jernih tanpa ketidaknyamanan,kultur urine menunjukkan
tidak ada bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi uretra.
b. Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter.
Rasional : kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
a. Lakukan universal precaution.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

obat-obat

untuk

memelihara asam urine.


Rasional : asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.
9. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan
KH

: Pengetahuan meningkat
:Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostik, rencana

pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.


Intervensi:
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di
ketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang
penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan dating
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik:
tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap
rencan terapetik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional : Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda
penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional : Untuk mendeteksi isyarat indikatif
ketidakpatuhan

dan

membantu

mengembangkan

kemungkinan
penerimaan

rencana terapeutik
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.

PENGKAJIAN
Hari, tanggal
Jam
Tempat
Metode
Sumber
Oleh

: Rabu, 05 November 2014


: 07.00 WIB
: Bangsal Cempaka (Anak) RSUD Wates
: Wawancara, studi dokumen, pemeriksaan fisik dan
observasi
: Pasien, keluarga dan dokumen
: 1. Maizan Rahmatina
2. Putri Pamungkassari
3. Vinda Astri Permatasari

A. Identitas
1. Pasien
Nama
: An.R
Tempat, tanggal lahir : Kulonprogo, 31 November 2009
Umur
: 4 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sorogaten, Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS : 04 November 2014
Diagnosis Medis
: Observasi febris H2 e/c infeksi saluran kemih,
Nomor RM
2. Orang tua
Nama
Tanggal lahir
Agama
Hub.dengan pasien

observasi vomitus tanpa dehidrasi


: 436417
:Tn. N
: 03 Maret 1963
: Islam
: Ayah

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas, mual dan muntah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun. Pasien
mengeluhkan lidah terasa pahit setelah muntah. Pasien mengeluhkan
mual dan muntah 1 kali.
3. Alasan masuk RS
2 hari sebelum masuk RS, pasien demam, panas mendadak tinggi.
Panas turun jika minum obat disertai keluhan asupan makan dan minum
yang menurun. 1 hari sebelum masuk RS, pasien kembali demam, suhu
tubuh mencapai >38 C. Pasien muntah sejak pagi sudah 10x dengan
volume per muntah 30 cc berisi air dan makanan. Pasien kemudian
dibawa ke BP Klinik Pengasih Husada dan ditegakkan diagnosa medis
nausea, vomiting, leukositosis dan febris H2. Pasien diberikan obat
parasetamol forte dan vasperum sirup di klinik. Pasien kemudian dirujuk
ke RSUD Wates untuk dilakukan tindakan dan penanganan medis dan
keperawatan selanjutnya.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis medis ISK saat umur


3 tahun. Ibu pasien mengatakan dahulu pasien pipis tidak keluar dan
mengeluh perutnya sakit.
b. Riwayat injury atau kecelakaan
Pasien pernah terjatuh ketika sedang bermain sepeda bersama
temannya,

saat

umur

pasien

3,5

tahun.

Keluarga

pasien

mengatakan pasien sempat mengalami perdarahan di hidungnya.


c. Riwayat alergi
Pasien tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan.
d. Riwayat imunisasi
Imunisasi
BCG
Hepatitis
DPT
Polio
Campak
Imunisasi lainnya

Sudah dilakukan

Belum dilakukan
-

5. Riwayat Keluarga
a. Sosial Ekonomi
Keluarga pasien termasuk ekonomi menengah ke bawah. Ayah pasien
bekerja sebagai pekerja bangunan dan ibu pasien sebagai ibu rumah
tangga.
b. Lingkungan Rumah
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu. Lingkungan rumah pasien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti DB, Malaria, Morbili, TB
maupun Hepatitis.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kakek buyut pasien mempunyai penyakit hipertensi. Kakek pasien
mempunyai riwayat penyakit batu ginjal dan telah dilakukan tindakan
operasi. Keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit kelainan kongenital,
DM, jantung, dan penyakit menular lainnya.
d. Genogram
Hipertensi
Batu Ginjal

: perempuan
Pasien

: laki-laki
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal serumah
6. Pengkajian Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
a. Motorik kasar : Ibu pasien mengatakan pasien baru bisa berjalan sendiri
umur 1,3 tahun. Pasien sudah bisa bersepeda dan berlarian
b. Motorik halus : Pasien sudah bisa mengenakan pakaian sendiri
c. Bicara : Ibu pasien mengatakan pasien sudah mulai mengoceh usia 3
bulan dan berbicara dengan jelas pada usia 3 tahun. Pasien sudah bisa
berbicara dan memahami perkataan orang lain.
d. Sosial : Pasien sedang menempuh pendidikan di taman kanak-kanak.
Pasien mengatakan ketika di sekolah, temannya banyak.
7. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit, pasien makan nasi beserta lauk pauk 3x sehari. Pasien
tidak memiliki makanan pantangan. Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak menyukai sayuran.
Selama sakit pasien makan bubur diit dari RS 3x dalam sehari. Pasien
hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit yang disediakan RS. Mual dan
muntah 1 kali, berisi makanan. Keluarga pasien mengatakan nafsu
makan pasien menurun.
b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit pasien BAK frekuensi 2-3 kali sehari, berwarna kuning
jernih. BAK tidak ada keluhan. Pasien buang air besar 1 kali dalam
sehari dengan konsistensi lunak berwarna kekuningan.
Sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB pasien sudah BAK
sebanyak 2x volume 250 cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat
perdarahan. Pasien belum BAB sejak masuk RS.
c. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit pasien tidur dari pukul 21.00-05.00 WIB. Pasien tidur
siang pukul 13.00-14.00 WIB.
Selama sakit pasien keluarga pasien mengatakan pasien lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk tidur dan istirahat
d. Pola Aktivitas

Sebelum sakit pasien bergerak aktif, segala aktivitas dilakukan secara


mandiri.
Selama sakit, pasien melakukan aktivitas sehari-hari di tempat tidur
4

serta dibantu oleh orang lain maupun keluarga.


Keadaan Persepsi dan Psikologi Orang Tua
Persepsi :
Ibu pasien mengatakan dahulu ketika menceboki pasien, selalu menceboki
dari arah anus ke vagina. Ibu pasien mengatakan pasien sering menahan
pipis. Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari ISK. Ibu
pasien bertanya tentang cara cebok yang benar Ibu pasien melarang
anaknya untuk jajan makanan dan minuman sembarangan. Air minum
sehari-hari adalah air mineral dari galon. Keluarga pasien mengatakan
selalu mengganti celana dalam pasien 2-3 kali sehari.
Pskososial :
Pasien mematuhi anjuran dan aturan dari RS demi kesembuhan anaknya.
Keluarga pasien pasrah dan berdoa kepada Tuhan YME.

Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tanda vital
:
Nadi
: 105 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 38,1 oC
TD
: 90/80 mmHg
d. Status gizi
BB
: 12 kg
TB

: 100 cm

IMT = BB
TB (m)

= 12 = 12
2

12

Normal = 18-25 , jadi pasien masuk kategori kurus


Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) : Kurus (-3 SD sampai
dengan <-2 SD)
e. Pengkajian Cephalo Kaudal
1) Kepala
Bentuk mesocephal, simetris.
a) Mata : Konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik.

b) Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab terlihat pucat, palatum


lengkap.
2) Dada
Paru :
a) Inspeksi : simetris, tidak terdapat retraksi, perbandingan
anteriorposterior dan transversal 1:1, tidak ada lesi, warna kulit
sama dengan kulit lain
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
c) Perkusi : terdengar suara sonor
d) Auskultasi : terdengar suara nafas vesikuler
Jantung :
a) Inspeksi : tidak ada lesi., warna kulit sama dengan kulit yang
lain
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : terdengar suara redup
d) Auskultasi : S1-S2 murni tunggal, tidak terdapat suara jantung
abnormal
3) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada spidernevi,
tak tampak distensi.
b) Auskultasi : terdengar suara peristaltik usus 13 kali
c) Perkusi : terdengar suara timpani
d) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal.
4) Ekstremitas
a) Atas: anggota gerak lengkap tidak ada kelainan.. Capillary refill
<2 detik. Terpasang infus RL 10 tpm makro di tangan kanan
sejak 04 November 2014 tidak terlihat tanda plebitis dan tandatanda infeksi. Akral teraba hangat. Kulit teraba hangat.
b) Bawah
: anggota gerak lengkap tidak ada kelainan.
Capillary refill <2 detik. Akral teraba hangat. Kulit teraba hangat.
6

Terapi (04 November 2014)


a.
b.
c.
d.

IVFD RL 10 tpm makro


Injeksi ampicillin 300mg/6jam per IV
Paracetamol sirup 3xcth per oral jika panas
Domperidon sirup 3x1/3 cth per oral jika muntah

Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan darah rutin dan urin rutin pada tanggal 04 November
2014
PEMERIKSAAN

HASIL

SATUAN

NILAI NORMAL

HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MPV (Mean Platelet Volume)
PDW (Platelet Distributor Width)
PCT (Platelecrit)
INDEX
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Neutrofil%
Limfosit%
Monosit%
Eosinofil%
Basofil%
Neutrofil#
Limfosit#
Monosit#
Eosinofil#
Basofil#
URINALISA
Warna - kekeruhan
Glukosa
Protein
Bilirubin
Urobilinogen
pH
Berat Jenis
Darah Samar
Keton
Nitrit
Leukosit
URINALISA (SEDIMEN)
Leukosit
Eritrosit
Selinder
Epithel
Bakteri
Kristal

13,2
36,7
25,89
302
4,7
6,4
15,4
0,2

11-16
32-44
4-10,5
150-450
4-5,5
6,5-12
9-17
0,108-0,282

g/dL
%
103/uL
103/uL
106/uL
fL

78
28,1
36

80-97
27-32
32-38

fL
Pg
g/dL

87
10,4
2,4
0,1
0,1
22,52
2,68
0,63
0,03
0,03

50-70
25-40
3-9
0,5-5
0-1
2-7
1,25-4
0,3-1
0,02-0,5
0-10

%
%
%
%
%
103/uL
103/uL
103/uL
103/uL
103/uL

Agak

Kuning Jernih

keruh
+3
+1
Negatif
Normal
5,5
1,03
+
+4
Negatif
+3

0,2-1
5-6,5
1,005-1,03
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

+3
+1
Negatif
Positif
Negatif
Negatif

0-3
0-2
Negatif
1+
Negatif
Negatif

Negatif
Negatif

II.

ANALISA DATA
DATA

DS :

MASALAH
Gangguan

PENYEBAB
Infeksi

Keluarga pasien mengatakan

eliminasi

saluran

Sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB pasien sudah

urine

kemih

Hipertermia

Proses

BAK sebanyak 2x volume 250 cc, berwarna kuning jernih


tidak terlihat perdarahan
Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis medis ISK
DO :
Hasil pemeriksaan
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas

penyakit

DO :
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Tanda vital :
Nadi : 105 x/menit
RR

: 24 x/menit

Suhu : 38,1 oC
DS : -

Risiko infeksi

Ketidakadeku

DO :

berulang

atan

Terpasang infus RL 10 tpm makro di tangan kanan sejak 04

pertahanan

November 2014, tidak terlihat tanda plebitis dan tanda-

sekunder

tanda infeksi
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Suhu : 38,1 oC

Status gizi IMT/U : Kurus


Hasil pemeriksaan hematologi
Leukosit : 25,89 103/uL
Hasil pemeriksaan
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
DS :

Ketidakseimb

Intake yang

Keluarga pasien mengatakan

angan

kurang

Nafsu makan pasien menurun


Pasien mual dan muntah 1 kali berisi makanan
Pasien mengeluhkan lidah terasa pahit setelah muntah
Pasien tidak menyukai sayuran

nutrisi :

DO :

tubuh

kurang dari
kebutuhan

Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit bubur yang


disediakan RS
Mukosa mulut lembab terlihat pucat
Keadaan umum pasien lemah
Status gizi
BB
: 12 kg
TB
: 100 cm
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) : Kurus
DS :

Kurang

Kurang

Ibu pasien mengatakan pasien pernah dirawat di RS

pengetahuan

terpapar

dengan diagnosis medis ISK saat umur 3 tahun.


Ibu pasien mengatakan dahulu pasien pipis tidak keluar
dan mengeluh perutnya sakit.
Ibu pasien mengatakan dahulu ketika menceboki pasien,
selalu menceboki dari arah anus ke vagina
Ibu pasien mengatakan pasien sering menahan pipis
Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari
ISK
DO :
Ibu pasien bertanya tentang cara cebok yang benar

III.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS

informasi

1. Risiko infeksi berulang berhubungan dengan ketidakadekuatan


pertahanan sekunder ditandai dengan :
DS : DO :
-

Terpasang infus RL 10 tpm makro di tangan kanan sejak 04 November

2014, tidak terlihat tanda plebitis dan tanda-tanda infeksi


Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Suhu
: 38,1 oC
Status gizi IMT/U : Kurus
Hasil pemeriksaan hematologi : Leukosit : 25,89 103/uL
Hasil pemeriksaan : Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3) Urinalisa

(Sedimen) : Leukosit (+3)


2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan
-

Sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB pasien sudah BAK


sebanyak 2x volume 250 cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat

perdarahan
Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis medis ISK
DO :

Hasil pemeriksaan
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas
DO :
-

Akral teraba hangat


Kulit teraba hangat
Tanda vital :
Nadi
: 105 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 38,1 oC
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan

Nafsu makan pasien menurun


Pasien mual dan muntah 1 kali berisi makanan
Pasien mengeluhkan lidah terasa pahit setelah muntah
Pasien tidak menyukai sayuran
DO :

Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit bubur yang disediakan

RS
Mukosa mulut lembab terlihat pucat
Keadaan umum pasien lemah
Status gizi
BB
: 12 kg
TB

: 100 cm

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) : Kurus


5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan :
DS :
-

Ibu pasien mengatakan pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis

medis ISK saat umur 3 tahun.


Ibu pasien mengatakan dahulu pasien pipis tidak keluar dan mengeluh

perutnya sakit.
Ibu pasien mengatakan dahulu ketika menceboki pasien, selalu

menceboki dari arah anus ke vagina


Ibu pasien mengatakan pasien sering menahan pipis
Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari ISK
DO :
Ibu pasien bertanya tentang cara cebok yang benar

IV.

PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN
Rabu, 05 November 2014
Pukul 08.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan

Risiko infeksi berulang berhubungan dengan


ketidakadekuatan pertahanan sekunder
ditandai dengan :

keperawatan selama 3x24

DO :

PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
Rabu, 05 November 2014
Rabu, 05 November 2014
Pukul 08.00 WIB
Pukul 08.00 WIB
1. Observasi tanda-tanda vital : N, R, S 1.Mengetahui kondisi pasien dan
2. Monitor tanda dan gejala infeksi

jam, pasien tidak

- Terpasang infus RL 10 tpm makro di tangan

mengalami infeksi dengan

3. Anjurkan pasien banyak minum : 2

kanan sejak 04 November 2014, tidak terlihat


tanda plebitis dan tanda-tanda infeksi
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Suhu : 38,1 oC
Status gizi IMT/U : Kurus
Hasil pemeriksaan hematologi :
Leukosit : 25,89 103/uL
- Hasil pemeriksaan :
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
-

Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)


Hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien masih

dasar intervensi selanjutnya


2.Infeksi yang terjadi akan
membahayakan pasien
3.Mengurangi iritasi pada mukosa

liter per hari


kriteria hasil :
4. Anjurkan pasien untuk tidak menahan
kandung kemih
1. Tanda-tanda vital
4.Mencegah distensi kandung
R : 23 x/menit
keinginan berkemih
N : 70-110 x/menit
5. Ajarkan keluarga dan pasien
kemih
S : 36-37,50C
5.Keikutsertaan keluarga dalam
mengenai tanda dan gejala infeksi
2. Tidak ada tanda dan gejala
6. Kelola pemberian antibiotik injeksi
memonitor infeksi
infeksi : rubor, kalor,
6.Antibiotik membuhuh
ampicillin 300mg/6jam per IV
Maizan
tumor, dolor, fungsio laesa
mikroorganisme penyebab
Maizan
infeksi
Maizan
Rabu, 05 November 2014
Pukul 08.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam, suhu tubuh pasien

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1. Observasi suhu setiap 4 jam

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1.Mengetahui kondisi pasien dan

2. Monitor suhu kulit dan warna kulit

dasar intervensi selanjutnya


2.Kulit kemerahan menunjukkan

panas
DO :
Akral teraba hangat
Kulit teraba hangat
Tanda vital :
Nadi : 105 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,1 oC

stabil dengan kriteria hasil :


1. Suhu tubuh rentang 3637,50C
2. Hidrasi adekuat
3. Tidak ada kejang,

3. Monitor intake dan output cairan


4. Berikan kompres hangat pada dahi,

suhu tubuh yg tinggi


3.Memonitor fungsi renal
4.Vasodilatasi pori-pori tubuh untuk

mengeluarkan panas
dan lipatan tubuh
5.Menurunkan suhu tubuh melalui
5. Pertahankan hidrasi adekuat : banyak
menggigil, sakit kepala
pengeluaran urine
minum (2 L/hari)
6.Meningkatkan pengetahuan
atau nyeri otot
6. Edukasi orangtua tentang
Putri
pencegahan dan tatalaksana
7.Menurunkan suhu tubuh secara
demam
7. Kelola pemberian antipiretik
farmakologi
Putri
paracetamol sirup 3xcth per oral jika
panas
Putri

Gangguan eliminasi urine berhubungan


dengan infeksi saluran kemih ditandai dengan
:
DS :
Keluarga pasien mengatakan
Sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam, pola eliminasi pasien
tidak terganggu dengan

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1. Kaji keluhan berkemih

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1.Mengidentifikasi keluhan saat

2. Observasi karakteristik urine : warna,

berkemih
2.Mengidentifikasi karakteristik

jumlah, bau
3. Anjurkan pasien minum 2 L/hari

kriteria hasil :
pasien sudah BAK sebanyak 2x volume 250 1. Pola berkemih 5-6x sehari
4. Anjurkan klien berkemih setiap terasa
2. Karakteristik urine jernih,
cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat

kelainan dalam urine


3.Membantu pengeluaran kuman
dari kandung kemih melalui
berkemih

perdarahan
Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosis

tidak ada darah

medis ISK
DO :

keinginan berkemih (setiap 3-4 jam) 4.Mencegah urine statis dan


Vinda5. Lakukan pemasangan cateter jika
bertambahnya tingkat
perlu
keparahan infeksi
6. Kolaborasi pemberian diuretik
5.Membantu pengeluaran urine
Vinda

Hasil pemeriksaan
Urinalisa : darah samar (+), Leukosit (+3)
Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)

6.Merangsang kandung kemih


untuk berkemih
Vinda

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam, nutrisi pasien

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1. Observasi BB, TB, IMT
2. Monitor mual muntah

Rabu, 05 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1.Indikator kebutuhan nutrisi
2.Mengidentifikasi output dan nafsu

3. Monitor intake nutrisi

makan
3.Mengidentifikasi keadekuatan

seimbang dengan kriteria


Nafsu makan pasien menurun
hasil :
4. Kaji makanan kesukaan pasien
Pasien mual dan muntah 1 kali berisi makanan
1. Tidak terjadi penurunan BB 5. Berikan diet tinggi kalori
Pasien mengeluhkan lidah terasa pahit setelah
6. Anjurkan makan ketika makanan
melainkan peningkatan BB
muntah
2. Pasien melaporkan
masih hangat
Pasien tidak menyukai sayuran
7. Ajarkan keluarga dan pasien
peningkatan nafsu makan
DO :
3. Tidak mual maupun muntah
mengenai tujuan pemenuhan nutrisi
Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit 4. Diet habis 1 porsi tiap kali
yang baik

intake nutrisi
4.Meningkatkan nafsu makan
5.Menambah BB pasien
6.Menambah nafsu makan
7.Menambah pengetahuan
8.Pengobatan untuk mual dan

bubur yang disediakan RS


Mukosa mulut lembab terlihat pucat
Keadaan umum pasien lemah
Status gizi
BB : 12 kg

makan

8. Kelola pemberian antiemetik


Maizan
domperidon sirup 3x1/3 cth per oral
jika muntah
9. Kolaborasi pemberian suplemen dan

TB : 100 cm

vitamin

Indeks Massa Tubuh menurut Umur


(IMT/U) : Kurus
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi ditandai dengan :
DS :
Ibu pasien mengatakan dahulu ketika
menceboki pasien, selalu menceboki dari arah
anus ke vagina
Ibu pasien mengatakan pasien sering
menahan pipis
Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui
penyebab dari ISK
DO :
Ibu pasien bertanya tentang cara cebok yang
benar

menit diharapkan

2. Berikan penjelasan mengenai


pengertian, penyebab, tanda dan

meningkat dengan kriteria


hasil :
1. Pasien dan keluarga pasien

pencegahan penyakit ISK


3. Ajarkan cara membersihkan alat
kelamin setelah BAB maupun BAK
(dari depan ke belakang)
4. Anjurkan keluarga menjelaskan

mengetahui dan

kembali tentang informasi yang telah

mendemonstrasikan cara
cebok yang benar

Rabu, 5 November 2014


Pukul 08.00 WIB
1.Mengetahui tingkat pengetahuan
dan dasar intervensi
selanjutnya
2.Meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit

gejala, penanganan dan

mampu menyebutkan
penyebab ISK
2. Pasien dan keluarga pasien

makan

Maizan

pasien

pengetahuan pasien

9.Membantu meningkatkan nafsu


Maizan

Rabu, 5 November 2014


Rabu, 5 November 2014
Pukul 08.00 WIB
Pukul 08.00 WIB
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
keperawatan selama 1x30

muntah

Putri

diberikan dan berikan reinforcement


Putri

3.Meningkatkan pengetahuan
mengenai pola hidup sehat
4.Mengetahui tingkat pemahaman
keluarga
Putri

V.
DIAGNOSA

CATATAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI

EVALUASI

KEPERAWATAN
Hipertermia

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

berhubungan

05.30 WIB

05.45 WIB

dengan proses
penyakit

1. Mengobservasi suhu
2. Memonitor intake dan output
cairan
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan kompres hangat
pada dahi, dan lipatan tubuh
4. Menganjurkan kepada keluarga

S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas, pasien minum air putih 600 ml semalam,
akan memberikan dan memotivasi minum banyak kepada pasien
O : Akral teraba hangat, kulit teraba hangat, suhu 38,1oC, parasetamol sirup 1 cth masuk per
oral, terpasang RL pertama 10 tpm, muntah 1 kali berisi makanan dan air disertai mual
A : Masalah hipertermia belum teratasi
P : Observasi suhu setiap 4 jam
Vinda

untuk memberikan minum yang


banyak ( 2 liter/hari) pada
pasien
5. Mengelola pemberian antipiretik
paracetamol sirup 1 cth per oral
jika panas
Vinda
Risiko infeksi

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

berulang

07.00 WIB

07.10 WIB

berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder

1. Mengobservasi tanda-tanda vital


2. Memonitor tanda dan gejala
infeksi
3. Menganjurkan pasien banyak
minum : 2 liter per hari
4. Menganjurkan pasien untuk tidak
menahan keinginan berkemih
Vinda

S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas


O : Nadi : 105 x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu : 38,1 oC, TD : 90/80 mmHg, pasien teraba panas,
terpasang infus RL 10 tpm makro di tangan kanan sejak 04 Oktober 2014, tidak terlihat tanda
plebitis dan tanda-tanda infeksi, hasil pemeriksaan hematologi Leukosit : 25,89 103/uL, Urinalisa
: darah samar (+), Leukosit (+3), Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi sebagian
P : Monitor tanda-tanda vital
Vinda

Gangguan

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

eliminasi urine

07.10 WIB

07.30 WIB

berhubungan
dengan infeksi
saluran kemih

1. Mengkaji keluhan berkemih


2. Mengobservasi karakteristik urine
: warna, jumlah, bau

S : Keluarga pasien mengatakan sejak masuk RS dari pukul 20.00-06.00 WIB pasien sudah
BAK sebanyak 2x volume 250 cc, berwarna kuning jernih tidak terlihat perdarahan, bau khas
urine, tidak ada keluhan saat BAK, akan berkemih ketika terasa

3. Menganjurkan klien berkemih

O : Tidak ada nyeri tekan suprapubik pinggang, hasil pemeriksaan Urinalisa : darah samar (+),

setiap terasa keinginan berkemih

Leukosit (+3), Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)

(setiap 3-4 jam)

A : Masalah gangguan eliminasi urine teratasi sebagian


Vinda

P : Observasi karakteristik urine : warna, jumlah, bau


Vinda

Ketidakseimbang

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

an nutrisi : kurang

07.30 WIB

07.45 WIB

dari kebutuhan

1. Mengobservasi BB, TB, IMT


2. Memonitor mual muntah

S : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun, pasien mual dan muntah 1 kali

tubuh
berhubungan
dengan intake
yang kurang

3. Memonitor intake nutrisi


4. Menganjurkan pasien untuk
makan sedikit tapi sering.
5. Menganjurkan ibu pasien

berisi makanan, pasien mengeluhkan lidah terasa pahit setelah muntah, pasien tidak menyukai
sayuran
O : Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi dari diit bubur yang disediakan RS, mukosa mulut

memberikan makanan kesukaan

lembab terlihat pucat, keadaan umum pasien lemah, status gizi BB 12 kg, TB 100 cm, Indeks
Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) termasuk kurus

pasien.
Vinda

A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi


P : Monitor mual muntah, monitor intake nutrisi, kaji makanan kesukaan pasien
Vinda

Kurang

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

pengetahuan

15.00 WIB

15.30 WIB

berhubungan

Mengkaji tingkat pengetahuan

S : Ibu pasien mengatakan dahulu ketika menceboki pasien, selalu menceboki dari arah anus ke

dengan kurang

keluarga pasien

vagina, pasien sering menahan pipis, tidak mengetahui penyebab dari ISK, melarang anaknya,
Maizan

terpapar
informasi

ibu pasien melarang anaknya untuk jajan makanan dan minuman sembarangan, air minum
sehari-hari adalah air mineral dari galon, keluarga pasien mengatakan selalu mengganti celana
dalam pasien 2-3 kali sehari
O : Ibu pasien bertanya tentang cara cebok yang benar
A : Masalah kurang pengetahuan belum teratasi
P : Lakukan pendidikan kesehatan
Maizan

Risiko infeksi

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

berulang

23.00 WIB

23.10 WIB

berhubungan

Mengelola pemberian terapi injeksi

S:-

dengan

Ampicillin 300 mg/IV

O : Injeksi Ampicillin 300 mg masuk rute : IV


Putri

ketidakadekuatan
pertahanan

A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi sebagian


P : Monitor tanda dan gejala infeksi berulang
Putri

sekunder
Risiko infeksi

Kamis, 06 November 2014/

Kamis, 06 November 2014/

berulang

05.00 WIB

05.15 WIB

berhubungan

1. Mengobservasi tanda-tanda

S:-

dengan

vital : N, R, S
2. Mengelola pemberian terapi

O : N : 100x/mnt, R:25x/mnt, S:36,6oC, injeksi Ampicillin 300 mg masuk rute : IV

ketidakadekuatan
pertahanan

injeksi Ampicillin 300 mg/IV


Putri

A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi


P : Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (angka leukosit)
Putri

sekunder
Risiko infeksi

Kamis, 06 November 2014/

Kamis, 06 November 2014/

berulang

11.00 WIB

11.30 WIB

berhubungan

1. Mengobservasi tanda-tanda

S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak panas

dengan

vital : N, R, S
2. Mengelola pemberian terapi

O : Nadi 80 x/mnt, suhu 36,7 oC, respirasi 20x/mnt, injeksi ampicillin 300 mg masuk per IV

ketidakadekuatan
pertahanan

injeksi Ampicillin 300 mg/IV


Vinda

A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi


P : Monitor TTV, kelola pemberian terapi injeksi ampicillin 6x300 mg per IV
Vinda

sekunder
Ketidakseimbang

Kamis, 06 November 2014/

Kamis, 06 November 2014/

an nutrisi : kurang

12.00 WIB

12.30 WIB

dari kebutuhan

1. Memonitor mual muntah

S : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien mulai bertambah, pasien sudah tidak

tubuh
berhubungan
dengan intake

2. Memonitor intake nutrisi


3. Mengkaji makanan kesukaan
pasien

Vinda

yang kurang

mengeluhkan mual dan muntah, diet bubur RS habis porsi, pasien makan nasi kuning beli di
luar 1 porsi habis
O : Status gizi BB 12 kg, TB 100 cm, Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) termasuk
kurus, terpasang RL ke 5
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Monitor mual muntah, monitor intake nutrisi, kaji makanan kesukaan pasien
Vinda

Gangguan

Rabu, 05 November 2014/

Rabu, 05 November 2014/

eliminasi urine

12.00 WIB

12.15 WIB

berhubungan
dengan infeksi
saluran kemih

1. Mengkaji keluhan berkemih


2. Mengobservasi karakteristik urine
: warna, jumlah, bau
Vinda

S : Keluarga pasien mengatakan sejak masuk RS dari pukul 08.00-12.00 WIB pasien sudah
BAK sebanyak 3x volume banyak, berwarna kuning jernih tidak terlihat perdarahan, bau khas
urine, tidak ada keluhan saat BAK
O : Tidak ada nyeri tekan suprapubik pinggang, hasil pemeriksaan Urinalisa : darah samar (+),
Leukosit (+3), Urinalisa (Sedimen) : Leukosit (+3)
A : Masalah gangguan eliminasi urine teratasi
P : Observasi karakteristik urine : warna, jumlah, bau
Vinda

Risiko infeksi

Rabu, 05 November 2014

Rabu, 05 November 2014

berulang

16.00 WIB

18.00 WIB

berhubungan

1. Mengobservasi suhu pasien.


2. Monitor tanda dan gejala infeksi

S: Ibu pasien mengatakan pasien tidak banyak minum.

dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder

di daerah infus.
3. menganjurkan pasien banyak
minum : 2 liter per hari.
4. Menganjurkan pasien untuk
tidak menahan keinginan

O: Suhu : 36.5oC, pasien menganggukan kepala ketika diberitahu agar tidak sering menahan
kencing, daerah infus sudah dilakukan dresing infus.
A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi sebagian.
P : Kelola pemberian antibiotik injeksi ampicillin 300mg/6jam per IV
Maizan

berkemih.
Maizan
Hipertermia

Rabu, 05 November 2014

Rabu, 05 November 2014

berhubungan

16.00 WIB

18.00 WIB

dengan proses

1. Mengobservasi suhu.
2. Memonitor suhu kulit dan warna

S : Ibu pasien mengatakan pasien makan setengah porsi dari rumah sakit, ibu pasien

penyakit

kulit.
3. Memonitor intake dan output
cairan.

mengatakan pasien belum BAB sejak masuk RS.


O : Suhu : 36.5oC,
A : Masalah hipertermi teratasi.

Maizan

P : Edukasi orangtua tentang pencegahan dan tatalaksana demam.


Maizan

Gangguan

Kamis, 06 November 2014

Kamis, 07 November 2014

eliminasi urine

21.00 WIB

21.15 WIB

berhubungan

1. Mengkaji keluhan berkemih


2. Mengobservasi karakteristik

S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah bisa BAK, setiap BAK sehari 5-6 kali jumlahnya

dengan infeksi
saluran kemih

urine : warna, jumlah, bau


Maizan

banyak, warna kuning, dan bau khas urin. Tetapi kadang pasien masih menahan kencing karena
pasien lebih nyaman BAK dan BAB di rumah sendiri.
O : Pasien ketika ditanya ada keluhan atau tidak pasien menggelengkan kepalanya
A : Masalah gangguan eliminasi urine teratasi

P : Kaji keluhan berkemih


Maizan
Ketidakseimbang

Jumat, 07 November 2014/

Jumat, 07 November 2014/

an nutrisi : kurang

18.30 WIB

18.45 WIB

dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang kurang

1. Memonitor mual muntah


2. Memonitor intake nutrisi
3. Menganjurkan pasien untuk

S : Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien meningkat, tidak mual dan muntah
O : Pasien hanya menghabiskan 1/2 porsi dari diit nasi yang disediakan RS, pasien sedang
makan buah jeruk

makan sedikit tapi sering.


4. Menganjurkan ibu pasien

A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian

memberikan makanan kesukaan

P : Monitor mual muntah, monitor intake nutrisi, kaji makanan kesukaan pasien
Vinda

pasien.
Vinda
Risiko infeksi

Jumat, 07 November 2014/

Jumat, 07 November 2014/

berulang

19.00 WIB WIB

19.15 WIB

berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder

1. Mengobservasi tanda-tanda vital


2. Memonitor tanda dan gejala
infeksi
3. Menganjurkan pasien banyak
minum : 2 liter per hari
4. Menganjurkan pasien untuk tidak
menahan keinginan berkemih

S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas


O : Nadi : 96 x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu : 36 oC, TD : 90/60 mmHg, terpasang infus RL 10
tpm makro di tangan kanan sejak 04 Oktober 2014, tidak terlihat tanda plebitis dan tanda-tanda
infeksi
A : Masalah risiko infeksi berulang teratasi
P : Monitor tanda-tanda vital

Vinda

Vinda

Kurang

Sabtu, 08 November 2014

Sabtu, 08 November 2014

pengetahuan

09.00 WIB

09.30 WIB

berhubungan

1. Berikan penjelasan mengenai

S : Ibu pasien mengatakan sudah paham cara cebok yang benar, dan akan mengajari anaknya,

dengan kurang

pengertian, penyebab, tanda

keluarga pasien mengatakan mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

terpapar

dan gejala, penanganan dan

penanganan dan pencegahan penyakit ISK

informasi

pencegahan penyakit ISK


2. Mengajarkan cara
membersihkan alat kelamin
setelah BAB maupun BAK (dari
depan ke belakang)
3. Menganjurkan keluarga
menjelaskan kembali tentang
informasi yang telah diberikan
dan memberikan reinforcement.
Maizan

O : Ibu pasien mampu menjelaskan kembali cara cebok yang benar, pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, penanganan dan pencegahan penyakit ISK, pasien dan keluarga terlihat
mengangguk-angguk tanda mengerti
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi
P : Berikan reinforcement
Maizan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kasus asuhan keperawatan pada An.R dengan diagnosa medis
Infeksi Saluran Kemih (ISK) di bangsal Cempaka RSUD Wates dapat diangkat
5 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Risiko infeksi berulang

berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

pertahanan sekunder
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diagnosa yang
teratasi dan juga ada yang sebagian teratasi. Diagnosa keperawatan yang
teratasi adalah:
1. Risiko

infeksi

berulang

berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

pertahanan sekunder
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian adalah:
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, dikarenakan pasien hanya menghabiskan porsi
diet nasi dari RS, tetapi keluarga pasien sudah melaporkan peningkatan nafsu
makan pada pasien dan juga pasien sudah tidak mengeluhkan mual maupun
muntah. Keluarga pasien mengatakan semenjak kecil pasien hanya
menghabiskan porsi nasi setiap kali makan. Pasien mengatakan sudah
kenyang.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC.Jakarta

Doenges, Marilyn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman


untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3.
Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta:
Media Aesculapius
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Rusdijas, Ramayati R. 2002. Infeksi Saluran Kemih. Jakarta: IDAI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta:
EGC
Sudoyo, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jillid 1. FKUI: Jakarta
Tessy, Agus Ardaya. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Das könnte Ihnen auch gefallen